Quantcast
Channel: Janda Mesum Telanjang
Viewing all 212 articles
Browse latest View live

Cerita Mesum Sepupuku Yang Lagi Tidur Pulas

$
0
0

Cerita Mesum Sepupuku Yang Lagi Tidur Pulas – Malam itu adalah Jumat kira-kira pukul 23.00, aku diminta tolong untuk menjemputnya di sebuah cafe di salah satu hotel berbintang 5. Salah satu temannya mengadakan acara pesta ulang tahun. Karena tidak ada yang bisa menjemput maka aku dimintai tolong. Orang tuanya sedang pulang kampung dan suaminya sedang dinas di luar negeri. Padahal aku sendiri juga ada janji berkumpul bersama teman-teman dan menginap.

Aku berpikiran, hanya menjemput dan mengantar pulang saja tidak akan makan waktu lama, apalagi sudah tengah malam, aku masih bisa menyusul teman-temanku yang sedang dugem. Setelah kuparkir mobilku di basement, aku langsung naik eskalator dan menuju lantai 3 tempat cafe itu berada. Dari depan dapat kudengar dentuman suara musik dance yang cepat. Suasana di dalam gelap, hanya ada beberapa penerangan di sudut-sudut ruangan. Aku berkeliling mencari Yenny. Ternyata dia sedang di lantai menari dengan sedikit liar bersama teman-teman wanitanya. Ada beberapa yang seksi dan menarik perhatianku. Tapi tujuan utamaku adalah mengantar Yenny pulang dan bergabung kembali dengan teman-temanku.

“Yenny!?seruku. Ternyata dia tidak mendengar karena musik yang dimainkan sangat keras. Kupegang pundaknya, ia pun menoleh dan langsung mengenaliku.
“Indra..!?sapanya. Aku dapat mencium bau alkohol dari mulutnya, dan dia memang terlihat sangat mabuk.
“Kapan datangnya? Sudah lama??tanyanya sambil bergoyang mengikuti alunan musik.
“Baru sampai, Sudah jam 11 lewat nanti Jimmy marah loh kalo pulangnya kemaleman.?jawabku sambil sedikit berteriak.
“Iya aku tahu.. Sebentar ya..?Yenny meninggalkanku dan berpamitan pada teman-temannya.

Tidak lama kemudian, Yenny menghampiriku dan kami pun meninggalkan tempat pesta itu. Setelah berjalan beberapa langkah, Yenny kehilangan keseimbangannya dan hampir terjatuh. Secara refleks aku memegang lengan dan pinggangnya.

“Apakah kamu baik-baik saja??tanyaku.
“Iya.. Tidak apa-apa kok..?jawabnya. Karena takut dia jatuh, maka aku terus memegangi pinggang dan lengannya.

Setelah sampai di mobil, langsung kunyalakan mesin dan kuarahkan ke rumahnya. Tidak sampai lima menit, Yenny telah tertidur dengan pulas. 15 menit kemudian aku telah sampai di rumahnya. Aku coba untuk membangunkannya, tetapi tidak bisa. Yenny benar-benar tertidur lelap sekali. Kubuka tas tangannya dan kuambil kunci rumahnya. Terpaksa aku menggendongnya ke dalam rumah.

Kubaringkan dia di ranjangnya dan timbul sebuah ide di dalam kepalaku. Aku telah bersusah payah menggendongnya ke kamarnya yang terletak di lantai 2, seharusnya aku mendapatkan imbalan yang setimpal. Imbalan yang kuinginkan tidak lain adalah kepuasan duniawi untuk penisku.

Aku langsung membongkar lemari pakaiannya. Tanganku meraba-raba celana dalamnya yang semuanya berukuran mini dan halus dengan berbagai warna, seleranya memang bagus. Kuambil satu yang berwarna kulit dan kuhirup dalam-dalam. Tidak tercium aroma dari , tapi cukup untuk membuatku bergairah.

Aku berpaling ke arah Yenny, dia masih tertidur. Tiba-tiba saja aku tersentak dan langsung aku kembali membongkar-bongkar lemari bajunya. Akhirnya aku menemukan apa yang kucari, namun terdapat juga sedikit rasa kecewa. Dengan tangan yang sedikit bergetar kuangkat ‘harta karun?itu. Kubuka lipatannya dengan perlahan, terbentanglah sebuah stocking nylon berwarna kulit yang sheer toe dan lacy top (transparan sampai ujung kaki dan pengikatnya berupa renda-renda yang seksi).

Penisku langsung bereaksi dengan kuat. Langsung otakku memerintahkanku untuk masturbasi sambil mengenakan stocking dan celana dalam Yenny. Sekali lagi kuperhatikan Yenny yang sedang tidur, kemudian aku masuk ke kamar mandi dan melepaskan semua pakaianku. Perlahan-lahan kutarik stocking tersebut sampai ke tengah pahaku. Seluruh tubuhku diselimuti oleh getaran-getaran erotis ketika stockingnya bergesekan dengan kulitku. Demikian pula ketika celana dalamnya menyelimuti selangkangan, pantat dan buah zakarku.

Celananya terlalu kecil sehingga tidak dapat menyelimuti penisku, tapi ini memudahkanku untuk bermasturbasi. Akan lebih nikmat lagi jika ada sebuah celana dalam lagi untuk membalut kejantananku, maka aku pun keluar dari kamar mandi dan kuambil sebuah celana dalam lagi yang berwarna merah muda. Langsung kubalutkan pada penisku. Kukocok penisku sambil membayangkan bercinta dengan saudaraku. Tanpa sadar aku menoleh ke arah Yenny dan timbul sebuah pemikiran untuk langsung bersetubuh dengannya. Namun ada pertentangan di dalam batinku. Akhirnya aku memutuskan untuk bermasturbasi dengan melihat Yenny dari dekat dan mencoba untuk menyentuhnya bila memungkinkan.

Aku berlutut di samping ranjang Yenny. Dia tidur dengan telentang, kuamati dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki. Wajahnya yang cantik dan manis, rambutnya yang sedikit dicat coklat selalu terbayang-bayang di dalam hatiku. Payudaranya yang tidak terlalu besar namun padat berisi. Gaun pestanya berwarna hitam terbuat dari sutra yang halus, hanya ada sebuah tali yang menyimpang dari pundaknya untuk menggantungkan gaun tersebut.

Gaun sutra itu membungkus tubuhnya yang langsing dan padat dengan ketat, dan berakhir di atas lututnya. Ditambah lagi ada belahan di sebelah kanan sampai tengah pahanya hingga menambah keseksian gaun tersebut dan tentu saja pemakainya. Kakinya padat dan proporsional di balut oleh stocking hitam yang sangat transparan dan kakinya memakai sepatu tali (hanya ada 3 buah tali) berwarna hitam yang menggiurkan.

Kutelan ludahku, tidak dapat kupercaya saudaraku yang sering menjadi fantasi masturbasiku terbaring di hadapanku, seolah-olah mengundangku untuk menyetubuhinya. Dengan gugup jari tengah kananku menyentuh pergelangan kaki kanannya. Kuamati wajah Yenny, ternyata tidak ada reaksi. Kutelusuri tulang keringnya sampai tengah pahanya dengan jariku. Tidak ada reaksi juga darinya. Kugunakan telapak tanganku dan kutelusuri kembali sampai ke pergelangan kakinya. Kejantananku berdenyut-denyut dengan hebat, rasanya aku bisa orgasme dengan hanya mengelus-elus kakinya yang dilapisi oleh stocking yang halus. Berulang kali aku mengelus-elus kaki kanan dan kirinya dan sesekali memperhatikan wajah Yenny.

Kusentuh dengan ringan pipinya yang halus dan kencang, kudekatkan wajahku dengan wajahnya, sampai aku dapat mendengar nafasnya. Kukecup bibirnya dengan lembut, rasanya sungguh menghanyutkan. Kukulum dan kujilat bibirnya untuk beberapa saat, kemudian kukecup dan kujilati dadanya. Payudaranya terasa lembut dan benar-benar pas dengan pijatan tanganku. Aku hendak mencicipinya namun gaun yang masih ia kenakan menghalangi, terpaksa kukecup bersama gaunnya yang tipis dan halus.

Aku tidak menyangka Yenny tertidur begitu lelap hingga tidak dapat merasakan payudaranya sedang kuremas-remas. Pertama-tama kuremas dengan pelan dan lembut, kemudian remasanku bertambah kuat dan lebih kuat tetapi tetap lembut, karena aku tidak ingin menyakitinya. Melihat reaksi Yenny yang tetap tidak terbangun dengan apa yang sedang kulakukan, memompa gairahku untuk bertindak lebih jauh, bahkan saat ini aku tidak peduli lagi jika saudaraku yang cantik ini terbangun.

Aku beralih ke jar-jari kakinya. Kutempelkan hidungku pada jari kakinya yang mungil yang masih terbungkus manis oleh stocking dan sepatu talinya. Kuhirup dalam-dalam, aromanya benar-benar membuat kepalaku melayang, tidak tercium bau kaki yang memuakkan tetapi suatu wangi yang seksi dan menggetarkan. Kukecup satu persatu semua jari kakinya kemudian kulahap ke dalam mulutku. Hasratku meledak saat itu juga, kuoral kakinya yang terbalut stocking hitam yang halus dan lembut.

Baru kali ini aku begitu bernafsu melakukan french kiss dengan kaki perempuan. Aku tidak mau melakukannya jika pasangan seksku tidak memakai stocking atau pantyhose. Setelah puas melahap jari-jari kakinya, aku lanjutkan kecupan dan jilatanku ke pergelangan kakinya, pelan-pelan naik ke betis dan lututnya. Kugeser roknya sampai ke pertengahan pahanya. Yenny mengenakan stocking dengan bagian atas yang berenda (lacy top) dan benar-benar cocok di pahanya yang putih mulus. Tanpa ragu lagi, kujilati dan kukecup semua bagian pahanya.

Tiba-tiba HP-ku berbunyi. Aku terkejut dan langsung berlari dan mematikan suara HP tersebut. Ternyata aku mendapat SMS dari temanku, dan aku baru ingat kalau aku ada janji dengan mereka. Aku tidak mungkin melewatkan kesempatan yang langka ini, meskipun tabu tetapi aku tetap ingin menikmatinya. Akhirnya kubatalkan rencanaku dengan teman-temanku. HP aku matikan, dan aku kembali menghadap Yenny yang tidur bagaikan patung.

Kukocok sebentar penisku yang sekeras batu dan kulanjutkan kembali menodai saudaraku. Siapa suruh dia begitu cantik dan merangsang gairahku. Kuangkat roknya sampai di atas lembah cintanya. Spontan saja kejantananku bergetar dengan kuat, sekujur tubuhku serasa lumpuh dengan gairah yang kurasakan. Tidak kusangka ia mengenakan celana dalam G string berwarna hitam yang sangat kecil. Bagian depannya hanya berupa segitiga kecil yang berpangkal di tempat bulu pubic tumbuh, hebatnya lagi Yenny mencukur bulunya sampai bersih.

Kain yang menyentuh bibir tidak lebih dari 1 cm sehingga terbenam di dalam bibir yang berwarna merah muda segar. Secara tidak sadar aku melepaskan desahan nafsu dan hasratku. Kusentuh segitiga kecil yang seksi itu, bahannya benar-benar halus dan lembut. Kutarik garis lurus ke arah gua cintanya. Bagaikan petir yang menyambar tubuhku, ternyata terasa basah dan licin. Jari tengah kananku bolak balik menelusuri garis kenikmatannya. Makin lama makin terasa basah. Madu cintanya pasti terperangkap di dalam.

Kulebarkan kedua kaki Yenny, kemudian kuposisikan diriku di tengah-tengah . Kutempelkan hidungku dan kihirup aromanya dalam-dalam, kepalaku serasa berputar. Aromanya sungguh segar dan memabukkan. Setelah beberapa kali kuhirup dan kunikmati aromanya, kujulurkan lidahku dan menyentuh bibir . Lembut, basah dan menakjubkan. Kujilat pelan-pelan seperti anak kucing menjilati susunya. Kutelan semua madu yang berhasil dikumpulkan oleh lidahku. Makin lama makin basah, aku pun sudah tidak sabar lagi, aku ingin meneguk madu cintanya.

Kulahap dan kukeringkan madu yang berceceran di sekitarnya. Kugunakan jariku untuk menggeser G string-nya. Mulutku langsung menampung dan menyedot madu yang mengalir dengan deras. Aku terus menyedot bagaikan vaccuum cleaner. Tak dapat dihindari, suara sedotan pun terdengar nyaring. Aku tidak melihat lagi bagaimana ekspresi atau keadaan Yenny karena malam ini aku akan bercinta dengan saudaraku.

Setelah mereda, kukulum bibir . Aku berhenti sejenak dan memperhatikan bibir yang mekar bagaikan bunga. Kugunakan kedua jariku untuk membuka pintu kenikmatannya, lidahku langsung menelusuri sisi dalamnya. Klitoris adalah sasaran utamaku. Kukulum dan lidahku menari dengan irama sedang. Klitorisnya tak dapat menolak ajakan dansaku dan bergerak mengikuti iramaku.

Aku dapat merasakan tubuh Yenny bergetar dan sedikit bergerak. Ini adalah tanda yang bagus. Ia pasti menikmatinya. Kunaikkan iramaku dan lidahku berdansa dengan liar. Tubuh saudaraku menggeliat dan otot-otot pinggulnya bergetar. Aku semakin terpacu dan bernafsu. Kuvariasikan gerakan lidahku dan kadang-kadang kugigit dengan lembut. Tubuh Yenny semakin tidak terkendali. Kunaikkan pandangan mataku dan kulihat matanya masih tertutup, mulutnya sedikit terbuka, kepalanya bergerak ke kanan dan kiri, tangan dan kakinya pun ikut bergerak.

Aku masih ingin menikmatinya lebih lama, kuarahkan lidahku ke dalam gua kenikmatan duniawinya. Kujulurkan lidahku sejauh mungkin dan kujelajahi semua bagian dalamnya yang hangat dan lembut. Cairan hasratnya terus mengalir dan membasahi hidung dan daguku. Yenny sangat menikmatinya sama seperti aku. Aku jadi ingin bercinta dengannya dalam keadaan sadar, pasti akan lebih seru lagi. Aku iri sekali dengan suaminya, tetapi malam ini Yenny adalah milikku.

Aku kembali pada klitorisnya. Tidak lama, aku mendengar suara desahan halus yang bagaikan musik di telingaku. Desahannya makin kencang dan cepat, pinggulnya terangkat dan otot-otonya mengejang, untuk sesaat tidak terdengar desahannya. Setelah beberapa detik pinggulnya mendarat kembali ke kasur, Yenny kembali mendesah dengan penuh kenikmatan, otot-ototnya mengejang dan mengendur beberapa kali dan madu cintanya kembali membanjir keluar. Tidak kusia-siakan sedikitpun madu yang keluar.

Badannya mulai tenang, tapi kini giliranku. Kuposisikan tubuhku di atasnya dan bertumpu dengan tanganku. Kukecup bibirnya yang sedikit terbuka. Dengan sedikit dorongan, kejantananku masuk ke dalam lembah kenikmatan yang hangat. Badan Yenny sedikit terangkat lalu turun lagi. Kudorong lagi penisku hingga setengah panjangnya. Yenny kembali menggeliat, dan mulutnya terbuka lebih lebar dan kepalanya sedikit terangkat. Kutarik keluar sampai ujung kepala penisku lalu kudorong masuk lagi untuk beberapa kali, tidak ada hambatan yang terjadi, yang ada hanyalah jalan tol yang mulus.

Kali ini kudorong masuk semuanya. terasa kencang dan hangat. Aku tidak berani menimpanya jadi kusangga tubuh bagian atasku dengan tangan, pinggangku bergerak perlahan-lahan. Aku tidak berani terlalu cepat dan kencang, tapi aku jadi penasaran minuman beralkohol apa yang dia minum. Belum pernah aku bersetubuh dengan gerakan selambat ini, alhasil aku dapat merasakan semua sensasi yang terjadi pada waktu mendorong dan menarik. Yenny kembali mendesah.

Kuangkat kaki kanannya dan posisi Yenny bertumpu pada sisi badan sebelah kiri. Kupeluk kakinya yang menggairahkan dan kaki kiriku berada di depan, seperti posisi berlutut dengan satu kaki. Kuposisikan kejantananku pada gerbang kenikmatan cintanya dan kudorong masuk dan kutarik keluar dengan perlahan. Kubelai-belai kakinya yang mulus dan kupeluk bagaikan guling. Kembali kulahap jari-jari kakinya.

Ini benar-benar menakjubkan, orgasmeku sudah berada di ambang kenikmatan. Ingin sekali kukeluarkan madu murniku di dalam gua cintanya. Kukembalikan posisi Yenny sehingga ia tidur telentang. Kuangkat kedua kakinya membentuk huruf V. Kutarik penisku sampai hampir keluar dari pintu surga dunianya, kemudian kudorong masuk hingga ke pangkalnya. Setiap dorongan masuk yang mantap selalu membuat tubuh Yenny menegang.

Melihat respons yang indah ini, kupercepat irama percintaanku. Ternyata memang benar, tubuhnya menggeliat dengan hebat. Suara merdunya kembali terdengar menyanyikan puncak kenikmatan duniawi yang hanya dapat dicapai dengan orgasme. Tubuhnya bergetar dan berkontraksi dengan hebat, dapat kurasakan dinding-dinding menegang dengan kuat kemudian merenggang sebentar dan menegang lagi. Aku pun semakin bernafsu menyetubuhinya.

Orgasme yang melanda Yenny sungguh hebat, meskipun tidak sadar tetapi organ seksualnya masih bekerja dengan baik. Satu dorongan, dua dorongan, tiga dorongan, akhirnya tibalah waktuku untuk menikmati indahnya dunia. Kucabut kejantananku, dan kuposisikan diriku di bawah dagunya. Tangan kiriku dengan intensif mengocok penisku yang hampir meledak. Tubuhku bergetar dengan sangat kuat, kesadaranku diambil alih oleh dahsyatnya orgasme. Kutempelkan ujung penisku pada pipi kirinya, semprotan pertamaku yang begitu kuat mencapai alisnya. Guncangan tubuhku yang kuat menggeser posisi penisku ke dagu Yenny. Di sinilah aku menghabiskan empat semprotan terakhir. Lima gelombang ejakulasi yang panjang, membuat tubuhku melayang.

Setelah tenang, aku memperhatikan hasil karyaku. Ada sebuah garis putih dari alis kirinya, memanjang ke mata dan pipinya dan berakhir di dagunya. Dagunya dipenuhi oleh madu cintaku sampai mengalir sepanjang lehernya. Ada cukup banyak maduku yang mendarat di bibirnya, aku yakin ada juga yang masuk ke dalam mulutnya. Tiba-tiba Yenny menelannya, spontan aku terkejut dan menjadi terangsang lagi.

Wajahnya yang cantik berhiaskan madu putihku membuatnya begitu cantik dan menggairahkan. Aku segera mengambil HP dan memotretnya dengan kamera HP. Kuhabiskan seluruh memory yang ada untuk mem-fotonya. Aku berpose dengan penisku di bibirnya, dan juga ketika penisku memasuki gerbang kenikmatannya. Ini adalah koleksiku yang sangat berharga.

Lihat Juga : Cerita Mesum Akibat Film Porno


Cerita Mesum Adik Dapat, Kakak Juga Dapat

$
0
0

Cerita Mesum Adik Dapat, Kakak Juga Dapat – Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Bokep. Setelah permainan cintaku dengan Evi sore itu, kami jadi sering melakukannya apabila ada kesempatan. Kadang kami bercinta di Kamar Evi dan kadang di kamarku. Evi yang masih berusia 22 tahun itu bercerita tentang hilangnya kegadisannya oleh pacarnya ketika masih SMA.

Menurut ceritanya dia dijebak pacarnya untuk minum-minum ketika perayaan ulangtahunnya yang ke 17. Ketika dia mulai mabuk dia dibawa pacarnya dan di perkosa di hotel. Tragisnya dia diperkosa secara bergantian oleh 2 orang teman pacarnya saat itu.

Paginya setelah sadar dia di antar pulang dan pacar maupun kedua temannya menghilang entah kemana. Setelah lulus SMA akhirnya dia memutuskan untuk kuliah di Bali jurusan hotel dan tourisme. Sejak kuliah di Bali pun dia sudah beberapa kali melakukan sex dengan beberapa teman kuliah-nya. Hubungan kami pun cuma sebagai teman, tidak lebih, hubungan kami berdasarkan suka sama suka. Mungkin karena usia ku yang lebih muda. Hanya saja aku dapat previlege untuk tubuhnya kapan saja aku mau. Hubunganku dengan Evi pun tidak diketahui oleh Silvi kakaknya yang sudah bekerja di salah satu hotel di kawasan Jimbaran.

Silvi, tidak kalah cantiknya dengan Evi. Keduanya memiliki kulit yang putih bersih. Silvi lebih dewasa dalam pembawaan dan enak juga diajak ngobrol. Karena Silvi juga cantik aku sering bercanda dengan Evi mengatakan ingin tahu rasanya bila berhubungan dengan Silvi. Evi kadang tertawa dan kadang marah kalo aku berkata begitu. Walau marah, Evi akan hilang kemarahannya kalau kucumu lagi.

Seperti halnya sore itu, Ketika aku baru pulang kuliah, kulihat kamar Evi terbuka tetapi tidak ada orang didalamnya. Karena situasi kost yang sepi akupun masuk ke kamarnya dan mendengar ada yang sedang mandi dan akupun menutup pintu kamar Evi. Sudah seminggu lebih aku menginap di Denpasar karena sedang ujian akhir.

Setelah pintu kututup, kupanggil Evi yang ada dikamar mandi.

“Vi, lagi mandi yah? tanyaku basa-basi.

Tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi. Akupun melanjutkan.

“Kamu marah yah Vi?, Maaf yah aku gak kasih tahu kamu kalo aku mau nginep di Denpasar. Hari ini aku mau buat kamu puas Vi. Aku akan cium kamu, bikin kamu puas hari ini. Aku aka.
“Mandi kucing kan kamu Vi mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki.” Rayuku.

Masih tidak ada jawaban dari dalam kamar mandi.

“Vi, ingat film yang dulu kita tonton kan. Aku akan bikin kamu puas beberapa kali hari ini sebelum kau rasakan penisku ini Vi. Aku akan cium vaginamu sampai kau menggelinjang puas dan memohon agar aku memasukkan penisku”.

Terdengar suara batuk kecil dari dalam kamar mandi.

“Vi, kututup pintu dan gordennya yah Vi”. Akupun berbalik dan menutup gorden jendela yang memang masih terbuka.

Ketika gorden kututup, kudengar pintu kamar mandi terbuka. Akupun tersenyum dan bersorak dalam hati. Setelah aku menutup gorden akupun berbalik. Dan ternyata, yang ada dalam kamar mandi itu adalah Silvi, kakak Evi, yang baru saja selesai mandi keluar dengan menggunakan bathrope berwarna pink dan duduk diatas tempat tidur dengan kaki bersilang dan terlihat dari belahan bathropenya.

Kaki yang putih terawat, betisnya yang indah terlihat terus hingga ke pahanya yang putih, kencang dan seksi sangat menantang sekali untuk dielus. Belum lagi silangan bathrope di dadanya agak kebawah sehingga terlihat dada putih dan belahan payudaranya. Kukira ukuran Branya sedikit lebih besar dari Evi, karena aku belum pernah menyentuhnya.

“Evi sedang ke Yogya, dia sedang Praktek kerja selama 2 bulan” Kata Silvi sambil memainkan tali bathrope-nya.
“Jadi selama ini kamu suka make love ya sama Evi, padahal aku percaya kamu tidak akan begitu sama adikku”
“Maaf Mbak, aku gak tahu kalo yang didalam itu Mbak Silvi” Kataku sambil mataku memandang wajah Silvi.

Rambutnya yang hitam sepundak tergerai basah. Dada yang putih dengan belahan yang terlihat cukup dalam. Paha yang putih mulus dan kencang hingga betis yang terawat rapih. Kalau menurutku Silvi boleh mendapat angka 8 hingga 8,5.

“Lalu kalo bukan Mbak kenapa?, Kamu enggak mau mencium Mbak, buat Mbak puas, memandikucingkan Mbak seperti yang kamu bilang tadi?” Tanya Silvi memancingku.
“Aku sih mau aja Mbak kalo Mbak kasih” Jawabku langsung tanpa pikir lagi sambil melangkah ke tempat tidur. Sebab sebagai laki-laki normal aku sudah tidak kuat menahan nafsuku melihat sesosok wanita cantik yang hampir pasti telanjang karena baru selesai mandi. Belum lagi pemandangan dada dan putih mulus yang sangat menggoda.
“Kamu sudah lama make love dengan Evi, Ren?” Tanya Silvi ketika aku duduk di sebelah kirinya. Aku tidak langsung menjawab, setelah duduk di sebelahnya aku mencium wangi harum tubuhnya.
“Tubuh Mbak harum sekali”, kataku sambil mencium lehernya yang putih dan jenjang.

Silvi menggeliat dan mendesah ketika lehernya kucium, mulutku pun naik dan mencium bibirnya yang mungil dan merah merekah. Silvi pun membalas ciumanku dengan hangatnya. Perlahan kumasukkan lidahku ke dalam rongga mulutnya dan lidah kami pun saling bersentuhan, hal itu membuat Silvi semakin hangat.

Perlajan tangan kiriku menyelusup ke dalam bath robenya dan meraba payudaranya yang kenyal. Sambil terus berciuman kuusap dan kupijat lembut kedua payudaranya bergantian. Payudaranya pun makin mengeras dan putingnyapun mulai naik. Sesekali kumainkan putingnya dengan tanganku sambil terus melumat bibirnya.

Aku pun mengubah posisiku, kurebahkan tubuh Silvi di tempat tidur sambil terus melumat bibirnya dan meraba payudaranya. Setelah tubuh Silvi rebah, perlahan mulutku pun turun ke lehernya dan tanganku pun menarik tali pengikat bathrope-nya. Setelah talinya terlepas kubuka bathropenya. Aku berhenti mencium lehernya sebentar untuk melihat tubuh wanita yang akan kutiduri sebentar lagi, karena aku belum pernah tubuh Silvi tanpa seutas benang sedikitpun. Sungguh pemandangan yang indah dan tanpa cela sedikit pun.

Payudaranya yang putih dan tegak menantang berukuran 36 C dengan puting yang sudah naik sangat menggairahkan. Pinggang yang langsing karena perutnya yang kecil. Bulu halus yang tumbuh di sekitar selangkangannya tampak rapi, mungkin Silvi baru saja mencukur rambut kemaluannya. Sungguh pemandangan yang sangat indah.

“Hh” Desah Silvi membuyarkan lamunanku, Aku pun langsung melanjutkan kegiatanku yang tadi terhenti karena mengagumi keindahan tubuhnya.

Kembali kulumat bibir Silvi sambil tanganku mengelus payudaranya dan perlahan-lahan turun ke perutnya. Ciumanku pun turun ke lehernya. Desahan Silvi pun makin terdengar. Perlahan mulutku pun turun ke payudaranya dan menciumi payudaranya dengan leluasanya. Payudaranya yang kenyal pun mengeras ketika aku mencium sekeliling payudaranya.

Tanganku yang sedang mengelus perutnya pun turun ke pahanya. Sengaja aku membelai sekeliling vaginanya dahulu untuk memancing reaksi Silvi. Ketika tanganku mengelus paha bagian dalamnya, kaki Silvi pun merapat. Terus kuelus paha Silvi hingga akhirnya perlahan tanganku pun ditarik oleh Silvi dan diarahkan ke vaginanya.

“Elus dong Ren, Biar Mbak ngerasa enak Ren” Ucapnya sambil mendesah.

Bibir vagina Silvi sudah basah ketika kesentuh. Kugesekan jariku sepanjang bibir kemaluan Silvi, dan Silvi pun mendesah. Tangannya meremas kepalaku yang masih berada di payudaranya.

“Ahh, terus Ren”, Pinggulnya makin bergyang hebat sejalan dengan rabaan tanganku yang makin cepat. Jari-jariku kumasukkan kedalam lubang vaginanya yang semakn basah.
“Ohh Ren enak sekali Ren”, desah Silvi makin hebat dan goyangan pinggulnya makin cepat.

Jariku pun semakin leluasa bermain dalam lorong sempit vagina Silvi. Kucoba masukan kedua jariku dan desahan serta goyangan Silvi makin hebat membuatku semakin terangsang.

“Ahh Ren”, Silvi pun merapatkan kedua kakinya sehingga tanganku terjepit di dalam lipatan pahanya dan jariku masih terus mengobok-obok vaginanya Silvi yang sempit dan basah.

Remasan tangan Silvi di kepalaku semakin kencang, Silvi seperti sedang menikmati puncak kenikmatannya. Setelah berlangsung cukup lama Silvi pun melenguh panjang jepitan tangan dan kakinya pun mengendur.

Kesempatan ini langsung kupergunakan secepat mungkin untuk melepas kaos dan celana jeansku. Penisku sudah tegang sekali dan terasa tidak nyaman karena masih tertekan oleh celana jeansku. Setelah aku tinggal mengunakan CD saja kuubah posisi tidur Silvi. Semula seluruh badan Silvi ada di atas tempat tidur, Sekarang kubuat hanya pinggul ke atas saja yang ada di atas tempat tidur, sedangkan kakinya menjuntai ke bawah.

Dengan posisi ini aku bisa melihat vagina Silvi yang merah dan indah. Kuusap sesekali vaginannya, masih terasa basah. Akupun mulai menciumi vaginanya. Terasa lengket tapi harum sekali. Kukira Silvi selalu menjaga bagian kewanitaannya ini dengan teratur sekali.

“Ahh Ren, enak Ren”, racau Silvi. Pinggulnya bergoyang seiring jilatan lidahku di sepanjang vaginanya. Vagina merahnya semakin basah oleh lendir vaginanya yang harum dan jilatanku. Desahan Silvi pun makin hebat ketika kumasukkan lidahku kedalam bibit lubang vaginanya. Evi pun menggelinjang hebat.

“Terus Ren”, desahnya. Tanganku yang sedang meremas pantatnya yang padat ditariknya ke payudara. Tnagnku pun bergerak meremas-remas payudaranya yang kenyal. Sementara lidahku terus menerus menjilati vaginanya. Kakinya menjepit kepalaku dan pinggulnya oun bergerak tidak beraturan. Sepuluh menit hal ini berlangsung dan Silvi pun menalami orgasme yang kedua.

“Ahh Ren, aku keluar Ren”, aku pun merasakan cairan hangat yang keluar dari vaginanya. Cairan itu pun kujilat dan kuhabiskan dan kusimpan dalam mulutku dan secepatnya kucium bibir Silvi yang sedang terbuka agar dia merasakan cairannya sendiri.

Lama kami berciuman, dan perlahan posisi penisku sudah berada tepat didepan vaginanya. Sambil terus menciumnya kugesekkan ujung penisku yang mencuat keluar CD ku ke bibir vaginanya. Tangan Silvi yang semula berada disamping bergerak ke arah penisku dan menariknya. Tangannya mengocok penisku perlahan-lahan.

“Besar juga punya kamu Ren, panjang lagi” Ucap Silvi di sela-sela ciuman kami.

Sambil masih berciuman aku melepaskan CDku sehingga tangan Silvi bisa leluasa mengocok penisku. Setelah lima menit akupun menepis tangan Silvi dan menggesekkan penisku dengan bibir vaginanya. Posisi ini lebih enak dibandingkan dikocok.

Perlahan aku mulai mengarahkan penisku kedalam vaginanya. Ketika penisku mulai masuk, badan Silvi pun sedikit terangkat. Terasa basah sekali tetapi nikmat. Lobang vaginanya lebih sempit dibandingkan Evi, atau mungkin karena lubang vaginanya belum terbiasa dengan penisku.

“Ahh Rensha.. Begitu sayang, enak sekali sayang” Racaunya ketika penisku bergerak maju mundur. Pinggul Silvi pun semakin liar bergoyang mengimbangi gerakanku. Akupun terus menciumi bagian belakang lehernya.

“Ahh..” desahnya semakin menjadi. Akupun semakin bernafsu untuk terus memompanya. Semakin cepat gerakanku semakin cepat pula goyangan pinggul Silvi. Kaki Silvi yang menjuntai ke bawah pun bergerak melingkari pinggangku. Akupun mengubah posisiku sehingga seluruh badan kami ada di atas tempat tidur.

Setelah seluruh badan ada diatas tempat tidur, akupun menjatuhkan dadaku diatas payudara besar dan kenyalnya. Tanganku pun bergerak ke belakang pinggulnya dan meremas pantatnya yang padat.

Goyangan Silvi pun semakin menjadi-jadi oleh remasan tanganku di pantatnya. Sedangkan pinggulku pun terus menerus bergerak maju mundur dengan cepat dan goyangan pinggul Silvi yang semakin liar.

“Ren.. Kamu hebat Ren.. Terus Ren.. Penis kamu besar keras dan panjang Ren.. Terus Ren.. Goyang lebih cepat lagi Ren..” begitu racau Silvi di sela kenikmatannya.

Aku pun semakin cepat menggerakkan pinggulku. Vagina Slvi memang lebih enak dari Evi adiknya. Lebih sempit sehingga penisku sangat menikmati berada di dalam vaginanya. Goyangan Silvi yang makin liar, desahan yang tidak beraturan membuatku semakin bernafsu dan mempercepat gerakanku.

“Mbak aku mau keluar Mbak” Kataku.
“Di dalam aja Ren biar enak” desah Silvi sambil tangannya memegang pantatku seolah dia tidak mau penisku keluar dari vaginanya sedikitpun.
“Ahh” Desahku saat aku memuntahkan semua cairanku kedalam lubang rahimnya.

Tangan Silvi menekan pantatku sambil pinggulnya mendorong keatas, seolah dia masih ingin melanjutkan lagi, matanya pun terpejam. Aku pun mencium bibir Silvi. Dengan posisi badanku masih diatasnya dan penisku masih dalam vaginanya. Mata Silvi terbuka, dia membalas ciuman bibirku hingga cukup lama. Badannya basah oleh keringatnya dan juga keringatku.

“Kamu hebat Ren, aku belum pernah sepuas ini sebelumnya” Kata Silvi.
“Mbak juga hebat, vagina Mbak sempit, legit dan harum lagi.” Ucapku.
“Memang vagina Evi enggak” senyumnya sambil menggoyangkan pinggulnya.
“Sedikit lebih sempit Mbak punya dibanding Evi” jawabku sambil menggerakkan penisku yang masih menancap di dalamnya. Tampaknya Silvi masih ingin melanjutkan lagi pikirku.
“Penis kamu masih keras Ren?” tanya Silvi sambil memutar pinggulnya.
“Masih, Mbak masih mau lagi?” tanyaku
“Mau tapi Mbak diatas ya” Kata Silvi.
“Cabut dulu Ren”

Setelah dicabut, mulut Silvi pun bergerak dan mencium penisku, Silvi mengulum penisku terlebih dahulu sambil memberikan vaginanya padaku. Kembali terjadi pemanasan dengan posisi 69. Desahan-desahan Silvi, vagina Silvi yang harum membuatku melupakan Evi sementara waktu.

Hari itu sejak pukul lima sore hingga esok paginya aku bercinta dengan Silvi, entah berapa kali kami orgasme. Dan itu pun berlangsung hampir setiap malam selama Evi belum kembali dari Praktek Kerjanya di yogya selama 2 bulan lebih. Kupikir mumpung Evi tidak ada kucumbu saja kakaknya dulu.

*****

Lihat Juga : Cerita Mesum Sepupuku Yang Lagi Tidur Pulas

Cerita Dewasa Birahi Sepupu Istriku Yang Cantik

$
0
0

Cerita Dewasa Birahi Sepupu Istriku Yang Cantik – Cerita Sex Sepupu Istriku – Cerita panas sebelum ini adalah cerita dewasa terbaru bergambar Dipaksa Melayani Nafsu Birahi Istri Tetangga Binal, kali ini ada cerita seks mesum Cerita Sex Birahi Sepupu Istriku Yang HOT, selamat membaca.

Pertama kali aku mengenal dirinya, aku kagum dengan budi pekerti dan kesopanan bicaranya. Saat itu aku masih ingat, dia sudah duduk di bangku akhir SLTP dan usianya menginjak 15 tahun. Waktu itu aku sudah bertunangan dengan kakak sepupunya yang sekarang telah menjadi istri tercintaku dan dikaruniai seorang putra yang imut.

Cerita Sex Birahi Sepupu Istriku Yang HOT
Sepupu Istriku Yang cantik dan seksi
Cerita Sex Birahi Sepupu Istriku Yang HOT
Sebut saja namanya Fitri, seorang istri 23 tahun, ibu dari balita berusia satu tahun yg berwajah teduh dengan sorot mata tajam yg membuat libidoku bergejolak setiap kali bertemu pandang dengannya. Senyum dari bibirnya yg tipis, dipadu dengan lekukan bra 34B yg selalu tercetak dengan jelas di balik setiap pakaian ketat yg dikenakannya, plus, legging yg menjadi kesukaannya selalu membuat penisku menggeliat liar. Suaminya berprofesi sebagai supir distributor F&B yg diproduksi dari daerah ini, untuk didistribusikan ke berbagai hotel di Jakarta; yg pulang setiap seminggu sekali.

Kembali pada pokok cerita, mudik kali ini aku kembali bertemu dengannya saat keluarganya termasuk sepupu istriku mengunjungi keluarga istriku untuk bertamu; selepas mengetahui bahwa aku dan istriku sudah sampai di kampung halaman. Posisi dudukku berada di ruang tengah, dan istriku berada di dapur. Setelah bersalaman, Fitri segera mencari istriku di dapur. Sensor tinggi dari telingaku menangkap komunikasi mereka dalam bahasa daerah, yg jika diartikan kurang lebih seperti ini:

I: Istriku
F: Fitri
A: Aku

F: “Teteeeh! Apa kabaaar??? Udah lama ga ketemu! Makin molegh (padet) aja teh!”

I: “iiih Si Fitri bisa ajjaaah… yg ada kamuh yg makin seksi ajah! Tuh liat, kemejanya aja udah meletet begitu! Jadi keliatan atuh dalemnya kalo kancingnya ketat begituh”!

F: “Ah, gapapa teh… sedekah buat cowo!”

Kebetulan memang aku duduk di sofa panjang yg memungkinkanku untuk melihat jelas ke arah dapur. Fitri dan istriku mengobrol dalam posisi berdiri, dan Fitri mengenakan kemeja putih agak transparan dgn tanktop hitam sebagai daleman, dipadu dgn legging berwarna hitam yg membentuk dengan jelas bagian pinggul ke bawah. Fantasiku semakin liar ketika kuperhatikan dari jauh, tidak ada ceplakan celana dalam di legging si Fitri… which means dia menggunakan g-string -atau jangan2- tidak menggunakan underwear sama sekali!

Lamunanku buyar tatkala keponakanku memanggilku minta THR, maka untuk sejenak aku mengalihkan perhatian sejenak ke para ponakanku untuk memberikan THR yg memang telah kusiapkan dlm amplop angpau warna pink. Tidak disangka, si Fitri tiba2 sudah persis di sampingku.. duduk dgn gaya manja di dudukan untuk tangan di sofaku.

F: “Ooommm… buat Pitri maannaaahh?”

A: “Kamu udah nini nini begitu masa masih mau THR?”

F: “Namanya juga ibu rumah tangga yg kesepian ditinggal suami kerja, oom… jadi wajar atuh dapet THR dari siOm! Bener kan teh? … (Keluarga tertawa mendengar celetukan Fitri)”

I: “iyah yang, gapapa… kasih dua amploplah sekalian buat si kecil..”

A: “Yasudaah kalau begituuuu…”

Sesaat kukeluarkan dua buah amplop angpau dari tas kecil berwarna hitam yg selalu kubawa kemana-mana dan kuberikan keduanya ke jemari lembut bersih si Fitri.

F: “Aduuuh… Siom mah baik banget! Andaikan AAnya Pitri kaya siOm…”

Kuanggap kalimat itu sebagai sebuah kalimat “basa basi” karena keinginannya telah terpenuhi.

Sekian lama kami bercengkerama dgn anggota keluarga lainnya di ruang tengah, dan Fitri masih tidak beranjak dari tempatnya semula. Bahkan beberapa kali, entah dilakukan dgn sengaja atau tidak, ia melingkarkan tangannya ke belakangku. Karena posisinya berada di pinggir sofa (dudukan tangan), maka saat ia melingkarkan tangannya, otomatis payudaranya beberapa kali menyentuh daun telingaku.

Lagi2 kubuang otak mesumku dengan berpikir bahwa ini adalah sepupu istriku yg SUDAH BERSUAMI.. maka kuanggap ini sebagai “kebetulan” belaka walaupun aku berusaha keras untuk menahan pikiran liarku yg seolah menggedor setiap pintu di dalam otakku, meminta paksa untuk dibebaskan dgn segera!

—Skip—

Hampir memasuki waktu malam, keluarga Fitri pamit, namun tanpa dirinya. Dia bilang mau nginep beberapa hari mau ngobrol2 sama tetehnya (istriku). Jadi, keluarganya pulang tanpa Fitri dan anaknya.

Seperti biasa, aku mengambil posisi di ruang tengah karena aku perokok berat, sementara istriku dan sepupunya ngobrol di ruang TV sambil Fitri menidurkan anaknya yg masih berusia 1,5 tahun itu. Karena suasana santai, maka Fitri telah berganti kostum menggunakan tanktop dan hotpants warna pink saat ngobrol dgn istriku. Penisku semakin berdenyut melihat pemandangan seperti itu di depanku.

Spoiler for Kurang lebih penampakan seperti ini:

Tak lama kemudian, aku ingin buang air kecil, dan kebetulan di kamar mandi ada Abah, orang tua laki-laki istriku. Jadi, aku bilang ke istriku bahwa aku mau ke pincuran (pancuran yg difungsikan untuk tempat mandi/mencuci pakaian/buang air kecil).

A: “Aku pipis di pincuran aja deh… di kamar mandi penuh”

I: “Ya udah sanah, hati2 gelap! Jalannya licin loh…”

A: “Iya gapapa, pelan2 aja”

F: “Pitri ikut, Om… Udah nahan juga dari tadi…mana si Abah lama banget lagih..”

Deg! Apakah ini waktunya? Tuhan, kok ya cepat sekali Kau beri aku ujian yg berat ini

A: “oh gitu? Hayuk atuh…”

Dan aku mengambil hpku untuk difungsikan sebagai senter. Aku berjalan di belakang Fitri yg sedang memakai jaket sembari mencari sendalnya di depan rumah. Saat ia merunduk, dengan jelas aku bisa melihat bongkahan pantat kenyalnya yg dibalut shortpant karet warna pink -dan lagi2- tanpa ceplakan celana dalam!

A: “… … …”

F: “Om, kok ngelamun gitu??”

A: “Ah, nggak… Itu lagi ngeliatin jalan ke pincuran, ternyata gelap juga ya? (Ngeles)”

F: “Di sini emang gitu, Om… Ga ada lampu buat ke pincuran… Hayuk atuh!”

Maka kami berjalan beriringan, dan para suhu pasti bisa menebak bahwa aku kembali memposisikan diri berjalan di belakang Fitri untuk memperhatikan ayunan pinggul, pantat, dan paha mulusnya haha. Tidak berapa lama kemudian di tengah jalan berembun yg licin, dia terpeleset. Karena aku persis berada di belakangnya, maka aku dgn sigap menangkap tubuhnya… Dan dengan jelas aku bisa melihat payudaranya yg terbalut tanktop pink di balik jaketnya yg hanya diritsleting setengahnya. Yg lebih membuatku kaget, dari selipan tanktop pink itu aku tidak melihat adanya bra atau kemben atau apapun itu untuk menutupi putingnya! God damned! I think this situation is well prepared!

F: “Aduh! Maaf Om… Licin banget jalannya!”

A: “Iya, udah mulai ngembun soalnya! Pelanpelan aja, Fit! Yuk sini…”

F: “Iya Om, pelan2 yah…”

Entah kenapa, tanganku secara otomatis meraih pinggulnya untuk berjalan berdampingan denganku, namun posisi Fitri berada agak ke depan, dengan tanganku tetap melingkar di pinggulnya; sehingga dengan bebas penis tegangku yg masih terbungkus celana pendek warna hitam ini bisa kugesekkan ke hotpants karetnya yg berwarna pink.

Langkah demi langkah kami berjalan pelan sekali, dan setiap langkah terhenti, penisku kugesekkan ke bongkahan pantat sebelah kanannya sambil tangan kiriku menahan pinggulnya, terlihat seolah berhati hati tetap menahan agar Fitri tidak terpeleset lagi. Entah disengaja tau tidak, kok ya di setiap langkah itu dia seperti mengerti maksudku. Setiap kugesekkan penisku ke pantatnya, dia seperti menekan pantatnya ke batangku… Setiap kali pasti begitu! Jarak antara rumah ke pincuran yg hanya 20 meter-an sepertinya terasa lama sekali karena kami melangkah “sangat hati2″ … Atau lebih tepatnya, “saling menikmati” kali ya!

Sesampainya di depan pincuran, aku segera menurukan celanaku dan penisku yg tegang sedari tadi langsung terbebas dari sangkarnya. Tapi aku baru sadar, bahwa tanganku masih pegang telepon yg kufungsikan sebagai senter. Tanpa pikir panjang, kupanggil Fitri untuk pegang teleponku, jd aku bisa buang air kecil dgn leluasa.

A: “Fit, tolong pegang teleponku doong… Tadi lupa main masuk aja”

F: “Iyaah Om, kadieukeun atuh hapenyaah…”

Agar para suhu bisa membayangkan, pincuran ini berada di bawah jalan setapak; terdiri dari beberapa buah bilik yg saling bersebelahan. Kebetulan pincuran ini tdk memiliki tempat BAB, tapi memang dikhususkan untuk pipis atau mencuci baju. Sebuah bilik pincuran berukuran kurang lebih 2×3 meter, dengan air yg selalu mengalir selama 24 jam dari sebuah pipa PVC.

Kembali ke jalan cerita, karena memang posisi badan jalan ke pincuran licin karena embun, maka bisa ditebak… Fitri, perempuan dengan dada 34B itu kembali terpeleset saat ingin meraih teleponku, dan aku reflek membalikkan badanku untuk menangkapnya.

BRUKKK!!!

Aku menangkapnya untuk kedua kalinya. Bedanya, kali ini posisi tubuhku agak membungkuk (masih dlm posisi berdiri) dan tubuh kami saling berhadapan, dan lebih parahnya lagi, penisku berada dalam posisi bebas dengan kepala Fitri berada di dadaku. Yg membuatku heran, kali ini tidak ada reaksi dari si Fitri.

A: “Fit, kamu gapapa?”

F: “… … …”

A: “Fit, kamu kenapa? (Sambil kuletakkan tanganku di wajahnya)”

F: “(posisi wajah masih menghadap bawah)Iya, Pitri ga apah2…
(Mengubah posisi wajah menatapku)…
Kontol qamuh gede juga yah?”

OMG!!! Bagai disambar petir rasanya! SHIT!!! Ternyata posisi tangannya sudah memegang penisku dengan lembut. Perasaanku campur aduk antara khawatir dgn kondisinya, tapi juga sekarang shock karena posisi tangannya sudah berada di penisku yg tegang sedari tadi.

F: “Masih mau pipis ga, Om kalo diginiin? (Sambil mengocok penisku maju mundur dgn perlahan)…”

A: “Ouw… nakal banget kamu, Fit! Kalo aku bilang udah ga mau pipis lagi, gimana?”

F: “Hihihi… Mmm… Kalo kamu ga mau pipis, nih, matiin lampu flashnya dong, om… Soalnya Pitri mau pipis sebentar…”

Tangan Fitri tetap memegang penisku sambil berjalan perlahan ke tempat pipis di pincuran. Kemudian, dia menurunkan hotpants karet pinknya sampai batas lutut, dan berjongkok untuk pipis… Jadi posisi wajahya persis berada di depan penisku yg semakin tegang.

F: “Deketan atuh, Om… Biar bisa sekalian…”

A: “… … …”

Dengan sigap aku mematikan flashku sambil melangkah maju ke depan sehingga posisi testisku menempel ke pipi si Fitri. Tangannya tetap mengocok penisku dengan perlahan, namun dilakukan dgn genggaman yg kuat.

F: “Si Teteh pasti seneng banget dapetin qamuuh… Udah baik, gak pelit, pasti pinter ngewe kalo kontolnya gede begini”

Aku tidak menduga bahasa seliar itu bisa keluar dari mulut kecil nan menggairahkan yg selama di depan keluarga istriku selalu mengeluarkan kalimat yg santun. Aku tidak mengira di balik sosok sepupu istriku ini tersimpan figur iblis wanita yg ganas dan bisa keluar di saat2 tertentu… seperti yg terjadi padaku saat ini.

A: “Haha… kok kamu bisa bilang gitu, Fit? Ukuranku bukannya ukuran standar laki2 Asia?”

F: “(Sambil menempelkan bibirnya ke penisku)… Mmmh Pitri mah teu ngarti … Mmmhh… urusan Asia Asia-an… Yg penting sekarang Pitri tau kalo kontol kamu gede! Lebih gede dari suami aquh…mmmhh”

Fitri yg masih dlm posisi jongkok dengan hotpants pink yg turun setengah, telah menempelkan bibirnya di penisku dan mulai menjilati ujung penisku dengan jilatan-jilatan kecil persis seperti yg aku inginkan! Jilatan jilatan kecil dekat lubang penis yg menimbulkan sensasi ngilu nikmat yg akan membangkitkan libido tinggi yg selama ini bersembunyi di dalam tubuhku.

Kemudian, dia mulai mengulum kepala penisku… bibirnya berusaha menyesuaikan dengan penisku dengan ukuran mulutnya yg mungil, dan kembali memainkan lidahnya di sekitar lubang dan lingkaran kepala penisku. Perlahan, dia mulai menjelajahi penisku lebih dalam; lebih turun lagi dan semakin ke bawah.

Aku merasa ujung penisku telah menyentuh sesuatu, yg menurutku adalah ujung kerongkongannya. Sepertinya dia berusaha menjangkau pangkal penisku, namun tak kuasa, sehingga ia tersedak dan mengeluarkan penisku dari mulutnya… Diikuti dengan air liur yg melimpah ruah dan masih tersambung antara penisku dan bibir mungilnya.

A: “Ouw… kamu seksi banget sih, Fit! Aku suka banget sama gaya blowjob kamu!”

F: “Ssshh.. Haaah… Pitri ga kuat kalo semua, Om! Sluurpp… Kontol kamu kok lain yah? Jadi penasaran.. sshhh.. masa aku ga bisa fellatio-in qamuuh…”

DAMN… Man! She knows about Fellatio! Suatu hal yg hanya berada dalam imajinasiku bahwa istriku suatu saat tahu banyak mengenai sex seperti apa yg kuharapkan… Namun ternyata harus kudapatkan dalam sosok sepupunya!

Akupun mulai memberanikan diri untuk lebih membungkuk. Sambil memegang hp, jemari tangan kiri kufungsikan untuk membelai rambutnya, sementara jari tangan kananku yg bebas mulai menurunkan sedikit retsleting bagian atas jaketnya, untuk kemudian masuk ke balik tanktop bagian atas… Dan ternyata benar: Fitri tidak pakai BRA!

Jemari kananku semakin leluasa membelai dan meremas-remas dada kirinya, sementara penisku masih berada dalam kuluman bibir mungil Fitri. Dengan perlahan kuapit putingnya dengan telunjuk dan jari tengahku, dan kupilin dengan sangat hati hati.

F: “uuhh… auw.. Kamu pinter banget sih sayaaang… Mmhhh… sayang pinter mainin pentil Pitri.. Eemmhhh.. (Sambil terus maju mundur perlahan memainkan penisku dlm mulutnya)”

A: “(berbisik) Sssttt… Jgn kenceng2, Fit! Nanti kedengeran orang ga enak akh! Terusin, Fit… Kamu suka yah blowjob-in aku?”

F: “Iya… MmpPhhrrr.. Pitri suka kontol kamu sayang! Cup..plup… Pitri suka nyepongin kontol kamu”

A: “Jangan lama2 atuh, Fit.. Gantian dong!”

F: “(matanya melihat ke mataku penuh tanda tanya dan melepas penisku dari bibir mungilnya) … Gantian gimana maksudnyah, Om? Emang biss… Mmffff…”

Sebelum Fitri menyelesaikan kalimatnya, tanpa banyak cingcong langsung kukulum bibir nya sambil kumainkan spesialisasiku: French Kiss! Sambil melakukan itu, kuarahkan tubuh seksi dengan hotpants pink yg turun selutut itu untuk berdiri, sambil perlahan kuarahkan mundur sampai dia bersandar di betonan dinding bilik pincuran.

Alih2 berpikir untuk merekam peristiwa laknat nan nikmat tersebut, aku malah memasukkan smartphoneku ke dalam jaket sambil mencumbu sepupu istriku itu. Penisku kugesekkan sejajar dengan mulut vaginanya, sementara tangan kiriku membelai perlahan leher bagian belakang si Fitri. Bibir dan lidahku teleh berpindah ke leher sampingnya, sementara jemari kananku masih membelai puting sebelah kirinya yg sudah benar2 keras di balik tanktop pink yg dikenakannya.

F: “Gantian kumaha sih, Om? Aaahh… SiOm meni pinter pisan jilatin kuping Pitri… Mmmhh.. Uugghh.. Mmphh..”

A: “sluurpp.. mmhhh.. Ini belum, Fit! Maksudku gantian itu yg iniii…”

Seketika aku langsung berjongkok ke depan vaginanya, dan mengarahkan dia untuk sedikit mengangkang. Fitri pun menekuk kedua tangan di samping telinganya, dan merendahkan tubuhnya sedikit agar bisa mengangkangi wajahku. Melihat pubis tanpa bulu dan vagina yg sudah dlm posisi terangsang merekah persis di depanku, mataku gelap! Langsung kuserang vaginanya bertubi tubi dengan lidahku, mulai dari klitoris, sisi2 lubang vagina, dan kuusahakan untuk memasukkan lidahku sedalam2nya ke liang vaginanya. Tangan kanan Fitri mulai berubah posisi untuk menjambak rambutku seolah mengarahkanku ke bagian vagina yg diinginkannya untuk bersentuhan langsung dgn lidahku.

F: “..ooUhh.. Eeemmhh.. Aah.. Sshhhh.. Enak sayaang.. Aahhhh.. Eemhh.. Pitri baru sekali inih diginiin sama Om.. OUh.. Gatel, sayaang.. Ahhh..sshhh…”

A: “… … …”

Ia sudah tidak mempedulikan kata panggilan untuku yg terus menerus berubah: antara “om” dan “sayang”. Namun begitu, aku tidak mempedulikannya. Tidak sepatah katapun keluar dari mulutku dan terus kujilati dan kuhisap vagina Fitri tanpa berhenti.

Untuk menambah sensasi, sambil menjilatinya, kubasuh jemari kananku dengan air yg mengalir di pincuran, dan setelah kulirik dan kuyakin bersih, segera kurapatkan telunjuk dan jari tengahku, untuk kemudian kumasukkan dengan sangat perlahan ke dalam vagina si Fitri. Semakin lama semakin dalam sampai jariku tenggelam sepenuhnya.. Dan kukocok vaginanya dengan perlahan dan speed yg semakin meningkat.

Saat kulirik ekspresinya seperti sedang menahan sesuatu, bibirku pindah menyusuri leher dan kemudian kukulum dan kujilati kupingnya -sementara tangan kananku tetap mengocok vaginanya-

A: “Gimana rasanya Fit?”

F: “mmmh.. mmhh.. Enak banget! Kamu pinter banget entotin Pitri pake tangan! Pitri belon pernah diginiin, Om.. Aah.. Terusin sayang.. Sshhh.. Aaah.. Mmh, Pitri sayang sama Om.. Aahh..”

Semakin kukenali mimik wajahnya seperti sudah ndak kuat menahan sesuatu yg sudah sedari tadi ditahannya. Semakin kupercepat kocokanku pada vaginanya, dan makin kuperdalam lidahku menyentuh telinganya. Sejenak dia berucap:

F: “mmh.. Oom, takutnya Pitri pipis inniiihhh.. Mmhpphh.. Mmpphh….”

A: “Ga apa2 Fit.. Pipisin aja tanganku jangan ditahan2 ya, geulis! Hayuk atuh aku mau lihat..”

Tetiba desahan Fitri semakin meninggi, pinggulnya bergoyang semakin hebat dan tangan kanannya mencengkeram tanganku dengan kuat. Khawatir berteriak, segera kuarahkan tangan kiriku menutup bibir mungilnya yg terbuka setengah itu.

F: “mmpphh.. Aah.. Aah.. Aaauuuw.. Aah.. Pitri pipis omm.. Pitri pipiiimmmpppfff… “

A: “Ssstt..(Tanganku membekap mulutnya)”

Benar saja, dalam sekejap aku merasa telunjuk dan jari tengahku seperti dijepit sekuat tenaga, dan seperti ada sesuatu yg mendorong keluar! Secepatnya kulepas jemariku dari vaginanya, dan…

SOOORRR… SRRRT.. SRRT..

Semburan pertama sangat kuat dan kencang..

Semburan kedua semakin berkurang..

Dan semburan terhenti setelah yg ketiga!

Ini adalah pertama kalinya kumelihat seorang perempuan squirt dengan mata kepalaku sendiri! Selain itu, ini juga kali pertama aku membuat serang perempuan squirt dalam hidupku!

Nafas fitri tersengal sengal.. memburu layaknya seseorang yg terpuaskan! Ekspresi yg sungguh berbeda dgn ekspresi buatan yg banyak kulihat di film biru yg banyak tersimpan di hardisk notebook-ku. Kakinya bergetar hebat, hingga tangan kananku yg basah karena lendir kenikmatan dari vaginanya harus menopangnya agar ia tidak terjatuh; dan dengan perlahan kulepaskan dekapan tangan kiriku yg menutup bibir mungilnya yg masih mengeluarkan desahan lemah. Keringat membasahi wajah dan lehernya, membuat penisku yg masih berada di luar celana semakin keras dan berkedut semakin kencang!

F: “(dengan suara tersengal sengal).. hhhh… hhh… Pitri pipis yah, Om? Maap yah, Om.. hhh.. hhhh..”

A: “(dgn suara berbisik di telinga Fitri)… Gapapa Fitri sayaaang… Ekspresi kamu bener2 nafsuin banget tadi.. Puas banget aku liatnya”

F: “hhh.. Pitri lemes banget.. Tapi kamu kan belomaaan..”

A: “(berbisik dgn nada menenangkan).. Gapapa, Fit.. Kan aku masih 4 hari lagi di sini. Nanti2 juga gapapa..”

F: “..hhhh..hhhh..tapi nanti belum tentu nemuin waktu kaya gini lagi, sayaaang!”

A: “Sssttt..jgn teriak, Fit! ga enak sama orang orang”

F: “tenang aja,sayang.. Mulai jam 7 malem jarang ada orang yg ke sini…soalnya banyak yg bilang di sini angker, dan pada males juga ke sini soalnya gelap, ga keliatan jalannya… Kaya kita tadi.. Tapi kalo kita kan makin ga keliatan makin nempel.. Makin nempel jadi makin enak, ya kan sayang??”

Kemudian dia kembali menciumku, dan lidah kami kembali berpagutan satu sama lain. Sejenak Fitri melepaskan pagutannya, menengadahkan tangan kiri ke dekat bibirnya yg merekah, dan meludah. Setelah itu, dia meraih batangku yg masih tegak berdiri, mengusap batang penisku dengan ludahnya dan menggerakkan tangannya maju mundur dgn perlahan, sementara bibirnya kembali memagut bibirku dengan rakusnya!

Lihat Juga : Cerita Dewasa Kisah Perselingkuhanku

Cerita Seks Pijatan Nafsu Pembantu Baruku

$
0
0

Cerita Seks Pijatan Nafsu Pembantu Baruku – Cerita Bokep, Cerita Ngentot, Cerita Dewasa, Cerita mesum. Itu Bu ‘ Garut terus ka kidul .. jauh ‘. Dekat perkebunan teh ‘ jelasnya lagi dengan wajah memerah karena malu2 kali. Wajah yang biasa saja seperti wajah gadis desa lainnya, tapi Tini ini punya kelebihan,

kulitnya kuning langsat dan bersih, badannya sedikit agak gemuk. ‘Pameumpeuk, maksud kamu ‘ kataku nimbrung, ingat daerah pantai selatan Garut, yang ada tempat peluncuran roket itu. ‘Sebelumnya Pak. Tempat saya daerah pegunungan, kebun teh. Pameumpeuk mah cakeut pisan ka laut ‘

‘Berapa umur kamu ‘

‘Bulan depan 21 tahun, Bu ‘

‘Udah berkeluarga ? ‘

‘Sudah Bu, tapi sekarang udah cerai ‘

‘Punya anak ? ‘

‘Satu Bu, laki2, umur 2 tahun ‘

‘Dimana anaknya sekarang ? ‘

‘Di kampung, ikut neneknya ‘

‘Udah pernah kerja sebelumnya ? ‘ tanya isteriku lagi.

‘Pernah dua kali Bu ‘.

‘Kerja di mana ? ‘
‘Di Jakarta ‘
‘Pembantu juga, trus pindah ke Swasta hanya sebulan

‘Sebagai apa di swasta ‘

‘Biasa Bu, buruh ‘

Cerita Dewasa – Singkatnya, setelah ‘wawancara rekrutmen ‘ itu akhirnya isteriku menerima Tini sebagai pembantu rumah tangga kami yang baru. Sebenarnya, ‘interview’ yang dilakukan oleh isteriku kurang mendalam, setidaknya menurut text-book yang pernah kubaca. Tapi biarlah, toh hanya PRT dan kami memang sangat membutuhkannya. Di hari pertama Tini bekerja, isteriku terpaksa ambil cuti sehari untuk ‘memberi petunjuk ‘ kepada pembantu baru ini.
Pembaca yang baik, dari sejak diterimanya Tini sebagai pembantu rumah tangga kami inilah kisah nyataku berawal. Cerita ini memang sungguh2 saya alami sekitar setahun yang lalu. Setelah aku dapat kiriman URL address Samzara lewat seorang mail-mate dan aku membaca cerita2 serunya, aku terdorong untuk ikut berkisah tentang pengalamanku nyataku ini, walaupun aku sebenarnya bukan penulis.

Kami suami isteri memang sama-sama bekerja sebagai karyawan, tapi beda perusahaan. Anak kami orang. Si sulung, laki2, baru sebulan ini mulai kuliah dan kost di Jatinangor. Walaupun kami juga tinggal di Bandung, tapi untuk menghemat waktu dan biaya transport dia kost di dekat kampusnya. Nomor dua perempuan, SMU swasta kelas dua, masuk siang, dan si Bungsu lelaki, masih SLTP negeri masuk pagi.

Walapun aku terkadang ‘jajan‘ kalau keadaan darurat, sebenarnya aku tak tertarik kepada Tini. Selain karena dia pembantu, juga karena isteriku masih mantap dan mampu memuaskanku dalam banyak hal, termasuk seks. Kenapa masih suka jajan? Ya .. karena dalam keadaan darurat itu. Tapi sekepepet gimanapun aku engga akan ‘makan ‘ pembantu. Tak baik. Lagipula Tini, yang
menarik darinya sebagai wanita, hanya kulit tubuhnya yang langsat dan bersih.
Demikian juga setelah Tini sebulan kerja di rumahku. Sampai suatu saat, aku mulai lebih sering memperhatikannya karena peristiwa yang akan kuceritakan ini.

Waktu itu aku tak masuk kantor sebab badanku tak enak. Seluruh badan pegal2, mulai dari punggung, pinggang sampai kedua kaki. Mungkin ini cuma flu atau masuk angin, aku tak perlu ke dokter. Tapi karena pegal2 tadi aku memutuskan untuk istirahat di rumah saja. Tiduran saja sambil membaca.

‘Oh, maaf Pak‘ Saya kira Bapak ke kantor ‘ seru Tini kaget.
Dia masuk ke kamarku untuk membersihkan seperti biasanya. Tini langsung menutup pintu kembali dan keluar.

‘Engga apa2 bersihin aja ‘

‘Bapak sakit?‘ tanyanya

‘Engga ‘. Cuman pegel2 badan, kayanya masuk angin ‘

Tini mulai menyapu, kemudian mengepel. Ketika dia membungkuk-bungkuk ngepel lantai itulah aku ‘terpaksa‘ melihat belahan dadanya dari leher T-shirt nya. Kesan pertama : bulat dan putih. Wah ‘pemandangan menarik juga nih, pikirku. Tak ada salahnya kan menikmati pemandangan ini. Bentuk buah dada itu semakin jelas ketika Tini mengepel lantai dekat tempat tidur. Belahan dada itu menyiratkan ‘kebulatan‘ dan mantapnya ukuran bukit-bukit disampingnya. Dan lagi, putihnya ampuun.

Walaupun aku mulai terrangsang menikmati guncangan sepasang ‘bola’ kembar besar itu, aku segera menghilangkan pikiran-pikiran yang mulai menggoda. Ingat, dia pembantu rumah tangga kamu.

‘Kalo masuk angin, mau dikerokin Pak?‘
Pertanyaan yang biasa sebenarnya, apalagi ekspresi wajahnya wajar, polos, dan memang ingin membantu. Tini ternyata rajin bekerja, isteriku senang karena dia tak perlu banyak perintah sudah bisa jalan sendiri. Jadi kalau dia bertanya seperti itu memang dia ingin membantuku. Tapi aku sempat kaget atas tawarannya itu, sebab lagi asyik memperhatikan belahan putihnya.

‘Kerokin? Bapak engga biasa kerokan. Punggung pegal2 begini sih biasanya dipijit‘
Memang aku suka memanggil Mang Oyo, tukang pijat, tapi dia sedang ada panggilan ke Cimahi. Besok lusa baru tukang pijit langgananku itu janji mau dateng.
‘Oo .. tukang pijit yang ditelepon Ibu tadi ya‘ sahutnya.
Tini rupanya memperhatikan isteriku menelepon.
‘Dia kan baru dateng 2 hari lagi‘ lanjutnya sambil terus mengepel.
Tini memang suka ngobrol. Tak apalah sekali2 ngobrol ama pembantu, asal masih bisa menikmati guncangan bukit kembarnya. Aku tak menjawab. Kini ada lagi ‘temuanku’. Meski Tini agak gemuk, tapi badannya berbentuk. Maksudku shaping line-nya dari atas lebar, turun ke pinggang menyempit, terus turun lagi ke pinggul melebar. Seandainya tubuh Tini ini bisa di ‘re-engineering‘, dibentuk kembali, tingginya ditambah sekitar 5 cm tapi tidak perlu tambahan ‘bahan baku ‘, jadilah tubuh ideal.

‘Entar kalo kerjaan saya udah beres, Bapak mau saya pijitin?‘
‘Hah’ Berani bener dia menawari majikan lakinya untuk dipijit? Tapi kulihat wajahnya serius dan masih tetap polos. Jelas tak ada maksud lain selain memang ingin membantu majikannya.
‘Emang kamu bisa ? ‘

‘Saya pernah kursus memijat, Pak ‘

‘Boleh‘ hanya itu jawabanku.
Sebenarnya aku ingin tanya lebih jauh tentang kursusnya itu, tapi dia telah menyelesaikan pekerjaannya dan terus keluar kamar. Tinggal aku yang menimbang-nimbang. Aku memang senang dipijit, baik oleh Mang Oyo apalagi oleh wanita muda. Tapi gimana kalau isteriku tahu aku dipijit oleh Tini, aku belum tahu reaksinya. Terima sajalah tawarannya ini, toh aku nanti bisa pesan sama dia untuk tak bilang ke isteriku.
‘Dipijat sekarang, Pak?‘ tawarnya ketika ia membawa minuman yang kuminta.
Kulihat baru jam 12 siang.

‘Kerjaan kamu udah beres ? ‘

‘Belum sih, mau seterika tapi jemuran belum kering ‘

Aku juga ingin sekarang, tapi anakku yang sekolah siang belum berangkat. Tak enak kalau dia tahu bapaknya dipijat oleh pembantu wanita muda.

‘Entar aja. Sekitar jam 2′
Pertimbanganku, pada jam itu anak kedua sudah ke sekolah, si Bungsu sudah pulang sekolah dan main keluar rumah seperti biasanya, dan masih cukup waktu sebelum isteriku pulang kantor pada pukul 5 sore.
Sekitar pukul 2 lewat seperempat, Tini mengetuk pintu kamarku.

‘Masuk‘ Tini nongol di pintu.

‘Bapak ada henbodi?‘ Maksudnya tentu hand-body lotion.

‘Cari aja disitu ‘ kataku sambil menunjuk meja rias isteriku. Aku membalikkan tubuh, telungkup, siap dipijat.

‘Lepas aja kaosnya Pak, biar engga kena henbodi ‘

Celaka! Ketika aku melepas kaos, aku baru sadar bahwa aku dari pagi belum mandi dan masih mengenakan ‘pakaian tidur‘ kebiasaanku : T-shirt dan singlet untuk atasnya, dan hanya sarung sebagai penutup tubuh bawahku. Pakaian ‘kebesaran‘ ini memang kesukaanku, sebab memudahkan kalau sewaktu- waktu aku ingin meniduri isteriku. Akupun menuntut isteriku untuk berpakaian tidur khusus pula : gaun agak tipis model tank-top dan mini, tanpa apa-apa lagi di dalamnya!

Jadi kalau aku akan berhubungan seks aku perlu stimulasi lebih dulu, maklum sudah belasan tahun aku menikah. Stimulasi yang paling aku senangi dan bisa membuat penisku keras adalah oral.Isteriku tinggal menyingkap sarung dan melahap isinya. Dan setelah kami siap tempur, aku tak perlu direpotkan oleh pakaian isteriku. Aku tinggal ‘menembak‘ setelah menindih tubuhnya, sebab biasanya baju tidur pendeknya itu akan tersingkap dengan sendirinya ketika aku menindih dan menggeser-geserkan tubuhku‘

Tini memang pintar memijat. Dengan hand-body lotion dia mengurut tubuhku mulai dari pinggang sampai punggung begitu enak kurasakan. Dia tahu persis susunan otot2 di punggung. Sepertinya dia sudah pengalaman memijat.
‘Kamu pernah kursus pijat di mana?‘ tanyaku membuka percakapan.

‘Ehhmm ‘ di… di panti pijat Pak ‘

‘Ha. Kamu pernah kerja di panti pijat ? ‘

‘Iiyyyaa ‘ Pak ‘ ‘

‘Kok engga bilang ‘

‘Takut engga diterima ama Ibu, Pak ‘

‘Dimana dan berapa lama ? ‘

‘Di panti pijat ———-, cuma sebulan kok. Tapi Bapak jangan bilang ke Ibu ya‘

‘Iya deh, asal kamu mau cerita semua pengalaman kamu kerja di panti pijat‘.
Untuk sementara aku menang, punya kartu as yang nanti akan berguna kalau aku harus bilang ke Tini, jangan bilang ke Ibu ya‘

‘Sebelum kerja ‘kan ikut trening dulu seminggu Pak ‘

‘Oh iya ‘

‘Soalnya itu emang tempat pijat beneran‘
Aku tahu, panti pijat yang disebutnya itu terletak di Jakarta Selatan dan memang panti pijat ’serius‘. Bukan seperti di Manggabesar misalnya, semua panti pijat hanya kamuflase dari tempat pelayanan seks saja.

‘Trus kenapa kamu hanya sebulan, gajinya lumayan kan, dibanding pembantu‘

‘Iya sih ‘cuman cape‘ Pak. Saya sehari paling tahan memijat 2 orang saja. ‘

‘Kerja memang cape ‘

‘Tapi tangan saya jadi pegel banget Pak. Sehari saya memijat 5 – 6 orang.
Penghasilan memang gede tapi biaya juga gede. Mendingan pembantu aja, semua biaya ada yang nanggung, bisa nabung ‘

‘Kamu senang kerja di sini?‘

‘Saya kerasan Pak, semuanya baik sih‘
Memang aku mengajarkan kepada anak-anakku untuk bersikap baik kepada pembantu.

‘Kamu mijit sekarang ini cape juga dong ‘

‘Engga dong Pak, kan cuma sekali2 ‘

‘Kalau Bapak minta tiap hari ? ‘

‘Engga baik Pak pijat setiap hari. Paling sering sekali seminggu ‘

Lalu hening lagi. Aku asyik menikmati pijatannya, masih di punggungku.

‘Punggungnya udah Pak. Kakinya mau ? ‘

‘Boleh‘
Kaki saja bolehlah, asal jangan ke atas, soalnya burungku sedang tak ada kurungannya. Tini menyingkap sarungku sampai lutut, lalu mulai memencet-mencet telapak kakiku.

‘Aturan kaki dulu Pak, baru ke atas ‘

‘Kenapa tadi engga begitu ? ‘

‘Kan Bapak tadi minta punggung ‘

Lalu naik ke betis, kemudian mengurutnya dari pergelangan kaki sampai lutut, kaki kiri dulu baru yang kanan.

‘Apa aja yang diajarin waktu trening ? ‘

‘Pengetahuan tentang otot2 tubuh, cara memijat dan mengurut, terus praktek memijat. Paling engga enak prakteknya ‘

‘Kenapa ? ‘

‘Mijitin para senior, engga dibayar ‘

Kedua kakiku sudah selesai dipijatnya. Tiba2 Tini menyingkap sarungku lebih ke atas lagi dan mulai memijat paha belakangku (aku masih telungkup). Nah,
ketika mengurut pahaku sampai pangkalnya, burungku mulai bereaksi, membesar. Aku yakin Tini sudah tahu bahwa aku tak memakai CD. Meskipun sarung masih menutupi pantatku, tapi dalam posisi begini, terbuka sampai pangkal paha, paling tidak ‘biji ‘ku akan terlihat. Tapi Tini terlihat wajar-wajar saja, masih terus mengurut, tak terlihat kaget atas kenakalanku. Bahkan dia sekarang memencet-mencet pantatku yang terbuka.

‘Cuma itu pelajarannya?‘ tanyaku asal saja, untuk mengatasi kakunya suasana.
Tapi aku mendapatkan jawaban yang mengejutkan.

‘Ada lagi sebetulnya, cuman ‘ malu ah bilangnya ‘

‘Bilang aja, kenapa musti malu ‘

‘Engga enak ah Pak ‘

‘Ya udah, kamu cerita aja pengalaman kamu selama kerja mijat ‘

‘Ahh ‘ itu malu juga‘
‘Heee‘. Udah‘ cerita apa aja yang kamu mau‘
‘Kan tamu macem2 orangnya. Ada yang baik, yang nakal, ada yang kurang ajar ‘
‘Trus?‘

‘Kita diajarin cara mengatasi tamu yang ingin coba-coba ‘

‘Coba2 gimana? ‘

‘Coba itu ‘ ah .. Bapak tahu deh maksud saya ‘ ‘

‘Engga tahu ‘ kataku pura-pura

‘Itu ‘ tamu yang udah tinggi ‘. Emm ‘ nafsunya ‘ Wah menarik nih.

‘Gimana caranya ‘

‘Hmm‘ ah engga enak ah bilangnya‘ katanya sambil mengendurkan otot2 pantatku dengan menekan dan mengguncangkan.
Punyaku makin terjepit.

‘Bilang aja ‘

‘Dikocok aja ‘

‘Ha ‘! ‘

‘Kalo udah keluar, kan tensinya langsung turun ‘

‘Kamu diajarin cara ngocoknya ? ‘

‘Sebenernya bukan itu aja sih Pak, tapi diajarin cara mengurut ‘itu’.

‘Wah .. kamu jadi pinter ngurut itu dong‘
Pantesan dia biasa2 saja melihat pria telanjang.

‘Buat apa itu diurut ‘ tanyaku lagi.

‘Biar jalan darahnya lancar ‘. ‘ Maksudnya peredaran darah.

‘Kalo lancar, trus ? ‘

‘Ya‘ biar sip, gitu. Ah Bapak ini kaya engga tahu aja. Sekarang depannya mau Pak?‘
Mau sih mau, cuman malu dong ketahuan lagi tegang begini. Ketahuan sama pembantu lagi. Apa boleh buat. Dengan acuhnya aku membalikkan badan. Jelas banget yang tegang itu di balik sarungku. Punyaku memang besarnya sedang2 saja, tapi panjang. Kulihat Tini melirik sekilas kepada punyaku itu, lalu mulai mengurut kakiku. Ekspresinya tak berubah. Biasa saja. Dia memang udah biasa melihat ‘perangkat’ lelaki.

Cerita Dewasa – ‘Cerita lagi pengalaman kamu‘ kataku sambil menahan geli.
Tangan Tini sudah sampai di pahaku. Kedua belah telapak tangannya membentuk lingkaran yang pas di pahaku, lalu digerakkan mulai dari atas lutut sampai ke pangkal pahaku berulang-ulang. Terasa jelas beberapa kali jari2nya menyentuh pelirku yang membuat penisku makin kencang tegangnya. Apalagi gerakan mengurut pahaku itu membuatnya harus membungkuk sehingga aku bisa makin jelas melihat belahan dadanya dan sebagian buah putihnya itu. Bahkan sampai guratan2 tipis kehijauan pembuluh darah pada buah dadanya nampak. Aku harus berusaha keras menahan diri agar tak hilang kendali lalu menggumuli wanita muda di depanku ini, menelanjanginya dan memasukkan penisku yang sudah tegang ke lubang vaginanya. Walaupun udah high begini, aku tak akan memberikan air maniku kedalam vagina pembantuku sendiri. Semacam pantanganlah. Lebih baik sama isteri atau cari di luaran. Ada kawan kantor yang bersedia menerima penisku memasuki tubuhnya, kapan saja aku butuh. Termasuk sedang mens, tentunya dengan teknik oral kalo bulannya lagi datang.

‘Banyak susahnya dibanding senengnya, Pak ‘

‘Ah masa ‘

‘Iya. Makanya saya hanya tahan sebulan ‘

‘Gimana sih engga enaknya ‘

‘Banyak tamu yang dateng maunya ‘main’, bukan pijit. Saya kan engga mau begituan. Lagian udah jelas di situ kan engga boleh buat main ‘

‘Kalo tamunya ngotot minta ‘

‘Yaah .. dikocok aja, sambil ” ‘ Aku tunggu dia tak meneruskan kalimatnya.

‘Sambil apa ‘

‘Kalo ada yang nekat, daripada bikin repot, saya kasih aja pegang2 tetek, tapi dari luar aja. Saya engga kasih buka kancing ‘

‘Pantesan kamu laris, ada bonusnya sih.. ‘

‘Engga semua tamu Pak, emangnya diobral. Hanya yang bandel aja. Biasanya sih kalo mulai nakal pengin pegang2, trus saya tolak terus, dia bisa ngerti. Kalo udah keluar ‘kan langsung surut nafsunya ‘

Paha kanan selesai diurut, kini pindah ke paha kiri. Mungkin karena posisinya, kayanya kali ini pelirku lebih sering disentuh dan terusap. Baru aku menyadari, lengan Tini ditumbuhi bulu-bulu halus. Aku makin tegang saja, penisku sudah tegang maksimum, siap untuk digunakan. Tapi aku tetap bertahan untuk tak lepas kontrol.

Tiba2 muncul ide nakalku. Dengan menggerakkan pinggul dan kaki, aku diam2 menarik sarungku seolah-olah tak sengaja sehingga kini seluruh batang kelaminku terbuka. Aku juga pura2 tak tahu. Tapi dasar ‘. Reaksi Tini tak seperti yang kuduga. Dia hanya sekilas melihat kelaminku, lalu kembali asyik mengurut dan acuh. Dia sudah terlalu sering melihat kelamin lelaki yang tegang ‘.

‘Setiap tamu kamu kocok ‘

‘Engga dong, yang nakal iya, ada juga yang minta. Sebenarnya saya bukan ngocok, tapi mengurut supaya darahnya lancar, tapi tamunya yang minta sekalian dikocok ‘

Ah ‘ pengin juga punyaku diurut, supaya lancar. Terus dikocok, supaya segar ‘

‘Kamu ngocoknya selalu sampai keluar ‘

‘Iya dong Pak, kan supaya aman. Lagian cuman sebentar. ‘

‘Oh iya ‘

‘Iya .. ada juga sih yang lama, tapi umumnya 2-3 menit juga keluar. Malah ada yang udah keluar duluan sebelum diurut, cuman kesentuh ‘

‘Oh ..ya ‘

‘Waktu saya ngerjain perutnya, kalau dianya udah tegang, sering kesentuh ama tangan saya. Eh .. tahu2 jari saya kesiram ‘air hangat ‘.

‘Oh iya .. terus gimana‘
‘Saya emang sedikit kaget, tapi pura2 engga tahu, supaya dia engga kesinggung‘
Bijaksana juga dia.

‘Yang lucu lagi, ada yang udah keluar sebelum disentuh ‘

‘Ah masa ‘

‘Anak muda. Setelah selesai pijit belakang, terus kan saya suruh balik badan buat pijit depan. Dianya engga segera membalik. Trus saya minta ijin buat minum sebentar. Waktu saya masuk lagi, dianya udah terlentang dan itunya ditutup pakai handuk. Padahal tadi dia telanjang. Trus waktu saya ngurut paha kaya sekarang ini lho, terasa basah2 di situ. Setelah dia pulang ‘ spreinya basah. Dia udah keluar sewaktu telungkup‘

Paha kanan dan kiriku sudah selesai diurut, pelir kanan dan kirikupun sudah beberapa kali disentuh.

‘Terus, what next ?

Dengan ‘dingin ‘nya Tini menutupi kembali kelaminku dengan sarung, lalu.

‘Sekarang atasnya, Pak ‘

Tini lebih mendekat, berdiri di samping kiri perutku dan mulai memijit bahuku, trus dadaku. Bulu-bulu di lengannya makin jelas, lumayan panjang, halus, dan berbaris rapi. Hali ini menambah rangsanganku. Kedua tanganku bebas. Kesempatan ini kugunakan buat ‘tak sengaja ‘ menyentuh pantatnya yang begitu menonjol ke belakang, dengan tangan kiriku.
Uh ‘padat banget pantat si Tini.
Dia tak bereaksi. Tanganku makin nakal. Kali ini tak menyentuh lagi, tapi sudah meremas-remas kedua bulatan di belakang tubuhnya itu. Tini tak protes, tapi dengan amat ’sopan‘ dan lihai dia menghindari kenakalan tanganku sambil terus memijit, seolah-olah tak sengaja menghindar. Benar2 dia ‘bijaksana‘. Akupun segera tahu diri, dia tak suka diganggu oleh majikannya ini.

Begitu juga waktu dia memijat tanganku. Ketika mengurut di bagian lengan atas telapak tanganku berada di wilayah dadanya. Aku lagi2 ‘tak sengaja menyentuh bukit kanannya. Uuuh bukan main padat dada janda muda beranak satu ini. Tapi aku tak berani melanjutkan aksi tanganku di dadanya. Ada rasa tak enak.

Kedua tangan selesai diurut. Tini menyibak sarung yang menutupi perutku, sehingga seolah-olah makin mempertegas menjulangnya penisku. Dengan perlahan ia mengurut perutku.

‘Kalau perut memang engga boleh kuat2 ‘ katanya.
Memang, dia lebih mirip mengusap dibanding mengurut. Hal ini makin menambah rangsanganku saja. Benar, dalam mengusap perut Tini beberapa kali menyentuh penisku, tapi tak langsung, masih kehalangan dengan kain sarung. Lebih nikmat kalau langsung ‘.

‘Selesai Pak ‘ katanya begitu selesai mengurut perut.

Selesai? Aku ingin dia mengurut penisku, seperti yang dilakukan kepada customernya.

‘Engga sekalian‘ kataku setengah ragu dan dengan suara agak serak.

‘Apa pak? ‘

‘Punya Bapak diurut sekalian ‘ ‘

‘Ah engga perlu Pak, punya Bapak masih bagus, masih sip .. ‘

‘Tahu dari mana kamu ‘

‘Itu ‘ tegangnya masih bagus ‘ katanya.
Anak ini benar2 . Ekspresi wajahnya biasa2, polos wajar, padahal bicara tentang suatu yang amat sensitif dan rahasia. Dan‘. Kaget banget aku dibuatnya. Dia tiba2 menyingkap sarungku dan lalu”. Memegang batang penisku!

‘Tuh kan ‘ kerasnya juga masih bagus ‘

‘Ah ..masa ‘ ‘

‘Benar Pak, masih tok-cer ‘

Anak Cisompet ini benar2 mengagumkan, seperti sex-counselor aja. Apa yang dikatakannya benar. Punyaku tak pernah ngambek bila ingin kugunakan.

‘Engga apa2, biar tambah sip ‘ aku masih belum menyerah ingin menikmati urutannya.

‘Eehmm ‘.. sebenarnya saya mau aja mengurut punya Bapak, cuman rasanya kok engga enak sama Ibu ‘

”Kan engga perlu bilang sama Ibu ‘

‘Seolah saya mengganggu milik Ibu, engga enak kan ‘ bu kan baik banget ama saya‘

‘Ah .. siapa bilang mengganggu, justru kamu membantu Ibu. Ini kan untuk kepuasan Ibu‘
Tini termakan rayuanku. Dituangnya hand-body ke telapak tangan, lalu menyingkirkan sarungku, dan mulai bekerja.

Pertama-tama, dioleskannya ke pahaku bagian dalam yang dekat-dekat kelamin, dan diurutnya. Lalu urutan pindah ke kantung buah pelir dan bergerak keatas ke batangnya, dengan kedua tangan bergantian.
‘Ahhh sedapnya”
Lalu dengan telunjuk dan ibu jari dipencetnya batang penisku mulai dari pangkal sampai ke ujungnya. Demikian gerakannya bergantian antara mengurut dan memencet. Lalu proses diulang lagi, mulai dengan mengurut paha, biji pelir, batang, dan seterusnya sampai empat kali ulangan. Begitu ulangan keempat selesai, dia lanjutkan dengan gerakan urut naik-turun. Kalo gerakan ini sih lebih mirip mengocok tapi lebih perlahan ‘ enak campur geli2 ‘
Pencet lagi dengan kedua jari, lalu urut lagi, dilanjutkan mengocok pelan. Terkadang kocokannya diselingi dengan kecepatan tinggi, tapi hanya beberapa kali kocokan terus pelan lagi. Kurasakan aku mulai mendaki‘.
Tangan Tini benar-benar lihai menstimulir kelaminku hingga mulai meninggi ‘ terus mendaki ‘.. mungkin beberapa langkah lagi aku sampai di puncak. Tapi ‘..
‘Udah Pak ‘ ‘

‘Udah ..? ‘ aku kecewa berhenti mendadak begini.

‘Masih yahuud begini‘ kalo orang lain sih udah muncrat dari tadi ‘

‘Ah masa‘

‘Bener Pak, udah lebih dari 10 menit Bapak belum‘. ‘

‘Sebentar lagi aja udah hampir kok‘

‘Jangan ah pak ‘ simpan aja buat Ibu nanti malem‘

‘Sebentar aja deh ‘

‘Udahlah Pak. Bapak hebat. Ibu beruntung lho memiliki Bapak ‘

Akhirnya aku mengalah.

‘Iyalah‘. Makasih ya‘ bapak jadi seger nih‘
Memang perasaanku menjadi lebih segar dibanding tadi pagi. Tapi ini ‘rasa yang menggantung ini perlu penyelesaian. Tiba2 aku berharap agar isteriku cepat2 pulang‘.

‘Makasi ya Tin‘ kataku lagi waktu dia pamitan.

‘Sama-sama Pak‘

Pukul lima kurang seperempat. Tini memijatku selama satu setengah jam. Sebentar lagi isteriku pulang. Aku cepat2 mandi menghilangkan wanginya hand-body lotion, entar curiga isteriku, tumben2an pakai handbody.

Isteriku terheran-heran ketika sedang mengganti baju aku serbu dari belakang

‘Eh ‘ ada angin apa nih‘

‘Habis‘ seharian nganggur, jadinya mengkhayal aja‘ kataku berbohong.
Isteriku sudah makfum maksud seranganku ini. Akupun sudah pengin banget, gara-gara nanggungnya pekerjaan tangan Tini tadi. Tahu suaminya udah ngebet banget, dia langsung melepas Cdnya dan pasang posisi. Kusingkap dasternya. Kusingkap juga sarungku, dan aku masuk. Goyang dan pompa. Kiri kanan, dan atas bawah. Sampai tuntas, sampai kejang melayang, sampai lemas. Seperti yang sudah-sudah. Hanya bedanya sekarang, waktu menggoyang dan memompa tadi aku membayangkan sedang menyetubuhi Tini! Hah!

Sejak Tini memijatku kemarin, aku jadi makin memperhatikannya. Padahal sebelumnya hal ini tak pernah kulakukan. Seperti waktu dia pagi hari menyapu lantai terkadang agak membungkuk buat menjangkau debu di bawah sofa misalnya. Aku tak melewatkan untuk menikmati bulatan buah dada putihnya. Atau kalau dia sedang naik tangga belakang ke tempat jemuran. Aku bisa menikmati betis dan bagian paha belakangnya, walaupun bentuk kakinya tak begitu bagus, tapi putih mulus. Paling menyenangkan kalau memperhatikan dia mengepel lantai, makin banyak bagian dari buah dadanya yang terlihat, apalagi kalau dia memakai daster yang dadanya rendah. Tentu saja sebelum memperhatikan dia, aku harus memeriksa situasi dulu, ada isteriku atau anak-anakku engga.

Yang membuatku merasa beruntung adalah ketika aku terpaksa pulang lagi ke rumah karena ada berkas kantor yang ketinggalan. Waktu itu sekitar jam 10 pagi. Aku parkir mobilku di tepi jalan, tidak di garasi, toh hanya mengambil dokumen. Aku ketok pintu depan tak ada yang menyahut. Kemana nih si Uci (anakku yang SMU masuk siang). Si Tini pasti ada di belakang. Ternyata pintu tak terkunci, aku masuk, sepi, langsung ke belakang. Maksudnya mau memperingatkan anakku dan pembantu tentang kecerobohannya tak mengunci pintu. Sampai di belakang tak ada seorangpun. Ke mana mereka ini. Aku kembali ke ruang tengah. Saat itulah Tini muncul dari kamar mandinya. Aku berniat menegurnya, tapi niatku urung, sebab Tini keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk yang tak begitu lebar. Buah dada besar itu seakan ‘tumpah‘?. Lebih dari separuh dada tak tertutup handuk. Puting dada ke bawah saja yang tersembunyi. Dan bawahnya ”Seluruh pahanya tampak! Handuk sempit itu hanya sanggup menutup sampai pangkal pahanya saja. Aku segera mengambil posisi yang aman buat mengamatinya, dibalik pintu kaca belakang. Viterage itu akan menghalangi pandangan Tini ke dalam. Aman. Habis mandi dia masih berberes-beres berbagai peralatan cuci, dengan hanya berbalut handuk. Sebelumnya dia tak pernah begini, mungkin dikiranya tak ada orang, berarti Si Uci lagi pergi. Yang membuat jantungku berdegup kencang adalah, dengan membelakangiku Tini membungkuk mengambil sesuatu di dalam ember. Seluruh pantatnya kelihatan, bahkan sedetik aku sempat melihat kelaminnya dari belakang!

Tak hanya itu saja. Setelah selesai berberes, Tini melangkah memasuki kamarnya. Sebelum masuk kamar inilah yang membuat jantungku berhenti. Tini melepas handuknya dan menjemurnya dengan telanjang bulat! Hanya beberapa detik aku menikmati tubuh polosnya dari belakang agak samping. Bulatan buah dada kirinya sangat jelas. Kulit tubuhnya begitu bersih. Bentuk tubuhnya nyaris bagus, kecuali agak gemuk. Dada besar, pinggang menyempit, pinggul melebar dan pantat bulat menonjol ke belakang. Dia langsung melangkah masuk ke kamarnya. Dalam melangkah, sepersekian detik sempat terlihat bahwa bulu2 kelamin Tini lebat!

Aku tegang. Rasanya aku harus melanggar janjiku sendiri untuk tak meniduri pembantu. Ini adalah kesempatan baik. Tak ada siapapun di rumah. Aku tinggal masuk ke kamarnya dan menyalurkan ketegangan ini. Kukunci dulu pintu depan. Dengan mantap aku melangkah, siap berhubungan seks dengan wanita muda bahenol itu. Tapi sebelum keluar pintu belakang, aku ragu. Bagaimana kalau dia menolak kusetubuhi?. Kemarin saja dia menolak meneruskan mengocok penisku sampai keluar mani. Apakah sekarang ia akan membiarkan vaginanya kumasuki? Dia begitu merasa bersalah sama isteriku. Bahkan hanya buat mengonaniku, apalagi bersetubuh. Aku menimbang. Rasanya dia tak akan mau. Lagipula, apakah aku harus melanggar pantanganku sendiri hanya karena terangsang tubuh polosnya? Tapi aku sudah high sekarang.

Ah sudahlah, aku harus bersabar menunggu Senin depan, saatnya dia memijatku lagi. Mungkin aku bisa merayunya sehingga dia merasa ikhlas, tak bersalah, memberikan tubuhnya buat kunikmati. Untuk menyalurkan yang sudah terlanjur tegang ini terpaksa aku akan mengajak ‘makan siang’ wanita rekan kantorku seperti biasa kulakukan : makan siang di motel”’.!

Kami sudah di dalam kamar motel langgananku. Begitu pelayan berlalu, aku langsung mengunci pintu dan kupeluk si Ani, sebut saja begitu, mantan anak buahku, pasangan selingkuhku yang selalu siap setiap saat kubutuhkan.

‘Eehhmmmmhh‘? reaksinya begitu ciumanku sampai di lehernya.
Katanya mau makan dulu ‘. ‘?

‘Makan yang ini dulu ah .. ‘? kataku sambil tanganku yang telah menerobos rok mininya mampir ke selangkangannya.

‘Ehhmmmm kok tumben semangat banget nih‘ tadi malem engga dikasih ama dia ya?’
‘Udah kangen sih?’ Kutanggalkan blazernya.

‘Huuu .. gombal ! Kemarin aja acuh banget ”?

‘Kan sibuk kemarin’ Kubuka kancing blousenya satu persatu.
Padahal kami masih berdiri di balik pintu.

‘Alesan’
BH-nya juga kucopot, sepasang bukit itu telah terhidang bebas di depanku. Dengan gemas kuciumi kedua buah kenyal itu. Putingnya kusedot-sedot. Gantian kanan dan kiri. Walaupun sudah sering aku melumat-lumat buah ini, tapi tak bosan-bosan juga. Mulai terdengar lenguhan Ani. Tanganku sudah menerobos CD-nya, dan telunjukkupun mengetest, ‘pintu‘-nya sudah membasah. Lenguhan telah berubah menjadi rintihan. Yang aku suka pada wanita 30 tahun ini selain dia siap setiap saat kusetubuhi, juga karena Ani cepat panasnya.

Mulut dan jariku makin aktif. Rintihannya makin tak karuan. Hingga akhirnya‘

‘Ayo‘.. sekarang ‘Pak .. ‘? katanya.
Akupun sudah pengin masuk dari tadi. Kupelorotkan CD-nya dan kulepas celana dan CD ku juga. Kutuntun Ani menuju tempat tidur. Kurebahkan tubuhnya. Kusingkap rok mininya dan kubuka pahanya lebar-lebar. Siap. Padahal roknya masih belum lepas, begitu juga kemejaku. Kuarahkan penisku tepat di pintunya yang basah itu, dan kutekan.

‘Aaaaafffff hhhhhh ‘ teriak Ani.
Dengan perlahan tapi pasti, penisku memasuki liang senggamanya, sampai seluruh batang yang tergolong panjang itu tertelan vaginanya. Kocok ‘ goyang ‘. Kocok ‘. Goyang ‘. Seperti biasa.

Sampai jari2 Ani mencengkeram sprei kuat-kuat diiringi dengan rintihan histeris. Sampai aku menekan kuat2 penisku guna menyemprotkan maniku ke dalam vaginanya. Sampai terasa denyutan teratur di dalam sana. Sampai kami berdua rebah lemas keenakan ‘. Begitulah. Persetubuhanku dengan Ani begitu sama gayanya. Gaya standar. Hal ini karena kami hampir selalu diburu waktu, memanfaatkan waktu istirahat makan siang. Atau juga karena Ani cepat panasnya. Aku merasakannya monoton. Aku ingin sesuatu yang baru, tapi masih sayang melepaskan Ani, sebab sewaktu-waktu dia amat berguna meredakan keteganganku. Berarti harus menambah ‘koleksi ‘ lagi?
Mungkinkah sesuatu yang baru itu akan kudapatkan dari Tini? Ah, masih banyak hal yang musti kupertimbangkan. Pertama, tentang janjiku yang tak akan meniduri pembantu. Kedua, resiko ketahuan akan lebih besar. Ketiga, si Tini belum tentu mau, dia merasa terhalang oleh kebaikan isteriku. Tapi bahwa aku akan mendapatkan sesuatu yang lain, yaitu : jauh lebih muda dari umurku, buah dada yang sintal dan besar, foreplay yang mengasyikkan dengan memijatku, makin mendorongku untuk mendapatkan Tini. Tak sabar aku menunggu Senin depan, saatnya Tini akan memijatku lagi ‘.

Senin, pukul 12.00. Aku menelepon ke rumah. Uci yang mengangkat, belum berangkat sekolah dia rupanya. Aku mengharap Tini yang mengangkat telepon sehingga bisa janjian jam berapa dia mau memijatku. Satu jam berikutnya aku menelepon lagi, lama tak ada yang mengangkat, lalu

”Halo‘ suara Tini.
Aha!

‘Uci ada Tin?‘

‘Udah berangkat, Pak‘

‘Si Ade?‘

‘Mas Ade tadi nelepon mau pulang sore, ada belajar kelompok, katanya?’
Kesempatan nih.

‘Ya sudah ‘.. ehm ‘.. kerjaan kamu udah beres belum?‘

‘Hmm udah Pak, tinggal seterika entar sore?‘

‘Mau ‘kan kamu mijit Bapak lagi? Pegal2 nih kan udah seminggu‘
‘Bisa Pak, jam berapa Bapak pulang?‘

‘Sekarang?‘

‘Baik Pak, tapi saya mau mandi dulu‘

Agak lama aku menunggu di depan pintu baru Tini membukanya.

‘Maaf Pak, tadi baru mandi‘. Kata Tini tergopoh-gopoh.
Ah, penisku mulai bergerak naik. Tini mengenakan daster yang basah di beberapa bagian dan jelas sekali bentuk bulat buah kembarnya sebagai tanda dia tak memakai BH. Mungkin buru-buru.

‘Engga apa-apa. Bisa mulai?‘

‘Bisa pak, saya ganti baju dulu‘
Hampir saja aku bilang, engga usah, kamu gitu aja. Untung tak jadi, ketahuan banget ada maksud lain selain minta pijit. Aku masuk kamar dan segera bertelanjang bulat. Terbawa suasana, penisku udah tegak berdiri. Kututup dengan belitan handuk. Pintu diketok. Tini masuk. Mengenakan rok terusan berbunga kecil warna kuning cerah, agak ketat, agak pendek di atas lutut, berkancing di depan tengah sampai ke bawah, membuatnya makin tampak bersinar. Warna roknya sesuai benar dengan bersih kulitnya. Dada itu kelihatan makin menonjol saja. Penisku berdenyut.

‘Siap Tin?‘

‘Ya pak‘

Dengan hanya berbalut handuk, aku rebah ke tempat tidur, tengkurap. Tini mulai dengan memencet telapak kakiku. Ini mungkin urutan yang benar. Cara memijat tubuhku bagian belakang sama seperti pijatan pertama minggu lalu, kecuali waktu mau memijat pantat, Tini melepaskan handukku, aku jadi benar2 bugil sekarang. Wangi sabun mandi tercium dari tubuhnya ketika ia memijat bahuku. Selama telungkup ini, penisku berganti-ganti antara tegang dan surut. Bila sampai pada daerah sensitif, langsung tegang. Kalau ngobrol basa-basi dan ’serius‘, surut. Kalau ngobrolnya menjurus, tegang lagi.

‘Depannya Pak?‘

Dengan tenang aku membalikkan tubuhku yang telanjang bulat. Bayangkan, terlentang telanjang di depan pembantu. Penisku sedang surut. Tini melirik penisku, lagi2 hanya sekilas, sebelum mulai mengurut kakiku. Sekarang aku dengan jelas bisa melihatnya. Bayanganku akan bentuk buah dadanya di balik pakaiannya membuat penisku mulai menggeliat. Apalagi ketika ia mulai mengurut pahaku. Batang itu sudah tegak berdiri. Cara mengurut paha masih sama, sesekali menyentuh buah pelir. Bedanya, Tini lebih sering memandangi kelaminku yang telah dalam kondisi siap tempur.

‘Kenapa Tin?‘
Aku mulai iseng bertanya.

‘Ah ‘ engga‘ katanya sedikit gugup.
‘Cepet bangunnya’

Hi ..hi..hi..‘ katanya sambil ketawa polos.

‘Iya dong ‘. Kan masih sip kata kamu‘

Ada bedanya lagi. Kalau minggu lalu sehabis dari paha dia terus mengurut dadaku, kali ini dia langsung menggarap penisku, tanpa kuminta! Apakah ini tanda2 dia akan bersedia kusetubuhi. Jangan berharap dulu, mengingat ‘kesetiaan‘-nya kepada isteriku. Cara mengurut penisku masih sama, pencet dan urut, hanya tanpa kocokan. Jadi aku tak sempat ‘mendaki‘, cuman ‘ pengin menyetubuhinya!

‘Udah. Benar2 masih sip, Pak?‘

‘Mau coba sipnya?‘ kataku tiba2 dan menjurus.
Wajahnya sedikit berubah.

‘Jangan dong Pak, itu kan milik Ibu. Masa sih sama pembantu?‘

‘Engga apa-apa ‘ asal engga ada yang tahu aja”

Tini diam saja. Dia berpindah ke dadaku. Artinya jarak kami makin dekat, artinya rangsanganku makin bertambah, artinya aku bisa mulai menjamahnya.

Antara 2 kancing baju di dadanya terdapat celah terbuka yang menampakkan daging dada putih yang setengah terhimpit itu. Aduuuhhh ‘. Aku mampu bertahan engga nih ‘. Apakah aku akan melanggar janjiku?

Seperti minggu lalu juga tangan kiriku mulai nakal. Kuusap-usap pantatnya yang padat dan menonjol itu. Seperti minggu lalu juga, Tini menghindar dengan sopan. Tapi kali ini tanganku bandel, terus saja kembali ke situ meski dihindari berkali-kali. Lama2 Tini membiarkannya, bahkan ketika tanganku tak hanya mengusap tapi mulai meremas-remas pantat itu, Tini tak bereaksi, masih asyik mengurut. Tini masih saja asyik mengurut walaupun tanganku kini sudah menerobos gaunnya mengelus-elus pahanya. Tapi itu tak lama, Tini mengubah posisi berdirinya dan meraih tangan nakalku karena hendak mengurutnya, sambil menarik nafas panjang. Entah apa arti tarikan nafasnya itu, karena memang sesak atau mulai terangsang?

Tanganku mulai diurut. Ini berarti kesempatanku buat menjamah daerah dada. Pada kesempatan dia mengurut lengan atasku, telapak tanganku menyentuh bukit dadanya. Tak ada reaksi. Aku makin nekat. Tangan kananku yang sedari tadi nganggur, kini ikut menjamah dada sintal itu.

‘Paak…‘ Katanya pelan sambil menyingkirkan tanganku.
Okelah, untuk sementara aku nurut. Tak lama, aku sudah tak tahan untuk tak meremasi buah dada itu. Kudengar nafasnya sedikit meningkat temponya. Entah karena capek memijat atau mulai terangsang akibat remasanku pada dadanya. Yang penting : Dia tak menyingkirkan tanganku lagi. Aku makin nakal. Kancing paling atas kulepas, lalu jariku menyusup. Benar2 daging padat. Tak ada reaksi. Merasa kurang leluasa, satu lagi kancingnya kulepas. Kini telapak tanganku berhasil menyusup jauh sampai ke dalam BH-nya, Ah ‘ puting dadanya sudah mengeras! Tini menarik telapak tanganku dari dadanya.

‘Bapak kok nakal sih?‘
Katanya, dan ”.. tiba-tiba dia merebahkan tubuhnya ke dadaku. Aku sudah sangat paham akan sinyal ini. Berarti aku akan mendapatkannya, lupakan janjiku. Kupeluk tubuhnya erat2 lalu kuangkat sambil aku bangkit dan turun dari tempat tidur. Kubuka kancing blousenya lagi sehingga BH itu tampak seluruhnya. Buah dada sintal itu terlihat naik turun sesuai irama nafasnya yang mulai memburu. Kucium belahan dadanya, lalu bergeser ke kanan ke dada kirinya. Bukan main dada wanita muda ini. Bulat, padat, besar, putih.

Kuturunkan tali Bhnya sehingga puting tegang itu terbuka, dan langsung kusergap dengan mulutku.
‘Aaahhffffhhhhh…Paaaaak‘ rintihnya.
Tak ada penolakan. Aku pindah ke dada kanan, kulum juga. Kupelorotkan roknya hingga jatuh ke lantai. Kulepaskan kaitan BH-nya sehingga jatuh juga. Dengan perlahan kurebahkan Tini ke kasur, dada besar itu berguncang indah. Kembali aku menciumi, menjilati dan mengulumi kedua buah dadanya. Tini tak malu2 lagi melenguh dan merintih sebagai tanda dia menikmati cumbuanku.

Tanganku mengusapi pahanya yang licin, lalu berhenti di pinggangnya dan mulai menarik CD-nya

‘Jangan Pak‘. Kata Tini terengah sambil mencegah melorotnya CD.
Wah‘ engga bisa dong‘ aku udah sampai pada point no-return, harus berlanjut sampai hubungan kelamin.

‘Engga apa-apa Tin ya‘. Bapak pengin‘. Badan kamu bagus bener’
Waktu aku membuka Cdnya tadi, jelas kelihatan ada cairan bening yang lengket, menunjukkan bahwa dia sudah terangsang. Aku melanjutkan menarik CD-nya hingga lepas sama sekali. Tini tak mencegah lagi. Benar, Tini punya bulu kelamin yang lebat. Kini dua2nya sudah polos, dan dua2nya sudah terangsang, tunggu apa lagi. Kubuka pahanya lebar lebar. Kuletakkan lututku di antara kedua pahanya. Kuarahkan kepala penisku di lubang yang telah membasah itu, lalu kutekan sambil merebahkan diri ke tubuhnya.

‘Auww ‘. Pelan2 Pak ‘. Sakit ‘.! ‘?

‘Bapak pelan2 nih”
Aku tarik sedikit lalu memainkannya di mulut vaginanya.

‘Bapak sabar ya ‘. Saya udah lamaa sekali engga gini”

‘Ah masa’

‘Benar Pak‘

‘Iya deh sekarang bapak masukin lagi ya ‘. Pelan deh.. ‘

‘Benar Bapak engga bilang ke Ibu ‘kan?‘

‘Engga dong ‘ gila apa‘

Terpaksa aku pegangi penisku agar masuknya terkontrol. Kugeser-geser lagi di pintu vaginanya, ini akan menambah rangsangannya. Baru setelah itu menusuk sedikit dan pelan.

‘Aaghhhhfff ‘ serunya, tapi tak ada penolakan kaya tadi

‘Sakit lagi Tin?‘ Tini hanya menggelengkan kepalanya.

‘Terusin Pak ‘perlahan‘?
Sekarang dia yang minta. Aku menekan lagi. AH ‘ bukan main sempitnya vagina wanita muda ini. Kugosok-gosok lagi sebelum aku menekannya lagi. Mentok. Kalau dengan isteriku atau Si Ani, tekanan segini sudah cukup menenggelamkan penisku di vaginanya masing-masing. Tini memang beda. Tekan, goyang, tekan goyang, dibantu juga oleh goyangan Tini, akhirnya seluruh batang panisku tenggelam di vagina Tini yang sempit itu. Benar2 penisku terasa dijepit. Aku menarik penisku kembali secara amat perlahan. Gesekan dinding vagina sempit ini dengan kulit penisku begitu nikmat kurasakan. Setelah hampir sampai ke ujung, kutekan lagi perlahan pula sampai mentok. Demikian seterusnya dengan bertahap menambah kecepatan. Tingkah Tini sudah tak karuan. Selain merintih dan teriak, dia gerakkan tubuhnya dengan liar. Dari tangan meremas sampai membanting kepalanya sendiri. Semuanya liar. Akupun asyik memompa sambil merasakan nikmatnya gesekan. Kadang kocokan cepat, kadang gesekan pelan. Penisku mampu merasakan relung2 dinding vaginanya. Memang beda, janda muda beranak satu ini dibandingkan dengan isteriku yang telah kali melahirkan. Beda juga rasanya dengan Ani yang walaupun juga punya anak satu tapi sudah 30 tahun dan sering dimasuki oleh suaminya dan aku sendiri.

Cerita Dewasa – Aku masih memompa. Masih bervariasi kecepatannya. Nah, saat aku memompa cepat, tiba2 Tini menggerak-gerakan tubuhnya lebih liar, kepalanya berguncang dan kuku jarinya mencengkeram punggungku kuat-kuat sambil menjerit, benar2 menjerit! Dua detik kemudian gerakan tubuhnya total berhenti, cengkeraman makin kuat, dan penisku merasakan ada denyutan teratur di dalam sana. Ohh ‘nikmatnya‘.. Akupun menghentikan pompaanku. Lalu beberapa detik kemudian kepalanya rebah di bantal dan kedua belah tangannya terkulai ke kasur, lemas. Tini telah mencapai orgasme. Sementara aku sedang mendaki.

‘Paaak ‘ ooohhhh ‘..

‘Kenapa Tin?”

‘Ooohh sedapnya”

Lalu diam, hening dan tenang. Tapi tak lama. Sebentar kemudian badannya berguncang, teratur. Tini menangis!

‘Kenapa Tin?”

Air matanya mengalir. Masih menangis. Kaya gadis yang baru diperawani saja.

’Saya berdosa ama Ibu‘ katanya kemudian

‘Engga apa-apa Tin ‘.. Kan Bapak yang mau‘

‘Iya .. Bapak yang mulai sih. Kenapa Pak? Jadinya saya engga bisa menahan‘.

Aku diam saja.

‘Saya khawatir Pak‘.

‘Sama Ibu? Bapak engga akan bilang ke siapapun‘

‘Juga khawatir kalo… kalo’

‘Kalo apa Tin?‘

‘Kalo saya ketagihan‘.

‘Oh‘ jangan khawatir, Pasti Bapak kasih kalo kamu pengin lagi. Tinggal bilang aja‘

‘Ya itu masalahnya‘

‘Kenapa?‘

‘Kalo sering2 kan lama2 ketahuan .. ‘?

‘Yaah…harus hati2 dong‘ kataku sambil mulai lagi menggoyang.
Kan aku belum sampai.

‘Ehhmmmmmm ‘ reaksinya.
Goyang terus. Tarik ulur. Makin cepat. Tini juga mulai ikut bergoyang. Makin cepat. Aku merasakan hampir sampai di puncak.

‘Tin?‘

‘Ya ‘ Pak?’

‘Bapak ‘. hampir ‘. sampai”

‘Teruus ‘ Pak‘

‘Kalo ‘.. keluar ”.gimana?‘

‘Keluarin ‘..aja ” Pak‘… Engga‘. apa-apa?‘

‘Engga ‘.. usah ” dicabut?‘

‘Jangan ‘.. pak ”. aman ‘.. kok‘

Aku mempercepat genjotanku. Gesekan dinding vaginanya yang sangat terasa mengakibatkan aku cepat mendaki puncak. Kubenamkan penisku dalam2

Kusemprotkan maniku kuat2 di dalam. Sampai habis. Sampai lunglai. Sampai lemas.

Beberapa menit berikutnya kami masih membisu. Baru saja aku mengalami kenikmatan luar biasa. Suatu nikmat hubungan seks yang baru sekarang aku alami lagi setelah belasan tahun lalu berbulan madu dengan isteriku. Vagina Tini memang ‘gurih‘, dan aku bebas mencapai puncak tanpa khawatir resiko. Tapi benarkah tanpa resiko. Tadi dia bilang aman. Benarkah?

‘Tin?‘

‘Ya .. Pak?‘

‘Makasih ya ‘ benar2 nikmat‘

‘Sama-sama Pak. Saya juga merasakan nikmat‘

‘Masa ..?‘

‘Iya Pak. Ibu benar2 beruntung mendapatkan Bapak‘

‘Ah kamu’
‘Bener Pak. Sama suami engga seenak ini‘

‘Oh ya?”

‘Percaya engga Pak ‘. Baru kali ini saya merasa kayak melayang-layang???

‘Emang sama suami engga melayang, gitu?‘

‘Engga Pak. Seperti yang saya bilang ‘ punya Bapak bagus banget?‘

‘Katamu tadi ‘. Udah berapa lama kamu engga begini ..?‘

‘Sejak ‘.ehm ‘.. udah 4 bulan Pak‘

‘Lho ‘. Katanya kamu udah cerai 5 bulan?‘

‘Benar”

‘Trus?‘
‘Waktu itu saya kepepet Pak‘

‘Sama siapa?‘

‘Sama tamu. Tapi baru sekali itu Pak. Makanya saya hanya sebulan kerja di panti pijat itu. Engga tahan diganggu terus?‘

‘Cerita dong semuanya?‘

‘Ada tamu yang nafsunya gede banget. Udah saya kocok sampai keluar, masih aja dia mengganggu. Saya sampai tinggalin dia. Trus akhirnya dia ninggalin duit, lumayan banyak, sambil bilang saya ditunggu di Halte dekat sini, hari Sabtu jam 10.00. Dia mau ajak saya ke Hotel. Kalo saya mau, akan dikasih lagi sebesar itu‘

‘Trus?‘

‘Saya waktu itu benar2 butuh buat bayar rumah sakit, biaya perawatan adik saya. Jadi saya mau‘

‘Pernah sama tamu yang lain?‘

‘Engga pernah Pak. Habis itu trus saya langsung berhenti‘

‘Kapan kamu terakhir ‘main‘?‘

‘Ya itu ‘ sama tamu yang nafsunya gede itu, 4 bulan lalu. Setelah itu saya kerja jadi pembantu sebelum kesini. Selama itu saya engga pernah ‘main‘, sampai barusan tadi sama Bapak”. Enak banget barusan kali karena udah lama engga ngrasain ya ‘Pak ‘ atau emang punya Bapak siip banget ‘hi..hi.. ‘

Polos banget anak ini. Aku juga merasakan nikmat yang sangat. Dia mungkin engga menyadari bahwa dia punya vagina yang ‘legit‘, lengket-lengket sempit, dan seret.
‘Kamu engga takut hamil sama tamu itu?‘

‘Engga. Sehabis saya melahirkan kan pasang aiyudi (maksudnya IUD, spiral alat KB). Waktu cerai saya engga lepas, sampai sekarang. Bapak takut saya hamil ya?‘

Aku lega bukan main. Berarti untuk selanjutnya, aku bisa dengan bebas menidurinya tanpa khawatir dia akan hamil ‘.

‘Jam berapa Pak?‘

‘Jam 4 lewat 5‘

‘Pijitnya udah ya Pak ‘. Saya mau ke belakang dulu‘

‘Udah disitu aja‘ kataku sambil menyuruh dia ke kamar mandi dalam kamarku.
Dengan tenangnya Tini beranjak menuju kamar mandi, masih telanjang. Goyang pantatnya lumayan juga. Tak lama kemudian Tini muncul lagi. Baru sekarang aku bisa jelas melihat sepasang buah dada besarnya.

Bergoyang seirama langkahnya menuju ke tempat tidur memungut BH-nya. Melihat caranya memakai BH, aku jadi terangsang. Penisku mulai bangun lagi. Aku masih punya sekitar 45 menit sebelum isteriku pulang, cukup buat satu ronde lagi. Begitu Tini memungut CD-nya, tangannya kupegang, kuremas.

‘Bapak pengin lagi, Tin‘

‘Ah ‘ nanti Ibu keburu dateng , Pak‘

‘Masih ada waktu kok ‘

‘Ah Bapak nih ‘ gede juga nafsunya’ katanya, tapi tak menolak ketika BH nya kulepas lagi.
Sore itu kembali aku menikmati vagina legit milik Tini, janda muda beranak satu, pembantu rumah tanggaku ‘..

Cerita Dewasa – Hubungan seks kami selanjutnya tak perlu didahului oleh acara pijitan. Kapan aku mau tinggal pilih waktu yang aman (cuma Tini sendirian di rumah) biasanya sekitar jam 2 siang. Tini selalu menyambutku dengan antusias, sebab dia juga menikmati permainan penisku. Tempatnya, lebih aman di kamarnya, walaupun kurang nyaman. Bahkan dia mulai ‘berani’ memanggilku untuk menyetubuhinya.

Suatu siang dia meneleponku ke kantor menginformasikan bahwa Uci udah berangkat sekolah dan Ade pergi less bahasa Inggris, itu artinya dia sendirian di rumah, artinya dia juga pengin disetubuhi. Terbukti, ketika aku langsung pulang, Tini menyambutku di pintu hanya berbalut handuk. Begitu pintu kukunci, dia langsung membuang handuknya dan menelanjangiku! Langsung saja kita main di sofa ruang tamu.

Lihat Juga : Cerita Sex Berawal dari Senggolan

Cerita Ngentot Aku Ibuku Dan Ibu Temanku

$
0
0

Cerita Ngentot Aku Ibuku Dan Ibu Temanku – TELEPON yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Silahkan ulangi beberapa menit lagi. Begitu yang kudengar setiap kupencet namanya pada memori HP ku. Lagi ada di mana si penjahat seks itu sampai HP nya dimatikan? Aku sampai lupa meminum es juice dan menyantap pisang keju yang terhidang di mejaku karena terus mencoba menghubungi Roni, temanku.

“Tumben sendirian. Biasanya sama Roni,” kata Bu Tiwi, pemilik kantin. “Iya nih Bu, HP nya dimatikan. Nggak bisa dihubungi,” ujarku setelah menghirup es juice yang terhidang dan mengunyah pisang keju. Sebenarnya telah hilang selera makanku pada makananan dan minuman favoritku itu karena tak berhasil menghubungi Roni.

“Kalau mau bolos sekolah bareng mestinya janjian yang mateng. Jadi nggak manyun begitu,” ujar Bu Tiwi lagi sambil melayani pembeli yang lain.

Benar juga omongan Bu Tiwi. Ini memang salahku. Semestinya, semalam atau tadi sebelum berangkat kontak Roni dulu hingga bisa janjian. Kalau sudah begini, aku yang repot. Mau masuk sekolah udah kesiangan dan pasti pintu pagar udah ditutup sementara Roni tidak bisa dihubungi. Atau bisa jadi ia berangkat sekolah tanpa bawa HP.

Gagasan untuk bolos sekolah memang murni ideku dan belum kusampaikan ke Roni. Sewaktu mau berangkat, Rizal, temanku yang lain datang ke rumah dan meminjamkan sejumlah VCD porno yang pernah ia janjikan. Lalu muncul gagasan untuk membolos dan nonton bareng Roni di rumah. Aku yakin Roni pasti tak menolak. Karena seperti kata Rizal diantara film-film yang dipinjamkan, ada yang bercerita tentang hubungan seks antara seorang anak laki-laki dengan ibunya.

Thema seperti itu, atau setidaknya yang menggambarkan hubungan seks antara pria muda dengan wanita yang lebih dewasa bahkan yang lebih pantas menjadi ibunya, adalah yang sangat digemari Roni. Bahkan dalam pengalaman nyata, seperti pengakuan dan cerita Roni, ia sering menyetubuhi pembantunya, wanita yang telah berusia 43 tahun. Roni juga mengaku sering terangsang saat mengintip ibunya sendiri yang tengah telanjang. Itulah kenapa aku sering menyebutnya sebagai penjahat seks.

Di luar itu Roni juga yang mengajari dan memperkenalkanku pada kebiasaan onani. Menurutnya, aku tergolong pria puritan karena hingga berumur 18 tahun belum tahu dan tidak pernah melakukan onani. Dan ketika ia menggagas untuk membuat lubang rahasia untuk mengintip aktivitas ibuku dari kamarku yang memang bersebelahan dengan kamar ibu, aku tak kuasa menolaknya.

Menurut Roni, tubuh ibuku sangat menggairahkan dan merangsang. Sama seperti tubuh ibunya yang memang usianya tak jauh berbeda karena usia ibu 47 sedang ibunya Roni lebih muda setahun. Dan seperti ibunya Roni, ibuku juga sudah menjanda cukup lama. Hanya Roni punya kakak perempuan yang sudah menikah dan hidup terpisah. Sedangkan aku, anak tunggal dan hanya hidup berdua dengan ibu sejak kecil. Bahkan konon, sebenarnya aku bukan anak ayahku yang meninggal saat usiaku masih balita. Tapi buah perselingkuhan ibu dengan pemuda tetangganya setelah menikah cukup lama dan tidak punya anak.

“Sam memek ibumu besar dan membusung banget. Mau deh aku menjilati lubangnya. Ah, pasti enak banget kalau dientotin,” ujar Roni berbisik ketika ia menginap di kamarku suatu malam dan mengintip ke kamar ibu dari lubang rahasia yang kami buat. Saat itu, ibu tidur mengangkang tanpa mengenakan celana dalam dan dasternya tersingkap.

Malam itu Roni memuaskan diri beronani sambil sambil mengintip dan membayangkan menyetubuhi ibuku. Dan lucunya, aku juga melakukan yang sama. Hanya aku melakukan secara diam-diam setelah Roni tertidur pulas. Benar seperti kata Roni, wanita seusia ibu memang lebih matang dan merangsang. Sejak itu, aku sering mengintip ke kamar ibu di saat terangsang dan hendak beronani. Aku juga ingin merasakan nikmatnya bersetubuh dengan ibu kendati sejauh ini belum pernah melakukan sekali pun dengan wanita lain.

Satu jam lebih duduk tercenung sendiri di kantin Bu Tiwi akhirnya membuatku jenuh. Setelah sekali lagi mencoba menghubungi HP Roni tak tersambung, akhirnya kuputuskan untuk pulang. Paling ibu sudah berangkat ke Puskesmas tempatnya bekerja hingga nggak bakalan tahu kalau aku membolos, pikirku. Setelah membayar makanan, aku langsung keluar dan menyetop angkutan kota yang rutenya melewati jalur jalan dekat rumah. Motor memang sengaja tak kubawa karena tadinya berniat membolos dengan Roni.

Sampai di rumah, seperti biasa aku masuk lewat pintu belakang. Kunci rumah bagian depan memang selalu dibawa oleh ibu karena dia yang berangkat belakangan setiap hari. Aku membawa kunci pintu belakang agar tak repot mampir ke kantor ibu untuk mengambil kunci saat pulang sekolah.

Namun di dalam, saat masuk ke ruang tengah, aku dibuat kaget. sepeda motor Roni ada di sana terparkir di dekat motorku. Sementara tas hitam yang biasa dibawa ibu ke kantor teronggok di atas meja makan. Jadi ibu belum berangkat? Dan kenapa motor Roni ada di sini? Aku jadi curiga. Jangan-jangan Roni juga ada di sini dan lagi berdua dengan ibuku di kamarnya. Memikirkan kemungkinan itu, kuperlambat jalanku. Dengan berjingkat kumasuki kamarku sendiri. Setelah mengunci pintu kamar dari dalam, langsung kutuju lubang rahasia yang biasa kugunakan untuk mengintip ke kamar ibu.

Dugaanku tidak meleset. Roni ada di kamar itu berdua dengan ibuku. Di atas ranjang besar tempat tidur ibu, keduanya tengah melakukan perbuatan yang selayaknya tidak pantas dilakukan. Kulihat Ibu sudah tidak berpakaian dan satu-satunya penutup tubuh yang dikenakan hanya celana dalam warna hitam, duduk menyandar di dinding kamar. Ia terlihat sangat menikmati apa yang tengah dilakukan Roni pada dirinya. Ya Roni menghisapi salah satu pentil susu ibu di bagian kiri dengan mulutnya. Sementara payudaranya yang sebelah kanan, sesekali dibelai dan diremas gemas oleh pemuda teman akrab dan kawan sekolahku itu.

Seperti bayi yang kehausan, Roni menetek dengan lahap di payudara ibu yang besar. Pasti hisapannya sangat kuat pada puting susu ibu yang coklat kehitaman hingga ibu tampak menggelinjang menahan nikmat. Terlebih tangan Roni juga tak mau berhenti meremasi buah dadanya yang lain sambil sesekali memilin putingnya. “Ah… ah.. terus hisap Ron, ah enak banget. Tetek tante enak banget kamu begitukan Ron, ah.. sshh…ahh …aaahhh,” suara ibu terdengar mengerang dan melenguh menahan nikmat.

Mungkin seharusnya aku merasa jengah atau stidaknya memprotes atas apa yang tengah dilakukan Roni pada ibuku. Tetapi tidak, aku malah menikmati permainan mereka. Bahkan ingin rasanya aku menggantikan peran Roni. Karena sudah cukup lama aku ingin menyentuh dan menghisap tetek ibu bahkan sekaligus menyetubuhinya. Aku memang sangat terangsang setiap mengintip dan mendapati ibu tengah telanjang. Hanya selama ini aku hanya bisa menyetubuhi dalam angan-angan yakni beronani sambil membayangkan menyetubuhinya.

Aku makin terangsang ketika Roni mulai menciumi kemaluan ibu dari luar CD hitam yang dikenakannya. Kulihat ujung hidung Roni disentuhkan di bagian tengah memek ibu yang masih tertutup CD. Sesekali Roni juga menggunakan mulutnya untuk mengecup. Ah kenapa Roni tidak segera melepas saja CD hitam itu. Terus terang aku jadi tidak sabar untuk melihat bentuk sejelasnya vagina ibu. Selama ini, setiap mengintip, aku hanya bisa melihatnya sepintas. Kini, dengan posisi duduk mengangkang seperti itu, kalau CD nya dibuka pasti memek ibu bisa terlihat detilnya.

Ternyata harapanku tidak sia-sia. Hanya, bukan Roni yang mengambil insiatif tetapi malah ibuku. “Kamu sudah kangen sama memek tante ya Ron? Tante buka deh celana dalamnya biar kamu bisa melihat sepuasnya atau melakukan apa saja sesuka kamu. Tetapi baju dan celana kamu dibuka juga dong,” kata ibu sambil memelorotkan dan melepas celana dalamnya.

Kini ibuku benar-benar telanjang tanpa sehelai benang yang menutupinya setelah CD warna hitamnya dilepas dan dilemparkan sekenanya. Dan yang membuatku kaget, memek ibu yang biasanya terlihat lebat ditumbuhi rambut hitam, telah dicukur gundul. Padahal tiga hari lalu, saat aku mengintipnya dari kamar seusai mandi, vagina ibu masih tertutup oleh kerimbunan rambut hitam keritingnya.

Tetapi memek yang telah tercukur kelimis itu lebih merangsang karena seluruh detilnya jadi terlihat jelas. Dalam posisi duduknya yang mengangkang, kemaluan ibuku membentuk busungan besar yang terbelah di bagian tengahnya. Hanya, bibir bagian luarnya yang berwarna coklat kehitaman terlihat tebal dan berkerut. Kontras dengan warna di bagian dalam yang agak kemerahan. Sedangkan kelentitnya yang berada di ujung celah bagian atas, terlihat cukup besar ukurannya. Mungkin sebesar biji jagung dan tampak mencuat. Ah .. merangsang banget.

Bibir bagian luar memek ibu yang berwarna coklat kehitaman, tebal dan berkerut itu, kemungkinan terbentuk akibat seringnya tergesek kejantanan milik laki-laki. Baik milik almarhum suaminya semasa hidup atau milik ayah kandungku yang menjadi teman selingkuh ibu. Bahkan mungkin kontol beberapa pria lain yang pernah singgah dalam hidupnya karena beberapa tahun lalu sempat pula kudengar kabar ibu ada main dengan salah seorang atasannya hingga sebagai PNS ia sempat dipindahtugaskan ke daerah terpencil selama beberapa waktu.

Roni menghampiri ibuku setelah melepas baju seragam sekolah dan semua yang dikenakannya. Kontolnya tampak tegak mengacung dan keras. Hanya, soal ukuran, kuyakin setingkat di bawah punyaku yang lebih panjang dan besar. Tadinya kukira Roni akan langsung menindih dan menancapkan rudalnya di memek ibu yang memang telah menunggu untuk disogok.

Namun dengan santai, bak lelaki dewasa yang sudah berpengalaman dengan perempuan, direbahkannya tubuhnya dekat tubuh ibu mengangkang. Posisi kepalanya persis berada diantara kedua paha ibu yang terbuka lebar atau persis berhadapan dengan memek ibuku. Posisi itu dipilihnya, nampaknya agar ia dapat dengan mudah menatapi memek ibuku dari jarak sangat dekat dan sekaligus menyentuhnya.

Ibuku kian membuka lebar kangkangan pahanya ketika tangan Roni mulai menjamah bagian paling sensitif miliknya. Diusap-usapnya bibir luar memek ibu yang tebal dan berkerut dengan telapak tangannya dan sesekali diselipkannya ujung jari tengah tangan Roni ke lubang di antara celahnya. Disentuh sedemikian rupa oleh tangan Roni, terlebih ketika jari tengah teman sekolahku itu menyentuh kelentitnya, mulut ibu mulai mendesis dan melenguh.

Roni tak hanya menggunakan tangan untuk menyentuhnya tetapi mulai menggunakan lidahnya untuk menjilat dan mengkilik lubang kenikmatannya, maka desahan yang keluar berubah menjadi erangan. Bahkan tubuh ibuku terlihat menggelinjang dan tergetar ketika Roni mengecupi dan menghisapi kelentit ibuku. “Aauuw.. oh.. oh.. Ron kamu apakan memek tante. Ssshh.. sshh oh enak banget Ron. Ya.. ya ahh enak banget Ron, terus sayang ya terus aahhh ,” erangnya menahan nikmat.

Suara yang keluar dari mulut ibuku, bukannya membuat Roni menghentikan aksinya. Tetapi malah memberinya semangat untuk membuat aksi jilatan dan hisapan dengan mulutnya lebih efektif. Lidahnya makin dalam dijulurkan ke dalam lubang kemaluan itu dan hisapannya pada kelentit ibu dilakukannya dengan lebih keras dan gemas. Hingga tubuh ibuku berkali-kali meronta namun terlihat sangat menikmatinya.

Puncaknya, Roni tak hanya menjilati lubang memek ibuku. Lidahnya yang kuyakin telah terlatih untuk menjilati lubang kemaluan Bik Nah, wanita yang bekerja sebagai pembantu di rumahnya yang sering diceritakannya, mulai mencari sasaran lain. Itu kuketahui karena setelah ia meremas-remas pantat besar ibuku dan membukanya hingga lubang anusnya terlihat, lidahnya kembali dijulurkan dan diarahkan ke sana. Dan tanpa rasa jijik sedikitpun ia mulai menyapu-nyapukan lidahnya di lubang anus yang berwarna senada dengan memek ibu yang coklat kehitaman.

Tidak hanya menyapu dan menjilat, lidah Roni pun dicolokkan bagian ujungnya seolah berusaha menerobos ke bagian dalam lubang anus itu. Diperlakukan seperti itu ibu memekik keras menahan nikmat. “Iiiihhhh diapakan lagi tante Ron. Oh.. oh.. sshh… aahh enak banget Ron. Kamu pintar banget sayang. Tante nggak pernah merasakan yang seperti ini,” ungkapnya terbata di sela-sela rintihan dan lenguhan yang keluar dari mulut ibuku.

Mungkin karena sudah tak tahan menahan gairah yang kian memuncak, ibu akhirnya menggeser tubuh. Melepaskan pantatnya dari mulut Roni yang terus mencengkeram menyerang anusnya dengan jilatan lidahnya. Tadinya ibu bermaksud melakukan serangan balik yakni mengerjai kontol Roni dengan mulutnya. Namun Roni memaksa ingin tetap dapat mengerjai bagian bawah tubuh ibu. Hingga akhirnya disepakati untuk melakukan posisi 69 yang memungkinkan keduanya dapat menjilat dan menghisap bagian paling peka milik keduanya.

Dengan posisi merangkak di atas tubuh Roni yang telentang, ibu memulai aksinya dengan melakukan sapuan dan jilatan pada kepala penis Roni yang tegak mengacung. Lalu, dikulum dan dimasukkannya batang penis Roni ke dalam mulutnya sambil dihisap-hisapnya. Perlakuan serupa dilakukan ibu pada kedua biji pelir kemaluan Roni. Maka kini Roni dibuatnya seperti cacing kepanasan. Tubuh Roni terlihat mengejang. Ia juga mengerang melampiaskan rasa nikmat yang diterimanya dengan meremasi bongkahan pantat besar ibuku.

Menikmati adegan panas yang dilakukan ibu dan Roni dari tempatku mengintip, tanpa sadar aku mengeluarkan sendiri kontolku yang juga telah tegak mengacung dan mulai meremasinya sendiri. Nafasku memburu menahan gairah yang kian membakar. Ah, kapan aku bisa menyentuh dan menikmati keindahan tubuh ibu seperti yang tengah dilakukan Roni saat ini, keluhku membatin. Bahkan sempat pula menyelinap dalam anganku untuk menikmati kehangatan tubuh Tante Rodiyah, ibunya Roni.

Kocokan pada penisku makin kupercepat ketika adegan di kamar ibu mendekati klimaks. Kulihat ibu telah dalam posisi berjongkok di atas pinggul Roni dan mengarahkan lubang memeknya ke tonggak kontol Roni yang tegak mengacung. Maka ketika pantat ibu diturunkan perlahan, masuk dan amblaslah batang kontol itu ke dalam kehangatan kemaluan ibuku. “Kamu diam saja Ron, kini giliran tante yang memberi kenikmatan,” kata ibu sambil mulai menaik-turunkan pinggulnya.

Tidak hanya gerakan naik turun yang dilakukan ibu di atas tubuh Roni. Sesekali, sambil membenamkan lebih dalam kontol Roni di dalam lubang memeknya, pinggul ibu memutar-mutar hingga keduanya merasakan kenikmatan yang ditimbulkan. “Ah.. sshhh oh.. oh.. memek tante enak banget seperti menghisap. Oh.. oh enak banget tante, ah.. ah punya Roni mau keluar tan, ah… oh,”

“Tahan dulu Ron jangan dikeluarkan dulu. Kita ganti posisi ya? Biar keluarnya sama-sama enak,” ujar ibu sambil merubah posisi.

Tanpa menunggu lama, setelah ibu kembali dalam posisi mengangkang, Roni yang terlihat sudah tidak mampu lagi mengontrol gairahnya langsung mengarahkan ujung kontolnya ke lubang memek ibuku. Dan entah disengaja atau karena tak mampu menahan gairah yang menggebu, Roni menurunkan pinggulnya dengan sentakan yang cukup kuat. Akibatnya, di samping batang kemaluan Roni langsung amblas terbenam, ibu jadi memekik tertahan.

“Auw .. pelan-pelan dong sayang,”

“Maaf tente. Habis Roni gemes sih sama memek tante,” kata Roni sambil terus menaik turunkan tubuhnya di atas tubuh ibuku.

Awalnya hanya perlahan. Namun ketika ibu mulai meningkahi dengan menggoyang-goyang memutar pinggulnya, hunjaman kontol Roni di memek ibuku semakin cepat. Akibatnya peluh nampak berleleran pada pasangan berlainan jenis sekaligus berbeda usia cukup jauh yang tengah melampiaskan hasratnya itu. Sesekali tangan Roni kulihat menjamah dan meremasi tetek ibuku yang terguncang-guncang. Memilin-milin putingnya dan juga menghisap dengan mulutnya.

Tenda-tanda keduanya hendak mencapai klimaks terlihat ketika gerakan Roni terlihat kian tidak terkontrol. Begitu pun ibu, goyangan pinggulnya tidak berirama lagi. Puncaknya, keduanya sama-sama memekik dan mengerang dengan tubuh mengejang. Maka jebolah pertahanan Roni, maninya tercurah menyembur di lubang nikmat memek ibuku. Sedangkan ibuku, puncak orgasmenya ditunjukkan dengan belitan kakinya ke pinggang Roni dibarengi tubuh yang mengejang hebat.

Pagi itu, setelah ibu kembali ke kamar seusai membersihkan diri di kamar mandi, sebenarnya Roni mencoba melakukan pemanasan kembali. Saat ibu berdiri di depan meja rias dan hendak memakai celana dalam, Roni mencegahnya. Ia berjongkok di depannya dan mulai mengecupi memek ibu. Bahkan salah satu kaki ibu diangkatnya dan ditempatkannya di kursi meja rias hingga memudahkannya menjilati memek ibu. Namun kendati ibu terlihat kembali terangsang oleh hisapan mulut Roni pada kelentitnya, ia menolak melanjutkannya lebih jauh.

Menurut ibu, hari ini ada rapat penting di kantornya yang tidak dapat ditinggalkan. Maka Roni terpaksa harus menahan diri untuk kembali melampiaskan gairah mudanya yang masih menggebu. Keduanya meninggalkan rumah setelah berdandan rapi. Sedangkan aku, terpaksa meneruskan onaniku yang belum tuntas sambil membayangkan hangatnya tubuh ibuku.

Bagian II

Sejak peristiwa itu, aku jadi tahu kemana perginya Roni tiap membolos sekolah tanpa mengajakku. Belakangan memang Roni sering membolos tetapi tidak memberitahu dan mengajakku. Rupanya dia punya acara asyik ngentot dengan ibuku. Tetapi yang membuatku kagum dan mengundang rasa ingin tahuku, bagaimana awal mulanya hingga ia bisa berselingkuh dengan ibuku?

Untuk bertanya langsung padanya aku tidak berani. Takut dia jadi tahu bahwa sebenarnya perbuatannya dengan ibuku telah diketahui olehku dan pertemananku dengannya jadi renggang. Lagian terus terang, kalau diberi kesempatan, aku juga ingin banget bisa bisa menikmati memek ibu. Juga ngentot dengan ibunya Roni yang bodi dan keseksiannya nyaris sama dengan ibuku jadi aku harus membina keakraban dengan Roni. Hanya untuk melangkah ke arah itu aku belum berani dan tidak punya pengalaman seperti Roni.

Belakangan, sejak mengetahui antara ibu dan Roni ada hubungan khusus, aku sering memberi kesempatan agar mereka bisa menyalurkan hasratnya secara lebih leluasa. Saat Roni main ke rumah, aku pura-pura punya acara dengan teman lain dan meninggalkan mereka. Padahal, aku malah ke rumah Roni dengan berpura-pura pada ibunya hendak menemui dia. Hingga belakangan hubunganku dengan ibunya Roni makin akrab dan aku bebas melakukan apa saja di rumahnya seperti halnya Roni di rumahku.

Seperti sore itu, di saat Roni main ke rumah, aku berpura-pura udah janjian dengan pacarku untuk menghadiri acara ulang tahun. Padahal aku langsung ke rumah Roni. “Tadi katanya ke rumah kamu Did? Padahal udah dari tadi lho,” kata ibunya Roni saat aku masuk.

Saat membukakan pintu, ibunya Roni rupanya habis mandi. Tubuhnya basah dan hanya dibungkus handuk. Tetapi, handuk yang dipakai melilit tubuhnya sangat kekecilan. Hingga di bagian bawah hanya menutup sampai ke pangkal pahanya. Sementara teteknya yang besar menggunung tampak menyembul karena handuk itu tidak mampu menutup rapat bagian itu sepenuhnya.

Seperti halnya ibuku, ibunya Roni juga berbodi tinggi besar. Pantatnya besar membusung dengan pinggul yang mengundang. Hanya, kulit Tante Rodiyah (nama ibunya Roni) agak sedikit gelap. Tetapi kesemua bagian tubuhnya benar-benar merangsang hingga membuatku terpana menatapinya. Namun anehnya, kendati tatapanku terang-terangan tertuju pada pahanya yang menyembul dan bagian lain tubuhnya yang mengundang selera, ia seperti tak menghiraukannya.

Setelah mempersilahkanku masuk dan menutup pintu, dengan santai ia membereskan koran dan majalah yang terserak di ruang tamu. Posisinya yang agak membungkuk saat melakukan aktivitasnya itu menjadikan gairahku terpacu lebih kencang. Betapa tidak, karena handuknya yang kelewat kecil, bongkahan pantat besarnya kini benar-benar terpampang di hadapanku. Juga aku bisa melihat memeknya yang mengintip di antara pangkal pahanya.

Kuyakin itu disengaja. Karena ia seperti berlama-lama dalam posisi itu kendati koran dan majalah yang dibereskan hanya sedikit. Ah ingin rasanya meremas pantat besar yang menggunung itu. Atau mengelus memeknya yang sepertinya habis bercukur. Kalau Roni, mungkin ia sudah nekad melakukan apa yang diinginkan. Tetapi aku tidak memiliki keberanian hingga hanya jakunku yang turun naik menelan ludah.

“Eh Did, kamu ada acara nggak? Kalau nggak ada acara, tolong antar tante ya. Tante harus menagih ke orang tapi tempatnya jauh dan sulit kendaraan,” ujarnya setelah semua koran dan majalah tertata rapi di tempatnya.

“Eee.. ee bi.. bisa tante. Nggak ada acara kok,” kataku agak tergagap.

“Kalau begitu tante ganti baju dulu. Oh ya kalau kamu haus ambil sendiri di kulkas, mungkin masih ada yang bisa diminum,” ujarnya sambil tersenyum. Senyum yang sangat manis namun sangat sulit kuartikan.

Satu buah teh botol dingin yang kuambil dari kulkas langsung kutenggak dari botolnya. Rupanya, tontonan gratis yang sangat menggairahkanku tadi membuat tenggorokanku jadi kering hingga teh botol dingin itu langsung tandas. Belakangan baru kusadari, ternyata Tante Rodiyah tidak menutup kembali pintu kamarnya. Dengan bertelanjang bulat, karena handuk yang melilit tubuhnya telah dilepas, dengan santai ia memilih-milih baju yang hendak dikenakan. Maka kembali suguhan mengundang itu tersaji di hadapanku.

Bukan hanya pantatnya yang besar membusung. Buah dada Tante Rodiyah juga besar namun agak menggantung. Putingnya yang berwarna coklat kehitaman, terlihat mencuat. Ah ingin banget bisa membelai dan meremasnya atau menghisapnya seperti yang dilakukan Roni pada tetek ibuku. Sebenarnya aku ingin banget melihat bentuk memek Tante Rodiyah secara jelas. Namun karena posisinya membelakangiku, aku tak dapat melihatnya. Tetapi benar seperti kata Roni, tubuh ibunya yang berambut sebahu itu masih belum kehilangan pesonanya sebagai wanita.

Setelah menemukan baju yang dicari dan berniat dipakainya, Tante Rodiyah berbalik dan memergokiku tengah menatapi tubuh telanjangnya. Tetapi sepertinya ia tidak marah. Bahkan dengan santai, ia kenakan celana dalam di hadapanku. Hanya karena merasa tidak enak dan takut dianggap terlalu kurang ajar, aku segera meninggalkannya menuju ke ruang tamu untuk menunggunya.

Ibunya Roni meski telah bergelar hajah dan setiap keluar rumah selalu membungkus rapat tubuhnya dengan busana muslimah, namun masih menjalankan usaha yang tercela. Di samping bisnisnya sebagai pedagang perhiasan berlian, ia juga meminjamkan uang dengan bunga tinggi atau rentenir. Hanya kalau di rumah, pakaiannya sangat terbuka dan tidak sungkan-sungkan memamerkan tubuh indahnya seperti yang barusan dilakukan di hadapanku.

Rumah orang yang ditagih Tante Rodiyah ternyata memang cukup jauh dan kondisi jalannya juga jelek. Untung orangnya ada dan memenuhi janjinya membayar hutang hingga Tante Rodiyah terlihat sangat senang. Saat pulang, karena sudah malam dan kondisi jalan sangat jelek, beberapa kali motorku nyaris terguling. Karena takut terjatuh, Tante Rodiyah membonceng dengan memeluk erat tubuhku.

Dengan posisi membonceng yang terlalu mepet, sepasang gunung kembar Tante Rodiyah terasa menekan punggungku. Aku jadi membayangkan bentuknya yang kulihat saat ia telanjang di rumahnya. Hal itu membuatku terangsang dan menjadikan konsentrasiku mengendarai sepeda motor agak terganggu. Bahkan nyaris menabrak pengendara sepeda yang ada di hadapanku. Untung Tante Rodiyah segera mengingatkannya.

“Did karena kamu sudah mengantar tante, tante akan memberi hadiah istimewa. Tapi kamu harus menjawab dulu pertanyaan tante dengan jujur,” kata Tante Rodiyah saat perjalanan hampir sampai rumah.

“Pertanyaan apa Tan?”

“Tadi waktu lihat tante telanjang di kamar, kamu terangsang kan?” katanya berbisik di telingaku sambil kian merapatkan tubuhnya.

Aku tak menyangka ia akan bertanya seperti itu. Aku jadi bingung buat menajawabnya. Harusnya kujawab jujur bahwa aku sudah sangat terangsang. Tetapi aku nggak berani takut salah. Sampai akhirnya, kurasakan tangan Tente Rodiyah meraba bagian depan celana dan meraba kontolku yang telah tegang mengacung. “Ini buktinya punyamu tegang dan mengeras. Pasti karena terangsang membayangkan tetek tante yang menempel di punggungmu kan?”

“I..i.. iya tan,” kataku akhirnya menyerah.

“Nah gitu dong ngaku. Makanya cepet deh bawa motornya biar cepet sampai rumah. Kalau Roni belum pulang, nanti kamu boleh lihat punya tante sepuasmu,” ujarnya lagi sambil terus mengelus kontolku.

Penawaran ibunya Roni adalah sesuatu yang paling kudambakan selama ini. Maka langsung saja kupacu kencang laju sepeda motor seperti yang diperintahkannya. Mudah-mudahan saja Roni belum pulang hingga tidak membatalkan niat Tante Rodiyah untuk memberi hadiah istimewa seperti yang dijanjikannya. Mudah-mudahan ia masih terus asyik menikmati kehangatan tubuh ibuku seperti yang pernah kulihat.

Sampai di rumah, setelah tahu Roni belum pulang, aku diminta memasukkan sepeda motor dan menutup pintu. “Setelah itu tante tunggu di kamar,” ujarnya.

Namun setelah semua perintahnya kulaksanakan, aku ragu untuk masuk ke kamar Tante Rodiyah seperti yang diperintahkannya. Tidak seperti Roni yang telah berpengalaman dengan wanita setidaknya dengan pembantu di rumahnya dan dengan ibuku, aku belum pernah melakukannya meskipun sering beronani dan membayangkan menyetubuhi ibuku maupun ibunya Roni. Hingga aku hanya duduk mencenung di ruang tamu menunggu panggilan Tante Rodiyah.

Sampai akhirnya, mungkin karena aku tak kunjung masuk ke kamarnya, Tante Rodiyah sendiri yang keluar kamar menemuiku. Hanya yang membuatku kaget, ia keluar kamar bertelanjang bulat tanpa sehelai benang menutupi tubuhnya. “Katanya suka melihat tante telanjang, kok nggak cepet masuk ke kamar tante?” katanya menghampiriku.

Ia berdiri tepat di hadapan tempatku duduk seolah ingin mempertontonkan bagian paling pribadi miliknya agar terlihat jelas olehku. Tak urung jantungku berdegup lebih kencang dan jakunku turun naik menelan ludah. Betapa tidak, tubuh telanjang Tante Rodiyah kini benar-benar terpampang di hadapanku. Diantara kedua pahanya yang membulat padat, di selangkangannya kulihat memeknya yang menggunduk. Licin tanpa rambut karena habis dicukur. Dan seperti memek ibuku, bibir luar kemaluannya yang berwarna coklat kehitaman tampak berkerut-kerut.

Seperti kebanyakan wanita seusia dengannya, perut Tante Rodiyah sedikit membuncit dan ada lipatan-lipatan di sana. Namun buah dadanya yang menggantung dengan putingnya yang menonjol nampak lebih besar ketimbang milik ibuku. Ibu temanku itu hanya tersenyum melihat ulahku yang seperti terpana menatapi bukit kemaluannya.

Entah darimana datangnya keberanian itu, tiba-tiba tanganku terulur untuk meraba memek Tante Rodiyah. Hanya sebelum berhasil menyentuh, keraguan seperti menyergap hingga nyaris kuurungkan niatku. “Ayo Did pegang saja. Kamu ingin merabanya kan? Sudah lama punya tante nggak ada yang menyentuh lho,” kata Tante Rodiyah melihat keraguanku.

Hangat, itu yang pertama kali kurasakan saat telapak tanganku akhirnya mengusap memek wanita itu. Permukaannya agak kasar, mungkin karena bulu-bulu rambutnya yang habis dicukur. Sedangkan di bagian tengah, di bagian belahannya, daging kenyal yang berkerut-kerut itu terasa lebih hangat. Aku mengelus dan mengusapnya perlahan. Ah, tak kusangka akhirnya aku dapat menjamah kemaluan Tante Rodiyah yang sudah lama kudambakan.

Sambil tetap duduk, aku terus merabai memek ibu temanku itu. Bahkan jariku mulai mencolek-colek celah diantara bibir vaginanya yang berkerut. Lebih hangat dan terasa agak basah. Sebenarnya aku ingin sekali melihat bentuk kelentitnya. Namun karena Tante Rodiyah berdiri dengan kaki agak merapat, jadi agak sulit untuk dapat melihat kelentitnya dengan leluasa. Untungnya, Tante Rodiyah langsung tanggap. Tanpa kuminta, kaki kanannya diangkat dan ditempatkan di sandaran kursi tempat aku duduk.

Dengan posisinya itu, memek ibunya Roni jadi lebih terpampang di hadapanku dalam jarak yang sangat dekat. Kini bibir kemaluannya tampak terbuka lebar. Di bagian dalam warnanya kemerah-merahan. Dan kelentitnya yang ukurannya cukup besar juga terlihat mencuat. “Pasti kamu ingin lihat itil tante kan? Ayo lihat sepuasmu Did. Atau jilati sekalian. Tante ingin merasakan jilatan lidahmu,” ujar Tante Rodiyah lagi.

Ia mengatakan itu sambil memegang kepalaku dan menekannya agar mendekati ke selangkangannya. Jadilah wajahku langsung menyentuh memeknya karena tarikan Tante Rodiyah pada kepalaku memang cukup kuat. Saat itulah, aroma yang sangat asing yang belum pernah kukenal sebelumnya membaui hidungku. Bau yang timbul dari lubang memek ibunya Roni. Bau yang aneh tapi membuatku makin terangsang.

Aku jadi ingat segala yang dilakukan Roni pada memek ibuku. Maka setelah menciumi dengan hidungku untuk menikmati baunya, bibir kemaluannya yang berkerut langsung kulahap dan kucerucupi. Bahkan seperti menari, lidahku menjalari setiap inci lubang nikmat Tante Rodiyah. Sesekali lidahku menyodok masuk sedalam yang bisa dicapai dan di kesempatan yang lain, ujung lidahku menyapu itilnya. Hasilnya, Tante Rodiyah mulai merintih perlahan. Tampaknya ia mulai merasakan kenikmatan dari tarian lidahku di lubang kemaluannya.

“Ahh… sshh … aahh enak banget Did. Terus sayang, aahh .. ya.. ya enak sayang ahhh,” suara Tante Rodiyah mulai merintih dan mendesis.

Ia juga mulai merabai dan meremasi sendiri buah dadanya. Aku jadi makin bersemangat karena yang kulakukan telah membuatnya terangsang. Itil Tente Rodiyah tidak hanya kujilat, tetapi kukecup dan kuhisap-hisap. Sementara bongkahan pantat besarnya juga kuraih dan kuremasi dengan tanganku. “Auu … enak banget itil tante kamu hisap sayang! Aahh…. sshhh ..ohh… enak banget. Kamu pinter banget Did,… ahhh ….ssshh …ahhh,” rintihanya makin menjadi.

Cukup lama aku mengobok-obok memek Tante Rodiyah dengan mulut dan lidahku. Memeknya menjadi sangat basah karena dibalur ludahku bercampur dengan cairan vaginanya yang mulai keluar. Akhirnya, mungkin karena kecapaian berdiri atau gairahnya semakin memuncak, ia memintaku untuk menghentikan jilatan dan kecupanku di liang sanggamanya. “Kalau diterusin bisa bobol deh pertahanan tante,” ujarnya sambil memintaku untuk berganti posisi.

Namun sebelumnya, ia memintaku untuk membuka semua yang masih kukenakan. Bahkan seperti tak sabar, saat aku tengah melepas bajuku ia membantu melepas ikat pinggang dan memelorotkan celana jins yang kukenakan. Termasuk celana dalamku juga dilolosinya.”Wow… kontol kamu gede banget Did! Keras lagi,” seru Tante Rodiyah saat melihat kontolku telah terbebas dari pembungkusnya.

Dibelai dan di elus-elusnya kontolko sesaat. Ia sepertinya mengagumi ukuran kontolku. Lalu ia duduk di kursi tempat aku duduk sebelumnya dengan posisi mengangkang. Kedua kakinya dibukanya lebar-lebar hingga memeknya yang membusung terpampang dengan belahan di bagian tengahnya membuka. Kelentitnya yang mencuat nampak mengintip di sela-sela bibir luar kemaluannya yang berkerut-kerut.

Tante Rodiyah yang nampaknya jadi tak sabar langsung menarikku mendekat. Dibimbing tangan wanita itu kontolku diarahkan ke lubang memeknya. “Dorong dan masukkan Did kontolmu. Ih gemes deh, punya kamu besar banget,”.

Tanpa menunggu perintahnya yang kedua kali, aku langsung menekan dan mendorong masuk kontolku ke lubang memeknya. Tapi, “Aaauuww,.. jangan kencang-kencang Did. Bisa jebol nanti memek tante,” pekik Tante Rodiyah.

Aku jadi kaget dan berusaha menarik kembali kontolku namun dicegah olehnya. “Jangan sayang, jangan ditarik. Biarkan masuk tetapi pelan-pelan saja ya,” pintanya.

Seperti yang dimintanya, batang kontolku yang baru masuk sepertiga bagian kembali kudorong masuk. Namun dorongan yang kulakukan kali ini sangat perlahan. Hasilnya, bukan cuma Tante Rodiyah yang terlihat menikmati sodokan kontolku di memeknya. Tetapi aku pun merasakan sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa. Kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kenikmatan yang sulit kulukiskan.

Terlebih ketika kontolku mulai kukeluarmasukkan ke dalam lubang nikmat itu. Ah, luar biasa nikmat. Jauh lebih enak menikmati kehangatan memek Tante Rodiyah secara langsung ketimbang hanya membayangkan dan mengocok sendiri dengan tangan. Bagian dalam dinding memek Tante Rodiyah seperti menjepit dan menghisap hingga menimbulkan kenikmatan tiada tara.

“Terus Did,.. uh… uhh… kontolmu enak banget. Gede dan marem banget. Ah iya Did, terus sogok memek Tante sayang. Ah,.. ahh… ahhhh,” Tante Rodiyah mengerang nikmat.

Mendengar erangannya, aku jadi kian bersemangat mengentotinya. Apalagi aku melakukannya sambil terus memandangi memeknya yang tengah diterobosi kontolku. Ternyata, di bibir luar kemaluan Tante Rodiyah ada sebentuk daging yang menggelambir. Saat batang penisku kudorong masuk, daging menggelambir itu ikut terdorong masuk. Namun saat aku menariknya, bagian tersebut juga ikut keluar. Melihat itu sodokan kontolku pada lubang nikmat wanita itu kian bersemangat.

“Memek Tante nggak enak ya Did? Kok dilihatin begitu?” Kata Tante Rodiyah. Rupanya ia memperhatikan ulahku.

“Eee. enak bangat Tante. Sungguh. Memek tante bisa meremas. Saya sangat suka,” ujarku tanpa berterus terang perihal bagian daging yang menggelambir dan menarik perhatianku.

“Bener Did? Kalau kamu suka, kapanpun kamu boleh entotin terus tante. Tante juga suka banget kontol kamu. Ahhh sshhh… aakkhhh… enakk bangat sayang. Ohhh terus Did, ayo sayang sogok terus. Ahhh… ahh …ah,”

Sambil terus melakukan sodokan ke liang sanggamanya, perhatianku juga tertarik pada buah dada Tante Rodiyah yang terlihat terguncang-guncang seiring dengan guncangan tubuhnya. Maka langsung saja kuremas-remas teteknya yang berukuran besar namun agak kendur itu. Sesekali kedua putingnya yang mencuat, berwarna coklat kehitaman kupilin dengan jari-jariku. Alhasil Tante Rodiyah kian kelojotan, desah nafasnya semakin berat dan erangannya semakin menjadi.

Aku menjadi keteter ketika wanita itu mulai melancarkan serangan balik dan menunjukkan kelihaiannya sebagai wanita berusia matang. Ia yang tadinya mengambil sikap pasif dan hanya menikmati setiap sogokan kontolku di memeknya, mulai menggoyangkan pinggulnya. Goyangannya seakan mengikuti irama sodokan kontolku di memeknya.

Maka yang kurasakan sungguh di luar perhitunganku. Jepitan dinding vaginanya pada kemaluanku terasa semakin menghimpit dan putarannya membuat batang kontolku serasa digerus dan dihisap. “Oohh… ohh… sshhh ..ssh ah enak bangat tante. Memek tante enak banget. Sss sa.. saya nggakk.. tahan tante. Ohh… ohhhh,”

“Tahan Did, tante juga hampir sampai. Ah enak banget… kontol kamu enak banget Did. Ah.. sshhh ahh….sshh ahh ahhh,”

Seperti yang diinginkannya, aku berusaha keras menahan jebolnya pertahananku. Namun saat goyangan pantat Tante Rodiyah kian menjadi, berputar dan meliuk-liuk lalu disusul dengan melingkarnya kedua kaki wanita itu ke pinggangku dan menariknya, akhirnya ambrol juga semua yang kutahan. Seperti air bah, air maniku memancar deras dari ujung penis mengguyur bagian dalam memek ibu temanku itu diantara rasa nikmat yang sulit kulukiskan. “Saya nggak tahan tante, ahh… ssshhh ..ahhh… ah..aakkhhhhhhh,”

Kenikmatan yang kudapat semakin berlipat ketika beberapa detik berselang, memek Tante Rodiyah berkejut-kejut menjepit, meremas dan seperti menghisap dengan keras kontolku. Rupanya, ia juga telah sampai pada puncak gairahnya. “Tante juga nyampai Did. Ahh.. sshhh… ohhh …ooohh … aakkkhhh,. Enak bangat Did,… ahhh,.. akkhhhh …..aaaakkkkhhhhhhhh,” ia merintih keras dan diakhiri dengan erangan panjang.

Tante Rodiyah menciumiku dan memeluk erat tubuhku dalam dekapan hangat tubuhnya yang bermandi keringat setelah puncak kenikmatan yang kami rasakan. “Tante sangat puas Did. Sudah lama tante tidak merasakan yang seperti ini. Kalau kamu suka, pintu rumah tante selalu terbuka kapan saja,” katanya sambil terus memeluk dan menciumiku sampai akhirnya ia mengajakku mandi bersama.

Malam itu setelah makan bersama, aku dan Tante Rodiyah mengulang beberapa kali permainan panas yang tidak sepantasnya dilakukan. Berkali-kali air maniku muncrat membasahi lubang memeknya dan membuat lemas sendi-sendiku. Namun, berkali-kali pula Tante Rpdiyah mengerang dan merintih oleh sogokan kontolku. Baru saat menjelang pagi kami sama-sama terkapar kelelahan.

Lihat Juga : CERITA NGENTOT NGESEKS DENGAN IBU KOST

Foto Cewek Pelayan Terapis Pijat Plus Plus

$
0
0

Foto Cewek Pelayan Terapis Pijat Plus Plus – Di kota-kota besar tempat terapis seperti ini sudah menjamur dimana-mana “tak gendong”. Memang ini sebagai tempat umur yang memberikan nuansa yang berbeda apabila dibandingkan dengan pijat tradisional. Dengan ada nya Pijat Terapis ini Menyediakan Cewek-cewek cantik yang bahenol apabila kita pandanggi dengan seksama.

TERAPIST AKA LIDYA
Kumpulan Foto Cewek Teraphist Cantik Pasrah Diapain Aja (WP)

                                                                56 A.K.A TIKA

                                                      A.K.A CIKU

                                                         A.K.A EVA

                                                       A.K.A KIRANA

                                                     A.K.A LIRA

                                                     A.K.A MELA

                                                             A.K.A NAYA
                                      

                                                            A.K.A LINDA

                                                            A.K.A DEWI

                                                         A.K.A ERNI

                                                                A.K.A SRI

                                                      A.K.A RESTU

                                                             A.K.A REVI

                                                        A.K.A LIDYA

                                                             AKA AMOY

                                          AKA TYARA

                                                           AKA REGINA

                                                              AKA SILVY

                                                               AKA IRMA

                                                               AKA RIRIN

                                                                 AKA SUSI

                                                                AKA TYA

                                                             AKA ELLA

                                                            A.K.A SOFIE

Cerita Mesum | Memek Sempit Gadis Smp Kimcil

$
0
0

Cerita Mesum | Memek Sempit Gadis Smp Kimcil – Pernah terpikir gak ngerasaain memek abg smp?, bagimana rasanya ngelonin tubuh putih mulus Cewek SMP perawan? Tak terbayangkan olehku begitu nikmatnya berhubungan seks dengan gadis SMP yang masih perawan dan bermeki memerah mudah yang masih sempit. Ingin tau kisahnya, simak cerita ngesex bareng anak smp hot dibawah ini:

Sekian lama aku berteman tak disangka dan diduga diapun mengutarakan maksud dan tujuannya mengajak berteman aku dahalulu karena dia ingin mengenal aku lebih jauh, Bila aku tak jawab,mungkin aku dikira sombong, setelah aku berpikir panjang dengan berbagai pertimbangan keputusan akhirnya aku pilih’Aku menerima jadi pacarnya’ singkat dan penuh malu aku kirim Sms’untuk kata ”IYA AKU MAU JADI CEWEKMU’, dia gembira bukan kepalang tentu saja orang lain aja belum tentu bisa meraih hatiku, dengan uletnya dan gigihnya akupun luluh karena aku yakin dia tulus sayang sama aku sikap-sikap yang ditunjukin kepadaku telah jadi buktnya.

Namaku Lady Gaga (nama samaran). Kata orang aku cantik, kulitku kuning, hidungku bangir, sepintas aku mirip Indo. Tinggiku 160cm, ukuran Bhku 34, cukup besar untuk seorang gadis seusiaku. Aku punya pacar, Changjo namanya. Dia kakak kelasku, kami sering ketemu di sekolah.

Changjo seorang siswa yang biasa-biasa saja, dia tidak menonjol di sekolahku. Prestasi belajarnyapun biasa saja. Aku tertarik karena dia baik padaku. Entah kebaikan yang tulus atau memang ada maunya. Dia juga mencoba mendekatiku. Di sekolah, aku tergolong populer. Banyak siswa cowok mencari perhatian padaku.

Tapi entah mengapa aku memilih Changjo. Singkatnya, aku pacaran dengan Changjo. Banyak teman-teman cewekku menyayangkannya, padahal masih ada si Anto yang bapaknya pejabat, Si Danu yang juara kelas, Si Andi yang jago basket, dan lainnya. Entah mengapa aku tidak menaruh perhatian pada mereka-mereka itu.Aku dan Changjo telah berjalan kurang lebih 6 bulan. Pacaran kami sembunyi-sembunyi, ya karena kami masih SMP jadi kami masih takut untuk pacaran secara terang-terangan. Orang tuaku sebenarnya melarangku untuk berpacaran, masih kecil katanya. Tetapi apabila cinta telah melekat, apapun jadi nikmat.

Hari Sabtu sepulang sekolah aku janjian sama Changjo. Aku mau nemanin dia ke rumah temannya. Aku bilang ke orang tua bahwa hari Sabtu aku pulang telat karena ada les tambahan. Aku berbohong. Di tasku. telah kusiapkan kaos dan celana panjang dari rumah. Sepulang sekolah, aku ke wc dan mengganti seragamku dengan baju yang kubawa dari rumah. Changjopun begitu.

Dari sekolah kami yang berada di perbatasan Jakarta Timur dan Selatan, kami naik bis kearah Cipinang, Jakarta Timur, rumah teman Changjo. Sesampai disana, aku diperkenalkan dengan teman Changjo, Agus namanya. Rumahnya sepi, karena orang tua Agus sedang ke luar kota. Agus juga bersama pacarnya, Adilla.

Pembantunya pun pulang kampung, sesekali kakak Agus yang telah menikah, datang ke rumah sekalian menengok Agus dan membawakannya makanan. Kakaknya hari ini sudah datang tadi pagi dan akan datang lagi besok, demikian kataAgus. Jadi hanya kami berempat di rumah itu. Kami ngobrol bersama ngalor ngidul.

Tak lama kemudian, Agus dan Changjo pergi ke dapur dan menyiapkan minuman untuk kami. Aku ngobrol dengan Adilla. Dari Adilla, aku tahu bahwa Agus telah berhubungan selama kurang lebih 1 tahun. Keduanya satu sekolah, juga di SMP hanya berlainan dengan sekolahku. Memek Gadis Smp Perawan

10 menit kemudian, Agus dan Changjo kembali dengan membawa 4 gelas sirup dan dua toples makanan kecil. Setelah memberikan minuman dan makanan itu, Agus berdiri dan memutar VCD.Film baru katanya. Aku enggak ngerti, aku pikir film bioskop biasa. Agus menyilakan kami minum. Aku minum sirup yang diberikannya. 10 menit berlalu, kepalaku pusing sekali, bersamaan dengan itu ada rasa aneh menyelimuti tubuhku.

Rasa..hangat merinding di tv tampak adegan seorang wanita bule yang sedang dientot oleh 2 laki-laki, satu negro dan satu lagi bule juga. Aku berniat untuk pulang, tetapi entah mengapa dorongan hatiku untuk tetap menyaksikan film itu. Mungkin karena aku baru pertama kali ini nonton blue film. Badanku makin enggak karuan rasanya kepalaku serasa berat dan ah rangsangan di badanku semakin menggila.

Aku lihat Agus dan Adilla sudah saling melepaskan baju mereka telanjang bulat di hadapan aku dan Changjo.Mereka saling berpelukan, berpagutan tampak Agus menciumi tetek Adilla yang mungil Agus lalu mengisep-isep pentilnya tampaknya keduanya sudah sering melakukannya . Mereka tampak tidak canggung lagi Adilla mengisep-isep peler Agus persis seperti kejadian di film blue itu . Adilla juga sepertinya telah terbiasa Kontol Agus bak permen, diisep, dikulum oleh Adilla Changjo merapatkan tubuhnya kepadaku.

“Rim .kamu sayang aku enggak?”tanyanya padaku. “Eh..emang kenapa, Din ?”kataku kaget karena aku masih asyik menyaksikan Agus dan Adilla “Aku pengen kayak gitu .”kata Agus sambil menunjuk pada Agus dan Adilla yang semakin hot. Tampak Agus mulai menindih Adilla, dan memasukkan batang kontolnya ke nonok Adilla. Dengan diikuti teriakan kecil Adilla, batang kontol itu masuk seluruhnya ke nonok Adilla. Gairahku melonjak-lonjak entah kenapa?Seluruh badanku merinding .”Lady?”kata Changjo lagi. “Eh enggak ah enggak mau malu .”kataku. “Malu sama siapa?”kata Changjo.

Tangannya mulai merayapi dadaku. Kutepis pelan tangannya. “Malu sama Agus dan Adilla tuh “kataku. “Ah mereka aja cuek ayo dong Lady aku sudah enggak tahan nih “kata Changjo. “Ah..jangan ah “kataku. Gairahku makin tidak keruan mendengar erangan dan rintihan Agus dan Adilla. Tak terasa tangan Changjo mulai membuka kancing bajuku. Entah kenapa aku membiarkannya sehingga bajuku terbuka. Aku hanya mengenakan BH dan celanapanjang jeans.

Adegan di TV makin hot tampak sekarang seorang wanita asia di entot tiga orang bule dua orang memasukkan kontolnya ke memek dan pantatnya sedangkan yang satunya kontolnya lagi diisep oleh si wanita. Keempatnya terlihat sedang merasakan kenikmatan Tangan Changjo mulai merayapi dan meremas-remas buah dadaku yang masih kencang dan belum pernah disentuh oleh siapapun. Aku menggelinjang, geli nikmat ah..baru pertama kali aku merasakan ini. ”Buka Bhnya, ya sayang “pinta Changjo. Aku mengangguk, aku jadi inginmerasakan lebih nikmat lagi Dengan cekatan Changjo membuka Bhku.. aku sekarang benar-benar telanjang dada.

Changjo mengisepi pentilku memencet-memencet buah dadaku yang masih kenyal dan bagus “Tetekmu enak bener, sayang belum pernah ada yang pegang yaa”kata Changjo sambil terus meremas tetekku dan mengisepi pentilku “Belum Din ahhh enak Din terus terus..jangan berhenti .”kataku. Kenikmatan itu baru kali ini aku rasakan. Kulirik Agus dan Adilla, mereka sekarang bermain doggy style.

Adilla berposisi nungging dan Agus menusuknya dari belakang terdengar erangan dan eluhan mereka Gairahku makin menggila “Buka celanamu ya sayang aku udah pengen nih “pinta Changjo. “Jangan Din takut .”kataku. “Takut apa sayang?”kata Changjo. “Takut hamil “kataku. “Enggak Din, aku nanti keluarnya di luar memekmu sayang kalo hamilpun aku akan tanggung jawab, percayalah “katanya.

Aku diam saja Changjo mulai membuka ristleting celanaku, aku diamkan saja .tak lama kemudian, dia memerosotkan celanaku tampak memekku yang menggumpal dengan jembut yang lumayan tebal. Changjo pun memerosotkan celana dalamku Aku benar-benar polos bugil. Changjopun membukaseluruh bajunya, kami berdua telanjang bulat.

Tangan Changjo tetap meremas-remas tetekku Kulirik Agus dan Adilla, eh mereka bersodomi Adilla sudah biasa bersodomi rupanya kulihat kontol Agus maju mundur di pantat Adilla sedangkan tangan kiri Adilla mengucek-ucek memeknya sendiri yang sudah basah Erangan mereka terdengar makin sering .Changjo terus mengerjaiku, tangannya mulai merayapi jembutku. Salah satu jarinya dimasukkan ke nonokku”Ah..sakit, pelan-pelan, Din..”teriakku ketika jari itu memasuki nonokku.

Changjo agak sedikit mengeluarkan jari itu dan bermain di bibir kemaluanku tak lama kemudian nonokku basah . “Din, isep dong punyaku “pinta Changjo sambil menyodorkan kontolnya ke mukaku. “Ah..enggak ah “kataku menolak. “Jijik ya? Punyaku bersih kok ayo dong Adilla saja berani tuh “pinta Changjo memelas.

Dengan ragu aku pegang kontol Changjo. Baru sekali ini aku memegang punya laki-laki. Ternyata liat dan keras. Kontol Changjo sudah berdiri tegang rupanya. “Ayo dong Lady sayang “pinta Changjo lagi. Dengan ragu kumasukkan kontol itu ke mulutku, aku diamkan kontol itu sambil kurasa-rasa. Ih, kenyal “Hisap dong sayang seperti kamu makan permen “Changjo mengajariku. Pelan-pelankuisap-isap, kujilati bolong kontol itu dengan lidahku lama kelamaan aku merasa senang mengisapnya kuisep keras-keras..kusedot-sedot, kujilati .kumaju mundurkan kontol itu di dalam mulutku terdengar berulang kali erangan Changjo. “Ah ah. uuuhhh enak sayang teruskan ..” erang Changjo. Tangan Changjo terus mengucek-ucek nonokku.

Sudah tidak sakit lagi sekarang, mungkin sudah basah Aku jadi senang mengisap kontol Changjo terus kulomoh kuisap..kujilati kusedot-sedot ih..enak juga, pikirku Tiba-tiba Changjo menarik kontolnya dan mengarahkannya ke nonokku Aku pasrah, dimasukkannya kontolnya ternyata meleset, Changjo melumuri tangannya dengan ludahnya kemudian tangannya itu diusapkan ke kontolnya dan mencoba lagi memasukkan kontolnya ke liang nonokku, ketika kepalanya masuk ke nonokku, aku berteriak”Aduuh sakit Din pelan-pelan dong ” Gairah semakin meninggi .aku ingin merasakan kenikmatan lebih.

Changjo melesakkan kontolnya ke nonokku pelan kurasakan sesak nonokku ketika kepala kontol itu masuk ke dalamnya Changjo lagi menghentakkan kontolnya sehingga amblas semuanya ke dalam nonokku .”Ahhh perih Din “kataku. Changjo diam sebentar memberikan waktu kepadaku untuk menenangkan diri. “Tenang Din, sebentar lagi kamu akan terbiasa kok “katanya. Pelan-pelan Changjo mengocokkontolnya di nonokku.

Masih terasa perih sedikit kocokkan Changjo semakin kencang Aneh, perih itu sudah tidak terasa lagi, yang ada hanya rasa nikmat nikmat sekali “Terus Din Terus ahhhh ah .enak .”kataku. Sempat kulirik Agus dan Adilla masih terus bersodomi. Gimana rasanya disodomi ya, pikirku Agus semakin menggencarkan kocokkanyya Aku semakin menggelinjang .ah ternyata ngentot itu nikmat .surga dunia coba dari dulu.. kataku dalam hati .”Din ah.ah .aku aku .”entah apa yang aku ingin ucapkan. Ada sesuatu yang ingin kukeluarkan dari nonokku entah apa “Keluarkan saja sayang kamu mau keluar .”kata Changjo. “Ahh iya Din aku mau keluar ..”tak lama kemudian terasa cairan hangat dari nonokku .

Changjo terus mengocok kontolnya kuat juga pacarku ini, pikirku. “Satu nol, sayang”kata Changjo tersenyum. Changjo mencopot kontolnya, aku sedikit kecewa “Kenapa dicopot Din..”tanyaku. “Kita coba doggy style, sayang “jawabnya sambil membimbingku berposisi seperti anjing. Changjo menusukan kontolnya lagi sekarang badanku terguncang-guncang keras terdengar erangankeras dari Adilla dan Agus, mereka ternyata telah mencapai puncaknya kulihat peluh bercucuran dari kedua tubuh mereka, dan akhirnya mereka terkapar kenikmatan tampak wajah puas dari mereka berdua Aku sudah hampir tiga kali keluar Changjo tampak belum apa-apa dia terus mengocok kontolnya di memekku.

Sudah hampir ¾ jam aku dientot Changjo, tapi tampaknya Changjo belum menunjukkan akan selesai. Kuat juga aku lemes sekali lalu Changjo mencopot lagi kontolnya dan mengambil baby oil yang tersedia dekat kakinya. Aku ingat baby oil itudipakai untuk melumuri pantat Adilla ketika mau disodomi .eh apakah aku mau disodomi Changjo? “Mau ngapain Din “tanyaku penasaran .”Seperti Adilla dan Agus lakukan, Lady aku ingin menyodomimu sayang “jawabnya. Sebenarnya aku takut, tapi terdorong rasa gairahku yang melonjak-lonjak dan keingin tahuanku rasanya disodomi, maka aku mendiamkannya ketika Changjo mulai mengolesi lubang pantatku dengan baby oil.

Tak lama kemudian, kontol Changjo yang masih keras itu diarahkan ke pantatku meleset dicoba lagi kepala kontol Changjo tampak mulai merayapi lubang pantatku “Aduuuh sakit Din “kataku ketika kontol itu mulai masuk pantatku. “Tenang sayang nanti juga enggak sakit “jawab Changjo sambil melesakkan bagian kontolnya kepalanya sudah seluruhnya masuk ke pantatku “Aduuuhh sakiiiitt “kataku lagi.

“Tenang Rim, nanti enak deh..aku jadi ketagihan sekarang “kata Adilla sambil mengelus rambutku dan menenangkanku. “Kamu sudah sering disodomi, Nggi?”tanyaku. “Wah bukan sering lagi hampir tiap hari kadang aku yang minta abis enak sih udah tenang saja ayo Changjo coba lagi nanti pacarmu pasti ketagihan ayo..”kata Adilla sambil menyuruh Changjo mencoba lagi.

Changjo mendesakkan lagi kontolnya sehingga seluruhnya amblas ke pantatku. Terasa perih di pantatku .”Tuuh kan sudah masuk tuh enak kan nanti pantatmu juga terbiasa kok kayak pantatku ini enak kan jadi enggak ada hari libur, kalo lagi mens-pun tetap bisa dientot hi hihi “kata Adilla. Aku diam saja. Ternyata sakit kalo disodomi .Changjo mulai mengocok kontolnya di pantatku. “Pelan-pelan, Din masih sakit “pintaku pada Changjo.

“Iya sayang enak nih sempit”katanya. Adilla ke belakang pantatku dan mengucek-ucek nonokku dengan tangannya aku semakin menggelinjang nikmat “Adilla ah .enak “kataku. “Ayo Din, kocok terus, biar aku mengucek nonoknya, biar rasa sakit itu bercampur rasa nikmat”kata Adilla pada Changjo. Benarsekarang rasa sakit itu tidak muncul lagi hanya nikmat .”Hai sayang ini ada lobang nganggur mau pake? Boleh kan Changjo? Lubang yang satu ini dipake pacarku Agus “kata Adilla.

“Tanya Lady saja deh, aku lagi asyik nih”jawab Agus sambil terus mengocok kontolnya di pantatku. “Gimana Lady? Bolehkan? Enak lo di dobelin aku sering kok “pinta Adilla. “Ah..jangan deh “kataku.”Sudahlah Lady, kasih saja aku rela kok”kata Changjo. Tiba-tiba Agus merayap di bawahku dan menciumi tetekku. Kontolnya dipegang oleh Adilla dan diarahkan ke nonokku.

Dengan sekali hentakan, kontol itu masuk ke nonokku. “Jaang “kataku hendak berteriak jangan tetapi terlambat, kontol itu sudah masuk ke nonokku. Jadilah aku dientot dan disodomi. ½ jam Agus dan Changjo mengocok kontolku.
Aku lemes sekali baru sekali dientot sudah diduain tanganku sudah tidak kuat menopang badanku. Kakiku lemes sekali. Kenikmatan itu sendiri tidak adaduanya .aku sebenarnya jadi senang dientot berdua begini tapi mungkin kali ini kurang siap.

Aku keluar 2 kali sebelum Agus mencopot kontolnya dan memasukkan kontolnya ke mulut Adilla. Adilla menghirup peju yang keluar dari kontol Agus dengan nikmat. Kemudian Changjo melakukan hal yang sama, tadinya aku ragu untuk menghirupnya, tapi lagi-lagi rasa penarasan pada diriku membuatku ingin rasanya menikmati pejunya Changjo. Changjo memuntahkan pejunya dimulutku akupun menelannya.

Ah..rasanya asin dan agak amis setelah kontolnya bersih, Changjo mencopot kontolnya dan menciumku yang sudah KO di kasur. “TeLady kasih sayang aku puas dan sayang sama kamu “katanya lembut. Aku diam saja sambil merasakan kenikmatan yang baru pertama kali aku rasakan. Badanku lemes sekali Kulihat di seprai ada bercak merah..darah keperawananku dan mungkin bercampur dengan sedikit darah dari pantatku yang mungkin juga sobek karena dirasuki kontol Changjo.

Aku mencoba duduk, ah masih terasa sakit di kedua lubangku itu, lalu aku menangis di pelukan Changjo .”Din, aku sudah enggak perawan lagi sekarang jangan tinggalkan aku yaa .”kataku pada Changjo. Kulihat Adilla dan Agus sudah tidur berpelukan dalam keadaan telanjang bulat.
“Iya sayang aku makin cinta sama kamu aku janji enggak akan meninggalkanmu tapi kamu harus janji yaa “katanya. “Bener Din? Kamu enggak ninggalin aku? Tapi janji apa ?”kataku balik bertanya. “Janji, kita akan mengulangi ini lagi aku bener-bener ketagihan sekarang sama nonokmu dan juga pantatmu, sayang “kata Changjo sambil mengelus rambutku. Aku diam saja, aku juga ingin lagi..aku juga ketagihan kataku dalam hati. “Janji ya sayang “katanya lagi mendesakku.

Aku hanya mengangguk. “Sudah jangan nangis sekarang kamu mau langsung pulang atau mau istirahat dulu?”tawar Changjo. Aku pilih istirahat dulu lalu akupun tertidur berpelukan dengan Changjo. Hari ini baru pertama kali aku berkenalan dengan sex. Ternyata enak dan nikmat. Catatan, lady gaga serta Changjo disini bukan mamamonster hanya nama samaran saja.

Lihat Juga : Cerita Mesum Adik Dapat, Kakak Juga Dapat

Cerita Dewasa Cairan Hangat Mengalir Dalam Vaginaku

$
0
0

Cerita Dewasa Cairan Hangat Mengalir Dalam Vaginaku – Cerita Sex, Cerita Mesum, Cerita Ngentot, Cerita Bokep, Foto Bugil, Foto Telanjang. Aku sebut saja andre,seorang mahasiswa di daerah bandung,punya tampang playboy kelas kakap,dengan senjata yang bikin para perawan bertekuk lutut. hahaha

suatu malam aq bermimpi bertemu dengan seorang gadis semampai,cantik like bidadari.dengan body yang aduhay…….dan yang bikin aq terus berfikir untuk memekirkannya latar tampat mimpi aq itu ada di kampus aq sendiri.
semenjak itu aq berfikir apakah aq akan bertemu dengan seorang gadis di kampusku…..

2 hari kemudian, aktifitas di kampusku mulai berjalan,ya seperti biasa tak ada hal baru yang membuat hariku menjadi lebih indah…..
suatu ketika aq mampir di kantin “gaul” untuk kongkow bareng temen2 aq.
di sela sela pembicaraan temen2 aq,ada salah satu di antaranya yang membicarakan seorang gadis cantik.

namanya erna,orang bandung asli,katanya sich cantik n sexy.but aq ga percaya sampe ngeliat sendiri.
keesokan harinya,saat jam kuliah usai…aq ngeliat seorang gadis yang cantik sedang duduk dengan raut muka bersedih,….
dengan so akrab aq samperin aja tuh cw….

aq ” hai….sorry klo ganggu,tapi kenapa kok kamu sedih”
dia “………nda papa kok”
aq ” boleh aq temenin…kmu bisa cerita kok ama aq”
walaupun dia ga jawab aq tetep memaksakan diri untuk berada di sampingnya….
hingga akhirnya dia mau berbicara semuanya ama aq.

dan ternyata setelah tau permasalahannya dia diputusin ama cowonya 5 menit yang lalu,and namanya itu adalah erna.memang bener dia cantik tinggi semampai kulit putih and body aduhai,di bagian dada nya ada 2 gunung kembar yang menjulang yang sangat menantang untuk di telusuri para pendaki “gunung putri”.

akhirnya aq anterin dia pulang”kasian”…ternyata di rumahnya sepi,dia tinggal bersama om dan tantenya,kedua orang tua nya kerja di jakarta.
ga lama setelah kita sampe ada sms masuk yang isinya itu kalo om dan tantenya baru pulang jam 11,karena ada acara keluarga.

akhirnya aq mutusin wat nemenin dia ampe keluarganya pulang.
erna ” kamu mau minum apa?kopi,teh ato apa?”
aq “su…su…(jawaban yang ngelantur cz erna cuman pake tanktop putih yang tipis n dia make bra warna hitam,so jelas banget di mata gw)”
erna” dengan aga aneh dia mengiakan perminta an aq”
erna” coklat ato putih”jawab erna lagi

aq”putih…..(berhubung masih melototin dada erna)”
erna “ih………kamu nakal yah…kok jawaban sambil ngeliat ini(sambil nunjuk ke arah payudaranya)
aq cuman bisa cengar cengir aja….tapi beneran kok aq mau susu…hehehe
10 menit dia bikin minum n sapa di sangka dia udah berganti baju lagi dengan menggunakan daster…wow….seksi banget

dia duduk di sofa di samping aq…sambil liat acara tv yang ya…lumayan seru..
aq”oy er,kamu belum cerita knp kamu di putusin ama co kamu”
pertanya aan itu tak di sangka langsung membuatnya bersandar di pudakku sambil menangis…..
lah aq kan panik……tapi dia tetap menjawab….dia bilang “aq di putusin gara-gara cowo aq kecewa,cz sikapnya itu nunjukin kalo dia itu selalu kecewa saat kita melakukan “itu tuh”

“apa an itu tuh”pura – pura ga tau
“ya….sewaktu kita ciuman…n aq belum berpengalaman soal hmm……oral sex and yang laennya”jawab erna malu – malu
“masa sich…..aq ga percaya klo cara ciuman kamu buruk”…jawab aq menantang erna..
namun tiba-tiba huf…..mmmmm…..dia langsung mencium bibir aq….hmmmm…..
ouch….kalo itu biasa aja erna…jawab aq sambil melepaskan ciumannya..
“emang yang ga biasa gmn”tanya erna….

“gini nich….hmmm….hm.mmm…lidah aq mulai bermain dengan leluasa di mulut erna,sementara erna hanya menikmatinya dan hmmmmm…..ammmm….mulai sedikit mendesah….
“mau lebih enak lagi ga erna”…..tanya aq di sela sela mulut erna,
erna hanya mengangguk….
di lanjutkan grilya tangan aq lewat bawah dasternya….dan mulai meraba dua gunung kembarnya…dan memaikan puting nya..

and….ouchhhh….sttt…..ah…….erna mulai mendesah…ouch….
itu baru tangan kiri yang main er,mau lebih dasyat lagi….
erna hanya mengangguk lemah….
tangan kanan aq mulai meraba masuk kedalam cd nya,ternyata permukaan vagina erna sudah mulai basah karena mungkin hasratnya mulai meninggi….

jari jari aq mulai melakukan pijitan pijitan erotis di sekitar vagina dan klitorisnya…dan…ahhhkhhh…….ouchhhhhh…… .stttttt……..erna hanya mendesah dan mulai semakin basah….

aq berbisik,er…batang penis aq udah keras nich…mau lepas…tak lama erna menurunkan semua celana yang menutupi dan dia melepas semua pakaiannya…dan akhirnya kita berdua telanjang bulat di sofa….erna sudah tak tahan dan slupppp……..penisku masuk kedalam mulut erna…hmmmm ouchhh…..ahk….nikmatnya sedotan erna…sambil memainkan penisku di mulutnya..erna memainkan kedua buah zakar ku…ouchhh….akh…nikmatnya…

batang penisku mulai semakin mengeras….
er..udah ga tahan nich…
sama aq juga…masukin aja dre udah ga nahan…
bener aja…..vaginanya sudah licin,dan penisku tanpa kesusahan masuk kedalam vagina erna yang masih sangat sempit sekali….
er kamu msh perawan…?
dia sekali lagi hanya mengangguk….

dan blesss……….ouchhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh….. ..penisku masuk semua kedalam vagina erna yang sudah basah…
dan mulai menggenjotnya…
ouch….ahkh…..sttt…hmmm hanya itu yang yang keluar dari mulut erna…
plok…plok….dan hanya itu yang keluar dari mulut vagina erna…

Setelah kurang lebih 45 menit …kamu bersenggama dan melakukan banyak gaya….er..aq dah ga tahan nich….sa………plurr……..erna klimak…dan berhubung sudah klimaks…aq juga..crot….crot……akh…..cairan hangat mengalir dalam vagina erna….kami pun tergulai lemas…

Lihat Juga : Cerita Dewasa Birahi Sepupu Istriku Yang Cantik


Cerita Sex Istriku di Tukar dengan Istri Bos

$
0
0

Cerita Sex Istriku di Tukar dengan Istri Bos – Suatu sore di bulan April 2000, aku dipanggil “Big Boss”, Pak Gun, seorang duda berumur 55 tahun, yang sebentar lagi melangsungkan pernikahannya yang kedua dengan Bu Enny mungkin sekitar umur 40-an, setengah tua tapi kencang. Dengan penuh tanda tanya di benakku, aku masuk ke kantornya saat semua orang sudah pulang, maklum jam sudah menunjukkan 18:30 sore.

“Silahkan masuk!” sapanya ramah dari balik mejanya setelah melihat kehadiranku.
“Terima kasih Pak,” jawabku.
Setelah basa basi sejenak akhirnya Pak Gun mulai menuju poin pembicaraan.
“Pak Hendra, mungkin anda masih ingat mengenai kasus di Proyek A dimana anda adalah orang yang bertanggung jawab untuk itu,” katanya dengan santainya.
Serasa petir menyambar di kepalaku. Kasus itu sudah terjadi setahun yang lalu ketika aku masih di kantor cabang Surabaya dan memang kasusnya tidak pernah dinyatakan close atau masih open alias menggantung.
“Ya Pak!” jawabku lemas, karena bayangan di kepalaku hanya satu yaitu pemecatan dengan tidak hormat, meskipun semua orang tahu bahwa itu bukan kesalahanku, tetapi kesalahan orang sebelum aku yang sudah kupecat, tapi permasalahannya tetap who is responsible at this project.

“Kamu tahu kan sangsinya sesuai aturan perusahaan!” lanjutnya.
“Iii.. ya Pak,” jawabku seakan tersekat di tenggorokan, membayangkan resiko yang akan menimpa aku dan keluargaku.
“So what’s your plan,” desaknya.
“Saya sudah clarify dengan Internal Audit mengenai hal itu, dan semua keputusan kembali ke Bapak, jadi saya menunggu guidance dari Bapak,” jawabku lirih sambil melihat ujung sepatuku.
“Apa kamu masih ingin bekerja terus disini, terutama di posisimu yang sekarang ini?” tanyanya selidik.
“Tentu Pak, saya masih ingin berkarir di perusahaan ini selama diberi kesempatan.”
“Kalau kamu aku berikan second chance, apa yang akan kamu berikan padaku?” tanyanya.
“Maksud Bapak?” tanyaku balik tidak mengerti.
“Apa imbalannya kalau kasus ini aku nyatakan close dan anda bersih.”
“Terserah Bapak, saya ikuti semua permintaan atau petunjuk dari Bapak,” kataku setengah bingung.

“Semua?”
“Ya semua, saya akan berusaha penuhi semua permintaan bapak sejauh saya mampu.”
“Ha.. ha.. ha.. ha..” tawanya, membuat aku semakin tidak tahu arahnya.
“Oke Pak Hendra, aku pegang kata-katamu, kamu kan tahu sebentar lagi aku akan married dengan Bu Enny, dan aku minta special gift dari kamu secara pribadi the best gift you ever had,” pintanya.
“Apa itu Pak, kalau boleh saya tahu, biar tidak salah pengertian,” tanyaku masih kebingungan.”Pak Hendra, you’re a lucky guy, you have beautiful and sexy wife, dia sangat attractive lady terutama kalau pakai baju pesta, aku tahu itu saat perkimpoian si Erwin (anaknya) tempo hari, it make me can not forget about her performance,” jelasnya.
“Maksud Bapak?” tanyaku makin kebingungan.
“Mungkin saya bukan a good boss, tapi sebagai seorang laki-laki yang normal, wajar dong kalau saya ber-fantasy dengan wanita cantik,” lanjutnya.
“Terus..?” tanyaku lagi.
“Oke, to the point saja, saya ingin ditemani istrimu semalam sebagai hadiah ulang tahun dan kompensasi bahwa kasus ini close,” katanya tajam sambil menatap ke arahku.
Bagai disambar geledek, aku tidak bisa bekata apa-apa, situasi serba sulit.

Kehidupan keluargaku cukup harmonis meskipun sesekali aku atau istriku melakukan extramarital tapi itu just for fun dan tanpa beban seperti ini. “Pak Hendra, permintaanku tidak perlu kamu jawab sekarang, tapi bicarakan lagi dengan istrimu dan ingat janjimu tadi serta kelangsungan karirmu di sini, aku tunggu jawabanmu sebelum pesta perkimpoian nanti,” katanya melihat kebisuanku. Aku tinggalkan kantor dengan perasaan tidak karuan, anehnya perasaan horny merayap di benakku, secara pribadi tidak keberatan menyerahkan my beautiful wife pada Boss tapi bagaimana tanggapan istriku nanti.

Sesampai di rumah, sambil santai dan deg-degan, kusampaikan masalahku dan akhirnya sampai pada permintaan Pak Gun.
“Dasar Boss gila dan tak tahu diri,” katanya.
Setelah kami diam beberapa saat, akhirnya dia menyerahkan masalah ini padaku.
“Kalau ini baik bagi Mas dan kita berdua, aku nggak keberatan kok, lagian kita juga pernah melakukannya, meskipun dalam konteks yang berbeda.”
Plong rasanya mendengar kata-katanya.
“Tapi dengan syarat yang akan aku akan bicarakan langsung dengan Pak Gun nanti kalau waktunya tiba, jangan kuatir Mas, I still love you, this is for ours,” katanya manja.
Waktu terus berlalu sejak pembicaraan dengan Pak Gun, dan pesta perkimpoian tinggal seminggu lagi, hingga akhirnya Pak Gun mengingatkanku mengenai tawaran itu.
“Saya sudah bicara dengan istriku dan dia ingin bicara langsung dengan Bapak kalau Bapak tidak keberatan,” jawabku melalui HP.
“Oh tentu tidak, bicara dengan wanita secantik dan seseksi istri anda merupakan kehormatan bagiku, I’m waiting for her call,” katanya sambil menutup pembicaraan.
Segera aku hubungi istriku untuk menelepon Pak Gun siang ini.

Sore hari aku diminta menghadap ke ruangan Pak Gun.
“Pak Hendra, istri anda ternyata benar-benar seorang penggoda, makin besar keinginanku untuk terhadap dia,” katanya setelah kami berdua duduk di sofa ruangan direksi.
“Istriku sudah menghubungi Bapak?”
“Ya tadi siang, dan dia minta syarat yaitu dia mau menemani semalam tapi sebelum aku bulan madu dengan Bu Enny,” katanya sambil mengambilkan orange juice dari lemari es.
“Istrimu minta pada saat wedding party dia mau melayani disela-sela acara, di honeymoon suite dan dia minta kalau kamu berminat ikut serta di kamar itu, sebagai hukuman katanya, dan kalau kamu mau, kamu boleh join dengan aku malakukannya secara bersama sama. Karena saat itu waktunya pasti mepet, dia mau malakukan lagi besoknya at any time dengan syarat aku belum melakukan dengan Bu Enny, dan kamu boleh join terserah kamu, it’s horniest idea I ever heard,” jelasnya antusias.

“Terus menurut Bapak gimana? apa aku harus join?” komentarku.
“Aku setujui permintaannya, karena acaranya standing party, I have many chance to disappear dari party just for quicky dan aku minta dia stand by di kamar at any time,” jelasnya.
“Asal kamu tahu, aku sudah reserve 2 suite at same floor, satu untuk pengantin dan satunya untuk aku dan istrimu, setelah para tamu pulang istrimu stand by di kamar, kamu bisa pakai juga untuk honeymoon lagi, tapi harus ready any time for my visit, Anytime!” tegasnya.
Aku cuma bisa mengiyakan rencana mereka berdua.

Hari perkimpoian tiba, sesuai rencana kami berangkat lebih awal, dari undangan jam 7:00 kami sudah tiba di Hotel Shangrila jam 3 sore, dan langsung menuju ke suite yang sudah disiapkan untuk istriku, barangkali Pak Gun mampir sebelum acara dimulai. Sementara istriku menyiapkan diri di kamar, aku turun ke lobby, jam 6 sore para undangan dan keluarga sudah kelihatan berdatangan. Aku naik ke atas untuk memberitahu istriku supaya bersiap ke acara.

Kupencet bell kamar suite, cukup lama aku menunggu sebelum pintu dibuka oleh istriku yang cuma berbalut handuk. Diluar perkiraanku ternyata Pak Gun sudah di dalam kamar, beliau duduk di sofa kamar tidur masih memakai baju putih lengkap dengan dasi kupu-kupunya, sementara bawahnya cuma ditutupi handuk putih sama dengan yang dipakai istriku.

“Sorry Pak, aku nggak sabar menunggu sampai nanti malam, jadi iseng aku mampir kemari sambil menunggu Bu Ennie di-make up di kamar pengantin,” sapanya.
“Eh anu nggak apa kok, lagian kita sudah perkirakan, udah lama Pak?” tanyaku setelah bisa menguasai diri.
“Tepat setelah kamu keluar kamar ini, aku coba HP ternyata nggak kamu bawa, jadi aku mulai saja, any problem?” jawabnya santai.
“No sir, it’s okey for me, go head,” jawabku, berarti sudah lebih 30 menit dia di kamar berdua dengan istriku, entah apa yang sudah dilakukan terhadap istriku yang cantik ini.

Istriku kemudian duduk di sebelah Pak Gun, aku mengambil tempat di sofa satunya sambil melihat mereka berdua. “Mari sini sayang kita lanjutkan permainan yang terputus,” kata Pak Gun. Dengan sekali tarik, terlepaslah handuk yang membalut tubuh istriku, kini dia dalam keadaan telanjang di hadapan Pak Gun, terlihat begitu kontras antara mereka berdua, Lily, istriku yang cantik, 29 tahun, tinggi 167 cm dan ukuran dada 34B sedang berpelukan dengan Pak Gun, Boss-ku yang berumur sekitar 55 tahun, dengan rambut putihnya, meskipun sudah dibilang berumur ternyata postur tubuhnya masih atletis, maklum sebagai ex tentara dia pasti masih menjaga kebugaran tuguhnya.

Pak Gun dengan segera mencium buah dadanya yang kenyal kebanggaanku dari satu ke satunya, dijilatinya dan sesekali disedot dan dipermainkan putingnya dengan lidahnya, Lily cuma bisa menggelinjang keenakan sambil tangannya mulai meraba mencari pinggiran handuk yang dipakai Pak Gun dan menariknya sehingga terlepas. Terlihat batang kemaluan Pak Gun menegak ke atas, memang tidak sebesar punyaku tapi cukup hebat untuk ukuran seusia beliau. Istriku tak mau melepaskan pegangannya di kemaluan Pak Gun, dikocoknya dan sesekali di putar-putar seperti mainan anak kecil. “Kita lanjutkan yang tadi ya Pak,” bisiknya manja.

Tanpa menunggu jawaban dari Pak Gun, dia berdiri di atas sofa, dikangkanginya Pak Gun, Boss-ku, dia mengarahkan selangkangannya di muka Pak Gun sementara beliau mengadah menunggu kedatangannya dengan mulut terbuka dan lidah menjulur keluar. Unbelievable, Pak Gun yang selama ini dihormati dan disegani orang sekantor sekarang sedang di antara selangkangan istriku sambil menjilati vaginanya seperti orang kehausan. Sesaat kulihat istriku melirik ke arahku sambil tersenyum penuh arti, sementara tanganku mulai memijit-mijit kemaluanku yang masih tertahan di dalam celana.

Tubuh istriku mulai turun-naik di atas wajah Pak Gun seirama dengan gerakan lidah beliau, disapunya seluruh wajah Pak Gun, sementara tangan Pak Gun meremas payudara dan pantat istriku.”Shit, you’re damned old man, I like your lick, yess terus yaa..” teriak istriku, cukup mengejutkan, tidak ada satu orang pun berani berkata begitu kasar pada beliau, tapi kelihatan beliau oke-oke saja.

Aku sudah tak tahan, kukeluarkan kemaluanku dari celana sehingga sekarang aku bebas memegangi, tapi istriku tahu hal itu.
“Mas Hend, this is not for you, you have no turn for this time, It’s Boss only, jangan macam-macam!” ancam istriku, dan aku menurut saja sambil terdiam.
Istriku kemudian duduk di sofa, kakinya dipentangkan lebar dan lututnya ditekuk.
“Kiss my ass and lick my pussy, you like it don’t you, let my husband watch his boss doing to his beutiful wife,” dia berkata ke Pak Gun.
Pak Gun segera berlutut di depannya dan mulai menjilati vagina istriku lagi.

“It smell good, yess I like your pussy,” kata Pak Gun terus menjilat sambil memasukkan jari tangannya ke lubang vagina istriku, mulanya satu kemudian dua dan akhirnya tiga. Dikocoknya vagina istriku dengan jarinya sementara lidahnya menjilati daerah vagina dan sekitarnya hingga ke anus.
“Ohh yess I like it, yess terus Pak..!” desah istriku, sambil mengangkat kakinya tinggi ke atas, kemudian ditumpangkannya ke pundak dan akhirnya kaki mulus itu berpijak ke kepala dan bahu Pak Gun, Boss-ku.

Pak Gun bangkit dan mengatur posisi kemaluannya di depan vagina istriku, hanya berjarak satu inchi lagi dari bibir vaginanya, tiba tiba istriku bangkit dan mendorong tubuh Pak Gun hingga beliau terdorong ke belakang.
“I will not let you fuck me unless you promise that you will not fuck her tonight and also tomorrow, this two days you’re mine, deal? otherwise no more other session after this,” ancam istriku kepada Pak Gun, my Boss.

Ditariknya istriku ke pelukannya tapi istriku menolak dan tetap duduk di sofa hingga Pak Gun kembali berlutut di depannya. “I’ll do it whatever you request as long I can fuck you,” jawabnya, dan tanpa menunggu lebih lanjut segera dipeluknya istriku dan tangannya mulai mengarahkan kemaluannya ke vagina istriku, diusapnya bibir vaginanya dengan kepala kemaluan dan “Bless..” Tanpa kondom, dengan sekali dorong masuklah kemaluannya ke dalam vagina istriku yang sudah mulai basah, dia tidak pernah mengijinkan orang lain bercinta dengannya tanpa kondom, tapi ini mungkin lain bagi dia. “Kamu akan membayangkan betapa asyiknya bercinta denganku saat kamu berbulan madu,” bisik istriku. Setelah semua masuk ke vagina istriku, Pak Gun perlahan mulai menggoyang tubuhnya keluar masuk dan istriku mengimbanginya. Gerakan demi gerakan menambah erotic berdua, sementara tanganku sudah mulai ikut mengocok kemaluanku, semakin cepat Pak Gun mengocok istriku semakin cepat pula tanganku mengocok kemaluanku.

“Aaah aku keluar..” teriak Pak Gun. Istriku segera mendorong tubuh Pak Gun menjauh dan memintanya berdiri, sementara dia jongkok di depan Pak Gun, tepat semprotan Pak Gun keluar ke arah muka dan tubuhnya, kemudian istriku menjilati kemaluan Pak Gun yang masih belepotan sperma, dikocoknya kemaluan itu dengan mulutnya hingga bersih. “Aaahh stop udah.. udah, cukup!” teriak Pak Gun kegelian, sambil menarik kepala istriku menjauh. Kemudian mereka berdua duduk di sofa dengan lemasnya.
“You have incredible wife, I will not let her free tonight,” kemudian dia berdiri mengambil celananya yang tergeletak di ranjang.
“Jangan pakai celana dalam dan jangan coba-coba untuk mencucinya!” kata istriku.

Aku berdiri dan keluar melihat suasana di luar, setelah yakin aman baru mempersilakan Pak Gun keluar. Sekali lagi french kiss sambil meremas payudara istriku yang kesekian kalinya.”I’ll be here, please be ready on my sign,” kata beliau, kemudian keluar menuju kamar pengantin. Mereka melakukan tak lebih dari 20 menit tetapi rasanya seperti lebih dari satu jam, kemudian istriku masuk ke kamar mandi. Sebenarnya aku ingin minta ke istriku sekedar quicky tapi dia menolak dan mengunci pintu kamar mandi. Beberapa menit kemudian dia sudah keluar kamar mandi dengan memakai gaun malam yang berbeda dari yang dibawa tadi, berbelahan dada rendah sehingga tidak memungkinkan dia memakai bra dan punggung terbuka memperlihatkan punggungnya yang putih mulus, sementara belahan pahanya cukup tinggi mungkin legih dari sejengkal di atas lutut. Dengan pakaian ini dia terlihat sangat seksi apalagi ditunjang postur tubuhnya yang tinggi semampai.

Tepat pukul 7:00 kami sudah di party hall, sudah banyak pengunjung yang datang, dari kalangan bisnis dan expatriate, sementara sang mempelai sendiri belum turun ke ruangan. Kami kemudian berkeliling bersosialisasi dengan undangan lainnya baik dari kantor maupun dari luar. Sekitar 7:30 sang mempelai masuk ke party hall, diiringi oleh sanak keluarga dan anak-anaknya, Pak Gun terlihat begitu anggun dan berwibawa, sama sekali bertolak belakang dengan penampilan dia satu jam yang lalu meskipun dengan pakaian yang sama. Kami berdua ikut antri untuk memberi selamat kepada mempelai, ketika tiba giliran kami untuk memberi selamat, terlihat senyum penuh arti dari Pak Gun. “Terima kasih atas kedatangannya Pak Hendra, Bu Hendra,” katanya kemudian menyorongkan kepalanya ke istriku untuk sun pipi, kulihat dia membisikkan sesuatu yang aku tidak tahu pasti. Istriku tersenyum dan istriku melakukan hal yang sama ke Bu Enny, kemudian kami kembali berbaur dengan undangan lain. “Apa katanya?” tanyakudengan tersenyum istriku menjawab, “Please be ready after this, yo’re mine tonight.” Gila kan itu orang tua.

Setelah acara resmi, maka beranjak ke acara santai dimana kedua mempelai sudah berbaur dengan para undangan, terlihat Bu Ennie berdansa dengan salah satu undangan sementara Pak Gun melakukan hal yang sama. Kami terpisah, karena istriku ngobrol dengan ibu-ibu lainnya sementara aku dengan teman kantor maupun rekanan bisnis lainnya. Di kesempatan lain kulihat istriku berbincang dengan Erwin beserta istrinya, Diana yang cantik jelita, anak tertua dari Pak Gun, baru menikah 9 bulan yang lalu.

“Mas, sini sebentar!” tiba-tiba istriku menarikku ke pojok ruangan.
“Mas, ternyata Erwin menginap di depan kamar kita, dan kayaknya dia tau apa yang dilakukan oleh papanya di kamar kita,” kata istriku cemas.
“Oke nanti aku check deh,” kataku menentramkan.
Kulihat Pak Gun kelihatan ke arah kami, tapi dia tidak berhenti cuma berkata sambil berlalu.
“Lima menit di kamar pengantin.”
“Gila berani amat ini orang,” komentar istriku sambil berjalan menuju lift meninggalkanku sendiri, aku sengaja tidak ikut karena ingin ngobrol lebih lanjut dengan Erwin, maka aku dekati dia yang sedang sendiri, si istri Diana entah kemana.
“Nice party,” sapaku membuka percakapan, meskipun sekantor aku tidak telalu akrab, mungkin ada gap karena dia anak Big Boss.
“Yah..” katanya dingin.
“Semua keluarga nginap di sini?” kataku to the poin untuk memancing pembicaraan.
“Iya dan kamu bukan keluarga juga ikut nginap,” jawabnya kecut dan angkuh.
“Kan emang ada keperluan.”
“Keperluan apa sama Papa, kok sepertinya tidak bisa dilakukan di kantor?”

“Enggak, cuman masalah pribadi.”
“Pribadi? Pak Hendra jangan anggap saya bodoh, saya tahu sudah lama Papa mengagumi istri Bapak yang seksi itu, dia sering tanya ke saya waktu itu dan mungkin sekaranglah saatnya bagi Papa untuk memenuhi fantasinya. Aku nggak tahu apa yang diberikan Papa sehingga kamu bisa menyerahkan istrimu ke Papa, saya yakin bukan masalah uang.”
“Nothing, just for fun, Papamu secara gentlemen minta dan istriku mau so what’s wrong di antara dua orang dewasa,” kataku sedikit berbohong.
“Kalau aku yang minta gimana?”
“Papamu menggaransi karirku sebagai tawaran, at least selama dia masih menjabat, dan tawaranmu apa?”
Dia diam sesaat.
“Usulanmu apa?” katanya menyerah.
“Karir secara teori sudah ada yang garansi, maka harus lainnya.”
“Iya apa?”

Aku pura-pura berpikir sejenak sambil membayangkan Diana yang cantik seperti Diana Pungki.
“Aku tidak butuh apa-apa dari kamu, jadi sebenarnya posisi kita sama dalam hal ini, jadi aku usul, jangan marah kalau nggak setuju bilang saja tapi tanpa marah, bagaimana kalau kita tukaran saja, kamu dengan istriku dan aku dengan Diana,” usulku dengan sedikit takut.
Dia diam sejenak tanpa expresi, tapi jawabannya sungguh mengagetkan aku.
“Oke setuju, toh ini bukan pertama kali kami melakukan swaping, tapi karena istrimu sudah pernah sama Papa maka aku minta nilai lebih atas Diana, aku minta sekali dengan istrimu tanpa swaping dengan Diana, bagaimana?” jawabnya.
“Emang Papamu dengan Diana tidak pernah..” tanyaku asal-asalan, tapi jawabannya sungguh kembali tidak terduga.
“Shit! rupanya Papa sudah cerita banyak tentang Diana, oke-lah terserah kamu-lah, tapi prinsipnya aku setuju saja.”
“Oke deal, don’t worry my friend,” jawabku sambil mengajak dia bersalaman.

“Kapan direalisasi? soal Diana itu urusanku.”
“Sekarang Ppamu lagi sama istriku di kamar, masa mau ngganggu, dan nanti malam sepertinya nggak mungkin deh, Papamu mau istriku stand by anytime malam ini dan besok.”
“Sebenarnya sih nggak apa, aku sama Papa pernah sih main bareng beberapa kali, bahkan waktu pertama Papa dengan Diana saat kita bulan madu, kita main berempat kok, cewek satunya seorang call girl high class, sejak itu saya tahu kalau ternyata Diana itu bisex, aku sih welcome saja kalau Diana bawa teman wanitanya ke ranjang dan kita main bertiga, jadi nothing new for us.”

Istriku berjalan ke arah kami, diikuti agak jauh di belakang oleh Pak Gun yang terlihat tambah segar.
“Kok sebentar sayang?” sapaku menyambutnya.
Istriku tidak langsung menjawab tapi melihat ke arah Erwin yang berada di sampingku.
“Nggak apa sayang, Erwin sudah tahu semuanya kok, bahkan kita ada sedikit bisnis, permainan jadi berkembang.”
Dia membelalakkan mata ke arahku, entah apa yang ada dalam pikirannya, Erwin hanya tersenyum dan meninggalkan kami berdua ke kelompok lainnya.
“Apaan sih?” katanya masih tidak mengerti.
“Entar aku jelasin, eh gimana barusan,” tanyaku.
“Nggak ada yang istimewa, Pak Gun masuk ke kamar sebelum aku datang dan begitu masuk langsung saja aku didekap dari belakang, kemudian diciumnya tengkuk dan leherku sementara tangannya mulai menyelip dan meremas payudaraku.”

Istriku berhenti sesaat ketika ada orang lewat di dekat kami, kemudian dia melanjutkan. “Aku nggak mau kalah kuremas pula kemaluannya, ternyata sudah sangat menegang, dan dia minta blowjob. Kubuka restluiting, kukeluarkan batang yang sudah menegang itu dan langsung saja aku kulum tapi itu nggak lama kemudian tubuhku ditarik ke atas dan diputar membelakanginya, Pak Gun lalu mengangkat rokku sehingga tampak celana dalam merah, tanpa membukanya segera disapukannya kepala kemaluannya ke bibir vaginaku, entah karena ludah atau karena sudah basah tanpa susah dia bisa memasukkan kemaluannya melalui celah celana dalam, terus didorongnya aku ke dinding sehingga cuman bersandar di dinding sementara dari belakang dia mengerjai aku, disodoknya semakin lama semakin cepat dan keras.”

Untuk kesekian kalinya, istriku harus menghentikan ceritanya karena banyaknya orang lalu lalang di sekitar kami, semantara kemaluanku sendiri sudah mulai menegang mendengar ceritanya. “Tau nggak Mas, meskipun udah seumur dia, ternyata dia bisa melakukan itu 10 menit tanpa berhenti, dengan posisi seperti itu, aku sendiri nggak nyangka lho. Kemudian dia mengeluarkan spermanya di dalam, ternyata cukup kuat juga semprotannya terasa begitu membasahi seluruh dinding dalamku. Lalu seperti biasa, aku kulum untuk bersihkan kemaluannya, ini yang paling dia suka, belum pernah dia mengalami seperti itu. Mas aku terkejut sekali ketika aku kulum terakhir dia bilang, Ly kamu lebih hebat daripada Diana, gila nggak Mas.”

“Aku tahu jawabannya, itulah yang barusan aku sebut permainan berkembang, teruskan ceritamu,” jawabku sambil memperhatikan Diana yang berdiri tak jauh dari tempat kami.
“Iya itu, setelah selesai aku kulum habis, dia minta aku kembali ke pesta tanpa celana dalam, ya seperti sekarang ini, dan aku diminta ready setiap saat Pak Gun ada kesempatan.”
“Jadi sekarang kamu nggak pakai underwear sama sekali,” tanyaku terkejut sambil memegang pantat dia yang ternyata memang polos.
“As you feel it.”
“Menurut kamu Erwin bagaimana orangnya?” tanyaku mulai memancing.
“Nice guy, dingin dan agak angkuh mungkin karena anak boss ya, dan senyumnya itu dingin-dingin menghanyutkan,” jawabnya sambil melihat ke arah Erwin yang berdiri di samping Diana.
“Tadi Erwin ngajak kita orgy, menurut kamu gimana?” tanyaku.
“Mas tertarik sama Diana ya, kelihatan tuh maunya, aku sih oke-oke saja, jawabnya sambil menggodaku.
“Lelaki mana sih yang nggak tertarik sama cewek kayak Diana,” jawabku membela diri.
“Pak Gun gimana?” tanya istriku.

Aku berpikir sejenak nggak tahu mau dikemanakan beliau.
“Kita tanya saja sama mereka nanti,” jawabku sambil menuju pasangan Erwin dan Diana.
Ternyata usulan Erwin lebih gila lagi, dia akan mengajak Papanya untuk bergabung bersama, kemudian Erwin menghampiri ayahnya, mereka terlihat berbicara serius sambil berbisik seolah tidak mau menarik perhatian undangan lainnya. Sesaat kemudian Erwin kembali bergabung dengan kami, “Beres!” katanya. “Aku bilang bahwa ini adalah hadiah ulang perkimpoian yang paling hebat yang pernah ada, soal Bu Enny itu urusanku, kasih saja obat tidur pasti teler sampai pagi seperti kecapekan.”

Jam 9:30 para undangan sudah mulai berpamitan dan setengah jam kemudian kami berempat, aku dan Lily istriku, Erwin dan Diana istrinya naik ke kamar kami, sepertinya everything is running well. Kami ngobrol sambil nonton TV, aku dengan Diana di satu sofa tempat Pak Gun “mengerjai” istriku, semantara di sofa lainnya Erwin duduk berimpit dengan Lily.

Sambil nonton TV, tangan-tangan kami sudah mulai aktif merambah ke tubuh pasangan masing-masing, pertama kali yang menjadi sasaranku adalah buah dada Diana yang montok, sepertinya 36C kemudian bibirnya yang seksi, segera kukulum karena dari tadi memang sudah menjadi perhatianku di kedua area tubuh Diana di samping lehernya yang jenjang putih. Sedangkan Erwin sepertinya tak mau kalah, sepintas kulirik ternyata mulutnya sudah mendarat di dada istriku, karena gaun malam Lily memang cukup mudah untuk dibuka sehingga dalam hitungan detik gaun itu sudah merosot setengah badan, tampaklah kulit Lily yang putih mulus itu. Sementara aku sedikit kesulitan membuka baju tradisional Diana yang cukup kompleks sehingga progress-nya terhambat. Sejauh ini hanya berhasil membuka kebaya bagian atas saja, meskipun sudah cukup menikmati bagian bukit di dada Diana yang montok, tapi masih jauh dari memuaskan. Sementara Erwin sudah berhasil melucuti gaun malam istriku dengan suksesnya yang sudah tergeletak di kakinya sehingga Lily totally telanjang, dan Erwin sendiri sudah tidak bercelana lagi.

Sedangkan aku, masih berkutat dengan kebaya si Diana, meskipun kami masih tetap berciuman tapi tanganku harus kerja keras untuk melucutinya, sengaja aku tidak mau melepas bra-nya supaya lebih penasaran, sedangkan Diana dengan mudahnya melepas celanaku, seperti halnya Erwin, aku juga sudah bottomless, dan Diana tanpa henti terus meremas dan mengocok kemaluanku yang sudah menegang. Erwin sudah berjongkok di antara kaki istriku, dijilatinya vaginanya, kulihat istriku sudah mulai merem-melek dan mendesah keenakan, Erwin tak lupa memasukkan tangannya ke lubang vagina, sementara lidahnya menyapu bibir vagina dan sekitarnya.

Setelah dengan perjuangan keras, akhirnya terlepaslah kebaya bawahnya sehingga Diana sekarang hanya memakai bikini. Bra hitam berenda selaras dengan celana dalamnya, menambah pesona seksi pada diri Diana, tapi aku tidak membiarkan diriku terlalu lama terpaku menikmati keindahan tubuhnya, kupeluk tubuhnya dan kembali kami berciuman, dari bibir turun ke leher terus mampir ke belahan buah dadanya. Segera kulepas bra yang tanpa tali penyangga itu sehingga tersembullah buah dada yang putih, montok dengan puting masih kemerahan, meskipun tidak sekencang punya istriku, tapi cukup membangkitkan gairah.

Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, kudaratkan mulutku untuk menjilati, mengulum dan mempermainkan puting yang menantang itu, sementara tanganku sudah menyelip di dalam celana dalamnya, ternyata shaved dan basah.Bajuku sudah terbang entah kemana, ciumanku terus turun hingga ke daerah selangkangannya, kupelorotkan celana dalamnya maka terlihatlah bukit gundul di antara kakinya, sungguh indah dan menggairahkan. Aku berlutut di depan bukit itu dan mulai menjilati bibir vaginanya dengan mudah karena tidak ada rambut di sekitarnya, kupakai teori ABC untuk mempermainkan klitoris dan vaginanya, cairan dari dalam vagina terasa lain dengan punya Lily begitu juga aromanya, dipermainkan seperti itu Diana mulai menggelinjang, mengerang dan mendesah hingga kakinya dinaikkan ke kepalaku untuk mempermudah jilatanku padanya.

Erwin sudah berganti posisi dengan istriku, Lily berlutut di antara kaki Erwin sambil mengulum kemaluannya, dijilatinya kemaluan itu dari kepala terus turun hingga ke kantong pelir begitu berulang-ulang, Erwin mendesah-desah, tangannya meraih rambut istriku dan memaksanya untuk mengulum kemaluannya lebih dalam, ditarik dan didorongnya kepala istriku pada kemaluannya.

“Ding.. dong..” bel pintu berbunyi mengganggu konsentrasi kami berempat.
“Pasti Papa,” kata Erwin dan meminta istriku untuk membuka pintu.
Dengan tetap bertelanjang istriku membuka pintu kamar dan menyambut kedatangan Pak Gun.
“Aku adalah tamu kehormatannya, dan dua bidadari ini adalah my prize, kenapa kalian mulai pesta tanpa menunggu kehadiranku?” protesnya.

Tanpa menunggu tanggapan dari lainnya, digandengnya istriku dan menuju Diana yang kakinya masih dikepalaku, kemudian beliau mengajak kedua bidadari telanjang ke ranjang.
“Sebagai hukuman kamu berdua hanya boleh melihat tanpa menyentuh sampai aku ijinkan,” lanjutnya sambil kedua bidadari telanjang itu melepas pakaian beliau.
“Tapi Pa..” protes Erwin.
“Tidak ada tapi, kamu sendiri yang bilang kalau Diana sebagai hadiah untukku malam ini,” potong Pak Gun sambil mulai mencium bibir istriku, sementara Diana yang kebagian melepas celananya langsung memainkan alat kejantanan mertuanya yang memang sudah telanjang.

Dilayani dua bidadari cantik dan seksi seperti Diana dan istriku, gairah si tua Pak Gun kelihatan begitu menggebu, dilumatnya bibir istriku dengan ganas sementara tangannya meremas remas payudaranya, dan Diana, menantunya yang cantik dengan asyiknya mengulum alat kejantanan Pak Gun, sang mertua. Hebatnya lagi disaksikan oleh suami dari kedua bidadari itu tanpa bisa berbuat apa-apa. Aku segera mengambil kursi di samping ranjang untuk segera menikmati pertunjukan ini, tanpa sengaja tanganku mulai meremas-remas kemaluanku sendiri yang dari tadi sudah basah, hasrat untuk memasukkan alat kemaluanku ke mulut Diana yang seksi itu ternyata belum kesampaian.

Sementara Erwin masih berdiri terpaku entah karena melihat bagaimana Papanya dilayani oleh istrinya atau karena hasrat untuk menikmati istriku tertunda dan didahului oleh Papanya.Kedua bidadari itu berganti posisi, istriku sudah di bawah mempermainkan kejantanan beliau, dikulumnya sampai mulut dia menyentuh pubic area, berarti semua batang kejantanan itu berada di dalam mulutnya, maklum dia biasa dengan punyaku yang jauh lebih besar dan panjang, terus dikeluarkan perlahan-lahan dan dimasukkan lagi makin lama makin cepat hingga Pak Gun yang lagi mengulum puting buah dada menantunya kelojotan, entah mungkin sedikit menggigit puting menantunya, karena Diana tampak sedikit nyengir.

Tangan Pak Gun meremas buah dada menantunya yang montok sementara mulutnya masih di satunya, semakin cepat gerakan istriku di alat kejantanannya dan dibantu belaian tangan Diana di sekitar daerah kejantanan itu, maka semakin keras dia meremas dan menyedot puting merah mudah itu.Sungguh pemandangan yang sangat erotis melihat Pak Gun yang sudah berambut putih dikerjain oleh dua bidadari cantik dan muda dengan full service. Melihat posisi istriku yang nungging sehingga vaginanya tepat ke arah Erwin berdiri seolah mengundang apalagi dengan disertai goyangan erotic menggoda, Erwin melangkah mendekat tapi aku peringatkan dengan aba-aba sehingga dia membatalkan niatnya.

Diana merangkak ke atas, dan membalikkan tubuhnya menghadap ke arah istriku, dikangkanginya mertuanya tepat di atas mukanya, kemudian tubuhnya diturunkan sehingga mulut mertuanya tepat di depan vaginanya, sang mertua mulai mempermainkan vagina menantunya sementara istriku masih asyik mengulum dan menjilati kemaluan Pak Gun. Diana mengatur posisinya ke “69” dengan mertuanya sehingga sekarang ada dua mulut bidadari memainkan kejantanan Pak Gun, istriku dan Diana menantunya yang mengulum secara bergantian. Tak tahan lebih lama lagi, Pak Gun meminta kedua bidadari bertukar posisi, istriku duduk di mukanya semantara beliau meminta menantunya langsung memasukkan kejantanannya ke vaginanya dengan posisi on top.

Two angel on top, one fuck by tongue another one by penis, it’s incredible. Diana sepertinya tak mau membuang kesempatan, dia menggoyang pantatnya dengan liar dan cepat, naik turun tanpa menghiraukan desahan kenikmatan dari mertuanya. Diremas-remasnya sendiri buah dadanya sehingga menambah erotic pertunjukan ini. Diperlakukan sedemikian, it’s too much bagi orang seusia Pak Gun, tak lama kemudian, “Shit I’m coming, Diana I’m coming,” teriaknya, tapi menantunya tak menghiraukan tubuhnya tetap bergerak erotis di atas mertuanya, hingga akhirnya wajahnya ikut menegang, tangannya mencengkeram erat kaki mertuanya, ternyata dia juga orgasme mengikuti mertuanya. Diana turun dari mertuanya dan menjilati sisa sperma yang belepotan di alat kejantanan mertuanya, istriku mengikuti Diana ikut meremas-remas kejantanan Pak Gun hingga habis dan terkulai lemas.

Para suami hanya bisa memegang dan mengocok sendiri kemaluannya, sambil menikmati pertunjukan bagaimana istrinya melayani mertua dan bossnya.

Diana turun dari mertuanya dan menjilati sisa sperma yang belepotan di alat kejantanan mertuanya bercampur dangan cairannya, istriku mengikuti Diana ikut meremas remas kejantanan Pak Gun hingga habis dan terkulai lemas.
“It’s my turn,” pikirku bersiap menyambut Diana.
“Guys, you may have Diana for next one hour, but Lily is absolutely mine tonight, no one may do her.”
Erwin kelihatan kecewa, berarti dia harus menunda lagi menikmati layanan istriku.

Diana turun dari ranjang menuju ke kamar mandi, tatanan rambutnya sudah acak-acakan begitu juga dengan make up di wajah dan baunya sudah bercampur dengan aroma sperma. Sementara di atas ranjang, istriku tiduran dipelukan Pak Gun yang kelihatan masih kelelahan, tangan istriku masih tetap mengelus kejantanan beliau dengan lembutnya sesekali diciumnya wajah Pak Gun dan beliau membalas dengan mengelus rambut hitamnya.

Sepuluh menit kemudian Diana keluar dari kamar mandi masih bertelanjang ria, aromanya sudah berbau aroma wangi, dan tanpa make up dia kelihatan lebih cantik alami meskipun rambutnya sedikit acak-acakan. Dia menuju kami dan duduk di tengah antara aku dan suaminya.”Ke ruang tengah yuk, nonton TV!” ajaknya sambil meneguk orange juice-nya.

Kami bertiga menuju ruang tengah, kutinggalkan istriku yang sedang dalam pelukan Pak Gun, entah apa yang akan beliau lakukan terhadapnya. Agak canggung juga aku begitu bertiga dengan Diana dan suaminya, ada perasaan tidak enak dan segan terhadap Erwin. Untunglah Diana segera membaca situasi ini, maka kembali dia duduk di antara aku dan suaminya di tempat semula kami melakukan foreplay.

Beberapa saat kemudian, memecahkan kecanggungan, Diana mulai ambil peranan. Tangannya meraba ke pahaku sementara tangan lainnya mengelus kemaluan suaminya sambil berciuman. Aku membalas dengan memeluk dan meremas payudaranya dari belakang ketika mereka berciuman, sesekali tanganku dan tangan Erwin bersentuhan saat meremas daerah yang sama. Diana mulai mengelus dan meremas kemaluanku yang mulai mengeras dan tangan satunya melakukan hal yang sama pada suaminya, dia berjongkok di depanku tangan kirinya masih di kemaluan suaminya, sambil mengocok punya suaminya mulutnya mulai menjilati kepala kemaluanku, dia kelihatan kesulitan memasukkan kepalaku ke mulutnya apalagi sampai batangnya.

Memang kelihatan sekali kalau kemaluanku yang 17 cm dan garis tengah 4 cm, jauh lebih besar dan lebih panjang dibanding punya Erwin yang mungkin cuma 14 cm dengan garis tengah tidak lebih dari 2,5 cm, hampir sama dengan punya Pak Gun. Susah payah dia memasukkan ke mulutnya, tapi cuma kepalanya saja yang bisa masuk, kupaksakan dia memasukkan semuanya. Kepala Diana aku pegangi dan dorong supaya lebih masuk lagi kejantananku ke mulutnya, tapi dia hanya mampu mengakomodasi setengahnya saja, kutarik rambutnya ke atas, dan kembali kudorong ke bawah, lebih lama lebih cepat, sama seperti yang dilakukan mertuanya ke istriku, I want fuck her mouth, dan hingga disini hasratku terhadap dia sementara terpenuhi.

“Gila punyamu gede banget, the biggest I’ve ever get dan bentuknya antik lagi, melengkung ke bawah, pasti aneh deh rasanya,” katanya sambil menatap kagum ke arahku.
Kemudian dia ganti ke suaminya yang dari tadi memandangiku memaksa istrinya mengulum dan fuck her beautiful wife’s mouth. Belum sempat Diana menjilati kemaluan suaminya, tiba-tiba Pak Gun keluar dari kamar tidur.
“I need one guy to help me, aku perlu start up,” katanya mengagetkan kami.

Tanpa menghiraukan istrinya yang ada di depannya, Erwin segera berdiri menawarkan diri.
“Aku mau asal berperan aktif tanpa diatur lagi,” usulnya.
“Ayo cepat, bikin dia sesukamu,” jawabnya sambil menuju ke tempat tidur kembali dan diikuti Erwin yang membiarkan istrinya masih jongkok di bawah.
“Kita pindah ke kamar yuk! Lihat apa yang dilakukan suami dan mertuamu pada istriku,” ajakku meminta persetujuan Diana.
Diana rupanya cukup mengerti dan mengangguk tanpa suara.

Di atas ranjang, Erwin sudah berada di antara kaki istriku yang telentang, sementara Papanya berlutut di dekat kepala istriku sambil menyodorkan kemaluannya ke mulut istriku, dia menerima kemaluan itu dengan mulut terbuka karena sedang mendesah kenikmatan di kerjain sama Erwin dari bawah. Tanpa menunggu lebih lanjut, Pak Gun segera mengocok kemaluannya ke mulut istriku hingga masuk semua, itu bukanlah hal sulit bagi Lily untuk melayani semua itu, karena merupakan kesukaannya. Aku mengambil tempat duduk di dekat ranjang dan memangku tubuh telanjang Diana. Sambil melihat istriku bermain threesome di ranjang, tanganku meraba dan meremas payudara Diana, begitu juga dia membalas remasanku terhadap kemaluanku, sepertinya dia gemas banget dengan punyaku.

Sesekali kukulum putingnya dengan gigitan-gigitan ringan, sesekali kusedot dengan kerasnya sampai dia mendesah, tergantung suasana di atas ranjang. Teriakan dan desahan istriku ternyata berpengaruh besar terhadap suasana di kamar itu, semakin mendesah-desah kedua bapak beranak semakin liar dan aku dengan Diana juga semakin agresif. Di ranjang istriku dalam posisi merangkak mengulum kemaluan Pak Gun yang sedang duduk selonjor sedangkan Erwin menjilati vagina hingga anus istriku, sementara dua jari Erwin mengocok-ngocok lubang vaginanya. Aku mengikuti, kumainkan klitoris Diana dengan dua jariku dan kukocok seirama dengan kocokan suaminya pada istriku, Diana mulai ikut mendesah keenakan.

Rambutku dijambaknya, tapi tak kupedulikan kukocok vaginanya semakin cepat. “Ssshh aahh.. ayo Mas, jangan goda aku gini, aku ingin merasakan nikmatnya alat kejantananmu, sshh.. come on!” desahnya ditelingaku. Erwin sudah mulai mengusapkan kepala kemaluannya ke bibir vagina istriku, saat-saat yang sudah dari tadi dia nantikan, dan dengan sekali dorong batang kemaluan yang tidak besar itu tertanam semuanya ke dalam vagina istriku. “Aahh sshh he emm..” desah istriku sedikit kaget tanpa melepas kulumannya pada Pak Gun.

Melihat demikian, tangan Pak Gun kembali menjambak ringan rambutnya dan lagi mendorong ke atas dan ke bawah seirama kulumannya. Erwin langsung mendorongkan maju-mundur dengan keras dan cepat tanpa ampun seolah tiada hari esok, semakin keras Erwin mendorong semakin dalam juga kemaluan Pak Gun masuk ke dalam mulutnya, double action effect. “Mmm ss.. eeghh..” desahan istriku tidak bisa lepas karena tersumbat kemaluan Pak Gun. “Sshh ayo dong Mass, tuh suamiku udah masuk ke istrimu..” Diana merajuk memancing sambil memutar tubuhnya untuk mengisi vaginanya dengan penisku, tapi aku ingin posisi lain, kuingin melihat expresi Diana saat pertama kali penisku memasukinya dan aku ingin mempermainkannya, aku ingin menikmati desahnya, aku ingin merasakan hasratnya, aku ingin merengkuh gairahnya.

Kami berubah posisi, dia duduk sementara aku jongkok di depannya, sengaja aku tidak mau menjilati vaginanya, karena tentu masih ada sisa sperma mertuanya. Posisi kemaluanku sejajar dengan vaginanya, aku ingin untuk mamasuki dari depan untuk pertama dia merasakan punyaku. Kusapukan kepala penisku di bibir vaginanya, terasa sedikit aneh karena tidak ada bulu kemaluannya, kuusapkan di sekeliling hingga dia menggelinjang kegelian tak sabar. Perlahan lahan kumasukkan kepala penisku ke lubang kemaluannya very slowly, tapi dia sudah mulai menegang, didorongnya tubuhku seolah menolak kumasuki, kutarik balik dan kembali kuusapkan di luar vaginanya yang sudah basah.

Lagi kudorongkan pelan-pelan, sedikit demi sedikit, Diana menggigit bibir bawahnya entah menahan sakit atau menahan nikmat, kepala penis sudah masuk kutarik sedikit dan kumasukkan lagi lebih dalam begitu seterusnya hingga separuh batang kemaluanku sudah berada di dalam vagina Diana. Tangannya mencengkeram tanganku dan kepalanya menengadah menjerit. “Aaahh shit, soo.. big, aahh ss..” desahnya. Tak kusangka vagina Diana masih terasa sempit dan mencengkeram kemaluanku dari dalam, mungkin karena dia ikut tegang. Erwin dan Papanya sudah berganti posisi, Pak Gun sedang menyodokkan kemaluannya ke vagina istriku dan Erwin menggantikan posisi Papanya to fuck her mouth.

Setelah tarik-dorong tarik-dorong beberapa lama akhirnya semua kemaluanku bisa masuk ke vagina Diana, kudiamkan sesaat memberi kesempatan padanya untuk menikmatinya. “Gila vaginaku terasa begitu penuh menyentuh dinding dinding yang selama ini tidak pernah tersentuh, yess I like it, aku akan merindukan saat saat seperti ini,” katanya lirih memandangku dengan tatapan aneh.Perlahan mulai kutarik keluar dan perlahan lagi kudorong masuk, sampai saatnya dia siap maka aku mulai mempercepat frekuensi tarik-dorong semakin lama semakin cepat dan tambah keras, kuhentak hentakkan pinggulku ke pinggulnya seolah menjebol seluruh dinding vagina dan rahimnya.

“Aaahh.. Mass.. yess.. oohh.. god yess..” desah atau teriakannya memenuhi ruangan tidur. Tubuh Diana menggeliat dan tangannya meremas tepi kursi atau rambutku, tiba tiba kuhentikan gerakanku, dia melotot protes tidak mau kenikmatannya terhenti.
“Kamu suka?” bisikku, sambil perlahan menggoyang-goyang pantatku.
“Yess.. lebih dari yang ka.. kamu ki.. ki.. ra..” desahnya.
Kutarik pelan penisku dan kudorong cepat dan keras ke vaginanya, terus kuhentakkan lagi dengan kerasnya seiring dengan teriakan desah istriku hingga akhirnya..
“Mass Shit! Diana ke.. lu.. aahh..” Diana teriak karena orgasme, kurasakan denyutan dan remasan di vaginanya beberapa detik lalu tubuhnya melemas.
Bersamaan dengan teriakan Diana, kudengar juga teriakan orgasme Pak Gun. Aku nggak mau melepaskan penisku yang masih tegang dari vaginanya, kubiarkan dia melemaskan otot-ototnya sesaat, lalu kugoyang kembali tubuhku perlahan untuk merangsang dia supaya naik lagi.

“Apa yang dilakukan suamimu pada istriku?” bisikku sambil menggoyang-goyang, karena aku membelakangi ranjang sehingga tak bisa melihat aksi mereka.
“Mas Erwin dan Papa telentang sementara istrimu di atas penis suamiku dan sambil mengulum penis Papa yang masih belepotan sperma,” katanya agak terbata-bata di antara desahnya.
“Lebih detail!” kataku sambil menyentakkan doronganku ke vaginanya.
“Aaauuwww..” dia menjerit karena tidak menduga akan aku perlakukan sekeras itu.
“Mas Erwin mengerjai istrimu dari bawah, sekarang Papa berdiri dan meremas payudara istri Mas, dan Mas Erwin mendorong lebih keras, aahh.. sshh.. terus Mas ya.. oohh God.. I love it,” desahnya terus.
Kuganti posisi ke doggie, supaya aku juga bisa melihat ke istriku.

Sekarang istriku ambil kontrol, dia menggoyang-goyangkan pantatnya dan tubuhnya turun-naik sementara penis Pak Gun sudah mulai tegang lagi berada dalam kulumannya.
“Sepertinya bapak-anak begitu kompak,” kometarku sambil kembali mengusapkan kepala penis ke bibir vagina Diana.
“Mereka akan saling memberi rangsangan secara tidak langsung, hingga bisa berlanjut bergiliran, aku tahu itu karena pernah mengalaminya.. aauuwww..” katanya terputus ketika kulesakkan penisku ke dalam dengan sekali sentakan, kemudian kudiamkan sesaat dan dia pun diam tak bergerak.
“Terus?” tanyaku.
“Ya mereka bisa orgasme bergantian dan saling mengisi, lebih sejam aku dikerjain kayak gitu sama mereka sampai minta ampun, kecapekan dan cairanku habis karena terlalu banyak keluar.. sshh..” jawabnya sambil mendesah ketika kutarik dan kusentakkan lagi hingga terasa kepala penisku menyentuh rahimnya.

“Percayalah, mereka tak akan membiarkan istrimu beristirahat, apalagi Mas Erwin, kamu sudah ngerjain istrinya pasti dia akan balas pada istrimu dan aauu.. ss..” lagi pembicaraannya terpotong ketika kusentakkan bersamaan kutarik pinggulnya ke arahku sehingga lebih masuk ke dalam, lalu secara simultan kudorong dan kutarik dengan keras sampai kepala Diana digoyang-goyangkan, kupegang rambutnya sebagai pegangan dan lagi kutarik-dorong dengan keras.
“Yaa aauu.. sshh.. teruss.. yess.. truss.. lebih kerass..” desahnya mulai menikmati permainanku.

Melihat istri atau menantunya diperlakukan dengan kasar begitu ternyata Pak Gun maupun Erwin mulai berlaku keras pada istriku and incredible thing happen, apa kata Diana benar adanya, mereka begitu kompak. Istriku di telentangkan, kemudian mereka berdua menjilati payudaranya masing-masing satu, kemudian Pak Gun merangkak ke selangkangan istriku, dimasukkannya kemaluannya ke vagina istriku dengan kerasnya terus langsung turun-naik dengan cepat, terlihat pantatnya maju-mundur dengan cepat secara terus menerus, beberapa menit kemudian, mungkin akan keluar, dicabutnya penisnya dari vagina istriku dan ternyata Erwin sudah siap menggantikan posisinya, dan Pak Gun kembali mengulum payudara istriku selama Erwin mengambil alih posisinya. Erwin melakukan hal yang sama hingga beberapa menit, lalu cepat dicabutnya lagi dan digantikan oleh bapaknya begitu seterusnya sampai istriku mengejang, mengerang, mendesah, menjerit, menggeliat, sambil meremas ujung bantal, entah sudah berapa kali mereka bertukar bergantian.

Kemudian mereka membalik tubuh istriku hingga posisi doggie, kembali Erwin mengambil peran pertama sementara Papanya di kepala istriku menyodorkan penisnya ke mulutnya, kejadian tadi berulang lagi dan lagi, entah sudah berapa kali istriku mengalami orgasme diperlakukan secara bergilir dan simultan seperti itu.

Melihat istriku diperlakukan seperti itu, nafsuku makin bergairah, kutegakkan badan Diana hingga berdiri dan tangannya bersandar pada meja kerja, kupeluk dari belakang dan kuremas payudaranya, dengan sedikit membungkukkan Diana kumasukkan kemaluanku ke vaginanya dari belakang, dengan masih memeluk dan meremas payudaranya, aku mulai mengocok vaginanya dengan penisku.
“Ouugghh.. yess.. fuck me harder!” bisiknya.
“Yang keras!” kataku.
“Fuck me harder.. harder.. pleaasse..” teriaknya.

Tanpa menunggu lebih lanjut, kunaikkan speed dan frekuensinya hingga dia mengerang dan kulepas pelukanku untuk memberi kebebasan dia berekspresi. Diana menelungkup di meja dan kaki tetap di lantai, tangannya memegang tepian meja hingga posisi pantatnya lebih memudahkan akses masuk lebih dalam ke vaginanya, sungguh cerdik dia.
“Ooohh yess, harder.. yess, faster.. ya ehmm, fuck me as you want,” desahnya terus, sepertinya sudah lepas kontrol.
Dengan cairannya, kumasukkan jariku ke lubang anusnya untuk menambah gairah, ternyata dia menyukainya.

“Yess yaa teruss.. I like it,” kembali dia mendesah liar.
“Now, your turn!” perintahku.
Kemudian aku kembali duduk di tempat yang tadi. Diana membelakangiku dan mengatur posisi di pangkuanku, perlahan menurunkan badannya hingga semua alat kemaluanku bisa masuk ke vaginanya dan langsung menggoyang liar, terasa betul bagaimana kepala penis di dalam menggesek dinding-dinding vagina atau mungkin bahkan rahim, begitu liar as she never fucked before. Diana begitu histeris, entah sudah berapa kali dia orgasme, beruntung dia begitu kompak denganku sehingga mau mengatur irama permainan sehingga aku tidak sampai orgasme sebelum sesuai yang diinginkan.

Dengan posisi begini, kami berdua bisa melihat ke arah ranjang. Istriku telentang di atas tubuh Erwin yang mengocoknya dari bawah, sementara Pak Gun berusaha menjepitkan kemaluannya ke payudara istriku, agak susah memang karena tidak sebesar punya Diana, tapi sudah cukup untuk membuat beliau melayang, sesekali dimasukkan kemaluannya ke mulut istriku, hingga kudengar teriakan beliau. “Shit I’m coming,” yang ternyata tetap berada di mulut istriku atau istriku tak mau melepasnya. Kemudian istriku duduk tetap di atas tubuh Erwin dan menaik-turunkan pantatnya dengan cepat, tak lama kemudian Erwin pun kelojotan, orgasme. “Ouuhh bitch!” teriaknya, tapi istriku tidak berhenti bergoyang hingga dia juga ikut menegang, matanya memejam dan kepalanya digoyang-goyangkan ke kiri-kanan atas-bawah tanda dia sedang orgasme, ternyata mereka bisa orgasme secara bersamaan.

Diana sekarang menghadap ke arahku karena, goyangannya makin liar hingga akhirnya aku tak tahan lagi, kutumpahkan spermaku di dalam hingga menghantam dinding-dinding dalam vaginanya. Bersamaan dengan denyutan keras meremas kemaluanku yang juga sedang berdenyut, kami keluar bersamaan. Kutelentangkan dia di kursi, kumasukkan kemaluanku yang berlumur sperma dan mulai melemas. Diana mengocok dan mengulum kemaluanku hingga totally lemas, sehingga bisa masuk semua ke mulutnya.

Akhirnya kami semua terkulai lemas, entah sudah berapa lama berlangsung. Kuajak Diana ke ruang tamu untuk bersantai, kutinggalkan istriku yang terkulai di antara Erwin dan Papanya di atas ranjang. Entah mereka masih bisa lanjut lagi apa tidak aku juga tidak tahu. “Mas Erwin dan Papa kalau berdua gitu begitu kompak dan sama gilanya, beberapa kali aku mengalami sampai minta ampun, apalagi waktu itu masih bulan madu, meskipun aku nggak virgin tapi dikeroyok kayak gitu baru pertama kalinya, ya kewalahan kan,” katanya ketika kami sudah relaks di sofa kamar tamu.

Sekitar jam 4:00 pagi, Pak Gun meninggalkan kami berempat dan sempat pesan, “Tomorrow your wife still mine,” dia sempat tidur sesaat, kuajak Diana ke tempat tidur, ternyata istriku sudah tertidur dipelukan Erwin masih dalam keadaan telanjang. Perlahan kami gabung dengan mereka tidur di ranjang, bersebelahan, kudekap istri Erwin dipelukanku dan kami pun tertidur.

TAMAT

Lihat Juga : Cerita Seks Pijatan Nafsu Pembantu Baruku

Cerita Ngentot Nikmat nya Istri Teman Kost ku

$
0
0

Cerita Ngentot Nikmat nya Istri Teman Kost ku – Sore itu, aku terbangun. Kulihat jam di mejaku menunjukkan pukul 4.00 sore. Iseng aku memanjat dinding tembok pembatas kamarku, mau �melihat� tetangga sebelahku. Melalui ventilasi kulihat Mas Arif dan Mbak Nida sedang tidur-tiduran sambil mengobrol di atas tempat tidur. Aku mengawasi terus, kulihat Mas Arif hanya memakai singlet, begitu juga Mbak Nida yang hanya memakai baju dalam.

�Dasar pengantin baru, pasti mau main, ayo kapan mainnya ?� pikirku mulai tak sabaran.
Kulihat Mas Arif dan Mbak Nida berbicara sambil berpelukan, aku kurang bisa menangkap apa yang mereka bicarakan. Sesekali Mbak Nida tertawa cekikikan. Beberapa kali pula aku amati Mas Arif meremas payudara Mbak Nida.
Lama aku menunggu, hingga akhirnya yang aku harapkan terjadi juga. Tiba-tiba Mas Arif membuka celana pendeknya dan memegang tangan Mbak Nida, menyuruh Mbak Nida memegang penis Mas Arif. Mbak Nida kelihatannya menurut dan me-masukkan tangannya ke dalam celana Mas Arif, tetapi baru sebentar sudah ditariknya kembali, tampaknya Mbak Nida menolak.
�Yaaa….. itu aja nggak mau, apalagi kalau disuruh karaoke� desahku dalam hati kecewa.
Namun kekecewaanku terobati karena sejurus kemudian Mas Arif tiba-tiba bangkit dari tempat tidur dan melepas celananya. Kini ia hanya bercelana dalam dan bersinglet. Kemudian serta merta ia memeluk Mbak Nida. Aku tersenyum kegirangan, keinginanku untuk melihat keduanya mengentot tampaknya akan terpenuhi.
Tak lama, Mas Arif melepas pelukannya dan Mbak Nidapun mulai melepas celananya. Kini sama seperti suaminya, Mbak Nida hanya bersinglet dan bercelana dalam. Kulihat pahanya, putih dan mulus sekali.

Kemudian mendadak Mas Arif mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya.
�Kecil sekali, dibandingkan punyaku,� kataku dalam hati melihat penis Mas Arif.
Mas Arifpun langsung meng-himpit Mbak Nida, tampaknya Mas Arif akan mempenetrasi Mbak Nida. Kulihat Mbak Nida memelorotkan celana dalamnya hanya sampai sebatas paha. Sejurus kemudian aku melihat pelan Mas Arif memasukkan penisnya ke dalam lubang vagina Mbak Nida yang tertutup bulu jembut. Setelah penis Mas Arif masuk keseluruhannya ke dalam pepek Mbak Nida, Mas Arif langsung memeluk Mbak Nida sambil menciumnya bertubu-tubi. Itu dilakukan cukup lama.
Aku sedikit keheranan kenapa Mas Arif tidak melakukan genjotan, tidak mendorong-dorong pinggulnya ? Mas Arif hanya diam memeluk Mbak Nida.
�Waaah…..ini pasti karena Mas Arif nggak tahan bermain lama, nggak seperti aku� kataku dalam hati, tertawa, merasa unggul dari Mas Arif.
Disinilah aku mulai melihat adanya kesempatanku untuk turut melakukan �tumpangsari� pada Mbak Nida.
Ditambah lagi, kejadian itu hanya berlangsung sangat singkat, sekitar 5 menit. Meskipun kulihat Mbak Nida tetap bisa mencapai orgasmenya, tetapi cepat pula Mas Arif menyusulnya. Aku me-nangkap kekecewaan di muka Mbak Nida, meski Mbak Nida berusaha tersenyum setelah �permainan� itu, tapi aku yakin ia tidak puas dengan permainan Mas Arif.

Peristiwa �observasi awal� hari kemarin itu membuatku mengambil kesimpulan, ada kemungkinan aku menyetubuhi Mbak Nida dan merasakan nikmat tubuhnya, kalau perlu aku juga akan menanam saham di tubuh Mbak Nida !
Itulah tekadku, aku mulai me-nyusun taktik. Mas Arif itu belum bekerja, ada kesempatan bagiku untuk membuatnya berpisah cukup lama dari Mbak Nida. Apalagi aku punya kenalan yang bekerja di perusahaan, namanya Toni.
Siang ini aku menjumpai Toni di kantornya,
�Hai Bud, apa kabar ?� tanya Toni sambil menjabat tanganku.
�Baik� jawabku sambil ter-senyum.
�Silahkan duduk�
Setelah aku duduk di kursi kantornya yang empuk itu, aku mulai mengajukan permintaan,
�Ton, aku butuh bantuanmu�
�Oh, itu semua bisa diatur, bantuan apa ?�
�Aku butuh pekerjaan�
�Bisa, bisa, kamu mau kerja di mana ? gaji berapa ?�
�Oh..nggak ! Maksudku bukan untuk diriku, tapi ini untuk orang lain�
�Hm memangnya untuk siapa ?�
�Untuk temanku, Mas Arif, kamu wawancarai, tempatkan di mana saja kamu suka, nggak perlu tinggi-tinggi betul jabatannya�
�Aneh…tapi jika itu maumu, yaa tidak apa-apa�
�Yang penting kamu wawancarai dia cukup lama, beberapa kali�
�Oke, baik kalau gitu�
�Tapi…nanti jadwal wawanca-ranya aku yang tentuin�
�Terserah kamu�
Maka mulailah aku menyusun jadwal wawancaranya, mulai lusa, hari rabu sampai jum�at dari jam 07.00 sampai 10.00 pagi.
Toni menyetujuinya, kemudian aku permisi pulang.
Dalam perjalanan pulang, hatiku sangat senang, sudah terbayang nikmatnya tubuh Mbak Nida itu.
Sesampainya di kos-kosanku, aku langsung bertemu dengan Mas Arif di tempat cuci, tampak Mas Arif sedang menyuci bajunya.

�Mas…….saya ingin bicara se-bentar� kataku mulai membuka percakapan.
Mas Arifpun menoleh dan menghentikan pekerjaannya.
�Ada apa Bud ?�
�Begini…….saya dengar Mas Arif mencari pekerjaan, kebetulan tadi saya ke tempat teman saya, dia perlu pegawai baru, dianya sih malas menaruh iklan di koran, soalnya dia hanya butuh satu orang� jawabku panjang lebar menjelaskan. Sedikit berdebar-debar aku menunggu tanggapan, takut tawaranku ditolak.
Lama Mas Arif kulihat terdiam, merenung, lalu
�Hmmm….saya pikir dulu, sebelumnya terima kasih ya ?!�
�Ya Mas� kataku dengan senyuman.
Dalam hatiku, aku berpikir �Habislah sudah kesempatanku !�
Tapi setelah di dalam kamar, sekitar 2 jam kemudian aku yang tertidur, terbangun oleh ketukan di pintu. Aku lalu bangun, mengucek-ngucek mataku, melihat dari jendela. Tampak Mas Arif berdiri menunggu. Akupun cepat-cepat membuka pintu
�Wah..sedang tidur ya, kalau gitu nanti saja� Mas Arif tiba-tiba permisi.
�Eee….nggak..nggak koq Mas, saya sudah bangun nih� kataku berusaha mencegah Mas Arif pergi.
�Gangguin tidur kamu nggak ?�
�Ndak…ndak kok, masuk aja� kataku mempersilahkan.
Setelah kami berdua duduk di karpet kamarku,
�Begini, ini soal lamaran kerja yang kamu bilang itu, tempatnya di mana sih ?� Mas Arif bertanya.
�Ooo…itu di Kaliurang km 7 nomor 14, nama perusahaannya DHL, nggak jauh kok�
�Syaratnya gimana ?�
�Saya kurang tau juga tuh, Mas Arif pergi saja ke sana. temui teman saya, Toni, katakan Mas butuh pekerjaan, tahunya dari Budi�
�Wah…kok rasanya kurang enak ya, seperti nepotisme saja� Mas Arif sepertinya keberatan.
�Enggak….nggak… koq, perusa-haannya besar, Mas ke sana juga belum tentu diterima, Mas tetap melalui tes dulu� kataku meya-kinkan Mas Arif.
�Hmmm…baiklah, tak coba dulu, jam berapa ya ke sana ?�
�Sekitar jam kerja saja baiknya, jam 07.00 pagi saja� kataku me-nyarankan.
Mas Arif hanya mengangguk tersenyum, lalu permisi seraya tak lupa berterima kasih kepadaku. Aku hanya tersenyum, berarti selangkah lagi keinginanku tercapai.

Hari ini selasa, sesuai pre-diksiku, Mas Arif pagi-pagi sudah berangkat, dan sekitar jam 11.00 siang baru pulang.
Aku menuju ke kamarnya, lalu mengetuk pintu,
�Assalamu�alaikum� aku mem-beri salam.
�Wa�alaikumussalam� terdengar jawaban Mas Arif dari dalam kamarnya.
Lama baru pintu dibuka, dan Mas Arif mempersilahkanku un-tuk masuk. Kulihat di dalam ka-marnya, istrinya tengah duduk di pinggir tempat tidur dengan me-makai jilbab putih, tersenyum padaku. Mbak Nida tampak cantik sekali.
�Bagaimana Mas, tadi ?� ta-nyaku
�Oh…nanti saya disuruh ke sana lagi, besok untuk test wawancara�
�Alhamdulillah, tak do�ain supa-ya berhasil�
�Terima kasih�
Setelah berbasa – basi cukup lama, akupun permisi.
�Eehh…nanti dulu, kamu khan belum minum� Mas Arif berusaha mencegahku.
�Ayo Nida buatkan air minumnya dong� perintah Mas Arif me-nyuruh istrinya, Mbak Nida.
Aku menolak dengan halus,
�Ah nggak usah Mas, saya sebentar aja koq, ada urusan�
�Oh baiklah kalau begitu, sekali lagi terima kasih ya�
Aku tersenyum mengangguk, kulihat Mbak Nida tidak jadi membuat minuman. Akupun pergi ke ka-marku, riang karena sebentar lagi �adikku� akan bersarang dan me-nemukan pasangannya.

Hari ini rabu, Mas Arif sudah berangkat dan meninggalkan Mbak Nida sendirian di kamarnya. Ren-cana mulai kulaksanakan. Aku membongkar beberapa koleksi Vcd pornoku, memilih salah satunya yang aku anggap paling bagus, Vcd porno dari Indonesia sendiri, lalu membungkusnya dengan kertas merah jambu.
Kemudian sambil membawa bungkusan Vcd itu, aku menuju ke kamar tetanggaku, mengetuk pintu,
�Assalamu�alaikum� aku mem-beri salam.
Lama baru terdengar jawaban,
�Wa�alaikumussalam� jawaban Mbak Nida dari dalam kamar itu.
Pintunyapun terbuka, kulihat Mbak Nida melongokkan kepalanya yang berjilbab itu dari celah pintu,
�Ada apa ya ?� tanyanya.
�Ini ada hadiah dari saya, saya mau memberikan kemarin tetapi lupa� kataku sambil menunjukkan bungkusan Vcd itu.

�Oh, baiklah� kata Mbak Nida sambil bermaksud mengambil bungkusan di tanganku itu.
�Eee…tunggu dulu Mbak, ini isinya Vcd, saya mau lihat apa bisa muter nggak di komputernya Mas Arif� kataku mengarang alasan.
Sedikit keberatan kelihatannya, akhirnya Mbak Nida mempersi-lahkanku untuk masuk, aku yakin dia juga kurang ngerti tentang komputer.
Di dalam kamar, aku menghi-dupkan komputer dan mengope-rasikan program Vcd playernya, lalu kumasukkan Vcd-ku itu dan kujalankan. Sesuai dugaanku Vcd itu berjalan bagus.
�Mbak pingin nonton ?� tanyaku sambil melihat Mbak Nida yang sedari tadi duduk di belakang memperhatikanku.
�Film apa sih ?� tanya Mbak Nida kepadaku.
�Pokoknya bagus� jawabku sambil kemudian memberikan pe-tunjuk bagi Mbak Nida , bagaimana cara menghentikan player dan mematikan komputernya.
Mbak Nida hanya mengangguk, lalu kupermisi untuk pergi mum-pung filmnya belum masuk ke bagian �intinya�.
Pintu kamar tetanggaku itupun kembali ditutup, aku bergegas ke kamarku, mau mengintip apa yang dilakukan Mbak Nida.
Setelah di kamarku. melalui ven-tilasi kulihat Mbak Nida menonton di depan komputer. Dia tampaknya kaget begitu melihat adegan porno langsung hadir di layar monitor komputer itu. Dengan cemas aku menantikan reaksinya.
Menit demi menit berlalu hingga sudah 15 menit kulihat Mbak Nida masih tetap menonton. Aku senang berarti Mbak Nida menyukainya.
Lalu terjadi sesuatu yang lebih dari aku harapkan, tangan Mbak Nida pelan masuk ke dalam roknya, dan bergerak-gerak di dalam rok itu.
�Hhh…..hhhh….oohhh…..oohhh�suara Mbak Nida mendesah�desah , tampaknya merasakan kenikmatan.
Aku kaget,
�Wah….hebat….dia masturbasi� kataku dalam hati.
Ingin aku masuk ke kamar Mbak Nida, memeluknya dan langsung menyetubuhinya, tetapi aku sadar, ini perlu proses.
Akhirnya aku memutuskan untuk tetap mengintip, dan berinisiatif mengukur kemampuanku. Akupun mulai melakukan onani dengan memain-mainkan penisku.
Film di komputer itu terus berjalan…… hingga telah hampir 1,5 jam lamanya, pertanda film itu akan habis dan Mbak Nida kulihat sudah empat kali orgasme, luar biasa. Dan ketika filmnya berakhir, Mbak Nida ternyata masih me-neruskan masturbasinya hingga menggenapi orgasmenya menjadi lima kali.
�Akkkhhhhhhh………� Mbak Nida terpekik pelan menandai orgasmenya.
Sesaat setelah orgasme Mbak Nida yang kelima akupun ejakulasi.
�Oooorghhhh………� suara berat-ku mengiringi luapan sperma di tanganku.
Aku senang sekali, berarti aku lebih tangguh dari Mas Arif dan bisa memuaskan Mbak Nida nan-tinya karena bisa orgasme dan ejakulasi bersamaan.
Kemudian Mbak Nida sesuai petunjukku, kulihat mengeluarkan Vcdnya dan mematikan komputer.

Setelah siang hari, Mas Arif baru pulang. Sedikit berdebar-debar aku menunggu perkem-bangan di kamar tetanggaku itu, takut kalau – kalau Mbak Nida ngomong macam – macam soal Vcd itu, bisa berabe aku !
Tetapi lama…..kelihatannya tak terjadi apa-apa. Kembali aku me-ngintip lewat ventilasi, apa yang terjadi di sebelah.
Begitu aku mulai mengintip, aku kaget ! Karena kulihat Mbak Nida dalam keadaan hampir bugil, hanya memakai celana dalam dihimpit oleh Mas Arif, mereka bersetubuh ! Namun seperti yang dulu-dulu, permainan itu hanya berlangsung sebentar dan tampaknya Mbak Nida kelihatan tidak menikmati dan tidak bisa mencapai orgasme. Bahkan aku melihat Mbak Nida seringkali kesakitan ketika penetrasi atau ketika payudaranya diremas.
�Ah…Mas Arif nggak pandai merangsang sih�, pikirku.
Bagaimanapun aku senang, langkah keduaku berhasil, mem-buat Mbak Nida tidak bisa lagi men-capai orgasme dengan Mas Arif. Prediksiku, Mbak Nida akan sangat tergantung pada Vcd itu untuk kepuasan orgasmenya, sedangkan cara menghidupkan Vcd itu hanya aku yang tahu, disinilah kesem-patanku.

Kamis, pukul 08.00. Aku bangun dari tidur, mempersiapkan segala sesuatunya, karena hari ini bisa jadi saat yang sangat bersejarah bagiku. Kemarin aku telah meng-intip Mbak Nida dan Mas Arif seharian, mereka kemarin ber-setubuh hanya dua kali, itupun berlangsung sangat cepat, dan yang penting bagiku, Mbak Nida tidak bisa orgasme.
Malam kemarin aku juga sudah bersiap-siap dengan minum se-gelas jamu kuat, yang bisa menambah kualitas spermaku.
Pagi itu, setelah aku mandi, aku berpakaian sebaik mungkin, parfum beraroma melati kuusapkan ke seluruh tubuhku, rambutku juga sudah disisir rapi. Lalu dengan langkah pasti aku melangkah ke tetangga sebelahku, Mbak Nida yang sedang sendirian.
Kembali aku mengetuk pintu kamarnya pelan,
�Assalamu�alaikum� aku mem-beri salam.
�Wa�alaikumussalam� suara lem-but Mbak Nida menyahut dari dalam kamar.
Mbak Nidapun membuka pintu, kali ini ia berdiri di depan pintunya, tidak seperti kemarin yang hanya melongokkan kepala dari celah pintu yang sedikit terbuka. Dia memakai jilbab pink dengan motif renda, manis sekali.
�Oh ya, saya lupa membe-ritahukan cara menghidupkan Vcd kemarin� kataku sambil tersenyum.
Tiba-tiba raut muka Mbak Nida menjadi sangat serius,
�Kamu kurang ajar ya, masa� ngasiin Vcd porno gituan ke Mbak� kata Mbak Nida sedikit keras.
Aku kaget, �ternyata ia marah�, pikirku. Lalu cepat aku mengarang alasan,
�Oh ma�af Mbak, Vcdnya yang hadiah itu, isinya film soal riwayat Nabi-Nabi buatan TV3 Malaysia, ma�af kalau tertukar, yah saya ambil saja lagi�
Mbak Nida masuk ke dalam kamarnya, ia tampak kecewa, aku senang berarti ia takut kehilangan Vcd itu. Lalu akupun masuk ke kamarnya melalui pintu yang sedari tadi terbuka.
Mbak Nida kaget, melihatku mengikuti langkahnya,
�Eeeh…kamu kok ikut masuk juga ?!�
Sambil menutup pintu, tenang aku menjawab,
�Alaa….Mbak jangan munafiklah, tokh Mbak juga menyukai Vcd porno itu, saya lihat Mbak sampai masturbasi segala�
�Kurang ajar kamu ! Keluar ! Kalau tidak saya akan berteriak� bentak Mbak Nida.
�Mbak jangan marah dulu, coba Mbak pikirkan lagi, sejak menonton Vcd itu, Mbak tidak bisa lagi orgasme dengan Mas Arif khan� kataku sambil merebut Vcd itu dan mematahkannya.
Mbak Nida terkejut,
�Kamu…..�
Tak sempat ia menyelesaikan kata-kata, aku memotongnya,
�Saya bersedia memberikan kepuasan kepada Mbak Nida, saya jamin Mbak Nida bisa orgasme bila main dengan saya�
�Kurang ajar ! Keluar kamu !�
�Eeee….tidak segampang itu, ayolah Mbak Nida jangan marah, pi-kirkan dulu, saya satu-satunya ke-sempatan, bila Mbak Nida tidak me-makai saya, seumur-umur Mbak Nida nggak akan pernah mencapai orgasme lagi� aku mulai meng-hasutnya.
Mbak Nida terdiam sebentar, aku senang dan berpikir ia mulai termakan rayuanku, tapi…
�Tidak ! Kata Mbak tidaaak ! Sekarang keluar kamu !�
Aku gemetar, tapi tetap ber-usaha,
�Mbak sebaiknya pikirkan lagi, di sini cuma saya yang mengajukan diri memuaskan Mbak, saya satu-satunya kesempatan Mbak, kalau Mbak tidak mengambil kesempatan ini, Mbak akan rugi !� kataku sedikit tegas.
Lama kulihat Mbak Nida terdiam, bahkan dia kini terduduk lemas di samping ranjangnya. Aku pura-pura mengalah…
�Yah, sudahlah, jika Mbak tidak mau, saya pergi saja, saya itu cuma kasihan ngelihat Mbak !� kataku sambil beranjak pergi.
Tetapi kulihat Mbak Nida hanya diam terduduk di ranjangnya, aku membatalkan niatku, pintu yang telah terbuka kini kututup lagi dan kukunci dari dalam. Perlahan aku mendekati Mbak Nida, kulihat ia menangis,
�Mbak….jangan menangis, tidak ada maksud saya sedikitpun menyakiti Mbak� kataku sambil mulai menyeka air matanya dengan tanganku.
Lalu pelan-pelan kupegang pun-dak Mbak Nida dan kudorong pelan dia agar berbaring di ranjang. Ter-nyata Mbak Nida hanya menurut saja, aku kesenangan, rayuanku berhasil meruntuhkan pendiriannya.
Kemudian aku mulai membuka resleting celana panjangnya, ia tampaknya menolak, tetapi aku dengan santai menepis tangannya dan memasukkan tanganku ke dalam celananya. Tanganku masuk kedalam kolornya, lalu langsung jariku menuju ke tengah �lubang� birahinya. Aku sudah terburu nafsu, mencucuk-cucukkan jemariku ke dalam lubang itu berkali-kali.
�Akhhh…..akhhh…….ahhhhhh� desahan Mbak Nida mengiringi setiap tusukan jemariku.
Aku ingin membuatnya terang-sang dan mencapai orgasme. Lalu dengan cepat kutarik celana pan-jang dan kolornya, sehingga terlihatlah pahanya yang putih dan mulus, aku langsung mencium paha mulus itu bertubi-tubi, menjilat paha putih Mbak Nida dengan merata. Akupun mengincar kelentit Mbak Nida yang tersembul ke luar dari bagian atas pepeknya.
Langsung aku kulum kelentit itu di dalam mulutku,
�Elmm…..mmmm…….emmmm� dan lidahku menari-nari di atasnya, terkadang kugigit pelan-pelan berkali-kali,
�Akhh….ooohhhh……aaahhhhh� suara Mbak Nida mendesah kuat tanda terangsang.
Jemari tanganku semakin kuper-cepat menusuk pepek Mbak Nida dan lidahku makin menggila menari-nari di atas kelentitnya yang berwarna merah jambu itu.
Perlahan kubimbing Mbak Nida mencapai puncaknya, hingga akhirnya……
�Aaaaaaakkkhhhhhh…………� pekikan pelan Mbak Nida mengiringi orgasmenya.
Kulihat jemari tanganku basah, bukan karena liurku tetapi karena cairan vagina Mbak Nida yang orgasme. Aku mencium vagina itu, tercium bau khas cairan vagina wanita yang orgasme.
Aku tersenyum, hatiku senang karena bisa membawa Mbak Nida mencapai orgasmenya. Tetapi aku tidak berhenti sampai di situ saja. Setelah memelankan tusukan jariku, kini tusukan itu kembali kupercepat,
�Ahhh….ahhhh….yaah…..yaahh� suara Mbak Nida mulai meracau.
Sementara tangan kiriku beroperasi di vagina Mbak Nida, tangan kananku mulai meremas blus Mbak Nida, dengan cepat tangan kananku merobek blus itu dan menarik kutangnya hingga menyembullah payudara Mbak Nida yang indah membukit.
Kemudian aku menghisap kedua puting itu sambil tangan kananku meremas payudara Mbak Nida bergantian,
�Slurrpp….slrrrrpp…..slluuurpp� aku menghisap puting Mbak Nida, sementara desahan Mbak Nida terdengar halus di telingaku,
�Akhh….teruuss…..teruuusss� Sementara tangan kiriku tetap beraksi di vagina Mbak Nida, dan vagina itu semakin becek,
�Crrtt…..crrtt……slrrpp�
Kini mulutku mulai merangkak maju menuju bibir Mbak Nida yang mendesah-desah, begitu wajah kami bertatapan, kulumat bibir mungil itu dalam-dalam, Mbak Nida sedikit kaget,
�Ohhh….oomlmmm…elmmmm� Mbak Nida tidak bisa lagi bersuara, karena bibirnya telah kulumat, lidahnya kini bertemu dengan lidahku yang menari-nari.
Aku memang berusaha mem-bimbing Mbak Nida agar orgasme untuk kedua kalinya. Agar di saat orgasmenya itu aku bisa me-masukkan penisku, mempenetrasi vaginanya. Karena aku sadar penetrasi itu akan sangat sakit karena ukuran penisku lebih besar dari punya Mas Arif yang biasa masuk.
Sambil mencium dan merang-sang pepek Mbak Nida, tangan kananku mulai melepas celana panjangku dan kolorku, lalu melem-parkannya ke lantai. Tangan kananku mengelus-elus kontolku yang terasa mulai mengeras.
Lama akhirnya Mbak Nida mencapai orgasmenya yang kedua kali,
�Ooorrggghhhhh………..�
Mbak Nida mengerang, tetapi belum selesai erangannya, aku langsung menusukkan penisku pelan-pelan ke dalam vaginanya.
�Aaaaaahhhhh…………� suara Mbak Nida terpekik, matanya sayup-sayup menatap syahdu ke arahku, aku tersenyum.
Akupun mengambil posisi duduk dan mengangkangkan kedua paha Mbak Nida dengan kedua tanganku, lalu kulakukan penetrasi kontolku pelan-pelan lama kelamaan men-jadi semakin cepat. Bunyi becekpun mulai terdengar,
�Sllrrttt…cccrrttt….ccrrplpp� suara becek itu terus berulang-ulang seiring dengan irama tusukanku.
�Akhhh….yaaahh…terus…� suara desahan Mbak Nida keenakan. Akupun semakin mempercepat tusukan, kini kedua kakinya ku-sandarkan di pundakku, pinggul Mbak Nida sedikit kuangkat dan aku terus mendorong pinggulku ber-ulang-ulang. Sementara dengan sekali sentakan kulepaskan jilbabnya, tampaklah rambut hitam sebahu milik Mbak Nida yang indah, sambil menggenjot aku membelai rambut hitam itu.
�Ahhh…..ahhh….aaahhh�
�Ohhh……ohhhh……..hhhh�
Suara desahanku dan Mbak Nida terus terdengar bergantian seperti irama musik alam yang indah.
Setelah lama, aku mengubah posisi Mbak Nida, badannya kutarik sehingga kini dia ada di pangkuanku dan kami duduk berhadap-hadapan, sementara penisku dan vaginanya masih menyatu.
Tanganku memegang pinggul Mbak Nida, membantunya badannya untuk naik turun. Kepalaku kini dihadapkan pada dua buah pepaya montok nan segar yang ber-senggayut dan tergoyang-goyang akibat gerakan kami berdua. Langsung kubenamkan kepalaku ke dalam kedua payudara itu, menjilatnya dan menciumnya ber-gantian.
Tak kusangka genjotanku membuahkan hasil, tak lama…..
�Oooohhhhhhh……………..� lenguhan panjang Mbak Nida menandai orgasmenya, kepalanya terdongak menatap langit-langit kamarnya saat pelepasan itu terjadi.
Aku senang sekali, kemudian kupelankan genjotanku dan akhirya kuhentikan sesaat. Lama kami saling bertatap-tatapan, aku lalu mencium mesra bibir Mbak Nida dan Mbak Nida juga menyambut ciumanku, jadilah kami saling berciuman dengan mesra, oh indahnya.
Tak lama, aku menghentikan ciumanku, aku kaget, Mbak Nida ternyata menangis !
�Kenapa Mbak Nida ? saya me-nyakiti Mbak ya ?!� tanyaku lembut penuh sesal.
Masih terisak, Mbak Nida menjawab,
�Ah…..nggak, kamu justru telah membuat Mbak bahagia�
Kami berdua tersenyum, ke-mudian pelan aku baringkan Mbak Nida. Perlahan aku mengencangkan penetrasiku kembali.
Sambil meremas kedua payu-daranya, aku membolak-balikkan badan Mbak Nida ke kiri dan ke kanan. Kami berdua mendesah bergantian,
�Ahhh…..ahhh….aaahhh�
�Ohhh……ohhhh……..hhhh�
Terus….lama, hingga akhirnya aku mulai merasakan urat-uratku menegang dan cairan penisku seperti berada di ujung, siap untuk meledak.
Aku ingin melakukannya ber-sama dengan Mbak Nida. Untuk itu aku memeluk Mbak Nida, menciumi bibirnya dan membelai rambutnya pelan. Usahaku berhasil karena perlahan Mbak Nida kembali terang-sang, bahkan terlalu cepat.
Dalam pelukanku kubisikkan ke telinga Mbak Nida,
�Tahan……tahan………Mbak, kita lakukan bersama-sama ya�
�Ohhh…ohhh….ohhhh…..aku su-dah tak tahan lagi� desah Mbak Nida, kulihat matanya terpejam kuat menahan orgasmenya.
�Pelan…..pelan saja Mbak, kita lakukan serentak� kataku membisik sambil kupelankan tusukan penisku.
Akhirnya yang kuinginkan ter-jadi, urat-urat syarafku menegang, penisku makin mengeras. Lalu sekuat tenaga aku mendorong pinggulku berulang-ulang dengan cepat.
�Akhhh….ooohhh….ohhh� suara Mbak Nida mendesah. Kepalanya tersentak-sentak karena dorongan penisku.
�Lepaskan…..lepaskan……Mbak, sekarang !� suaraku mengiringi de-sahan Mbak Nida, Mbak Nida menuruti �saranku�, diapun akhirnya mele-paskan orgasmenya,
�Aaaakkhhhhh…………�
�Ooorggghhhhh………� suara be-rat menandakan ejakulasiku, meng-iringi orgasme Mbak Nida. Erat ku-peluk ia ketika pelepasan ejakulasi itu kulakukan.
Setelah �permainan� itu, dalam keadaan bugil aku tiduran ter-lentang di samping Mbak Nida yang juga telanjang. Mbak Nida me-melukku dan mencium pipiku berkali-kali seraya membisikkan sesuatu ke telingaku,
�Terima kasih Bud�
Mbak Nida kulihat senang dan memeluk tubuhku erat, tertidur di atas dadaku. Dalam hatiku aku merasakan senang, gembira, tapi juga sedih. Aku sedih dan me-nyesal melakukan ini dengan Mbak Nida, aku takut ia tidak akan pernah lagi mencapai orgasme selain de-ngan diriku, ini berarti aku me-nyengsarakan Mbak Nida.
Sambil merenung, aku kecup rambut hitam sebahunya itu dan kubelai serta kuusap pelan.

Siang itu aku tidur nyenyak, bagiku pengalaman barusan sangat berkesan. Sejujurnya aku ingin melakukannya lagi, tapi aku takut menyusahkan Mbak Nida nantinya karena membuat dia tergantung padaku, padahal ternyata aku mulai mencintainya !

Lihat Juga : Cerita Ngentot Aku Ibuku Dan Ibu Temanku

Cerita Bokep Aku Benar-Benar Nafsu

$
0
0

Cerita Bokep Aku Benar-Benar Nafsu – Minggu pagi ini, sambil meregangkan badan aku melepas selimut dan aku merasakan sentuhan kain satin dasterku di puting buah dadaku dan entah kenapa rasanya nikmat dan merinding kulitku dibuatnya. Terasa putingku membesar dan keras. Cepat aku pergi mandi di shower, aku mandi air dingin. Air membuat kesegaran tersendiri dan aku merasa vaginaku merebak terkena air sejuk yang mengalir mengenai klitorisku. Kulitku meremang dan uhhh… aku tiba-tiba sadar bahwa aku menginginkan batang panas untuk mengisi lubang nikmatku. Ahhh… dua bulan tanpa garukan-garukan di situ. Lagi di tengah urusan itu kok tidak selera sekali ya.

Aku pakai handuk melilitkan di badanku dan menyisir. Dari jendela kamarku yang di atas ini aku bisa melihat ke bawah dan Andi sedang mencuci motornya, ahh… keponakan jauhku (dari sisi sex-ku) itu memang rajin. Walau dia sibuk dengan kuliahnya di kedokteran dia suka dan rajin mengurus kebun luas di rumah ini juga. Tiba-tiba ia ke belakang pohon dan membuka celana pendeknya, mau kencing! Aku berhenti menyisir dan mengamati, astaga besar benar batang penisnya. Ia tak sadar ada yang meperhatikan dan diguncang-guncangnya menghabisi sisa urine-nya dan terasa kakiku melemah, lututku gemetar setelah 2 bulan tidak melihat penis lelaki. Aku cepat ganti daster tipis pendek, BH dan CD tak sempat lagi kukenakan, dan nafasku menderu berlomba dengan nafsu yang sudah tak tertahan lagi geloranya.

Kubuka jendela dan…

“Andi, tolong Mbak ya…” teriakku agak keras penuh rencana.

“OK, Mbak Asti…” sahutnya.

“Ini tolong dong ambilkan tas merah kecil di atas lemari tinggi itu, bawa tangga kecilnya Di.”

Andi cekatan naik sambil memperhatikan pakaianku yang pendek menerawang, pahaku yang putih terlihat hampir sampai ke atas. Tapi ia tak berani langsung melihatnya. Aku tersenyum dan Andi naik ke atas tangga. Dicarinya di antara tas dan koper di atas (memang tidak ada ), dan…

“Yang mana sih Mbak koq tidak ada?”

“Masa sih tidak ada, coba Mbak yang naik, pegangin lho tangganya, Mbak takut jatuh.”

Aku naik ke anak tangga yang atas dan Andi memegang sisi tangga. Dan mulutnya segera ternganga karena ia bisa melihat aku karena daster mini dan tanpa mengenakan CD. Aku pura-pura tak tahu dan sibuk mencari-cari di atas.

Aku naik satu anak tangga lagi dan melebarkan kedua kakiku di tangga dan membungkuk ke arah lemari sehingga Andi jelas bisa melihat semua itu dan dari sudut mata kulihat Andi terbelalak.

“Lihat apa Andi?” tegurku.

Ia malu dan menundukkan kepala.

“Mmaa.. aaff… Mbak Asti…”

Aku geli melihat ia tersipu-sipu.

“Lha kamu kan sudah biasa di sekolah lihat yang gini kan”

“Wah… tapi Mbak Asti…”

“Tapi apa… ayoo…”

Aku turun lagi satu anak tangga. Lututku lemas sekali dan gelora nafsuku sudah menggelegak rasanya

“Mau lihat lagi Andi?” tantangku.

Andi terkejut dan parau ia berkata,

“Bbbolehh Mbak?”

Kutarik sedikit rok dasterku, pahaku yang putih dan berbulu halus sekali tersingkap dan bibir vaginaku pas di depan mulutnya.

“Ndi…” desahku, “Pernah mencium ginian tidak?”

“Bbbeelumm…” gemetarnya.

Suaranya tambah parau karena mulutnya terasa kering. Tiba-tiba aku tertawa karena dari sisi atas celana pendeknya mendesak keluar kepala penisnya, rupanya ia tak mengenakan celana dalam.

“Ini sih gara-gara Mbak Asti, aku jadi malu deh…”

Dia sudah tak kuat lagi dan disergahnya bibir vaginaku. Aku cepat mendekap kepalanya dan “Ssshhh… ahhh… Andi cium terus Ndi… Mbak ingin sekali…” Andi mencium kedua tepi bibir dan lidahnya mencari-cari dan menari-nari di atas tepi bibir vagina. Klitorisku yang sebesar kacang merah mengeras dan keluar dari ujung atas vaginaku dan “Ahhh… ahhh…” lidah Andi terasa melewati dan kasap sekali seperti amplas. Aku sudah tak kuat lagi dan nafasku menderu-deru bak angin puyuh. Andi mendekap pantatku dan diangkatnya aku dari tangga. Dasar anak muda kuat sekali, dia menggendongku dalam posisi demikian. Aku pun tak takut jatuh lagi, pikiranku nanar menikmati sedotan mulutnya.

Dibawanya aku keranjang besar dan direbahkannya lembut di sana. Sambil jalan tadi mulutnya tak lepas dari vaginaku yang sudah kuyup dengan cairanku. Akhirnya dalam 2 menit aku menjerit, “Aaauhhh…” dan kutekan dengan pinggangku dan kulipatkan pahaku di sisi kepalanya dengan kuat. Mulut Andi menyedot kencang di klitorisku dan meletuslah orgasmeku yang pertama sejak 2 bulan ini. Mataku berkaca-kaca dan nanar. “Andi… Andi… enakkk… enakkk sekali… terus… terus… Ndi…” keluhku. Kulihat Andi pun terengah-engah, “Mbak… Mbak… tolong lepas dong pahanya, Andi hampir tidak bisa nafas nih…” Kulepaskan kempitan pahaku dan segera kududuk bersimpuh di ranjang dan kutarik dasterku ke atas, terpana Andi melihat buah dadaku masih keras dan berdiri dengan sedikit pongah dalam ukuran 38C.

Diulurkan secara pelan tangannya takut-takut, langsung kusambar dan kuletakkan di atas putingku, segera diremas-remasnya bak tukang roti meremas-remas adonan terigu. Putingku terasa tertekan di telapak yang kasap sekali dan seketika nanar kembali pandanganku. Mataku berkaca-kaca. Nikmatnya langsung seperti listrik mengalir spontan ke arah vaginaku yang baru saja orgasme. Kutarik, kutindih si Andi dan sambil menarik ke bawah celana pendeknya, dan wess… batang penisnya yang sudah keras sekali terpental kena pipiku. Di ujungnya terlihat cairan bening tanda ia sudah benar-benar bernafsu sekali. “Aduh… aduh… Mbak… aku tidak kuat lagi.. mau keluar…” Aku terperanjat karena lupa bahwa anak muda seperti Andi belum bisa tentunya menguasai diri. Cepat kukulum kepala penisnya dan kusedot sambil kumasukkan sampai hampir ke belakang mulutku. Perlahan kugerakkan kenyotan dan lidahku terputar-putar di sekeliling kepala penisnya. Andi terguncang di ranjang dan mengejang, terasa menahan geli enak dan dalam 1 menit meledaklah mani dari buah zakarnya yang kuelus-elus. Telapak tanganku yang satu meraba daerah antara zakar dan pantatnya, dan Andi tambah nikmat mengeluarkan orgasmenya. Wah maninya banyak sekali dan memenuhi mulutku. Aku telan semua mani Andi tak bersisa sedikitpun, kupijat batang penisnya yang masih keras itu sampai akhirnya bersih semua. Kukeluarkan penisnya dan kelihatan berkilat merah darah tua gundulnya itu. Berkilap-kilap basah. “Aduhhh… luar biasa enak sekali Mbak, maaf ya saya tidak kuat lagi…” Matanya sayu dan masih sambil menikmati ketelanjanganku. Aku menerkamnya dan memeluknya dan buah dadaku terasa kempes di atas dadanya yang keras. Andi memerah wajahnya karena kemesraan yang kulakukan. Di pahaku terasa penisnya mulai mengeras lagi, aku geli merasakannya, segera membesar… membesar… dan kuremas lagi dengan tanganku. “Tuh Andi, apa itu tuh…? Tidak apa kamu keluar tadi itu normal, sekarang mulai mekar lagi tuh…”

Vaginaku kuletakkan di atas batang penisnya dan… “Lihat nih Andi…” Aku mulai menggosok- gosokkan dan menggeser-geser ke atas dan ke bawah dengan mulut bibir vaginaku di atas batang penisnya. Terasa rambut kemaluannya menggelitik ke bibir vagina dan ke batang panas itu. Andi ternganga dan tergagap-gagap menyaksikan dan di depan matanya berayun-ayun buah dadaku, ia masih tak percaya apa yang sedang terjadi. “Ndi, remas-remas buah dadaku lagi dong…” keluhku keenakan menggosok vagina itu. Kuarahkan klitorisku dan terasa belakang kepala penisnya menggaruk-garuk, enaknya tak terkira nikmatnya. Cairan dari lubang vaginaku mengalir dan aku mulai jongkok. Kupegang penisnya dan kuarahkan ke mulut lubang kenikmatan itu. Perlahan kuturunkan pinggangku dan… “Aahhh…” kepalanya kugaruk-garukkan di bibir vaginaku sebelum perlahan kumasukkan. Andi terbalik-balik matanya menahan nikmat yang tak terkirakan itu.

Sengaja aku berhenti setelah kepalanya masuk sedikit, dan senut-senut kupermainkan otot bibir vaginaku (ilmu ini kudapat dari si Mbok Inem). Andi merasakan betapa kepala penisnya seakan dipijat-pijat dan dinding bibir vagina itu seolah menyedot dan menghimpit dengan halus. Lekukan bibir vagina itu pas sekali ke kepala penisnya. Dia mencoba mengangkat pinggulnya akan memasukkan lebih dalam dan aku terdiam saja masih jongkok, dan… “Bless…” masuk lagi beberapa inci, dan akhirnya aku duduk di atas pinggang Andi. Pahaku menganga di kiri kanan dengan seksi sekali, dan akhirnya seluruh penis sudah amblas ke dalam lubang vaginaku. Rambut kemaluanku tersibak ke kiri dan ke kanan di antara batang penisnya.

Aku terpejam menikmati betapa panas dan kerasnya batang itu meregangkan seluruh lubangku yang sempit sekali. Agak sakit memang, karena lama sudah tak dikunjungi daging keras itu. Perlahan-lahan kunikmati dan aku mulai menggerakan naik-turun, kemudian teratur aku gerakkan pinggangku ke depan dan ke belakang. Andi pun merasa penisnya seolah-olah diperah dan kepala penisnya terutama. Enak luar biasa, ia mengimbangi dengan gerakan naik-turun juga. Aku sudah seperti penunggang kuda. Buah dadaku tak dilupakan Andi, aku membungkuk sedikit sehingga kedua melonku bisa diremas-remasnya dan… “Niiikmaaatt…” Aku percepat gerakanku dan sekarang aku mulai gerakan penari Hawaii, hanya pinggulku yang bergoyang dan gerakannya memutar lingkaran.

“Hehhh… ahhh…” garukan kepala penis di dinding vaginaku terasa luar biasa, seluruh lekuk-lekuk lubangku terasa digaruk. Aku ingin tahu berapa lama Andi kuat menghadapi manuverku, kukerahkan otot-otot vaginaku dan kulihat lagi mata Andi sudah terpana, terbeliak-beliak sehingga kelihatan hanya putih biji matanya saja dan mulutnya mengeluarkan suara seperti tak ada artinya. “Ahhh… ahhh… akkkhh… Mbak Asti… Mbak Asti… enakkk…” Tangannya sekarang memegang dan meremas bukit pantatku. Dan aku sendiri merasa orgasmeku mulai bergelora menuju puncaknya. Aku seperti penunggang kuda menaiki kuda liar dan naik-turun putar… putar… putar… Buah dadaku terasa bebas sekali terpental pental, rambut kemaluanku dan rambut kemaluan Andi terasa bersatu tiap aku meremas memutar di atasnya, “Ahhh ahhha ahhh…” Akhirnya meletuslah orgasmeku dan aku masukkan dalam-dalam penis Andi dan kulebarkan pahaku di sisinya dan kugosok keras keras bibir kemaluanku di atas rambut kemaluannya, dan… dan… dan… Andi pun meletus lagi orgasmenya, “Srottt… serrr…” terasa maninya menyemprot di dalam lubangku tapi tak kuperhatikan lagi. Aku sendiri seperti lupa diri memutar mutar pinggangku dalam gerak melebar dan meremas kuat batang penis Andi.

Akhirnya aku lemas rebah di atas dadanya.

“Mbak Asti luar biasa deh… aku senang sekali bisa diperawani oleh Mbak Asti…”

“Apa? Oh kamu tuh belum pernah toh… Di… Aku kira kamu sering sama-teman mahasiswi atau suster-suster di rumah sakit, kan pada cantik-cantik…”

Andi memerah wajahnya dan berkata,

“Aku pemalu Mbak… jadi tidak pernah dapat. Sekarang aku dapat sama Mbak Asti, aku senang sekali… boleh lagi tidak…?”

Aku cubit zakarnya.

“Tentu.. tentu.. boleh Ndi… asal kamu tidak bosen saja, Mbak kan sudah tua,” godaku sambil meremas-remas buah zakarnya.

Ayo kita mandi saja bareng.

Siang itu aku selesai dengan Andi, lalu aku berbenah dan pergi ke rumah Mbak Nani di seberang. Ia seorang janda seumurku, tapi aku tahu juga ia suka menerima laki-laki. Nani sebenarnya teman aerobikku di tempat senam. Dengan Mbak Nani aku sama-sama berdagang berlian untuk tambahan penghasilan, karena ia banyak relasinya di Dharma Wanita sewaktu suaminya masih ada. Badannya tinggi, hampir sama dengan aku yang 178 cm dan buah dadanya pun ukurannya 38D. Nani tidak punya anak dan di rumah ia tinggal bersama 2 sepupu wanita dan adik-adik suaminya yang masih pada sekolah, ada yang SMA dan ada yang sudah kuliah. Aku jarang ke rumahnya selama ini karena dulu suamiku dulu tak suka aku bergaul dengan dia. Entah kenapa.

“Mbak, Mbak Nani…” panggilku sambil mengetuk pintu.

Kok sepi ya? Aku masuk dari pintu samping dan rupanya sedang pada pergi karena motor anak-anak pada tidak ada.

“Mbak…?”

“Ohh… Ibu Asti,” sambut pembantunya, Mbok Warsih.

“Ibu Nani kemana ya? tadi sih ada, mungkin mandi… maaf ya Bu, Mbok lagi nyuci piring nih, Bu Asti masuk saja.”

Aku masuk ke ruang tengah dan duduk di sofanya, dan aku tiba-tiba mendengar suara sayup-sayup mendesah-desah. Jantungku berdegup seketika mendengar suara yang amat familiar kukenal itu. Perlahan-lahan kucari sumber suaranya, dan ternyata datang dari kamar atas, kamar Mbak Nani. Aku naik berjingkat-jingkat, aku masuk ke lorong di atas dan benar! Dari kamar Mbak Nani, lagi ngapain dia? Lututku terasa lemas lagi mengingat Andi tadi pagi, dan terasa bibir vaginaku melembab dan empuk lagi. Nafsuku mulai berkobar-kobar membayangkan apa yang mungkin sedang berlangsung di kamar Nani.

Nahh… kamarnya tidak tertutup, pintunya masih terbuka sedikit, perlahan kudorong dan kusingkap gordin kamar dan astaga… Mbak Nani sedang disetubuhi dan posisinya ia berlutut menungging, pantatnya tinggi ke atas dan goyang pinggulnya kencang. Aku tak bisa melihat jelas siapa laki-laki itu, tapi mataku terbelalak dari posisiku jelas melihat penisnya keluar masuk cepat ke lubang vagina, dan saking pasnya terlihat bibir vagina itu tertarik keluar setiap batangnya ditarik keluar. Batang itu… oh… batang itu basah berkilap-kilap keluar-masuk keluar-masuk dan buah zakarnya bersih sekali kemerahan tak ada rambut sama sekali. Paha Mbak Nani pun basah dengan aliran cairan dari vaginanya berkilat kilat kena cahaya.

Lututku benar-benar lemas, dan celana dalamku membasah. Aku hampir jatuh saking lemasnya, dengkulku dan aku berpegang pada amban pintu. Perlahan kudorong lagi pintunya lebih lebar dan keduanya benar-benar kerasukan, sehingga tidak melihat pintu membuka lebih lebar. Kakiku benar-benar terasa seperti agar-agar jelly, lemas. Aku berpegang pada amban pintu dan Mbak Nani pun dalam badai nafsunya terlihat memutar pinggulnya mengikuti enjotan dari lelaki itu. Buah dadanya terpental-pental dan desahnya benar-benar menghanyutkan, sepeti suara binatang sedang birahi. “Ahhh… shh ssshhh Mas Mas…. enakkk… Uhhh uhhh… hmmm…” seru Nani. Tiba-tiba mereka meregang dan meletup-letuplah orgasme mereka dan terbadai-badai buah dada Mbak Nani karena binalnya ia menjepit penis itu. Dan terpuruk ia dipelukan lelaki tadi dari belakang.

Nafas mereka memburu terengah-engah seperti pelari maraton. Siapa lelaki itu? Perlahan aku mundur dan terduduk di kursi tamu di beranda kamar itu. Nafasnya masih tak terkendali dan celana dalamnya kuyup. Aku bingung mesti ngapain dan aduh gatalnya lubang vaginaku, gila aku tadi baru dengan Andi, kok sekarang sudah begini lagi. Kurapatkan pahaku kencang dengan harapan sedikit terbantu.

Masih tetap membara dan akhirnya aku tidak kuat lagi dan aku buru-buru pulang berharap Andi masih di sana. “Andi… Andi…” seruku dengan parau. Begitu masuk ke rumah, kok tidak menjawab, pikirku. “Andii…” aku mencari ke paviliun, wah kosong semua, sudah pergi dia, keluh kecewaku. Aku naik ke atas dan segera membuka semua bajuku. Mandi, pikirku untuk meredakan ini. Aku terdiam di bawah shower, aduhhh… aliran air malah tambah merangsangku. Bagaimana ini, bagaimana, ah masturbasi saja, dan kuraba klitorisku yang sudah nongol keluar, “Shhh… shhh enakkk…” tiba-tiba terdengar suara bel pintu. “Aduh siapa lagi… Andi pulang?” harapku. Aku segera mengambil handuk dan kulibatkan di sekeliling tubuhku yang sintal, wah… kurang besar. Kugenggam saja handuk itu biar tidak copot.

Bel berbunyi tak sabar lagi, dan aku cepat turun, kupikir lihat dulu siapa dan kalau tidak kenal biar tak kubuka, aku mau masturbasi, kesalku. Dari jendela kulihat, wah ternyata anak pengantar koran, anaknya Pak RT di ujung jalan. Aku bimbang apakah mau membuka pintu atau tidak? Bagaimana aku, hanya handukan saja. Entah kenapa, impulsif kubuka juga dan aku melihat anak lelaki dengan mulut ternganga terbesar begitu dia melihatku hanya berhanduk dan masih basah kulitku dan rambutku. Dalam hati, aku senang karena berarti aku OK dong.

“Ya…?” tanyaku.

“Oh maap Mbak… eh Ibu… mau nagih uang koran.”

Ihh sialan, hanya mau nagih, batinku.

“Bisa lain kali?” ujarku.

“Oh eh… bis bis… bisaa…” paraunya.

Lho kok ia menutup-nutupi depan celananya. Tiba-tiba aku sadar bahwa anak ini sudah lumayan besar, mulai deh aku berpikir lain.

“Eh iya deh, aku bayar saja, masuk dulu deh… aku baru mandi,” kataku.

“Ah biar di sini saja Mbak, eh Ibu…”

Kuulurkan tanganku dan kutarik saja masuk dan ia jalan agak membungkuk-bungkuk, rupanya mencoba menyembunyikan sesuatu.

“Kenapa sih?” tanyaku, “Kamu sakit pinggang?”

“Ah.. ah… eh… tidak… tidak…” katanya.

Mukanya merona merah sekali.

“Ya sudah ayo masuk ke sini!”

Kutarik lagi dan kubawa ke ruang tamu.

“Duduk deh…” lau dia duduk, “Namamu siapa?”

Aku masih berdiri di depannya dan tetesan air masih mengalir di pahaku. Si anak itu matanya terbelalak melihat paha mulusku di depan mukanya.

Apa… apa… apa Mbak…” gelagapan terus dia.

Aku tambah geli saja.

“Oh saya namanya Banu…” jelasnya hampir berbisik.

Matanya masih menatap pahaku yang basah, pori-poriku masih menggremeng sehingga bulu-bulu halus di situ kelihatan berdiri.

“Banu mana bonnya?” tanyaku.

“Oh oh… iya ini…”Tangannya menggapai tas yang ditaruhnya di atas pahanya dan aha… rupanya ia berusaha menutupi penisnya yang sudah tegang berat. Ha ha ha, aku mau menikmati siang ini untuk melepas dahaga gara-gara Nani tadi. Biar deh anak Pak RT sudah besar juga kok. Tapi aku mesti hati-hati supaya dia tidak shock.

“Ini buat bulan lalu ya Ban?” tanyaku sambil mengambil kwitansi dan aku jalan ke buffet tempat aku menaruh dompetku.

“Ii.. iiiya… Tante eh Ibu eh… iya…” katanya.

Dari kaca di atas buffet aku melihat matanya mengikuti goyang pantatku di balik handuk yang nyaris tak menutupi pantatku dan pasti bulu di sela-sela pahaku bisa dilihatnya. Sengaja kuregangkan kakiku dan matanya membesar dan membesar. Aku pura-pura mencari-cari dompet dan membelakangi dia dan matanya sudah terkunci ke pantatku yang sintal. Lalu aku berjinjit dan pura-pura mencari di atas lemari tepi buffet sehingga handukku naik ke atas juga. Ha ha ha, pasti dia melihat lebih jelas lagi ujung vaginaku sekarang.

Aku tiba-tiba membalik dan Banu sudah pucat dan seperti orang dihipnotis saja. Aku balik membawa dompetku dan sengaja aku duduk di seberangnya. Kukangkangkan kakiku sehingga handukku naik ke atas paha. Aku pura-pura meneliti rincian kwitansi dan Banu matanya menjalang mencoba mencari apa yang akan bisa dilihatnya. Aku sendiri sudah basah kuyup, vaginaku lemas membayangkan mau menikmati anak ini.

Tiba-tiba aku bertanya,

“Eh kamu hari Minggu koq tidak pergi main-main sih? kan bisa besok nagih.”

“Aa.. aku pengen beresin ini Bu…” katanya.

“Masih banyak yang mesti ditagih?” tanyaku lagi.

“Tidak, ini terakhir.”

“OK, ini uangnya dan terima kasih ya,” kataku sambil berdiri.

Terlihat mukanya kecewa karena mungkin inginnya sih apa ya? (mana aku tahu dia mikir apa, yang jelas tegangnya masih tuh di balik celana pendek jeansnya).

Dia berdiri dan cepat ditutupkannya lagi tasnya di depan kemaluannya.

“Eh Banu, mau bantu Mbak tidak?” tanyaku.

Dengan sergap ia menjawab, “Mau…” katanya senang.

“Ini Mbak mau pakai krim tapi susah kalau di belakang punggung. Mau tidak kamu bantuin oleskan.”

Wah kalian mesti lihat ekspresi mukanya, seperti orang menang lotere 1 juta dolar tuh.

“Ayo sini naik ke kamar Mbak deh!” ajakku.

Berdebar-debar aku membayangkan ini semua. Lubang vaginaku sudah bukan main gatelnya. Aku berbaring telungkup tanpa melepas handuk setiba di kamar.

“Itu Ban, ada di meja hias yang warna putih botolnya.”

“Ini ya Mbak?” katanya cekatan.

Ia sudah lupa dengan tasnya dan celananya seperti sebuah tenda dengan tonggak tegak lurus.

“Yep….. itu dia Banu. Ini mulai dari pundak atasku ya Ban.

Ia duduk di pinggirku dan nafasnya terdengar terengah-engah. “Srr…” duh dinginnya krim itu ketika ia mulai mengoles pundakku. Tangannya terasa hangat sekali dan gemetar.

“Banu kamu pernah tidak ngolesin body cream gini?” tanyaku untuk membuat ia relaks.

“Ahhh… nggak pernah. Mbak cantik sekali dan kulitnya halus bener deh,” katanya sambil terus mengoleskan krim.

Ah enak, dan pahanya terasa menempel pada sisi tubuh atasku.

“Eh Mbak, ini handuknya ngehalangin,” katanya lebih berani.

Aku berdebar dan… “Oh iya… dorong saja…” tangannya mendorong sisi atas haduk di punggungku dan ditambahkannya krim dan dioleskannya ke punggungku.

“Mbak.. eeeh… saya buka saja ya handuknya.”

Ah… batinku, berani juga anak ini. Kuangkat sedikit badanku dan ditariknya handuk dan jadi longgar dan copot. Buah dadaku terasa sedikit pedih waktu ditariknya handuk itu dan telanjang bulatlah aku. Dari kaca meja hias aku lihat Banu ternganga lagi melihat tubuh mulus dan montok tersaji di depan matanya. Ia lupa mesti memberi krim. Aku pun menahan nafsuku dan tetap terlungkup.

“Eh Banu ayo dong! ngeliatin apa sih kayak belum pernah ngeliat wanita,” desahku merangsang.

“Oh iya iya…”

Dia mengoles lagi dengan sigapnya, tangannya teasa tambah hangat.

“Hmm, pantatnya juga tidak Mbak Etty?”

Hi hi hi dia panggil aku pakai nama Etty, lucu rasanya karena sudah lama tidak dipakai nama itu.

“Iya,” ujarku.

Dan “Seerr…” rabaan tangannya membuatku mendesah keenakan dan suasana di kamar itu sudah penuh dengan hawa nafsu saja. Rabaan tangannya mulai mengcengkeram kedua bukit sintal, dan aku pelan-pelan merenggangkan pahaku dan kuangkat sedikit pantatku. Banu pindah ke dekat pahaku dan aku geli karena pasti dia ingin lihat vaginaku. Sengaja kuangkat terus dan kulebarkan lagi pahaku dan tangannya masih meremas-remas (bukan ngolesin lagi cing).

Kulihat ia menjilatkan lidahnya ke bibirnya dan tangannya mendekat ke arah paha dan jempolnya kiri dan kanan mendekat ke vaginaku sambil tetap meremas-remas pantatku sebelah bawah. Aku pun tak sadar mendesah-desah keenakan dan terasa di sebelah dalam pahaku mengalir cairan dari vaginaku. Aku diam saja supaya Banu tidak malu dan kuintip terus dari kaca kelakuannya. Diulurnya jempolnya dan terasa sentuhan halus di tepi bibir vaginaku. Enak dan aku angkat lagi pantatku dan jempolnya menyentuh lebih berani. Aku menahan terus nafsuku, maunya sih aku sudah berbalik dan kuterkam saja si Banu ini tapi itu akan mengurangi nikmat. Banu melihat aku diam saja dan jempolnya tambah ke dalam pahaku dan ia kelihatan terkejut merasakan lincir dan hangat, basah sekali bibir vaginaku. Ia melihat aku tetap terdiam, aku menggigit bantal yang kupeluk dan terasa puting susuku gatal sekali juga. Kutahan nafsuku dan kubiarkan dia eksplorasi dulu.

Nak Banu… aduhh…” keluhku, “Shhh… enak sekali…”

Dan kakinya tambah dikangkangkannya lebar-lebar, pantatnya naik sedikit sehingga vaginaku sudah terpampang di mata Banu yang terbelalak. Tenggorokannya kering sekali dan tangannya dingin. Bulu kemaluanku sudah menempel karena kuyup. Jari Banu meremas-remas pantat dan paha atas. Dilihatnya vagina merekah dan bau khas seperti laut begitu merambah hidungnya membuat suasananya tambah merangsang. Dasar anak masih “ijo” dia tak tahu mau ngapain. Aku biarkan jarinya mendekat ke bibir vaginaku dan kutahan nafas mengantisipasi enak yang bakal kurasakan. Kutinggikan lagi pantatku dan terasa jarinya menyentuh dan mulai menggosok dengan rasa ingin tahu sambil takut dimarahi. Aku berbisik, “Terus Banu… paha dalam ibu itu perlu juga,” aku memberanikan dirinya, dan aku lebarkan lagi pahaku sehingga betul betul sudah bebas terlihat belahan vaginaku dari belakang situ. Jari-jari Banu mulai mendekat lebih jauh ke lubang dan bibir-bibir kiri dan kanan vaginaku dan mengorek-ngorek. “Aduhhh… nikmat sekali…” Jari tengah Banu masuk ke lubang basah dan keluar-masuk, ia mengorek-ngorek tanpa tahu apa yang harus dikerjakan. Kutuntun tangannya dan kutangkupkan pada vaginaku dan jari telunjuknya aku letakkan di atas klitorisku “Gosok dan gelitik Banu!” kataku. Pantatku tambah tinggi sehingga aku hampir berlutut. Pantatku sudah hampir setinggi mulut Banu yang ternganga selebar pintu Tol.

Dengan pelan tanganku meraba paha Banu, seperti orang kena listrik ia mengejang. “Jangan takut Banu, Ibu tidak apain kok.” Aku naikkan lagi dan penisnya yang sudah keras luar biasa terasa di luar celana pendeknya. Aku elus-elus dan ia seperti orang kesurupan, matanya terbalik-balik keenakan, dan kutarik celananya ke bawah, ia berdiri dan bebas merdeka batangnya itu. Kugenggam erat-erat dan aku bilang, “Banu kamu ke belakang situ dan tempelkan penismu ini ke mulut lubang vagina.” Aku menungging berlutut, pantatku tinggi ke atas dan posisi vaginaku sudah terbuka lebar. Banu mendekat dan sambil memegang penisnya ia mengarahkan ke vaginaku.

“Ahhh.. ahhh… enak Banu…”

“Iya Mbak enak sekali…”

Aku pegang penisnya dan pelan-pelan kuamblaskan ke dalam lubang vaginaku. Gila panas sekali batangnya itu. Dan aku mulai berayun-ayun ke depan dan ke belakang. Banu pegangan pada pinggulku, buah dadaku berayun-ayun menggelantung bebas. Dan pelan sekali kusedot penis Banu dalam vaginaku, kugerakkan otot dinding vaginaku bergelombang-gelombang. Di kaca aku melihat posisiku dan Banu, sungguh pemandangan luar biasa. Anak masih “ijo” itu antusias sekali dan kelihatan ia masih bingung-bingung. Terus kugenjot dan Banu mulai pintar mengikuti gerakannya, dan terasa batangya maju-mundur menggaruk-garuk dinding vaginaku dengan nikmat sekali.

Dan 2 menit kemudian meledak-ledak orgasmeku dan ia kujepit dengan kencang dalam vaginaku sampai terasa seperti kuperas batangnya sampai kering dari spermanya. Terdampar Banu di atas punggungku dan aku rebah ke ranjang. Penisnya masih setengah tegang dan terasa berdenyut denyut. Itu pengalaman Banu pertama.

Aku tertidur setelah itu dengan enak sekali, sungguh segar. Besoknya aku sibuk di kebun sampai sore, dan siangnya aku tidur lagi sebentar, rencanaku anak kostku yang lain akan kupetik perjakanya. Jam 06.00 sore aku mandi dan dandan sedikit, aku kenakan daster tipis. Setelah itu aku duduk di kamar tamu membaca koran sore menunggui anak-anak kost pulang kuliah sore.

Ketukan di pintu menyadarkan aku dan aku bilang, “Iya…” Andi masuk dan ia senyum-senyum.

“Ada apa Andi? nggak jadi nginap di rumah Anwar ya?” kataku manis.

Aku tak bangkit dari ranjang, dasterku agak tersingkap kubiarkan. Mata Andi segera melihat itu dan senyum lagi.

“Anu Mbak Etty. Perlu apa-apa tidak?” katanya sambil mendekat.

“Oh ini Mbak Etty…” katanya sambil duduk di sampingku dan tangannya memegang tanganku.

“Tapi tidak boleh marah ya… Herman, Toni kan masih SMA, mereka baru dapat pelajaran biologi dan sering nanya-nanya, aku tapi sulit juga menjelaskan kalau tidak ada peragaan.”

“Lha iya, kamu kan di kedokteran bisa dong ngejelasin,” kataku.

Elusan tangannya membuat hatiku berdesir lagi dan vaginaku langsung mendenyut. (Gila nafsuku besar sekali sih batinku).

“Lalu kenapa?”

“Ini lho, tapi bener ya tidak boleh marah?” kata Andi lagi.

“Iya sudah, apa sih susah banget mau ngomong. Kamu perlu uang buat beli peta biologi?”

“Eh tidak, sebenernya sudah ada tapi perlu bantuan Mbak Etty,” kata Andi lagi.

“Gini Mbak, mereka ingin tahu tubuh wanita dan aku pikir paling gampang kalau Mbak Etty tidak keberatan aku pakai tubuh Mbak buat peragaannya.”

“Ha.. ha.. ha… Andi kamu ada-ada saja, malu ah,” kataku sambil berdebar-debar dengan pengalaman baru ini.

“Boleh tidak Mbak?” desak Andi lagi.

“Iya dah, tapi gimana? aku mesti apa?”

Baru aku bilang begitu pintu kamar sudah terbuka dan masuk Herman dan Toni. Kurang ajar dari tadi mereka nguping di pintu. Aku agak menjerit karena kaget. Herman dan Toni malu-malu dan mukanya merah. Andi mengajak mereka ke tempat tidurku dan katanya, “Mbak saya lepas ya dasternya.” Aku malu, karena aneh rasanya ada 3 lelaki muda di kamarku. Tapi gemuruh di dadaku menggebu-gebu membayangkan tubuh ke-3 anak muda ini. Aku hanya bisa manggut-manggut, lidahku kelu dan duh vaginaku sudah langsung melembab dan lembek terasa hangat bibir vaginaku. Aku duduk dan kuangkat dasterku dan waktu tanganku ke atas buah dadaku langsung bebas menggelinjang sintal dan kulihat mata ke-3 anak itu membelalak. Aku menutup buah dadaku dengan daster yang sudah lepas dan Andi mendekat lagi. “Mbak baring ya, tangannya ke atas. Ini kita serius kok Mbak, mereka besok ujian. Jadi Mbak tidak usah malu karena membantu nih.” Tanganku ditariknya kedua-duanya ke atas dan buah dadaku munjung dengan bebas dan seksi sekali. Kulirik dan duh mereka sudah pada tegang. Aku berbaring hanya bercelana dalam segitiga kecil sekali hampir tak bisa menutup vaginaku dan di depannya jelas sekali basah sudah.

Andi juga suaranya bergetar karena menahan nafsu, aku rasa. “Ton, Man sini kamu di sisi sana biar aku jelaskan tentang buah dada,” katanya sok seperti dosen. Herman dan Toni berdesak-desak dengan gesit mendekat. Andi memegang buah dadaku dan menjelaskan bahwa ini adalah buah dada yang sehat dan terpelihara baik katanya sambil meremas, dan katanya, “Nah kamu coba pegang dan remas-remas! Herman kamu perah yang sini dan Toni kamu coba kekenyalan yang satunya, kemudian gantian dan bandingkan.” Mata mereka jalang sekali dan kedengaran desah nafas mereka yang sudah tak beraturan. Aku sendiri begitu diremas Andi tak sadar mendesah enak. Dan seketika kedua anak itu rebutan meremas-remas kedua buah dadaku, dan banjirlah cairan di vaginaku.

“OK.. OK.. sudah sudah cukup!” seru Andi, “Sekarang lihat ini, ini adalah puting susu dan di sekitarnya ini disebut aerola,” katanya sambil memelintir putingku ke kiri dan kanan, aku menggelinjang geli. “Ini kalau sehat akan bereaksi bila disentuh atau dirangsang sehingga mengeras,” lanjutnya. “Nah coba kamu pegang puting seorang satu ya… dan pelintir seperti ini!” katanya sambil mencontohkan dijepitnya puting susuku di antara jempol dan jari telunjuknya dan diputarnya putingku. Aduh seketika aliran syarafku ke vagina tambah enak rasanya. Vaginaku terasa kuyup dan mengalir ke sisi pahaku. Celana dalamku tak dapat menampung lagi cairan itu. Herman memelintir puting susu kiri dan Toni di buah dada kananku. Aku tak sadar kakiku sudah mengempit dan bergoyang-goyang menahan rasa geli dan pinggulku bergeser-geser di ranjang. Andi sendiri memperhatikan kedua anak itu praktikum di puting susuku dan keduanya asyik sekali. Diremasnya vaginaku dari luar celana dalam sehingga aku sudah kehilangan sadar dan rasa malu. Gelinjang-gelinjangku sudah seperti kuda liar.

“Andi… Andi… ooohh… Gila kalian ayo dongg…” Pelintir-pelintiran tangan Tony dan Herman masih terus dan mereka seperti anak kecil dapat mainan. “OK OK, stop dulu!” muka keduanya kecewa dan mereka menurut sekali. “Sekarang kita beralih ke bagian sini,” katanya sambil meremas vaginaku. Aku senang sekali serasa akan mendapat pelepasan. Mereka semua jelas-jelas sudah ereksi penisnya tapi masih menahan diri. Sebenarnya aku yang sudah tidak tahan ingin sekali vaginaku dimasuki batang panas dan aku gembira sekali membayangkan ada 3 penis panas. “Ini namanya vagina,” kata Andi sambil meremas-remas terus dari luar CD-ku yang sudah kuyup. “Mas Andi, kenapa kok basah gitu sih?” tanya Toni dengan polos sambil agak bergetar dan parau suaranya. “Oh ini,” kata Andi sambil memegang depan CD-ku. “Ini biasa kalau wanita sedang birahi maka akan keluar cairan-cairan seminal seperti ini. Dan maaf Mbak Etty, saya turunkan ya celananya!” Lagi aku tak bisa menjawab kelu lidahku dan aku hanya manggut cepat dan kuangkat pantat dan pinggulku. Andi menyelipkan tangannya ke samping CD-ku dan menariknya turun, seketika terbukalah vaginaku dan Herman maupun Toni tambah besar saja belalak mata mereka.

Andi mengelus-elus vaginaku dan mengatakan, “Ayo kalian pindah ke sini dekat paha Mbak Etty biar jelas,” katanya. Nafas Andi pun mendengus-dengus, aku rasa kalau dibiarkan ia sudah mau menancapkan penisnya ke dalam lubangku. Andi menjepitkan jarinya pada bibir vaginaku yang tebal, empuk panas dan menyibak bibir vaginaku dan menariknya keluar, “Nah ini namanya labia, bibir vagina,” kata Andi. “Coba kalian rasakan, dielus-elus seperti ini!” katanya lagi. “Ahhh… nikmat sekali…” Herman dan Tony dengan gemetar memegang seorang sebelah dan menariknya. Kemudian mengelus-elus dengan ujung jari-jari mereka. Gila geli sekali, dan aku senang karena mereka serius dan semangat sekali (iya lah mana tidak semangat melihat vagina begitu cantik). Ada dua menit mereka menarik-narik pelan dan mengintip-intip dari dekat, dengus nafas mereka geli sekali kena pahaku di atas. Dan Andi menghentikan mereka. “OK, berikutnya perhatikan bentuknya ini,” katanya sambil menyibak rambut kemaluanku yang sudah kuyup oleh cairan vaginaku. Aduh, itu cairan mengalir kemana-mana terasa sampai ke lubang duburku. “Ini adalah klentit atau klitoris,” katanya sambil menarik kacangku yang sudah keras sekali. Di dorongnya keluar di antara kedua jarinya dan lihat…!” katanya lagi. “Ini kalau disenggol akan mengeras seperti ini.” Dan dimain-mainkannya dengan ujung jarinya klitorisku itu.

Mataku gelap rasanya seperti mau pingsan karena enak sekali. “OK, kamu coba Man,” katanya ke Herman, dan Herman dengan semangat menggoyang klitorisku dan ia juga bereksperimen menjepit klitorisku dengan kedua jari dan memilin-milin. Pantatku menggelinjang-gelinjang liar dan Tony aku lihat sepintas ternganga melihat kelakuanku. Andi sementara itu tak tinggal diam, ia memeperhatikan kedua anak itu sambil meremas-remas memerah buah dadaku. Aku lemas dengan nafsu yang sudah memuncak sekali. Pahaku sudah ngangkang lebar sekali dan bau mesum dari vaginaku memenuhi kamar. Badanku terasa hangat sekali dan betapa lubang vaginaku mengharapkan batang panas, tapi aku masih mengikuti semua permainan anak-anak ini. “OK, sudah!” katanya setelah Toni juga mendapat giliran. “Sekarang seperti ini kalian harus tahu bahwa lubang vagina ini sangat sensitif jadi tidak boleh kasar kalau mau memeriksa.” Andi memasukkan jari tengahnya yang kasap ke dalam lubang vaginaku dan begitu masuk dinding vaginaku langsung mendenyut mencengkeram, “Senut… senuttt…”

“Usahakan kuku kalian harus sudah digunting dan tidak tajam, karena kalau sampai luka sulit nanti sembuhnya,” katanya sok tahu seperti dosen sungguhan. “OK, kalian coba masukkan dan gosok gosok seperti ini keluar-masuk,” katanya. Aku terbadai saja di ranjang dan kedua anak ini bergantian memasukkan jari tengahnya memasturbasi aku, entah berapa kali sudah aku orgasme. Seprei ranjang sudah kusut seperti kapal pecah. Andi terus meremas-remas buah dadaku sambil memainkan puting susuku. “Nah sekarang kita harus mengerti juga bau vagina yang sehat seperti ini,” kata Andi. Ia mendekatkan hidungnya ke lubang vaginaku dan hembusan nafasnya yang panas menambah bara nafsuku. Kalau aku tidak menahan diri sudah kuterkam si Andi ini dan kutunggangi penisnya. Aku masih play along dengan mereka. Kemudian Andi berbicara lagi. “Dan kita juga perlu menjilati untuk tahu rasanya cairan ini,” katanya sambil bibirnya langsung menerkam vaginaku. “Ahhhh…” jeritku keenakan. Dan lidah kasapnya segera bermain di sekitar situ, kira-kira semenit ia dengan berat hati melepaskan dan…”OK, sekarang Toni kamu coba!” Toni dengan cekatan mendekat dan memasukkan mukanya di antara selangkanganku yang sudah kubuka lebar-lebar.

Aku ambil bantal dan kuganjal pantatku sehingga vaginaku munjung keluar. Mulut Toni terasa panas sekali dan dengan semangat ia menciumi dan seruput-seruput ia menjilati. Aku terbadai lagi dan orgasmeku memuncak untuk kesekian kalinya. Lidah Toni berkali-kali masuk ke lubang vaginaku dan cairan demi cairan dihisapnya. Kadang kadang ia menghisap dengan kencang dan pahaku sudah tak sadar mengempit kepala Toni. “Sudah Ton!” kata Herman menarik Toni dan membuka paksa pahaku, dia juga tidak sabaran jadinya. “Dan gantian Herman!” Aduh, gila digigitnya bibir kemaluanku, rupanya saking semangat tergigit sedikit bibir vaginaku, tapi ia juga semangat dan terasa lidahnya lebih panjang dan kasar lagi dari lidah Toni dan Andi. Aku menggeruskan vaginaku ke mulutnya dan pahaku mengempit kepala Herman di antara kedua pahaku yang sintal putih. Sementara Andi sudah membuka celananya dan penisnya sudah keras sekali, disorongkannya ke mulutku dan dengan rakus aku menerkam dan mengelomohi kepala penisnya. Toni juga tadi melihat Andi, ia meremas-remas buah dadaku dengan semangat. Kadangkadang aku agak menjerit karena sakit juga, mungkin gemes si Toni ini.

Herman masih asyik menyeruput vaginaku dan klitorisku, dia cari dan disedot. Toni tadi tidak sampai mengisap-isap klitorisku. Tak lama Andi meletup orgasmenya dan dengan rakus aku hisap kencang sambil meremas-remas batangnya dan mengocok-ngocok supaya spermanya keluar semua. Kutelan habis semua sperma itu. Toni ternganga lagi melihatku ganas seperti itu dan binal sekali. “Man, Man sudah Man!” kata Andi. Herman dengan segan mengangkat kepalanya dari vaginaku. Andi mengatakan, “Mbak Etty, kami perlu membuat eksperimen lanjutan, boleh tidak?” Aku sudah tidak bisa berpikir karena ingin sekali penis-penis ini kuremas dalam vaginaku.

Andi mengeluarkan pisau cukur Gillette dan katanya, “Man kamu ambil itu sabun untuk cukur kita cukur jembut Mbak Etty!” Toni masih terus meremas-remas buah dadaku dan kadang mempermainkan puting susuku, dan dihisap-isapnya juga. Tanganku memegang batang penisnya dari luar celana. Kemudian aku bilang, “Kalian tidak fair masak aku sendiri yang telanjang bulat kalian semua buka juga dong!” Aku rasa aku mesti lapor ke Jaya Suprana di MURI karena kalau ada rekor buka baju pasti mereka menang. Dalam sekejab sudah telanjang semua. Herman dan Toni bulu kemaluannya masih halus-halus, mereka baru SMU kelas I, kalau tidak salah ingatanku. Herman mengoleskan sabun di bulu-bulu kemaluanku sambil jarinya iseng mencubiti klitorisku. Dan Andi mulai mencukur dari mulai perut bawahku dengan hati-hati sekali, dan terasa bulu kemaluanku berjatuhan dan dingin di tempat yang sudah bersih. Terus Andi maju dan sekitar bibir tepi-tepi vaginaku juga. Ditariknya lembar bibir vaginaku dan dicukurnya pelan-pelan. Dan dalam beberapa menit gundul sudah vaginaku. Andi mengambil kaca kecil dan menyuruhku duduk. Aku mengangkang sambil duduk dan Andi meletakkan kaca itu di depan vaginaku, ha ha ha lucu sekali dan klitrosisku tampak jelas nongol, bibir vaginaku merekah dan kelihatan seperti kerang mentah.

“OK, sekarang giliranku,” kataku, “Kalian bertiga tiduran, kita lihat siapa yang paling kuat, Mbak akan tunggangi kalian satu persatu dan yang paling kuat lama malam ini boleh tidur sama Mbak sampai pagi hadiahnya,” kataku sambil senyum dengan buas dan binalnya. Ketiganya cepat berbaring dan aku bilang, “Ambil bantal semua, taruh bantal di bawah pantatnya!” Aku merasa liar sekali melihat ketiga tiang bendera dari daging itu sudah berdiri tegak lurus. Hmm, aku mulai dari Toni, dia berbaring di tengah dan aku jongkok di atas penisnya, kugenggam batang itu dan kugosok-gosok kepalanya di mulut vaginaku. Pelan-pelan aku jongkok lebih dalam dan kepala penisnya mulai masuk. Toni merem menikmati dan mulutnya terbuka dan mendesah-desah keenakan. “Bless…” masuk semua dan aku turun terus sampai terbenam dan aku mulai bergoyang berputar tanpa naik-turun dengan cepat, genggaman vaginaku kukerahkan dengan kuat, terus kuputar searah jarum jam. Buah dadaku yang montok bergoyang, satu di kiri diremas Andi dan yang kanan diremas Herman, mereka juga ikut terengah-engah. Aku mulai mengulek penis Toni ke depan dan ke belakang, berayun-ayun, pinggulku berputar-putar, dan terasa hangat dan kerasnya penisnya di dalam vaginaku dan mata Toni terbelalak ke atas sehingga kelihatan putihnya saja, dan badannya melengkung kejang.

Dalam 2 menit sudah orgasme dia dan semprotan maninya di dalam vaginaku panas sekali. Dan aku sendiri karena buah dadaku diremas-remas kedua anak ini di kiri dan di kanan juga tak lama ikut meledak. Suasana yang cabul ini menggelorakan birahi, dan aku mengejangkan badanku menikmati orgasme entah keberapa. Kempitan vaginaku membuat Toni agak kesakitan karena kuatnya otot dinding vaginaku. Terasa klitorisku menyentuh rapat ke penis Toni, dengan terengah-engah aku berlutut dan kucabut vaginaku dari penis Toni yang kuyup dengan sperma dan cairan kewanitaanku. Aku merangkak pindah menungging di atas penis Herman, buah dadaku bergantung bebas, aku ingin mengisap penis Herman dan menelan sumber awet muda, tadinya aku juga maunya Toni aku sedot dulu spermanya yang penuh protein itu, hanya vaginaku gatal sekali tadi. Dan setelah digaruk oleh kepala penis itu, enak sekali, agak mending walau aku masih penuh birahi. Terasa Andi menggosok vaginaku dengan tissue untuk melap mani Toni yang berleleran dan aku sudah tak perduli. Kuraih batang penis Herman yang kulihat agak gemetar menahan gejolak senangnya, ia membayangkan penisnya bakal aku sedot. Kuciumi dulu sepanjang batang penis dari satu sisi ke sisi lain. kemudian kulekatkan lidahku di bagian bawah kepala penisnya yang sudah berkilat-kilat basah dan kuputar sekitar penis itu dengan lincah dan seketika menggelinjang Herman keenakan.

“Aduh Mbak Ettyyy…” dan tangannya seketika mencengkeram rambutku dan mendorong agar penisnya masuk ke mulutku. Aku sengaja hanya menyentuh dengan ujung lidahku di atas kepala penisnya, dan tanganku mengelus-ngelus buah zakarnya yang sudah padat itu. Kuremas-remas buah pelir itu dan ciuman-ciuman ke batang penis sekitar pelir membuat ia tambah liar dan sudah seperti kuda liar. Menggeram minta agar aku menyedot. Ah anak muda perjaka. Aku masukkan kepala penisnya saja ke dalam mulutku dan kukelomoh seperti makan es krim Walls saja laiknya atau Lolipop. Pembaca wanita yang belum pernah nyoba anda kehilangan cara-cara yang menakjubkan ini untuk memberi nikmat pada pasangan anda (pasangan di rumah maupun di luar). Dan tanganku tetap menggocok pelir dan batang Herman sementara itu dari belakang Toni memelukku dan memerah-merah buah dadaku dan eh gila si Andi masuk ke selangkanganku yang sudah di lapnya dan ia menarik pantatku sehingga aku terduduk dengan vagina di atas mulut Andi. “Uihhh geli sekalii…” dan Andi karena sudah lebih pengalaman (siapa dong gurunya) memberiku kenikmatan selangit. “Aahhh…”

Gila deh aku dan tiga anak muda-muda dan telanjang bulat semua. Sayang tidak ada kamera video waktu itu. Kuhisap kencang sampai pipiku kempot dan lidahku menyambar-nyambar kepala penis di dalam dan akhirnya Herman mengangkat tinggi-tinggi pantatnya dan aku hampir tersedak penisnya masuk ke dalam rongga mulutku yang dalam, dan… “Srot… srott…” Bertubi-tubi spermanya muncrat dan kusedot dan kutelan habis. Mbak-Mbak, ini dia obat awet muda, rahasia lho. Dan Andi menyedot terus klitorisku sehingga aku pun orgasme dan saking naik ke otak, mataku gelap dan aku duduk menekan vaginaku di mulut Andi sambil berputar di situ. Aku tumbang ke samping dan Andi bangun, mulutnya berbuih putih di sekitar bibirnya sehingga aku tertawa melihatnya sambil terengah-engah. Dan Toni sudah ereksi lagi, Andi juga dan Herman masih mencari nafas, penisnya separuh tegang. Kuambil air di gelas dan sambil menenangkan nafas aku minum, eh lagi duduk gitu susuku sudah diremas-remas lagi dan idih ini anak-anak, entah tangan siapa masuk mengorek-ngorek vaginaku dan aku dipeluk dari belakang, siapapun aku sudah tidak perduli.

Aku menikmati mereka malam ini. Ujian biologi? Hmm aku tahu mereka hanya buat alasan saja. Telingaku dicium dan dijilat entah oleh siapa, perutku juga diciumi salah satu anak, dan aku langsung spanning”Ayo Ton, maju-mundur, Mbak kepit dengan tetek nih penismu, enak tidak.”

“Eeenakk… Mbakkkk…” gumamnya bingung.

Dia dengan canggung maju-mundur, keringat di buah dadaku menjadi pelincinnya.

“Man kamu berlutut di atas mulut Mbak dan sinikan penismu ke dalam mulut Mbak lagi,” kataku.

Lalu akhirnya Andi menyemprotkan spermanya ke dalam vaginanya, dan disusul Herman sambil mengerang kuhisap teras penisnya dan muncratlah spermanya memenuhi mulutku. Toni masih terus menggesek-gesek penisnya dikepit buah dadaku, lalu dia menyemprotkan spermanya sampai mengenai dagu dan muka.

Mereka lalu lemas berbaring di samping kanan dan kiriku, mereka benar-benar puas, dan ilmu mereka jadi bertambah, ilmu yang mana? Ah aku tidak perduli, pokoknya aku puas dan dapat pengalaman uang bermacam-macam. Sampai sekarang aku masih membutuhkan seks terutama yang muda-muda, agar awet muda, dan aku benar bahagia menikmati semuanya ini.

Lihat Juga : Cerita Bokep Dari Mata Turun Ke Ranjang

Cerita Mesum Kunjungan Seorang Sahabat Lama

$
0
0

Cerita Mesum Kunjungan Seorang Sahabat Lama – Segera saja kepala penis itu lenyap ke dalam mulut Ana, dan Jodi melihat bibir itu bergerak membungkus seluruh batang penisnya. Tangannya membelai rambut panjang Ana dengan lembut, menahan kepalanya saat seluruh bagian batang penisnya lenyap dalam mulut Ana. Kepalanya segera bergerak maju mundur pada batang penis itu, suara basah dari hisapan mulutnya segera terdengar.

Kembali, mereka mendengar pintu kamar mandi dibuka, dan Jodi mengeluarkan penisnya dari mulut Ana dengan cepat. Agak kesulitan dia memasukkan penisnya kembali dalam celananya dan segera duduk kembali di kursinya, menutupi perbuatan mereka. Roy duduk dan memberi Ana ciuman kecil, tak tahu kalau istrinya baru saja mendapatkan sebuah batang penis yang lain dalam mulutnya.

Cerita Sex Kunjungan Seorang Sahabat Lama Bagian Dua
Mereka kembali mendapatkan kesempatan sekali lagi di malam itu, dan mereka berusaha memanfaatkannya semaksimal mungkin. Bayi mereka menangis di lantai atas, Roy berinisiatif untuk pergi melihatnya. Ana lebih dari senang mengijinkannya. Dia sangat menginginkan penis itu, tapi dia tak mampu berbuat apa-apa. Meskipun mendapatkannya di dalam mulutnya tak mampu meredakan gairahnya.

Mereka dapat mendengar bunyi langkah kaki Roy yang menaiki tangga, dan Ana langsung berdiri. Dia tak pernah seagresif ini! Tapi kehausannya akan penis itu mampu mengubah tabiatnya. Hanya sekedar untuk segera melihatnya lagi! Dia langsung berlutut di antara paha Jodi, dan Jodi segera membukanya untuknya..

Cerita Sex Kunjungan Seorang Sahabat Lama Bagian Dua
Tangan mungilnya dengan cekatan melepaskan kancing dan resleitingnya, dan dia langsung membukanya dalam sekejap. Ana meraih ke dalam celana dalam Jodi dan mengeluarkan penis kerasnya. Vaginanya langsung basah hanya dengan memandangnya saja. Tangannya yang kecil mengocoknya, saat lidahnya menjilati dari pangkal batang penis Jodi hingga ke ujung.

Sekali lagi, dia kembali memasukkannya ke dalam mulutnya. Menghisapnya dengan rakus hingga mengeluarkan bunyi, tak menghiraukan resiko kepergok suaminya. Jodi mendengarkan dengan seksama gerakan dari lantai atas, memastikan Roy tidak turun ke bawah.

Jodi menatapnya. Bibirnya membungkus batang penisnya dengan erat, kepala penisnya tampak bekilatan basah terkena lampu ruangan ini saat itu keluar dari mulutnya, mata Ana terpejam menikmati. Dia ternyata begitu pintar memberikan blow job! Jodi sangat ingin menyetubuhi wanita ini, meskipun hanya sesaat.

Gairahnya sudah tak terbendung lagi, dan dia memegang pipi Ana, batang penisnya keluar dari mulutnya. Jodi berdiri, penisnya mengacung tegang, dan Ana berdiri bersamaan, memandangnya dengan api gairah yang sama. Jodi menciumnya, lembut, melumat bibirnya. Dia menciumnya lagi, dan lidah mereka saling melilit. Lalu ciuman itu berakhir. Jodi memutar tubuh Ana membelakanginya. Ana merasakan tangan Jodi berada pada vaginanya, berusaha melepaskan kancing celananya.

“Jangan..” desahan lirih keluar dari mulutnya.

Dia tak tahu mengapa kata itu keluar dari mulutnya saat dia ingin mengucapkan kata ‘ya’. Celananya jatuh hingga lututnya, memperlihatkan pantatnya yang dibungkus dengan celana dalam katun berwarna putih. Jodi merenggut kain itu dan langsung menyentakkannya ke bawah, membuat pantat Ana terpampang bebas di hadapannya. Jodi masih dapat mendengar suara gerakan di lantai atas jadi dia tahu dia aman untuk beberapa saat, dia hanya perlu memasukkan penisnya ke dalam vaginanya, walaupun untuk se detik saja!

Nafas keduanya memburu, dan Ana sedikit menundukkan tubuhnya ke depan, tangannya bertumpu pada meja makan, membuka lebar kakinya. Jodi jauh lebih tinggi darinya, penisnya berada jauh di atas bongkahan pantatnya. Dia sedikit menekuk lututnya agar posisinya tepat. Dia semakin menekuk lututnya, sangat tidak nyaman, tapi dia sadar kalau dia terlalu tinggi untuk Ana. Dia tahu dia akan merasa kesulitan dalam posisi ini, tapi hasratnya semakin mendesak agar terpenuhi segera.

Dia menggerakkan pinggulnya ke depan, ujung kepala penisnya menyentuh bibir vaginanya. Ana sudah teramat basah! Dan itu semakin mengobarkan api gairah Jodi. Saat bibir vagina Ana sedikit mencengkeram ujung kepala penisnya, Jodi tahu jalan masuknya sudah tepat. Dia mendorong ke depan. Ana menghisapnya masuk ke dalam, separuh dari penisnya masuk ke dalam dengan cepat.

Ana mendesah, merasa Jodi memasukinya. Jodi mencengkeram pantat Ana dan memaksa memasukkan penisnya semakin ke dalam. Batang penisnya sudah seluruhnya terkubur ke dalam cengkeraman hangatnya. Jodi mulai menyetubuhinya dari belakang, menarik penisnya separuh sebelum mendorongnya masuk kembali, lagi dan lagi. Serasa berada di surga bagi mereka berdua. Jodi berada di dalam vaginanya hanya beberapa detik, tapi bagi keduanya itu sudah dapat meredakan gelora api gairah yang membakar.

Tiba-tiba Jodi mendengar gerakan dari lantai atas. Ana tak menghiraukannya, dia sudah tenggelam jauh dalam perasaannya. Jodi mengeluarkan penisnya dari vagina Ana. Sebenarnya Ana ingin teriak melampiaskan kekesalannya, tapi segera dia sadar akan bahaya yang mengancam mereka berdua, segera saja dia menarik celana dan celana dalamnya sekaligus ke atas. Saat Roy datang, mereka berdua sudah duduk kembali di kursinya masing-masing, gusar.

Jodi dan Ana menghabiskan sisa malam itu dengan gairah yang tergantung. Saat malam itu berakhir, Jodi segera bergegas pergi ke kamarnya dan langsung mengeluarkan penisnya. Hanya dibutuhkan 3 menit saja baginya bermasturbasi dan legalah.. Tapi bagi Ana, tidaklah semudah itu. Kamar tidurnya berada di lantai yang berlainan dengan kamar tamu yang dihuni Jodi, dan dia tak punya kesempatan untuk melakukan masturbasi. Bahkan Roy tak mencoba untuk bercinta dengannya malam itu! Seperempat jam ke depan dilaluinya dengan resah. Ana memberi beberapa menit lagi untuk suaminya sebelum dia tak mampu membendungnya lagi.

Dia turun dari tempat tidur, setelah memastikan suaminya sudah tertidur lelap. Dia mengendap-endap menuju ke kamar tamu. Malam itu dia hanya memakai kaos putih besar hingga lututnya dan celana dalam saja untuk menutupi tubuh mungilnya. Dengan hati-hati dia membuka pintu kamar Jodi, menyelinap masuk, dan menutup perlahan pintu di belakangnya. Jodi sudah tertidur beberapa menit yang lalu. Ana berdiri di samping tempat tidur, memandang pria yang tertidur itu, memutuskan bahwa dia akan melakukannya. Ini tak seperti dirinya! Dia tak pernah seagresif ini! Dia tak pernah berinisiatif! Tapi sekarang, terjadi perubahan besar.

Ditariknya selimut yang menutupi tubuh Jodi, Jodi tergolek tidur di atas kasur hanya memakai celana dalamnya. Ana mencengkeram bagian pinggirnya dan dengan cepat menariknya turun hingga lututnya, membebaskan penis Jodi yang masih lemas. Dengan memandangnya Ana merasakan desiran halus pada vaginanya. Dia tak percaya Jodi tak terbangunkan oleh perbuatannya tadi! Yah, baiklah, dia tahu bagaimana cara membangunkannya.

Ana duduk di samping Jodi, dengan perlahan membuka kaki Jodi ke samping. Tangan mungilnya meraih penis Jodi yang masih lemas menuju ke mulutnya. Rambut panjangnya jatuh tergerai di sekitar pangkal paha Jodi. Jodi setengah bangun, merasa nyaman. Penisnya membesar dalam mulut Ana, dan sebelum ereksi penuh, dia akhirnya benar-benar terjaga. Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi ? istri sahabatnya sedang menghisap penisnya!

Dia mendesah, tangannya meraih ke bawah dan mengelus rambut panjang Ana saat dengan pasti penisnya semakin mengeras dalam mulut Ana. Merasakan penisnya yang semakin membesar dalam mulutnya membuat celana dalam Ana basah, dan dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun. Dia menghisap dengan berisik, lidahnya menjalar naik turun seperti seorang professional.

Jodi dapat mendengar bunyi yang dikeluarkan mulut Ana saat menghisap penisnya, dan dia dapat melihat bayangan tubuh Ana yang diterangi cahaya bulan yang masuk ke dalam kamarnya yang gelap. Ana sedang memberinya blow job yang hebat. Untunglah dia bermasturbasi sebelum tidur tadi, kalau tidak pasti dia tak akan dapat bertahan lama.

Ana tak mampu menahannya lagi. Dia ingin vaginanya segera diisi. Dia sangat terangsang, dia sangat membutuhkan penis itu dalam vaginanya seharian tadi. Dikeluarkannya penis Jodi dari dalam mulutnya, dan berdiri dengan bertumpukan lututnya di atas tempat tidur itu. Tangannya menarik bagian bawah kaosnya ke atas dan menyelipkan kedua ibu jarinya di kedua sisi celana dalamnya dan mulai menurunkannya. Diangkatnya salah satu kakinya untuk melepaskan celana dalam itu dari kakinya. Kaki yang satunya lagi dan kemudian merangkak naik ke atas kasur setelah menjatuhkan celana dalamnya ke atas lantai. Nafasnya sesak, menyadari apa yang menantinya.

Diarahkannya batang penis Jodi ke atas dengan tangannya yang kecil dan bergerak ke atas Jodi, memposisikan vaginanya di atasnya. Jodi dapat merasakan bibir vagina Ana yang basah menyentuh ujung kepala penisnya saat Ana mulai menurunkan pinggulnya. Daging dari bibir vaginanya yang basah membuka dan kepala penis Jodi menyelinap masuk. Ana mengerang lirih, tubuhnya yang disangga oleh kedua lengannya jadi agak maju ke depan. Ana semakin menekan ke bawah, membuat keseluruhan batang penis Jodi akhirnya tenggelam ke dalamnya.

Erangan Ana semakin terdengar keras. Dia merasa sangat penuh! Jodi benar-benar membukanya lebar! Ana semakin menekan pinggulnya ke bawah dan dia mulai menciumi leher Jodi, berusaha menahan Jodi di dalam tubuhnya. Bibir mereka bertemu dan saling melumat dengan bernafsu. Lidah Ana menerobos masuk ke dalam mulut Jodi, menjalar di dalam rongga mulutnya saat dia tetap menahan batang penis Jodi agar berada di dalam vaginanya.

Jodi membalas lilitan lidah Ana, tangannya bergerak masuk ke balik kaos yang dipakai Ana, bergerak ke bawah tubuhnya hingga akhirnya tangan itu mencengkeram bongkahan pantat Ana. Tangannya mengangkat pantat Ana ke atas, membuat tubuhnya naik turun di atasnya ? Ana tetap tak membiarkan batang penis Jodi teangkat terlalu jauh dari vaginanya!

Tak menghiraukan keberadaan Roy yang masih terlelap tidur di kamarnya, mereka berdua berkonsentrasi terhadap satu sama lainnya. Tangan Jodi naik ke punggung Ana, menarik kaos yang dipakai Ana bersamanya. Ciuman mereka merenggang, Ana mengangkat tubuhnya, tangannya mengangkat ke atas saat Jodi melepaskan kaosnya lepas dari tubuhnya. Payudaranya terbebas. Jodi melihatnya untuk pertama kalinya. Di dalam keremangan cahaya, Jodi masih dapat menangkap keindahannya. Payudaranya yang tak begitu besar dengan puting susu yang keras menantang, dan dia menggoyangkannya dihadapan Jodi, menggodanya.

Jodi mengangkat tubuhnya, tangannya yang besar menahan punggung Ana saat dia menghisap putingnya ke dalam mulutnya. Ana menggelinjang kegelian saat lidahnya bergerak melingkari sebelah payudaranya sebelum mencium yang satunya lagi. Pada waktu yang bersamaan Jodi mengangkat pantatnya, masih berusaha agar tetap tenggelam dalam vaginanya, tapi bergerak keluar masuk dengan pelan. Tangannya meremas payudara Ana yang bebas, sedangkan mulutnya terus merangsang payudara yang satunya dengan mulutnya.

Ana memandang Jodi yang merangsang payudaranya, tangannya membelai rambut Jodi dengan lembut. Ana merasa penis Jodi bergerak keluar sedikit tapi tak lama kemudian masuk kembali ke dalam vaginanya. Dia merasa sangat nyaman, sangat berbeda di dalam tubuhnya. Dia mulai menggoyang, mengimbangi kocokan Jodi yang mulai bertambah cepat.

Jodi melepaskan mulut dan tangannya dari payudara Ana dan rebah kembali ke atas kasur. Ana mulai mengangkat pinggulnya naik ke atas hingga batang penis Jodi nyaris terlepas ke luar seluruhnya sebelum menghentakkan pinggulnya ke bawah lagi. Tangan Jodi kembali pada pantat Ana, meremasnya sambil memandangi wanita yang telah menikah ini menggoyang tubuhnya tanpa henti. Dengan tanpa bisa dibendung lagi erangan demi erangan semakin sering terdengar keluar dari mulut Ana.

Orgasme yang sangat dinantikannya seharian ini mulai terbangun dalam tubuhnya. Dengan meremas pantatnya erat, Jodi menggerakkan tubuh Ana naik turun semakin keras dan keras. Hentakan tubuh mereka saling bertemu. Nafas Ana semakin berat, Penis Jodi menyentak dalam tubuhnya berulang kali.

Dengan cepat orgasmenya semakin mendekat. Ana mempercepat kocokannya pada penis Jodi, menghentakkan bertambah cepat seiring orgasmenya yang mendesak keluar. Ana tak mampu membendungnya lebih lama lagi, pandangannya mulai menjadi gelap. Jantungnya berdegup semakin kencang, otot vaginanya berkontraksi, seluruh sendi tubuhnya bergetar saat dia keluar dengan hebatnya. Mulutnya memekik melepaskan himpitan yang menyumbat aliran nafasnya.

Melihat pemandangan itu gairah Jodi semakin memuncak, dia tak memberi kesempatan pada Ana untuk menikmati sensasi orgasmenya. Diangkatnya tubuh mungil wanita itu, dan membaringkan di sampingnya. Dia bergerak ke atas tubuh Ana dan Ana membuka pahanya melebar menyambutnya secara refleks.

Jodi memandangi kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana. Dengan pelan dia mulai masuk, dan mendorongnya masuk ke dalam lubang hangatnya. Ana mengangkat kakinya ke udara, membukanya lebar lebar untuknya. Jodi menahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya.

Jodi memberinya satu dorngan yang kuat. Ana memekik, ombak kenikmatan menggulungnya saat batang keras itu memasuki tubuhnya. Jodi mulai menyetubuhinya tanpa ampun, Ana telah sangat membakar gairahnya. Jodi mengocokkan penisnya keluar masuk dalam vagina istri sahabatnya yang berada di bawah tubuhnya dengan cepat, kedua kaki Ana terayun-ayun di atas pantatnya yang menghentak.

Tempat tidur sampai bergoyang karena hentakan Jodi. Ana menggigit bibirnya untuk meredam erangannya yang semakin bertambah keras. Jodi mulai kehilangan kontrol. Penisnya keluar masuk dalam vagina Ana sebelum akhirnya, dia menarik keluar batang penisnya dengan bunyi yang sangat basah. Jodi mengerang, batang penisnya berdenyut hebat dalam genggaman tangannya. Sebuah tembakan yang kuat dari cairan kental putih keluar dari ujung kepala penisnya dan menghantam perut Ana, beberapa darinya bahkan sampai di payudaranya.

Ana menarik nafas, dadanya terasa sesak saat dia melihat tembakan demi tembakan sperma yang kuat keluar dari penis Jodi, dan mendarat di atas perutnya. Terasa sangat panas pada kulit perutnya, tapi semakin membakar gairahnya menyadari bahwa itu bukan semburan sperma suaminya, tapi dari seorang pria lain.

Akhirnya, sperma terakhir menetes dari penis Jodi, menetes ke atas rambut kemaluan Ana yang terbaring di depannya dengan kaki terpentang lebar. Dengan mata yang terpejam, Ana tersenyum puas.

“Aku membutuhkannya” bisiknya.

Mereka terdiam beberapa saat meredakan nafas yang memburu sebelum akhirnya mulai membersihkan tubuh basah mereka. Jodi mencium dengan lembut bibir Ana yang tersenyum. Ana memakai kaosnya dan menggenggam celana dalamnya dalam tangan, melangkah keluar dari kamar itu dengan perasaan yang sangat lega.

*****

Jodi bangun di keesokan harinya. Peristiwa semalam langsung menyergap benaknya, penisnya mulai mengeras. Dikeluarkannya batang penisnya dan perlahan mulai mengocoknya. Dia merasa sangat senang saat mendengar ada seseorang yang sedang mandi. Dimasukkannya penisnya kembali ke dalam celana dalamnya, bergegas memakai celana jeansnya dan bergegas keluar kamar dengan bersemangat, turun ke lantai bawah.

Dia berharap yang sedang mandi adalah Roy dan Ana ada di lantai bawah. Dia mendengar seseorang sedang membuat kopi di dapur. Dia segera ke sana dan ternyata.. Ana masih dengan pakaian yang dikenakannya malam tadi, sebuah kaos besar hingga lutut, dan sebuah celana dalam saja di baliknya. Dia menoleh saat mendengar ada yang mendekat, dan langsung tersenyum saat mengetahui siapa yang datang. Terasa ada desiran halus di vaginanya saat memandang Jodi.

Ana terkejut saat tangan Jodi melingkar di pinggangnya memeluknya erat dan mencium bibirnya. Lalu Ana sadar ada seseorang yang sedang mandi di lantai atas dan Roy lah yang sedang berada di kamar mandi itu. Bibirnya membalas lumatan Jodi dengan menggebu saat tangan Jodi menyusup ke dalam kaosnya untuk menyentuh payudaranya.

Ana melenguh di dalam mulut Jodi yang memeluknya merapat ke tubuhnya. Desiran gairah memercik dari payudaranya langsung menuju ke vaginanya, membuatnya basah. Wanita mungil itu tak berdaya dalam dekapan Jodi, tangan Ana melingkari leher Jodi.

Mereka berciuman dengan penuh gairah, lidah saling bertaut, perlahan Jodi mendorong tubuh Ana merapat ke dinding. Tangannya meremas bongkahan pantat Ana di balik kaosnya. Dan Ana sangat merasakan tonjolan pada bagian depan celana jeans Jodi yang menekan perutnya.

Ciuman Ana turun ke leher Jodi, lidahnya melata menuju puting Jodi. Ana membiarkan Jodi mengangkat tubuhnya ke atas meja, memandangnya dengan pasif saat Jodi menyingkap kausnya hingga dadanya. Ana mengangkat kakinya bertumpu pada tepian meja, mempertontonkan celana dalam putihnya.

Vaginanya berdenyut tak terkontrol, menantikan apa yang akan terjadi berikutnya. Jodi berlutut di hadapannya, dia dapat mencium aroma yang kuat dari lembah surganya saat hidungnya bergerak mendekat. Perlahan diciumnya vagina Ana yang masih tertutupi kain itu, Ana mendesah, kenikmatan mengaliri darahnya. Untuk pertama kalinya, Ana merasa gembira saat Roy berada lama di dalam kamar mandi!

Dengan tak sabar, tangannya menuju ke pangkal pahanya. Jodi hanya menatapnya saat tangan Ana menarik celana dalamnya sendiri ke samping, memperlihatkan rambut kemaluannya, dan kemudian bibir vaginanya yang kemerahan.

Ana menatap pria yang berlutut di antara pahanya, api gairah tampak berkobar dalam matanya, menahan celana dalamnya ke samping untuknya. Jodi menatap matanya seiring bibirnya mulai mencium bibir vaginanya. Membuat lebih banyak desiran kenikmatan mengguyur tubuhnya dan dia mendesah melampiaskan kenikmatan yang dirasakannya.

Lidah Jodi mulai menjilat dari bagian bawah bibir vagina Ana sampai ke bagian atasnya, mendorong kelentitnya dengan ujung lidahnya saat dia menemukannya. Diselipkannya lidahnya masuk ke dalam lubang vaginanya, merasakan bagaimana rasanya cairan gairah Ana.

Dihisapnya bibir vagina itu ke dalam mulutnya dan dia mulai menggerakkan lidahnya naik turun di sana, membuat Ana semakin basah. Desahannya terdengar, menggoyangkan pinggulnya di wajah Jodi. Jodi melepaskan bibirnya, lidahnya bergerak ke kelentitnya. Dirangsangnya tonjolan daging sensitif itu menggunakan lidahnya dalam gerakan memutar.

Ana menaruh kakinya pada bahu Jodi, duduknya jadi tidak tenang. Tiba-tiba, Jodi menghisap kelentitnya ke dalam mulutnya, menggigitnya di antara bibirnya. Ana memekik agak keras saat serasa ada aliran listrik yang menyentak tubuhnya. Lidah Jodi bergerak berulang-ulang pada kelentit Ana yang terjepit di antara bibirnya, tahu bahwa titik puncak Ana sudah dekat. Dilepaskannya kelentit itu dari mulutnya dan tangannya menggantikan mengerjai kelentit Ana dengan cepat.

“Oh Tuhan..” bisiknya mendesah, merasakan orgasmenya mendekat.

Jari Jodi bergerak tanpa ampun, pinggul Ana terangkat karenanya. Ana menggigit bibirnya berusaha agar suara jeritannya tak terdengar sampai kepada suaminya yang berada di kamar mandi saat orgasmenya datang dengan hebatnya. Dadanya sesak, nafasnya terhenti beberapa saat, dinding-dinding vaginanya merapat. Kedua kakinya terpentang lebar di belakang kepala Jodi. Ana mendesah hebat, akhirnya nafasnya kembali mengisi paru-parunya mengiringi terlepasnya orgasmenya.

Jodi berdiri dan langsung mengeluarkan penisnya. Ana memandang dengan lapar pada batang penis dalam genggaman tangan Jodi. Sebelah tangan Ana masih memegangi celana dalamnya ke samping saat tangannya yang satunya lagi meraih batang penis Jodi. Tangan kecil itu menggenggamnya saat Jodi maju mendekat.

Dengan cepat Ana menggesek-gesekkannya pada bibir vaginanya yang basah, berhenti hanya saat itu sudah tepat berada di depan lubang masuknya. Mereka berdua mendengarkan dengan seksama suara dari kamar mandi di lantai atas yang masih terdengar. Jodi melihat ke bawah pada kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana.

Jodi mendorong ke depan dan menyaksikan bibir itu membuka untuknya, mengijinkannya untuk masuk. Desahan Ana segera terdengar saat dia merasa terisi. Jodi terus mendorong, vagina Ana terus menghisapnya sampai akhirnya, Jodi berada di dalamya dalam satu dorongan saja.

Ana sangat panas dan mencengkeramnya, dan Jodi membiarkan penisnya terkubur di dalam sana untuk beberapa saat, meresapi perasaan yang datang padanya. Tangan Ana masih menahan celana dalamnya ke samping, tangan yang satunya meraih kepala Jodi mendekat padanya.

Lidahnya mencari pasangannya dalam lumatan bibir yang rapat. Dengan pelan Jodi menarik penisnya. Dia mendorongnya masuk kemabali, keras, dan Ana mengerang dalam mulutnya seketika. Tubuh mereka saling merapat, kaki Ana terjuntai terayun di belakang tubuh Jodi dalam tiap hentakan. Roy yang masih berada di kamar mandi tak mengira di lantai bawah penis sahabatnya sedang terkubur dalam vagina istrinya.

Sementara itu Ana, sedang berada di ambang orgasmenya yang lain. Penis pria ini menyentuhnya dengan begitu berbeda! Terasa sangat nikmat saat keluar masuk dalam tubuhnya seperti itu! Dia orgasme, melenguh, melepaskan ciumannya. Jodi mundur sedikit dan melihat batang penisnya keluar masuk dalam lubang vaginanya yang kemerahan, tangannya yang kecil menahan celana dalamnya jauh-jauh ke samping yang membuat Jodi heran karena kain itu tak robek. Dia mulai menyetubuhinya dengan keras, menyadari kalau mungkin saja dia tak mempunyai banyak waktu lagi.

Jika Roy masuk ke sudut ruangan itu, dia akan melihat ujung kaki istrinya yang terayun dibelakang pantat Jodi. Celana jeans Jodi merosot hingga mata kakinya, celana dalamnya berada di lututnya, dan pantatnya mengayun dengan kecepatan penuh di antara paha Ana yang terbuka lebar. Roy mungkin mendengar suara erangan kenikmatan istrinya.

Jodi terus mengocok, dia dapat merasakan kantung buah zakarnya mengencang dan dia tahu itu tak lama lagi. Dia menggeram, memberinya beberapa kocokan lagi sebelum dilesakkannya batang penisnya ke dalam vagina wanita bersuami itu dan menahannya di dalam sana. Dia menggeram hebat, penisnya menyemburkan spermanya yang panas di dalam sana. Begitu banyak sperma yang tertumpah di dalam vagina Ana. Erangan keduanya terdengar saling bersahutan untuk beberapa saat hingga akhirnya mereka tersadar kalau suara dari dalam kamar mandi sudah berhenti, dan tak menyadari sudah berapa lama itu tak terdengar.

Bibir Jodi mengunci bibirnya dan mereka saling melumat untuk beberapa waktu seiring kejantanan Jodi yang melembut di dalam tubuhnya. Kemudian mereka saling merenggang dan Jodi mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi itu dari vagina Ana. Dengan cekatan dia mengenakan pakaiannya kembali. Ana membiarkan celana dalamnya seperti begitu. Dia merasa celananya menjadi semakin basah saat ada sperma Jodi yang menetes keluar dari vaginanya saat dia berdiri.

Lihat Juga : Cerita Mesum | Memek Sempit Gadis Smp Kimcil

Cerita Dewasa Aku Dan 3 Sepupuku

$
0
0

Cerita Dewasa Aku Dan 3 Sepupuku – Sebelumnya kuperkenalkan diri namaku Rudy tinggi 170 cm berat badan 55 kg umurku sekarang 20 tahun asalku dari Sragen sekarang aku telah masuk jenjang perguruan tinggi negeri di kota Solo. Pengalaman seks yang pertama kualami terjadi sekitar 4 tahun lalu, tepatnya waktu aku masih duduk di bangku SMU kelas 1 berumur 16 tahun. Karena rumahku berasal dari desa maka aku kost dirumah kakakku. Saat itu aku tinggal bersama kakak sepupuku yang bernama Mbak Fitri berusia 30 tahun yang telah bersuami dan mempunyai 2 orang putri yang masih kecil-kecil, namun di tempat tinggal bukan hanya kami berempat tapi ada 2 orang lagi adik Mbak Fitri yang bernama Wina waktu itu berumur 19 tahun kelas 3 SMK dan adik dari suami kak Fitri bernama Asih berusia 14 tahun.

Kejadian tersebut terjadi karena seringnya aku mengintip mereka betiga saat mandi lewat celah di dinding kamar mandi. Biarpun salah satu dianatara mereka suadah berumur kepala 3 tapi kondisi tubuhnya sangat seksi dan menggairahkan payudaranya montok, besar dan belahan vaginanya woow…terlihat sangat oh…oooght nggak ku-ku bo…

Saat malam hari saat aku tidur dilantai beralaskan tikar, di ruang tamu yang gelap bersama Mbak Wina, awalnya sich aku biasa-biasa saja tapi setelah lama seringnya aku tidur bersama Mbak Wina maka aku akhirnya tak tahan juga. Malam-malam pertama saat dia tertidur pulas aku cuma berani mencium kening dan membelai rambutnya yang harum. Malam berikutnya aku sudah mulai berani mencium bibirnya yang seksi mungil, tanganku mulai meremas-remas buah dadanya yang padat berisi lalu memijat-mijat vaginanya yang, oh ternyata empuk bagai kue basah yang……oh…oh.., aku melihat matanya masih terpejam pertanda ia masih tertidur tapi dari mulutnya mendesah dengan suara yang tak karuan.

“Ah…..ught…..hhhhhh….hmmmm” desahan Mbak Wina mulai terdengar.
Tanganku terus bergerilya menjamah seluruh tubuhnya.saat aku menciumi vaginanya yang masih tertutup calana, ia mulai terbangun aku takut sekali jangan-jangan ia akan berteriak atau marah-marah tapi dugaan ku meleset.
Ia malah berkata, ”Dik teruskan….. aku sudah lama mendambakan saat-saat seperti ini ayo teruskan saja……..”
Bagai mendapat angin segar aku mulai membuka t-shirt yang ia gunakan kini terpampang buah dada yang seksi masih terbungkus BH. BH-nya lalu kubuka dan aku mulai mengulum putingnya yang sudah mengeras gantian aku emut yang kiri dan kanan bergantian.

“Mbak, maafkan aku tak sanggup menahan nafsu birahiku!”
“Nggak apa-apa kok dik aku suka kok adik mau melekukan ini pada mbak karena aku belum pernah merasakan yang seperti ini” jawab Mbak Wina.
Setelah puas kupermainkan payudarnya lalu aku mulai membuka rok bawahannya.biarpun kedaan gelap gulita aku tahu tempat vagina yang menggiurkan, terus kubuka CD nya, lalu kuciumi dengan lembut.
“Cup…cup…sret…. srettttttttttt”, suara jilatan lidahku.
“Ought……ought….terus dik enak…..!!!”
Karena takut ketahuan penghuni rumah yang lain aku dengan segera mengangkan kedua kakinya lalu kumasukkan penisku yang mulai tegang kedalam vaginanya yang basah.

“Ehmm…oh…ehhhhh…. mmmmhhh”, rintih kakakku keenakan.
Setelah kira-kira setengah jam aku mulai merasakan kenikmatan yang akan segera memuncak demikian juga dengan dia.
“Crot..cret…crettttttt…. crettttttttttt”, akhirnya spermaku kukeluarkan di dalam vaginanya.
“Oh……”
Rupanya ia masih perawan itu kuketahui karena mencium bau darah segar.
“Terima kasih dik kamu telah memuaskan Mbak, Mbak sayang padamu lain kali kita sambung lagi yach?”
“Ok deh mbak”, sahutku.

Setelah selesai memakai pakaian kembali aku dan dia tidur berpelukan sampai pagi. Sebenarnya kejadian malam itu kurang leluasa karena takut penghuni rumah yang lain pada tahu,sehingga suatu ketika kejadian itu aku ulang lagi.
Masih ingat dalam ingatan hari itu minggu pagi,saat mbak Fitri dan adiknya Asih bersama keuarga yang lain pergi ke supermarket yang tidak terlalu jauh dari rumah kami.Karena keadaan rumah yang sepi yang ada hanya aku dan Mbak Wina, aku mulai menutup seluruh pintu dan jendela. Kulihat Mbak Wina sedang menyeterika dengan diam-diam aku memeluknya dengan erat dari balakang.

“Dik jangan sekarang aku lagi nyetrika tunggu sebentar lagi yach…… sayang….!” pinta Kak Wina.
Tapi aku yang sudah bernafsu nggak memperdulikan ocehannya, segera kumatikan setrika, kuciumi bibirnya dengan ganas.
“Hm…eght…. hmmmmm……. eght…!”

Karena masih dalam posisi berdiri sehingga tak leluasa melakukan cumbuan, aku bopong ia menuju ranjang kamar.
Kubaringkan ia di ranjang yang bersih itu lalu segera kulucuti semua pakaiannya dan pakaian ku hinggas kami berdua telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menempel. Wow……tubuh kakakku ini memang benar sempurna tinggi 165 cm berat sekitar 50 kg sungguh sangat ideal, payudaranya membusung putih bagaikan salju dengan puting merah jambu dan yang bikin dada ini bergetar dibawah pusarnya itu lho……. bukit kecil kembar ditengahnya mengalir sungai di hiasai semak-semak yang rimbun.

Kami berdua tertawa kecil karena melihat tubuh lawan jenis masing-masing itu terjadi sebab saat kami melakukan yang pertama keadaan sangat gelap gulita tanpa cahaya. Sehingga tidak bias melihat tubuh masing-masing.
Aku mulai menciumi muka tanpa ada yang terlewatkan, turun ke lehernya yang jenjang kukecupi sampai memerah lalu turun lagi ke payudaranya yang mulai mengeras, kujilati payudara gantian kanan kiri dan kugigit kecil bagian putingnya hingga ia menggelinjang tak karuan.

Setelah puas bermain di bukit kembar tersebut aku mulai turun ke bawah pusar, ku lipat kakinya hingga terpampang jelas seonggok daging yang kenyal di tumbuhi bulu yang lebat. Lidahku mulai menyapu bagian luar lanjut ke bagian dinding dalam vagina itu, biji klitorisnya ku gigit pelan sampai ia keenakan menjambak rambutku.
“Ught..ugh…hah oh….oh…..”desahan nikmat keluar dari mulut Kak Wina.

Setelah kira-kira 15 menit aku permainkan vaginanya rasanya ada yang membanjir di vaginanya rasanya manis asin campur aduk tak karuan kusedot semua cairan itu sampai bersih, rupanya ia mulai orgasme. Mungkin saking asyiknya kami bercumbu tanpa kami sadari rupanya dari tadi ada yang memperhatikan pergumulan kami berdua, Mbak Fitri dan adik suaminya, Asih sudah berdiri di pinggir pintu. Mungkin mereka pulang berdua tanpa suaminya dan kedua anaknya yang masih mampir ke rumah Pakdhenya mereka ketuk pintu tapi nggak ada sahutan lalu mereka menuju pintu daur yang lupa tak aku kunci. Aku dan Mbak Wina kaget setengah mati, malu takut bercampur menjadi satu jangan-jangan mereka marah dan menceritakan kejadian ini pada orang lain. Tapi yang terjadi sungguh diluar dugaan kami berdua, mereka bahkan ikut nimbrung sehingga kami menjadi berempat.

“Dik main gituan kok kakak nggak di ajak sich kan kakak juga mau, sudah seminggu ini suami kakak nggak ngajak gituan”, ucap Mbak Fitri.
“Ini juga baru mulai kak!” sahutku.
“Mas aku boleh nyoba seks sama Mas?” tanya Asih.
“Boleh”.
Aku dan Kak Wina selanjutnya menyuruh mereka berdua melepas seluruh pakaiannya.
“Ck.. ck…ck……ck……”, guman ku.
Sekarang aku dikerubung 3 bidadari cantik sungguh beruntung aku ini.

Mbak Fitri tubuhnya masih sangat kencang payudaranya putih agak besar kira-kira 36 B vaginanya indah sekali. Sedangkan Asih tubuhnya agak kecil tapi mulus, dadanya sudah sebesar buah apel ukuranya 34 A vaginanya kelihatan sempit baru ditumbuhi bulu yang belum begitu lebat. Pertama yang kuserang adalah Mbak Fitri karena sudah lama aku membayangkan bersetubuh dengannya aku menciumi dengan rakus pentilnya kuhisap dalam-dalam agar air susunya keluar, setelah keluar kuminum sepuasnya rupanya Mbak Wina dan Asih juga kepingin merasakan air susu itu sehingga kami bertiga berebut untuk mendapatkan air susu tersebut, sambil tangan kami berempat saling remas, pegang dan memasukam ke dalam vagina satu sama lain.

Setelah puas dengan permainan itu, aku meminta agar mereka berbaring baris sehingga kini ada 6 gunung kembar yang montok berada di depanku. Aku mulai mengulum susu mereka satu per satu bergantian sampai 6, aku semakin beringas saat kusuruh mereka menungging semua, dari belakang aku menjilati vagina satu persatu rasanya bagai makan biscuit Oreo di jilat terus lidahku kumasukkan ke dalam vagina mereka.

Giliran mereka mengulum penisku bergantian.
“Hoh…. hoooooooooo…… hhhhhhhhhh…… ehmmmmmmmmm”, desah mereka bertiga.
Aku yang dari tadi belum orgasme semakin buas memepermainkan payudara dan vagina mereka, posisi kami sekarang sudah tak beraturan. Saling peluk cium jilat dan sebagainya pokok nya yang bikin puas, hingga mereka memberi isyarat bahwa akan sampai puncak.
“Dik aku mau keluar”
“Mas aku juga”
“Aku hampir sampai”, kata mereka bergantian.
“Jangan di buang percuma, biar aku minum!”, pintaku
“Boleh”, kata Mbak Fitri.
Aku mulai memasang posisi kutempelkan mulutku ke vagina mereka satu persatu lalu kuhisap dalam-dalam sampai tak tersisa, segarnya bukan main.
“Srep.., srep”.
Heran, itulah yang ada di benakku, aku belum pernah nge-sex sama mereka kok udah pada keluar, memang mungkin aku yang terlalu kuat.

Karena sudah tidak sabar aku mulai memasukkan penisku de dalam vagina Mbak Wina kugenjot naik turun pinggulku agar nikmat, sekitar 5 menit kemudian aku gantian ke Kak Fitri, biarpun sudah beranak 2 tapi vaginanya masih sempit seperti perawan saja.
“Dik enak……. Uh…… oh…..terussssssss!”, desahnya.
“Emang kok Kak…….. hhhhhhh ehmm…..”
“Mas giliranku kapan..?”, rupanya Asih juga sudah tak tahan.
“Tunggu sebentar sayang.“

Sekitar 10 menit aku main sama kak Fitri sekarang giliran Asih, dengan pelan aku masukkin penisku, tapi yang masuk hanya kepalanya. Mungkin ia masih perawan, baru pada tusukan yang ke 15 seluruh penisku bisa masuk ke liang vaginanya.
“Mas……. sakit….. mas…… oght…….. hhohhhhhh…….”, jerit kecil Asih.
“Nggak apa-apa nanti juga enak, Sih!”, ucapku memberi semangat agar ia senang.
“Benar Mas sekarang nikmat sekali… oh.. ought..”

Rupanya bila kutinggal ngeseks dengan Asih, kak Fitri dan Kak Wina tak ketinggalan mereka saling kulum, jilat dan saling memasukkan jari ke vaginanya masing-masing. Posisiku di bawah Asih, di atas ia memutar-mutar pinggulnya memompa naik turun sehingga buah dadanya yang masih kecil terlihat bergoyang lucu, tanganku juga tidak tinggal diam kuremas-remas putingnya dan kusedot, kugigit sampai merah.

Karena sudah berlangsung sangat lama maka aku ingin segera mencapai puncak, dalam posisi masih seperti semula Asih berjongkok di atas penisku, kusuruh Mbak Fitri naik keatas perutku sambil membungkuk agar aku bisa menetek, eh…, bener juga lama-lama air susunya keluar lagi, kuminum manis sekali sampai terasa mual. Mbak Wina yang belum dapat posisi segera kusuruh jongkok di atas mulutku sehingga vaginanya tepat di depan mulutku, dan kumainkan klitorisnya.
Ia mendesah seperti kepedasan.

“Ah……… huah…….. hm…….!”
Tanganku yang satunya kumasukkan ke vagina Mbak Fitri, kontolku digarap Asih, mulutku disumpal kemaluan Mbak Wina, lengkap sudah.
Kami bermain gaya itu sekitar 30 menit sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan.
“Ought……… hmmmmmm…… cret… crot…..”
“Enak Mas…….!” desah Asih.
Spermaku ku semprotkan kedalam vagina Asih dan keluarlah cipratan spermaku bercampur darah menandakan bahwa ia masih perawan. Kami berempat sekarang telah mencapai puncak hampir bersamaan, lelah dan letih yang kami rasakan.
Sebelum kami berpakaian kembali sisa-sisa sperma di penisku di jilati sampai habis oleh mereka bertiga. Setelah kejadian itu kami selalu mengulanginya lagi bila ada kesempatan baik berdua bertiga maupun berempat.

Namun sekarang kami sudah saling berjauhan sehingga untuk memuaskan nafsu birahiku aku sering jajan di kafe-kafe di kota Solo ini ataupun dengan teman-teman wanita di tempat kuliah yang akrab denganku. Tapi tak satu pun dari mereka yang menjadi pacarku. Nah, bagi teman-teman yang ingin berkenalan silakan kontak emailku. Pasti aku balas.

TAMAT

Lihat Juga : Cerita Dewasa Cairan Hangat Mengalir Dalam Vaginaku

Cerita Sex Ngentot Ibu Bidan Cantik

$
0
0

Cerita Sex Ngentot Ibu Bidan Cantik – Awal cerita Namanya widiastuti, aku memanggilnya bu widi atau bu bidan karena dia adalah bidan desa tempatku sekarang tinggal, umur 35 th dan sudah 8 th menikah tapi belum dikaruniani anak. awalnya kenal dengannya kurang lebih 4 th yang lalu yang sebelumnya lebih dulu kenal dengan suaminya yang bernama yanto yang sama sama berprofesi pemasok onderdil mobil.

singkat cerita pada tahun pertama pernikahanku, istriku melahirkan seorang bayi laki laki dan persalinannya dibantu bu bidan widi.semua berjalan biasa saja sampai ketika itu jam 11 malem 2 jam setelah proses persalinan normal istriku aku disuruh mengambil obat obatan buat anak dan istriku dirumah bu widi.tanpa banyak pikir akupun bergegas kerumah bu widi yang berjarak 50m.lampu ruang tamu n tempat prakteknya masih menyala, agak ragu ragu karena takut mengganggu,lalu….
Ting toooongggg
Pintu tempat praktek bu widi tak lama terbuka
“eh mas fahmi,masuk mas”sambut bu widi
“iya bu”balesku
“duduk dulu mas,tak ngracik obat dulu”sambung bu widi
“ya bu”aku cuma ber-iya iya aja
“enak ya mas udah punya istri cantik sekarang sudah ada dede juga,cowok lagi”bu widi mulai buka obrolan sambil ngracik obat
“alhamdulillah bu,dikasih amanah sama sang kholiq”jawabku
“aku juga pengin banget sebenernya”katanya
“ya tinggal bilang aja sama mas yanto donk bu”lanjutku
“emang mas yanto kemana bu koq gak keliatan”aku coba ganti topik obrolan
“tadi sih telpon katanya mo ngecek barang yang baru datang,jadi pulangnya telat”jawab bu widi
“lo bukannya mas juga ngeceknya sama kaya mas yanto?”sambungnya
“iya sih kemarin udah sepakat mo bareng ke tokonya tapi aku tadi pagi dah nyuruh toni buat ngecek coz aku bakal ndampingi istri mo melahirkan”jawabku
“duh bertanggung jawab banget kayaknya mas fahmi ini”lanjutnya sambil tersenyum kepadaku
“hehe…gitu deh bu”
Tak lama obat pun selesai diracik
“ini mas obatnya,aturan pakainya ada di bungkusnya ya mas”kata bu widi
“iya bu makasih,permisi sekalian bu”kataku
“iya mas………mas yanto kayaknya gak bisa ngasih anak deh”deg jatungku serasa berhenti
Kenapa bu widi bilang begitu ya?pikirku
“ah jangan bilang gitu bu,belum diamanahi mungkin”
“emang iya koq mas,ya nasibku mungkin,andai saja mas yanto kaya mas fahmi pasti enak deh”senyumnya genit
“ya usaha n tawakal aja bu….eh enak apa maksudnya neh bu”tanyaku
“ya enak…enak jadi istrinya pasti dikelonin terus”
“sama istri sendiri ini kan gak apa apa toh bu”
“iya sih tapi aku jadi ngiri deh”sahut bu widi
Sejenak aku mikir nakal
“ngiri minta dikelonin juga?”candaku setengah mancing
“boleh kalo mas fahmi ada waktu”jawabnya seraya tersenyum
“ah udah ah malah ngelantur,aku permisi bu udah malem”
“ok mas,ati ati”jawabnya
akupun segera beranjak takut ada setan lewat….hehe
Setelah kejadian itu entah kenapa bu widi selalu datang kerumah dengan berbagai macem alesan medis dan bahkan sering ngasih sesuatu ke anakku yang masih bayi dan selama itu sikapnya ke aku terbilang biasa aja sampai waktu itu hari senin jam 09.00 pagi hari,aku yang kebetulan malamnya habis cek dropan barang sengaja gak ke toko karena kebetulan babysitterku lagi ada hajatan dirumahnya dan anakku sudah berusia 4bulan, jadi sudah agak mudah dimomong
“lagi apa mas”sms masuk dihapeku
“ini siapa ya?”balesku
“widi mas…gimana kabar?”
“eh bu widi…baik bu,ini lagi momong anak”balesku
“loh ibunya kemana?”balesnya
“kerja bu,udah aktif lagi.eh tau nomorku dari mana?”
“dari hape mas yanto”
Aku tidak membales sms terakhirnya karena harus nimang anak di ayunan coz udah terlelap.
Sudah 4bulan lamanya sejak obrolan dimalam itu
“saya mau ngecek kesehatan nabil mas,boleh?”smsnya lagi
“boleh,bukannya kemarin udah ya bu?”
“ada yang kelupaan mas”
kemudian
tok tok took
Assalamu’alaikum…..
Wa’alaikum salam…..
Aku bergegas ke arah pintu dan membukanya
“eh bu widi,mari masuk”kataku
Tak lama anakku pun di perikasanya
“susunya pake ASI apa formula mas?”tanyanya
“sekarang formula bu,
ASI cuma bertahan 2 bulan habis itu gak mau lagi”jawabku
“gak mau apa gak boleh sama bapaknya?”candanya
“hehe bisa aja bu widi ini emang anakknya gak mau bu mungkin ASInya gak lancar”
“owh…gitu ya”
“gimana yang katanya mau ngelonin aku”ucap bu widi tiba tiba
“eh eeeeehh…mmmmmm waktu itu cuma becanda bu,dari pada bingung mau ngobrol apa”sahutku sambil cengar cengir
“loh padahal aku ngarepnya beneran loh”kali ini tatapannya serius
Aku pun terdiam bingung mau mgomong apa
“tapi mana mungkin juga mas fahmi ini mau sama aku yang udah tua”
“kalo dikasih sih ya mau mau aja toh bu”aku menimpalinya dan pikirku selisih umurku hanya 6tahun dibawahnya.
Bu widi menoleh ke aku yang sedang duduk di sofa kasur diruang keluarga, kemudian meletakkan anakku yang tadi digendongnya di ayunan, dia menghampiriku lalu mendekatkan wajahnya ke wajahku, dia melumat bibirku dan memainkan lidahnya dirongga mulutku, Aku tersentak kaget dan tak berapa lama akupun balas pagutannya dengan gigitan kecil mesra, bu widi melepaskan ciumannya dan berkata
“aku pengin ngrasain spermamu mas”
Aku lanjutkan mencium bibirnya dan begitu lama kami berciuman, tangankupun mulai aktip bergerilya di sekitar dadanya dan memainkan gundukan gunung kembarnya yang masih tertutup blazer n dalemannya…
Wah gede banget, pikirku. kuhentikan ciumanku ku buka blazer n kusingkap tanktopnya, ternyata gak pake BH, langsung ku remes gunung kembar itu dan kupilin puting susunya sementara bibirku dan bibir bu widi masih saling berpagutan
“aaaaahhhhh…massssssshhh” Bu widi mendesah saat aku mulai menjilati dan mengenyot susunya yang kiri sedang susu kanannya kuremas dan kupilin puting pinknya. bu widipun tak tinggal diam, tangannya menggrayangi celana pendekku, mengusap ngusap kontolku yang sudah berontak tegang di celana pendekku yang tak berCD, sambil mendesah coz teteknya ku mainin, bu widi menyusupkan tangannya kedalam celana pendekku yang berkolor mencari pusaka tersembunyi. bu widi mendorong ku agar tiduran sementara mulut dan tanganku masih asik maenan susu gede bu widi.
Bu widi memutar badannya hingga posisinya diatasku dan susunya dibiarkan menggelantung dikenyot aku. bu widi memlorotin kolorku dan terpampanglah pusakaku, aku hanya memakai singlet aja setelahnya. Bu widi mencabut susunya dari seponganku dan merangkak menuju kontolku, mengelusnya dan mengocoknya sebentar lalu dikulumnya kontolku hingga membuatku merinding, sementara aku pun menyibak roknya dan terkaget bu widi gak pake CD, Langsung saja ku jilat memeknya yang udah basah, ku jilat memeknya dan ku gigit ringan itilnya namun jeritannya tak terdengar keras coz mulutnya dipenuhi batang kontolku dan kami pun ber69 cukup lama hingga “aaaaaaaaahhhhhhhhh
sssssshhhhhh..massssssshhh”
memeknya ditekankan ke wajahku sambil badannya bergetar hebat dan keluarlah cairan khas wanita orgasme. bu widi bangkit melucuti pakaian dan roknya yang masih menempel dibadannya sedang aku masih terlentang di sofa dengan kontol yang berdiri tegak, bu widi menaikiku dan posisi kami behadapan, dipegangnya kontolku diarahkan ke memeknya dan bleeeessssss…ambles semua kontolku ke dalam memeknya yang basah, didiamkanya sebentar dan bu widipun mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur perlahan lahan memompa kontolku didalam memeknya dan lama kelamaan goyangan maju mundurnya mulai dipercepat dan semakin cepat dan akupun mengimbanginya ikut bergoyang mengikuti irama goyangan pantat bu widi, kedua tangannya mengamit tanganku dan meremaskan di teteknya, bu widipun mengeluh menengadahkan kepalanya dan mencengkeram kuat tanganku yang sedang meremas kedua teteknya
“uuuuuuuuhhhhhhgggggg masssshhh………”
bu widi ambruk didadaku, dia tersenyum dan, mencium lembut bibir sementara aku menggoyang goyangkan kontolku yang masih terbenam di memeknya yang sudah orgasme dua kali, bu widi bangkit lagi jongkok diatasku dengan memeknya masih tertusuk kontolku yang masih tegar, dia naik turun diatasku sambil merem melek menikmati surga dunia, sementara teteknya juga ikut naik turun akibat gerak naik turun memompa kontolku, kali ini aku diam saja menikmati pemandangan itu. Sekali kali dimentokin kontolku hingga menyentuh rahimnya sambil dia goyangin pantatnya ke kanan kekiri dan tak lama
“ouuuuchhhh masssssshhh…”
Kontolku basah oleh cairan memeknya yang orgasme yang ketiga kalinya. Bu widi ambruk di dadaku lagi dengan kontolku masih menancap tegang di memeknya
“mas ayo digoyang lagi”
Aku tak menyahutnya coz Aku langsung menaik turunkan pantatku, kontolkupun naik turun di memeknya, tiba tiba bu widi bangkit dan nungging sambil berpegangan sandaran sofa kasur, Akupun paham langsung mengarahkan kontolku ke memeknya dari belakang, aku genjot kencang tak pedulikan erangan dan racauan bu widi, ku remas kupukul pukul pantatnya
Dan tak lama…
“bu..aku mau keluaaaaaaarhhhhhhh”
“didalam ajaaaahhhh…akk…uuuhhh jugaaaaaah mau keluaaaar ohhhhhh”
Crot crot croooooooooottttt
spermaku muncrat didalam memek bu widi, Kontolku ku biarkan dimemeknya,ku peluk bu widi dari belakang, kucium tengkuknya sambil kuremas gemas kedua teteknya
“emang gak apa apa bu?”
“gak apa apa mas,tenang aja,aku numpang ke kamar mandi dulu ya mas”
Ku cabut kontolku, kupandangi goyangan pantatnya saat telanjang menuju kamar mandi buat bersih bersih, tak lama bu widi kembali dari bersih bersihnya, kupandangi teteknya yang menggelayut besar didadanya dan kubiarkan Bu widi merapihkan penampilannya lagi, sementara aku cuma pake tisu basah anakku untuk bersihin kontolku dan kupakai lagi kolorku
“makasih ya mas, aku pulang dulu ya”
Bilangnya sambil mengecup
Bibirku dan lalu berlalu dari hadapanku.
Hampir seminggu ga ada kabar,pada hari minggu istriku ditelpon bu widi katanya hari ini jadwalnya imunisasi tahap 5. istriku tak seperti biasa, hari itu mengajakku untuk mengimunisasi anakku dirumah bu widi dan aku pun menggendong anakku, setelah diimunisasi pas mau pulang istriku kebelet pipis dan memohon ijin buat pipis di wc tempat praktek bu widi. Kesempatan itu bu widi bilang ke aku kalo dia udah telat mens, aku kaget tapi bu widi malah tersenyum gembira.
sesampainya dirumah aku berusaha menghilangkan pikiran bu widi yang telat mens setelah berhubungan denganku, hampir tak bisa menghilangkan pikiran andai istriku tidak mengajak bersetubuh.
hari itu hari senin jam 4 sore aku pulang ke rumah dan seperti biasa aku melewati jalan pintas beraspal yang melintas melingkari rumah bu widi dari belakang sampai kedepan halaman rumahnya coz rumah bu widi terletak di pojok jalan komplek tempatku tinggal. ku lihat bu widi sedang membuang sampah dibelakang rumah dan melihatku melintas, dipanggilnya aku
“udah pulang mas???koq pake motor???”sapanya
“iya bu, lagi pengin motor aja biar irit”jawabku sambil tersenyum.
“mampir sini mas, mas yanto lembur lagi cek dropan barang”
“ga enak bu takut dilihat orang nanti bisa celaka”
“masukin aja motornya lewat dapurku mas, ayolah mas, mau ya????”pintanya sambil tersenyum genit
“oke deh bu”sahutku segera memasukkan motorku lewat dapur bu widi yang tembus ke garasi mobilnya. bu widi membuatkan es sirup kesukaanku dan ketika menyuguhkan es sirup, teteknya terpampang jelas di wajahku coz dia memakai kaos berkerah rendah, langsung ku tarik tangannya hingga bu widi tersungkur ke arahku, kucium bibirnya dengan ganas, kukulum lidahnya dan kumainkan lidahku di rongga mulutnya, bu widi membalas pagutanku. begitu lama kami berciuman, bu widi melepaskan ciumannya
“diminum dulu mas kan cape n haus”
akupun meminum es sirup dan kulihat bu widi membuka kaosnya dan terlihat jelas teteknya yang gede tanpa tersanggah BH, es sirup rasa susu cap nona neh batinku. kuletakkan gelas es sirup yang telah habis ku minum langsung ku soso tetek gede yang ngganggur dihadapanku, ku kenyot kencang sampai bu widi melenguh, kuremas dan kupilin putingnya yang sudah mengeras sementara itu bu widi juga sibuk melepas leggingnya dan…shiiiiiiit, dia gak pake cd…anjriiiiit. ku hentikan kenyotanku, kududukkan bu widi dan reflek kakinya langsung mengkangkang, kujilat memek n itilnya, tersebak bau khas organ memeknya, kumasukkan lidahku ke dalam memeknya sambil tanganku meremas kedua teteknya tanpa sadar bu widi mendesah menikmati lubang memeknya ku jilati, bu widi menekan kepalaku ke memeknya hingga membuatku susah bernafas tapi kutahan coz aku terus menjilati memeknya dan kuremas serta kupilin puting teteknya agar bu widi semakin dekat dengan kenikmatan orgasmenya
“aaaaaaaaaccchhhhhhhh…”
tubuhnya menggelinjang kuat ketika cairan wanitanya keluar membasahi memeknya, aku segera bangkit dan melepas celana jeansku beserta cd dan jaket yang kupakai, kubiarkan kaos tetap menempel ditubuhku,ku arahkan kontolku ke memek bu widi yang masih terlentang di sofa ruang keluarganya, kali ini dengan hati hati coz bu widi mungkin sedang mengandung janin hasil hubunganku dengannya. perlahan namun pasti kontolku masuk keliang memeknya, aku mulai memaju mundurkan pantatku dan lama lama mulai kupercepat dan terdengan bunyi keciprak gerakan kontolku yang menusuk nusuk memek yang sudah sangat basah, nampak bu widi juga ikut menggerak gerakan pantatnya mengimbangi gerakanku. ku remas kedua teteknya yang terombang ambing akibat gerakan pompa kontolku dimemeknya, tangan bu widi mencengkeram pantatku seraya membatuku memaju mundurkan kontolku. bu widi mengejang, pahanya mengapit pingganggku kencang, dia melenguh kencang dan kontolkupun terasa tersembur cairan hangat memek bu widi orgasme. bu widi lunglai tapi aku melanjutkan mengobel memeknya dengan kontolku, kupercepat gerakanku dan tak lama kontolku hendak mengeluarkan lahar panas, ditekannya pantatku dalam dalam dan kurasakan kontolku mentok dirahimnya dan crooot croooot crooottt..spermaku meluncur deras di dalam memeknya. masih kubiarkan kontolku didalam memek bu widi, kucium bibir bu widi, kubelai mesra rambutnya. disingkapnya kaosku, dicupangnya bekas cupangan istriku di dadaku.
“buat oleh oleh mas”candanya genit
aku tersenyum sambil mencubit puting teteknya, ku cabut kontolku, tiba tiba dipegangnya kontolku, dijilatnya dan dikulumnya kontolku hingga bersih, ngilu rasanya
“biar gak usah ke kamar mandi mas”timpal bu widi
“gak jijik sih bu?”tanyaku tersenyum
“enggaklah mas”jawabnya sambil makein cd ku, sebelum kontolku dimasukkan ke cd, diciumnya kontolku
“makasih ya sayaaang”ucapnya sambil mengusap lembut kontolku lalu dimasukkannya ke cd. kupake jeans n jaketku sedang bu widi ke kamar mandi lalu mengambil bh n cd, memakainya lalu kaos n legging baru dipakai. aku pamit pulang, mengambil motor dan keluar lewat garasi mobil.
hari hari selanjutnya tiap suaminya gak ada dirumah n tiap ada kesempatan selalu melakukan hubungan sex. hal ini tanpa dicurigai suaminya karena bu widi juga selalu melayani suaminya meski katanya kurang puas, pun istriku karena aku selalu rutin tanpa mengurangi rasa dalam hubungan sexku de ngan istri. sedang pembantu bu widi datang kerumah bu widi hanya buat masak pagi siang malam n bersih bersih dipagi hari, selebihnya pulang kerumah yang masih dalam kompleks.

Foto ngentot, cerita ngentot, ngentot, cerita ngentot tante girang, cerita ngentot memek, ngentot tante girang, ceritangentot, cerita dewasa tante girang, cerita ngentot sama tante, cerita bokep bergambar, ngentot ibu, foto memek ibu ibu, cerita ngentot ibu, memek ibu ibu, cerita ngentot enak, ngentot sama tante, cerita ngentot ibu ibu, memek ibu, crita ngentot, fotongentot

Lihat Juga : Cerita Sex Istriku di Tukar dengan Istri Bos

Cerita Ngentot Dewi 4 Some Dengan Teman Anaknya

$
0
0

Cerita Ngentot Dewi 4 Some Dengan Teman Anaknya – Siang itu Dewi sedang gelisah, gejolak birahinya menggelegak, saat ini Dewi sedang menginginkan sodokan-sodokan kontol di vagina dan dianusnya, sudah 3 hari ini Dewi tidak merasakan sentuhan dan cumbuan lelaki, terakhir lubang kemaluannya merasakan sodokan kontol adalah saat persetubuhannya dengan Parmin dan Sugito. Ini karena suaminya sudah ada di Jakarta kembali, dan selama 3 hari ini suaminya tidak menyentuh dia sama sekali.

Saat itu Dewi sedang mengenakan rok terusan warna putih dengan bagian depan yang cukup terbuka sehingga belahan payudaranya yang putih mulus terlihat jelas, kedua putingnya pun tercetak dengan jelas di roknya, karena saat itu Dewi memang tidak mengenakan BH, sementara bagian punggungnya terbuka lebar sampai pinggulnya, karena model rok yang Dewi kenakan ini adalah model yang bagian atasnya diikat dileher, sementara bagian bawahnya hanya sampai pertengahan pahanya saja.

Mata Dewi terpaku di TV tetapi pikirannya menerawang, Dewi membayangkan kejadian hari itu dimana ia disetubuhi oleh Parmin dan Sugito, tanpa terasa tangan kirinya mulai meremas-remas payudaranya bergantian sementara tangan kanannya mengelus-ngelus vaginanya dari luar celana dalamnya, dari mulutnya terdengar desahan-desahan lirih.

Saat Dewi sedang asyik-asyiknya self service, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi, Dewi sedikit kaget mendengar bel rumahnya berbunyi, dengan segera ia menghentikan kegiatannya dan segera merapihkan roknya, iapun menuju kepintu depan.

Sesampainya dipintu depan Dewi lalu membukanya dan dihadapannya berdiri 3 anak muda, yang ternyata adalah teman kuliah anak tirinya, Dewi mengenali 3 anak muda ini karena mereka sering bertandang kerumahnya, mereka adalah Roni, Dedi dan Anto, perawakan mereka semua hampir sama seperti anaknya Doni.

“Siang Tante, Doni ada?” tanya Roni.

“Waduh, Doni sedang pergi, katanya sih mau kerumah temannya, tapi Doni tidak menyebutkan nama,” jawab Dewi.

“Oh…udah lama, Tan?” sahut Anto.

“Udah lumayan lama sih,” Dewi menjawab.

Ketiga anak muda ini kemudian saling bertatapan, seolah bertanya apa yang hendak mereka lakukan lagi, karena Doni tidak ada tapi pemandangan yang ada dihadapan mereka sekarang ini sangat sayang untuk dibuang begitu saja, rupanya mata ketiga anak muda ini dari tadi selalu mencuri pandang kebelahan payudara Dewi, dan mereka tahu bahwa Dewi tidak mengenakan BH karena mereka melihat puting Dewi yang tercetak dengan jelas, karena saat itu Dewi memang sedang bernafsu sehingga kedua putingnya telah mengeras dan mencuat.

Saat ketiga anak muda itu sedang bertatapan dan sambil memberi kode, Dewi sendiri sedang berpikir bagaimana caranya agar ke 3 anak muda ini dapat memadamkan gejolak birahinya.

“Kalian mau menunggu Doni pulang, atau nanti kalian balik lagi?” Dewi bertanya dan memberikan pilihan kepada mereka, dalam hatinya mudah-mudahan mereka memilih menunggu sehingga ia ada kesempatan merasakan kontol-kontol mereka.

“oohh..eehh…kami tunggu saja Tante,” sahut mereka berbarengan.

“Pucuk dicinta ulam tiba,” kata batin Dewi dan ke 3 anak muda itu

“Yach. sudah kalau kalian mau tunggu Doni pulang, ayo masuk,” kata Dewi.

Merekapun masuk kedalam rumah, Dewi lalu menutup pintu dan menguncinya, iapun lalu beranjak keruangan keluarga dimana tadi ia sedang menonton TV diikuti ketiga anak muda itu.

Sesampainya diruangan tersebut Dewi menyuruh mereka duduk dan menawari mereka minuman, kemudian Dewi menuju kedapur untuk membuatkan minuman untuk mereka, seperginya Dewi kedapur, ketiga anak muda itu sibuk berbisik-bisik entah apa yang mereka ributkan, nampaknya mereka seperti membuat sebuah rencana.

Tak lama berselang Dewi kembali dari Dapur membawa minuman untuk mereka, saat Dewi menaruh minuman dimeja , mata ketiga anak muda itu terbelalak karena mereka melihat dengan jelas kedua payudara Dewi bergantung dengan indahnya dari balik roknya, nampaknya Dewi sengaja memancing nafsu birahi ketiga anak muda itu dengan hanya membungkukkan tubuhnya saat menaruh minuman.

“Ayo diminum,”sahut Dewi, sambil ia duduk disamping Anto.

“Eeehhh…iya..makasih Tante,” sahut mereka berbarengan

“Bagaimana kuliah kalian,” tanya Dewi sambil tangannya menepuk paha Anto, dan dengan sengaja Dewi tetap membiarkan tangannya diatas paha Anto dan dengan sedikit agak mengelus.

“Baaaik, taan,” Anto menjawab sedikit gelagapan, darah mudanya bergejolak mendapat perlakuan tersebut.

“Kalau Doni, nakal tidak dikampus?” kembali Dewi bertanya, matanya ia arahkan ke Roni, sementara tangannya masih tetap berada diatas paha Anto dan masih mengelus-elus dan kadang kadang ditingkahi dengan remasan lembut.

Aksi Dewi membuat Anto semakin panas dingin, darah mudanya semakin bergejolak, Anto mulai merasakan batang kemaluannya mulai menegang, sementara matanya tidak lepas dari memandang belahan payudara Dewi.

“Tidak Tante, Doni gak pernah nakal, dia kan salah satu mahasiswa kesayangan dosen-dosen,” sahut Dedi.

“Oohh..syukurlah..kalau begitu,” kata Dewi.

Dari tatapan mata mereka Dewi tahu bahwa ketiga anak muda ini menginginkan tubuhnya, membayangkan itu iapun tersenyum, melihat Dewi tersenyum simpul dan melihat aksi tangannya dipaha Anto, ketiga anak muda ini menyadari bahwa Dewi menginginkan mereka.

Dengan memberanikan diri Dedi, beranjak dari tempat duduknya dan berpindah duduk kesamping kiri Dewi, setelah ia duduk disamping Dewi tanpa basa-basi lagi tangannya meraih dagu Dewi dan memalingkan mukanya kearah muka dia, dikecupnya perlahan bibir Dewi yang dibalas oleh Dewi dengan pagutan mesra, kedua bibir mereka bercumbu dengan mesra, kedua lidah mereka bertautan, mereka berciuman dengan penuh nafsu, melihat itu Anto yang berada disamping kiri Dewipun ikutan beraksi, ia memeluk Dewi dari belakang dan kedua tangannya segera beraksi meremas-remas kedua payudara Dewi.

Ronipun tidak mau kalah dengan aksi kedua temannya itu, iapun menghampiri mereka, lalu Roni berjongkok dan mulai menciumi lutut dan paha Dewi bergantian dari kiri kekanan, dari kanan kekiri, serangan mereka bertiga membuat Dewi mendesah-desah.

“Hhhmmmm…aaahhhh….hhhmmmm…ssslrrrpppp….hhhhhmmmm…a aaahhh,” Dewi mendesah sambil tidak melepaskan ciuman mulut Dedi.

Dewi merasakan tangan Anto sedang mencoba membuka ikatan rok dilehernya, dan ia juga merasakan tangan Roni yang menyelusup masuk kedalam roknya, mencoba untuk menarik celana dalamnya, saat Anto berhasil melepaskan ikatan roknya, Ronipun berhasil melepaskan celana dalamnya, tanpa melepaskan ciumannya Dedi merebahkan tubuh Dewi disandaran sofanya, sehingga payudaranya yang tidak tertutupi oleh sehelai kain terpampang dengan jelas dimata ketiga anak muda ini, tanpa membuang kesempatan lagi Anto mulai menjilati dan menghisap puting payudaranya yang sebelah kiri, Dedipun tidak mau kalah iapun mengalihkan serangannya kepayudara yang sebelah kanan, aksi mereka membuat rintihan dan desahan Dewi semakin terdengar, dengan posisi tubuh Dewi yang agak sedikit rebah memudahkan Roni untuk menarik rok Dewi, setelah rok Dewi terlepas seluruhnya, Roni melihat pemandangan yang menakjubkan belahan bibir vagina Dewi yang ditumbuhi bulu-bulu hitam yang tertata rapi dan tidak terlalu banyak, dengan tidak sabar Roni membuka kedua kaki Dewi lalu dengan kedua jari tangannya ia kuakkan bibir kemaluan Dewi, sehingga kelentit Dewi terlihat oleh matanya, dijilatinya dan dihisapnya kelentit Dewi yang berwarna merah muda itu, aksi tambahan Roni semakin membuat Dewi semakin merintih dan mendesah kenikmatan.

“Sssshhhhh…..aaaahhhh….ssshhhh….aaahhhh..teruusss. .hisaap..iiiittiiilllkkkuu…oooohh….yyaa putingkuuuu..jugaaa…aaaahhhh….nnikkkmmaat….” desah Dewi.

“Sslrrpppp….ssslrrrppp…..Hhhmmmm…sslrrppp…”Roni sibuk dengan jilatan dan hisapannya di kelentit dan vagina Dewi, ia merasakan vagina Dewi semakin banjir oleh cairan kenikmatannya.

Tak tahan oleh serangan ketiga anak muda ini, nafsu birahi Dewi yang sudah tiga hari tidak terlampiaskan ini akhirnya meledak, tubuh Dewi tampak mengejang dan mengejut-ngejut, puncak pendakian bukit birahinya tercapai.

“Ooooohhhh…..aaakkuuu..keluaaaaar….aaahhhh….” erang Dewi.

Sssrrrrrr…..cccrrrtttt…..sssssrrrrr….cccrrrrtttt…. lubang kenikmatan Dewi menyemburkan lahar kenikmatannya, Roni yang merasakan hal ini menimpali dengan hisapan-hisapan kuat sehingga membuat Dewi merasakan kenikmatan yang luar biasa, tangannya meraih kepala Roni dan menekan kuat-kuat kearah kemaluannya sementara tubuhnya mengejut-ngejut.

Dedi dan Anto menghentikan aksi mereka untuk memberikan kesempatan kepada Dewi merasakan puncak kenikmatannya, sambil menyaksikan Dewi yang sedang orgasme mereka berdua melucuti pakaian mereka sehingga telanjang bulat, batang kemaluan mereka sudah sangat menegang sekali, sudah siap untuk bertempur dengan memek Dewi.

Akhirnya tubuh Dewi rebah kembali setelah tetes terakhir cairan kenikmatannya menetes, Ronipun bangkit dan mulai melucuti pakaiannya. Nafas Dewi yang tadi memburu sudah mulai mereda, matanya yang terpejam merasakan kenikmatan itu mulai terbuka dan Dewi melihat pemandangan yang luar biasa, ia melihat 3 batang kontol yang seukuran dengan punya anaknya baik dari besar dan panjangnya, iapun tersenyum simpul.

“hari ini aku akan betul-betul mendapatkan kepuasan” Dewi membatin.

Gairah birahi Dewi kembali menggelora melihat pemandangan didepan matanya saat ini, 3 sosok tubuh atletis dengan batang kemaluan yang panjang dan besar, betul-betul menggugah selera Dewi untuk merasakan ke 3 batang kemaluan itu, tanpa membuang waktu Dewi meraih kontol Roni kemudian ia mulai menjilati dan mengulu-ngulum kontol Roni, sementara kedua tangannya meraih kontol Anto dan Dedi, kedua kontol itu ia remas-remas dengan lembut dan diselingi dengan kocokan-kocokan ringan. Aksi Dewi membuat birahi ke 3 anak muda itu semakin memuncak.

Tak lama berselang Dewi menghentikan aksinya itu, lalu ia menyuruh Roni untuk duduk, setelah Roni duduk Dewi menaiki tubuh Roni dan meraih kontol Roni, dioles-oleskannya kepala kontol Roni dengan kelentitnya, lalu ia selipkan kepala kontol Roni dilubang kemaluannya, dengan perlahan-lahan Dewi menekan turun pantatnya sleeeppp….bleessss….bleessss….kontol Roni perlahan-lahan menyeruak masuk kedalam lubang senggama Dewi.

Dewi merasakan nikmat saat kontol Roni mulai menerobos masuk divaginanya, sementara Roni sendiri merasakan lubang senggama Dewi sangat erat menjepit batang kemaluannya, desahan dan lenguhan terdengar dari mulut kedua insan ini.

“Ouughhh…kontolmuuu…bessaaar….eenaakk..sekali…meme kkuuu…penuuuh….sesaaakkk… dibuatnya…aaahhh…,” desah Dewi yang merasakan jejalan kontol Roni di memeknya.

“Taannnn….memekmuu…sseeemmpiit..sekalii…,”Ronipun melenguh yang merasakan eratnya gesekan lubang kemaluan Dewi di batang kemaluannya.

Bleesss……dengan sekali hentakan Dewi menurunkan pantatnya sehingga seluruh batang kemaluan Roni tertanam seluruhnya di lubang senggamanya.

“Oohhh..ssshhh….Ded, sekarang giliranmu, masukkan kontolmu kelubang pantatku,” pinta Dewi.

“Eehhh…” Dedi terperanjat dengan permintaan Dewi.

“Iya…cepat…jangan bengong,”Dewi kembali menegaskan permintaannya.

Tanpa menunggu Dewi mengulang permintaanya lagi, Dedi mulai mengarahkan batang kemaluannya kelubang pantat Dewi, diselipkannya kepala kontolnya dilubang pantat Dewi slleeppp, kepala kontolnya mulai terjepit bibir lubang pantat Dewi.

“Oouugghhh…ssshhhh….peelaaan..pellaan…masukinnya…, ” Dewi mengerang saat merasakan kepala kontol Dedi mulai menyeruak masuk di lubang pantatnya.

“Iyaahh..Tan,”jawab Dedi.

Bleesss…. Dedi mulai mendorong masuk kontolnya….blesssss….sedikit demi sedikit batang kemaluannya mulai melesak masuk…bleesss…setengah dari kontolnya sudah tertelan oleh lubang pantat Dewi.

“Ouugghhh….aagaakk…saakiitt….tapii..enaakk…terusss ss…masukiiinn..semua kontolmuuu..” Dewi melenguh.

Bllleeeesssssss..dengan kuat Dedi mendorong lagi kontolnya sehingga batang kemaluannya terbenam seluruhnya dilubang pantat Dewi.

“Aaaagghhh…..,” Dewi menjerit akibat hentakan Dedi itu.

Sesaat kemudian nampak Dedi dan Roni mulai bergerak, dengan gerakan perlahan mereka mulai mengeluar-masukkan kontol mereka, Dedi dengan berpegangan pada pinggul Dewi mulai memaju mundurkan kontolnya, sementara Roni dengan berpegangan pada pinggang Dewi mulai menaik-nurunkan kontolnya, aksi mereka berdua betul-betul kompak, Dewi dibuat merem-melek merasakan gesekan-gesekan kontol mereka berdua di kedua dinding lubangnya. Lenguhan dan desahan nikmat keluar tanpa hentinya dari mulut Dewi.

“Ooohhh…ssshhh….eenaakk…terusss…enntoottt…oohhh…yy aahh…teeekaann..yang dalaaam. Aaahhh….yyaa…..ooohhh…yyaang kuat….eenttoott…akkuu…terusss…puaskaaannn..aku….’’ Dewi merintih keenakan.

Dedi dan Roni mulai menambah kecepatan gerakan mereka, akibatnya kedua payudara Dewi bergoyang seirama dengan gerakan mereka berdua, Antopun yang melihat kedua payudara Dewi yang berguncang itu menjadi tidak sabar untuk menunggu gilirannya, apalagi batang kemaluannya sudah sangat mengeras melihat kedua temannya yang sedang beraksi, dengan berlutut di sofa, Anto mengarahkan kontolnya ke mulut Dewi, yang segera disambut oleh Dewi, kontol Antopun mulai diselomoti oleh Dewi, karena gerakan Dedi dan Roni dengan sendirinya kon tol Anto keluar masuk dalam mulut Dewi seirama dengan gerakan Dedi dan Roni, saat Dedi dan Roni menekan masuk kontol mereka, tubuh Dewipun ikut maju sehingga kontol Anto yang sedang ada dimulut Dewipun menyeruak masuk lebih dalam, kemudian saat Dedi dan Roni menarik mundur batang kemaluannya, tubuh Dewi ikut tertarik kebelakang sehingga mulut Dewipun tertarik mundur, sehingga kontol Antopun yang sedang terkulum dalam mulut Dewipun ikut keluar.

Sambil menikmati kuluman mulut Dewi dikontolnya tangan Anto tidak mau diam, diremas-remasnya kedua payudara Dewi yang sedang berguncang itu diselingi dengan pilinan-pilinan lembut dikedua putingnya, aksi tambahan dari Anto ini semakin menambah sensasi nikmat Dewi, apalagi ini pertama kalinya Dewi merasakan 3 batang kemaluan yang menyumpal ke 3 lubangnya, rintihan nikmat semakin kerap terdengar.

“Hhhmmm…ssllrrpppp..aaahhhh…teruusss…hhmmm..ssslrr pp…entoot..aaakuu..hhmmppp…… sllrrpppp….oohhh…enaakk..sekaallii…” Dewi merintih-rintih keenakan, sambil mulutnya tetap mengulum-ngulum kontol Anto.

“Taan…memeekkkmuuu….eenaaak…daaann…seeempit sekaliii…oooooohhhh…..,” lenguh Roni.

“aaakkuu…jugaaa…enaaak….Taaan, aaannuusssmuu…jugaaa..semppiitt….hhmmm…,” desah Dedi.

“Taann…tteerrruusss….seeloommotii…koontoollkuuu….y yaaahhh…aaahhhh…mulutmuu..hebat.. oohhhh…niikmmaattt…,”erang Anto.

Desahan, lenguhan dan rintihan serta erangan keenakan dari mulut mereka berempat menambah hebohnya suasana siang itu, keringat mereka berempat mengalir dengan derasnya, bunyi beradu tubuh mereka yang sudah berkeringat menambah sensasi persetubuhan mereka.

Tak lama berselang gerakan mereka berempat semakin cepat dan tidak beraturan, nampaknya mereka berempat akan mencapai puncak kenikmatan dari pergulatan ini.

“Hhhmmmpp….sslrrppp…eenttoot akkuu…yang lebih kuaaattt…dan..lebih ddaaalllaaammm…… ooouughhhh….yaaaahhh beegiittuuu…teruussss….aakkuuu…mau kelluaaar….sshhhhhh………. hhhhmmmmppp…ssslrrrpppp….,” Dewi mengerang, tubuhnya mulai mengejang-ngejang, puncak kenikmatan dari persetubuhan ini hampir diraihnya.

“Aaakuuu…jugaaa….mauuu..keluuuaarr….ooooohhh…Taaan n,” erang Roni, yang mulai merasakan kontolnya hendak menyemprotkan lahar kenikmatannya, gerakannya semakin bertambah cepat dan semakin tidak beraturan, dan dengan sekali hentakan kuat ia menekan dalam-dalam kontolnya didalam lubang vagina Dewi.

“Taaannnn….ooohhh…..aaakkuuuu….keellluuaaar….aaaah hhhhhh…..eenaaakkk…sekali……,” Dedi melenguh, saat itu kontolnya mulai berdenyut dengat kuatnya, puncak kenikmatan dari ngentot lubang anusnya Dewi berhasil ia rengkuh, kontolnya menyemburkan cairan spermanya, dan iapun menekan dalam-dalam kontolnya dilubang anus Dewi.

“Kocookk…koontolkuu…Taaan….aaakuu..juga…maauu…munc raaat.,..niichhh…aarrrghhhh…..,” Antopun mengerang, ia merasakan cairan pejuhnya mulai berdesakan ingin keluar, Dewi yang mendengar permintaan Antopun mulai mengocok-ngocok kontol Anto dengan cepat.

Creeeetttt…..sssrrrrrr…cccreeeett….creeettttt…cccr eeettt….sssrrrr…ccreeettt…ssrrrr…creetttttt.. dengan waktu hampir bersamaan keempat kemaluan mereka mulai memuntahkan lahar kenikmatan mereka.

Tubuh Anto, Dedi dan Roni tampak mengejang saat kemaluan mereka menyemburkan sperma mereka, kontol mereka berkedut-kedut saat menembakkan sperma, sementara itu tubuh Dewi terlihat bergetar dan mengejut-ngejut saat lubang senggamanya memuntahkan cairan kenikmatannya, dinding vaginanya berkedut-kedut saat cairan kenikmatannya keluar, Roni yang kontolnya berada dalam vagina Dewi merasakan kontolnya seperti dipijat-pijat lembut oleh dinding vagina Dewi.

Setelah badai nafsu birahi mereka mereda, dan setelah tetes terakhir cairan kenikmatan mereka menetes keluar dari kemaluan mereka, mereka berempat akhirnya terkapar, Dewi dengan wajah penuh oleh sperma Anto telungkup diatas tubuh Roni, diwajahnya tersungging senyum kepuasan, sambil memeluk tubuh Dewi, Roni memejamkan matanya, kontolnya masih terbenam dalam lubang vagina Dewi, ia masih merasakan dinding vagina Dewi berkedut-kedut lemah, Dedi sendiri setelah kontolnya tuntas menumpahkan sperma dilubang pantat Dewi, ia mencabut kontolnya kemudian ia merebahkan tubuhnya diatas karpet, dan Anto sendiri terlihat duduk bersandar disofa saat kontolnya tuntas menembakkan sperma diwajah Dewi, sementara kontolnya masih tetap berada dalam genggaman tangan Dewi.

Setelah beristirahat sejenak, mereka melakukan kembali persetubuhan itu, dengan berbagai posisi dan pertukaran tempat diantara ketiga anak muda itu, mereka lakukan ini sampai waktu menunjukkan pukul 5 sore, dan sampai pada waktu itu batang hidung Donipun tidak kelihatan, akhirnya ketiga anak muda itu berpamitan pulang kepada Dewi, Dewi mengantar mereka kepintu depan dan memberitahu mereka untuk lebih sering berkunjung walaupun tidak ada Doni terutama kalau suaminya sedang tidak ada di Jakarta, yang di iyakan oleh mereka bertiga. agar mereka bisa melakukan, setelah mengantar mereka Dewi menuju kekamarnya dan langsung menuju kekamar mandinya, ia segera membersihkan dirinya agar sisa-sisa sperma yang menempel ditubuhnya hilang agar tidak ketahuan oleh suaminya.

Lihat Juga : Cerita Ngentot Nikmat nya Istri Teman Kost ku


Cerita Bokep Ngentot dengan Sepupu Jauh

$
0
0

Cerita Bokep Ngentot dengan Sepupu Jauh – Terserah aku dibilang bajingan, pemberi harapan. Tapi sejak awal telah kukatakan bahwa hubungan ini hanya berdasar kebutuhan, nafsu belaka dan tidak ada embel-embel apapun. Tahun 2008/2009 lalu keluarga kami berkunjung ke rumah sodara di Malang yang sedang mengadakan suatu acara. Kami menginap di hotel dekat rumah sodara. Malam itu aku pergi ke sana untuk bertemu sepupu. Ternyata mereka sedang berkumpul cerita-cerita. Sepupuku tidak ada di tempat, sedang mengantar sodara jauh dari Jakarta. Alhasil aku mending merokok di luar karena tidak terlalu mengenal yang di dalam rumah. Tak berapa lama,”mas..disuruh masuk tante”. Aku menoleh dan berkata,” iya..sebentar”. Daripada nanti dipanggil lagi lebih baik aku masuk sekarang.

Mereka sedang mengelilingi seorang wanita yang kemudian dikenalkan padaku sebagai seorang paranormal. Namanya H, mempunyai anak satu masih sd kelas 2 dari Jakarta. Ia lalu menatapku dan berkata,”mas punya satu atau dua sesepuh ya di belakang mas?” Aku hanya menjawab sambil lalu karena sikon yang menurutku kurang private jika membahas hal-hal semacam itu. “Ha..hehe..ngg tau mb. Kata orang sih gtu”. Lalu ia berkata lagi,”iya mas..soalnya kayaknya nyambung sama yang di aku. Mo kenalan ini sekarang..” Aku hanya garuk-garuk kepala dan nyengir. Kemudian ia menyuruhku mendekat dan mengulurkan tangan kanannya,”pegang tanganku..klo ada getaran jangan ditahan. Dan klo nanti yang di dalam mas mo keluar lepasin aja”. Aku hanya mengangguk karena terus terang masih bingung plus sedikit penasaran. Kurasakan ada getaran halus yang kemudian membuat tangan kami mulai bergetar. Tak lama kemudian suara H berubah menjadi lebih tua dan mencoba berkomunikasi denganku. Entah karena aku yang menahan atau apa getaran itu lalu menghilang. “Sebetulnya tadi sudah mau nyambung mas tapi ditahan sama mas. Ngg apa-apa..lain waktu mungkin”. Kejadian saat itu tak kuingat lagi karena kami kemungkinan besar tidak mungkin bertemu. Selang 2 bulan kemudian cerita berlanjut.

Siang itu sepupuku mengirim sms,”mas..ada yg mo kenal”. Aku yang sedang tidur lalu terbangun dan sedikit kesal siapa yang mengirim. Setelah kubaca nama pengirim mau tidak mau kubalas,”eh..iy.hehe..emg sapa yg mo kenal dik”.
“Ada deh..boleh ngg aku kasih nomer mas?”
“Ndak papa..yg penting bukan penjahat tho..hehe”.
“Ya ngg lah mas. Ok..habis ini dia aku kasih ya..makasih mas”.
“Iy dik..sama2″. Aku melanjutkan tidur yang sempat terputus dan kusetting hp dalam kondisi silent. 2 jam kemudian aku bangun. Kulirik hp di samping, ada 2 sms yang masuk. Kulihat jamnya pasti saat aku silent tadi. Sms pertama,”halo mas..masih inget sama aku, H yang di Malang waktu itu”. Sms kedua,”maaf mas klo ngganggu”. Aku simpan dulu nomernya lalu kubalas,”ngg nganggu mb. Sorry baru bales. Gmn kabarnya?”
H membalas,”baik mas. Belum nyoba sendiri komunikasi sama sesepuh mas?”
“Oh..hehe..belum mb. Biar aja nanti ketemu sendiri”. Kami kemudian berbincang ringan, nothing special.

Bulan berikutnya H curhat tentang kondisi rumah tangganya. Suaminya pencemburu dan sering berlaku kasar. Aku hanya bisa berkata sabar dan menguatkannya saja. Karena urusan itu aku paling segan turut campur selain aku belum berkeluarga juga kurang pantas rasanya mengingat usianya yang terpaut 2 tahun di atasku.
“Makasih ya mas supportnya. Aku jadi punya tempat curhat selain sodara2ku”.
“Iy mb..sama2. Hanya itu yg bisa aku bantu”. Selang dua minggu kemudian H cerita hal yang seharusnya sangat pribadi. Suaminya sudah menurun kemampuannya juga bila ia sedang ingin dengan kasar H disuruh ke kamar dan langsung ditiduri tanpa pemanasan dulu. “Untungnya dia ngg smpe 5 menit udah keluar mas. Jadi aku langsung keluar kamar dan bersih2. Jujur aja kadang aku juga pas naik tapi karena dia cepet jadinya aku senewen. Aku udah ngg ada nafsu sama dia mas. Ini aku kuat2in demi anak”. Aku belum membalasnya. Kasihan H, kondisi rumah tangganya benar-benar parah. Sebagai laki-laki normal penisku perlahan bangun membaca smsnya.

“Sabar ya mb..tapi klo udah ngg bisa dipertahanin ya gmn lagi. Emm..klo boleh tau dia langsung buka baju dst gtu?”
H,”iy mas. Aku yg dasarnya udah ngg ada rasa sering ngrasa perih di vaginaku. Untungnya dia pasti cepet jd aku ngg tersiksa lama”.
Aku membalas,”hmm..iy juga sih. Trs klo mb masih on gmn?”
H,”ya ngg gimana2. Wong udah ngg ada rasa ya ilang gtu aja. Emg trs aku nyari cwok gtu..hehe”. Pikiran nakalku mulai muncul. “Kirain masturbasi atau gmn mb..hehe”.
H,”masturbasi itu udh lama ngg mas. Apalg sekarang. Dan lagi aku mau mbayangin sama siapa coba”. Penisku makin mengembang,”iy ya..kasihan mb. Pernah ps mb?”
H,”ha..ps..apa itu mas”.
“Ps tu phone sex alias telpon smbil sama2 mbayangin trs onani bareng mb”.
“Oo gtu..walah..apalg itu. Mo ps sama siapa mas. Aku punya suami jg sikon ngg mendukung”.
“Iy ya mb.ahh..”, sengaja kugantung kalimatku.
H,”Knp mas..” “Emm..gak papa.cma agak ngaceng jadinya. Dari tadi mbahas yg hot..hehe. Sorry ya mb”. Lama H tidak membalas,mungkin dia tersinggung karena bahasaku tadi.
“Ngg apa2 mas..aku maklum. Mas masih muda jg belum keluarga. Trs terang aku juga kaget ada reaksi di aku”.
“Emm..reaksi gmn mb..terangsang tha?”
H,”emm..iy. Jadi sedikit basah. Ngg tau knp. Udah lama sekali aku ngg gini..jadi malu aku mas”.

“Knp malu mb..itu hal yg manusiawi. Mo lebih basah lgi mb?  Kepalang tanggung. Kami sama-sama dewasa. Sengaja kuberi emoticon di akhir sms tadi, menanti reaksinya.
10 menit kemudian,”Lebih basah gmn maksudnya mas?”
“Hp mb ada mmsnya kan. Nnti aku kirim gambar”.
H,”Gambar apa mas..jgn ah..nnti ada yg tau”.
“Hp mb dibawa sendiri kan..suami kira2 bisa buka2 ngg?”
H,”Ngg bisa. Dia cma bs telp sama sms”.
“Nha..brti aman tho. Mau ngg aku kirim?” Lama tidak ada jawaban. Mungkin dia takut ada yang menemukan sesuatu di hpnya. Tapi yang jelas dia sudah penasaran dan terangsang. Terus terang sebenarnya dia tidak masuk hitunganku. Badannya sedikit gemuk dan pendek. Pantat termasuk tepos. Dada biasa saja. Wajah terhitung manis.
“Klo hpnya belum disetting mmsnya ya harus ke provider dl mb..,” sambungku.
H,”Kayaknya blm mas. Nnti siang aku mo ke ** buat nyetting. Kirimnya nnti malem aja mas, aku mo nginep di sodara. Mo melarikan diri sebentar
Ha..pancinganku disambut rupanya. “Ok mb..smpe nnti malem ya. Jgn masturbasi dl..haha”. “Huu..kamu ada2 aja mas. Jadi makin penasaran. Tambah basah ini..baru ini kayak gni mas”. “Hihi..wajar mb. Lama nahan birahi. Ya udah smpe nnti malem mb”.
H,”Iy mas..”.

Tahun itu belum ada yang namanya chatting ini itu. Bb pun dimiliki hanya segelintir orang yang benar-benar butuh, tidak seperti sekarang. Anak sd banyak yang dibelikan bb oleh orang tuanya. Malam itu dengan hati yang sedikit berdebar kutunggu sms dari H. Sekitar pk 11 hpku berbunyi,”Udah tidur mas?”
“Halo mb..belum. Kan udah jnji mo ngirim sesuatu..hehe”.
“Huu..emg apaan sih”
“Tunggu bentar ya mb”. Kubuka celana dan cdku. Penis yang sudah setengah ngaceng dari tadi tak perlu menunggu lama cepat mengembang. Aku menaruh penggaris bersisian dengan penis lalu kufoto beberapa kali, untuk kupilih mana yang paling baik. Kemudian kukirim pada H. Mms telah terkirim.
H,”Ihh..kok kirim gambar itu mas..porno ah”.
“Kita udah sama dewasa mb. Klo mb keganggu aku minta maaf”.
H,”Gak apa2 mas. Iy sih..itu punya siapa. Bisa ngaceng kayak gtu..smpe merah. Panjang lgi..”. “Knp mb..basah lg ya..hehe”.
H,”Uhh..kamu mas. Iy nih..mulai basah vaginaku. Kamu nakal mas..bikin aku gni”.
“Hihi..maap mb. Kn ak berbaik hati berbagi fun..hehe”.
H,”Fun gmn..aku ngg bisa nyalurin”.
“Haha..itu penisku mb  “.
H,”Beneran? ngg ngira panjang gtu”.
“Thanks mb. Emg suami gmn?”
H,”Ngg segtu yg jelas. Kok bs ngaceng kyk gtu mas. Rambutnya dicukur ya?”
“Ow gtu. Brti tambah basah skrg..haha. Ya klo full ngaceng mmg gtu mb. Aku ngg suka ngruwel jembutku mb. Liat jembutnya cwek ngruwel jg ngg gtu suka. Klo mulus lbh krasa, apalg klo pas dijilat..hihi”.

“Kmu mmg nakal mas..bneran basah ini. Gtu ya..brti udah sering gtuan?”
“Ngg juga mb. Aku ngoral cwek cma sama cwekku dulu. Trs gmn mb sekarang basah gni..pingin ya..hihi”.
“Ahh..iy mas. Tp kn ngg mungkin”. Tanpa pikir panjang aku tulis,”Mo ps mb?” H tidak membalas. Kupikir tawaranku terlalu cepat & berani. 15 menit kemudian,”Blm aman mas. Sodaraku blm tidur. Nnti aku sms ya”. Wah..ternyata H benar-benar kehausan,
“Iy mb..aku tunggu”. Saat menunggu smsnya aku sempat tertidur. Hpku berbunyi,”Tidur ya mas?maaf ya,sodaraku barusan masuk kamar. Besok2 aja gak apa2″. Kulirik jam dinding sudah setengah satu.
“Hehe..ketiduran bentar. Gpp mb,aku maklum. Bneran besok2 aja?katanya pingin
H,”Iy sih..tp klo mas mo tidur lg aku ngg apa2″. Jawabanku kukirim mms lagi. Kali ini kupegang penis dan kukocok. H,”Ihh..diapain itu mas. Lgi onani ya?” ”
Hehe..iy mb. Kn mo ps katanya. Klo ngg jadi gpp lho  ” H yang sudah lama tidak merasakan kenikmatan lalu menjawab,”Klo mas mau ya aku juga. Aahh..lgsg basah nih mas. Aku pasang headset dulu mas”. Rupanya H sudah persiapan membawa headset. Tak perlu kuceritakan detail dari ps kami. Singkat kata malam itu untuk pertama kali dalam hidupnya H melakukan ps denganku, yang notabene orang yang baru dikenalnya. Kami melakukan ps hingga pk setengah 3 pagi. H orgasme 3x malam itu. Ia mengaku benar-benar puas dan berterima kasih sekali sudah memberikan kebahagiaan walau hanya dari hubungan telpon seluler. Kegiatan itu kami lakukan beberapa kali dalam 3 bulan. Setelah malam itu sering kali ia harus menahan diri untuk tidak bersuara bahkan mendesah & menggeram saat gelombang kenikmatan itu menerpanya. Dan kegilaan sesungguhnya akan terjadi setelah itu.

klik untuk perbesar gambar

Malam itu Bapakku bilang sodara yang dari Malang akan datang menginap beberapa hari dengan anaknya karena ulangan kenaikan sekolah sudah selesai. And guess what..ia akan mengajak H beserta anaknya pula. Tetapi dengan catatan jika aku menyetujuinya. Aku berkata semua terserah Bapak sebab ini rumah Bapak jadi yang mengijinkan tamu mana yang boleh menginap adalah Bapak. Beliau berkata masalahnya adalah sodara di Malang bilang bahwa sepertinya ada kedekatan antara aku dan H. Lalu kujelaskan pada Bapak memang ada kedekatan tapi sebatas teman karena dia butuh tempat curhat. Selang dua hari kemudian mereka tiba. Sempat ada gurauan dari sodara-sodaraku sebab perempuan yang selama ini curhat denganku sekarang di depan mata. Aku hanya bisa nyengir dan tertawa mendengarnya. Aku dan H jarang secara khusus menyendiri lalu mengobrol. Aku tidak ingin memberi kesan pada semua terutama H kalau memang there’s something special. Sore itu anak H batuk-batuk dan sempat muntah. Sepertinya masuk angin dan kecapaian setelah perjalanan dengan KA. Sepupuku ikut membantu mencarikan minyak gosok & obat flu. Bapak lalu memintaku untuk menemani H di kamar tamu jika ia membutuhkan sesuatu. Semula aku menolak sebab tidak etis rasanya berdua di kamar. Bapak tetap memintaku mengingat hubungan kami walau sebata teman. Aku tak bisa membantah perintah Bapak. Kuketuk pintu kamar tamu.

“Siapa..masuk aja. Ngg dikunci”. Gagang pintu bergerak dan kepala H terlihat. “Masuk aja mas..gak apa-apa”. Kepalaku yang jelas-jelas tidak gatal kugaruk lalu aku masuk. Kulihat anak H sedang lelap tidur, sesekali menggeliat. H lalu menenangkannya dan mengipasi anaknya. Udara saat itu memang lumayan panas juga kondisi kamar yang tidak ada pendingin atau kipas angin. Tanpa berkata aku keluar kamar lalu mengambil kipas angin ukuran sedang. Kemudian aku posisikan statis dan kuarahkan ke tembok.
“Makasih mas..dia memang kalau tidur harus ada kipas angin”.
“Iy mb..sama-sama. Mb kan tamu apalagi L sedang ngg enak badan gini”.
“Sorry ngrepotin mas”.
“Hehe..ngg mb”. Kami lalu berbincang perlahan. H bercerita semenjak curhat denganku apalagi dengan bumbu ps ia merasa jiwanya sedikit bernafas lagi. Aku menanggapinya dengan senyum saja. Iseng aku berkata,”Emang bener mb sampe orgasme waktu ps?”
“Ya iya lah mas..kan aku udah cerita gimana kehidupanku juga tentang itu. Emang kenapa mas?”
“Emm..gak apa-apa”. Entah karena sikon atau teringat saat ps, penisku mulai mengembang. Mungkin H melihat pergerakan itu aku tak tahu. “Klo sekarang basah lagi ngg mb?hehe..sorry klo aku bilang gtu”. Mata H kulihat sedikit melirik celanaku dan mulai sayu.
“Sedikit mas..malu aku. Sejak ngobrol tadi mulai sedikit basah. Mungkin inget foto dan ps waktu itu”.
“Mo lebih basah mb?..”, sambil kutatap matanya. H terlihat makin gelisah.
“Ngg ah mas..jangan. Nanti klo aku pingin kn gak bisa ps di sini”. H telah jatuh tetapi ia bingung jika nanti ingin menuntaskan bagaimana caranya. Nafsu sudah memenuhi kamar tamu. Kegilaanku kumulai. Tanpa menjawab perkataannya aku buka celanaku dan kupandang H. Matanya membelalak dan sedikit terbuka mulutnya. H tidak mengira jika aku sudah nekat. Penisku yang jelas sudah mengembang penuh tercetak jelas di cdku. Kuturunkan cdku sambil tetap menatapnya. H sedikit memundurkan badannya. Penisku keluar dengan tegak teracung. Lampu duduk di meja belajar menerangi tubuh bawahku yang bugil.
“Ini mb kontolku..gimana..sama kayak di foto kan..hihi”. Semua sudah terjadi, bahasa penis kuganti sebab tidak ada gunanya lagi berpura-pura.
“Ahh..mass..kok gini sih. Kamu bikin aku basah nihh..”. Kemanjaan seorang wanita mulai muncul.
“Kok cepet basahnya mb..pingin yaa..hehe,” sambil kudekati.

“Habis kamu sih mass..aahhh..”, nadanya mulai mendayu. Aku tatap matanya dan kubilang,”Pegang aja mb..mb pingin pegang kan..”. H tidak menjawab dan menunduk. Ragu dan nafsu bertempur sebab jelas-jelas sedang di rumah orang tapi adegan 21 tahun ke atas sedang berlangsung. Kuangkat dagunya. Ia menatapku dan kontolku. Perlahan tangan kanannya terjulur ke depan. Kulihat sedikit bergetar. Kontolku dipegang dan diamati. “Kenapa mb..jelek ya?”
“Ngg mas..cakep. Baru ini lihat dan pegang kontol orang lain”. H menatapku lalu mengelus-elus kontolku. Sengaja kunaik turunkan sesekali.
“Ihh..kok bisa gtu mass..bikin makin gemess..”, sambil tetap mengelus. Mata H makin sayu.
“Kok cuma dielus aja mb..”, aku tersenyum iblis. Matanya menatapku seakan minta persetujuan. Bibirnya mendekat dan membuka. Kepala kontolku masuk perlahan. “Ahh..mbbb..”. H memandangku saat aku mendesah. Batangku makin tenggelam. Kepalanya bergerak maju mundur perlahan melumat. Rambut H aku remas sesekali. Tangan kiri H sekarang memegang pinggangku, terkadang meremas bokong. Kutarik kepala H dan kuangkat tubuhnya. Waktu sudah sekitar setengah jam. Aku takut orang-orang curiga. Kucium bibirnya dan kami berbalas dengan ganasnya. Kuremas-remas susunya yang masih terbungkus kaos dan bh. H semakin mendesah dan nafasnya menjadi berat. Beberapa kali kami melihat L, jangan sampai ia memergoki kami dan ada kemungkinan menceritakannya pada orang lain. Aku desakkan kontolku ke belahan vaginanya yang masih terbungkus celana tidur selutut dan cd. Aku turunkan cepat keduanya. H membantu mengarahkan kontolku.
“Mo diapain mb kontolku..”, aku berbisik di telinga kirinya.
“Aahhh..kamu jahat mas..nakal. Masukkin sekaranggg..”.
Aku tak menjawabnya. Aku elus-elus vaginanya dan kumasukkan jari tengahku. Sudah banjir di sana.
“Oouhh..maasss..”. Kepalanya tertunduk di pundak kananku. 3-4 kali aku keluar masukkan jari tengahku. Kurasakan jembutnya hanya sedikit. Mungkin ia telah mencukurnya teringat kesukaanku..entahlah. Bokongku dicengkeram erat. Kubalikkan tubuhnya tanpa kata. Lalu kugesek-gesekkan kontolku ke vaginanya. Kedua tangan H berpegangan pada pinggir meja belajar.

“Tak masukkin ngg nih mb..hmm..”, kembali aku berbisik.
“Uhh..jahat kamuu mmaass..”, ia menoleh ke kiri dan menciumku kuat. Bersamaan dengan itu kumasukkan cepat ke dalam vaginanya. “Oufff..sshhh..mmaasss..”. Aku memegang pinggangnya. Sesekali kuremas bokongnya. Aku goyang kontolku dengan kecepatan sedang. Kepala H makin menunduk. Jemarinya mencengkeram kuat pinggiran meja belajar.
“Enak mb..?”
“Enak bangett maasss..ngg bisa dibandingin sama suamikuu..”.
“Klo gni..”, sambil kupercepat tusukanku dan kusingkap kaosnya. Kutarik ke atas bhnya lalu kuremas-remas susunya. Terasa lumayan kenyal walau sedikit turun.
“Oohh..ssshhh..ahhh..eennnaaakk mmasss..”. Kedua pentilnya makin mengeras.
“Maasss..”.
“Apa mb..”.
“Aku mau keluarr..”.
“Tempekk mb masih serett..”, sengaja makin kugoda. Tapi memang masih seret. Mungkin karena suaminya yang asal tancap atau juga karena H sudah tidak bereaksi dengan suaminya.
“Mo keluar bareng mb..?”
“Iyaaa..ayyoo mmaass..udah mo nyamppeee..”.
Kutusuk dalam tidak secepat tadi sambil kurapatkan pahanya.
“Ayyoo mbb..akkuu juggaa..”. Kudekap erat tubuhnya. “Ahhhh…ssshhttt..aku keluarrr maass..”. Tubuh H sedikit bergetar. Kupercepat goyanganku. Ketika kurasakan akan keluar cepat aku cabut dan kugesek-gesekkan di belahan bokongnya. “Oohhh..mbbb..aahhh..”. Maniku berlelehan jatuh membasahi belahan bokong dan sedikit di punggungnya. Kamar tamu menjadi saksi bisu. Kami terdiam beberapa saat. H membalikkan badan lalu menciumku dalam.
“Makasih mas..sudah lama sekali aku ngg ngrasain kepuasan..”.
“Sama-sama mb. Selama aku bisa bantu pasti kubantu”, kugigit bibir bawahnya dan kuremas lembut susunya. Pentilnya tidak terlalu besar, coklat muda. Ukuran susunya mungkin 34b. “Ahh..mass..”, kepalanya tertunduk di dadaku. Kuelus-elus rambut dan punggungnya.
“Udah yuk..nanti aku dicariin..”, kataku.
“Iya mas..Ihh..banyak mas manimu..”, seru H ketika melihat lantai. Ia lalu membuka kaosnya dan disapukan di lantai. H sempat melirik kontolku yang anehnya tidak langsung mengkerut seperti layaknya laki usai bercinta. “Kok masih setengah ngaceng mas..”.
“Iya nih..ngg tau. Pingin lagi mungkin..hihi”.
“Huu..udah ah. Nanti aku dimarah bapakmu..udah sana”.
“Hehe..iya iya mb. Aku juga bisa ditampar ntar..”, sempat kuelus tempeknya yang masih basah. “Ini juga masih pingin kayaknya..haha..”.
“Udah sana..sana..”, H mendorong tubuhku sambil tersenyum. Aku keluar kamar dengan perasaan campur aduk. Aku yakin ini bakal jadi panjang ceritanya.

klik untuk perbesar gambar

Pagi berikutnya kami berpapasan dengan senyum simpul. Masing-masing saling tahu bahwa jangan sampai terlalu mencolok perhatian. Kami berbincang dan berkumpul dengan yang lain. Sore itu kami ngobrol di teras depan rumah. H beranjak akan membuatkan minum untuk semua. Tandukku mendadak muncul. Agar tidak menimbulkan kecurigaan aku bangkit pula tapi berbelok dulu ke kamar mandi, lalu ke dapur. Untung saja sebelum niatku aku laksanakan adikku ke dapur juga mengambil gelas. Setelah kurasa aman aku mendekati H yang sedang mengaduk kopi di cangkir. Kupeluk perutnya dari belakang. “Masih pingin lagi ngg mb..?”, aku menggoda H. “Hush..sana mas. Nanti ada yang kesini lho”, jawab H. Kutingkatkan kenekatanku. Aku remas susu kanannya. “Gimana klo yang ini..hmm”. “Ahh..udah mas..jangan gini..”, H menjawab sambil mendesah pelan. Kini tangan kiriku meremas pelan bokong kirinya. H terus mengaduk cangkir kedua tapi kecepatannya mulai pelan. Kepalang nekat kujulurkan tangan kananku mengelus vaginanya dari luar. “Shh..uhh..nekat kamu mass..”, desis H. Saat itu H bercelana selutut dengan karet di pinggang yang tidak terlalu erat. Ternyata tepat di bagian vagina kurasakan sedikit basah. “Basah dikit nih mb..”, aku berbisikdi telinga kirinya. “Uffss..nakall kamu masss..”, H mendesis makin kuat. Tangan kananku kususupkan dengan cepat kebalik cd H. Kuelus dan jari tengahku masuk sedikit di vaginanya. Sendok kecil diletakkan H di samping cangkir. Tangan kirinya sedikit mengepal. Sepertinya ia mulai on. “Pingin ngg mb..hmm..”, aku terus menggodanya. “Ouhh..jahatt kamuu masss..”, seru H. Vagina H main basah. Penisku yang jelas ngaceng kugesek-gesekkan ke belahan bokongnya. Tangan kanan H kini ikut mengepal. Tiba-tiba kuhentikan kegiatanku, kucium tengkuknya,”kutunggu nanti malem mb..cup..”. H yang sedang menikmati tersentak kag lalu berbalik,”ahhh..kamu mass..bener-bener nakal. Gimana caranya nanti malem?” Rupanya H sedikit kecewa dengan penghentian tanganku tapi juga sangat ingin yang lebih malam nanti. “Liat nanti ya mb..hihi..”,jawabku. Kujilat cairan vaginanya sambil kutatap matanya. “Ihh..bener-bener kamu ini mas..”, H geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Kutinggalkan H kembali membikin kopi dan teh di dapur.

Dalam pembicaraan di teras depan, Bapak dan sepupuku akan ke Malang selama dua hari mengunjungi anak sodara yang baru melahirkan. H ditanya apakah ikut atau di rumah saja. Ia menjawab di rumah saja karena akan kembali ke Jakarta. Bapak berkata untuk menunggunya dulu telah kembali dari Malang. Aku menggodanya,”dikangeni misua ya mb..hehe”. H tersenyum lalu berkata,”ngg mas..aku inget ada janji sama orang”. Hp yang ada di saku celana kiri aku keluarkan pelan sambil kulirik apakah H juga membawa hp. H juga sedang membawa hpnya. Pertama-tama aku setting hp ke mode getar lalu kutulis,”kok ndadak mo pulang mb. Sorry ya mb klo aku bikin salah”. Kutumggu reaksi dari H. Hp yang ada di tangan kirinya bergetar. “Ahh..syukur hpnya juga mode getar. Jadi nanti gak ada yang curiga”, pikirku. Sms masuk ke hpku ,”ngg ada apa2 kok mas.Memang ada janji sama orang”. Lalu aku membalas,”ya udah klo gtu.Emg nanti mlem ngg mo tak keloni mb?  “. Secara tidak mencolok H melirikku lalu agak melotot,”huu..kamu itu memang nakal mas.Embuh ahh”. Kembali aku membalas,”hihi..ya udah klo ngg mau tak keloni.Kontolku mulai ngaceng sekarang padahal”. Kemudian aku bangkit akan mandi. Kiranya H juga beranjak, sedikit mengikuti di belakangku. H mengamati situasi dulu apakah aman lalu mencubit bokongku. Aku sedikit terjingkat kaget,”ihh..nyubit-nyubit.Kenapa sih mb..?” sambil sedikit tertawa. H menjawab,”kamu itu nggodain aku terus mas. Emang ngaceng sekarang?” Aku berlagak akan membuka retsluiting celana,”nih tak liatin mb..”. Kontan H buru-buru mendekat akan menutup celanaku,”gila kamu ah mas..”. Tangan kiri H cepat kutangkap lalu kutangkupkan di bagian penis dan kuusap-usapkan sambil tertawa,”ya ngg mungkin tak buka di sini mb..klo gini gimana?” H menatapku saat kuusap-usapkan tangan kirinya di penisku yang tertutup celana pendek. Matanya sedikit sayu apalagi ketika penisku perlahan mulai ngaceng. Seperti tersadar H menarik tangan kirinya lalu mencubit perutk sambil tersenyum,”awas kamu ya mas..”. Ia lalu kembali ke teras depan.

klik untuk perbesar gambar

Malam harinya rumah terasa sepi apalagi adikku juga merencanakan akan pergi menonton film bioskop. Selesai makan kami menonton tivi di ruang tengah. Sikap kami berusaha tetap wajar di depan L, anak H. Sebab bagaimanapun ia masih kecil dan memiliki ayah, walau L sendiri pernah menyatakan bahwa ia sudah tidak sayang dengan ayahnya sebab sering melihat sendiri bagaimana sikap ayahnya pada ibunya. Beberapa kali kami saling menyenggol atau menyentuh. Jam dinding menunjukkan pukul 21.30. L terlihat beberapa kali menguap. H,”kamu udah ngantuk nak?” L menjawab,”iya Ma..”. H kemudian menggandeng L menuju kamar mandi dulu. Kubiarkan mereka di kamar tidur tamu. Setengah jam kemudian H kembali ke ruang tengah dan menonton tivi, lalu duduk di sampingku yang berbaring di karpet.
“Udah tidur L mb?”, aku bertanya.
“Udah mas”, jawab H.
“Jarang bangun klo udah tidur mb?”
“Jarang kok mas. Paling klo mau ke kamar mandi”.
“Gtu..berarti mo tak keloni sekarang? hmm..?, sambil aku memiringkan tubuh menghadap H. Aku pandang matanya dan kuelus pipinya. H merespon dengan turut berbaring di sisiku. “Mas..nanti klo aku balik Jkt klo aku kangen dikeloni gimana..,” sambil mengelus dadaku. “Hehe..ya tinggal telpon aja terus ps,” tanganku berjalan ke dadanya. H mulai on, tangannya turun menyusuri celanaku lalu mengelus penis. “Tapi kan gak bisa dimasukin ini,” penisku mulai membesar seiring elusan tangannya yang makin cepat dan sesekali meremas. Kubuka retsluiting celana dan langsung disambar H dengan mengeluarkan penisku dari cd. “Habis gimana lagi..kita kan emang gak ada ikatan apa-apa. Sejak awal udah kubilang gtu kannn..,” mulut H mendekati penisku dan mengulum kepalanya dulu. “Kamu jahat mass…eehhmm..,” masih sempat H menjawab. “Ahh…sshhh..,” desahku. Celanaku diturunkan dengan cdku. Penisku teracung tegak seakan menantang H untuk bertindak selanjutnya. “Ouhh..emmm..”, erangku mulai bergema di ruang tengah saat H menelan hampir seluruh batangku. Aku tak tinggal diam, tanganku mengangkat kaos H dan melepasnya. Tess..kubuka kait behanya. Kedua susu H kuremas lembut dan kumainkan pentil-pentilnya yang makin menegang. “Sshhh..aahh..sayyaanngg..,” H mulai mengerang dan menatapku. Aku buka sendiri kaosku. Pentil kiriku dimainkan oleh H. Sesekali H menyedot penisku dan kuremas pelan rambut H. Ia merangkak naik dan menciumku ganas. Kami berciuman dengan panas.

klik untuk perbesar gambar

Aku elus punggungnya lalu kutarik celana tidur dan cd H. Kuelus lubang anusnya,”oouhh..gelliiii maasss..”. Jari tengahku menyentuh vaginanya yang sudah basah lalu kujilat dan kuusapkan di bibir H. Lidahnya menyapu usapan cairan vagina yang kuusapkan lalu menciumku lebih ganas. H melepas cepat celana dan cdnya lalu berbalik, ia menginginkan 69 rupanya. H mengocok dan melumat penis dan zakarku. Lidah dan mulutku menjilat cepat dan mengecupi vaginanya. Desah dan erang kami saling bersahutan. Kemudian H memutar tubuhnya. Dipegangnya penisku dengan tangan kiri. Sedang tangan kanan mengusap dadaku. Sejenak diurutnya penisku lalu digesekkan di vaginanya. H mengangkat tubuhnya sedikit lalu memasukkan penisku. “Ouuhhh..yaannnkk..kontolmuuu…eennnaakkk..”, H mulai berbicara kotor. Terbenam seluruh penisku. Aku mengimbanginya dengan sedikit menyodokkan penis hingga H mengerang. H berhenti sebentar, meresapi penisku. Lalu ia mulai maju mundur di penisku. Penisku terasa diselimuti dinding yang masih seret. Aku mainkan pentil-pentil H dan kuremas sedikit kuat sesekali susunya. Aku membantu H dengan memegang kedua pinggangnya. Beberapa kali kepala H terdongak dan menunduk. “Ennaaak sekallii yyaannkk..”, erangnya. “Tempekmu juga anggettt mmbb..uuhhh..”, ucapku.
“Masih kuat di atas mb..?” aku bertanya.
“Ahh..ahh..masihha yyaannkkk..”, jawab H. Kemudian ia menaik dan turunkan tubuhnya. Bunyi kecipak cairan vaginanya semakin nyaring. Tak berapa lama,”ooohhh…aahhhhssss..akkkuu kelluuaarrr maasss..”, tubuhnya sedikit bergetar lalu ambruk di atasku. Cengkeraman vagina dan mengalirnya lava kepuasan H sempat akan membuatku muncrat pula. Kupeluk H untuk mengurangi rasa itu. H mendekap erat tubuhku. Kedua kakinya menjepit pinggangku. Debaran jantungnya berdegup cepat. “Makasih ya mas..”, lalu menciumku. “Iya..sama-sama mb..”, jawabku. Tak lama kugulingkan tubuhnya. Kubuka pahanya dan kucucup vaginanya. “Ahhhss..maass..”, H mendesah lagi dan meremas rambutku.

Kuarahkan penisku dan kini aku di atas H. Aku masuk keluarkan penisku pelan-pelan. Dinding vaginanya meremas lembut. H memandangku mesra. Kucium bibir dan kedua susunya. Rambutku diremas-remas. Kecepatan tusukanku kupercepat. Erangan kami kembali terdengar. Mendadak H memelukku dan memegang pinggangku agar lebih rapat,”oouuffff…keellluaaarr laagiiii yyaaannkk”. Aku menciumnya lalu kurapatkan pahanya. Kupercepat sodokanku. “Aku maauu keelluuaarr mbbb”, kuberbisik di telinga kanannya. Untung teringat aku tidak memakai kondom. Kukeluarkan cepat penisku dan kuraih tangan kanan H. Ia mengocoknya cepat. “Aahhh…ssshhh..mmbbb…”, erangku. Maniku bermuncratan di dada dan perut H. Ia masih mengurut penisku pelan-pelan sambil tersenyum. Ia lalu mengambil kaosnya lalu membersihkan dada dan perutnya juga penisku. Kami bersama-sama ke kamar mandi telanjang. Kemudian aku menyuruhnya agar segera tidur takutnya nanti anaknya mencari.

Tiga hari kemudian H dan anaknya kembali ke Jakarta. Beberapa kali kami ps. Ia mengungkapkan sudah bercerita kepada saudara-saudaranya bahwa aku dan keluarga menerima mereka dengan baik. Dan jika nanti suatu saat ia sudah tidak tahan dengan suaminya maka ia sudah memiliki pengganti, aku. Hal yang aku takutkan sedikit demi sedikit mulai terjadi. Kuputuskan untuk mengurangi sms dan telepon. Ia pun menanyakan mengapa aku sekarang berubah. Kukatakan bahwa aku tidak ingin memberi harapan berlebih untuk H dan anaknya. Apa yang terjadi sebelum ia ke rumah dan selama di rumah adalah bentuk pemenuhan kebutuhan kami. H tentu tidak menerimanya. Kemudian ia menelpon sepupuku dan bercerita apa yang kami lakukan di rumah. Tak lama sepupuku menelpon Bapakku. Ahh..perbuatanku sudah membuat keluarga susah. Mohon ampunanmu Pak atas kesalahan terbesarku. Syukur H akhirnya menerima kenyataan. 3 tahun lalu sepupuku bilang jika suami H telah meninggal karena sakit. Beberapa kali ia sms dan menelponku. Aku menjawabnya hanya sesekali. Aku tak ingin mengulangi kesalahan lagi.

Lihat Juga : Cerita Bokep Aku Benar-Benar Nafsu

Cerita Mesum Bercinta Di Kolam Renang

$
0
0

Cerita Mesum Bercinta Di Kolam Renang – Hari ini hari minggu, di siang hari yang pana di sudut kota Surabaya, aku sedang berkejaran dengan waktu dan bus kota. Peluh mengalir membasahi wajah dan baju, dalam hatiku aku bertekad untuk tidak datang terlambat hari ini. Penting bagiku untuk dating tepat waktu hari ini, sebab aku tidak ingin mengecewakan dosen yang sudah berulang kali memarahiku. Entah kenapa hari ini semuanya tampak tidak bersahabat denganku. Terminal bus yang terlalu ramai dengan orang-orang seolah-olah mengatakan bahwa aku harus datang lebih awal lagi jika tidak ingin terlambat.

“Aku akan datang tepat waktu hari ini atau tamatlah sudah semua persiapan pada hari ini,” selorohku dalam hati.

Bus yang kutunggu akhirnya dating juga, namun kayaknya hari ini lebih penuh dari biasanya, aku bergegas berdesakan dan masuk ke dalam bis tanpa ac yang baunya bercampur-campur antara bau keringat yang tengik dan bau penumpang yang tidak mandi hari ini kurasa. Tapi dengan membulatkan tekad akhirnya aku berhasil naik dan seperti sudah di duga aku tidak mendapatkan tempat duduk hari ini.

“Hmm, pasti ada pria tampan yang mau memberikan tempat duduk kepada gadis manis hari ini,” pikirku samil menoleh kiri dan kanan mencari pria yang dimaksud.

Namun akhirnya aku harus berdiri sampai bus berhenti di depan falkutasku. Oh My God! Aku terlambat lagi hari ini. Kali ini keterlaluan sekali terlambat sampai 30 menit, mana hari ini ada tes kecil lagi. Aku langsung berlari kencang setelah membayar ongkos bus ke pak kondektur. Rok lipit-lipit warna senada yang kupakai berkibar-kibar seolah ingin protes dengan kecepatan lariku. Ada seorang mahasiswa yang hampir kutabrak langsung berteriak “Sinting!!” tapi aku tak pedulu dan terus berlari. Payudara ku yang berukuran 36 B, dibungkus dengan BH merah merek Pierre Cardin tampang terguncang-guncang naik turun dengan semangatnya, ya memang potongan BH sedikit rendah dan kemeja yang kupakai agak longgar sehingga aku merasa seperti BH nya mau melorot kebawah.

Aku terus berlari dan menaiki anak tangga ke ruang kuliahku yang di lantai 4. Aku berkuliah di sebuah universitas swasta yang cukup punya nama di Surabaya. Sambil terus berlari aku kembali berpapasan dengan beberapa cowok yang sedang duduk-duduk di tangga sambil bercakap-cakap. Mereka bersuit-suit melihat aku berlari, bagiku itu justru menambah semangatku. Dengan Sepatu hak tinggi berwarna hitam menyala setinggi 6 cm tidak mengurangi kegesitan ku. Aku sudah berada di ujung tangga ketika kusadari para cowok kurang ajar itu mungkin mengintip dari bawah tangga.

“Sialan!!” umpatku dalam hati, mereka pasti tahu aku mengenakan celana dalam merah hari ini.

Akhirnya dengan segala perjuangan aku akhir sampai ke depan ruangan kelas, aku kemudian mengetok pintu, masuk dan langsung ke bangku yang masih kosong di belakang.

Aku masih terengah-engah ketika Pak Eko, demikian nama dosenku, meneriaki namaku dengan keras.

“YESSY!!, KAMU TAHU INI SUDAH JAM BERAPA???,” aku sampai meloncat kaget mendengar teriakan itu.
“AYO KAMU KEDEPAN DULU SINI,” aku mengumpat dalam hati kemudian dengan berat langkah menuju ke depan kelas.

Aku berdiri di depan kelas menghadap anak-anak yang tiba-tiba menjadi ramai seolah di depan kelas ada sesuatu yang aneh. Pak Eko menatapku dengan dingin, matanya seolah ingin menjelajahi tubuhku, napasku masih sangat terengah-engah dan akibatnya payudaraku bergerak naik turun seiring dengan napas ku. Kemeja putih yang aku pakai memang agak longgar tapi terbuat dari kain yang cukup tipis, sehingga samar-samar pasti terlihat warna BH ku yang menyolok, ah tapi cuek sajalah. Aku langsung mengecek ke bawah untuk melihat apakah pakaian yang aku pakai harus ditata jika tidak semestinya,

“Semuanya tampak rapi,” pikirku cepat.
“Haah, ternyata ada noda keringat basah yang tampak seperti bunga di kedua sisi ketiakku. Shit!!” kataku dalam hati.
“Maaf Pak Eko hari ini saya terlambat karena bus sangat lama datangnya,” aku berkata cepat namun berusaha untuk tidak memicu kemarahannya.
“Ya, saya tahu tapi hari ini kita sedang tes, dan kamu tahu aturannya kan bahwa ikut tes ini merupakan kewajiban sebelum UAS atau kamu tidak akan lulus pelajaran saya jika tidak mengikuti tes ini,” jelas Pak Eko tegas.
“Kamu setelah kuliah ini harap menemui saya di kantor, kamu harus ikut tes susulan atau kamu tidak akan pernah lulus,” lanjutnya.
“Ya pak,” jawabku cepat.

Mata kuliah Pak Eko merupakan suatu mata kuliah yang sangat penting untuk mengambil mata kuliah lain karena tercantum hampir dalam setiap prasyarat mata kuliah lain. Dengan tidak lulus mata kuliah ini kemungkinan semester depan aku hanya dapat mengambil 1 mata kuliah saja yang lain semua terkena prasyarat.

“Aku anak yang bertekad baja, aku harus lulus mata kuliah ini!!,” tekadku dalam hati.

Pak Eko, umur 32 tahun, perawakan besar tinggi dan berkumis, kulitnya agak sawo matang tapi cukup putih untuk ukuran lelaki. Statusnya sudah cerai dengan istrinya dan sekarang hanya tinggal sendirian di salah satu kawasan elit di Surabaya, sebenarnya Pak Eko orang kaya dia punya usaha sampingan Rumah Walet di beberapa tempat. Tidak jelas mengapa ia mau menjadi dosen yang bayarannya hanya beberapa juta sebulan. Yang jelas orangnya ramah dan punya banyak teman. Teman saya pernah memergoki pak Eko di salah satu pub elit bersama temannya setelah di tanyai katanya urusan bisnis.

Oh ya, namaku Yessy, aku cewek berusia 20 tahun. Sekarang kuliah semester 3 jurusan ekonomi, tubuhku langsing tapi berisi. Rambutku sebahu dan lurus seperti iklan yang di re-bonding itu lho. Banyak orang bilang aku cantik dan bukan saja orang hanya bilang, tapi aku sendiri bekerja paruh waktu sebagai SPG di berbagai tempat dan juga sebagai pagar ayu. Pokoknya untuk urusan pamer wajah dan badan aku pasti di ajak. Bukan apa apa sebenarnya, tetapi memang itulah kelebihanku. Aku punya banyak teman cowok maupun cewek aku orang yang pintar bergaul atau memang aku cantik sehingga banyak di kerubungi cowok yang sekedar senang atau memang menginginkan sesuatu, bukan hanya cantik lho, tapi juga seksi.

Dadaku cukup padat berisi dan sesuai dengan postur tubuhku yang tinggi 162 cm dan berat 50 Kg, Kukira itu ukuran ideal yang di inginkan setiap wanita. Walaupun aku orang nya sering berada dimuka umum tapi aku sebenarnya agak pemalu, aku tidak berani berbicara sambil menatap mata orang, hanya kadang-kadang aku harus PeDe karena di bayar untuk itu. Tentu bukan hanya payudara ku saja yang indah, kulitku juga putih dan betisku mulus menantang setiap mata yang mampu menjelajahinya. Aku rajin merawatkan tubuh di berbagai salon kecantikan karena menurut bosku supaya lebih bernilai jual, entah apa maksudnya. Mungkin supaya penjualan produknya semakin besar atau supaya sering dipakai jadi SPG.

“Yessy, hari ini bapak tidak sempat ke kantor lagi karena ada urusan penting yang tidak bisa di tunda. Kalau kamu betul pingin ikut tes ini, nanti hubungi bapak agak sore ya. Kalau lain kali bapak sudah enggak bisa kasih tes lagi, atau kamu mengulang aja tahun depan ya?” ucapan Pak Eko membuyarkan lamunan ku.

Ternyata di kelas tinggal aku sendirian. Entah sejak kapan bubar, kayaknya aku terlalu banyak melamun hari ini.

“Saya mau lulus semester ini pak, bagaimana kalau bapak tidak sempat nanti sore saja tes nya bahkan kalau di rumah bapak sekalipun saya bersedia yang penting bapak mau meluangkan waktu untuk saya” kataku gugup karena pikiranku baru terputus dan kacau.
“Kamu tahukan nomor HP bapak kan? Ya sudah nanti sore bapak tunggu ya,” Lanjut pak Eko cepat langsung bergegas pergi.

SubChapter 1b. Ketika semuanya di awali dengan ‘manis’

Sudah jam empat sore ketika rangkaian kuliah hari ini selesai, aku tidak sempat pulang lagi, sambil melirik jam guess di tangan kiriku, janjiku dengan Pak Eko adalah jam 4.15 aku harus bergegas sebelum terlambat lagi, tidak usah melapor ke rumah lagi tokh tidak ada orang di rumah ku. Aku tinggal sendiri karena aku sebenarnya bukan orang Surabaya, aku anak luar pulau, aku tinggal sendirian di rumah kontrakan kecil yang tetangganya pun aku tidak berapa kenal. Keberanianku tinggal sendirian semata karena tekadku kuliah di Surabaya. Ya aku memang cewek bertekad baja.

“Aku naik ojek sajalah ke rumah Pak Eko biar tidak terlambat” pikirku.

Benar juga tidak sampai 10 menit aku sudah berdiri di depan sebuah rumah mewah berlantai 2 Pak Eko juga kebetulan baru pulang sehingga kami sama-sama masuk ke rumah. Pak Eko kemudian meminta waktu untuk mandi sebentar dan mempersilakan saya duduk di sofa berbulu putih yang tampaknya mahal. Begitu pak Eko hilang dari pandangan mataku aku berdiri dan melihat-lihat sekelililing.

Aku terkagum-kagum melihat koleksi lukisan pak Eko yang indah-indah. Tiba-tiba ada geraman di belakangku, entah dari mana datangnya tapi dua ekor doberman besar sudah ada di belakangku dalam jarak kurang dari satu meter. Doberman-doberman tersebut cukup besar dan tinggi. Mereka mulai menggeram-geram dan maju perlahan. Aku takut sekali tapi aku tidak berani lari karena pasti di kejar dan bisa di gigit. Aku hanya maju ke dinding dan diam mungkin anjing itu akan menganggap aku bukan ancaman dan pergi. Aku merasa mereka makin mendekat mungkin hanya 1/4 meter lagi. Aku ingin berteriak tapi takut mereka jadi tambah galak lagipula pak Eko kemungkinan tidak mendengar dari kamar mandi. Aku cuma menutup mata dan berharap yang indah-indah.

Dalam kegelapan tiba-tiba semua hening, anjing-anjing itu pasti sudah pergi, aku mencoba membuka mata dan menoleh ketika tiba-tiba terasa napas hangat di… Astaga!! di bagian atas belakang lutut. Salah satu doberman itu sudah begitu dekatnya sehingga napasnya dapat di rasakan pada kulitku yang mulus itu. Ia mulai menjilat-jilat bagian belakang pahaku, semakin lama semakin ke atas. Aku mulai merasa geli tapi tidak berani bergerak sedikitpun, jilatan itu menjadi semakin liar seolah-olah pahaku ada rasanya, yah.. mungkin bau dari kemaluanku, dan keringat yang mengering. Aku pernah menonton TV yang mengatakan bahwa binatang suka tertarik dengan bau kelamin lawan jenisnya sebelum memulai hubungan seks. Jilatan itu semakin naik sampai ke sela-sela paha bagian belakang dan mulai mengenai celana dalamku.

“Ooohh, celana dalamku pasti basah nih” pikirku.

Ludahnya terasa sekali banyaknya dan hangat serta geli. Aku mulai merasa terangsang karena jilatan itu. Doberman tersebut semakin bersemangat. Kayaknya ia tertarik dengan celana dalam merahku karena ia sudah tidak menjilati paha lagi tapi sudah menjilat celana dalamku. Kurasakan kemaluanku basah karena cairan kemaluanku sendiri deras mengalir seiring dengan ekstasi kenikmatan yang aku rasakan.

Aku tiba-tiba terpikir bagaimana kalau celana dalamku di korbankan saja ke anjing itu, tapi bagaimana dengan anjing satunya yang menonton bagaimana kalau ia mau juga tapi kayaknya, oh syukur lah, hanya tinggal seekor saja. Aku memberanikan diri untuk mengangkat rok dan melucuti celana dalamku. Anjing itu menurut aja untuk menunggu seolah sudah tahu kalau celana dalam itu akan menjadi mainannya. Ia mundur dan membiarkan aku melucuti celana dalamku. Celana itu meluncur turun dengan cepat dan kulempar yang jauh. Tak disangka anjing itu langsung mengejar celana dalam itu dan memberi aku tempat kosong dan waktu untuk lari. Aku langsung lari dan mencari tempat yang aman.

“Harus tempat yang tidak dapat di jangkau anjing tersebut,” Pikirku cepat.

Kulihat di kebun belakang ada bangunan menyerupai air mancur dan letaknya cukup tinggi tapi harus dipanjat sedikit. Aku langsung lari kesana dan memanjat lalu berdiri diatasnya. Akhirnya aman juga, begitu pak Eko selesai mandi aku langsung berteriak minta tolong. Anjing itu juga tampaknya sibuk dengan celana dalamnya, sudah hampir di telan dan di gigit-gigit.

“Harganya Rp 200.000, mati aku, baru beli lagi,” pikirku.

Tiba-tiba aku panik bagaimana menjelaskan semua ini ke pak Eko ya? Lagipula sekarang ia harus turun dibantu oleh pak Eko karena tidak mungkin dia meloncat ke bawah, Bagaimana kalau kelihatan dari bawah oleh pak Eko kalau aku tidak mengenakan celana dalam? Atau haruskan dia berterus terang saja tokh pak Eko juga akan tahu kalau aku tidak pakai celana dalam?

Tiba-tiba pak Eko muncul dari dalam rumah dan berkata “Lho Yessy, kamu kok di atas sana?”
“Menghindari anjing bapak” jawabku.
“Anjingnya sudah bapak usir keluar ayo bapak bantu turunin kamu” kata pak Eko sembari maju mendekati.
“Saya bisa sendiri kok saya lompat aja” jawabku lagi.

Aku ogah ketahuan kalau enggak pakai celana dalam. Pak Eko bersikeras mau membantu aku turun jadi dia pergi mengambilkan kursi untukku. Akhirnya sampai juga di bawah lagi sekarang tinggal mengambil celana dalam itu yang pasti sudah di tinggalkan anjingnya di lantai. Mataku langsung cepat menyapu lantai mencari benda itu sebelum terlihat pak Eko. Aku sedang sibuk memeriksa lantai ketika pak Eko datang lagi sambil berkata,

“Ini punyamu ya?” ditangannya terjulur sebuah celana dalam merah ku yang sudah basah kuyup dan penuh gigitan. Ini sangat memalukan masak celana dalam saya di pegang pak Eko terus basah lagi.
“Iya pak, semua itu gara-gara anjing bapak, terima kasih pak,” jawabku gugup sambil menyambar benda itu dari tangan pak Eko.
“Nanti bapak ganti deh, maafkan anjing bapak” kata pak Eko sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Berdiri di depan pak Eko dengan rok sependek ini dengan kenyataan tidak mengenakan celana dalam membuatku terangsang lagi. Cairan kemaluanku pasti menetes ke lantai nih, “Oohhh aku sudah tidak tahan lagi” pikirku dalam hati.

Benar aja dugaanku tiba-tiba setitik cairan menetes kelantai di iringi tetes berikutnya. Hal ini terlihat jelas oleh pak Eko yang kebetulan sedang menunduk.

“Oh, kamu pingin pipis ya? Itu ada kamar mandi. Bapak tidak punya celana dalam wanita buat gantinya tapi kalau mau bapak ngajak kamu ke mal untuk beli gantinya sekarang,” tawar pak Eko.

Saya tidak menjawab langsung aja ngeloyor ke kamar mandi. Pak Eko memandangku sampai aku masuk ke kamar mandi.

“Bapak-bapak boleh keluar sekarang” ucap pak Eko.

Tampak dari sebuah ruangan sebelah yang dibatasi kaca cermin 1 arah keluarlah beberapa orang laki-laki setengah baya. Salah satu dari mereka tampaknya kaya dan peranakan tionghoa. Kelihatannya Ia businessman yang sukses. Sedangkan yang lain kelihatan adalah kaki tangannya.

“Pak Bobi, bagaimana anjing saya pak? Anjing ini khusus di latih di Eropa untuk meniduri wanita yang ditemuinya sangat hebat dan ahli di bidangnya. Tawaran saya 750 juta masuk akal sekali kan pak?” jelas Pak Eko.
“Seperti yang telah bapak saksikan sendiri dia dari belakang cermin tadi, anjing-anjing tersebut mampu mendekati dan melakukan inisitiaf sendiri, mereka bisa mencium bau kemaluan wanita dari jarak berkilo-kilo jika bapak mau pun dia bisa berhubungan seks dengan wanita tanpa perlu di bimbing asal wanita tersebut tidak melawan dan telanjang,” lanjut pak Eko jelas.
“Okelah kita deal aja yang penting kamu harus kasih saya 1 show sebagai complimentary dan sekaligus melihat kemampuannya,” Pak Bobi berkata sambil menepuk pundak pak Eko, “Dan saya mau wanita tadi yang dipergunakan dalam show itu, dia tampak putih dan merangsang serta seksi saya suka dia,” lanjut pak Bobi.

Pak Bobi langsung pamit dan keluar di depan sudah menunggu sebuah BMW seri 7 terbaru berwarna hitam gress dengan supir yang berpakaian putih-putih. BMW itu melaju cepat meninggalkan kediaman pak Eko.

Sementara itu Yessy sudah selesai mencuci dan mengelap kering kemaluannya yang basah akibat jilatan anjing tersebut. Celana dalam itu tidak jadi dipakai kembali karena jijik dengan ludah dan lendir dari anjing terebut, ia bahkan akan membuangnya jika sudah dapat yang baru. Tentu saja ia suka dengan ucapan pak Eko yang berjanji untuk menggantinya dengan yang baru. Ia keluar dengan rok tanpa celana dalam. Terasa dingin karena angin bertiup di bawah kemaluannya. Ide mengenai jalan-jalan di mal tanpa mengenakan celana dalam cukup memalukan rasanya apalagi lelaki yang menemaninya mengetahui hal itu. Tapi tidak ada pilihan lain demi tes yang harus di kerjakan hari ini. Demi kelulusan yang dia cita-citakan selama ini.

Pak Eko menghampiri dia sambil membawakan segelas besar juice leci yang tampaknya enak dan dingin.

“Sebagai rasa bersalah saya ini hidangan sekadarnya, maaf kalau tidak ada makanan, nanti keluar makan aja sekalian sekarang di minum dulu lalu saya tunggu di mobil” tukas pak Eko.

Aku minum dengan cepat sampai tumpah sedikit di kemejaku tepat di bagian payudara sebelah kiri rasa dingin langsung menyergap ke dalam. Aku tidak sempat ke kamar mandi lagi langsung kulap saja pakai tangan dan berlari ke mobil yang sudah menunggu di depan.

SubChapter 1c. Di mal, permainan di mulai.

“Kamu ulang aja tahun depan ya” ucapan pak Eko membuyarkan keheningan di mobil, “Maaf walau ada kejadian tadi tapi semuanya kan berawal dari keterlambatan kamu” lanjutnya.
“Saya harus lulus apapun caranya” pintaku. Apapun caranya.
“Kalau begitu nanti tesnya lisan aja di mal ok, kan kamu bilang apapun caranya” tawar pak Eko.
“Ok” kataku cepat seolah tidak ingin dia berubah pikiran.

Begitu turun dari parkir aku langsung berjalan menuju department store sementara pak Eko ikut di belakangku. Pak Eko mengisyaratkan agar Yessy mengikuti dia dan seolah sudah tahu jalan pak Eko langsung menuju ke tempat penjualan underwear di department store tersebut. Agak kagum namun di telan aja kekaguman itu, perhatian Yessy tertuju di setumpuk celana dalam yang bermerek sama dengan BH nya saat ini. Ia sudah menemukannya ketika seorang pelayan mengatakan bahwa celana dalam tersebut boleh di coba di kamar pas. Hal itu sedikit aneh bukan? Seharusnya celana dalam tidak boleh di coba? Ah tapi persetan dengan keanehan itu yang penting aku sekarang sudah kedinginan dan sudah mulai terangsang lagi.

Kamar pas itu pas di sudut dengan cermin di dua sisi. Agak sempit tapi cukup terang berlantai karpet. Ia mengunci pintu dengan baik dan mulai membuka roknya. Tampak kemaluannya menyembul sedikit berwarna kemerahan dan tampak basah mengkilap dibawah siraman lampu. Ia mengangkat sebuah kakinya ke atas sebuah dudukan yang ada di ruang ganti tersebut sambil memeriksa kemaluannya yang basah. Rambut kemaluannya nampak cukup lebat dan subur sekali. Kemaluannya memiliki bibir yang mungil yang mampu mengundang semua “kumbang” untuk berduyun-duyung mengerubunginya. Bukan hanya “kumbang” bahkan mungkin kumbang juga akan berduyun-duyun mengerubunginya, mungkin siapa tahu. Bau lendir dari kemaluan sangat khas sekali setiap cewek bisa mempunyai bau yang berbeda namun seorang yang ahli dapat tetap membedakan mana bau dari kemaluan mana bau dari ketiak.

Setelah di usap-usap sampai tampak kering barulah ia mengenakan celana dalam tersebut. Astaga celana dalam itu seksi sekali di pinggulnya, kenapa tidak terpikir dari dulu ya? Dia berputar-putar sejenak untuk memastikan semuanya benar dan melangkah keluar tanpa membukanya lagi. Sampai di depan tampak pak Eko lagi bercakap-cakap dengan sang pelayan tersebut. Pak Eko memberi kode apakah cocok dan ia mengiyakan, selanjutnya uang pun berpindah tangan ke laci kasir.

“Sekarang ayo kita makan sebelum tes di mulai” perintah pak Eko sambil menggandeng tanganku, reflek aku menarik tanganku tapi kembali di pegang pak Eko kali ini agak keras sehingga aku takut dan menurut aja tokh habis ini selesai sudah.

Kami makan di sebuah café yang memiliki kursi sofa berbentuk L dan tampak sangat private mungkin karena suasana café yang agak remang-remang dan orang yang tidak banyak mungkin hanya 3 meja yang ada penghuninya kebanyakan adalah pasangan muda. Kami memilih meja di sudut dan mulai memesan makanan. Pak Eko memesan steak ayam dengan segelas nescafe dan aku memesan salad semangka, nasi goreng special dan Lemon Tea. Aku betul-betul lapar sehingga begitu di tawari makanan ini aku mengangguk aja. Aku sedang menunggu pesanan ketika tiba-tiba aku merasa ada tangan di bawah rokku.

Tangan pak Eko yang kasar meraba pahaku yang mulus. Aku mau berteriak tapi tidak enak kalau Cuma pak Eko tidak sengaja benar kan. Aku memandang pak Eko ketika tiba-tiba pak Eko menciumku. Aku langsung kaget dan mundur sambil berkata

“Maaf, Bapak jangan begitu” tapi pak Eko membalas dengan mengatakan bahwa tes nya akan saya beri sekarang.

Tiba-tiba terpikir bahwa bisa saja tes di ganti dengan pelukan dan kencan kilat seperti yang biasa di halalkan di kalangan dosen tertentu. Ah menurut sajalah. Tangan Pak Eko mulai merajalela dan semakin ke atas meraba daerah kemaluanku. Kontan aku basah lagi karena merasa nikmat dan geli, aku mulai menuruti permainan pak Eko ketika aku tersadar kami sedang ada di mal, didalam café dan sedang menanti makanan, dan mungkin saja ada orang yang melihat. Saya berusaha memberitahu dan melihat kalau-kalau ada yang melihat tapi sia-sia. Jari pak Eko sudah berada di dalam celana dalamku di gosok-gosokan ke kemaluanku yang basah. Rangsangan yang diberikan semakin hebat aku mulai tenggelam dan merintih nikmat.

Tiba-tiba Pelayan entah bagaimana sudah ada di dekat situ. Bagaimana kalau dia melihat kami berciuman? Ah itu sudah jelas dan mungkin lumrah. Tapi bagaimana kalau ia melihat tangan pak Eko berada di bawah rok ku? Tiba-tiba semua kembali biasa lagi pak Eko dan aku menerima makanan kami dan mengucapkan terima kasih. Pelayan itu meninggalkan kami sesaat kemudian. Pak Eko kemudian menunjukan jarinya yang basah oleh lendir kemaluanku. Basah sekali sampai aku kaget dan malu apa iya aku jadi sebasah itu. Lendir itu betul berbau khas ketika di dekatkan ke hidungku. Aku malu sekali belum pernah semalu ini di depan umum. Apalagi ketika pak Eko mencium bau lendir tersebut dekat hidungnya. Dunia rasanya mau runtuh aja. Tiba-tiba pak Eko tersenyum dan menatapku dan berkata kamu lulus tes nomor satu.

Tiba-tiba entah kenapa aku pingin pipis setelah selesai makan, mungkin karena cairan yang aku minum terlalu banyak sejak tadi. Aku mengatakan hal itu kepada pak Eko dan meminta izin kebelakang. Pak Eko mempersilakan aku langsung lari ke kamar mandi terdekat. Eh.. Ternyata sesampaiku disana kamar mandinya sedang out of order karena mungkin sedang di bersihkan, aku tidak menyerah dan naik ke lantai berikutnya yang ini juga out of order. Sementara otot lubang kencingku mulai berteriak-teriak seperti lagi kebakaran,

“Tolong kucurkanlah airnya, siram api itu” kalau andaikata otot tersebut bisa bicara.

Sepertinya kencingnya sudah diujung mau meluncur keluar ketika aku sedang menaiki eskalator ke lantai berikutnya, disini malah kamar mandinya tidak ada. Akhirnya dengan langkah gontai dan menahan pipis yang semakin mendesak aku kembali ke café dengan harapan pak Eko mengetahui letak toilet yang lain. Pak Eko masih minum kopi ketika aku sampai dan langsung duduk kembali.

“Semua toilet rusak pak” jawabku putus asa.
“Buka saja celana dalammu dan pipis disini” kata pak Eko ringan seolah-olah jawaban itu sangat bijaksana.

Wajahku memerah seketika mendengar jawaban itu, malu rasanya saking hebatnya sampai-sampai pipisku muncrat sedikit.

“Bagaimana mungkin pak” Jeritku pelan,
“Buka dulu celana dalam kamu dan taruh di atas meja” perintah pak Eko.

Hatiku langsung berdegup kencang dan wajahku menjadi semakin merah. Tapi aku takut dan mengikuti aja pak Eko. Aku mengangkat rokku sedikit dan melucuti celana dalam ku sambil duduk sambil berharap cemas tidak ada orang di café itu yang tahu. Celana dalam itu kuserahkan ke pak Eko yang kemudian di taruh di atas meja. Selanjutnya aku menunggu instruksi pak Eko. Pak Eko mengambil gelas kosong bekas lemon tea yang tadi kuminum dan menyodorkannya ke aku, sambil berkata,

“Kamu pipis aja ke gelas ini, tokh tidak ada yang tahu kalau itu lemon tea atau pipis kamu”.

Hatiku langsung copot mendengar perintah itu. Tapi ya mungkin itu satu-satunya jalan. Meja tempat kami duduk bukan tipe tertutup cuma saja karena kursi sofa sehingga posisi meja menutupi ku sampai batas dada dan juga meka tersebut cukup lebar Ya cukup tertutup dan rendah sehingga orang tidak mudah melihat apa yang terjadi di bawah meja tapi kalau ada yang menjulurkan kepala di bawah meja pasti akan terlihat pemandagan indah.

Aku menerima gelas tersebut dengan tangan gemetar selanjutnya aku memposisikan duduk ku ke ujung kursi agar bisa meletakan gelas di bawah kemaluanku. Aku tidak berapa jelas dimana posisi gelas apakah sudah tepat atau belum yang pasti aku harus membuka paha agak lebar, tangan kanan ku memegang gelas dan tangan kiri ku membuka bibir kemaluanku lebar-lebar, gelas kuposisikan tepat di mulut bibir kemaluanku dan tiba-tiba pak Eko berkata,

“Jangan pipis dulu jaga aba-aba dari saya, dan jangan pipis terlalu kuat bunyinya itu lho bisa memancing perhatian orang,”

Saya kemudian memandang sekeliling tampak ada beberapa laki-laki yang duduk berhadapan tapi tidak memperhatikan kami. Andaikata mereka menundukan badan kebawah sudah pasti mereka melihat jarak meja kami Cuma 1,5 meter saja. Mereka tepat berhadapan dengan kami, tadinya mereka tidak ada entah kenapa bisa berada di situ.

“Oke Yessy, kalau sudah siap saya hitung sampai 3 dan kamu mulai pipis, 1.. 2.. 3″ demikian aba-aba dari pak Eko.

Aku pipis dengan perlahan tapi stabil, muncratan pertama agak keluar dan membasahi jariku dan mungkin juga lantai, tapi begitu pipis keluar lancar sudah tidak tumpah lagi. Aku betul-betul sudah tidak tahan lagi terlambat semenit pasti aku sudah pipis di kursi sofa tersebut. Tiba-tiba pak Eko memanggil pelayan di meja sebelah, aku baru mengeluarkan 1/3 dari seluruh kencingku, ketika pelayan tersebut dengan sigap mendatangi mejaku.

Tiba-tiba aku sadar celana dalamku sudah tidak ada di atas meja. Celana dalam tersebut berada 1/2 meter di depan mejaku siapapun yang mengambilnya akan tahu aku sedang pipis ke dalam sebuah gelas, dan dia pasti akan mendapatkan pemandangan yang sangat indah. Bibir kemaluan yang terbuka, gelas yang berisi separuh cairan pipis kekuningan, dan lubang kemaluan yang memancarkan pipis kekuningan, pertunjukan yang cukup indah bukan hanya untuk kelas café,

“Tolong ambilkan celana nona ini jatuh di depan itu pak” pak Eko meminta tolong pelayan untuk mengambil celana dalam yang jatuh di depan meja kami.

Pelayan itu membungkuk dan mengambil celana dalam itu. Semua terjadi begitu cepat sampai aku tidak sempat menghentikan kegiatan ini. Dalam hati aku mau pingsan aja, pasti pelayan itu melihat aku pipis, oh tidak, pelayan itu kemudian berdiri dan sambil tersenyum sambil menyodorkan celana dalam itu ke saya, kedua tangan saya sedang sibuk di bawah ketika saya disodori celana dalam itu. Pelayan itu wajahnya merah karena malu dia kayaknya kaget sekali ketika tadi memungut celana itu.

“Taruh aja di meja itu, terima kasih pak” jawabku menahan malu dan mukaku merah.
“Kamu ini bagaimana sih Yes, masak orang sudah angkat barang kamu, kasih baik-baik masak kamu suruh taruh di meja itu kan celana dalam yang tidak sepatutnya berada di meja” sergap pak Eko, “Terima dengan kedua tangan kamu, berdiri dan membungkuk sendikit sambil mengucapkan terima kasih, ayo cepat!!” lanjut pak Eko setengah marah-marah.

“Tapi..,” kencingku meluncur lebih deras dan tidak berdaya, tanganku tidak mungkin kuangkat, Aku sadar pak Eko sedang mempermalukan ku di depan pelayan ini.
“Tapi saya tidak bisa pak” pintaku memohon.
“Ya, sudah selesaikan dulu kerjamu baru terima celana itu dan lakukan seperti yang saya perintahkan” lanjut pak Eko penuh wibawa.

Rasanya seperti setahun ketika akhirnya aku selesai memuntahkan seluruh kencing ke dalam gelas, tepat segelas penuh. Aku jadi sadar gelas ini harus kuangkat ke atas meja supaya kedua tanganku kosong. Aku mengangkat gelas itu dengan gemetar kutaruh di atas meja dan kemudian aku berdiri dan menerima celana dalam itu dan mengangguk terima kasih.

Pelayan itu sepertinya melihat semua yang terjadi ketika dia tersenyum penuh arti kepadaku sambil menyodorkan celana dalam tersebut.

“Minumannya sudah tidak diminum lagi non, biar saya angkat” pelayan itu berkata penuh arti seolah-olah tidak tahu apa-apa.
“Sabar dulu belum habis diminum, ada apa buru-buru, ayo Yessy, habiskan dulu minuman kamu” Pak Eko berkata seolah tidak terjadi apa-apa juga.

Yessy langsung syok begitu melihat segelas penuh kencingnya sendiri dalam satu-satunya gelas yang berisi “minuman”. Matanya menoleh ke pak Eko sambil berharap pak Eko tidak memaksa dia untuk meminum “minumam” dalam gelas itu.

“Ayo habiskan kalau kurang manis bisa tambah gula” sambil mengambil sedotan di atas meja dan memasukan nya ke dalam gelas tersebut.

Aku malu sekali harus meminum air kencing sendiri dalam gelas tinggi yang di beri sedotan lagi dan bukan saja itu melainkan di saksikan juga oleh 2 orang yang satu bahkan aku tidak tahu namanya dan mereka juga tahu bahwa itu adalah air kencingku sendiri. Tanganku gemetar memegang gelas yang hangat dan memasukan sedotan ke mulutku. Rasanya seperti berabad-abad dan kedua orang di depanku menunggu dengan penuh senyuman melihat aku minum.

Rasanya sedikit asin dan baunya sangat pesing. Warnanya kuning dan penuh busa. Nasi goreng di perutku rasanya mau keluar semua ketika cairan kuning itu mulai membasahi tenggorokanku dan lambungku. Minum segelas penuh rasanya lama sekali bahkan aku di paksa menghisap sampai habis tuntas dan menjilat gelas tersebut. Pelayan tersebut mengambil gelas tersebut dan diangkat ke atas sambil berkata

“Wah, nona ini hebat ya minumnya, mau tambah lagi”
“Tiiidak..,” Tangisku.

Kami membayar lalu keluar dari Café diiringi ucapan terima kasih dari pelayan tersebut sambil berkata

“Lain kali datang lagi ya”.

Aku hampir pingsan ketika pelayan tersebut membisikan sesuatu ke telingaku.

“Gelas itu tidak akan pernah ku cuci akan di taruh di atas pajangan dan di beri tulisan ‘Yessy meminumnya sampai Habis’ tiap kali kamu datang aku akan menceritakan peristiwa ini kepada tamu yang ada”

Lututku langsung lemas.

Lihat Juga : Cerita Mesum Kunjungan Seorang Sahabat Lama

Cerita Mesum ~ Ngesek Sehabis Dugem

$
0
0

Cerita Mesum ~ Ngesek Sehabis Dugem. Kami adalah suami istri yang bahagia dalam perkawinan kami dan saling cinta, tetapi dalam kehidupan sex kami pasangan yang open-minded, dan suka mengexplor sexual kita. Aku seorang istri dengan dua anak yang masih kecil. Cerita Dewasa : Umurku 28 tahun, namun diusiaku ini bodyku masih termasuk kategori sexy ( menurut pria2 lain dan suamiku). Suamiku umur 30 thn (lumayang lah, tapi buat saya ganteng dia), belakangan ini kami telah melakukan swinging dengan pasang lain, dengan hasil yang merangsang selera libido sex kami. Cerita Dewasa : Pada saat aku disetubuhi oleh pria lain aku sengaja memperlihatkan penisnya lelaki itu masuk dalam lubang kenikmatanku, dan itu membuatnya on dan terangsang sekali, dan juga pada saat kuoral penis dengan nafsu dan menyemprot spermanya di mulutku / dimuka. Tapi sebaliknya aku juga nikmat melihat dia di oral cewek.

Pada hari sabtu teman business suamiku Teddy ulang tahun yang ke 29, dia tergolong pria muda yang cepat melejit menjalankan usahanya. Mengadakan pesta ulang tahunnya di club X, dia mengundang kami dan beberapa teman dekatnya, juga rekan businessnya. ada beberapa dari mereka yang kami kenal, ketemu beberapakali, pada saat saya menemani suami saya kerja. Mereka masih ter golong muda yang paling tua umur 33, seperti Joko 25 thn tampan tubuh atletik juga di undang.

Hari sabtu aku mempersiakan diriku agak sexy untuk dugem nanti malam, dengan mengunakan rok mini berwarna merah muda, dan bh dan cd G-string yang matching, kucukur bulu V ku sampai halus agar tidak kelihatan keluar dari G-stringku dan memakai minyak wangi agar badan berbau wangi dan exotic aku siap untuk dugem. Begitu suami melihat aku berhenti sejenak dengan expresi terpesona, wah wah sayang kamu kelihatan sexy sekali. Aku senyum sambil mengoda dia dengan bungkuk dan mengoyangkan pantatku yang sexy kekanan kekiri, dan berkata “mau” hi..hi…

Kamipun berangkat dan tiba di lokasi, dan kamipun segera menuju keruangan yang telah dibooking Teddy. Saat kami masuk ruang yang exclusive, dengan sofa yang kelihatannya nyaman, dan para tamu sudah datang termasuk Joko yang membawa pasangan dia Yanti berumur 20 tahunan, sexy badannya ramping dengan dada yang menonjol (mungkin 36 b kali) dan muka yang manis (cantik sekali), Yanti memakai rok mini coklat dengan sepatu hak tinggi coklat. Tapi aneh aku merasah semua laki laki di situ memandang kesaya, dan aku merasa dilihat dari ujung kaki sampai ujung dada (mungkin perasaanku saja), kami di perkenalkan sama Teddy kepada teman2 nya, Tony umur 24 thn tampang ABG banget cukup ganteng, Bobby umur 30 thn dengan penampilam rapih, dan tentu Joko yang sudah aku kenal (kita pernah dugem bersama Teddy dan Joko), dia merangkul dan mencium pipiku, sambil membuatku terkejut tangan kanan dia meraba dan meremas pantatku tanpa suamiku lihat, itu membuatku malu, terangsang dan pipiku memerah.

Tak lama kemudian cewek masuk dengan pakaian sangat sexy sepatu boot hitam yang tinggi selutut, dada membusung kedepan, dan berjalan dengan PD sekali bernama Indah (menurut saya Indah liar, cantik dan centil), kata suamiku itu cewek stripper untuk mebuat malam lebih asik. Setelah semua duduk di sofa yang telah tersedia botol miniman dan gelas yang sudah penuh minuman. Joko bediri dan mengambil minuman yg dimeja dan bersulang untuk ulang tahunnya Teddy, semua bertepuk tangan dan mengambil minuman, dengan lampu di padamkan sedikit agar remang remang, dan kami semua minum, Teddy bilang “Habis yaaa” minumannya sangat terasa sekali alkoholnya. Dan setelah kami semua minum habis Joko tertawa sambil berkata “nikmati malam ini karena minuman itu telah dicampur Inek hadiah dari Teddy” kami semua berseru ASIK!!!. Saat itu juga lagu house music dimainkan.

Gak lama badanku merasa ringan tangan mulai dingin, dan perasaan enak dan horny mulai terasa (aku kalau di kasih inek membuat aku horny). Dan kamipun berdiri sambil berpelukan dan bergoyang dalam irama denyutan music yang ada. Baru terasa dada suami saya bergesekan dengan dada saya, membuatnya putingku berdiri tegak dan seirama dengan dadaku menyeterum ke memiawku mulai terasa basah. Tiba2 suami melepaskanku untuk mengambil minum di meja. Sendiri aku bergoyang didepan dan serasa semua mata laki2 disitu melihat saya Joko, Tony, Bobby, dan Teddy, akupun mulai bergoyang lebih erotis dan memeluk org didekatku, tanpa sadar Indah sang stripper lndah yang bergoyang dan merangkul saya, karena aku asik aja, kita berdua bergoyang erotis berdempetan dan tangan Indah berada didadaku yg berdiri on. Aku melihat suamiku lagi asik dengan Yanti meraba raba pantatnya sambil bergoyang diantara selangkangan Yanti dan Yantipun memegang kepala suami saya didepan dadanya yang montok sambil digoyangkan. Akupun tak perdulikan aku lagi didunia enak banget.

Tak sadar kalau Teddy mendekat dan gabung ama kita berpelukan sambil tangan kanannya berada di dalam rok mini Indah. Dan yang kiri memelukku dari pundak dan tangannya meremas remas dadaku dan kunikmatinya .(membuatku horny banget). Teddy meninggalkan kita dan tanpa aku sadar memberi aba aba ke Indah untuk mulai melepaskan pakaiannya (striptease), Indah mulai bergoyang lebih erotis didepanku dan mengunakan tubuhku seakan akan aku cowok, dia melekuk lekuk sambil meraba tubuhku dari leher, ke dada, dan ke pantatku berulangkali dia lakukan itu. (membuatku semangkin horny aja hmmm….), Indah memintaku untuk membuka kancing rok mini yang dia kenakan, dengan kondisi horny dan fly aku turuti, dan terdengar suara siul2 dari cowok cowok, sampai kancing terahir rok mini Indah kubuka dan sekarang kelihatan jelas BH berwarna hitam dan CD tembus pandang berwarna hitam yang memperlihatkan vaginanya yang tanpa rambut sehelaipun. Dengan gaya erotis Indah menjilat, dan memilin dadaku dan putinku dari luar rokku sambil bergoyang goyang erotis, sedangkan tangannya meraba raba pantatku sambil menaikan rok miniku sampai terlihat CDku seirama denyutan music yang ada, dan sekali kali meraba vaginaku dengan jarinya secara lembut dan erotis dari luar CDku (hal itu membuat vaginaku on dan basah). Aku merasa sudah didunia nikmat dan gak perduli yang melihaku. Aku berbalik untuk melihat suasana dan suamiku yang masih dengan Yanti, dia sedang meraba raba dada yanti dari dalam BHnya dan tangan satunya berada diselangkangan Yanti sedang memainkan vaginanya, kulihat suamiku sedang on berat dan horny.

Kembali aku menikmati goyangan serta rabaan Indah kepada tubuhku. ternyata Indah telah melepaskan BH dan CDnya dan bergoyang telanjang bulat, siulan kembali ku dengar dan membuatku lebih liar dan berani. Indah mulai melepaskan rokku dengan pelan dan lembut dan berhenti pada kancing yang didepan perutku, membuat BHku kelihatan bagi yang mau lihat dadaku, dengan cepat dan lembut Indah telah melepaskan kaitan belakang BHku dan BHku jatuh kelantai memperlihatkan dadaku yang indah dengan putin yg sedang berdiri menunjukan betapa hornynya aku, dengan gerakan erotisnya Indah bergoyang dengan memainkan dada dan memilin putinku yang telanjang sambil diisep, dan dijilat dengan lembut, dengan tangannya bergerak untuk melepaskan rokku dari pundakku, dengan kenikmatan yang ku rasakan aku tidak memperdulikan rok miniku jatuh ke lantai, membuat saya topless dan bergoyang hanya dengan G-stringku.

Gerakan Indah tambah hot dan erotis melekuk lekuk dan mengerakan pinggangnya seolah olah dia lagi fishing aku, dan tambah ganas Indah mengisep isep dadaku dan tangannya mengelus elus vaginaku sambil jarinya keluar masuk, dia tahu betapa basahnya vaginaku, yang sudah keluar lendir menembus G-stringku. Aku buka mataku aku melihat Joko berada di belakang Indah dengan tangan yang bergerilia ke dada dan vaginanya, dan mencium Indah dengan lidah dijulurkan kemulutnya yg disambut juga dengan lidah indah didepan mataku. Aku termenung melihat mereka sampai aku tak sadar kalau Indah melepaskan G-Stringku, yang membuatku telanjang bulat dan bergoyang, aku segera melihat reaksi suamiku yang ternyata dia lagi sibuk sendiri dengan Yanti yang sekarang juga tidak memakai sehelai pakaianpun, dan lagi mengoral suamiku sambil mengocok penisnya, dan Tony menunggu dioral.

Tiba tiba aku terkejut dengan sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh vaginaku, aku berbalik dan melihat kepala Indah berada diselangkanganku dan menjilatin vaginaku sedangkan Joko memelukku dari belakang sambil meremas dadaku. Indah dan Joko mengiring aku ke sofa dan sampai di sofa mereka melanjutkan menjilatin vaginaku dan Joko mengisap dan menjilat dadaku, kenikmatan menerpa tubuhku, tiba tiba aku merasa ada org duduk di sebelah kanan dan kiriku,

Ternyata Teddy dan Bobby. Bobby melihat sambil meraba raba dadaku yg satu lagi, aku malu, terangsang. dikelilingin tiga cowok sambil diisepin vaginaku oleh Indah, aaahhh..aaahhh…oohhh… aku mendesah keenakan. Posissi Indah digantikan oleh Teddy yang sekarang menjilatin clitorisku ooooohhh……oooohh……aaaahhhh…. Rangsangan yang hebat saya rasakan dari dada yg diisep 2 cowok dan vaginaku yang basah dan horny dilahap Teddy. Desahanku membuat para cowok memperlakukan aku lebih liar. Indah pindah ke sebelah Bobby dan melepaskan pakaiannya sambil mengoral penisnya sampai tegak, dan berikutnya Joko dan Teddy, sampai mereka semua tenlanjang bulat, ku lirik penisnya Joko begitu tebal dan panjang 17 cm, Teddy 19 cm dengan ketebalan yg sama, lalu aku meraba punya Bobby karena aku tidak dapat melihatnya, ternyata lebih besar dari semuanya dan tebal sekali sampai jariku tidak dapat melingkari penisnya, Teddy memasukan jarinya kedalam vaginaku sambil clitorisku diisep dan dijilat membuat badanku bergetar dengan maut aku keluaaaaa….rrr …..Arrrrgg……. Arrrrg…..feeww… feww….ooohh… cairan hangatku mengalir keluar dari vaginaku terasa tak henti hentinya mengalir keluar, semua terkena mulut Teddy yang melahap dan menjilatin semua cairanku yang keluar. Teddy memberi aku waktu untuk menikmati orgasmeku sebelum dia mengarahkan penisnya ke vaginaku dengan pelan dia masukan penisnya, sampai penisnya masuk semua baru dia maju mundurkan penisnya membuat aku mengikuti irama yang nikmat dia buat.

Cerita Dewasa : Teddy mendorong pinggangnya kedepan agar penisnya masuk semua ke vaginaku. Dengan tak sabar Joko berdiri dan mekangkangi mukaku sampai penisnya didepan mulutku, dan kuraih dengan nafsu dan kumasukan penisnya kedalam mulutku, kulirik ke kiriku untuk melihat Bobby, entah kemana Bobby tetapi sudah tidak berada di sampingku lagi, Indah memainkan dadaku dengan tangan dan mulutnya. sambil penis Joko kuoral dan ku jilat bolanya sampai ujung penisnya, sambil penis Teddy dalam vaginaku yang membuatku terangsang, seirama dengan jilatan Indah yg lembut di dadaku membuat aku mendesah aaaahhh….aaaahh…aaahh…, dan mebuatku lepas kendali, fuuuu..ckk…meee…fuuuuck…me.. Teeeddy… dengan aku mengerang membuat Teddy nafsu dan menyodok vaginaku dengan keras dan badanku mulai bergetar lagi dan Arrrrrggg….. Arrrrrgg… aaahhhh….aaahhhh… kupegang pantat Teddy dan kutarik kedalam agar penisnya masuk lebih dalam lagi ke vaginaku…..oooohh…oooohhhh…Arrrrrgggg…. aaaah…..aaahhh…uuuhhhh… badanku bergetar getar dengan hebat. Melihat aku keluar Teddy meyusul aku tahu dari denyutan penisnya dalam diriku…tak lama Oooooo….. Oooohhhh.. akkk…uuu.. keeee…luaaa…rrr. Dia mencabut keluar penisnya dan ternyata Indah telah menunggu dan Teddy masukan penisnya kedalam mulut Indah untuk menyemprotkan air maninya Aaaaa……hhh….aahhh….ahhh.. ooo… oooohhhh. ..banyaknya air mani yang keluar di mulut Indah sampai keluar kepipinya dan sisanya ditelan habis. Kebanyang olehku kenapa Teddy tidak mengeluarkan dimulut saya (padahal aku belum pernah), Tapi minuman dan inek itu mebuat aku berbuat hal yang belum pernah saya inginkan sebelumnya dan sekarang aku sangat menginginkan. Sambil melamunkan tentang air mani Teddy, tak sadar penis Joko yang sedang ku oral dengan nafsu, sedang berdenyut denyut siap menyemburkan air maninya, aku terkejut tiba tiba Aaaa…hhhh….. Ooohhhh….ooohhh… giiiii…lllee… aku keluuuuuuuaarrr…..croooot…..crooot… mulutku dibanjirin air mani Joko, menyembur dengan keras ketongorokanku membuat aku batuk batuk, dan Joko mendorong penisnya lebih dalam sambil memegang kepalaku sampai habis air maninya didalam kemulutku semua, banyak air maninya sampai sebagian tumpah ke sofa dan dadaku. Lemas lah Joko bersandar disebelahku. Kenikmatan pertamaku merasakan air mani keluar dimulutku membuat aku lupa sesaat akan suamiku, ternyata dia sedang duduk asik telanjang di oral oleh Indah dan penis Tony dari belakang menyodok vaginanya Indah dengan irama yang cepat celaaap…. ceeeeplok… celaaap…. Ceeeplok…. Terdengar suaranya.

Aku mengambil minumku dan menuguk minumanku, lalu aku dengan setengah sempoyongan kekamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai aku kembali ke sofa dan minum sedikit lagi mereka santai asik minum2. sambil bergoyang telanjang. Akupun bergabung dengan mereka di lantai bergoyang. Sambil menikmati denyutan lagu house music, aku masuk ke dunia kenikmatanku sendiri, Dan rasanya pada saat itu ingin memeluk semua orang yang hadir. Aku mengenali wajah-wajah yang ada namun pikiranku kosong. Aku pindah bergoyang di atas meja, dan aku bergoyang erotis seolah aku stripper yang hot. Dengan menyambut tangan tangan yang meraba raba setiap lekukan tubuhku yang membuatku sangat horny lagi. dengan jari, lidah di vaginaku dan dadaku tubuhku merasa nikmat.
Yanti naik keatas meja dan bergoyang bersamaku, goyangan kami seperti sepasang lesbi yang sedang terangsang. Yanti memasukan jarinya ke vaginaku dan lidahnya menjilatin dadaku dengan erotis sekali, tak lama Indah bergabug diatas meja dan kami bertiga kelihatan wanita lesbi yang hot dan heboh dikelilingi Joko, Bobby, Teddy, Tony, dan suamiku. Indah mengajak turun ke sofa dan aku terlentang diatas sofa dengan kaki dibuka lebar membuat akses yang mudah bagi Indah melahap vaginaku dan clitorisku, Teddy menyuruh Yanti menduduki mukaku dengan aku ahirnya merasakan rasa vagina wanita untuk pertama kali.

Vagina Yanti yang basah terasa asin, gurih, sedikit amis tapi tak tahu kenapa aku menikmatinya dan melahap vaginanya dengan nafsu. Keahlian Indah menjilain clitorisku membuat aku mendesah. Aaaahhh…aaa…aaaaa…. Aaaahhh.. dan memegang kepala Indah dan mendorongnya ke vaginaku yang berdenyut denyut. Lidahnya dimasukan dalam memiawku membuat tubuhku bergetar keenakan AAaarrrrrggg…..Aarrrgggg… oooooo… ooooohhhh… shiiiiii…tt.. tubuhku bergoyang maut merasakan Orgasme dari Indah Aaa…rrr….gggg Arrrrrggg….. aaahhhh…aaahhh.. aaahh.. keluarlah cairanku kemulut Indah yang mungil, dan bersamaan Yanti mendesah Arrrrrggg….. Arrrggggg…… ooooooo…. oooohhh.. oohh.. cairan Yanti keluar dimulutku dan Yanti menekan vaginanya kemukaku sampai hampir aku gak bisa bernafas, memaksakan aku menelan semua cairannya yang keluar dari vaginanya, dan aku menelan dan mejilat vaginanya sampai habis.

Aku merasa sangat happy, horny, dan nikmat. Aku melihat para cowok (termasuk suamiku) memandangku sambil berbisik bisik. Kemudian Tony dan Bobby menghampiri aku yang sedang terlentang telanjang bulat dapat mereka melakukan semau mereka dan aku akan menikmatinya. Bobby dengan penisnya yang besar dan panjang berhenti didepan mukaku, Tony menyusul dan juga berhenti depan mukaku dengan penis yang setengan berdiri. Suamiku meraih kedua tanganku dan menaruhnya dikedua penis didepanku sambil mengedipkan matanya seolah aku harus melayani mereka. Dalam kondisi horny aku kocok sambil kutarik penis mereka lebih dekat mulutku, ku oral secara bergantian, hanya penis Bobby lebih aku perhatikan, karena tak sabar aku mau merasakannya dalam vaginaku. Aku melihat suamiku, Yanti, Teddy, Joko, dan Indah duduk mengelilingi aku, Tony dan Bobby seolah menonton film porno, dan aku akan menyajikan tayangan yang seru bagi mereka. sambil bermain oral satu sama lain, tetapi pandangan mata mereka tertuju kepadaku melayani 2 cowok. Ku jilat bola Bobby dan kusedot masuk kemulutku berulangkali hingga Bobby mendesah Oooo… oooohh….. Aaaah…, dan kujilat batang penisnya hingga ujung lobang baru kumasukan kemulutku, panjangnya penis Bobby hanya bisa setengah yang masuk ke mulutku.

Penis Tony kuperlakukan sama dan diapun mendesah aaaa… Aaaahhh…. u uuuu…. Uuuuhhh.. tepuk tangan dari penoton claap….claapp… Hebat…Hebat.. membuat aku malu dan sangat terangsang secara bersamaan. Dadaku diremas remas dan putinku dipilin pilin oleh mereka berdua, yang memberiku sensai dan nafsu mengkulum penis mereka. Jari Bobby meraba sambil memasukan jarinya kedalam vaginaku yang hangat membuat aku mendesah ooooo…. Uuuuu….. aaaahhhh…., aku baru sadar kenapa lampu dalam terang sekali hanya dimana aku bermain dengan Bobby dan Tony, seolah aku di atas panggung teater dan dikelilingi penonton. Mukaku memerah sebentar karena malu, tapi tubuhku yang horny banget mengalahkan maluku. Tony pindah duduk di dadaku sambil kuoral, dan Bobby diselangkaanku memainkan mengisap vaginaku sambil jarinya masuk keluar. Aaaaahh… aaaa.. laaaa.giiii… laaaagiii.. desahanku yang keluar dari birahiku dengan tak sadar aku mendesah. Lagi2 tepukan tangan dari penonton bersuara dengan keras. Jilatan Bobby membuatku meram melek dalam kenikmatan yang aku salurkan kepenisnya Tony yang sedang kusepong sepong dengan ganas. Aku merasa ujung penis Bobby berada didepan lubang vaginaku siap memasukannya, dengan pelan kepala penisnya memasuki liang vaginaku, dan terasa amat besar bleeeeesss…… masuk kepala penisnya terasa sedikit sakit dan penuh vaginaku diisi penisnya keluar suara dariku saat itu Aaaaa…. Aaaa…hh… dengan pelan dia masukan semua sampai mentok dalam vaginaku yang merasa sangaaat penuh sekali.

Aku berhenti mengoral penis Tony dan merasakan kenikmatan penis Bobby yang sedang keluar masuk vaginaku dengan lembut dan pelan. Kenikmatan yang luar biasa kurasakan dalam liang vaginaku, dengan penuh nafsu kupegangang pantatnya Bobby dank ku atur tempo keluar masuk penisnya lebih cepat. Aaaaahhhhhh…. Aaaaaaaaa…… Oooooohhhh…… uuuuuu… feuuuu…..huuuuhh…huuuh.. Ooo… Fuuuuuucckk…Meeeee…. Fuuuuuckkk…. Meeee… pleaaaaseee.. desahan dan keliaranku keluar tanpa kusadari, dan tepuk tangan serta kata “fish dia Bobby ent*tin dia yang kencang” dari penonton yang bergairah melihat aku di genjot oleh ****** Bobby.

Yanti menghampiriku dan aku dibalik dan diminta untuk nungging doggie style dengan Yanti dibawahku menjilat clitorisku yang sangat sensitive, dan Tony duduk di sofa depanku sambil kuoral, Bobby kembali masukan penisnya ke dalam vaginaku dari belakang. Kenikmatan yang belum aku merasakan melanda tubuhku aaa….aaaa….ooohhh…..ooohh… ooohhh ….eeeghh…eeeeghh… ooohh.. yaaa…ooohh… yaaa… kenikmatan penis dimulutku, vaginaku, clitorisku dijilatin sambil penis yang besar keluar masuk vaginaku keliaranku mengambil alih Fuuuck…Fuuuuckkk… meeee. Boooobbyyyy… Fuuuuck… meee.. masukin Penismu yang lebih dalam Booooo….bbbyyyy… dengan irama yang cepat membuatku Orgasme yang luar biasa dan tak bisa kutahan lagi AAAAaaRRRRGGGG……… AAARRRRGGGG…. OOOOOOHHHH… Oooohhh… uuuuu….uuuu.. uu.. uu.. bergetar, dan mengejang kejang, tubuhku sampai harus di pegangi Bobby sambil dia menyodok dengan keras memasukan semua penisnya ke dalam vaginaku, dan dia tahu aku sedang orgasme dia berhentikan agar aku dapat menikmatin orgasmeku.

begitu penis Bobby dicabutnya, keluarlah cairanku dengan deras sekali ke mulut Yanti yang sedang menunggu, karena tubuhku bergetar sebagian masuk mulutnya, pipinya, hidungnya. Dan yanti membersihkan semuanya sampai habis. Desahanku masih tak dapat ku kontrol karena lidah Yanti yang hangat dan lembut menyentuh clitorisku berkali kali … oooo…. Oooo…hhhh.. ooohhhhh… Giiiiilleeeee… aaaaa……aahh. Penis Tony dimulutku kulumat habis, kusedot sedot dengan irama yang cepat keluar masuk mulutku. Sambil aku menikmati orgasmeku, Selesainya Yanti membersihkan vaginaku, Yanti berdiri disampingku menjilat dadaku sambil memijat bola Bobby yang sedang kembali mengenjotku vaginaku kembali dengan irama yang sama cepatnya, sambil penis Tony yang ku kelum dengan biji pelirnya Tony berayun ayun mengenai daguku. Dan suara biji pelir Bobby yang menghantam memiawku ceelllakkk….ceeeeplloook… kenikmatan dalam tubuhku yang tiada habisnya membuatku tak tahan lama. Tubuhku mulai menegang sensai kenikmatan melanda tubuhku vaginaku terasa tersetrum, mulutku terasa penuh dengan penis Tony, dadaku terasa geli nikmat dengan sekali kali gigitan sensai diputinku yang di lakukan Yanti, bergetarlah tubuhku lagi ARRRGGgg…..ARRRggg…..OOOhhh…. Fuuuuuckk…meeeee.. please fishkkk….meee… aaaahhh…. Tak lama Orgasmeku terulang lagi tapi yang ini lebih lama dan panjang AAAAAAaaaahhhh….. OOooooooo….. OOo….ooo.. OOOhhhhhh.. uuuuenak…… aaaa… aaa… aaaa… Fuuuuuuuuuuck…… fuuuucckkk… Akuuuuu…… keeeeeeluar…. Shiiiiiiiiiiii…….tt. oh.. oh.. oh.. nafasku tersendat sendat. Ku rasakan Bobby menyodok yodok aku dengan irama lebih cepat Aaakuuu… Keeeeeluar… UuuRRGGgg… UUuuuuu… Uuuu…. Oooo.. uuuuu.. crooooot… crooottt.. dia keluarkan air maninya di pinggangku dan meleleh kebawah sampai lubang pantatku terasa hangat. Penis Tony ku kocok kocok dengan irama cepat sambil kubuka mulutku menanti yang air mani keluar dari ****** Tony. melihat mulutku menunggu membuat tony sangat terangsang dan Aaaaa……hhhh. Aaaahhhh… Ahhhh….. croooooot… croooootttt… menyembur air mani Tony mengisi mulutku yang menunggu. Sambil dia kocok kocok sendiri penisnya dia masukan kembali kemulutku dengan berkata …“TELEN SEMUA” …perintahnya kepadaku, dia masukan dalam sekali kemulutku semuanya ****** kutelan habis, membuatku tersedak sedak. sentakan keras yang disertai semburan cairan hangat gurih di tenggorokan ketika 2-3 menit dia mengosongkan penisnya di mulutku.

Cerita Dewasa : Entah karena pengaruh minuman atau memang aku menikmati sensasi seks dengan pria lain, membuat rasa spermanya begitu enak sekali ketika kutelan. Lemaslah kita berempat dan akupun istirahat disofa terlentang. Suamiku membantu mengenakan pakaianku karena tak terasa sudah jam 4 pagi dan pesta sudah mau berahir. Teddy menghampiriku dan berkata “ kamu sexy dan hot banget gak salah aku memilih kamu sebagai hadiahku malam ini ” thank you sambil mencium aku dengan mesera dan lidahnya bergelut dengan lidahku. Lalu dia masukan jarinya kedalam vaginaku untuk terahir kalinya dan memasukan kedalam mulutnya untuk merasakan air maniku sambil tersenyum puas. Kami ahirnya beranjak dari tempat malam yang takan ku lupakan kepuasan yang aku alami malam ini digilir semalaman…..

Lihat Juga :

Cerita Mesum Bercinta Di Kolam Renang

CERITA DEWASA – MERTUAKU YANG BAHENOL DAN SEXY

$
0
0

CERITA DEWASA – MERTUAKU YANG BAHENOL DAN SEXY. Namaku Willy, umurku 26 tahun. Aku bekerja sebagai seorang karyawan pada bagian staff administrasi di salah satu perusahaan swasta di Bandung. Aku sudah menikah dan mempunyai seorang anak. Cerita ini merupakan sisi gelap kehidupan masa lalu seksku yang kuumbar pada keluarga istriku, ibunya yang tak lain adalah mertuaku serta kakak dan adiknya. Sebenarnya sebelum menikaHPun pengalaman seksku sudah cukup lumayan, namun biar begitu aku tidak berani main ke lokalisasi walau secantik apapun ceweknya, karena takut aku tertular penyakit menular seksual.

Biasanya yang menjadi sasaranku adalah wanita yang bukan pekerja seksual seperti pembantu rumah tangga atau baby sitter sampai pelayan warteg, tentu saja yang memenuhi syarat seperti berbody montok, wajah lumayan cantik, dsb. Namun kali ini hal yang kualami cukup unik dan itulah sebabnya aku ingin menceritakannya dalam komunitas website ini. Keluarga istriku terdiri dari ibunya yang tak lain adalah mertuaku. Namanya Heny, umurnya baru 38 tahun, kelahiran tahun 1964. Mertuaku yang peracik jamu ini adalah istri ketiga dari camat di kampungya dari pernikahannya yang menghasilkan tiga anak. Anak pertama Cheny, 24 tahun, bekerja pada salah satu toko swalayan di Bandung, kedua Venny yang menjadi istriku, 22 tahun, seorang karyawati di perusahaan swasta dan ketiga Nony masih 20 tahun, baru lulus SMU dan masih menganggur.

Ketiga wanita inilah yang pernah menjadi santapan seksualku. Mertuaku yang biasa kupanggil Mama ini pindah ke Bandung setelah suaminya meninggal dan tinggal di rumah anak dari istri pertama suaminya. Sebenarnya suaminya memiliki cukup banyak harta tetapi karena mertuaku kawin di bawah tangan, jadi dia tidak mendapatkan harta warisan apa-apa selain perhiasan-perhiasan dari suaminya itu. Karena ada perselisihan, mertuaku dan ketiga anaknya pindah dari rumah itu dan memulai usaha menjadi penjual jamu gendong untuk menafkahi ketiga anaknya. Namun karena sekarang ini dia merasa sudah tidak mempunyai tanggungan apa-apa lagi dan juga telah mempunyai rumah di pinggiran kota Bandung, dia sudah berhenti dari kegiatannya itu.

Aku dan istri setiap akhir bulan selalu menyempatkan diri ke rumah mertuaku sekaligus membawa uang ala kadarnya sekedar untuk menambah biaya hidup sehari-hari. Namun pada hari itu, Sabtu, entah kenapa istriku tidak enak badan dan menyuruhku pergi sendiri saja. Kubawa motorku ke arah selatan kota Bandung hingga satu jam kemudian aku sampai di rumah yang sederhana tapi kokoh itu. Rumah itu sepi namun pintunya terbuka lebar-lebar. Seperti biasanya kurebahkan tubuhku di bangku bale-bale bambu yang ada di ruang tamu untuk melepas lelah. Tak lama kemudian mertuaku datang. “Eh, Dik Willy, sudah lama Dik?” Dia menyapaku memang kesannya basa-basi tetapi sebenarnya tidak. “Enggak, barusan kok”, jawabku menyambut sapaannya. “Mana Ida?”, tanyanya. “Lagi sakit, Ma. Katanya demam tuh, kusuruh istirahat saja” jawabku. “Oh, wah, wah, wah, jangan-jangan tanda-tanda mau punya anak tuh”, ujar mertuaku senang.

Memang dia ini sangat mendambakan cucu dari pernikahan kami. “Mudah-mudahan, Ma” “Ya sudah, sudah makan belum. Mama punya sayur asem sama ikan asin pake sambel terasi, kamu mau nggak?”, mertuaku menawariku makan. “Iya, aku mau banget tuh” Bergegas aku ke ruang makan dan melihat hidangan yang ditawarkannya itu masih belum disentuh siapapun. Sambil makan kami mengobrol lagi. “Nony ke mana Ma?” tanyaku. “Katanya piknik sama temen-temennya ke luar kota, kemarin sore berangkatnya” “Oh”, jawabnya. Memang mertuaku hanya tinggal berdua dengan Nony karena Cheny lebih memilih kost di dekat tempatnya bekerja. Kami mengobrol tentang macam-macam sampai obrolan yang nyerempet-nyerempet. “Kamu ini sudah hampir dua tahun kok belum punya anak juga?” “Ya enggak tahu tuh, Ma” “Apa kamunya yang nggak bisa? Kalo nggak bisa sini Mama ajarin” “Ajarin apa, Ma?” “Mama buatin jamu biar subur” “Ah bisa aja Mama nih” Obrolan sengaja kupancing dan kuarahkan ke masalah seksual. “Ma saya boleh nanya nggak?” “Apa?” “Dulu Pa’e sering dibuatin jamu nggak?”

“Ya kalo lagi sakit aja” “Untuk yang lain?” “Yang lain tuh apa?” “Jamu kuat lelaki misalnya?” “Ha, ha, ha, kamu ini ada-ada saja. Nggak usah pake begituan juga mertua lakimu itu sudah kuat, kok. Malah sebelum mati dia nambah lagi satu” “Jadi nggak pernah sama sekali, Ma?” “Pernah sich sekali-kali. Itu juga dia yang minta” “Terus Mamanya gimana?” “Ya tokcer lah, ha, ha, ha, eh, kamu kok tanya itu sih?” “Terus sekarang ini Mama kalo lagi pengen gimana?” Wajahnya sedikit memerah tetapi dijawabnya juga, “Ya, banyak-banyakin aja kerjaan, ya masak, nyuci piring, nyapu pekarangan, entar juga lupa, terus sudahnya, capek, ya tidur” “Oh”, jawabku. “Kamu ini nanyanya ngawur, aja” “He, he, he..” “Sudah sore sana mandi” “Iya Ma” Sementara aku mandi, kurasakan penisku yang sudah berdiri tegak. Kukocok penisku sambil membayangkan tubuh mertuaku. Mertuaku ini masih lumayan kencang walau sudah memiliki anak tiga. Menurut istriku, dia rajin luluran kulit sawo matang disertai dengan minum jamu rutin. Perutnya masih cukup ramping walaupun sudah ada sedikit lipatan-lipatan lemak. Buah dadanya yang berukuran 36B itu tetap kencang karena ramuan dari luar disertai jamu-jamuan demikian juga dengan bongkahan pantatnya. Satu hal lagi, dia ini tidak pernah memakai daster, atau baju apapun.

Pakaian sehari-harinya adalah kain kebaya dengan kemben yang dililit hingga dadanya. “Dik Yanto, nanti kalau sudah airnya diisi lagi ya?” “Iya, Ma”. Setelah mandi kupompa air di luar kamar mandi sementara itu mertuaku berjongkok mencuci piring di bawah pancuran pompa tangan. Ember yang telah terisi kubawa ke kamar mandi untuk diisikan ke bak, begitu seterusnya hingga penuh. Sambil memompa kuperhatikan belahan buah dada mertuaku hingga membuat penisku berdiri lagi hingga tak sadar handukku terlepas. “Wah, semalem belum dikasih ‘makan’ ya?”, begitu sindir mertuaku. “Iya nih, Ma” “Kenapa sih kamu kok cuma liat nenek-nenek aja langsung berdiri?” “Abis Mama montok sih”, jawabku asal saja.

“Hus, apanya yang montok” “Itu belahan teteknya, makanya saya jadi begini” “Oh ini, mau lihat?” “Iya, mau, mau Ma” Sejenak dia berbalik terus membuka kembennya hingga perutnya yang cukup ramping itu terbuka. “Nih, liat aja”, katanya sambil kupegang buah dadanya. “Eh katanya cuma liat?” “Ya liat sama pegang, Ma” Kuremas-remas buah dadanya hingga nafasnya tersengal. “Sudah To, sudah” Tapi aku terus saja meremasnya dengan bersemangat. “Sudah To, Mama mau mandi dulu” “Bener mau mandi apa mau yang lain?” “Bener Mama mau mandi” “Nanti lagi ya?” Mertuaku tidak menjawab, hanya berlalu ke kamar mandi. Aku tunggu di kamar tidurnya hingga beberapa menit kemudian mertuaku sudah masuk ke kamarnya lagi. Tubuhnya hanya berbalut kain saja. Yang membuatku kaget adalah mertuaku membuka begitu saja kainnya di hadapanku yang masih berbaring.

Kulihat buah dada yang cukup sekal tadi disertai dengan perut yang ramping dan pantat yang montok. Yang membuatku tak tahan adalah belahan vaginanya yang berbulu sangat lebat berbentuk segitiga. Pelan-pelan kudekati dia dengan pelukan yang cukup hangat dan ciuman yang kuat di bibirnya, mertuaku hanya pasrah saja. Kuteruskan tindakan yang tadi kulakukan di luar. Kali ini aku berjongkok lalu kumainkan vaginanya dengan mulutku sementara tanganku naik turun bergantian. Kuremas-remas bongkahan pantatnya yang padat itu dengan tangan kanan dan tangan kiriku memelintir-melintir puting susunya dengan sesekali menjumput dan meremas buah dadanya itu. Begitu terus bergantian dengan tangan kanan dan kiri. Pada saat yang bersamaan kuhisap-hisap dengan gemas bibir vaginanya. “Aghh, aghh, aghh”, suara itu keluar dari mulut mertuaku di iringi dengan suara dari mulutku yang terus menghisap vaginanya yang banjir itu. Begitu seterusnya hingga,

“Udahh, aghh, masukin aja punya kamu, To”. Aku rebahkan mertuaku ranjang dengan pantat dan pinggulnya berada di pinggir ranjang, kedua kakinya kuangkat ke bahuku. Aku berlutut di lantai dengan penisku berada tepat di pintu liang vagina itu. Kumain-mainkan dulu kepala penisku di kelentitnya dengan berputar-putar lalu baru kuturunkan ke vaginanya. Perlahan tapi pasti kumasukkan penisku ke liang vaginanya. “Eghh.., sstt, pelan-pelan, To” “Mama kayak perawan aja” Setiap dorongan sepertinya ada yang mengganjal penisku di dalam vaginanya. “Eghh, aduh sakit, To” “Hah, sakit?” Sambil mendorong kugoyang-goyangkan juga pinggulku ke kiri dan ke kanan supaya lorong vaginanya agak melebar. Setiap dorongan juga kutarik sedikit penisku keluar lalu kudorong lagi supaya bagian yang sulit ditembus itu agak terbuka. Lalu, sleb, sleb, sleb, dengan tiga kali dorongan penisku sudah masuk semua ke dalam rongga vagina mertuaku. Aku berdiam sesaat hingga kurasakan denyutan kecil seperti hisapan-hisapan lembut.

Ternyata mertuaku mempunyai vagina yang bisa menghisap-hisap penis. Mungkin karena jamu-jamuan yang rutin diminumnya sehingga dia bisa seperti ini. “Ayo To, nunggu apa lagi?” Kutarik dengan diiringi helaan nafasku, lalu ku dorong lagi hingga bless, bless, bless, penisku tertancap hingga pangkalnya. Keluar juga suara kecipak dari vagina mertuaku. Dari mulut kami juga keluar suara-suara desahan dan lenguhan nafas kami mewarnai suasana yang erotis. “Aghh, aghh, aghh, shh, ohh, aghh”, begitu suara deru nafas mertuaku. Aku tetap berkonsentrasi supaya penisku tidak menembak lebih dahulu dan orgasme namun karena nikmatnya vagina mertuaku ini membuatku tak tahan. Namun dengan mengatur nafas aku bisa mengimbangi permainannya. Sudah hampir satu jam kami saling asyik masyuk sampai tanda-tanda akan orgasme terasa pada kami. Kulihat gerakan mengejang dari perut mertuaku dan juga wajahnya yang semakin terlihat gelisah disertai keringat dan matanya yang turun seperti fly, kepalanya yang bergeser ke kiri dan ke kanan, tangannya juga berusaha menggapai apa yang bisa diremas. Itu biasanya gejala wanita yang akan orgasme. Tak lama kemudian, “Aghh, cepetan To, aku mau nyampe nih” “Aku juga, aghh” “Iiihh, aghh, ehmm, aghh” Begitu jeritan kecil dari mulut mertuaku disertai deru nafasnya menandakan bahwa dia telah orgasme. “Ughh, ughh, ughh”, begitu sisa nafasnya menikmati sensasi orgasme yang tiada tara.

Aku juga merasakan hal yang sama dengan mengejangnya seluruh tubuhku dan menyemprotnya spermaku, entah berapa kali kusemprotkan cairan penuh kenikmatan ini ke dalam rahim mertuaku. Tubuh kami langsung lunglai. Aku langsung berbaring telungkup diatas mertuaku dengan kondisi penis yang masih menancap di vaginanya. Tak lama kemudian peniskupun layu dan terlepas dengan sendirinya dari liang vagina yang nikmat itu. “Kamu hebat juga, To” “Iya dong, Ma” “Jangan panggil Mama lagi” “Siapa dong?” “Heny aja” “Iya Hen, ughh gimana enak nggak?” “Enak tenan, lho” Mata mertuaku langsung sayu dan terpejam lalu tertidur. Aku turun dari tubuhnya dan juga merasa mengantuk sekali hingga aku juga tertidur. Tak terasa kami tertidur hingga aku terbangun dan mertuaku masih di sisiku sambil memeluk tubuhku. Tubuh kami masih telanjang bulat ketika itu. Tiba-tiba, “Ehmm, he, he, gimana kamu puas nggak?” “Iya Hen, aku puas banget.

Aku sudah pengen begini sama kamu sejak lama tapi nggak tahu harus gimana dan takut kamunya marah” “Hhh”, mertuaku menghela nafas lega. “Yah, kan sekarang sudah”, kataku. “Tapi To, aku masih serr-serran lho”, begitu katanya sambil menggenggam penisku yang sedari tadi agak lunglai terasa seperti ingin bangun lagi. Sepertinya mertuaku ini tahu bagaimana cara membangunkan kembali penis melalui tekanan-tekanan pada urat-urat di tempat lain. Aku langsung menciumi buah dadanya dan tanganku mengobok-obok vaginanya. Mertuaku mulai terangsang kembali dan dengan cepat aku berada di posisi siap di atas tubuhnya. Dengan sekali dorongan, penisku sudah menancap di dalam vagina yang sudah becek itu. Mertuaku berkata, “To, aku yang di atas yah?” “Emangnya bisa?” “Bisa dong, kan udah nontonn filmnya Cheny”, rupanya mertuaku sering menonton VCD blue film dengan anaknya, Cheny. Jadi tidak heran kalau dia faham posisi-posisi dalam bercinta. Dengan berguling kini posisi tubuhnya berbalik berada di atasku.

Mertuaku mencoba duduk dengan melipat kakinya lalu dia mulai bergoyang maju-mundur dan memutar ditingkahi dengan suara dari vaginanya hingga menambah gairahnya untuk memacu goyangannya. Aku dari bawah hanya memegangi buah pantatnya dan tanganku yang satu memainkan kelentitnya yang berada tepat berada di perutku. Hanya sekitar setengah jam mertuaku mulai menampakkan gejala ingin orgasme. Dalam hitungan detik dia sudah orgasme. Tubuhnya kembali lunglai dan berbaring di atas dadaku. Namun aku belum, hingga secepat kilat aku berbalik dan berada di atasnya dan langsung bergoyang untuk mengejar orgasmeku. “Aduhh udahh To, aughh, gelii, To..”, hingga beberapa detik kemudian aku merasakan orgasmeku yang kedua begitu nikmat dengan tembakan spermaku yang masih cukup kuat. Kami kemudian mengobrol hal-hal yang berbau pornografi dan erotis hingga terangsang kembali dan kami bersenggama lagi, begitu seterusnya hingga subuh. Entah sudah berapa kali kami melakukan hal yang sebenarnya merupakan aib bagi keluarga kami sendiri. Sekarang ini mertuaku sudah mempunyai cucu dan lebih menjaga jarak denganku. Dia merasa hal yang sudah kami lakukan itu adalah aib dan tidak sepantasnya dilakukan, dan jika kusinggung soal hal itu dia nampaknya agak marah dan tidak suka. Dia telah menjadi nenek yang baik bagi anakku.

Lihat Juga :

Cerita Dewasa – ML Dengan Kakak Iparku

Cerita Sex Dengan Ibu Kandung

$
0
0

Cerita Sex Dengan Ibu Kandung – Cerita dewasa ngentot ibu sendiri – Sebelum aku menceritakan cerita sex panas dengan ibu kandungku ini, ijinkan aku memperkenalkan diri dulu. Namaku Jimmy, umur 19 tahun, saat ini tercatat sebagai mahasiswa sebuah PTS terkenal di Surabaya. Keluargaku broken home, kedua orangtua kandungku bercerai sejak aku berumur 6 tahun.

Aku tinggal bersama ayahku, singkat cerita sampai suatu hari dia terlibat masalah di luar negeri dan lalu aku tinggal bersama ibu kandung dan adikku. Perlu aku ceritakandisini, bahwa Ibu kandungku sangat seksi dan cantik meski usianya sudah 36 tahun, sedangkan adikku sangat manis dan merangsang meski baru berumur 14 tahun, mungkin ini dikarenakan tubuhnya yang tumbuh dengan pesat sehingga tonjolan di tubuhnya terlihat menggairahkan. Perlu diketahui, nafsu sex ku sangat besar.

Hampir setiap hari aku melakukan onani akibat ga kuat menahan gejolak sex, sampai akhirnya muncul cerita sex panas ini dikarenakan nafsu sex binalku ini. Setelah 3 minggu aku tinggal bersama mereka, timbul nafsu birahiku untuk menyetubuhi ibuku. Bagaimana tidak terangsang melihat wajah cantik yang dewasa dan menggairahkan serta tubuh yang seksi luar biasa (mungkin dikarenakan ikut senam). Setiap ibuku mandi, aku selalu menyempatkan diri untuk mengintipnya. Sambil melihat aku pun melakukan onani sampai-sampai maniku berceceran di lantai tempatku mengintip. Disitulah setiap hari aku melakukan aktifitas ini tanpa takut ketahuan oleh ibu maupun adik dan pembantuku. Terkadang kalau tidak sempat, aku tidak membersihkan bekas maniku karena takut ibuku lebih dulu datang. Aku tidak tahu dia sadar akan hal ini atau tidak, tapi yang pasti sampai 3 minggu ini masih aman. Pada pagi hari ibu menyiapkan sarapan untukku, aku duduk di meja makan menunggu sarapan tiba. Waktu itu adikku sudah berangkat sekolah, sedangkan pembantuku belanja ke pasar.

Kulihat ibuku hanya memakai celana dalam, sedangkan bagian atasnya dia hanya memakai kaos, sehingga tonjolan dadanya terlihat sekali. Mungkin dia tidak risih berpakaian demikian karena seisi rumah biasanya hanya wanita, tetapi aku yang melihatnya membuat jantungku berdegup kencang dan darah mudaku pun mendesir. Apalagi sarapan yang kumakan kebanyakan menambah libido, sehingga birahiku pun semakin tinggi. “Say.., celanamu kenapa..?” tanyanya. Memang pada saat itu batang kemaluanku tegang sekali sampai terlihat dari luar celana. Saking kagetnya ditanya demikian, gelas yang sedang kuminum pun tumpah, untung tidak pecah. “Kalau minum pelan-pelan dong, Sayang..” sahutnya sambil mendekatiku dan mengelap tumpahan air di bajuku. Begitu dia mendekat aku merasa tidak tahan lagi. Aku segera berdiri dan memeluknya serta menghisap lehernya. Waktu itu otakku sudah keruh dan tak perduli apa-apa lagi. “Say, jangan..

aku ini ibumu..,” hanya itu yang dia katakan, tetapi dia sedikit pun tidak melawan, malah kemudian membiarkan aku membuka kaosnya sehingga tubuh indahnya pun terlihat. Aku pun mulai menggerayangi seluruh tubuhnya, payudaranya yang besar kuhisap seperti pada waktu aku masih bayi, dan tanganku kupakai untuk memijat payudara sebelahnya serta untuk memeluknya. Setelah itu daerah erotis lainnya pun segera kunikmati seperti dadanya, ketiak, sampai akhirnya aku terduduk mengarah persis di celana dalamnya. Kulihat waktu itu CD-nya sudah basah sekali, lalu kutarik CD-nya ke bawah dan langsung aku melakuan oral seks di liang kewanitaan ibuku. Waktu itu terciumlah bau khas wanita yang sebenarnya kurang sedap, tapi bau itu merupakan bau terindah yang pernah kucium dikarenakan nafsuku sudah memuncak. Aku pun menciumi permukaan kemaluannya sambil lidahku menari-nari di daerah paling sensitifnya, perbuatanku ini membuatnya melonjak seperti kesetrum. “Cukup Jim, hentikanlaah.. aah..” katanya tetapi tangannya terus memegangi kepalaku yang tenggelam di selangkangannya, bahkan menahanku untuk tetap menjilatinya. Saat lidahku menjilati klitorisnya dengan lembut, tidak lama kemudian tubuh ibuku mengejang dengan hebat, dan desahannya semakin keras.

Aku tidak perduli lagi dan terus menjilati kemaluan ibuku yang memuncratkan cairan-cairan kental saat dia mencapai orgasme tadi. Kuhisap semua cairan yang keluar, meskipun rasanya aneh di lidah tetapi terasa nikmat sekali. Kemudian ibuku yang terlihat lelah melepaskan kepalaku dan duduk di kursi makan. Aku pun segera berdiri dan melucuti pakaianku. Dia tampak terkesan melihat batang kemaluanku yang besar dengan panjang kira-kira 15 cm dan berdiameter 4 cm. Ketika aku mendekat, ibuku mendorongku hingga aku terduduk di kursi makan dengan sisa tenaganya yang lemas.

Kupikir ibuku menolak dan akan marah, tetapi dia segera berlutut mengarah ke batang kejantananku. Mulutnya begitu dekat ke kemaluanku tetapi dia diam saja. Aku yang sudah tidak tahan segera mendorong kepalanya menuju batang kejantananku. Ibuku langsung mengulum senjataku dengan penuh nafsu. Hal itu terlihat dari kulumannya yang liar dan berirama cepat serta tangannya menggosok pangkal kemaluanku. Sambil dia melakukannya, kubelai rambutnya dan merasakan kenikmatan yang luar biasa, tidak terkira dan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata. Sampai akhirnya aku merasa tidak tahan lagi, air maniku menyembur di dalam mulut ibuku. Dia segera memuntahkannya, dan kemudian membersihkan sisa-sisa air mani yang menetes di batang kejantananku dengan mulutnya. Melihat batang kejantananku masih tegang, dia segera naik ke pangkuanku dan membimbing burungku memasuki sarangnya. Akhirnya tenggelamlah seluruh batang kemaluanku ini ke liang senggamanya. Gila.., rasanya luar biasa sekali. Meski aku sering jajan, tapi kuakui liang kewaniataan ibuku ini terasa nikmat luar biasa dibanding lainnya.

Dia mulai naik turun menggosok batang kejantananku sambil memeluk kepalaku sehingga aku berada persis di belahan payudaranya. Hal itu kumanfaatkan untuk menikmati sekitar wilayah dadanya. Akhirnya dia berada di puncak orgasmenya, dan langsung mengerang kenikmatan. Aku pun mulai kewalahan menghadapi goyangannya yang semakin liar, dan akhirnya muncratlah air maniku untuk kedua kalinya di dalam liang senggamanya. Kami pun lalu saling berciuman dengan mesra. Kemudian tanpa berkata apa-apa, dia langsung menuju kamar mandi dan membersihkan badannya. Waktu itu aku sadar bahwa aku telah menyetubuhi ibuku sendiri, karena merasa bersalah aku segera meninggalkannya untuk berangkat kuliah setelah berbenah, sementara dia masih di kamar mandi. Aku tidak tahu apa nantinya yang kulakukan dan bingung menghadapi ini semua.

Lihat Juga :

Cerita Dewasa – ML Dengan Kakak Iparku

Viewing all 212 articles
Browse latest View live