Quantcast
Channel: Janda Mesum Telanjang
Viewing all 212 articles
Browse latest View live

Tante Hotel Check In

$
0
0

tante ngentot, tante ml di hotel

The reforms of the hotel tante girang classification has been the message from more than one year: up to now no evidence of five-star hotel in France, but since early 2009, the changes are at: Hotels subjects rated that one to five stars for a period of at least three years and a maximum of five years. The assessment will be at the expense of volunteers. In addition to the reviews must be approved by the French Government

The point of the new classification system combined in different position in relation to standards and to better understand and respond to customer needs better tante bugil to the comfort criteria A “must have” and other criteria that you please the customer.

tante girang komunitas


Tante bandung Cute Woman

$
0
0

tante bandung bugil

Flirting is an art. Not everyone can do it the right way, even if all of them try! Women (tante bandung)are not as coy as men. So if you are thinking so as to a cute chick choice come upto you and say, “Hey, you are cute. Want to produce chocolate with me?”, I am forlorn to disappoint you, as the likelihood are dreadfully slim. A vast majority of men in the vein of it once women purely respond a bit when they flirt. They do not expect you to flirt back. It is important that you understand that flirting is all just about interest, and a man should by no means flirt through a lady info tante bandung to facilitate he doesn’t want to get to be familiar with a little more. We lead to you selected tried and hardened tips for flirting with girls. Flirting and women must be done plus much caution. You wouldn’t desire to send wrong signals and grasp home plus more than just a busted heart! convert on to experience further on how to flirt together with a woman.
tante girang komunitas

Nomor Telepon Tante

$
0
0

telepon tante girang,nomor telepon tante,tante genit,tante bugil

This is main keyword that looking by visitor, This experiment was try in our network blog and got the good position in Search Engine. Nomor telepon tante be top searched and we was see it. All keyword contain or related about tante girang believe this is god experiment. other recommended key like : nomor hp tante,info tante,tante girang,tante depok,tante jakarta,tante medan, and soon.
tante girang komunitas

Tante And Friends

$
0
0

tante girang,tante bugil
tante genit

Many guys like to looking for tante girang, maybe cause she is professional woman or just looking for tante kaya. This tante still beautiful and taking a picture with her friends.
tante girang komunitas

Tante Kaya professional woman

$
0
0

tante girang bugiltante kaya raya, tante binal,tante genit

As a big city, Jakarta be a business central. In this town various business was built by company or individual. Like This tante kaya has a big company and some medium company as her main income. In this blog we never share any tante girang bugil pictures, but we try to share fashion, lifestyle of tante.
tante girang komunitas

Janda genit Telanjang Bugil

$
0
0

tante girang,tante binal,janda gatel,janda genit

This is janda genit from neighbourhood. Can called tante binal because she like dating with various boy, that is young and older. There are things which knock together people tick and have all moment of their life and there is none with the aim of beats having a striking female or a striking man. You should forever be ready to make hot singles amazing that you need in your life tante bugil, and discard the boring nature you tolerate about you. You want to make manually into superstar who makes implication in years and stable make a daring cause to conversion what you think. You requirement evermore be in a position to declare what makes you tick in life as you let the paramount that years has to offer affect the way you look at things. You need to carry out a bit in your sparkle that choice add passion in your life and even in the way you do things.


tante girang komunitas

Kumpulan Tante Girang Muda Belia

$
0
0

tante muda,tante bugil

Did you ever know if many tante girang has a special place for meet together. Tongkrongan tante is like in resto or night club. Impeccable delicate grooming and a delightful demeanor are eminent machinery of self-confidence. If a lady is not swayed that she deserves success, she pray on no account achieve it; and passing on her confidence in herself is essential if she is to progress up the accomplishment ladder tante girang.

Self-confidence can take a woman far like tante muda, especially in a arduous exertion environment. If a lady is sure in her own capabilities and skills, she is much more probable to promote her own undertakings and refine her skills for a brighter future.
tante girang komunitas

Tante Fonna is Great Woman

$
0
0

tante girangtante bugil

tante telanjangtante genit,tante binal,toket tante,memek tante

She is great boss in office. understand for her employee and never angry with small problem.always points employee with the high motivation. Besides, this tante seksi also has body which hot. Non tante girang bugil, but a lot is value she is tante genit, possibly all people at illusion with the sexy body.
tante girang komunitas


Tante Ari beautiful Lady

$
0
0

tante girang,tante bugilfoto bugil tante,toket tante,tante montok,tante binal

She is cool woman, kind and sexy. often wear sexy fashion and like tante girang. In her office she has many friends cause her supple caracter. I am an Asian guy. However, most of my colleagues I have dated by means of are record ashen American women. I sincerely fancy ashen girls in school. They are so beautiful and sexy. taking into consideration I helped a classmate for two times, each at her dorm or in the library, I may possibly ask her to bed through me. I assume free pallid women are easier to bed. I by now tried Asian record girls; they were pickier to bed with you. So, I prefer single White girls as they are the the largest part beautiful women on the world. They doctor the men fairly. all age we went out to eat at McDonald, I compensated my victuals and she rewarded her food. Sometimes, she salaried for me for the reason that I helped her for the homework.
tante girang komunitas

Info Tante Girang Jakarta

$
0
0

tante girang

This is the fisrt post about tante girang side that important to explain. Info tante girang is very top search volume by visitor. Other keyword related for tante girang like as : toket tante,tante bugil,memek tante,tante binal,tante genit,tante selingkuh,tante gatel,skandal tante,janda bugil
tante girang komunitas

Cerita Dewasa Pengalaman Dengan Simpanan Mama

$
0
0

Cerita Dewasa Pengalaman Dengan Simpanan Mama – Cerita Bugil, Cerita Bokep, Cerita Sex, Cerita Hot, Cerita Mesum, Mamaku itu memang hebat. Di usianya yang sudah kepala lima dia masih tetap cantik dan sexy. Di pekerjaanpun ia tetap paten. Karirnya melesat terus. Jabatannya kini sudah wakil direktur di perusahaan tempatnya bekerja. Karena hidup dengan Mama sejahtera, maka aku memilih untuk tinggal bersamanya sejak ia bercerai dengan Papaku setahun yang lalu.

Cerita Dewasa

Papaku yang cuma bekerja sebagai pegawai rendahan, mana bisa memenuhi kebutuhanku yang doyan hura-hura. Jangankan membelikanku mobil, sepeda motor aja Papa enggak bisa. Dua orang adikku juga memilih tinggal bersama Mama. Sama sepertiku, mereka juga doyan hura-hura. Ngabisin duit Mama yang aku enggak tahu gimana caranya, selalu saja ada. Apa yang kami minta selalu bisa dipenuhinya.

Namaku Tomi. Semester enam fakultas ekonomi di sebuah perguruan tinggi swasta yang beken di Jakarta. Adikku Mimi. Juga kuliah di fakultas ekonomi satu kampus denganku. Tapi dia masih duduk di semester dua. Adikku yang paling kecil, Toni. Dia masih kelas tiga SMU.

Dari kecil selalu hidup bergelimang harta, dari penghasilan Mamaku, membuat kehidupan glamour sangat melekat pada diri kami. Masing-masing kami dibelikan Mama mobil sebagai alat transportasi. Uang jajan tak pernah kurang. Karena itu aku dan adik-adikku tak pernah protes dengan apapun yang dikerjakan oleh Mamaku. Aku dan adik-adikku selalu kompak membela Mama. Termasuk saat bercerai dengan Papa. Padahal sebab perceraian kedua orangtuaku itu adalah jelas-jelas karena kesalahan Mama. Papa menangkap basah Mama sedang pesta sex dengan tiga orang gigolo muda di hotel!

Meski begitu, aku dan adik-adikku tetap aja kompak membela Mama. Soalnya belain Papa juga enggak ada untungnya. Lagian kelakuanku dan adik-adikku juga enggak beda-beda amat sama Mama. Aku dan Toni pernah bawa perek ke rumah. Si Mimi tahu tentang hal itu dan dia sih santai-santai aja. Soalnya dia juga sering bawa cowok ganteng ke kamarnya.

Setelah bercerai, rumah kami yang megah jadi seperti rumah bordil aja deh. Mama, aku, Mimi, dan Toni, rutin bawa partner sex kemari. Karena kami sama gilanya, jadi asyik. Kalau waktu ada Papa enggak asyik. Papa suka rese. Meski tak bisa memarahi kelakukan binal anak-anaknya, tapi Papa suka ngomel atau ngasih nasehat. Huh, menyebalkan aja Papaku itu.

Dari banyak cowok, si Willy yang paling sering dibawa Mama ke rumah. Dia tuh, kayak suami baru Mama aja jadinya. Hampir tiap hari dia ada di rumah. Paling kalau Mama lagi bosen dan ingin cari variasi pasangan lain, barulah dia ngibrit dari rumahku, balik ke kostnya.

Karena seringnya si Willy di rumah, aku dan adik-adikku jadi akrab dengan dia. Apalagi usianya enggak jauh dariku. Dia juga masih kuliah. Umurnya hanya lebih tua dua tahun dariku. Obrolan kami nyambung. Tentang apa saja. Otomotif, sport, musik, dan pasti ngesex. Hehe. Bisa dibilang, si Willy ini piaraan Mama. Segala biaya hidupnya, Mamaku yang nanggung.

Si Mimi paling senang dengan keberadaan Willy di rumah. Piaraan Mama itu dimanfaatinnya juga buat muasin nafsunya yang binal.

“Habisnya si Willy itu ganteng banget sih. Macho. Mana bodinya oke banget lagi. Belum lagi kontolnya. Gede banget Tom. Ngesexnya gila-gilaan. Pantes aja Mama paling demen ama dia dibandingin ama gigolonya yang lain,” kata Mimi padaku suatu hari. Dasar nakal. Dasar maniak tuh si Mimi.

Mendengar cerita si Mimi tentang kontolnya si Willy membuatku penasaran juga. Eits. Jangan salah sangka dulu men. Aku bukan gay. Jelas-jelas aku cowok straight. Cuman, dengar ukuran kontol orang sampai 28 sentimeter kan jelas bikin penasaran. Jangankan aku, cowok lain pasti juga penasaran. Gila aja kontol bisa segede itu!

Selama ini kupikir kontolku sudah paling gede. Panjangnya sekitar delapan belas senti. Susah-susah lho, cari kontol sepanjang punyaku ini di Indonesia. Ternyata punya si Willy malah lebih gila. sampai 28 senti men, selisih sepuluh senti dari punyaku. Ambil penggarisan deh, liat dari titik 0 senti sampai 28 senti, panjang banget kan ukuran segitu.

Meski penasaran, enggak mungkin kan aku permisi ke dia buat liat kontolnya. Gila aja. enggak usah ya. Pernah kepikiran buatku untuk ngintip dia saat ngentot dengan Mamaku atau si Mimi. Tapi males ah. Ngapain juga ngeliat saudara kandung sendiri ngentot. enggak ada seru-serunya. Entar aku jadi incest lagi. Bikin berabe aja.

Namun, yang namanya rezeki memang enggak kemana. Waktu itu malem hari. Hampir dini hari malah. Aku baru pulang. Biasalah, ngabis-ngabisin duit Mama. Semua orang sudah tidur kayaknya. Kerongkonganku rasanya kering banget. Haus. Aku langsung ke dapur, ingin ngambil minuman dari lemari es.

Pas aku nyampe di dapur aku terkesima. Kulihat Mama sedang berbaring telentang di atas meja makan kami. Pakaian atasannya terbuka memamerkan buah dadanya yang masih kencang dan besar. Sementara bagian bawah tubuhnya tak menggenakan penutup apa-apa. Sekitar memeknya yang penuh jembut lebat kulihat belepotan cairan putih kental sampai ke perutnya. Banyak banget. Mama tak sadar dengan kehadiranku, karena saat itu ia sedang memejamkan matanya sambil mendesah-desah.

“Ngg.. Enak banget Will,” katanya dengan suara mendesis. Rupanya dia baru aja dientot sama si Willy di atas meja makan itu.

Aku segera mengalihkan tatapanku dari tubuh Mamaku yang mengangkang itu. Entah kenapa, kok aku rasakan aku kayaknya terangsang. Bisa berabe nih. Pandanganku kualihkan ke lemari es. Saat menatap ke arah sana aku kembali kaget. Disana berdiri si Willy. Dia tak menggenakan pakaian apapun menutupi tubuhnya. Badannya yang tinggi dan kekar berotot itu polos. Dia sedang menenggak coca cola dari botol.

Mataku langsung menatap ke arah kontolnya. Gila men. Si Mimi enggak bohong. Di selangkangannya kulihat sebatang kontol dengan ukuran luar biasa. Sedang mengacung tegak ke atas mengkilap karena belepotan spermanya sendiri kayaknya. Batangnya gemuk, segemuk botol coca cola yang sedang dipegangnya. Panjang banget. Kepala kontolnya yang kemerahan seperti jamur melewati pusarnya. Batang gemuk itu penuh urat-urat. Aku sampai melotot melihatnya. Kupandangi kontol itu dengan teliti. Ck.. Ck.. Ck.. Sadis.

“Baru pulang Tom?” kata Willy menegurku.

Ia sudah menyadari kehadiranku rupanya. Aku segera menolehkan pandanganku dari kontolnya. Gawat kalau ia tahu aku sedang serius mengamati detil kontolnya itu.

“He eh. Iya,” sahutku sambil mengangguk.

Untung saja lampu di dapur itu bernyala redup. kalau terang benderang, pasti Willy bisa mengetahui kalau wajahku sedang bersemu merah saat itu. Malu.

Mamaku yang sedang berbaring lemas diatas meja makan tiba-tiba melompat bangun. Ia sibuk mencari-cari roknya untuk menutupi bagian bawah tubuhnya yang terbuka.

“Eh, Tomi. sudah lama kau datang?” kata Mama dengan ekspresi malu.
“Baru aja ma,” sahutku.

Aku beraksi seperti tidak terjadi apa-apa disitu. Segera kuambil minuman dingin dari lemari es. Tubuh Willy yang berkeringat tepat disampingku. Saat mataku melirik ke arah dalam lemari es, mencari minuman, kusempatkan untuk melirik sekali lagi ke arah batang kontol Willy. Kali ini aku bisa melihatnya lebih jelas. Karena ada bantuan penerangan dari lampu lemari es. Gila! Bagus banget bentuk kontolnya, pikirku.

Setelah mendpatkan minuman dingin, aku segera meninggalkan dapur. Tinggallah Mamaku dan Willy disana. Aku tak tahu apakah mereka masih melanjutkan lagi permainan cabul mereka atau tidak. Yang pasti sepanjang jalan menuju kamarku, pikiranku dipenuhi dengan kontol si Willy yang luar biasa itu.

“Gila! Gila!” rutukku dalam hati.

Kok aku bisa mikirin kontol punya cowok lain sih? Ada apa denganku ini? Rasanya malam itu aku susah untuk tidur. Setelah membalik-balikkan badan beratus kali di atas ranjangku yang empuk, barulah aku bisa tertidur. Itupun setelah jarum jam menunjukkan pukul empat pagi. Sebentar lagi pagi menjelang.

Berjumpa dengan Willy keesokan harinya aku jadi rada-rada grogi. Entah kenapa. Mataku jadi suka mencuri pandang ke arah selangkangannya. Aku jadi menyadari, kalau ternyata saat selangkangannya ditutupi celana seperti itu, ukuran tonjolan diselangkangan itu, memang beda dengan punyaku. Jauh lebih menonjol kayaknya. Gila! Gila! Rutukku lagi dalam hati. Kok aku jadi mikirin itu aja sih?!

Si Willy sih enggak ada perubahan. Ia tetap cuek aja seperti biasanya. Ia tak merasa ada yang aneh dengan kejadian semalam. Sepertinya ia tak perduli kalao aku memergokinya telanjang bulat bersama Mamaku. Kayaknya, buatnya itu hal yang lumrah saja. Dasar gigolo profesional dia.

Sebulan berlalu. Dan selama rentang waktu itu, aku jadi pengamat selangkangan Willy jadinya. Entah kenapa, aku selalu berharap akan punya kesempatan lagi untuk ngelihat perkakas gigolo itu. Tapi tak juga pernah kesampaian. Sampai suatu hari.
Aku ingin berenang pagi-pagi di kolam renang yang ada di halaman belakang rumahku. Ketika aku sampai di kolam renang mataku langsung menangkap sebuah tontonan cabul. Si Mimi sedang ngentot dengan Willy. Dasar nekat si Mimi. Padahal Mama kan masih ada di kamarnya pagi-pagi begini.

Adikku yang cantik dan sexy itu sedang nungging di tepi kolam renang. Dibelakangnya Willy asyik menggenjot kontolnya dalam lobang vagina adikku itu. Genjotannya liar dan keras. Menghentak-hentak. Tubuh si Mimi sampai terdorong-dorong ke depan karena hentakan itu. Kelihatannya si Mimi keenakan banget. Bibir bawahnya digigit-gigitnya dengan giginya. Ia menggelinjang-gelinjang sambil merem melek menikmati hajaran kontol Willy yang luar biasa itu di memeknya.

Aku terangsang hebat. Celana renang segitiga yang kukenakan, tak lagi bisa menampung kontolku yang membengkak. Aku tak tahu. Aku terangsang karena apa? Apakah karena melihat persetubuhan mereka, atau karena serius mengamati kontol besar Willy yang keluar masuk vagina si Mimi itu. Entahlah.

Tanganku langsung mengocok batang kontolku yang sudah kukeluarkan dari celana renangku. Kukocok sekuat tenaga. Cepat. Aku ingin segera menumpahkan spermaku.

“Eh, Tom. Ngapain luh?” tiba-tiba kudengar suara Mimi menegurku.

Mataku yang sedang merem melek langsung menatapnya. Kulihat ia menolehkan wajahnya yang cantik memandangku yang sedang berdiri mengangang sambil ngocok. Willy tersenyum memandangku. Mereka tak menghentikan permainan mereka.

“memang lo enggak bisa liat, gue lagi ngapain,” jawabku cuek. Willy tertawa kecil mendengar jawabanku.
“Gila lo,” kata Mimi. Setelah itu ia kembali asyik menikmati genjotan Willy.

Akhirnya akupun orgasme sambil memandangi Mimi dan Willy yang terus bercinta. Tak lama setelah itu si Willy yang orgasme di mulut Mimi. Sebelum spermanya sempat mencelat dari lobang kencingnya, Willy menyempatkan menyabut kontolnya yang gemuk dan panjang itu dari vagina Mimi. Lalu disuruhnya Mimi membuka mulutnya lebar-lebar menyambut tumpahan sperma Willy yang deras. Aku benar-benar terbius birahi melihat detik-detik Willy menumpahkan spermanya di mulut adikku itu. Entah kenapa nafsuku terasa menggelegak melihat kontol itu menyemburkan spermanya yang deras berulang-ulang. Kupelototi setiap detik orgasme Willy itu tanpa berkedip sama sekali. Aku tak ingin kehilangan momen yang indah itu sedetikpun.

“Gila lo. Adik sendiri ngentot ditonton,” kata Mimi padaku.

Saat itu kami bertiga berbaring di tepi kolam renang kelelahan. Kalau orang melihat kami saat itu, mereka tidak mengetahui kalau kami baru saja orgasme tadi. Yang melihat pasti hanya mengira kami sedang berjemur menikmati cahaya matahari di tepi kolam renang.

“Habisnya elo berdua sama gilanya sih. Masak pagi-pagi ngentot disini. Ketahuan Mama gimana?” sahutku.
“Cuek. Mama enggak bakalan bangun. Sebelum ngentotin gua, Mama habis dihajar sama si Willy. Jadi Mama pasti sedang ngorok kecapaian,” jawab Mimi yakin.
“Benar Wil?” tanyaku.
“Yap,” sahut Willy singkat.

Dasar si Willy. Habis ngentot dengan Mama, masih sanggup ngentoti si Mimi sebinal tadi. Benar-benar profesional nih cowok, pikirku. Itu pengalaman keduaku melihat kontol si Willy.

Cerita Sex | Menikmati Entot’an Mertua Yang Joss

$
0
0

Cerita Sex | Menikmati Entot’an Mertua Yang Joss – Namaku Novianti. Usiaku telah menginjak kepala tiga. Sudah menikah setahun lebih dan baru mempunyai seorang bayi laki-laki. Suamiku berusia hanya lebih tua satu tahun dariku. Kehidupan kami dapat dikatakan sangat bahagia. Memang kami berdua kawin dalam umur agak terlambat sudah diatas 30 tahun.

Cerita Sex

Selewat 40 hari dari melahirkan, suamiku masih takut untuk berhubungan seks. Mungkin dia masih teringat pada waktu aku menjerit-jerit pada saat melahirkan, memang dia juga turut masuk ke ruang persalinan mendampingi saya waktu melahirkan. Di samping itu aku memang juga sibuk benar dengan si kecil, baik siang maupun malam hari. Si kecil sering bangun malam-malam, nangis dan aku harus menyusuinya sampai dia tidur kembali.

Sementara suamiku semakin sibuk saja di kantor, maklum dia bekerja di sebuah kantor Bank Pemerintah di bagian Teknologi, jadi pulangnya sering terlambat. Keadaan ini berlangsung dari hari ke hari, hingga suatu saat terjadi hal baru yang mewarnai kehidupan kami, khususnya kehidupan pribadiku sendiri.

Ketika itu kami mendapat kabar bahwa ayah mertuaku yang berada di Amerika bermaksud datang ke tempat kami. Memang selama ini kedua mertuaku tinggal di Amerika bersama dengan anak perempuan mereka yang menikah dengan orang sana. Dia datang kali ini ke Indonesia sendiri untuk menyelesaikan sesuatu urusan. Ibu mertua nggak bisa ikut karena katanya kakinya sakit.

Ketika sampai waktu kedatangannya, kami menjemput di airport, suamiku langsung mencari-cari ayahnya. Suamiku langsung berteriak gembira ketika menemukan sosok seorang pria yang tengah duduk sendiri di ruang tunggu. Orang itu langsung berdiri dan menghampiri kami. Ia lalu berpelukan dengan suamiku. Saling melepas rindu. Aku memperhatikan mereka.

Ayah mertuaku masih nampak muda diumurnya menjelang akhir 50-an, meski kulihat ada beberapa helai uban di rambutnya. Tubuhnya yang tinggi besar, dengan kulit gelap masih tegap dan berotot. Kelihatannya ia tidak pernah meninggalkan kebiasaannya berolah raga sejak dulu. Beliau berasal dari belahan Indonesia Timur dan sebelum pensiun ayah mertua adalah seorang perwira angkatan darat.

“Hei nak Novi. Apa khabar…!”, sapa ayah mertua padaku ketika selesai berpelukan dengan suamiku.
“Ayah, apa kabar? Sehat-sehat saja kan? Bagaimana keadaan Ibu di Amerika..?” balasku.
“Oh…Ibu baik-baik saja. Beliau nggak bisa ikut, karena kakinya agak sakit, mungkin keseleo….”
“Ayo kita ke rumah”, kata suamiku kemudian.

Sejak adanya ayah di rumah, ada perubahan yang cukup berarti dalam kehidupan kami. Sekarang suasana di rumah lebih hangat, penuh canda dan gelak tawa. Ayah mertuaku orangnya memang pandai membawa diri, pandai mengambil hati orang. Dengan adanya ayah mertua, suamiku jadi lebih betah di rumah. Ngobrol bersama, jalan-jalan bersama.

Akan tetapi pada hari-hari tertentu, tetap saja pekerjaan kantornya menyita waktunya sampai malam, sehingga dia baru sampai kerumah di atas jam 10 malam. Hal ini biasanya pada hari-hari Senin setiap minggu. Sampai terjadilah peristiwa ini pada hari Senin ketiga sejak kedatangan ayah mertua dari Amerika.

Sore itu aku habis senam seperti biasanya. Memang sejak sebulan setelah melahirkan, aku mulai giat lagi bersenam kembali, karena memang sebelum hamil aku termasuk salah seorang yang amat giat melakukan senam dan itu biasanya kulakukan pada sore hari. Setelah merasa cukup kuat lagi, sekarang aku mulai bersenam lagi, disamping untuk melemaskan tubuh, juga kuharapkan tubuhku bisa cepat kembali ke bentuk semula yang langsing, karena memang postur tubuhku termasuk tinggi kurus akan tetapi padat.

Setelah mandi aku langsung makan dan kemudian meneteki si kecil di kamar. Mungkin karena badan terasa penat dan pegal sehabis senam, aku jadi mengantuk dan setelah si kecil kenyang dan tidur, aku menidurkan si kecil di box tempat tidurnya. Kemudian aku berbaring di tempat tidur. Saking sudah sangat mengantuk, tanpa terasa aku langsung tertidur. Bahkan aku pun lupa mengunci pintu kamar.

Setengah bermimpi, aku merasakan tubuhku begitu nyaman. Rasa penat dan pegal-pegal tadi seperti berangsur hilang… Bahkan aku merasakan tubuhku bereaksi aneh. Rasa nyaman sedikit demi sedikit berubah menjadi sesuatu yang membuatku melayang-layang. Aku seperti dibuai oleh hembusan angin semilir yang menerpa bagian-bagian peka di tubuhku.

Tanpa sadar aku menggeliat merasakan semua ini sambil melenguh perlahan. Dalam tidurku, aku bermimpi suamiku sedang membelai-belai tubuhku dan kerena memang telah cukup lama kami tidak berhubungan badan, sejak kandunganku berumur 8 bulan, yang berarti sudah hampir 3 bulan lamanya, maka terasa suamiku sangat agresif menjelajahi bagian-bagian sensitif dari sudut tubuhku.

Tiba-tiba aku sadar dari tidurku… tapi kayaknya mimpiku masih terus berlanjut. Malah belaian, sentuhan serta remasan suamiku ke tubuhku makin terasa nyata. Kemudian aku mengira ini perbuatan suamiku yang telah kembali dari kantor. Ketika aku membuka mataku, terlihat cahaya terang masih memancar masuk dari lobang angin dikamarku, yang berarti hari masih sore. Lagian ini kan hari Senin, seharusnya dia baru pulang agak malam, jadi siapa ini yang sedang mencumbuku…

Aku segera terbangun dan membuka mataku lebar-lebar. Hampir saja aku menjerit sekuat tenaga begitu melihat orang yang sedang menggeluti tubuhku. Ternyata… dia adalah mertuaku sendiri. Melihat aku terbangun, mertuaku sambil tersenyum, terus saja melanjutkan kegiatannya menciumi betisku. Sementara dasterku sudah terangkat tinggi-tinggi hingga memperlihatkan seluruh pahaku yang putih mulus.

“Yah…!! Stop….jangan…. Yaaahhhh…!!?” jeritku dengan suara tertahan karena takut terdengar oleh Si Inah pembantuku.
“Nov, maafkan Bapak…. Kamu jangan marah seperti itu dong, sayang….!!” Ia malah berkata seperti itu, bukannya malu didamprat olehku.

“Ayah nggak boleh begitu, cepat keluar, saya mohon….!!”, pintaku menghiba, karena kulihat tatapan mata mertuaku demikian liar sambil tangannya tak berhenti menggerayang ke sekujur tubuhku. Aku mencoba menggeliat bangun dan buru-buru menurunkan daster untuk menutupi pahaku dan beringsut-ingsut menjauhinya dan mepet ke ujung ranjang. Akan tetapi mertuaku makin mendesak maju menghampiriku dan duduk persis di sampingku. Tubuhnya mepet kepadaku. Aku semakin ketakutan.

“Nov… Kamu nggak kasihan melihat Bapak seperti ini? Ayolah, Bapak kan sudah lama merindukan untuk bisa menikmati badan Novi yang langsing padat ini….!!!!”, desaknya.
“Jangan berbicara begitu. Ingat Yah… aku kan menantumu…. istri Toni anakmu?”, jawabku mencoba menyadarinya.

“Jangan menyebut-nyebut si Toni saat ini, Bapak tahu Toni belum lagi menggauli nak Novi, sejak nak Novi habis melahirkan… Benar-benar keterlaluan tu anak….!!, lanjutnya.
Rupanya entah dengan cara bagaimana dia bisa memancing hubungan kita suami istri dari Toni. Ooooh…. benar-benar bodoh si Toni, batinku, nggak tahu kelakuan Bapaknya.

Mertuaku sambil terus mendesakku berkata bahwa ia telah berhubungan dengan banyak wanita lain selain ibu mertua dan dia tak pernah mendapatkan wanita yang mempunyai tubuh yang semenarik seperti tubuhku ini. Aku setengah tak percaya mendengar omongannya. Ia hanya mencoba merayuku dengan rayuan murahan dan menganggap aku akan merasa tersanjung.

Aku mencoba menghindar… tapi sudah tidak ada lagi ruang gerak bagiku di sudut tempat tidur. Ketika kutatap wajahnya, aku melihat mimik mukanya yang nampaknya makin hitam karena telah dipenuhi nafsu birahi. Aku mulai berpikir bagaimana caranya untuk menurunkan hasrat birahi mertuaku yang kelihatan sudah menggebu-gebu. Melihat caranya, aku sadar mertuaku akan berbuat apa pun agar maksudnya kesampaian.

Kemudian terlintas dalam pikiranku untuk mengocok kemaluannya saja, sehingga nafsunya bisa tersalurkan tanpa harus memperkosa aku. Akhirnya dengan hati-hati kutawarkan hal itu kepadanya.
“Yahh… biar Novi mengocok Ayah saja ya… karena Novi nggak mau ayah menyetubuhi Novi… Gimana…?”
Mertuaku diam dan tampak berpikir sejenak. Raut mukanya kelihatan sedikit kecewa namun bercampur sedikit lega karena aku masih mau bernegosiasi.

“Baiklah..”, kata mertuaku seakan tidak punya pilihan lain karena aku ngotot tak akan memberikan apa yang dimintanya.
Mungkin inilah kesalahanku. Aku terlalu yakin bahwa jalan keluar ini akan meredam keganasannya. Kupikir biasanya lelaki kalau sudah tersalurkan pasti akan surut nafsunya untuk kemudian tertidur. Aku lalu menarik celana pendeknya.

Ugh! Sialan, ternyata dia sudah tidak memakai celana dalam lagi. Begitu celananya kutarik, batangnya langsung melonjak berdiri seperti ada pernya. Aku sangat kaget dan terkesima melihat batang kemaluan mertuaku itu….
Oooohhhh…… benar-benar panjang dan besar. Jauh lebih besar daripada punya Toni suamiku. Mana hitam lagi, dengan kepalanya yang mengkilap bulat besar sangat tegang berdiri dengan gagah perkasa, padahal usianya sudah tidak muda lagi.

Tanganku bergerak canggung. Bagaimananpun baru kali ini aku memegang kontol orang selain milik suamiku, mana sangat besar lagi sehingga hampir tak bisa muat dalam tanganku. Perlahan-lahan tanganku menggenggam batangnya. Kudengar lenguhan nikmat keluar dari mulutnya seraya menyebut namaku.
“Ooooohhh…..sssshhhh…..Noviii…eee..eeena aak. .. betulll..!!!” Aku mendongak melirik kepadanya. Nampak wajah mertuaku meringis menahan remasan lembut tanganku pada batangnya.

Aku mulai bergerak turun naik menyusuri batangnya yang besar panjang dan teramat keras itu. Sekali-sekali ujung telunjukku mengusap moncongnya yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya. Kudengar mertuaku kembali melenguh merasakan ngilu akibat usapanku. Aku tahu dia sudah sangat bernafsu sekali dan mungkin dalam beberapa kali kocokan ia akan menyemburkan air maninya. Sebentar lagi tentu akan segera selesai sudah, pikirku mulai tenang.

Dua menit, tiga… sampai lima menit berikutnya mertuaku masih bertahan meski kocokanku sudah semakin cepat. Kurasakan tangan mertuaku menggerayangi ke arah dadaku. Aku kembali mengingatkan agar jangan berbuat macam-macam.
“Nggak apa-apa …..biar cepet keluar..”, kata mertuaku memberi alasan.

Aku tidak mengiyakan dan juga tidak menepisnya karena kupikir ada benarnya juga. Biar cepat selesai, kataku dalam hati. Mertuaku tersenyum melihatku tidak melarangnya lagi. Ia dengan lembut dan hati-hati mulai meremas-remas kedua payudara di balik dasterku. Aku memang tidak mengenakan kutang kerena habis menyusui si kecil tadi. Jadi remasan tangan mertua langsung terasa karena kain daster itu sangat tipis.

Sebagai wanita normal, aku merasakan kenikmatan juga atas remasan ini. Apalagi tanganku masih menggenggam batangnya dengan erat, setidaknya aku mulai terpengaruh oleh keadaan ini. Meski dalam hati aku sudah bertekad untuk menahan diri dan melakukan semua ini demi kebaikan diriku juga. Karena tentunya setelah ini selesai dia tidak akan berbuat lebih jauh lagi padaku.

“Novi sayang.., buka ya? Sedikit aja..”, pinta mertuaku kemudian.
“Jangan Yah. Tadi kan sudah janji nggak akan macam-macam..”, ujarku mengingatkan.
“Sedikit aja. Ya?” desaknya lagi seraya menggeser tali daster dari pundakku sehingga bagian atas tubuhku terbuka. Aku jadi gamang dan serba salah. Sementara bagian dada hingga ke pinggang sudah telanjang. Nafas mertuaku semakin memburu kencang melihatku setengah telanjang.

“Oh.., Novii kamu benar-benar cantik sekali….!!!”, pujinya sambil memilin-milin dengan hati-hati puting susuku, yang mulai basah dengan air susu. Aku terperangah. Situasi sudah mulai mengarah pada hal yang tidak kuinginkan.

Aku harus bertindak cepat. Tanpa pikir panjang, langsung kumasukkan batang kemaluan mertuaku ke dalam mulutku dan mengulumnya sebisa mungkin agar ia cepat-cepat selesai dan tidak berlanjut lebih jauh lagi. Aku sudah tidak mempedulikan perbuatan mertuaku pada tubuhku. Aku biarkan tangannya dengan leluasa menggerayang ke sekujur tubuhku, bahkan ketika kurasakan tangannya mulai mengelus-elus bagian kemaluanku pun aku tak berusaha mencegahnya. Aku lebih berkonsentrasi untuk segera menyelesaikan semua ini secepatnya. Jilatan dan kulumanku pada batang kontolnya semakin mengganas sampai-sampai mertuaku terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutku.

Aku tambah bersemangat dan semakin yakin dengan kemampuanku untuk membuatnya segera selesai. Keyakinanku ini ternyata berakibat fatal bagiku. Sudah hampir setengah jam, aku belum melihat tanda-tanda apapun dari mertuaku. Aku jadi penasaran, sekaligus merasa tertantang. Suamiku pun yang sudah terbiasa denganku, bila sudah kukeluarkan kemampuan seperti ini pasti takkan bertahan lama. Tapi kenapa dengan mertuaku ini? Apa ia memakai obat kuat?

Saking penasarannya, aku jadi kurang memperhatikan perbuatan mertuaku padaku. Entah sejak kapan daster tidurku sudah terlepas dari tubuhku. Aku baru sadar ketika mertuaku berusaha menarik celana dalamku dan itu pun terlambat!

Begitu menengok ke bawah, celana itu baru saja terlepas dari ujung kakiku. Aku sudah telanjang bulat! Ya ampun, kenapa kubiarkan semua ini terjadi. Aku menyesal kenapa memulainya. Ternyata kejadiannya tidak seperti yang kurencanakan. Aku terlalu sombong dengan keyakinanku. Kini semuanya sudah terlambat. Berantakan semuanya! Pekikku dalam hati penuh penyesalan. Situasi semakin tak terkendali. Lagi-lagi aku kecolongan.

Mertuaku dengan lihainya dan tanpa kusadari sudah membalikkan tubuhku hingga berlawanan dengan posisi tubuhnya. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku. Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Tak lama kemudian kurasakan sentuhan lembut di seputar selangkanganku. Tubuhku langsung bereaksi dan tanpa sadar aku menjerit lirih.

Suka tidak suka, mau tidak mau, kurasakan kenikmatan cumbuan mertuaku di sekitar itu. Akh luar biasa! Aku menjerit dalam hati sambil menyesali diri. Aku marah pada diriku sendiri, terutama pada tubuhku sendiri yang sudah tidak mau mengikuti perintah pikiran sehatku.

Tubuhku meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidah mertuaku. Kedua pahaku mengempit kepalanya seolah ingin membenamkan wajah itu ke dalam selangkanganku. Kuakui ia memang pandai membuat birahiku memuncak. Kini aku sudah lupa dengan siasat semula. Aku sudah terbawa arus. Aku malah ingin mengimbangi permainannya. Mulutku bermain dengan lincah. Batangnya kukempit dengan buah dadaku yang membusung penuh dan kenyal. Maklum, masih menyusui.

Sementara kontol itu bergerak di antara buah dadaku, mulutku tak pernah lepas mengulumnya. Tanpa kusadari kami saling mencumbu bagian vital masing-masing selama lima belas menit. Aku semakin yakin kalau mertuaku memakai obat kuat. Ia sama sekali belum memperlihatkan tanda-tanda akan keluar, sementara aku sudah mulai merasakan desiran-desiran kuat bergerak cepat ke arah pusat kewanitaanku. Jilatan dan hisapan mulut mertuaku benar-benar membuatku tak berdaya.

Aku semakin tak terkendali. Pinggulku meliuk-liuk liar. Tubuhku mengejang, seluruh aliran darah serasa terhenti dan aku tak kuasa untuk menahan desakan kuat gelombang lahar panas yang mengalir begitu cepat.
“Oooohhhhh…….aaaa….aaaaa……aaauugghhh hhhh hh..!!!!!” aku menjerit lirih begitu aliran itu mendobrak pertahananku. Kurasakan cairan kewanitaanku menyembur tak tertahankan. Tubuhku menggelepar seperti ikan terlempar ke darat merasakan kenikmatan ini. Aku terkulai lemas sementara batang kontol mertuaku masih berada dalam genggamanku dan masih mengacung dengan gagahnya, bahkan terasa makin kencang saja.

Aku mengeluh karena tak punya pilihan lain. Sudah kepalang basah. Aku sudah tidak mempunyai cukup tenaga lagi untuk mempertahankan kehormatanku, aku hanya tergolek lemah tak berdaya saat mertuaku mulai menindih tubuhku. Dengan lembut ia mengusap wajahku dan berkata betapa cantiknya aku sekarang ini.
“Noviii…..kau sungguh cantik. Tubuhmu indah dan langsing tapi padat berisi.., mmpphh..!!!”, katanya sambil menciumi bibirku, mencoba membuka bibirku dengan lidahnya.

Aku seakan terpesona oleh pujiannya. Cumbu rayunya begitu menggairahkanku. Aku diperlakukan bagai sebuah porselen yang mudah pecah. Begitu lembut dan hati-hati. Hatiku entah mengapa semakin melambung tinggi mendengar semua kekagumannya terhadap tubuhku.

Wajahku yang cantik, tubuhku yang indah dan berisi. Payudaraku yang membusung penuh dan menggantung indah di dada. Permukaan agak menggembung, pinggul yang membulat padat berisi menyambung dengan buah pantatku yang `bahenol’. Diwajah mertuaku kulihat memperlihatkan ekspresi kekaguman yang tak terhingga saat matanya menatap nanar ke arah lembah bukit di sekitar selangkanganku yang baru numbuh bulu-bulu hitam pendek, dengan warna kultiku yang putih mulus. Kurasakan tangannya mengelus paha bagian dalam. Aku mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakiku yang tadinya merapat.

Mertuaku menempatkan diri di antara kedua kakiku yang terbuka lebar. Kurasakan kepala kontolnya yang besar ditempelkan pada bibir kemaluanku. Digesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Aku merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. Cairan yang masih tersisa di sekitar itu membuat gesekannya semakin lancar karena licin.

Aku terengah-engah merasakannya. Kelihatannya ia sengaja melakukan itu. Apalagi saat moncong kontolnya itu menggesek-gesek kelentitku yang sudah menegang. Mertuaku menatap tajam melihat reaksiku. Aku balas menatap seolah memintanya untuk segera memasuki diriku secepatnya.

Ia tahu persis apa yang kurasakan saat itu. Namun kelihatannya ia ingin melihatku menderita oleh siksaan nafsuku sendiri. Kuakui memang aku sudah tak tahan untuk segera menikmati batang kontolnya dalam memekku. Aku ingin segera membuatnya `KO’. Terus terang aku sangat penasaran dengan keperkasaannya. Kuingin buktikan bahwa aku bisa membuatnya cepat-cepat mencapai puncak kenikmatan.
“Yah..?” panggilku menghiba.
“Apa sayang…”, jawabnya seraya tersenyum melihatku tersiksa.
“Cepetan..yaaahhhhh…….!!!”
“Sabar sayang. Kamu ingin Bapak berbuat apa…….?” tanyanya pura-pura tak mengerti.

Aku tak menjawab. Tentu saja aku malu mengatakannya secara terbuka apa keinginanku saat itu. Namun mertuaku sepertinya ingin mendengarnya langsung dari bibirku. Ia sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan kontolnya. Sementara aku benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahiku.

“Novii….iiii… iiiingiiinnnn aaa…aaayahhhh….se….se.. seeegeeeraaaa ma… masukin..!!!”, kataku terbata-bata dengan terpaksa.
Aku sebenarnya sangat malu mengatakan ini. Aku yang tadi begitu ngotot tidak akan memberikan tubuhku padanya, kini malah meminta-minta. Perempuan macam apa aku ini!?

“Apanya yang dimasukin…….!!”, tanyanya lagi seperti mengejek.
“Aaaaaaggggkkkkkhhhhh…..ya…yaaaahhhh. Ja…..ja….Jaaangan siksa Noviiii..!!!”
“Bapak tidak bermaksud menyiksa kamu sayang……!!”
“Oooooohhhhhh.., Yaaaahhhh… Noviii ingin dimasukin kontol ayah ke dalam memek Novi…… uugghhhh..!!!”

Aku kali ini sudah tak malu-malu lagi mengatakannya dengan vulgar saking tak tahannya menanggung gelombang birahi yang menggebu-gebu. Aku merasa seperti wanita jalang yang haus seks. Aku hampir tak percaya mendengar ucapan itu keluar dari bibirku sendiri. Tapi apa mau dikata, memang aku sangat menginginkannya segera.
“Baiklah sayang. Tapi pelan-pelan ya”, kata mertuaku dengan penuh kemenangan telah berhasil menaklukan diriku.

“Uugghh..”, aku melenguh merasakan desakan batang kontolnya yang besar itu. Aku menunggu cukup lama gerakan kontol mertuaku memasuki diriku. Serasa tak sampai-sampai. Selain besar, kontol mertuaku sangat panjang juga. Aku sampai menahan nafas saat batangnya terasa mentok di dalam. Rasanya sampai ke ulu hati. Aku baru bernafas lega ketika seluruh batangnya amblas di dalam.

Cerita Panas – Mertuaku mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan. Satu, dua dan tiga tusukan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam liang memekku membuat kontol mertuaku keluar masuk dengan lancarnya. Aku mengimbangi dengan gerakan pinggulku. Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama tusukannya.

Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting bagiku tusukan itu mencapai bagian-bagian peka di dalam relung kewanitaanku. Dia tahu persis apa yang kuinginkan.

Ia bisa mengarahkan batangnya dengan tepat ke sasaran. Aku bagaikan berada di awang-awang merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Batang mertuaku menjejal penuh seluruh isi liangku, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan batang itu sangat terasa di seluruh dinding vaginaku.

“Aduuhh.. auuffhh.., nngghh..!!!”, aku merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini.
Kembali aku mengakui keperkasaan dan kelihaian mertuaku di atas ranjang. Ia begitu hebat, jantan dan entah apalagi sebutan yang pantas kuberikan padanya. Toni suamiku tidak ada apa-apanya dibandingkan ayahnya yang bejat ini. Yang pasti aku merasakan kepuasan tak terhingga bercinta dengannya meski kusadari perbuatan ini sangat terlarang dan akan mengakibatkan permasalahan besar nantinya. Tetapi saat itu aku sudah tak perduli dan takkan menyesali kenikmatan yang kualami.

Mertuaku bergerak semakin cepat. Kontolnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitive. Aku meregang tak kuasa menahan desiran-desiran yang mulai berdatangan seperti gelombang mendobrak pertahananku. Sementara mertuaku dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulnya naik turun, ke kiri dan ke kanan. Eranganku semakin keras terdengar seiring dengan gelombang dahsyat yang semakin mendekati puncaknya.

Melihat reaksiku, mertuaku mempercepat gerakannya. Batang kontolnya yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya seakan tak memperdulikan liangku yang sempit itu akan terkoyak akibatnya. Kulihat tubuh mertuaku sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Tubuhku yang berkeringat nampak mengkilat terkena sinar lampu kamar.

Aku mencoba meraih tubuh mertuaku untuk mendekapnya. Dan disaat-saat kritis, aku berhasil memeluknya dengan erat. Kurengkuh seluruh tubuhnya sehingga menindih tubuhku dengan erat. Kurasakan tonjolan otot-ototnya yang masih keras dan pejal di sekujur tubuhku. Kubenamkan wajahku di samping bahunya. Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara kedua tanganku menggapai buah pantatnya dan menarik kuat-kuat.
Kurasakan semburan demi semburan memancar kencang dari dalam diriku. Aku meregang seperti ayam yang baru dipotong. Tubuhku mengejang-ngejang di atas puncak kenikmatan yang kualami untuk kedua kalinya saat itu.

“Yaaaah.., ooooohhhhhhh.., Yaaaahhhhh..eeee…eeennnaaaakkkkkkkk…!!!”
Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku saking dahsyatnya kenikmatan yang kualami bersamanya.
“Sayang nikmatilah semua ini. Bapak ingin kamu dapat merasakan kepuasan yang sesungguhnya belum pernah kamu alami….”, bisik ayah dengan mesranya.

“Bapak sayang padamu, Bapak cinta padamu…. Bapak ingin melampiaskan kerinduan yang menyesak selama ini..”, lanjutnya tak henti-henti membisikan untaian kata-kata indah yang terdengar begitu romantis.

Aku mendengarnya dengan perasaan tak menentu. Kenapa ini datangnya dari lelaki yang bukan semestinya kusayangi. Mengapa kenikmatan ini kualami bersama mertuaku sendiri, bukan dari anaknya yang menjadi suamiku…????. Tanpa terasa air mata menitik jatuh ke pipi. Mertuaku terkejut melihat ini. Ia nampak begitu khawatir melihatku menangis.

“Novi sayang, kenapa menangis?” bisiknya buru-buru.
“Maafkan Bapak kalau telah membuatmu menderita..”, lanjutnya seraya memeluk dan mengelus-elus rambutku dengan penuh kasih sayang. Aku semakin sedih merasakan ini. Tetapi ini bukan hanya salahnya. Aku pun berandil besar dalam kesalahan ini. Aku tidak bisa menyalahkannya saja. Aku harus jujur dan adil menyikapinya.

“Bapak tidak salah. Novi yang salah..”, kataku kemudian.
“Tidak sayang. Bapak yang salah…”, katanya besikeras.
“Kita, Yah. Kita sama-sama salah”, kataku sekaligus memintanya untuk tidak memperdebatkan masalah ini lagi.

“Terima kasih sayang”, kata mertuaku seraya menciumi wajah dan bibirku.
Kurasakan ciumannya di bibirku berhasil membangkitkan kembali gairahku. Aku masih penasaran dengannya. Sampai saat ini mertuaku belum juga mencapai puncaknya. Aku seperti mempunyai utang yang belum terbayar. Kali ini aku bertekad keras untuk membuatnya mengalami kenikmatan seperti apa yang telah ia berikan kepadaku.

Aku tak sadar kenapa diriku jadi begitu antusias untuk melakukannya dengan sepenuh hati. Biarlah terjadi seperti ini, toh mertuaku tidak akan selamanya berada di sini. Ia harus pulang ke Amerika. Aku berjanji pada diriku sendiri, ini merupakan yang terakhir kalinya.

Timbulnya pikiran ini membuatku semakin bergairah. Apalagi sejak tadi mertuaku terus-terusan menggerakan kontolnya di dalam memekku. Tiba-tiba saja aku jadi beringas. Kudorong tubuh mertuaku hingga terlentang. Aku langsung menindihnya dan menicumi wajah, bibir dan sekujur tubuhnya. Kembali kuselomoti batang kontolnya yang tegak bagai tiang pancang beton itu. Lidahku menjilat-jilat, mulutku mengemut-emut. Tanganku mengocok-ngocok batangnya.

Kulirik kewajah mertuaku kelihatannya menyukai perubahanku ini. Belum sempat ia akan mengucapkan sesuatu, aku langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuh mertuaku. Selangkanganku berada persis di atas batangnya.

“Akh sayang!” pekik mertuaku tertahan ketika batangnya kubimbing memasuki liang memekku. Tubuhku turun perlahan-lahan, menelan habis seluruh batangnya. Selanjutnya aku bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhku melonjak-lonjak seperti kuda binal yang sedang birahi.

Aku tak ubahnya seperti pelacur yang sedang memberikan kepuasan kepada hidung belang. Tetapi aku tak perduli. Aku terus berpacu. Pinggulku bergerak turun naik, sambil sekali-sekali meliuk seperti ular. Gerakan pinggulku persis seperti penyanyi dangdut dengan gaya ngebor, ngecor, patah-patah, bergetar dan entah gaya apalagi. Pokoknya malam itu aku mengeluarkan semua jurus yang kumiliki dan khusus kupersembahkan kepada ayah mertuaku sendiri!
“Ooohh… oohhhh… oooouugghh.. Noviiiii.., luar biasa…..!!!” jerit mertuaku merasakan hebatnya permainanku.

Pinggulku mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangan mertuaku mencengkeram kedua buah dadaku, diremas dan dipilin-pilin, sehingga air susuku keluar jatuh membasahi dadanya.

Ia lalu bangkit setengah duduk. Wajahnya dibenamkan ke atas dadaku. Menjilat-jilat seluruh permukaan dadaku yang berlumuran air susuku dan akhirnya menciumi putting susuku. Menghisapnya kuat-kuat sambil meremas-remas menyedot air susuku sebanyak-banyaknya.

Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan dinginnya udara meski kamarku menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Aku berkutat mengaduk-aduk pinggulku. Mertuaku menggoyangkan pantatnya. Kurasakan tusukan kontolnya semakin cepat seiring dengan liukan pinggulku yang tak kalah cepatnya. Permain kami semakin meningkat dahsyat.

Sprei ranjangku sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. Kurasakan mertuaku mulai memperlihatkan tanda-tanda.

Aku semakin bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Mungkin goyangan pinggulku akan membuat iri para penyanyi dangdut saat ini. Tak selang beberapa detik kemudian, aku pun merasakan desakan yang sama. Aku tak ingin terkalahkan kali ini. Kuingin ia pun merasakannya. Tekadku semakin kuat. Aku terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Aku sudah tak perduli suaraku akan terdengar kemana-mana. Kali ini aku harus menang! Upayaku ternyata tidak percuma.

Kurasakan tubuh mertuaku mulai mengejang-ngejang. Ia mengerang panjang. Menggeram seperti harimau terluka. Aku pun merintih persis kuda betina binal yang sedang birahi.
“Eerrgghh.. ooooo….ooooooo…..oooooouugghhhhhh..!!!!” mertuaku berteriak panjang.

Tubuhnya menghentak-hentak liar. Tubuhku terbawa goncangannya. Aku memeluknya erat-erat agar jangan sampai terpental oleh goncangannya. Mendadak aku merasakan semburan dahsyat menyirami seluruh relung vaginaku. Semprotannya begitu kuat dan banyak membanjiri liangku. Akupun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam diriku. Sambil mendesakan pinggulku kuat-kuat, aku berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan dengan ayah mertuaku.

Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. Saking dahsyatnya, tubuh kami terjatuh dari ranjang. Untunglah ranjang itu tidak terlalu tinggi dan permukaan lantainya tertutup permadani tebal yang empuk sehingga kami tidak sampai terkilir atau terluka.
“Oooooogggghhhhhhh.. yaahh..,nik….nikkkk nikmaatthh…. yaaahhhh..!!!!” jeritku tak tertahankan.

Tulang-tulangku serasa lolos dari persendiannya. Tubuhku lunglai, lemas tak bertenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 2 jam!
Gila! Jeritku dalam hati. Belum pernah rasanya aku bercinta sampai sedemikian lamanya. Aku hanya bisa memeluknya menikmati sisa-sisa kepuasan. Perasaanku tiba-tiba terusik.

Sepertinya aku mendengar sesuatu dari luar pintu kamar, kayaknya si Inah…. Karena mendengar suara ribut-ribut dari kamar, rupanya ia datang untuk mengintip…. tapi aku sudah terlalu lelah untuk memperhatikannya dan akhirnya tertidur dalam pelukan mertuaku, melupakan semua konsekuensi dari peristiwa di sore ini di kemudian hari…..

Cerita Mesum Akibat Film Porno

$
0
0

Cerita Mesum Akibat Film Porno –  Pada waktu sore rumah sedang kosong, orangtua sedang pergi dan kebetulan pembantu juga sedang tidak ada. Adikku sedang pergi. Aku menyewa VCD BF XXX dan X2. Aku senang sekali, karena tidak ada gangguan pas sedang nonton. Cerita X2 di VCD itu kebetulan bercerita tentang seks antara adik dan kakak. Gila sekali deh adegannya. Kupikir kok bisa ya.

Cerita Mesum

Eh, aku berani tidak ya melakukan itu sama adikku yang masih SMP? tapi kan adikku masih polos sekali, kalau di film ini mah sudah jago dan pro, pikirku dalam hati. Sedang nonton plus mikir gimana caranya melakukan sama adikku, eh, bel berbunyi. Wah, teryata adikku, si Dina sama temannya datang. Sial, mana filmnya belum selesai lagi. Langsung kusimpan saja tuh VCD, terus kubukakan pintu. Dina sama temannya masuk. Eh, temannya manis juga loh.

“Dari mana lo?” tanyaku.
“Dari jalan dong. Emang kayak kakak, ngedekem mulu di rumah,” jawabnya sambil manyun.
“Aku juga sering jalan tau, emang elo doang. Cuman sekarang lagi males,” kataku.
“Oh iya, Kak. Kenalin nih temenku, namanya Anti, temen sekelasku,” katanya.
Akhirnya aku kenalan sama itu anak. Tiba-tiba si Dina tanya, “lihat VCD Boyzone aku tidak?”
“Tau, cari saja di laci,” kataku.
Eh, dia membuka tempat aku menaruh VCD BF. Aku langsung gelagapan.
“Eh, bukan di situ…” kataku panik.
“Kali saja ada,” katanya.

Telat. Belum sempat kutahan dia sudah melihat VCD XXX yang covernya lumayan hot itu, kalau yang X2 sih tidak pakai gambar.
“Idih… Kak. Kok nonton film kayak begini?” katanya sambil memandang jijik ke VCD itu.
Temannya sih senyam-senyum saja.
“Enggak kok, aku tadi dititipin sama temanku,” jawabku bohong.
“Bohong banget. Ngapain juga kalo dititipin nyasar sampe di laci ini,” katanya.
“Kak, ini film jorok kan? Nnnggg… kayak apa sih?” tanyanya lagi.

Aku tertawa saja dalam hati. Tadi jijik, kok sekarang malah penasaran.
“Elo mao nonton juga?” tanyaku.
“Mmmm… jijik sih… tapi… penasaran Kak…” katanya sambil malu-malu.
“Anti, elo mao nonton juga tidak?” tanyanya ke temannya.
“Aku mah asyik saja. Lagian aku udah pernah kok nonton film kayak begitu,” jawab temannya.
“Gimana… jadi tidak? keburu mama sama papa pulang nih,” desakku.
“Ayo deh. Tapi kalo aku jijik, dimatiin ya?” katanya.
“Enak saja lo, elo kabur saja ke kamar,” jawabku.

Lalu VCD itu aku nyalakan. Jreng… dimulailah film tersebut. Aku nontonnya sambil sesekali memandangi adikku dan temannya. Si Anti sih kelihatannya tenang nontonnya, sudah “expert” kali ya? Kalau adikku kelihatan begitu baru pertama kali nonton film seperti begitu. Dia kelihatan takut-takut. Apalagi pas adegan rudalnya cowok dihisap. Mana itu rudal besarnya minta ampun. “Ih, jijik banget…” kata Dina. Pas adegan ML sepertinya si Dina sudah tidak tahan. Dia langsung kabur ke kamar.
“Yeee, malah kabur,” kata Anti.
“Elo masih mao nonton tidak?” tanyaku ke si Anti.
“Ya, terus saja,” jawabnya.

Wah, boleh juga nih anak. Sepertinya, bisa nih aku main sama dia. Tapi kalau dia marah gimana? pikirku dalam hati. Ah, tidak apa-apa kok, tidak sampai ML ini. Sambil nonton, aku duduknya mendekat sama dia. Dia masih terus serius nonton. Lalu kucoba pegang tangannya. Pertama dia kaget tapi dia tidak berusaha melepas tangannya dari tanganku. Kesempatan besar, pikirku. Kuelus saja lehernya. Dia malah memejamkan matanya. Sepertinya dia menikmati begitu. Wow, tampangnya itu lho, manis! Aku jadi ingin nekat.

Waktu dia masih merem, kudekati bibirku ke bibir dia. Akhirnya bersentuhanlah bibir kami. Karena mungkin memang sudah jago, si Anti malah mengajak French Kiss. Lidah dia masuk ke mulutku dan bermain-main di dalam mulut. Sial, jagoan dia daripada aku. Masa aku dikalahin sama anak SMP sih. Sambil kami ber-French Kiss, aku berusaha masukkan tanganku ke balik bajunya. Mencari sebongkah buah dada imut. Ukuran dadanya tidak begitu besar, tapi sepertinya sih seksi. Soalnya badan si Anti itu tidak besar tapi tidak kurus, dan tubuhnya itu putih.

Begitu ketemu buah dadanya, langsung kupegang dan kuraba-raba. Tapi masih terbungkus sama bra-nya. “Baju elo gue buka ya?” tanyaku. Dia ngangguk saja sambil mengangkat tangannya ke atas. Kubuka bajunya. Sekarang dia tinggal pakai bra warna pink dan celana panjang yang masih dipakai. Shit! kataku dalam hati. Mulus sekali! Kubuka saja bra-nya. Payudaranya bagus, runcing dan putingnya berwarna pink. Langsung kujilati payudaranya, dia mendesah, aku jadi makin terangsang. Aku jadi pingin menyetubuhi dia. Tapi aku belum pernah ML, jadi aku tidak berani.

Tapi kalau sekitar dada saja sih aku lumayan tahu. Gimana ya? Tiba-tiba pas aku lagi menjilati payudara si Anti, adikku keluar dari kamar. Kami sama-sama kaget. Dia kaget melihat apa yang kakak dan temannya perbuat. Aku dan Anti kaget pas melihat Dina keluar dari kamar. Si Anti buru-buru pakai bra dan bajunya lagi. Si Dina langsung masuk ke kamarnya lagi. Sepertinya dia shock melihat apa yang kami berdua lakukan. Si Anti langsung pamit mau pulang. “Bilang sama Dina ya… sorry,” kata Anti. “Tidak apa-apa kok,” jawabku. Akhirnya dia pulang.

Aku ketuk kamarnya Dina. Aku ingin menjelaskan. Eh, dianya diam saja. Masih kaget kali ya, pikirku. Aku tidur saja, dan ternyata aku ketiduran sampai malam. Pas kebangun, aku tidak bisa tidur lagi, aku keluar kamar. Nonton TV ah, pikirku. Pas sampai di depan TV ternyata adikku lagi tidur di kursi depan TV. Pasti ketiduran lagi nih anak, kataku dalam hati. Gara-gara melihat dia tidur dengan agak “terbuka” tiba-tiba aku jadi keingat sama film X2 yang belum selesai kutonton, yang ceritanya tentang hubungan seks antara adik dan kakak, ditambah hasrat aku yang tidak kesampaian pas sama Anti tadi. Ketika adikku menggerakan kakinya membuat roknya tersingkap, dan terlihatlah CD-nya.

Begitu melihat CD-nya aku jadi semakin nafsu. Tapi aku takut. Ini kan adikku sendiri masa aku setubuhi sih. Tapi dorongan nafsu semakin menggila. Ah, aku peloroti saja CD-nya. Eh, nanti kalau dia bangun bagaimana? Ah, cuek saja. Begitu CD-nya turun semua, wow, belahan kemaluannya terlihat masih amat rapat dan dihiasi bulu-bulu halus yang baru tumbuh. Kucoba sentuh, hmmm… halus sekali. Kusentuh garis kemaluannya. Tiba-tiba dia menggumam, aku jadi kaget. Aku merasa di ruang TV terlalu terbuka. Kurapikan lagi pakaian adikku, terus kugendong ke kamarnya.

Sampai di kamar dia, it’s show time, pikirku. Kutiduri dia di kasurnya. Kubukakan bajunya. Ternyata dia tidak pakai bra. Wah, payah juga nih adikku. Nanti kalau payudaranya jadi turun bagaimana. Begitu bajunya terbuka, buah dada mungilnya menyembul. Ih, lucu bentuknya. Masih kecil buah dadanya tapi lumayan ada. Kucoba hisap putingnya, hmmm… nikmat! Buah dada dan putingnya begitu lembut. Eh, tiba-tiba dia bangun! “Kak… ngapain lo!” teriaknya sambil mendorongku. Aku kaget sekali, “Ngg… ngg… tidak kok, aku cuma pengen nerusin tadi pas sama si Anti, tidak papa kan?” jawabku ketakutan. Aku berharap orangtua aku tidak mendengar teriakan adikku yang agak keras tadi. Dia menangis.

“Sorry ya Din, gue salah, habis elo juga sih ngapain tidur di ruang TV dengan keadaan seperti itu, tidak pake bra lagi,” kataku.
“Jangan bilang sama mama dan papa ya, please…” kataku.
Dia masih nangis. Akhirnya kutinggali dia. Aduh, aku takut nanti dia ngadu.

Sejak saat itu aku kalau ketemu dia suka canggung. Kalau ngomong paling seadanya saja. Tapi aku masih penasaran. Aku masih ingin mencoba lagi untuk “ngegituin” Dina. Sampai pada suatu hari, adikku sedang sendiri di kamar. Aku coba masuk,
“Din, lagi ngapain elo,” aku mencoba untuk beramah-tamah.
“Lagi dengerin kaset,” jawabnya.
“Yang waktu itu, elo masih marah ya…” tanyaku.
“….” dia diam saja.
“Sebenernya gue… gue… pengen nyoba lagi…” gila ya aku nekat sekali.
Dia kaget dan pas dia mau ngomong sesuatu langsung aku dekati mukanya dan langsung kucium bibirnya.

“Mmhhpp… Kakk… mmmhph…” dia seperti mau ngomong sesuatu.
Tapi akhirnya dia diam dan mengikuti permainanku untuk ciuman. Sambil ciuman itu tanganku mencoba meraba-raba dadanya dari luar. Pertama merasakan payudaranya diraba, dia menepis tanganku. Tapi aku terus berusaha sambil tetap berciuman. Setelah beberapa menit berciuman sambil meraba-raba payudaranya, aku mencoba membuka bajunya. Eh, kok dia langsung mau saja dibuka ya? Mungkin dia lagi merasakan kenikmatan yang amat sangat dan pertama kali dirasakannya.

Begitu dibuka, langsung kubuka bra-nya. Kujilati putingnya dan sambil mengusap dan mneremas-remas buah dada yang satunya. Walaupun payudara adikku itu masih agak kecil, tapi dapat memberikan sensasi yang tak kalah dengan payudara yang besar. Ketika sedang dihisap-hisap, dia mendesah, “Sshh… ssshh.. ahhh, enak, Kak…” Setelah kuhisap, putingnya menjadi tegang dan agak keras. Terus kubuka celanaku dan aku keluarkan “adik”-ku yang sudah lumayan tegang. Pas dia melihat, dia agak kaget. Soalnya dulu kami pernah mandi bareng pas “punya”-ku masih kecil. Sekarang kan sudah besar dong.

Aku tanya sama dia, “Berani untuk ngisep punya gue tidak? Entar punya elo juga gue isepin deh, kita pake posisi 69.”
“69… apa’an tuh?” tanyanya.
“Posisi dimana kita saling mengisap dan ngejilatin punyanya partner kita pada saat berhubungan,” jelasku.
“Ooo…”
Langsung aku membuka celana dia dan CD-nya. Kami langsung mengambil posisi 69. Aku buka belahan kemaluannya dan terlihatlah klitorisnya seperti bentuk kacang di dalam kemaluannya itu. Ketika kusentuh pakai lidah, dia mengerang,
“Ahhh… Kakak nyentuh apanya sih kok enak banget…” tanyanya.
“Elo mestinya ngejilatin dan ngisep punya gue dong. Masa elo doang yang enak,” kataku.
“Iya Kak, habis takut dan geli sih…” jawabnya.

“Jangan bayangin yang bukan-bukan dong. Bayangin saja keenakan elo,” kataku lagi.
Saat itu juga dia langsung menjilat punyaku. Dia menjilati kepala anu-ku dengan perlahan. Uuhhh, enak benar. Terus dia mulai menjilati seluruh dari batanganku. Lalu dia masukkan punyaku ke mulutnya dan mulai menghisapnya. Oohh… gila benar. Dia ternyata berbakat. Hisapannya membuatku jadi hampir keluar.

“Stop… eh, Din, stop dulu,” kataku.
“Lho kenapa?” tanyanya.
“Tahan dulu entar aku keluar,” jawabku.
“Lho emang kenapa kalau keluar?” tanyanya lagi.
“Entar game over,” kataku.

Ternyata adikku memang belum mengerti masalah seks. Benar-benar polos. Akhirnya kujelaskan kenapa kalau cowok sudah keluar tidak bisa terus pemainannya. Akhirnya dia mulai mengerti. Posisi kami sudah tidak 69 lagi, jadi aku saja yang bekerja. Kemudian aku teruskan menghisapi kemaluannya dan klitorisnya. Dia terus menerus mendesah dan mengerang.
“Kak Iwan… terus Kak… di situ… iya di situ… oohh… ssshhh…”

Aku terus menghisap dan menjilatinya. Dia menjambak rambutku. Sambil matanya merem-melek. Akhirnya aku sudah dalam kondisi fit lagi (tadi kan kondisinya sudah mau keluar). Kutanya sama adikku,
“Elo berani ML tidak?”
“…” dia diam.

“Gue pengen ML, tapi terserah elo… gue tidak maksa,” kataku.
“Sebenerya gue takut. Tapi sudah kepalang tanggung nih… gue lagi ‘on air’,” kata dia.
“OK… jadi elo mau ya?” tanyaku lagi.
“…” dia diam lagi.
“Ya udah deh, kayanya elo mau,” kataku.
“Tapi tahan sedikit. Nanti agak sakit awalnya. Soalnya elo baru pertama kali,” kataku.
“…” dia diam saja sambil menatap kosong ke langit-langit.

Kubuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Kelihatan bibir kemaluannya yang masih sempit itu. Kuarahkan ke lubang kemaluannya. Begitu aku sentuhkan kepala “anu”-ku ke liang kemaluannya, Dina menarik nafas panjang, dan kelihatan sedikit mengeluarkan air mata. “Tahan ya Din…” Langsung kudorong anu-ku masuk ke dalam lubang kemaluannya. Tapi masih susah, soalnya masih sempit sekali. Aku terus mencoba mendorong anu-ku, dan… “Bleesss…” masuk juga kepala kemaluanku. Dina agak berteriak,

“Akhhh sakit Kak…”
“Tahan ya Din…” kataku.
Aku terus mendorong agar masuk semua. Akhirnya masuk semua kemaluanku ke dalam selangkangan adikku sendiri.
“Ahhh… Kak… sakit Kak… ahh…”
Setelah masuk, langsung kugoyang maju-mundur, keluar masuk liang kemaluannya.
“Ssshhh… sakittt Kak… ahhh… enak… Kak, terusss… goyang Kak…”

Dia jadi mengerang tidak karuan. Setelah beberapa menit dengan posisi itu, kami ganti dengan posisi “dog style”. Dina kusuruh menungging dan aku masukkan ke lubang kemaluannya lewat belakang. Setelah masuk, terus kugenjot. Tapi dengan keadaan “dog style” itu ternyata Dina langsung mengalami orgasme. Terasa sekali otot-otot di dalam kemaluannya itu seperti menarik batang kemaluanku untuk lebih masuk.

“Ahhh… ahhha… aku lemess banget… Kak,” rintihnya dan dia jatuh telungkup. Tapi aku belum orgasme. Jadi kuteruskan saja. Kubalikkan badannya untuk tidur terlentang. Terus kubuka lagi belahan pahanya. Kumasukkan kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya. Padahal dia sudah kecapaian.

“Kak, udah dong! Gue udah lemes…” pintanya.
“Sebentar lagi ya…” jawabku.
Tapi setelah beberapa menit kugenjot, eh, dianya segar lagi.
“Kak, yang agak cepet lagi dong…” katanya.
Kupercepat dorongan dan genjotanku.

“Ya… kayak gitu dong… ssshh… ahhh.. uhuuh,” desahannya makin maut saja.
Sambil menggenjot, tanganku meraba-raba dan meremas payudaranya yang mungil itu. Tiba-tiba aku seakan mau meledak, ternyata aku mau orgasme. “Ahhh, Din aku mau keluar… ahhh…” Ternyata saat yang bersamaan dia orgasme juga. Kemaluanku seperti dipijat-pijat di dalam. Karena masih enak, kukeluarkan di dalam kemaluannya. Nanti kusuruh minum pil KB saja supaya tidak hamil, pikirku dalam hati.

Setelah orgasme bareng itu kucium bibirnya sebentar. Setelah itu aku dan dia akhirnya ketiduran dan masih dalam keadaan bugil dan berkeringat di kamar gara-gara kecapaian. Ketika bangun, aku dengsr dia lagi merintih sambil menangis.
“Kak, gimana nih. Punyaku berdarah banyak,” tangisnya.
Kulihat ternyata di kasurnya ada bercak darah yang cukup banyak. Dan kemaluannya agak sedikit melebar. Aku kaget melihatnya. Gimana nih jadinya?
“Kak, aku udah tidak perawan lagi ya?” tanyanya.
“…” aku diam saja.

Habis mau jawab apa. Gila! aku sudah merenggut keperawanan adikku sendiri.
“Kak, punyaku tidak apa-apakan?” tanyanya lagi.
“Berdarah begini wajar untuk pertama kali,” kataku.
Tiba-tiba, gara-gara melihat dia tidak pakai CD dan memperlihatkan kemaluannya yang agak melebar itu ke aku, anu-ku “On” lagi!

Cerita Dewasa Bercinta Dengan Wanita Hamil

$
0
0

Cerita Dewasa Bercinta Dengan Wanita Hamil – Aku adalah seorang eksekutif muda yang baru diangkat menjadi manajer di sebuah perusahaan swasta di Surabaya. Sebut saja namaku Aldi, tinggi 175 cm kata orang aku mirip pemain bulu tangkis Ricky S. Kisah ini terjadi hampir setahun yang lalu. Umurku saat itu 30 tahun. Aku sudah beristri dan beranak 2, berumur 3 tahun dan yang bungsu baru 1 bulan. Isteri dan anakku masih tinggal di Malang karena saat melahirkan anak kedua tinggal di rumah orang tuanya dan belum pulang ke Surabaya.

Cerita Dewasa

Kisah ini terjadi saat pulang dari kerja lembur sekitar pukul 11:00 malam. Dengan mobil Baleno kesayanganku, aku menyusuri Jalan di kawasan perumahan elit yang mulai sepi karena kebetulan hujan gerimis. Ditengah perjalanan aku melihat perempuan setengah baya berdiri di bawah pohon di pinggir jalan. Aku merasa kasihan lalu aku menghentikan mobil dan menghampirinya.

Aku bertanya, “Ibu sedang menunggu apa?”
Dia memandangku agak curiga tapi kemudian tersenyum. Dalam hati aku memuji, Manis juga ibu ini walaupun umurnya kelihatannya di atasku sekitar 34 -36 tahun kalau digambarkan seperti artis Misye Arsita dan saat itu perutnya agak membuncit kecil kelihatan sedang hamil muda.
“Kalau ke manukan naik angkot apa ya Dik?”
“Wah jam segini sudah habis Bu angkotnya, Gimana kalo saya antar?”
Dia kelihatan gembira. “Apa tidak merepotkan?”
“Kebetulan rumah saya juga satu arah dari sini, mari naik!”

Setelah dia ikut mobilku, Ibu itu bercerita bahwa dia berasal dari Jawa Tengah, dia sedang mencari suaminya yang kebetulan baru 2 minggu kerja sebagai sopir bis jurusan Semarang-Surabaya, keperluannya ke sini hendak mengabarkan kalau anaknya yang pertama yang berumur 15 tahun kecelakaan dan dirawat di rumah sakit sehingga butuh uang untuk perawatan anaknya. Kebetulan alamat yang di tulis oleh suaminya tidak ada nomer teleponnya.

Sesampainya di alamat yang dituju kami berhenti. Setelah di depan rumah ketika akan mengetuk pintu ternyata pintunya masih digembok, lalu kami bertanya pada tetangga sebelah yang kebetulan satu profesi.
“Suami Ibu paling cepat 2 hari lagi pulangnya. Baru saja sore tadi bisnya berangkat ke Semarang. Kebetulan kami satu PO.”
Kemudian kami permisi pergi. Kelihatan di dalam mobil dia sedih sekali.
“Terus sekarang Ibu mau ke mana?” tanyaku.

“Sebenarnya saya pengin pulang tapi.. pasti saya nanti di marahi mertua saya kalau pulang dengan tangan kosong, lagian uang saya juga sudah nggak cukup untuk pulang.”
“Begini saja, Ibu kan rumahnya jauh, capek kan baru nyampek trus pulang lagi.. apalagi kelihatanya ibu sedang hamil, berapa bulan?”
“Empat bulan ini Dik, trus saya harus gimana?”
“Dalam dua hari ini Ibu tinggal saja di rumah saya, kan nggak jauh dari manukan nanti setelah dua hari ibu saya antar ke sini lagi, gimana?”

“Yah terserah adik saja yang penting saya bisa istirahat malam ini.”
“Oh ya, boleh kenalan.. nama Ibu siapa dan usianya sekarang berapa?”
“Panggil saja aku Mbak Menik, dan sekarang aku 35 tahun.”

Malam itu, dia kusuruh tidur di kamar samping yang biasanya dipakai untuk kamar tamu yang mau menginap. Rumahku terdiri dari 3 kamar, kamar depan kupakai sendiri dan isteriku, sedang yang belakang untuk anakku yang pertama. Malam itu aku tidur nyenyak sekali, kebetulan malam sabtu dan di kantorku hanya berlaku 5 hari kerja jadi sabtu dan minggu aku libur. Sebenarnya aku ingin pergi ke Malang tapi karena ada tamu, kutangguhkan kepergianku minggu depan.

Sekitar jam 8 pagi aku bangun, kulihat sudah ada kopi yang sudah agak dingin di meja makan serta beberapa kue di piring. Mungkinkah ibu itu yang menyajikan semua ini. Lalu setelah kuteguk kopi itu aku bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka dan kencing. Karena agak ngantuk aku kurang mengawasi apa yang terjadi, saat aku selesai kencing aku tidak sadar kalau di bathup Mbak Menik sedang telanjang dan berendam di dalamnya.

Matanya melotot melihat kemaluanku yang menjulur bebas, ketika aku membalik ke samping aku kaget dan sempat tertegun melihat tubuh telanjang Mbak Menik, tubuh yang kuning langsat dan mulus itu terlihat mengkilat karena basah oleh air dan buah dadanya.. wow besar juga ternyata, 36B. Pasti empunya gila seks. Lalu mataku berpindah ke sekitar pusarnya, di atas liang senggamanya tumbuh bulu kemaluannya yang lebat.

Tak sadar kemaluanku tegak berdiri dan aku lupa kalau belum mengancingkan celana, Dan Mbak Menik sempat tertegun melihat kejantananku yang lumayan besar, panjangnya 17 cm tapi kemudian.. “Aouuww, Dik itunyaa!” kata Mbak Menik sambil menutup buah dadanya dengan tangan serta mengapitkan kakinya. Aku baru sadar lalu buru-buru keluar.

Di kamar aku masih membayangkan keindahan tubuh Mbak Menik. Andai saja aku bisa menikmati tubuh itu… aku malah berpikiran ngeres karena memang sudah lama aku tidak mendapat jatah dari isteriku, ditambah lagi situasi di rumah itu hanya kami berdua. Lalu timbul niat isengku untuk mengintip lagi ke kamar mandi, ternyata dia sudah keluar lalu kucari ke kamarnya.

Saat di depan pintu samar-samar aku mendengar ada suara rintihan dari dalam kamar samping, kebetulan nako jendela kamar itu terbuka lalu kusibakkan tirainya perlahan-lahan. Sungguh pemandangan yang amat syur. Kulihat Mbak Menik sedang masturbasi, kelihatan sambil berbaring di ranjang dia masih telanjang bulat, kakinya dikangkangkan lebar, tangan kirinya meremas liang kewanitaannya sambil jarinya dimasukkan ke dalam lubang senggamanya, sedang tangan kanannya meremas buah dadanya bergantian. Sesekali pantatnya diangkat tinggi sambil mulutnya mendesis seperti orang kepedasan, wajahnya kelihatan memerah dengan mata terpejam.

“Ouuuhh… Hhhmm… Ssstt…” Aku semakin penasaran ingin melihat dari dekat, lalu kubuka pintu kamarnya pelan- pelan tanpa suara aku berjingkat masuk. Aku semakin tertegun melihat pemandangan yang merangsang birahi itu. Samar-samar kudengar dia menyebut namaku, “Ouhhh Aldiii.. Sss Ahhh..” Ternyata dia sedang membayangkan bersetubuh denganku, kebetulan sekali rasanya aku sudah tidak tahan lagi ingin segera menikmati tubuhnya yang mulus walau perutnya agak membuncit, justru menambah nafsuku. Lalu pelan-pelan kulepaskan pakaianku satu-persatu hingga aku telanjang bulat. Batang kemaluanku sudah sangat tegang, kemudian tanpa suara aku menghampiri Mbak Menik, kuikuti gerakan tangannya meremasi buah dadanya. Dia tersentak kaget lalu menarik selimut dan menutupi tubuhnya.

“Sedang apa Anda di sini!, tolong keluar!” katanya agak gugup.
“Mbak nggak usah panik.. kita sama-sama butuh.. sama-sama kesepian, kenapa tidak kita salurkan bersama,” kataku merajuk sambil terus berusaha mendekatinya tapi dia terus menghindar.
“Ingat Dik, saya sudah bersuami dan beranak tiga,” Dia terus menghiba.
“Mbak, saya juga sudah beristri dan punya anak, tapi kalau sekarang terus terang saya sangat terpesona oleh Mbak.. Nggak ada orang lain di sini.. cuma kita berdua.. pasti nggak ada yang tahu.. Ayolah saya akan memuaskan Mbak, saya janji nggak akan menyakiti Mbak, kita lakukan atas dasar suka sama suka dan sama-sama butuh, mari Mbak!”

“Tapi saya sekarang sedang hamil, Dik.. kumohon jangan,” pintanya terus.
Aku hanya tersenyum, “Saya dengar tadi samar-samar Mbak menyebut namaku, berarti Mbak juga inginkan aku.. jujur saja.” Dan aku berhasil menyambar selimutnya, lalu dengan cepat kutarik dia dan kujatuhkan di atas ranjang dan secepat kilat kutubruk tubuhnya, dan wajahnya kuhujani ciuman tapi dia terus meronta sambil berusaha mengelak dari ciumanku. Segera tanganku beroperasi di dadanya. Buah dadanya yang lumayan besar itu jadi garapan tanganku yang mulai nakal.
“Ouughh jangaan Diik.. Kumohon lepaskaan..” rintihnya.

Tanganku yang lain menjalari daerah kewanitaannya, bulu-bulu lebatnya telah kulewati dan tanganku akhirnya sampai di liang senggamanya, terasa sudah basah. Lalu kugesek-gesek klirotisnya dan kurojok-rojok dinding kemaluannya, terasa hangat dan lembab penuh dengan cairan mani. “Uhhh… ssss..” Akhirnya dia mulai pasrah tanpa perlawanan. Nafasnya mulai tersengal-sengal. “Yaahhh… Ohhh… Jangaaann Diik, Jangan lepaskan, terusss…” Gerakan Mbak Menik semakin liar, dia mulai membalas ciumanku bibirku dan bibirnya saling berpagutan.

Aku senang, kini dia mulai menikmati permainan ini. Tangannya meluncur ke bawah dan berusaha menggapai laras panjangku, kubiarkan tangannya menggenggamnya dan mengocoknya. Aku semakin beringas lalu kusedot puting susunya dan sesekali menjilati buah dadanya yang masih kencang walaupun sudah menyusui tiga anaknya. “Yahh… teruuuss, enaakkk…” katanya sambil menggelinjang.

Kemudian aku bangun, kulebarkan kakinya dan kutekuk ke atas. Aku semakin bernafsu melihat liang kewanitaannya yang merah mengkilat. Dengan rakus kujilati bibir kewanitaan Mbak Menik. “Aaahh.. Ohhh.. enaakkk Diik.. Yaakh.. teruusss..” Kemudian lidahku kujulurkan ke dalam dan kutelan habis cairan maninya. Sekitar bulu kemaluannya juga tak luput dari daerah jamahan lidahku maka kini kelihatan rapi seperti habis disisir. Klirotisnya tampak merah merekah, menambah gairahku untuk menggagahinya.

“Sudaahhh Dikk.. sekarang.. ayolah sekarang.. masukkan.. aku sudah nggak tahan..” pinta Mbak Menik. Tanpa buang waktu lagi kukangkangkan kedua kakinya sehingga liang kewanitaannya kelihatan terbuka. Kemudian kuarahkan batang kejantananku ke lubang senggamanya dan agak sempit rupanya atau mungkin karena diameter kemaluanku yang terlalu lebar.

“Pelan-pelan Dik, punya kamu besar sekali.. ahhh…” Dia menjerit saat kumasukkan seluruh batang kemaluanku hingga aku merasakan mentok sampai dasar rahimnya. Lalu kutarik dan kumasukkan lagi, lama-lama kupompa semakin cepat. “Oughhh.. Ahhh.. Ahhh.. Ahhh..” Mbak Menik mengerang tak beraturan, tangannya menarik kain sprei, tampaknya dia menikmati betul permainanku. Bibirnya tampak meracau dan merintih, aku semakin bernafsu, dimataku dia saat itu adalah wanita yang haus dan minta dipuaskan, tanpa berpikir aku sedang meniduri istri orang apalagi dia sedang hamil.

“Ouuhh Diik.. Mbak mau kelu.. aaahhh…” Dia menjerit sambil tangannya mendekap erat punggungku. Kurasakan, “Seerrr… serrr..” ada cairan hangat yang membasahi kejantananku yang sedang tertanam di dalam kemaluannya. Dia mengalami orgasme yang pertama. Aku kemudian menarik lepas batang kejantananku dari kemaluannya. Aku belum mendapat orgasme. Kemudian aku memintanya untuk doggy style. Dia kemudian menungging, kakinya dilebarkan. Perlahan-lahan kumasukkan lagi batang kebanggaanku dan, “Sleeep..” batang itu mulai masuk hingga seluruhnya amblas lalu kugenjot maju mundur.

Mbak Menik menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan batang kejantananku. “Gimaa.. Mbaak, enak kan?” kataku sambil mempercepat gerakanku. “Yahhh.. ennakk.. Dik punyaa kamu enak banget.. Aahhh.. Aaah.. Uuuhh.. Aaahh.. ehhh..” Dia semakin bergoyang liar seperti orang kesurupan. Tanganku menggapai buah dadanya yang menggantung indah dan bergoyang bersamaan dengan perutnya yang membuncit. Buah dada itu kuremas-remas serta kupilin putingnya. Akhirnya Aku merasa sampai ke klimaks, dan ternyata dia juga mendapatkan orgasme lagi. “Creeett.. croottt.. serrr..” spermaku menyemprot di dalam rahimnya bersamaan dengan maninya yang keluar lagi.
Kemudian kami ambruk bersamaan di ranjang. Aku berbaring, di sebelah kulihat Mbak Menik dengan wajah penuh keringat tersenyum puas kepadaku.

“Terima kasih Dik, saya sangat puas dengan permainanmu,” katanya.
“Mbak, setelah istirahat bolehkah saya minta lagi?” tanyaku.
“Sebenarnya saya juga masih pengin, tapi kita sarapan dulu kemudian kita lanjutkan lagi.”
Akhirnya selama 2 hari sabtu dan minggu aku tidak keluar rumah, menikmati tubuh montok Mbak Menik yang sedang hamil 4 bulan. Berbagai gaya kupraktekkan dengannya dan kulakukan di kamar mandi, di dapur dan di meja makan bahkan sempat di halaman belakang karena rumahku dikelilingi tembok.

Di tanah kubentangkan tikar dan kugumuli dia sepuasnya. Pada istriku kutelepon kalau aku ada tugas luar kota selama 2 hari, pulangnya hari Senin. Mbak Menik bilang selama 2 hari itu dia betul-betul merasakan seks yang sesungguhnya tidak seperti saat dia bersetubuh dengan suaminya yang asal tubruk lalu KO. Dan Dia berjanji kalau sedang mengunjungi suaminya, dia akan menyempatkan meneleponku untuk minta jatah dariku.

Minggu malam kuantarkan dia ke kost suaminya tapi hanya sampai ujung gang dan tidak lupa kuberi dia uang sebesar Rp 500.000,- sebagai bantuanku pada anaknya yang sedang di rumah sakit. Setelah istriku balik ke rumah, dia menghubungiku lewat telepon di kantor dan ketemu di terminal. Kami melakukan persetubuhan disalah satu hotel murah di Surabaya atau kadang di Pantai Kenjeran kalau malam hari. Hingga kehamilannya menginjak usia 7 bulan kami berhenti, hingga sekarang dia belum memberi kabar, kalau dihitung anaknya sudah lahir dan berusia 6 bulan.

Cerita Ngentot Ngewek Dengan Pembantu

$
0
0

Cerita Ngentot Ngewek Dengan Pembantu – Cerita Sex, Cerita Hot, Cerita Mesum, Cerita Dewasa. Namaku sebut saja Ryan, seorang mahasiswa sebuah PTS di kota S yang bertampang lumayan tampan dan suka dengan petualangan cinta dan seks. Aku punya pengalaman seks menarik yg ingin aku ceritakan.

Cerita Ngentot

Waktu itu bulan juni-juli 2002 adalah saat liburan kuliah akupun yg selama kuliah indekost di kota S akhirnya pulang liburan di kota kelahiranku sekaligus kota kediaman kedua orang tuaku yaitu kota J. Oh ya aku adalah anak tunggal sebuah keluarga berada Ayahku seorang pengusaha sibuk sedangkan ibuku juga seorang wanita karier yg sibuk.

Waktu pulang itu ternyata di rumahku ada seorang pembantu baru, namanya Lastri usianya 18 th ia rupanya mengantikan posisi pembantu sebelumnya yaitu mbok ijah 40 th yang diberhentikan oleh ibuku gara-gara kerjanya yg tidak benar. Lastri adalah gadis dari kampung, Ia hanya lulusan SD dan kerja menjadi pembantu di Kota untuk mencari nafkah dan membantu ekonomi keluarganya di kampung. Awalnya aku tidak terlalu memperdulikannya namun lama-lama aku perhatikan kalau Lastri lumayan cantik dan manis, kulitnya cukup bersih meski tidak semulus gadis-gadis cantik mahasiswi di kampusku.

Tinggi lastri kira-kira 1,65 m, rambut lurus hitam hingga ke punggung, bodynya lumayan dan yang paling aku suka adalah ukuran buah dadanya yg kuperhatikan lumayan besar dan montok. Karena mulai sering memperhatikannya dan mulai tertarik denganya aku yang sudah terbiasa dengan gaya hidup free seks dengan pacar-pacarku sebelumnya jadi punya rencana untuk bisa meniduri pembantuku itu.

Dan hari itu rencanaku akhirnya kesampaian juga. Hari itu kedua ortuku keluar kota mengurusi bisnis mereka masing-masing. Artinya saat itu rumah dalam keadan sepi karena hanya ada aku dan lastri yang ada di rumah. Siang itu setelah membuatkan aku minuman juss buah, aku mengajak ngobrol Lastri diruang keluarga, kebetulan saat itu pekerjaan lastri sudah tidak ada.

Kami ngobrol sambil duduk melihat TV di atas hamparan karpet yg empuk. Aku menanyainya banyak hal mulai dari keadaan keluarganya di kampung dan lain sebagainya. Sambil ngobrol, aku yang sudah pengalaman menaklukkan hati cewek-cewek sejak SMU, terus menatap mata Lastri sewaktu ngobrol dan sesekali memuji kecantikan Lastri dan berkata mengapa gadis secantik dia mau menjadi pembantu.

Lama-lama lastri mulai masuk dalam perangkapku, Ia tersipu malu saat aku puji dan salah tingkah bila aku menatap tajam matanya. Aku berhasil mengakrabkan diri dengannya dan obrolan mengalir lancar lastri tidak sungkan lagi dan bisa aku ajak bercanda. Akupun mulai mengajaknya ngobrol soal pacar, menanyakan apakah ia pernah punya pacar atau apakah dia punya pacar di kampungnya. Saat dia berkata kalau di pernah sekali pacaran dan putus gara-gara pacarnya pergi ke malaysia sebagai TKI, aku menanyakan apa dia pernah ciuman dengan pacarnya itu apa belum. Dengan malu-malu dia mengaku pernah tapi cuma sekali dan itupun cuma cium pipi.

Lalu dengan kepercayaan diri yang tinggi aku mengeser dudukku hingga lebih dekat dengannya. Aku terus menatapnya dan kulihat Lastri salah tingkah. Lalu aku meraih dan menarik dagunya dan kudekatkan bibirku kebibirnya sambil membisikkan pujian tentang kecantikannya. saat itu seharusnya Lastri menyadari gelagat bahwa aku hendak menciumnya tapi dia diam saja membiarkan aku melakukannya. Akhirnya aku berhasil mengecup lembut bibir ranum pembantuku yg muda dan cantik itu. lastri diam saja tidak bereaksi saat aku mulai menggulum bibirnya.

Namun saat tanganku mulai menjamah tubuhnya dan mulai meremas buah dadanya dia mulai mulai berusaha menepisnya. “Jangan Mas Ryan..” katanya sambil berusaha meneepis tanganku yang mulai nakal menjamah dadanya. “Ayolah lastri, Ijinkan aku melakukannya aku sangat menyukaimu. bukankan kau juga suka padaku” bisikku sambil berusaha mencoba menciumi lehernya. “Mas Ryan jangan mas, nanti ketahuan nyonya saya bisa di pecat” katanya sambil mencoba mendorongku tapi tidak dengan sepenuh hati.

“Kamu tidak perlu takut, Ibuku pergi keluar kota dan baru pulang besok sedang Ayahku juga, Ayolah Lastri ini kesempatan kita” rayuku sambil terus berusaha mendaratkan ciumanku ke lehernya. Akhirnya lastri terbui rayuan dan ajakkanku. Aku memeluknya erat dan kulumat bibir ramunnya. Lastri yang semula pasif akhirnya mulai bereaksi membalas lumatan bibirku. puas melumat bibirnya ciumanku kualihkan ke lehernya dan terus turun.

Dengan cekatan aku membuka bajunya dan BH-nya juga aku lepas. Kini bibir dan lidahku mulai bermain di dadanya. Hmm Payudara lastri ternyata benar-benar indah dan montok ukuran BH-nya kuperkirakan 36B dan punting susunya yang merah kecoklatan langsung aku lumat dan sesekali aku mainkan dengan lidahku yang basah. Lastri melenguh dan mengelinjang. Birahinya berhasil aku rangsang dan kini ia benar-benar ada dalam penguasaanku.

Tubuhnya lalu aku rebahkan diatas hamparan karpet hingga aku makin leluasa menikmati gunung kembar di dadanya. Tangan kananku tidak tinggal diam menyimkap roknya dan mengerayangi paha mulusnya hingga hingaplah di selangkangannya yg masih terbungkus celana dalam. Aku juga mulai melucuti pakaianku sendiri dengan tangan kiriku. Saat itu aku tidak mau mengulur-ulur waktu, aku langsung menarik celana dalamnya sementara roknya tidak aku lucuti hanya aku singkap keatas. saat itu akupun sudah telanjang bulat dan torpedo kebanggaanku sudah siap mendongak dengan gagahnya. Aku segra mengambil posisi diatas tubuh lastri yang telah aku telentangkan dengan kedua telapak kaiknya bertumpu di lantai karpet.

Aku membimbing kepala penisku dan mengarahkannya ke liang surga milik Lastri. “Mas saya takut…” rintih lastri saat kepala torpedoku telah ku tempelkan di bibir kewanitaanya yang berbulu halus itu. “Ngak usah takut ngak sakit kok ” bisikku mesra sambil mengecupnya. Selanjutnya aku mulai mendorong pelorku agar memasuki liang kewanitaan lastri yang masih liat dan kencang.

Kulihat Lastri mengigit bibirnya sambil mengerang. Setelah bersusah payah akhirnya torpedoku berhasil menerobos masuk liang surga lastri. saat itu rasanya nikmat sekali lalu aku mulai menarik dan mendorong kejantannanku menjelajahi memeknya lastri. Lastri mengelinjang, mengerang dan sesekali merintih kesakitan. Aku telah memerawaninya aku lihat ada percikan darah membasahi batang torpedoku dan di sekitar liang kewanitaannya.

“Ohhh…aduh mas ryan sakit oh.. sakit mas” rintih lastri saat aku makin bersemangat mengoyang pantatku maju mundur. Aku tahu kalau torpedoku yang ukuranya lumayan besar itu telah menyakiti kewanitaan lastri yang masih kencang dan sempit itu. “Tidak apa-apa nanti juga hilang sakitnya” bisikku sambil merem melek menikmati memeknya lastri yang serasa memijit dan meremas batang kejantananku. Sementara lastri merus merintih dan mengerang, Ia mengeleng kekanan dan ke kiri. Makin lama gerakan torpedoku makin lancar maju mundur menjelajahi liang surga lastri. Sementara rintihan Lastri mulai berubah menjadi lenguhan dan desahan, tanda kalau Dia mulai merasakan kenikmatan.

Lastri terus mengerang, Ia mengoyangkan pinggulnya menyambut sodokan torpedoku yang terus menghunjam kewanitaanya. Kami sama-sama berpacu mengumbah birahi yg semakin membuncah. Beberapa saat kemudian desahan dan erangan Lastri semakin menjadi-jadi, tubuhnya mengelinjang dan bergetar hebat lalu mengejang. Saat itu aku merasakan liang vaginanya jadi makin basah. Rupanya Lastri telah mencapai puncak.

Karena Lastri sudah orgasme Aku lalu menghentikan permainan. Ku cabut torpedoku dari liang kewanitaannya. Lalu aku memintaanya untuk melakukan oral seks. Awalnya Ia tidak tahu apa itu oral Seks. Setelah aku jelaskan barulah Dia tahu. Kemudian aku duduk di sofa sementara Lastri duduk dilantai dan berada tepat di depan selangkanganku. Rudalku yang masih gagah di pegangnya. Awalnya ia ragu-ragu untuk mengoral rudalku.

Akhirnya ia mau juga dan mulai menciumi pelorku dan akhirnya menjilatinya. Ahhh..rasanya nikmat sekali. Selanjutnya lastri memasukkan batang kemaluanku yg besar dan melengkung itu kedalam mulutnya. Ohh…kurasakan kehangatan lidah dalam mulutnya. namun karena dia Ini adalah pengalaman pertamanya giginya beberapa kali mengenai kepala penisku. “Aduh Lastri.., jangan kena gigi dong..nanti lecet” Kuperhatikan wajahnya, lidahnya sibuk menjilati kepala kemaluanku, melingkar kekiri dan kekanan. Aku mengerang dan kujambak rambutnya. Kemudian Ia mengocok Pelorku dengan mulutnya hingga kemaluanku maju mundur dalam mulutnya.

Tak berapa lama aku merasakan kalau rudalku terasa berdenyut-denyut dan makin menegang. Lastri kuminta mengocok pelorku lebih cepat. Aku mengelinjang, mengerang dan tubuhku seperti mengejang. Akhirnya air mani muncrat di dalam mulutnya hingga Lastri hampir tersedak. Air maniku yang lumayan banyak tumpah dari mulutnya dan sebagian membasahi wajahnya. “Mas Ryan kok di tumpahin di mulut Lastri maninya” tanya lastri setelah nyaris tersedak. “maaf lastri, habis aku ngak tahan lagi sih” kataku. Lastri lalu menjilati dan mengulum torpedoku yang berangsur-angur mengecil. Sementara aku membersihkan mani di wajahnya. Lastri lalu kucium mesra sebagai tanda terima kasih karena ia telah memuaskanku waktu itu.

Setelah istirahat sebentar aku mengajak Lastri kekamarku dan kami mengulanginya lagi. Kami kembali bercinta berulang kali sampai puas hingga kami sama-sama terkapar karena kehabisan tenaga.Tamat


Cerita Sex | Nafsu Duda Bertemu Janda

$
0
0

Cerita Sex | Nafsu Duda Bertemu Janda – Menginjak tahun ketiga usia perkawinanku, keutuhan rumah tanggaku mulai goyah. Apalagi sejak kelahiran anak kami yang kedua yang hanya berselang setahun dengan anak kami yang pertama. Aku memang sepakat dengan istriku untuk berproduksi secepatnya dan akan sedikit repot di awal-awal tahun perkawinan untuk membesarkan anak-anak dan setelah itu kami baru akan konsentrasi untuk karir, cari uang dan tujuan hidup yang lainnya.

cerita sex

Namun rupanya rencana tak berjalan seperti yang kami harapkan. Istriku terpaksa harus keluar dari kantornya yang bangkrut akibat krismon. Padahal kelahiran anak keduaku bagaimanapun cukup menambah pengeluaran kami. Sehingga aku terpaksa bekerja lebih keras, meskipun saat itu aku sudah menjadi wakil manajer di perusahaanku.

Aku mulai kembali mengajar di beberapa perguruan dan akademi swasta, seperti yang pernah kulakukan pada saat belum berkeluarga dulu. Di sinilah masalah keluarga mulai muncul. Beberapa bulan menganggur, istriku mulai uring-uringan dan kelihatan tertekan. Sementara aku harus sering pulang larut malam, karena aku tidak hanya sibuk mengajar, tetapi juga mulai aktif dipanggil sebagai pembicara di beberapa pertemuan-pertemuan bisnis.

Kondisi seperti itu berlangsung hampir satu tahun. Entah sudah berapa puluh kali aku bertengkar dengan istriku. Dari masalah yang sepele hingga masalah yang berkaitan dengan urusan ranjang. Istriku kurasakan mulai dingin dan tak jarang menolak bila kuajak berhubungan intim. Sikapnya juga mulai aneh. Beberapa kali aku menemui rumah dalam keadaan kosong karena istriku pergi dan menginap di rumah orang tuanya bersama anak-anakku. Kadang ia berada di sana selama satu minggu, meskipun aku sudah menyusulnya dan mengajaknya untuk pulang.

Singkat cerita, setelah kurang lebih satu setengah tahun kondisi seperti itu berlangsung terus menerus, istriku akhirnya meminta cerai. Aku kaget dan tak pernah menduga ia akan melakukan itu padaku. Sulit bagiku untuk membujuk dan mengajaknya bicara secara baik-baik. Bahkan kedua orang tua kami sampai ikut campur mendamaikan. Akhirnya dengan berat hati aku harus berpisah dengan istri dan kedua anakku. Pupuslah sudah angan-anganku membentuk Keluarga yang Bahagia. Ada tiga bulan aku seperti orang linglung menghadapi cobaan itu. Aku stres berat. Bahkan sempat hampir masuk rumah sakit.

Aku mendapatkan hak untuk menempati rumah kami. Tapi anak-anak ikut istriku yang kini tinggal dengan orang tuanya. Sesekali aku menemui mereka, karena anak-anakku masih kecil dan tetap perlu figur seorang ayah.

Kurang lebih setahun setelah perceraianku, aku mulai menjalin hubungan lagi dengan seorang wanita. Maryati namanya, seorang janda tanpa anak. Perkenalan kami terjadi sewaktu aku terlibat dalam sebuah kepanitiaan temu bisnis yang diadakan sebuah perusahaan terkemuka di ibu kota. Pertemuan demi pertemuan dan pembicaraan-pembicaraan di telepon akhirnya berkembang menjadi acara kencan bagi kami berdua.

Rasa kesepian yang selama ini kualami seperti mendapat obatnya. Maryati memang seorang yang wanita yang menarik dan menyenangkan bagi siapa pun laki-laki yang mengenal dia. Entah kenapa ia memilihku. Mungkin kami sama-sama berstatus cerai. Tapi ternyata ia punya alasan lain. Menurutnya ia menyukaiku karena aku orangnya kalem tapi terlihat matang, dan menurutnya lagi, wajahku ganteng dan ia suka dengan laki-laki yang berkumis sepertiku. Komentar yang terakhir itu hampir sama dengan yang pernah disampaikan oleh mantan istriku waktu kami pacaran dulu.

Sebagai laki-laki normal, terus terang di samping tertarik pada personalitasnya, aku juga tertarik secara seksual dengan Dik Mar (demikian aku biasa memanggil Maryati, sementara ia biasa memanggilku Mas Is, kependekan dari namaku, Iskandar). Selama menduda, kehidupan seksualku memang cukup menjadi suatu masalah bagiku. Karena aku bukan tipe yang bisa main dengan sembarang orang, karena aku takut dengan berbagai risiko yang nanti bisa menimpaku. Meskipun kuakui sekali dua kali aku terpaksa melacur. Tapi jarang sekali aku melakukannya dan bisa dihitung dengan jari. Itu pun kulakukan dengan penuh perhitungan dan hati-hati. Terus terang selama ini aku lebih banyak menyalurkan hasrat seksualku dengan cara onani sambil lihat BF atau majalah porno yang kumiliki.

Maka ketika aku mengenal Maryati, dan semakin mengenalnya lebih jauh lagi, serta merasa yakin dengan siapa aku menjalin hubungan, aku tak sungkan-sungkan lagi menyatakan kesukaanku padanya. Statusnya yang janda secara psikologis membuatku lebih berani untuk berbicara dan bersikap lebih terbuka dalam beberapa hal yang sensitif, termasuk masalah seks. Dan seperti sudah kuduga semula, Maryati meresponku dengan baik.

Kami pertama kali melakukan hubungan intim di sebuah hotel di daerah Puncak. Aku yang mengajaknya. Meskipun semula ia menolak ajakanku dengan halus, tapi akhirnya aku berhasil mengajaknya bermalam di Puncak.

Pagi itu kami berangkat dari Jakarta sekitar jam 9 pagi. Selama perjalanan kami mengobrol dan bercanda tentang berbagai hal, bahkan kadang-kadang menyerempet ke masalah-masalah yang intim, karena kami sadar bahwa kepergian kami ke Puncak memang untuk itu. Begitu tiba di dalam kamar hotel, tubuh Maryati langsung kudekap dan kuciumi ia dengan mesra. Ia membalasku dengan ciuman yang tak kalah hangatnya. Cukup lama kami berciuman dalam posisi berdiri. Senjataku pun sudah lama berdiri sejak mulai masuk lobby hotel tadi, karena terus membayangkan kejadian yang bakal terjadi.

Dadaku terasa berdegup keras sekali. Kurasakan pula debaran jantung Maryati pada tanganku yang merayap-rayap di sekitar dadanya. Memang baru pertama kali inilah kami berbuat agak jauh. Bahkan bisa dipastikan kami akan lebih jauh lagi.

Selama ini kami hanya sebatas berciuman. Itupun baru kami lakukan sebanyak dua kali dan dalam suasana yang tidak mendukung. Yang pertama terjadi di gedung bioskop dan yang kedua waktu aku mampir ke kantornya dan sempat masuk ke ruang kerjanya. Sehingga pada kedua kesempatan itu kami tak leluasa untuk saling menjamah.

Tapi kali ini, kami bisa saling menyentuh, meremas dan melakukan apa saja dengan bebasnya. Tanganku berulang-ulang meremas gemas bongkahan pantatnya, karena bagian tubuhnya itulah yang selama ini paling kusukai tapi paling sulit kujamah. Sedangkan ia asyik menelusuri dadaku dan mengusap-usap bulu yang tumbuh lebat di sana. Barangkali bagian tubuhku itulah yang selama ini disukainya tapi sulit disentuhnya. Dia memang pernah mengomentari tentang bulu dadaku yang memang bisa terlihat jelas bila aku memakai kemeja biasa.

Siang itu kami akhirnya melakukan sesuatu yang sudah lama kami pendam. Terus terang kami melakukannya dengan terburu-buru dan cepat. Bahkan pakaian tak sempat kami buka semua. Maryati masih mengenakan rok dan blusnya. Hanya saja blusnya sudah terbuka, demikian pula dengan BH-nya, sudah terkuak dan menonjolkan isinya yang bulat padat itu. Sementara rok hitamnya sudah kutarik ke atas pinggangnya dan celana dalamnya sudah kulepas sejak dari tadi. Aku sendiri masih berpakaian lengkap, hanya beberapa kancing bajuku sudah terlepas bahkan ada yang copot direnggut oleh tangan Maryati. Sedangkan celana jeans dan celana dalamku tak sempat lagi kulepas, hanya ikat pinggang dan ritsluitingnya saja yang kubuka. Sehingga batang kemaluanku bisa langsung kujulurkan begitu saja dari celana dalamku yang juga tak sempat kulepas.

Segera Maryati kutelentangkan di atas ranjang dan aku langsung melakukan penetrasi. Tanpa ba bi Bu lagi aku segera tancap gas. Menusuk sedalam-dalamnya dan mulai menggenjotnya.

Kami berdua seperti balas dendam. Segera ingin mencapai puncak. Suara erangan dan lenguhan terdengar bersahutan dengan nafas kami yang saling memburu. Kami benar-benar bermain agak liar. Mungkin karena sudah lama saling memendam birahi. Sehingga saat itu kami lebih tepat disebut sedang bermain seks daripada bermain cinta.

Akhirnya permainan kami selesaikan dengan cepat. Kami tak sempat melakukan variasi atau posisi gaya yang macam-macam. Cukup gaya konvensional saja. Yang penting kami berdua bisa mencapai puncak kenikmatan. Maka begitu Maryati sudah mendapat orgasmenya, aku langsung menggenjotnya dengan semangat dan tak lama kemudian aku pun mengerang seiring dengan muncratnya cairan kenikmatan dari batang kemaluanku dalam tubuhnya, berkali-kali.

Aku lalu merebahkan badanku memeluk tubuh Maryati dengan nafas tersengal-sengal. Ia membalasku dengan mengusap-usap rambutku dan menciumi kepalaku. Kami lalu berciuman dengan lumatnya.
“Aku mandi dulu ya Mas..” tiba-tiba Maryati melepas pagutannya dan beranjak dari posisi telentangnya.

Sebenarnya aku masih ingin berdekapan. Tapi segera kuikuti langkahnya menuju kamar mandi. Kulihat ia mulai melepas sisa pakaiannya. Aku memandangnya sambil bersandar pada pintu kamar mandi. Bibirnya terus tersenyum membalas pandanganku yang terus lekat selama ia melepas pakaiannya satu persatu. Sementara aku melongo menyaksikan striptease gratis di depanku. Sampai akhirnya ia benar-benar bertelanjang bulat.

Baru kali ini aku melihat tubuhnya dalam keadaan benar-benar polos. Selama ini aku hanya bisa membayangkan bagian-bagian tertentu dari tubuhnya. Kini aku bisa melihat semuanya. Terpampang jelas.
“Mau gabung?” katanya menggoda. Dan aku memang tergoda. Langsung kucopot pakaianku yang sebagian besar sudah setengah terbuka lalu sengaja kusisakan celana dalam saja. Aku langsung menuju ke arahnya. Lalu kembali kami berciuman. Tangannya langsung meremas-remas milikku yang sudah agak lemas dan masih terbungkus celana dalam itu. Sementara aku pun sibuk memainkan puting susunya dengan jari-jariku. Permainan seperti ini sebenarnya pernah kami lakukan. Hanya bedanya kali ini kami melakukannya dalam keadaan tubuh telanjang.

“Mas..” bisiknya di sela-sela acara saling memagut dan meremas.
“Ya, sayang?” balasku.
“Sudah kuduga, punya Mas Iskandar pasti gede.”
“O ya?”
“Ya”, sambil tangannya meremas kuat milikku. Aku mengerang tertahan, enak.
“Aku juga sudah menduga..” kataku sambil mengarahkan jariku ke sela-sela pahanya.
“Apa?” tanyanya.
“Punya Dik Mar pasti legit..”
“Kayak apa sih yang dibilang legit itu?”
“Ya kayak tadi”, jawabku sambil menusukkan jari tengahku ke celah bibir kemaluannya. Terasa agak seret tapi lentur dan sedikit lengket. Itulah legit.

Aku mulai terangsang. Milikku pelan-pelan mengembang dan mengeras. “Masshh..” ia mulai merintih ketika sambil tanganku bermain di bawah sana, mulutku juga mulai merambah telinga, leher dan berhenti di ujung buah dadanya yang telah mengeras. Jilatan dan isapan mulutku makin membuatnya merintih-rintih kenikmatan.

Sementara tangannya kini sudah menelusup masuk ke celana dalamku dan meremas-remas isinya dengan gemas. Membuatku makin tegang dan ingin segera menyetubuhinya lagi.

“Mau lagi?” tanyaku agak berbisik. Ia mengangguk.
“Sekarang?” tanyaku lagi. Dan ia mengangguk lagi.

Akhirnya kami melakukannya lagi di dalam kamar mandi. Bahkan kami tak sempat mandi lebih dahulu sesuai rencana semula. Tapi kali ini kami ingin bermain cinta, tidak semata-mata main seks seperti tadi. Semua berawal ketika ia melepaskan celana dalamku dan lalu memintaku untuk segera menusuknya. Segera kuangkat dan kududukkan tubuhnya di atas meja wastafel. Lalu dalam posisi berdiri aku langsung menghujamkan kejantananku ke sela-sela pahanya yang segera dibukanya lebar-lebar. Kami berdua kembali bernafsu. Bibir kami saling melumat dan tangannya langsung merangkulku erat-erat. Sementara pinggulku spontan menyentak-nyentak, mengayun dan menghujam dengan liarnya. Gerakan yang sudah lama tak kulakukan.

Kurasakan Maryati pun sepertinya sudah lama tak menikmati permainan cinta seperti ini. Kedua kakinya melilit pinggangku dengan ketatnya. Kedua tangannya terus mencakar punggungku bila dirasakannya aku menusuknya terlalu dalam. Kudengar mulutnya mendesis dan melenguh bergantian. Aku sendiri hanya bisa mendengus dan menahan agar tak keluar terlalu cepat.

“Mass Iss.. Mass Isshh..” ia mulai memangil-manggil namaku. Sepertinya ia sudah mau orgasme. Maka aku terus mempergencar gerakanku. Kurengkuh kedua pantatnya dan kutekan ke depan sehingga membuat batang kemaluanku makin melesak dalam liang surganya. Berkali-kali kulakukan gerakan itu sehingga makin membuatnya meneriakkan namaku berulang-ulang. Akhirnya kurasakan badannya menggigil hebat dan mulutnya merintih panjang. Orgasmenya datang. Cukup cepat menurutku, seperti waktu kami main di ranjang tadi. Ia ternyata memang cepat panas.

Sejenak aku menghentikan gerakanku. Kubiarkan Maryati menikmati sendiri puncak birahinya. Aku mencoba membantu menambah kenikmatannya dengan cara menjepitkan jempol dan telunjukku pada kedua puting susunya dan melintirnya pelan-pelan. Bola matanya sayu menggantung, meresapi rasa nikmat yang tengah melanda sekujur tubuhnya. Tangannya mencengkeram erat bahu dan punggungku. Sementara kakinya makin kuat menjepit, sebelum akhirnya pelan-pelan mengendor. Nafasnya kini mulai satu-satu.

“Enak Dik?” tanyaku nakal.
“Enak.. Mas.. enak sekali..” jawabnya masih dengan nafas satu-satu.
“Mas Iskandar belum keluar?” lanjutnya sambil matanya melihat sebagian batang kemaluanku yang masih tertancap di jepitan pahanya.

“Belum dong. Ini kan ronde kedua”, kataku sambil tersenyum. Sebenarnya aku tadi juga hampir muncrat. Meskipun ronde kedua, tapi aku agak tak kuat juga menahan laju birahiku yang sudah lama tak tersalurkan. Tapi untuk permainan kali ini aku berusaha menahan sekuatnya. Karena ini benar-benar pengalaman pertamaku bermain cinta dengannya, harus sip. Pelan-pelan pinggulku mulai kugoyang lagi. Kutatap matanya lekat-lekat sambil terus kugerakkan pinggul dan pantatku maju mundur. Ia kembali tersenyum merasakan gerakanku yang sengaja kubuat pelan tapi mantap. Diaturnya posisinya sehingga aku bisa melakukan tusukan lebih dalam.

Kembali kami berdua bekerja sama mencapai puncak kenikmatan. Kukocok-kocokkan terus batang kemaluanku dalam liang senggamanya. Sementara bibirku sibuk menelusuri telinga dan lehernya dengan ganas. Ia sampai menggelinjang ke sana ke mari karena kegelian. Punggungnya lalu terasa menegang ketika mulutku mampir ke buah dadanya dan mulai bermain-main di situ. Putingnya yang coklat dan menonjol besar itu kini menjadi bulan-bulanan lidah dan bibirku. Kubuat beberapa cupang merah di gundukan kedua bukit dadanya. Mulutnya memintaku untuk terus menyedot susunya. Dan aku melakukannya dengan senang hati.

Pertahananku akhirnya bobol ketika secara pelan-pelan kurasakan batang kemaluanku terasa dijepit oleh dinding yang makin menjepit dan berdenyut-denyut. Beberapa saat kunikmati sensasi itu. Sensasi yang sudah lama tak pernah kurasakan. Tampaknya Maryati hampir mendapatkan orgasmenya yang kedua. Maka dengan perlahan-lahan penuh konsentrasi aku mulai mengayun pinggulku, mengayun dan terus mengayun, dan akhirnya menjadi gerakan menyentak-nyentak yang makin lama makin kuat. Membuat tubuh Maryati terlonjak-lonjak. Beberapa kali kutekan pantatku kuat-kuat ke depan. Menusuk dan mengocok. Dan pada tusukan yang kesekian, mulailah muncul rasa geli yang berdesir-desir pada pangkal kemaluanku. Makin lama desiran itu makin kuat, makin geli, makin enak, makin nikmat.

Akhirnya aku tak kuat lagi menahan desakan cairan yang terasa mengalir dari kemaluanku yang kemudian meluncur sepanjang batang kemaluanku sampai akhirnya menyemprot kuat berkali-kali dari lubang kecil di ujung kepala kemaluanku. Cairan kental hangat itu makin melicinkan dinding liat milik Maryati sehingga memudahkan gerakan-gerakan yang mengiringi ejakulasiku. Dan gerakan-gerakan yang kubuat ternyata telah memicu kembali puncak birahi Maryati. Akhirnya yang terdengar adalah erangan kami berdua, saling bersahutan. Lalu diam. Tinggal suara dengusan nafas kami yang tersengal-sengal.

Kami tadi tak sempat mandi sesuai rencana semula, tapi tubuh kami kini benar-benar telah basah karena keringat. Berdua kami berpelukan meresapi rasa nikmat yang sudah lama tak kami rasakan.

Aku mau mencabut milikku, tapi dengan gaya manja Maryati melarangku. Ia lalu malah menciumku dan memintaku untuk menggendongnya ke arah shower. Dililitkannya kedua kakinya pada pinggangku lalu dengan batang kemaluan masih terselip di selangkangannya, kugendong tubuhnya menuju shower. Selanjutnya kami pun mandi bersama. Malam harinya kami mengulang kembali kejadian siang itu dengan permainan yang lebih bergairah.

Begitulah pengalaman pertamaku dengan Maryati. Pengalaman pertamaku bermain cinta yang sebenarnya dengan seorang wanita yang kusukai sejak aku menduda setahun yang lalu. Hari-hari selanjutnya aku dan Maryati sudah bagaikan suami isteri yang sah saja. Tak jarang ia menginap di rumahku atau sebaliknya. Hubungan kami sangat hangat dan mesra. Bahkan menurutku lebih mesra dibandingkan dengan mantan istriku yang dulu (sebenarnya aku tak ingin membuat perbandingan, tapi itu sulit kuhindari dan memang demikianlah kenyataannya).

Waktu pertama kali kenal dengan Maryati, aku tak pernah mempunyai pikiran untuk menjadi orang terdekatnya. Terus terang aku memang menyukainya, tapi hanya berani sebatas mengaguminya saja. Apalagi waktu itu aku dengar ia sedang menjalin hubungan dengan manajer sebuah perusahaan asing, seorang ekspatriat. Jadi kupikir ia punya selera bule dan aku merasa tidak masuk dalam hitungannya.

Sampai suatu ketika, pada suatu malam, sehabis kami bertemu dalam sebuah acara dinner party, ia memintaku untuk mengantarnya pulang. Kebetulan saat itu ia tidak bawa mobil karena sedang masuk bengkel. Sebagai teman, dan juga sebagai lelaki, aku tentu saja tak bisa menolak permintaannya.

Selama perjalanan menuju rumahnya, kami mengobrol kesana kemari. Saat masih berada di mobil, entah dalam konteks apa kami bicara, tiba-tiba kami terlibat dalam obrolan yang akhirnya kelak mengarah pada sebuah hubungan yang makin akrab.

“Apakah Mas Is nggak pernah merasa kesepian?” itu pertanyaan pribadinya yang pertama kuingat. Pandangannya tetap lurus ke depan kaca mobil.
“Yah, namanya juga sendiri”, aku menjawab sekenanya, setelah sebelumnya agak gelagapan menerima pertanyaan yang agak sensitif itu.
“Memang kenapa?” aku mulai berani memancing.
“Ya tidak apa-apa, cuma nanya saja kok. Nggak boleh?”
“Boleh..”

Beberapa menit kemudian kami saling terdiam.
“Dik Mar sendiri bagaimana?”
“Ya, sama..”
“Sama bagaimana?”
“Ya sama. Kadang-kadang merasa sepi juga..”
“Lho, katanya sedang dekat sama Mister..”
“Kata siapa?” katanya memotong seolah memprotes omonganku.
“Ya, saya hanya dengar-dengar saja.”
“Gosip itu Mas!”
“Bener juga nggak pa-pa kok.”
“Mas Is percaya?” Aku diam saja.
“Saya percaya. Karena orang seperti Dik Mar pasti banyak yang suka dan mudah kalau mau cari teman.”
“Kalau asal cari teman sih memang gampang. Tapi yang cocok? Sulit!”
“Masak nggak ada satu pun yang cocok? Memang cari yang seperti apa?”, pancingku mesra.
Maryati tertawa dan menyahut cepat, “Yang seperti Mas Iskandar!”

Aku tertawa meski agak terkejut juga dan sedikit GR dengan ucapannya. Tapi aku lalu menganggap dia hanya bercanda dan aku pun lalu menanggapi dengan bercanda juga.
“Wah, saya sih jauh kalau dibandingkan sama Mister..”
“Tuh kan! Dibilang itu cuma gosip, nggak percaya!” ia memotong kalimatku.
“Iya deh, percaya..”
“Lagi pula, dia bukan tipe saya”, nadanya agak menurun.
“Saya lebih suka tipe laki-laki yang kalem, tenang.. tapi macho.. seperti Mas Is..”

Kali ini aku tidak lagi menganggap dia sedang bercanda. Karena ia mengucapkan kalimat itu dengan nada yang terjaga dan kemudian menoleh ke arahku sambil tersenyum. Aku jadi nervous. Aku ikut tersenyum dan spontan menghela nafas. Aku menoleh ke arahnya dan ia masih tersenyum tapi kini wajahnya agak tertunduk.

“Dik..” aku mencoba memanggilnya, seolah ingin mendapat penegasan.
“Ya, Mas..” ia menjawab dan menatap ke arahku, lalu tersenyum. Dari sikap dan ekspresi wajahnya, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri sebelum akhirnya kuberanikan diri untuk menggenggam tangannya. Dan ia diam saja. Bahkan kemudian membalas remasan tanganku.

Itulah peristiwa yang mengukuhkan hubunganku dengan Maryati. Malam itu aku hanya mengantarnya sampai depan pintu pagar saja. Menjabat tangannya. Tak lebih dari itu. Tapi aku bahagia. Dan aku yakin ia juga bahagia.

Ketika sampai di rumah, aku langsung menelponnya. Ada kurang lebih satu jam lamanya kami ngobrol, saling mengungkapkan perasaan kami berdua selama ini. Selanjutnya kami rajin saling menelepon dan mengadakan pertemuan demi pertemuan, mulai dari makan siang, belanja, nonton atau jalan-jalan.

Aku pertama kali menciumnya waktu berada di bioskop. Tapi suasana waktu itu kurang mendukung untuk bercumbu secara total. Karena kami dalam posisi duduk berjejer, maka kami hanya bisa saling meraba, menyentuh dan sesekali berciuman. Bila aku memegang atau menyentuh bagian tertentu tubuhnya, ia akan diam saja. Demikian sebaliknya. Beberapa kali kami sempat berciuman, meski tak sempat lama. Tapi kami cukup menikmati kencan di bioskop saat itu. Bahkan tanganku sempat menelusup masuk ke celah roknya tapi hanya bisa mengelus-elus pahanya saja, karena saat itu rok yang dikenakan Maryati agak panjang. Sementara tangan Maryati relatif lebih bebas menyentuhku. Tapi ia benar-benar hanya menyentuh saja, meski sesekali memberi pijitan pada bagian depan celanaku yang menonjol karena isinya sedang menegang. Aku sebenarnya mengharap ia melakukannya lebih dari itu. Tapi lagi-lagi, suasana bioskop saat itu tak terlalu mendukung.

Baru pada kesempatan kedua kami sempat bercumbu cukup panas. Kesempatannya terjadi waktu aku berkunjung ke kantornya dan masuk ke ruangan kerjanya. Ketika itu ia minta ijin sebentar untuk ke toilet pribadinya, aku segera menyusulnya dan kami lalu berciuman di lorong menuju ke arah toilet itu.

Kami lalu berciuman dengan penuh gairah. Saat itulah pertama kali aku benar-benar bisa merasakan kehangatan dan kelembutan bibirnya. Sudah lama kami tak melakukan percumbuan seperti ini. Sehingga nafas kami terdengar memburu dan kami berciuman dengan lahapnya. Dan karena suasananya agak mendukung, aku pun berani menjamah bagian-bagian tubuhnya yang sensitif terutama dada dan pantatnya yang selama ini hanya bisa kupandang. Maryati pun juga mulai berani meremas milikku yang sudah mengeras dari balik celana pantalon yang kukenakan. Aku lalu membalasnya dengan menekankan telapak tanganku ke celah pahanya yang tertutup rok kantor dan meremas bagian yang ada di sana. Meski begitu, kami tetap tak bisa leluasa untuk melakukan hal-hal yang lebih jauh. Karena bisa saja sewaktu-waktu ada karyawan yang akan masuk sementara kami dalam keadaan kusut masai. Jadi kami tetap harus menjaga semua ini. Tapi setidak-tidaknya kami bisa saling meluapkan kerinduan kami dengan bercumbu sambil saling menyentuh.

Pada pertemuan di kantor itulah aku mencoba mengajaknya untuk suatu saat berkencan lebih jauh di suatu tempat yang lebih leluasa untuk melakukannya. Maryati tidak mengiyakan atau menolak ajakanku. Ia hanya menunjukkan sikap dan jawaban yang tampaknya masih hati-hati dan perlu waktu untuk memikirkannya. Dan aku menghargai sikapnya itu. Sampai akhirnya aku berhasil membawanya pergi ke Puncak sebagaimana telah kuceritakan pada bagian pertama.

Kini hubungan kami sudah semakin dekat. Kencan lebih banyak kami lakukan di luar rumah. Karena bagaimana pun, status kami sebagai sebagai duda dan janda sedikit banyak pasti mendapat sorotan tersendiri di lingkungan kami masing-masing. Jadi aku dan Maryati harus bisa menjaga hubungan ini agar tak terlalu menyolok. Untuk itu aku lebih senang kalau Maryati saja yang bertandang ke rumahku, daripada aku yang harus ke rumahnya. Hal ini untuk menjaga kesan bagi diri Maryati sebagai seorang janda, di samping karena lingkunganku juga relatif lebih aman. Beberapa kali ia sempat menginap di rumahku. Sementara aku baru dua kali menginap di rumahnya.

Pertama kali Maryati kuajak ke rumahku adalah sehabis aku mengantarnya jalan-jalan membeli arloji, kira-kira seminggu setelah kejadian di Puncak. Berhubung waktu pulang hujan cukup lebat, aku harus mengambil jalan memutar yang cukup jauh menuju rumahnya untuk menghindari wilayah yang biasanya banjir. Kebetulan jalan yang harus kuambil melewati jalan menuju kompleks rumahku. Maka daripada tanggung, aku menyarankan Maryati untuk mampir sebentar.

“Lama juga nggak pa-pa” katanya menggoda.
“Jangan ah.. Takut!” sahutku gantian menggodanya.
“Takut apa?”
“Takut tidak terjadi apa-apa.. ha.. ha.. ha..”
“Iiihh.. dasar!” sambil tangannya mencubit pahaku. Aku berteriak, meskipun cubitannya tidak sakit.
“Cubit yang lainnya dong..” aku menggodanya lagi.
“Maunya!”

Tapi tangannya kemudian terulur ke arah selangkanganku dan mulai menarik retsleting celana jeans-ku ke bawah. Masih dalam posisi menyetir, aku segera mengatur posisi dudukku agar ia bisa leluasa membuka celanaku. Dalam sekejap milikku sudah terjulur keluar dari celah atas celana dalamku. Milikku mulai membesar tapi belum tegang.

Tangan kanan Maryati lalu mulai beraksi meremas dan memijit-mijit. Maka segera pula otot pejal kebanggaanku itu mulai bangun berdiri. Aku berusaha berkonsentrasi dengan setir mobil. Apalagi di luar sana hujan makin lebat. Wiper yang bergerak-gerak seperti tak mampu menahan air hujan yang turun meleleh di kaca depan. Sebagaimana aku tak dapat menahan rasa geli yang mulai muncul ketika tangan Maryati pelan-pelan mulai mengocok. Batangku dijepitnya hanya dengan menggunakan jempol dan jari tengahnya. Lalu dengan cara seperti itu ia membuat gerakan memijit dan mengocok bergantian.

“Digenggam dong..” kataku menuntut.
“Tadi katanya minta dicubit”, jawabnya sambil melakukan gerakan mencubit pelan pada pangkal kemaluanku yang kini sudah mengeras. Membuatku menggelinjang.

Aku tersenyum mendengar jawabannya. Ya sudah, aku nikmati saja apa yang dilakukan. Bahkan aku kemudian menjulurkan tangan kiriku ke arah buah dadanya yang terbungkus blus tanpa kancing, sementara tangan kananku tetap memegang kemudi. Kurasakan buah dadanya sudah mengeras kencang. Aku makin bernafsu meremasnya. Maka mulailah acara saling meremas dan memijit, di dalam mobil, di tengah hujan deras.

Tampaknya Maryati mulai terangsang dengan gerayangan tanganku pada buah dadanya. Ia memintaku untuk melakukannya di bagian tubuhnya yang lain, ketika tangannya tiba-tiba menuntun jariku menuju ke sela-sela pahanya yang sengaja dibukanya agak lebar. Roknya sudah ia tarik ke atas sebatas pinggul. Maka jari-jari tangan kiriku pun segera beraksi di bagian depan celana dalamnya yang menyembul hangat dan sudah mulai lembab itu.

Pandanganku tetap harus ke depan, ke arah jalan yang mulai masuk ke kompleks rumahku. Sedangkan Maryati bisa dengan enaknya menggeliat-geliat sambil mendongakkan kepalanya menikmati gelitikan jariku pada bagian luar CD-nya tepat di bagian celah kemaluannya. Sementara tangan kanannya kini tak lagi memijit-mijit, tapi sudah menggenggam batang kemaluanku yang makin meradang karena terus dikocok-kocok olehnya.

Aku menarik tanganku dari sela paha Maryati ketika mobil sudah mulai masuk ke jalan menuju rumahku. Maryati sempat mendesah ketika aku menghentikan aksiku. “Sudah sampai..” kataku memberi alasan sekaligus mengingatkan dia.

Ia segera membenahi pakaiannya dan kemudian gantian membereskan celanaku yang sudah setengah terbuka. Kemaluanku yang belum sepenuhnya lemas, agak sulit untuk dibungkus kembali.
“Bandel nih!” gerutu Maryati.
“Gede sih.. hehehe..” aku tertawa melihatnya kesulitan memasukkan batang kemaluanku kembali ke celana.
“Sudah biarin, nanti juga kan dikeluarin”, lanjutku.

Maryati lalu kusuruh turun duluan menuju teras. Aku kemudian memasukkan mobil ke garasi, membetulkan celanaku dan kemudian bergegas keluar garasi menuju teras menyusul Maryati yang rambut dan pakaiannya terlihat agak basah oleh air hujan.

Kami lalu segera masuk ke dalam rumah. Inilah pertama kali Maryati berkunjung ke kediamanku. Ia agak sedikit canggung dan terlihat kurang nyaman ketika berada di ruang tamu. Apalagi kondisi tubuhnya agak basah oleh air hujan. Blusnya yang basah menampakkan bagian gumpalan dadanya yang sedikit menyembul dari BH yang dikenakannya. Aku kembali terangsang melihat pemandangan itu. Segera kupeluk tubuhnya dan kami pun lalu tenggelam dalam ciuman yang bergelora.

Birahi kami memanas kembali. Ciuman pun berkembang menjadi acara saling meremas. Saling menekan. Saling merangsang. Kami berdua lalu membantu melepaskan pakaian satu sama lain dan membiarkannya terserak di lantai ruang tamu. Tubuh telanjang kami pun menempel makin lekat.
“Di sini saja..” katanya ketika aku akan menariknya untuk masuk ke kamar tidur.

Kami kemudian memilih sofa ruang tamu sebagai tempat main. Di luar hujan masih turun dengan derasnya. Suara tempaan airnya menyamarkan desahan dan lenguhan yang keluar dari mulut kami berdua. Tubuh bugil kami bergelut dengan penuh gairah di atas sofa tamu itu.

Beberapa saat kemudian Maryati meminta ijinku untuk melakukan oral seks. Tentu saja kuijinkan. Ia memang senang dengan milikku yang katanya punyaku ukuran besar terutama di bagian kepalanya. Sehingga ia senang sekali melumat dan mengisap bagian kepala kemaluanku yang kini terlihat bulat membonggol dan tampak licin mengkilat akibat lumuran ludahnya.

Selama ia melakukan permainan mulut, aku berusaha mengimbanginya dengan merangsang bibir kemaluannya dengan jariku. Saat itu posisiku setengah rebahan dan menyandarkan kepalaku pada sandaran sofa. Sedangkan Maryati berbaring miring setengah telungkup di samping pinggangku. Ia menggeliat ketika jari tengahku mulai menerobos masuk ke celah miliknya, sementara jempolku bermain-main pada klitorisnya.

“Ouu..” jeritnya tertahan.
“Kenapa? enak?” tanyaku sambil menusukkan jari tengahku lebih dalam dan memutar lebih keras jempolku pada tonjolan kecil di atas bibir kemaluannya. Kembali mulutnya bersuara, tapi kali ini lebih riuh dan lebih mirip desisan. Sejenak mulutnya terlepas dari batang kemaluanku. Tapi sesaat kemudian ia menunduk kembali dan melumat habis pisang ambonku hampir ke pangkalnya dan mengisapnya sedemikian rupa sampai aku merinding kegelian. Pantatku sempat tersentak-sentak karena kenikmatan.

“Kenapa? enak ya?” katanya sambil melirikku, lalu melanjutkan kulumannya kembali. Sepertinya Maryati ingin membalas atau mungkin ingin mengimbangi perbuatanku tadi.

Selanjutnya kami tak sempat bicara sepatah kata pun karena terlalu serius untuk saling melakukan dan menikmati rangsangan. Mataku terpejam mencoba menikmati setiap hisapan mulut Maryati, sementara jari-jari tangan kananku terus asyik bermain-main di sekitar liang kewanitaannya.

Berbeda dengan milikku, rambut yang tumbuh di sekitar kemaluan Maryati tak terlalu lebat, tapi tumbuhnya lebih halus dan rapi. Dan aku suka sekali mengusap-usapnya. Sedangkan rambut kemaluanku tentu saja lebih kasar dan lebat tumbuhnya hingga ke arah pusar, perut dan dada. Maryati juga suka mengusap-usap bulu-bulu yang tumbuh di sekitar tubuhku itu. Katanya, dengan kondisi seperti itu, aku seperti nyomet, demikian ia memplesetkan istilah monyet.

Siang itu akhirnya kami melakukannya sampai dua kali. Ronde pertama diawali ketika Maryati mulai bangkit dari posisi tengkurapnya, lalu mulai mengangkangi pinggulku, dan kemudian menelusupkan batang kejantananku yang sudah tegang keras itu ke sela-sela pahanya. Dengan posisi antara duduk dan bersandar, aku mencoba membantunya dengan sedikit mengangkat pantatku ke atas. Maka sedikit demi sedikit amblaslah kepala kemaluanku ditelan mulut kecil yang ada di selangkangannya. Terasa sekali liang ketat namun lembut menjepit sepanjang batang kemaluanku. Rasanya hangat, lembut dan agak-agak terasa kesat.

Kenikmatan semakin terasa ketika kepala kemaluanku yang sensitif itu menyentuh ujung dinding kemaluan Maryati. Sejenak Maryati memutar-mutar pinggulnya seolah merayakan pertemuan total itu. Secara spontan kami berdua serempak memperdengarkan rintihan kenikmatan.

Maryati pun tampaknya meresapi jejalan batang dan gesekan urat yang ada di sekujur kemaluanku. Mulutnya mendesis-desis seperti orang kepedasan. Beberapa kali jarinya berusaha menyentuh bagian luar bibir kewanitaannya seperti mau menggaruk seolah kegelian.

Maryati kemudian mengatur posisi berlututnya sedemikian rupa dan beberapa saat kemudian ia mulai menggenjot tubuhnya naik turun. Makin lama genjotannya makin cepat, sehingga membuat buah dadanya tampak berayun-ayun di depan wajahku. Mulutku segera menangkap putingnya yang sudah mengeras itu dan segera melumatnya habis. Ia menjerit tertahan. Tapi aku tak mempedulikan dan bahkan makin asyik mengulum kedua bukit padatnya itu bergantian. Sementara di bawah sana pinggulku terus menyentak-nyentak mengimbangi genjotannya di atas tubuhku. Terasa sekali rasa nikmat menjalar di sekitar pangkal dan sekujur batang kemaluanku.

Suara hujan di halaman depan makin membuatku bergairah. Entah sudah berapa lama kami dalam posisi seperti ini. Kami hanya bisa saling memperdengarkan rintihan dan desah kenikmatan. Tubuh Maryati pun terus meliuk dan menggeliat-geliat di atas tubuhku. Kedua pahanya yang sejak tadi mengangkang dan bertumpu di jok sofa, mulai kuelus-elus. Dan ia menyukainya karena lenguh kenikmatannya makin kerap terdengar. Elusanku lalu bergeser ke bukit pantatnya. Tapi kini aku tak lagi mengelus. Tanganku lebih sering meremas di bagian itu. Membuat Maryati makin menggelinjang.

Kami mengakhiri permainan ketika Maryati mulai menunjukkan tanda-tanda akan mencapai puncak birahi. Aku segera mempergencar tusukan dan hentakanku dari bawah. Kedua tangannya sudah memeluk kepalaku sehingga membuat wajahku terbenam di belahan dadanya. Kedua kakinya kini menjepit erat pinggangku. Sementara posisi bersandarku sudah agak merosot ke bawah. Beberapa menit kami masih sempat bertahan dalam posisi itu sambil terus berpacu menuju puncak kenikmatan.

“Mass.. Masshh.. Mass Isshh..”
“Dik Maarrhh.. oohh.. Dik..”
Kami saling memanggil nama masing-masing. Entah apa maksudnya. Barangkali untuk menyatakan kemesraan, atau untuk mencoba menahan rasa nikmat yang mulai sulit kami kendalikan.

Ketika nada jeritan Maryati mulai terdengar agak keras, aku segera mengangkat tubuhnya, membalikkan dan membaringkannya ke badan sofa. Kini dalam posisi aku berada di atas, kugenjot tubuhnya habis-habisan sampai kami berdua akhirnya mencapai orgasme hampir bersamaan.

Aku mengerang-ngerang ketika kurasakan air maniku mulai menyembur. Ada sekitar empat kali aku menembakkan air maniku. Alirannya terasa sepanjang batang kemaluanku. Rasanya berdesir-desir nikmat. Maryati pun kulihat menikmati puncak birahinya. Wajahnya memerah dan matanya terpejam. Sementara tubuhnya sesekali bergetar menahan rasa geli yang menjalar di seluruh tubuhnya. Aku segera melumat bibirnya dan kami pun melengkapi puncak kenikmatan ini dengan ciuman yang dalam dan lama. Sesekali tubuh kami tersengal oleh sisa-sisa letupan kenikmatan yang belum sepenuhnya reda.

Suara riuh hujan tak terdengar lagi. Hanya bunyi tetes-tetes air yang berdentang-dentang menimpa atap seng. Entah sejak kapan hujan mulai reda. Kami terlalu sibuk untuk memperhatikannya. Kami masih berbaring di atas sofa. Maryati berbaring di atas tubuhku yang telentang. Tanganku mengusap-usap punggungnya yang masih bergerak-gerak halus seiring nafasnya. Sementara tangannya bermain-main di sekitar bulu dada dan perutku yang masih basah oleh keringat.

“Tidur di sini ya..” kataku membujuknya.
“Tidur di sini? Di sofa ini?” tanyanya.
“Bukan. Maksudku Dik Mar malam ini nginep di rumahku”, jelasku.
“Oo.. Boleh.. Tapi hadiahnya apa?” sahutnya mulai manja.
“Hadiahnya?” tanyaku bingung. Aku terdiam sejenak, dan kemudian kuraih tangannya lalu kuarahkan ke batang kemaluanku yang sudah mulai melemas, “Niih.. hadiahnya!”

Ia tergelak dan kami lalu tertawa bersama. Tangannya kemudian meremas milikku. Meremas dan terus meremas. Selanjutnya kami pun akhirnya kembali bergelut di atas sofa itu, mempersiapkan permainan berikutnya. Tapi untuk ronde kedua ini kami akan menyelesaikannya di kamar tidur.

Setelah puas melakukan pemanasan di atas sofa di ruang tamu, kami lantas beranjak masuk ke kamar tidurku. Inilah pertama kali Maryati masuk ke sini. Sebenarnya sudah lama aku ingin mengajaknya masuk ke ruangan ini. Tapi baru pada kesempatan inilah keinginanku kesampaian. Bahkan aku tidak hanya kesampaian membawanya masuk, tapi sebentar lagi aku juga kesampaian untuk menidurinya di atas kasur yang selama menduda ini hanya kupakai tidur sendirian.

Begitu pintu kamar tertutup, Maryati langsung memelukku dan kami berciuman dengan mesranya. Kulit tubuh kami yang sudah polos telanjang itu seolah telah menjadi konduktor yang saling mengirimkan panas birahi yang terus menggelegak. Batang kemaluanku yang tegang berat itu menempel ketat tepat di atas belahan kemaluannya mengacung ke arah pusarnya. Dengan posisi demikian kantong zakarku langsung bergesekan dengan rambut kemaluannya. Rasanya geli. Apalagi Maryati terus menggesek-gesekkan bagian itu selama kami berciuman. Ia tampak kesenangan menikmati permainan ini.

Tapi Maryati paling senang ketika aku memeluknya dari belakang. Tak henti-hentinya ia menggoyang-goyangkan pantatnya pada batang kemaluanku, dan aku mengimbanginya dengan meremasi buah dadanya dari belakang sambil terus menciumi daerah telinga, leher dan bibirnya dari arah samping. Bercumbu dengan posisi begini memang mengasyikan. Batang kejantananku seperti meluncur-luncur di sela-sela garis pantatnya. Rasanya lembut dan geli. Bagai dielus-elus dengan kain beludru.

“Mass..” desahnya sambil membalikkan badannya dan kemudian melingkarkan tangannya ke leherku.
“Apa..?” kucengkeram kedua pinggulnya yang padat bulat itu.
“Siapa saja yang sudah pernah tidur di sini?” tanyanya mulai menggodaku. Aku agak heran dengan pertanyaannya yang rada menyelidik itu.
“Nggak ada”, jawabku pendek.
“Masak sih, nggak ada?”
“Iya..” aku berusaha meyakinkannya.
“Lha, istri Mas Is dulu tidur di mana?”
“Oo itu.. Ya, kalau dulu sih ini memang tempat tidur kami berdua. Tapi sejak pisah, ya nggak ada orang lain lagi yang pernah tidur di sini selain aku sendiri..”
“Beneer..?” nadanya mulai meledek.
“Sumpah..” balasku manja.
“Terus, kalau Mas Is lagi kepingin, mainnya di mana dong?”
“Kepingin apa?” tanyaku pura-pura bodoh.
“Ya, kepingin begituan..”
“Kalau lagi kepingin.. ya kadang-kadang mainnya di sini..”
“Lho? tadi katanya nggak ada orang lain yang tidur di sini selain istri Mas Is..”

Aku tertawa pendek menyadari kebingungan Maryati.
“Kalau mau main, memangnya harus ada orang lain?” kataku kemudian.
“Maksudnya?” ia makin kebingungan.
“Emangnya nggak bisa main sendiri..?”
“Idiih.. maksudnya..?” Maryati tak meneruskan kalimatnya, tapi matanya menatapku lucu dan tangannya lalu menggenggam milikku dan mengocok-ngocoknya. Seolah ingin memastikan bahwa perbuatan seperti itulah yang aku maksudkan dengan main sendiri, alias onani.

Aku mengangguk membenarkan maksudnya. Ia tertawa.
“Kok ketawa?” kataku sambil mendekap tubuhnya dengan gemas.
“Nggak kebayang deh..” jawabnya sambil masih cekikikan.
“Ya jangan dibayangin dong.”
“Kalau nggak boleh ngebayangin, boleh dong saya lihat Mas Is melakukan itu.”
“Hah?” kataku kaget.
Kini gantian aku yang tertawa mendengar permintaannya yang tidak biasa itu.

Selama ini, sejak pisah dengan istriku, pemenuhan kebutuhan seksualku memang lebih banyak kulakukan dengan cara onani saja, karena aku termasuk konservatif, nggak bisa main sembarangan, hati-hati dan penuh perhitungan. Melakukan onani bagiku lebih save dan cukup memuaskan. Hampir semua laki-laki pasti pernah melakukan seks swalayan itu. Dulu waktu masih remaja aku juga sering melakukannya dan mendapatkan kepuasan dari situ. Bahkan ketika sudah menikah pun aku kadang-kadang juga masih melakukannya, terutama bila istriku dulu sedang berhalangan. Aku bisa minta dia membantuku beronani atau aku melakukannya sendiri tanpa dia. Apalagi setelah kami cerai, acara ngocok bisa kulakukan seminggu sekali, bahkan lebih kalau nafsuku lagi kencang-kencangnya.

Biasanya aku melakukannya menjelang tidur atau saat bangun tidur. Sudah alamiah, punya laki-laki kalau saat bangun tidur pagi hari biasanya dalam kondisi sedang ereksi. Kalau kebetulan saat itu volatage-ku juga sedang tinggi-tingginya, biasanya langsung kusalurkan dengan cara mengocok. Aku bisa melakukannya di atas tempat tidur atau di kamar mandi waktu mandi pagi.

Kalau aku melakukannya menjelang tidur, biasanya sambil melihat majalah atau film porno koleksiku atau hasil pinjaman. Tapi kalau melakukannya ketika bangun tidur atau di kamar mandi, aku cukup dengan berkhayal saja. Selama ini aku lebih banyak melakukan onani dengan tangan kering, karena keluarnya bisa agak lama. Tapi untuk sensasi, kadang-kadang aku pakai baby oil atau sabun kalau pas melakukannya di kamar mandi. Saya rasa yang terakhir itu (nyabun) biasa dilakukan oleh laki-laki. Tentunya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Dan kamar mandi memang tempat yang paling populer untuk beronani ria. Karena tempatnya aman, tertutup dan bisa telanjang dengan bebas, sehingga tak perlu takut dicurigai atau diketahui orang lain.

Tapi kini, ada seorang wanita yang ingin menontonku melakukan onani di hadapannya. Gila! Aku sampai tertawa menanggapi permintaan Maryati yang nyeleneh itu. Tapi aku menghentikan tawaku begitu menyadari bahwa Maryati tampaknya serius memintaku melakukan itu.

“Oke”, kataku akhirnya, “Tapi janji, Dik Mar juga harus ikut melakukan itu di depan saya..”
“Nggak ah!” sergahnya cepat.
“Kenapa? Memang nggak pernah..?”
“Ihh.. pakai nanya lagi!” katanya sambil mencubitku.

Segera kutangkap tangannya, kupeluk tubuhnya dan kami lalu kembali tenggelam dalam ciuman yang mesra dan bergairah. Sejenak kemudian aku melepas pelukanku dan membimbing tubuhnya berbaring di atas ranjang. Aku sendiri kemudian berbalik berjalan menuju kursi dekat meja kecil di seberang tempat tidur, dan duduk santai di atasnya.

“Dik..” kataku memberi isyarat pada Maryati yang tergolek di atas kasur di depanku. Aku kemudian memancing dia dengan mulai meremas-remas milikku sendiri yang sudah tegang itu. Beberapa saat kemudian Maryati pun mulai mengikuti perbuatanku. Jari-jarinya mulai terarah menuju selangkangannya, mulai menggelitik dan mengusap-usap miliknya sendiri. Maka dimulailah pertunjukan seks swalayan. Kami berdua saling berpandangan dan saling mengamati perbuatan satu sama lain. Tubuh Maryati tampak telentang miring bersandar pada salah satu sikunya. Posisi tubuhnya menghadap ke arahku. Sehingga aku bisa dengan leluasa melihat semua gerakan masturbasinya.

Posisi dudukku sendiri sudah tidak tegak lagi, tapi sudah setengah bersandar. Kedua paha dan kakiku selonjor ke depan dan sengaja kubuka lebar-lebar. Aku memainkan milikku dengan gerakan bervariasi, mulai dari meremas, mengurut, memijat sampai gerakan mengocok. Sesekali aku juga merangsang buah pelirku dengan cara mengusap-usap dan meremas-remasnya. Seolah-olah aku ingin menunjukkan pada Maryati semua gerakan onani yang biasa kulakukan selama ini.

Kami berdua mulai saling terangsang oleh perbuatan kami masing-masing. Kalau selama ini aku beronani sambil nonton BF atau lihat gambar porno sambil mengkhayal hal-hal yang merangsang, maka kini aku melakukannya dengan bantuan obyek dan kejadian yang lebih nyata. Aku sampai kesulitan menahan keinginanku untuk tidak menyetubuhi Maryati karena sangat terangsang melihat segala gerakannya selama bermasturbasi itu. Semua begitu nyata dan merangsang. Aku yakin Maryati pun merasakan hal yang sama selama melihat secara langsung seorang laki-laki beronani di hadapannya. Matanya kulihat mulai sayu tapi terus mengamati gerakan-gerakan tangan yang kubuat terhadap kemaluanku sendiri.

Aku hampir mencapai puncak, ketika kudengar mulut Maryati mulai merintih-rintih sambil menatapku dengan wajah seperti orang ingin menangis. Jari manis dan jari tengahnya tampak bergerak cepat mengusap dan menekan-nekan bagian atas bibir kemaluannya khususnya di bagian klitorisnya. Ia mulai memanggil-manggil namaku dan tubuhnya mulai mengejang. Punggungnya kemudian melengkung dan kedua pahanya merapat menjepit tangannya sendiri yang terselip di selangkangannya.

Aku semakin terangsang melihat pemandangan nyata di depanku. Desiran-desiran mulai kurasakan pada pangkal kemaluanku sendiri. Dan aku semakin memperkuat kocokan tanganku sendiri sampai menimbulkan sedikit bunyi yang diakibatkan oleh bercampurnya keringat di telapak tanganku dan cairan bening yang mulai keluar dan meleleh dari lubang kecil di ujung kemaluanku.

Tapi akhirnya aku tak tahan lagi begitu mendengar Maryati berteriak memekik. Dan aku segera loncat dari kursi dan menghambur ke arahnya. Aku sudah tak tahan lagi dengan semua ini. Segera kubuka pahanya yang masih merapat itu dan tanpa ba bi Bu kutusukkan batang kemaluanku ke lubang yang sudah basah oleh cairan birahi itu. Maryati terpekik ketika seluruh kejantananku dengan cepat dapat menerobos dan menyelip masuk. Kurasakan di dalam sana milikku berdenyut-denyut oleh konstraksi dindingnya, menimbulkan rasa geli yang sangat nikmat. Rupanya orgasme Maryati datang bersamaan dengan hujaman rudalku.

Sejenak aku diam menikmati pengaruh orgasme di tubuh Maryati pada batang kemaluanku. Lalu pelan-pelan aku mulai menggoyang dan mengayun pinggulku. Pelan dan pelan. Berputar dan mengulir. Sesekali menyentak. Kunikmati sekali persetubuhan ini, sampai akhirnya aku mulai melakukan gerakan memompa dan menusuk-nusuk.

Maryati tampak mulai menikmati genjotanku. Ia menggeliat-geliat sambil melenguh dan sesekali tersenyum dengan mata terpejam. Seolah meresapi segala gerakan nikmat yang kuciptakan pada tubuhnya.

Aku sendiri, karena akibat onani tadi, sudah beberapa kali harus menahan desiran yang terus muncul dari pangkal selangkanganku. Biasanya ini tanda orgasmeku mau datang. Tapi aku merasa sayang untuk mengeluarkannya sekarang.

Seolah seperti membaca pikiranku, tiba-tiba Maryati memintaku untuk segera menyemprotkan cairan maniku yang sedari tadi kutahan.
“Keluarin Mass.. keluarin sekarang.. di luar saja..” ia merintih sambil menatapku sayu. Aku mengerti maksudnya. Maka segera kucabut batang kemaluanku dan dengan posisi mengangkangi perutnya, aku lalu melakukan onani di atas tubuhnya. Kukocok dan kukocok terus milikku dengan kuat. Cairan kemaluan Maryati yang menempel di sekujur batang kemaluanku makin memperlancar gerakan tanganku. Kepala kemaluanku yang bulat mengkilat tampak tersengal-sengal dalam genggaman tanganku. Maryati pun tampak menikmati sekali atraksi yang sedang kulakukan di atas tubuhnya. Bahkan ia mulai meraba-raba kantung pelirku. Oh tidak, ia tak cuma meraba, tapi juga meremas-remas kantung bulat berkulit tebal itu. Membuat pinggul dan pantatku bergerak-gerak seiring remasan tangannya. “Ooohh, nikmat sekali..”

Aku menggeram tertahan, ketika akhirnya semprotan maniku yang pertama memancar dengan kuat. Langsung mengenai wajah Maryati. Tapi ia dengan senangnya merasakan sentuhan air kental hangat itu di pipinya. Matanya tak sedikit pun lepas dari kemaluanku yang sedang meradang memuntahkan semprotan-semprotan berikutnya. Semua memancar dan menyemprot tak hanya ke wajahnya, tapi juga bibir dan buah dada Maryati. Tangannya kulihat sibuk mengusap cairan putih kental itu dan meratakannya ke permukaan payudaranya. Terakhir kulihat Maryati menjilat sisa spermaku yang ada di ujung jarinya.

Aku betul-betul puas dengan semua ini dan puncak birahi ini telah membuat seluruh sendi tubuhku serasa dilolosi sehingga aku terpaksa harus menahan tubuhku agar tak rebah menjatuhi tubuh Maryati. Maka dengan bertumpu pada kedua telapak tanganku, pelan-pelan aku merundukkan tubuhku sehingga tubuhku merapat agak menindih dan membuat batang kemaluanku mendarat tepat di sela-sela kedua bukit buah dadanya. Rasa kenyal yang diciptakan membuatku bereaksi untuk menggeser-geserkan pisang ambonku di celah kedua bukit itu. Ah.. geli sekali rasanya. Geli yang nikmat. Nikmat yang sangat. Beberapa kali tubuhku sampai tersentak-sentak oleh rasa geli yang muncul belakangan itu. Apalagi kedua telapak tangan Maryati kemudian menekan kedua pantatku ke bawah dan memutar-mutarnya. Aku hanya bisa melenguh menikmati bonus orgasme yang diberikannya.

“Enak Mas?” kata Maryati ketika akhirnya aku rebah di sebelah kiri tubuhnya.
“Hhheehh..” aku hanya bisa mendesah dan membalas kecupan bibirnya.
“Mas Is seksi banget kalau lagi ngocok..”
“Hmm.. asal jangan djadikan tontonan rutin saja..” sahutku masih terengah.
“Kenapa?” tanyanya.
“Masak mau ngocok terus?” sahutku.
“Katanya sudah biasa..” katanya.
“Ya, tapi kan sekarang sudah ada Dik Mar”, kataku.
“Kalau saya sedang nggak ada, atau lagi berhalangan, gimana?” tanyanya.
“Tergantung..” sahutku seenaknya.
“Tergantung apa?” tanyanya lagi.
“Tergantung yang menggantung!” kataku.
“Iiihh..” tangan Maryati mencubit bagian tubuhku yang menggantung itu. Aku sampai berteriak. Tapi kemudian ia membelai-belai mesra buah pelirku.

“Bagaimana kalau yang berhalangan saya?” aku lalu gantian bertanya.
“Hmm..” ia tampak berpikir.
“Ya, kalau dalam keadaan terjepit seperti itu ya harus bisa memanfaatkan kesempatan..” katanya.
“Kok, kesempatan?” tanyaku heran.
“Iya, yang sempit-sempit harus diberi kesempatan untuk tetap menjepit meskipun dalam keadaan terjepit..” jawabnya tenang sambil senyum-senyum.

Aku tertawa ngakak mendengar balasannya yang cerdas itu. Segera kurengkuh pinggangnya dan kutindih tubuhnya sebelum ia sempat mengelak. Kutempelkan punyaku tepat di cekungan pangkal pahanya.

“Jadi, kapan lagi mau menjepit yang menggantung?” tanyaku bercanda sambil menekan milikku ke miliknya.
“Itu sih tergantung dari yang mau terjepit..” sahutnya kocak sambil sedikit menggoyangkan pinggulnya. Sialan, gerakannya membuatku berdesir.

Tapi sore ini aku tak ingin terlalu menuruti hawa nafsu yang muncul. Maryati pun bukan type wanita yang menggebu-gebu nafsu seksnya. Bagi kami, yang penting adalah kualitas dalam bermain cinta, bukan kuantitas atau frekuensinya.

Cerita Dewasa Kisah Perselingkuhanku

$
0
0

Cerita Dewasa Kisah Perselingkuhanku – Rasanya aku sangat berdosa dengan suami maupn anakku bagaimana tidak Cerita Nostalgia kembali terulang disaat aku mulai bisa melupakan wajah serta senyumnya. Aku terpaksa meninggalkan dia karena dia lebih suka main bola katimbang bekerja formal atau mengurus bisnis ayahnya padahal bekal pendidikannya mencukupi sebagai lulusan luar negri.

Dan statusku sekarang manajer PR diperusahaan minyak luar jawa dan bersuami dengan satu anak.Sejak putus aku tidak pernah berhubungan dengan Herry agar bisa memendam kenangan terutama dikota Gudeg Jogja ketika itu aku telah menyerahkan Cerita Dewasa keperawananku untuknya. Sekarang giliran Herry yang memberikan presentasi pada saat membagi bahan presentasi dengan lihai tangan Herry menyelipkan kartu nama dan dibaliknya tertulis hubungi aku.

Selama dalam kelas Herry tidak menunjukkan bahwa dia mengenalku selesai pelatihan seluruh peserta kembali kekamar hotel begitu juga Herry telah menyelinap entah kemana padahal saat itu aku kepingin menemui barang sejenak. Sampai dikamar aku melamun sambil memegang kartu nama Herry lamunanku terpotong oleh suara dering telepon.Sambil tiduran aku mengangkat gagang telepon terdengar suara Herry “Siska…ini aku…aku kepingin ketemu aku dikamar sebelah kalau kamu membuka pintu penghubung aku bisa kekamarmu kita bisa ngobrol aku kangen banget Siska…” itu katanya.

Aku terdiam dan tidak menjawab dengan perasaan gundah telepon itu terlepas dari tanganku ketika aku angkat kembali suara Herry tidak kedengaran. Dari pintu penghubung terdengar suara pintu sebelah kiri dibuka Cerita Dewasa perlahan dari sisi sebelah ada suara ketukan halus serta panggilan namaku.Jantungku berdetak kencang suara itu yang memberikan kerinduan dalam hidupku dengan perlahan grendel pintu penghubung aku buka.Begitu pintu terbuka Herry langsung memelukku erat sekali dan mukanya dibenamkan dalam dadaku dia tidak berkata apapun.

Aku elus kepalanya dan kemudian Herry mendongakkan mukanya “Siska aku kangen…” kemudian Herry menggeretku dan merebahkan ditempat tidur kerinduanku padanya berkobar kembali seperti ketika masih bersama.Bibirnya melumat bibirku kemudian pindah keleher dan terus ketelinga turun kedadaku Ssstttt…ooccchh..aku masih hapal urutan tubuhku yang bakal menjadi sasarannya.Dia akan betah lama mempermainkan buah dada dan putingku mengusap usap meremas mengenyot dan mempermainkan ujung hidung dan kumisnya diputing susu.

Satu persatu bajuku luar dalam lepas dari badan Herry sangat paham kemana dia harus merangsang bagian berikutnya sebelum mulutnya sampai diperut dia akan membalikkan badanku dan mengendus punggung dan pantat.Setelah aku semakin kelojotan dia akan membalikkan badanku dan memulai menciumi ujung jari kaki kemudian naik betis dan paha sampai disitu aku biasanya sudah tidak Kisah Selingkuh tahan dan kalau dulu penisnya langsung aku tarik untuk dimasukkan keliang memekku.

Tapi aku ingin menikmati lebih lama aku buka pahaku dan dia mencari dengan lidahnya mengusap bibir luar hidungnya dia gosokkan diantara belahan vagina.Aku hapal apa yang selanjutnya akan dia lakukan setelah puas bibirnya mulai menyusup diantara lipatan lobang vagina untuk mencari sepotong daging kecil yang menggelembung “Aaauuuuhhhh ..”aku menjerit kecil.Dia akan bermain-main dengan ujung lidahnya dan sesekali mulutnya menghisap dan memelintir kelentitku.

Cukup lama aku tidak merasakan permainan seperti ini suamiku tidak pernah mengoral bagian yang sensitif dirongga vaginaku. Paling suamiku hanya memasukkan ujung jari saja “Oooccchh..sstzzzttt..aahhhhhhh..keatas sedikit sayyyaangggg…..”Bila gerakan lidahnya kurang pas aku langsung meminta kearah mana lidah diarahkan.Permainan berikutnya adalah menggosokkan ujung Kontol Herry untuk membasahi lalu blepp..dan “aaauuu..hhhhhh..”Mulailah gerakan perlahan menarik dan menyodok diselingi gerakan Kisah Mesum  memutar.

Aku semakin hanyut dalam kenikmatan Cerita Dewasa Tante Girang “haaahhh..sstttzz..sssstttt..ooohhhhhsssssttttzzz..”semakin lama gerakan Herry semakin cepat.Aku semakin tidak tahan “Teruuussss..ssstttt..oooohhh..terus..terus..terus..haahhhhhhh..”kontraksi dalam vaginaku meloloskan semua kenikmatan.Aku telah mengakhiri tapi Herry masih meyodok maju mundur ketika tangannya mengangkat pantatku itu pertanda Herry segera mencapai puncak.Tiba-tiba dia berteriak penisnya disodokkan lebih dalam dan dipepetkan sampai pangkal  Cerita Hot

“Auahhh…….auuuwwuwaaa..criitt..croott..ccreett..”denyut penis menumpahkan air mani menyiram vaginaku. Aku ketiduran lemas tanpa daya Herry tiduran miring sambil mengelus elus buah dadaku hidungnya menciumi lenganku masa masa pemulihan dari puncak kenikmatan kekondisi normal selalu dilakukan Herry dengan usapan dan ciuman lembut menambah kenikmatanku. Tiba-tiba telepon dikamarku berdering Aku melompat dan menyeberang kekamar sebelah telepon dari stafku memberitahu aku ditunggu makan malam.

Aku belum mandi aku tidak siap makan dengan mereka akhirnya aku katakan aku ketiduran jadi tidak siap makan dengan mereka saat ini Aku persilakan mereka makan lebih dahulu biar aku pesan di kamar saja. Badanku aku jatuhkan ketempat tidur lemas rasanya dan aku menarik selimut rasanya tidur akan Cerita Sex terasa nikmat belum sampai pulas Herry ikut menyusup dalam selimut.Aku acuhkan dia karena aku ingin lelap antara sadar dengan tidak Herry kembali menciumi tubuhku.Ketika dia membuka pahaku dan memasukkan penisnya aku mulai terlelap tidur entah apa yang telah dia lakukan.

Tengah malam aku terbangun dan terasa dipahaku ada cairan yang mengalir setelah ingatanku pulih kembali aku masuk kamar mandi dan berendam dalam bak mandi yang berisikan air panas.Tubuhku hangat dan kembali aku menemukan Gairah Sex aku bangkit dari tempat berendam menuju kamar Herry dia masih terlelap tidur dengan nafas teratur halus. Aku menyusup kedalam selimutnya dan tanganku mencari kemudian mengusap usap penisnya yang lagi bangun dalam tidur Aku kenyot penisnya sampai-sampai Herry terbangun.

Pelukannya menyambut tubuhku yang masih telanjang akhirnya kami berguling membentuk 69 tapi tidak sampai klimax.Setelah puas saling mengoral aku diajak mandi berendam lagi,tubuh kami yang terkena air hangat menjadi segar dan lebih sesitif pada rangsangan.Akhirnya kami mulai lagi dengan gaya yang dia sukai aku Cerita Dewasa melayaninya dengan cara berdiri bersandar dinding.Kaki kiriku dia angkat dengan tangan kanan dan Herry memasukkan penisnya kedalam vaginaku “Aaahhhh..aaahhhh…ahhhhh…” kenikmatan mulai menjalar keubun-ubun Aku semakin memuncak “terrruuuusss..ssstttt..terussszzzs” dan kontraksi berupa denyutan panjang menyebabkan aku lemas Herry masih bersemangat.

Tapi tubuhku sudah lemas dan akhirnya aku pindah ketempat tidur Aku menungging dan Herry dari belakang memompa vaginaku. Kenangan manis dengan pacar lama aku tinggalkan pesawat terakhir telah membawaku kembali kekota dimana aku berumah tangga nun jauh disana suamiku dan anakku melambaikan tangan menjemput dibandara.Bayangan Herry selama dalam penerbangan tiba-tiba hilang Aku berlari dan aku peluk anakku serta aku ciumi suamiku semoga Kisah Mesum ini tak akan terulang lagi dalam hidupku dan akan aku kubur Cerita Dewasa Kisah Perselingkuhanku.

Cerita Sex Berawal dari Senggolan

$
0
0

Cerita Sex Berawal dari Senggolan – Cerita Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Ngentot, Cerita Bokep. Aku adalah seorang karyawati sebuah perusahaan swasta di kota kembang, kalau untuk penghasilan mungkin boleh dibilang lebih dari cukup untuk seorang yang masih sendiri seperti aku, lagipula usiaku masih terbilang muda, sekitar 24 tahun.

Kata orang sih aku masih senang jalan-jalan, lagian aku juga cepat akrab dengan orang-orang yang baru kenal denganku. Yach itu juga mungkin satu kelebihanku. Mungkin itu sedikit gambaranku saat ini. Seperti biasa, sepulang kerja aku masih menyempatkan diri pergi ke pusat pertokoan yang ada di kota ini, sekalian lewat pikirku, lagipula aku ingin sedikit melepas penatku yang seharian tadi di belakang meja terus. Tengah asyik memperhatikan baju-baju yang kulihat tiba-tiba ada seorang pemuda yang tanpa sengaja menubrukku dari samping dan kulihat pemuda itu juga sama terkejutnya denganku.

Kupikir dia juga tanpa sengaja menubrukku tapi yang jadi masalah tasku ikut terjatuh dan isinya beberapa tercecer keluar. Dengan sigap aku cepat memunguti kembali barang-barangku yang tercecer, tapi pemuda tadi juga tak kalah sigapnya turut membantuku mengumpulkan barang-barangku yang jatuh sambil berkata, “Maaf.. maaf.. Mbak.. saya nggak sengaja..” begitu katanya dengan wajah yang merasa berdosa, aku hanya tersenyum saja melihat dia seperti itu. Aku berpikir dalam hati, dia tampan dan berbadan bagus. Aku jadi nggak terlalu ambil pusing dengan hal tadi.

Kemudian setelah semuanya beres, kembali dia megucapkan permohonan maaf. Kemudian dia berkata lagi, “Mbak, maaf sekali yach.. saya nggak sengaja, gini aja dech Mbak.. untuk menebus salah saya tadi, kalau Mbak nggak keberatan saya ingin mengajak Mbak makan di sana, boleh yach..?” begitu katanya dengan wajah memelas.
“Nggak usah repot-repot..” kataku, “Lagipula kan itu nggak sengaja kamu lakukan..”
Kemudian dia berkata lagi, “Please.. Mbak kalau nggak saya akan sangat ngerasa bersalah sekali, apalagi kertas-kertas Mbak tadi jadi sedikit kotor..” begitu katanya memohon. Terus kupikir yah tidak ada salahnya, apalagi aku pun sudah punya niat untuk makan dulu sebelum pulang nanti, maklumlah kalau sudah pulang aku paling males kalau harus keluar rumah untuk membeli makanan, soalnya rumahku jarang ada yang jualan makanan.

Kemudian aku dan pemuda tersebut masuk ke sebuah restoran yang cukup asyik juga buat santai sambil menikmati makanannya. Setelah memesan makanan kemudian kami ngobrol sambil menunggu makanan datang. “Siapa nama Mbak..?” dia membuka pembicaraan.
“Diah..” jawabku singkat, “Dan kamu sendiri..” aku balik bertanya.
“Ryan..” jawabnya.

Akhirnya kami akrab berbincang kesana kemari sambil menikmati makanannya. “Mbak.. aku antar pulang yach.. lagian di luar hujan..” kata Ryan menawarkan. Aku hanya tersenyum saja sambil mengangguk, lagipula kebetulan beberapa hari ini aku tidak membawa mobil karena harus diperbaiki. Kemudian kami pun pulang, setelah berkeliling-keliling kota sebentar. Sementara hujan di luar sangat deras. “Ryan..! masukkan saja mobilnya ke garasi, nggak ada mobil kok, lagi di bengkel,” kataku. Setalah mobil diparkir di garasi kemudian kami pun masuk ke dalam rumah. Wah bajuku basah sehabis membukakan pintu pagar tadi.

“Minum apa Yan..” kataku.
“Ah nggak usah repot-repot,” katanya sambil asyik memperhatikan koran dan juga majalah yang ada di meja tengah rumah.
“Kamu di sini sendirian Diah..” tanyanya.
“Iya.. emangnya kenapa..?” aku balik bertanya.
“Ah nggak apa-apa, Apa kamu nggak takut..?” katanya lagi.
“Nggak tuch.. lagian aku udah biasa sendiri kok,” kataku lagi.

Ryan sibuk melihat-lihat majalah dan juga beberapa VCD yang sudah kukoleksi sejak setahun yang lalu. “Wah kamu seneng film-film semi juga yach.. wah ini juga malah ada Film Blue-nya.. kalau mau aku juga ada di rumah..” kata Ryan dari dalam, sementara aku dari dapur mendengarkan sambil membuat minum untuknya. “Ini Yan minumnya.. Eh aku mau mandi dulu yach.. rasanya udah mulai nggak enak nich badanku, kalau kamu mau nonton ya nonton aja, bisa kan?” kataku sambil menunjukkan beberapa film lagi di dalam lemari. Sementara itu Ryan asyik memilih film, aku mandi. Rasanya asyik juga nich kalau berendam di bathtub pikirku. Badanku rasanya segar kembali. Baru beberapa saat aku berendam tiba-tiba Ryan memanggilku dari luar. “Diah.. Diah..! ada telpon tuch..” dan kudengar bunyi telponnya pun terus berdering. Aku pun dengan segera mengambil handuk dan dengan tergesa keluar sambil sedikit berlari, aku tidak sempat lagi mengelap air yang masih membasahi sekujur tubuhku. Aku berjalan ke dekat sofa dekat Ryan yang tengah duduk di bawah dan asyik menonton dan telepon pun segera kuangkat sambil duduk sedikit di sofa di samping atas Ryan.

“Hai Rin.. ada apa,” jawabku.
“Ah nggak, hanya kangen saja kok..” terdengar jawaban dari ujung sana.
Setelah beberapa saat ngobrol dengan Rini, mataku sambil tertuju melihat film yang tengah diputar Ryan dan kebetulan film yang beberapa hari lalu kubeli dan belum sempat kuputar. Aku sempat terangsang melihat adegan yang tengah berlangsung di dalam film itu. Bagaimana tidak, kulihat seorang pria tengah menciumi selangkangan seorang wanita cantik dan kulihat wanita itu tengah menikmati rangsangan yang diberikat si pria dengan sedikit mengerang dan matanya memejam menahan kegelian yang tengah dirasakannya. Aku pun seakan tengah merasakan kegelian yang dirasakannya dan bulu bulu halus di sekitar kemaluanku pun seakan terasa meremang menyaksikan adegan tersebut. Untuk sesaat aku terhayut, dan tanpa kusadar Ryan sesekali memperhatikan tingkahku yang seakan ikut terangsang. Tampaknya Ryan jeli melihat apa yang tengah kurasakan.

Kemudian dia pun sedikit mendekat dan mulai meraba kakiku yang masih basah oleh air. Kemudian tangannya mulai naik meraba mulutku dan bibirnya pun mulai mempel di pahaku yang terlihat putih. Dengan leluasa aku membiarkan tangan Ryan meraba dan bibirnya menjilati pahaku sementara handuk yang kupakai tadi sudah tidak karuan lagi menutupi tubuhku, aku mulai menggeliat menahan geli yang teramat manakala bibir dan lidah Ryan mulai menjalar ke arah pangkal pahaku.

“Ryan.. Ryan.. geli.. aku meremas-remas handuk yang kupegang dan juga rambut kepala Ryan yang kupegang, sementara mataku terpejam dan kepalaku kurebahkan kesandaran sofa menikmati jilatan dan juga rabaan di sekujur tubuhku, geli yang luar biasa. Aku beberapa kali terpekik kecil menahan geli yang teramat sangat dan aku pun sangat terangsang. Kulihat Ryan semakin mamahami titik-titik rangsangku dan terlihat semakin ganas menyerangku.

Perlahan tangan Ryan mulai menggerayangi tubuhku bagian atas, buah dadaku yang terlihat membusung di balik handuk yang masih sedikit menutupinya. Ryan kembali menghujamkan ciuman dan juga jilatannya ke arah leherku yang sedikit jejang dan basah oleh air yang belum sempat kuseka oleh handuk. Aku tak kuasa lagi menahan geli yang teramat. “Akh.. akh..” nafasku sedikit tak teratur menahan semua itu. Ryan semakin berani dan mulai menurunkan ciumannya ke arah kedua gunung kembar yang mulai tersembul ketika handuk yang menutupinya sedikit tersingkap. Sementara kedua putingku terasa menahan gejolak seakan ingin cepat dikulum oleh mulut Ryan yang jilatannya terasa membuat tubuhku melayang.

Tanpa banyak basa basi lagi Ryan langsung menjilati dan mengulum buah dadaku satu persatu seolah ingin semua dihabiskannya. Aku semakin menggeliat dan memekik kecil, “Akkh.. akhh.. Ryan.. teruskan.. teruskan.. akh.. ahkk..” Ryan semakin ganas dan jilatannya terus turun ke arah kemaluanku yang tersembunyi diantara bulu-bulu halus dan lumayan banyak itu aku menggeliat semakin jadi menahan jilatan Ryan yang semakin gila. “Ahk.. ahk..” aku berusaha membuka celana Ryan dan juga bajunya yang terlihat sedikit berkeringat. Ryan mengerti maksudku, kemudian dia membuka celananya. Dari celana dalamnya yang putih itu kulihat senjata Ryan mulai menegang. “Besar juga..” pikirku dalam hati sambil kupandangi Ryan dengan senyuman yang menggoda.

Kemudian kukeluarkan senjatanya dan mulai kujilati perlahan dan sesekali kukulum dalam dalam senjata Ryan yang semakin membesar itu. Kulihat Ryan mengerang menikmati jilatanku. Aku semakin terangsang melihat senjata Ryan yang semakin menegang itu, kemudian aku mulai mengarahkan senjatanya ke arah bibir vaginaku yang sedari tadi sudah terbuka siap menyambut senjata Ryan yang akan masuk. “Cepat masukkan Ryan,” kataku, “Aku sudah tak kuat lagi ingin merasakannya.”Ryan dengan cekatan mulai menggenjotkan senjatanya. Aku terpekik sesaat dan meregang meremas pantat Ryan yang mulai bergerak menggenjot vaginaku. “Akh.. ahk.. terus.. terus Ryan.. jangan berhenti..”

Ryan mengganti posisinya, kali ini aku mengarah ke arah sandaran sofa sementara Ryan dari belakang memasukkan senjatanya ke vaginaku. Aku berusaha menikmati genjotan Ryan yang terasa membuatku terengah menahan emosiku yang semakin memuncak. “Auhkk.. ahkk.. ahk..” tanpa terasa keringatku pun terus mengalir membasahi tubuhku. Kulihat Ryan mulai mengganti posisinya lagi, kali ini dia duduk di sofa sementara aku duduk di pangkuannya. Sekarang saatnya aku yang menggenjotnya perlahan, sementara Ryan berusaha mengulum buah dadaku yang semakin mekar dan membusung. Rambutku kubiarkan terurai ke belakang sementara mataku terpajam menikmati hentakan-hentakan yang membuatku semakin merasa terangsang. Aku mengejang beberapa kali, kurasakan ada yang keluar dari dalam vaginaku, sementara Ryan semakin gila menggoyang dari bawah.

Aku segera memeluk Ryan dan Ryan pun dengan erat memelukku.
“Diah.. Diah.. aku akan keluar..”
“Keluarkan saja di dalam Ryan..” kataku beberapa saat dari situ Ryan semakin erat memelukku, mengejang dan kurasakan sesuatu yang hangat seakan mengalir ke dalam vaginaku. “Cret.. crreett.. crrett.. akh.. akh.. akh..” Aku terduduk lemas, begitu pula Ryan. Untuk beberapa saat aku istirahat, kemudian aku bergegas mandi. Ryan kulihat masih kelelahan sambil tiduran di sofa.

Semenjak itu kami selalu melakukannya di rumah atau juga di hotel. Tapi sekarang kami sudah tidak pernah bertemu lagi, kami memutuskan untuk berpisah baik-baik sementara Ryan pulang ke daerah asalnya.

TAMAT

Lihat Juga : Cerita Sex | Nafsu Duda Bertemu Janda

CERITA NGENTOT NGESEKS DENGAN IBU KOST

$
0
0

CERITA NGENTOT NGESEKS DENGAN IBU KOST – Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Hot, Cerita Bokep. Mas Doni, minta tolong ya, nanti si Ical di jemput oke!, sepulang dari kampus, Mbak pulangnya mungkin telat lagi nih!, barusan ada keperluan di puskom Suara nyaring seorang wanita yang barusan kuterima di HP ku.

Ah! Mbak Eni selalu saja menyuruhku untuk menjemput anak semata wayangnya yang masih duduk di bangku TK itu padaku, karena aku selalu melewati TK itu kalo pulang dari kampus. Wanita tersebut, Mbak Eni, aku selalu memanggilnya begitu, adalah ibu kos bagiku karena dimana aku menempati salah satu kamar yang di rumahnya yang sangat besar sebagai anak kos. Adik laki-lakinya yang seumuran denganku adalah temanku sejak masih SMA.

Sebagai lelaki muda, tentu saja aku selalu merasa bergairah bila mendengar ataupun melihat hal-hal yang berbau genital dan seksi seperti halnya mbak eni ini. Dia adalah tipe seorang wanita yang sempurna menurutku dengan bentuk tubuh yang menggiurkan di usianya yang ke 34 tahun itu.

Saat-saat menyenangkan bagiku adalah pada waktu pagi hari, dimana dia sehabis mandi selalu lewat di depanku dengan menebarkan wangi tubuh yang membuatku mabuk kepayang. Sepertinya Mbak Eni juga menyadari kalo aku sering memperhatikannya, maklumlah karena sudah lama dia ditinggal oleh sang suami tercinta untuk pergi belajar ke luar negeri sedangkan Mbak Eni adalah seorang pegawai negeri yang kehadirannya tiap hari akan sangat mempengaruhi kenaikan kariernya.

Dan setelah dinanti sekian lama akhirnya saat yang paling nikmat dalam hubungan antar ibu kos dengan anak kost-nya pun terjadi. Di mulai dari sepulang aku memjemput Ical, putranya satu-satunya yang baru berumur 5 tahun dari TK, saat itu keadaan rumah sepi, si Nur (adik kandung Mbak Eni) sedang tidak ada di tempat entah pergi melayang kemana aku tidak tahu. Begitu sampai di rumah si Ical langsung lari menuju kamar ibunya, sedang aku mengejarnya untuk menjaganya agar tidak terjatuh dan terbentur tembok, kan bisa berabe!

Ketika Ical membuka pintu kamar tersebut, aku tertegun sejenak melihat sebuah fenomena yang indah di hadapanku, bahwasanya Mbak Eni sedang berkaca hanya mengenakan CD nya saja, dan buah dada besar yang menantang tersebut menggelantung dengan indahnya seakan menarik hati orang orang yang melihatnya untuk segera meremasnya.

Karuan saja di pandangi oleh orang lain seperti itu Mbak Eni segera menarik dasternya yang tergeletak di atas kasur untuk menutupi tubuh bugilnya, sedang aku segera saja menarik si Ical dan berbalik pergi meninggalkan kamar tersebut. Setelah kejadian tersebut, seakan-akan Mbak Eni merasa tidak terjadi apa-apa, bagiku sih hal itu merupakan suatu yang luar biasa, dengan kenyataan seperti itu aku jadi semakin memikirkan tentang ibu kost-ku yang bahenol itu, dan berakibat pada naiknya frekuensiku dalam melakukan onani baik hanya dengan tangan atau dengan alat bantu seks waktu itu
.
Suatu malam di saat aku sedang merasa suntuk dan hasrat untuk melakukan onani tidak terbendung lagi, dan kurasa keadaan rumah sepi maka segera saja kulakukan ritual khusus cowok itu sambil berimajinasi tentang hubungan seks yang panas dengan Mbak Eni tersayang. Baru saja aku melakukan permainan ini setengah jalan tiba-tiba saja pintu kamarku di ketuk seseorang.

Siapa sih, gangguin kenikmatan orang saja gerutuku dalam hati sambil mengenakan pakaian seadanya plus sarung tanpa CD untuk menutupi kontolku yang masih berdiri, paling si Nur yang datang pikirku.
Mas Doni, bisa tolong Mbak sebentar nggak, soalnya Begitu pintu kubuka yang langsung di sambut oleh kata-kata dari Mbak Eni yang tidak dapat di teruskan setelah melihat bagian bawah tubuhku yang mengacung.

Tentu saja mukaku memerah seperti udang goreng, dan sepertinya Mbak Eni juga salah tingkah.
Ada apa sih mbak? tanyaku untuk memecah ke-salahtingkah-an kami.
Emm..anu, itu lampu di kamar tidur Mbak gak mau nyala, putus mungkin atau konslet jawabnya sambil terus memperhatikan sarungku.

Oh, ya! Mbak ambil lampu dulu untuk  diganti sementara saja, saya ambil kursi untuk ngganti lampu sial itu Kataku sambil tersenyum
Mbak Eni pun berlalu sambil tertawa kecil mendengar leluconku. Setelah berada di kamar tidurnya yang berbau harum, dia mengulurkan sebuah lampu SL yang segera saja aku sambut untuk menggantikan lampu yang satunya lagi.
Saat aku mengulurkan tangan untuk menyerahkan lampu mati tersebut, kursi yang kupijak bergerak, secara reflek aku ikut menggoyang badan untuk menghindari kehilangan keseimbangan, namun yang kudapat malah sebaliknya.

BRAAK! GEDUBRAK!
Aku terjatuh di samping tempat tidur tertimpa kursi sial itu.
Aduh, kamu tidak apa-apa! Sambut Mbak Eni mengankat tubuhku untuk di naikkan keatas kasur. Tercium wangi khas tubuh perempuan yang membuat kontolku berdiri lagi.
Kayaknya, sih cuma memar saja kok, mbak! Jawabku menenangkan Mbak Eni yang terlihat cemas melihat keadaanku waktu itu.

Di balsem saja ya! kata Mbak Eni sambil beringsut menuju kotak obat untuk mengambil balsem.
Tangannya mulai mengusap-usap tubuhku yang lebam itu, tapi itu bukan usapan biasa, yang kuraskan adalah usapan tanda ingin lebih di intimi, lalu secara simultan tangannya mulai masuk menuju rambut lebat di dadaku dan mengusap usapnya sambil memejamkan mata.

Melihat hal ini, tentu saja aku tidak tinggal diam, mula tanganku menelusuri lengannya yang kuning halus untuk kemudian beralih menuju sepasang bukit kembar yang menantang itu secara perlahan kuusap memutar searah dengan jarum jam mulai dari pinggiran untuk kemudian naik ke putingnya yang masih terbungkus oleh bra. Sambil memejamkan matanya mbk Eni mendesah pelan, ku dekatkan wajahku dan kukulum lembut bibir sensualnya itu untuk kemudian saling pagut dengan liar sambil berusaha untuk melepaskan pakaian yang kami kenakan masing-masing.

Tanpa terasa kami berdua sudah dalam keadaan bugil, dan saling memandang dengan perasaan yang sukar untuk di lukiskan untuk kemudian saling merangsang. Mbak Eni mengocok dengan lembut kontolku yang full strength, sedang aku mengusap-usap dan kadang mencolek isi tempiknya yang sudah mulai basah.

Lalu Mbak Eni merebahkan diri di atas kasur, mengangkan-kan kakinya sambil menarik tanganku untuk lebih mendekapnya. Setelah wajah kami beradu, Mbak Eni memegang kontolku untuk di masukkan ke dalam tempiknya.
Ahhtolong puasin mbak, ya! Don! Desahnya
Hhhiya, mbak! Kataku

Kontolku di bimbingnya masuk secara perlahan kedalam lubang kenikmatannya itu, secara perlahan-lahan namun pasti aku merasakan sensai yang luar biasa karena baru pertama kali aku melakukan persetubuhan. Setelah mentok dan tubuh kami merapat satu sama lain, kudiamkan dulu sejenak bir si kontol merasakan lingkungan barunya sebelum kugerakkan maju mundur sesuai insting manusia dalam mencari kenikmatan dalam bersetubuh.

Hhh..akkhh..teerrusssshh! Desahnya
Enakaakhh, Mbaak..h Timpalku
Setelah beberapa lama Mbak Eni mengalungkan pahanya di pinggulku dan menjepitnya sehingga aku merasakan sebuah kenikmatan yang luar biasa dalam mengolah seni bersetubuh ini.
TerussDoon!

Akkhhyeeaach! Yes! Desahnya sambil menggoyang-goyangkan kepalanya kekanan dan kekiri sehingga sebagian rambut sebahunya menutupi wajah cantik yang berkeringat itu.
Cluk-cluk-cluk. Cepok-cepok-cepok, bunyi suara kemaluan basah yang di adu di timpahi suara desah nyaring manja berpadu dengan wangi kamar dan bau khas orang yang bersetubuh memenuhi se antero kamar ini, tanpa terasa keringat kami sudah membanjir dan saling berpadu sehingga suasana saat itu sangat sukar untuk di lukiskan dengan kata-kata.

Lebih cepat, Don! Yaachteruuss, begituakkhh!
Goyang lebih hot lagiihh, mbakk!
Sshhaakkh..!
Hhhyaahhyaahh.. oh, yaah!
Sampai suatu saat Mbak Eni memelukku erat sekali dan
Hhh..aakkhhaaku saammpaaikh, Donn!
Jeritnya

Lalu semakin kupercepat genjotanku yng tak berapa lama kemudian serasa semua hormonku ingin berebut keluar lewat kontolku sehingga aku bergetar hebat menahan sebuah kenikmatan yang luar biasa.
Oookkhh..aakkhh..!Desahku
Setelah bergulir dari tubuh bugil Mbak Eni yang berkilat karena keringat dan mengatur napas, sambil membelai rambutnya yang hitam legam dengan helai-helai lembut yang menempel pada wajahnya kami pun berbincang.

Terima kasih, Don! Kamu hebat sekali Puji Mbak Eni
Terima kasih juga mbak!, enak sekali.boleh nambah ya, kapan-kapan! Jawabku
Ahkamu ini, nakal sekali. Baru sekali merasakan enaknya langsung minta lagi, tapi boleh koq! Ntar Mbak yang gasih kodenya, ya?
Asyik, mbak! Gitu dong, baru Mbak Eni yang cantik kayak bintang film Rosamund Kwan plus seksi, hehe..!
Ah, kamu ini bisa aja!
Dan malam itupun berakhir dengan tiga ronde pergulatan nafsu liar antara induk semang dengan anak kost-nya.

Lihat Juga : Cerita Ngentot Ngewek Dengan Pembantu

Cerita Bokep Dari Mata Turun Ke Ranjang

$
0
0

Cerita Bokep Dari Mata Turun Ke Ranjang – Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Ngentot, Cerita Hot. Ketika itu aku masih kuliah di PTS di pulau Jawa. aku tinggal di suatu rumah dimana dalam 1 lantai ada beberapa kamar yg dihuni oleh aku dan teman2ku. suatu saat, salah satu temanku dikunjungi oleh 2 orang adiknya yg ingin berkunjung dan jalan2 dikota kami.

Beruntungnya bagi kami penghuni lantai 2 tsb adalah bahwa adik2nya temanku itu adalah 2 cewek yg sangat2 cantik. yg pertama sebut saja N, berumur 17 tahun, masih sma sedangkan yg kedua, sebut saja C, masih smp dan berumur 14 tahun. Teman2ku seringkali mencuri2 pandang ke arah N karena memang tubuh N memang sangat sintal dan menggoda birahi kami mahasiswa2 tuna susila.

Tapi entah kenapa, aku sangat tertarik dengan C dan sepertinya C juga tertarik dgn aku sebab C sering kutangkap basah sedang melirik aku dengan genit dan malu2. Senyum malunya ketika ku tangkap basah sedang melirik aku semakin membuat nafsuku membara dan membuatku utk berniat ngobrol dengannya. Sore itu aku berkesempatan ngobrol dengannya, yahh rada susah juga ngobrol dengan anak SMP sedangkan aku yg sudah kuliah ini tapi ya sudah asal ku bisa melihat C dari dekat… maksudku adalah, aku ingin mengingat wajah dan keindahan tubuhnya sehingga malam nanti aku bisa onani.

Tapi ternyata gayung bersambut, C sangat antusias dengan obrolan basi yg aku suguhkan shg aku pun segera berniat utk melakukan kontak fisik dengannya. Aku mulai dengan mencubit lengannya dan ngelitikin pinggangnya. Wahh…. semakin ku sentuh kulitnya, semakin keras pula otongku jadinya…. Rasanya ingin segera ku kocok burung kekarku ini… tapi sudahlah ku tahan dulu…. orang sabar banyak rejeki kata orang2…..

Setelah puas meng-grepe2 C, lalu kita pun bubar, dia kembali ke kamar temanku itu bersama kakaknya sementara aku pun kembali ke kamarku. Ahhhh… bikin tugas rada males, maklumlah hari ini hari jumat… besok sajalah pikirku. Lalu aku pun menyalakan laptopku dan segera bermain-main dengan Photoshop…. iseng saja aku meng-edit foto2 aku dan anak2 kost…. walaupun kita laki2 tulen dan suka berkunjung ke panti pijat plus plus, tapi aku dan anak2 memang suka foto2.. no nude loh tapinya.

Tanpa terasa malam telah tiba dan ketika aku lagi asik2nya meng-edit foto anak2, tiba2 ku dengar pintu kamarku ada yg mengetuk… lalu ada yg manggil, “mas… lagi di kamar ga?” terdengar suara lembut bertanya…. “wah, siapa nih yg nyariin..” pikirku. Kubuka pintu dan berdiri C didepan kamarku, dia mengenakan celana pendek ketat dgn tanktop tanpa bh. terlihat sembulan payudaranya yg tidak begitu besar (maklum masih smp), dan kulihat betapa mulus kulit putihnya, lehernya dan punggungnya…”masuk masuk…” kataku dengan cepat…. pikiranku langsung mesum, “wah kesempatan nih” kataku dalam hati. “lagi ngapain mas, kok ngga jalan2 sama anak2 yg lain?” C bertanya. “ahh ngga, lagi males aja keluar kost-an… aku lagi isengin foto anak2, mau lihat?” kataku. “liat dong mas” katanya begitu antusias.

Aku pun segera duduk di depan laptopku, dan menunjukkan hasil foto anak2 yg sudah ku isengin.. dia pun tertawa melihat foto2 hasil keisenganku itu. lalu ku suruh dia duduk jadi biar aku saja yg berdiri (aku cuma punya 1 kursi di kamarku). tanpa kuduga C malah berkata, “aku dipangku mas aja deh, biar sama2 bisa duduk.” “ok boleh juga,” kataku semangat. Ketika pantatnya duduk di pahaku.. ahhhhhh enak sekali rasanya… burungku segera mengeras, dan diapun merasakan itu walaupun dia tidak bilang apa2…. ” ‘dek bangun sebentar deh” kataku (maklum posisi burungku yg rada kejepit) lalu ku betulkan posisi burungku yg sudah menggeliat itu, lalu dia pun ku pangku lagi. Sekarang pas sekali posisi burungku berada di belahan pantatnya dia. Dari belakang dia ku ajari berbagai trik photoshop. setiap kali ku berbicara, aku bisikkan trik2nya ke kupingnya dia sehingga aku bisa mencium bau wangi badannya…

Dan setelah beberapa menit, kuberanikan diri utk memeluk dirinya dari belakang, dan melihat C yg tidak menolak, aku lalu memberanikan diri utk merayunya…. ” kamu kok wangi sekali ‘dik?” kataku sambil mencium leher dan pipinya. Dia hanya tersenyum malu dan tidak menjawab. Lalu ketika dia menengok ke arah ku, aku pun dengan segera melumat bibirnya yg mungil dan berwarna pink itu… ohhh nikmat sekali bibir C ini. begitu lembut dan begitu mungil….. sambil mencium bibirnya, tanganku segera meremas-remas payudaranya yg baru mulai tumbuh itu…. kurasakan burungku sudah keras sekali, dan dengan segera tubuh C segera ku goyang2kan maju dan mundur shg aku bisa merasakan gesekan nikmat di burungku ini…. setelah itu ku buka tanktop, kulihat betapa ranum badan C ini… kulit putihnya smakin membuat nafsuku menggila… lalu kubuka celana pendek ketatnya itu dan kulihat vaginanya yg berwarna pink tanpa ditumbuhi sehelai rambut pun…. wahhhhhhhhhhhhhhh………..

Setelah kuciumi seluruh badannya, aku pun langsung menciumi lubang kenikmatan itu dan kulihat C menutup mata dan menggeliat keenakan… “enak dik?” tanyaku. “enak banget mas.” sahutnya singkat. Setelah menciumi vaginanya, aku pun segera mengambil posisi..

ku tindih badannya dan kulumat kembali bibirnya sementara tangan kananku memegang burungku yg sudah berada di depan vaginanya. Sambil terus kucium, kumasukkan burungku perlahan-lahan…. walaupun V-nya sudah basah, namun palkon ku yg rada besar ini mengalami kesulitan utk masuk ke dalam…. kupaksa sedikit, lalu… “awwww… sakit mas…” katanya sembari meringis kesakitan…. “iya gapapa, sakit sedikit sekarang tapi nanti enak kok dik” kataku sembari terus kusodok ke dalam vaginanya dan ku goyang maju mundur….. ohhhhhh enak sekali vaginanya C ini… begitu ketat dan hangat, belum pernah kurasakan vagina seperti ini sebelumnya….

akhirnya burungku bisa masuk seluruhnya kedalam vaginanya dan C juga tidak lagi berkata sakit. sambil kutindih dan kupeluk tubuhnya, kucium bibirnya dan terus ku gerakkan burungku keluar masuk vaginanya…… rada2 susah bagi burungku utk gerak maju mundur karena vagina C ini masih ketat sekali rasanya, dan nikmatnya bener2 tidak ketulungan….

Entah C klimaks atau tidak, tapi yg jelas aku sudah tidak tahan ingin ngecrot yg sebanyak-banyaknya karena tidak terasa sudah 15 menit lebih kami bercinta… kulihat ke arah vaginanya, dan kulihat ada sedikit darah di burungku dan di sprei kasur… “pasti darah keperawanannya” pikirku. “dik, mau udahan apa terus?” tanyaku. “terserah mas aja deh….” katanya…. ya sudah, aku memutuskan utk ngecrot saja sebentar lagi.

Aku pun mempercepat gerakan maju mundurku sehingga aku bisa ngecrot…. “dik, kamu udah pernah mens belum?” tanyaku. “udah mas.” jawabnya sambil kembali menutup mata dan menggigit bibirku lagi… “wah, bisa hamil nih kalo di keluarin di dalem” pikirku.

Maksudku utk mengambil kondom sebelum aku ngecrot ternyata tidak kesampean sebab tiba2 … CROOOOOOOOOOOTTTTT……. CROOTTTT CROTTTTT…….. ahhhhhhhhhhh……. CROTT CROT….. spermaku menyembur dengan ganasnya di dalam vagina C… kulihat ada kenikmatan diwajah C, dan kurasakan hangatnya vagina C setelah kusembur dgn spermaku….. “enak dik?” tanyaku. “enak bgt mas…” katanya sembari tersenyum malu. Lalu kupeluk tubuhnya dgn erat dan kucium bibirnya kembali. Lelah sekali rasanya dan bbrp menit setelah klimaks, kami berdua masih berpelukan ditempat tidur….. uuhhhh….. lemas sekali, belum pernah aku bercinta sampai selemas ini sebelumnya.

sepintas ada kecemasan dlm pikiranku, “wah bagaimana kalo nanti C hamil nih?” tanyaku dalam hati….. namun kecemasan itu tidak berlangsung lama karena C menciumku dengan lembut dan perasaan enak, puas, dan nafsu yg terpuaskan semuanya tercampur jadi satu dalam ciuman itu.

“dik, jangan bilang sama kakak kamu ya…. mas bisa dimarahin nanti.” pintaku. “iya mas, aku ngga bilang sama siapa2.” katanya dgn cepat. setelah beberapa menit, kucabut burungku yg masih berada dalam vaginanya, lalu aku berdiri di samping tempat tidur, sementara C masih dalam posisi berbaring, lalu ku dekatkan burungku ke mulutnya…. dia terlihat bingung, “oh iya aku lupa, C masih SMP” kataku dalam hati…. “dik, emutin burung mas yah, mau kan? enak kok rasanya tapi jangan digigit yah!” pintaku. tanpa banyak protes, dia pun langsung mengulum burungku dengan lahapnya. Setelah beberapa menit, “udah dik.. udah cukup.” kataku. setelah kulihat jam, aku baru menyadari bahwa sebentar lagi anak2 bakal balik ke kost-an. harus cepet2 pake baju nih, kalo ketauan bisa gawat….

Kami pun segera mengenakan baju masing2 dan lalu berpelukan sambil nonton tv. tidak lama setelah itu terdengar suara2 brisik anak2 yg sudah kembali dari jalan2…. “Nyet, gw bawain nasi goreng nih…. blm makan kan lo?” salah satu temanku berkata dari teras lantai 2 kost-an kami… aku dan C pun segera bangun dan keluar kamar sambil menyambut mereka yg baru balik jalan2…. tidak ada kecurigaan dari mereka yg melihat kami berdua keluar dari kamar dengan wajah sedikit lelah… “yahh untunglah,ternyata semua berjalan lancar sesuai dengan rencana…. ” kataku dalam hati sambil tersenyum puas. dan kulihat C melirikku sambil tersenyum simpul seperti biasa……

Lihat Juga : Janda genit Telanjang Bugil

Viewing all 212 articles
Browse latest View live