Quantcast
Channel: Janda Mesum Telanjang
Viewing all 212 articles
Browse latest View live

Cerita Mesum | Nikmat Syahwat Janda Kembang Hot

$
0
0

Cerita Mesum | Nikmat Syahwat Janda Kembang Hot – Kumpulan Cerita Sex Dewasa Terbaru Disertai Foto Cewek   Seksi Suka Bugil dan Ngentot Cerita bokep terpanas sebelumnya berjudul Gadis Perawan Yang Terlalu Cantik Untuk Menjadi Karyawati Pabrik, dan pada kesempatan kali ini situs akan membagikan cerita sex dewasa yang tidak kalah panasnya dengan judul Aku, Janda Setengah Baya, Tidur Seranjang Dengan Menantuku Dalam Kapal Laut

Cerita Dewasa Melihat berita di TV tentang pulangnya para TKI dari Malaysia dengan kapal-kapal besar, aku jadi teringat kisahku yang juga terjadi di kapal besar semacam itu. Sekitar lima tahun lalu aku mendapat telegram dari anak perempuanku y ang hendak melahirkan anak pertamanya sebulan lagi. Aku, Janda Setengah Baya, Tidur Seranjang Dengan Menantuku Dalam Kapal Laut

Sudah hampir setahun ia ikut suaminya yang kerja di Irian Jaya dan ia sangat berharap aku dapat menungguinya saat dia melahirkan. Suaminya akan menjemputku dalam waktu 1-2 minggu itu setelah selesai urusan kantornya. Benar saja, dua minggu kemudian menantuku, Bimo, datang. Ia sedang mengurus pekerjaan di Jawa Timur sekitar dua minggu. Setelah selesai, ia menjemputku dan masih sempat menginap selama tiga hari sebelum kapal berangkat dari pelabuhan Tanjung Perak.

Hari H pun tiba. Pagi-pagi diantar anak bungsuku kami berangkat ke Tanjung Perak yang jaraknya sekitar dua jam perjalanan dari kota kami. Sejak suamiku meninggal memang aku jadi sering pergi berkunjung ke anak-anak yang tersebar di beberapa kota. Untuk anakku yang di Irian Jaya ini merupakan kunjunganku yang pertama, maklum jaraknya jauh sekali. Menurut menantuku, lama perjalanan laut sampai 3 hari 2 malam.

Sampai di pelabuhan Bimo segera mengurus tiket yang sudah dipesannya. Kemudian kami naik ke kapal besar itu. Penumpang kapal yang ribuan jumlahnya membuat para pengantar tidak bisa ikut naik, termasuk anak bungsuku. Baru sekali itu aku naik kapal laut. Sungguh mengejutkan karena penumpangnya ribuan orang dan sebagian hanya duduk di dek atau lorong-lorong kapal.

Cerita Mesum. Sebagian lagi menempati bangsal seperti kamar asrama dengan tempat tidur raksasa yang muat ratusan orang. Kuikuti langkah Bimo melewati mereka, bahkan terpaksa melangkahi beberapa orang, hingga sampai di bagian ujung kapal yang merupakan deretan kamar. Hanya sekitar 1 0 kamar, itupun ukurannya Cuma sekitar 3×3 meter. Ini kuketahui setelah Bimo membuka pintu kamar dan kami memasukinya.

Ini kamar kita, bu,    kata Bimo sambil masuk lalu menaruh seluruh bawaan kami. Dengan canggung aku masuk. Yang nampak memenuhi hampir separuh ruangan adalah ranjang kayu yang muat dua orang serta meja kecil pendek. Perlahan aku duduk di ranjang dan menyibak gorden di atasnya. Nampak air laut di kaca bulat dan tebal itu. Iiih ternyata kami berada di bawah permukaan laut. Maaf, bu, harga tiket kamar di atas mahal sekali, terpaksa saya pilih yang di sini,    ujar Bimo merasakan kegalauanku.Ah, tak apa-apa Bim, daripada harus tidur di dek kapal,    sahutku.

Sebaiknya kita sekarang mandi dulu saja, bu. Kalau terlambat nanti antrinya lama sekali. Benar kata Bimo, sewaktu sampai di deretan kamar mandi (ada 6) sudah ada antrian sekitar 2-3 orang di setiap kamar mandi. Mandi pun harus buru-buru dan biar praktis aku langsung pakai daster saja. Sekitar jam 2 siang kapal mulai bergerak. Setelah puas melihat-lihat suasana kapal yang dijejali ribuan orang, persis seperti pengungsi, akupun kembali ke kamar. Bimo masuk ke kamar sambil membawa beberapa makanan dan minuman. Sekitar jam 5 sore terdengar bel dibunyikan oleh awak kapal.

Itu pertanda kita harus antri makan malam, bu,    jelas Bimo. Dan sekali lagi kami harus berbaris antri mengambil nasi dengan lauk sayur dan sedikit ikan laut. Nampan, piring dan sendok aluminium yang kami pakai mengingatkanku akan para napi di penjara. Ternyata beginilah pelayanan kapal laut kita. Selewat jam 7 malam makanan tidak disediakan lagi. Membayangkan bagaimana ribuan nampan, piring dan sendok itu dicuci dengan air yang sangat terbatas aku jadi sulit menelan makanan yang sudah di mulut.
Bimo mengembalikan peralatan makan sementara aku ke kamar mandi untuk cuci dan pipis. Cape sekali hari itu dan aku perlu segera tidur malam itu. Kapal yang bergoyang-goyang karena ombak besar membuat kepalaku pening.
Silahkan ibu tidur dulu. Saya masih perlu menyiapkan laporan untuk kantor,    kata Bimo sambil membuka berkas-berkasnya di meja kecil sambil duduk di lantai kapal yang berkarpet. Aku pun naik ke ranjang mengambil posisi mepet ke dinding kapal. Sekilas terlintas di benakku,      Aku, janda usia 45 tahun, tidur seranjang dengan menantuku?    Tapi segera kutepis mengingat ini dalam keadaan terpaksa dan sopan santun Bimo selama ini. Untuk menyuruhnya tidur di lantai kapal aku tak tega.
Entah berapa lama terlelap, aku terbangun karena merasa ada sesuatu yang memelukku. Saat kubuka mata, kamar gelap sekali, sementara posisi tubuhku sudah telentang. Segera aku menduga Bimo mau berbuat yang tidak senonoh padaku dan aku siap berontak. Tapi beberapa saat kurasakan tidak ada gerakan dari tubuhnya dan malah terdengar dengkur halusnya. Ternyata Bimo tertidur.
Bagaimana ini? Apa aku harus menyingkirkan tangannya dari atas perut dan dadaku (yang tak berbeha seperti kebiasaanku kalau tidur) serta kakinya yang menindih paha kananku? Aku tak tega membangunkannya dan jadi serba salah dengan posisi yang demikian itu. Aku tak bisa menyalahkannya karena ia tertidur dan ranjang kami termasuk berukuran pas-pasan untuk dua orang. Akhirnya aku pilih diam saja dan bertahan pada posisi itu meski dari gesekan kulit akhirnya kuketahui kalau Bimo saat itu bertelanjang dada. Dan persentuhan paha kami juga menandakan bahwa Bimo tidak memakai celana panjang. Mungkin dia hanya memakai celana pendek atau justru celana dalam saja, pikirku. Aku dag -dig-dug membayangkan dia tidur telanjang.
Kupejamkan mata dan berusaha tidur lagi sambil berharap Bimo melepas pelukannya sehingga aku bisa berguling ke dinding kapal memunggunginya. Namun sampai terkantuk-kantuk harapanku tak terkabul. Sampai aku terlelap lagi tangan dan tubuh kekar Bimo masih menelangkupi dadaku dan pahanya menindih pahaku. Mungkin ia tengah membayangkan tidur dengan istrinya, pikirku. Aku semakin bisa memaklumi dan tidak begitu peduli lagi dengan posisi tidur kami.
Beberapa lama kemudian, aku menggeliat dan terbangun lagi. Kini tubuh kekar Bimo ternyata sudah ada di atasku, menindihku. Bahkan terasa pahaku dikangkangkannya sehingga celana dalamnya tepat di atas celana dalamku karena dasterku sudah tertarik ke atas. Tonjolan penisnya yang tegang terasa sekali. Remasan tangannya di payudaraku, meski masih tertutup daster, membuatku meronta.
Bimo! Apa-apaan ini? Aku ibu mertuamu, Bim!    Ucapku setengah berteriak takut terdengar kamar sebelah sambil tanganku menolakkan dada telanjangnya.
Ugh, maaf bu, kukira tadi aku tidur dengan istriku. Sudah hampir sebulan aku puasa, bu?      
Iya, tapi jangan dilampiaskan ke aku dong,    kataku jengkel sambil menepis tangannya yang nakal. Sementara selangkanganku tak berkutik terpaksa menerima dan merasakan tekanan penisnya yang terbalut celana dalam.
Ak.. aku cuma ingin memeluk-meluk saja kok, bu. Tidak sampai itu?    jawabnya polos.
Aku kuatir kamu lupa diri    lalu memperkosaku?    belaku sambil berusaha menyingkirkan pahanya tapi tenagaku tak cukup kuat.
Sumpah, bu. Aku cuma ingin memeluk-meluk saja dan tidak bakalan memperkosa. Kalau aku mau pasti dari tadi celana dalamku dan ibu sudah kulepas?    balasnya.
Aku berhenti berontak sambil memikirkan kata-katanya. Benarkah ini terjadi hanya karena dia sedang bernafsu setelah sebulan tidak ketemu istrinya.Egh.. ugh, kini bukan hanya remasan, tapi malah gigitan kecil yang terasa di putting kananku yang masih tertutup daster. Puting kiriku terasa dipelintir kecil. Greeeng, kurasakan nikmat sesaat. Sudah lama aku tak merasakan kenikmatan ini. Ada keinginan untuk berontak namun ada juga dorongan untuk menikmati kemesraan ini.
Benar ya, Bim. Janji, tidak boleh copot celana dalam?    tantangku.
Iya, bu, aku janji tidak akan mencopot celana dalam kita?      
Hshhh      ¦. hsshh      ¦. perlahan aku semakin menikmati cumbuannya. Rasanya ingin mengulang kenikmatan saat suamiku masih ada. Meski agak canggung, pelan-pelan tanganku malah memeluk punggung Bimo yang menaikkan posisinya hingga kepala kami sejajar. Ia mulai mengecup-ngecup wajahku. Aku berusaha melengos tapi tangannya sudah memegang kedua pipiku dan bibirnya mendarat di bibirku. Ufh      ¦ bibirku disedotnya, lidahnya memasuki mulutku. Mula-mula aku pasif, tapi lama-lama ikut aktif juga bersilat lidah. Kami saling sedot dan isep lidah dan bibir.
Bu, dasternya dilepas saja ya,    mendadak Bimo berkata setelah kami lelah berciuman.
Ingat janjimu, Bim..    kataku.
Aku kan janji tidak melepas celana dalam kan, bu?    jawabnya sambil perlahan tangannya menari k dasterku ke atas. Entah kenapa aku tak mampu menolak dan hanya pasrah ketika daster itu dilempar entah kemana, dan kami tinggal berbalut cd. Yang kulakukan kemudian hanya memejamkan mata ketika tubuh kekar itu memelukiku, menghisapi susuku kiri kanan dan menekan-nekan selangkanganku, menjilati sekujur tubuh. Aku menggelinjang kenikmatan sambil mempererat pelukanku di punggungnya. Oooh      ¦ aku malah terlena. Tubuh kami basah mandi keringat.
Pantatku mendadak terangkat ketika salah stau jari Bimo mengelus bibir vaginaku yang masih tertutup cd.
Bim, jangan?      
Aku hanya mengelus dari luar kok, bu?      
Nanti aku jadi terangsang, Bim?      
Nggak apa-apa kan, bu. Saat ini kita saling memuaskan saja deh, bu. Aku akan bikin ibu orgasme tanpa membuka cd ibu?      
Benar saja, sejurus kemudian sensasi hebat kurasakan ketika gesekan dan pijatan jemari Bimo di bawah perutku semakin liar. Aku segera merasa ada sesuatu yang mengalir keluar dari vaginaku.
Ibu sudah basah ya?    Tanya Bimo nakal. Aku jadi malu dan pilih diam saja sambil terus menikmati rabaan gila itu. Ya, aku memang sudah hampir orgasme dan Bimo tahu itu. Serta merta ia memutar posisi tubuhnya hingga mulutnya dapat menjilati cd di bagian selangkanganku. Kakiku dinaikkannya dan tubuhku agak diseret turun, sementara bagian cd-nya tepat di depan wajahku.
Uh      ¦ uh      ¦ sambil memegang kedua pahaku Bimo memainkan lidahnya sedemikian hebat. Menjilati paha, perut lalu semakin turun hingga tepat di bibir vaginaku. Ia tak canggung menggigit-gigit cd ku dan menekannya dengan lidah sehingga masuk.. Aku semakin basah. Banjir.      Ooh      ¦ Bim      ¦ Bim..    Aku mulai mengejan berkejat-kejat, menumpahkan semuanya sampai merembesi cd dan Bimo menghisapinya kuat.
Tangan kananku dipegang Bimo dan ditaruhnya di gelembung cd-nya yang berisi penis tegang itu. Tanganku diremas-remaskannya di benda tumpul lunak-keras yang panjangnya sekitar 17    cm itu. Aku yang semula canggung jadi makin terbiasa, malah akhirnya terbawa nafsu untuk menciuminya meski dari luar cd. Bimo mendesis ketika barangnya kujilat dan kukocok-kocok dari luar.
Ak      ¦ aku mau keluar juga, bu?    erangnya ketika tanganku bergerak lebih kuat dan sekejap kemudian kurasakan penisnya menekan kuat bergetar-getar memuncratkan isinya di dalam cd. Barang itu terus kuperas habis sampai akhirnya melemas dan tubuh Bimo menggelosoh kecapaian dan dagunya diletakkan di vaginaku. Satu sama! Dia ejakulasi sekali, aku juga orgasme sekali.
Cape ya, bu?    tanyanya sambil memelukku. Dengan manja aku menyorongkan kepala ke dadanya yang berbulu. Tangannya segera meremas susuku lagi.
Sudah dulu, Bim?    bisikku sambil menghentikan remasannya.
Berarti nanti lagi ya, bu?    Aku tak menjawab dan cuma memberinya remasan kecil dipenisnya yang telah mengecil. Oh, nikmatnya seks      ¦.
Ini jam berapa, Bim?      
Paling masih sekitar jam 12 malam, bu. Masih dua hari lagi kita sampai. Aku akan puasi ibu selama dua hari ini. Kita tidak perlu keluar kamar?      
Gila, pikirku! Selama 2 hari 2 malam main seks dengan Bimo? Apa aku bisa tahan untuk tidak melepas celana dalam? Mungkin aku masih tahan, tapi Bimo? Namanya juga laki-laki, kalau nafsunya naik pasti main paksa. Bagaimana kalau aku jadi hamil? Sudah lama aku tak minum pil KB lagi. Aku merinding manakala membayangkan dihamili Bimo. Tapi aku tak mau lepas juga dari pelukannya. Tak peduli tubuh kami bersimbah keringat dan seprei ranjang acak-acakan.
Malam pertama itu kami ulangi tiga kali lagi pergumulan nikmat itu. Beruntung malam itu kami masih kuat bertahan tak lepas cd, meski cd yang kami pakai sudah kuyup terkena air mani berkali-kali. Kami tak dengar lagi bel makan pagi karena saat itu masih terlelap. Bangun sekitar jam 10 siang kudapati tubuh kami masih berpelukan. Susuku yang berbeha nomor 36 menempel lekat di dadanya. Cahaya remang-remang dari jendela kaca membuat wajahku memanas, malu. Kalau semalam kami tak saling melihat wajah karena gelap aku masih bisa menahan malu, maka siang ini kami harus bertatap muka.
Kuperhatikan Bimo yang terpejam. Gila! Tubuhnya benar-benar seperti Bima dalam pewayangan. Besar, kekar agak hitam dengan rambut di dadanya. Dadaku berdesir setiap kali rambut itu menerpa putingku. Perlahan kulepaskan diriku dari pelukannya dan dia kudorong sampai telentang. Tonjolan di balik cd-nya dan helai-helai rambut yang mencuat dari cd itu menjanjikan suatu kenikmatan yang      ¦ ah, mestinya tak boleh kubayangkan. Dan beruntung memang semalam aku belum merasakannya kecuali dari luar cd. Aku tak bisa membayangkan barang itu menusukku. Perlahan aku menuruni ranjang.
Mau kemana, bu?    Mendadak Bimo terbangun dan menarik tubuhku kembali dalam pelukannya.
Mau mandi, Bim,    jawabku.
Nanti sajalah, bu, agak sore saja. Hari ini aku mau kita di ranjang ini saja. Kalau ibu lapar bisa makan roti yang sudah kubeli.    Aku tak berdaya ketika Bimo menggulingkan tubuhku kembali ke ranjang. Menelentangkanku lalu memanjat dan menunggangikuku lagi. Ufhh      ¦ lagi-lagi tetek montokku jadi bulan-bulanan mulutnya, demikian pula tekanan-tekanan pada vaginaku membuat pahaku semakin terkangkang lebar. Sedikit demi sedikit gairahku meletup lagi, terlebih setelah merasakan tonjolan zakar Bimo menggesek-gesekku dengan ketat.
Bim, lama-lama aku nggak kuat kalau dirangsang begini terus?    bisikku.
Kalau nggak kuat ya tinggal dikeluarin saja to, bu,    jawabnya sambil mencucup putingku dan menyedotnya.
Maksudku, aku takut nanti jadi kepingin buka cd      ¦. egghh      ¦.. jangan keras-keras, Bim?    desahku. Bimo mengurangi tekanan di vaginaku.
Aku kan sudah janji tak akan buka cd ibu. Tapi kalau ibu dengan sukarela buka sendiri ya bukan salahku lho      ¦. hehehe?    guraunya sambi mencium bibirku.
Untuk variasi, coba deh ibu di atas      ¦. tolong diisepin tetekku dong, bu?    pintanya manja. Aku mandah saja ketika ia memelukku lalu menggulingkan tubuhnya hingga telentang dan aku menindihnya. Dibimbingnya kepalaku ke putingnya. Pelan kujilat-jilat lalu kuisap.
Yang kuat, bu?      erangnya sementara tangannya bergerak turun ke arah pantatku. Meremas dan menekan-nekannya sambil mengayun zakarnya ke atas sehingga bertemu dengan vaginaku meski masih terbungkus cd. Sejenak kemudian pahaku dibukanya dengan dua tangan lalu tangan itu mulai mengobok-obok daerah sensitifku itu. Sebentar saja aku kembali basah.
Bim, oh Bim.. aku mau keluar,    desisku tak tahan. Namun Bimo mendadak menghentikan gerakan tangannya sehingga aku blingsatan.
Teruskan, Bim,    pintaku sambil meletakkan tangannya di memekku lagi, tapi ia tetap diam.
Jangan buru-buru, bu. Makin lama makin nikmat kan?    godanya membuatku tak sabar. Nafsuku yang sudah di ubun-ubun minta penuntasan segera tapi Bimo sengaja menggodaku. Entah dapat kekuatan dari mana tiba-tiba aku jadi beringas. Kududuki perut Bimo lalu kuambil tangan kanannya, kupilih telunjuknya lalu kubawa ke arah vaginaku. Kusisipkan jari itu di sela-sela cd ku dan segera kumasuk kan ke liang vagina.
Bim, tolong kau puasi aku dengan jarimu      ¦. Aku nggak tahan lagi?    Kutusuk-tusukkan jari Bimo dalam-dalam. Dan setelah kurasakan ia mulai menggerakkan jarinya keluar masuk, aku lalu meneletangkan tubuh ke belakang, sampai kepalaku bertumpu pada pahanya. Ugh      ¦ egh      ¦ kunikmati kocokan jari Bimo di vulvaku. Kurasakan cairanku menderas. Mataku membeliak menikmati surga dunia itu. Gilanya, kemudian aku merasa pahaku ditarik ke atas dan sekarang bukan lagi jari Bimo, melainkan lidahnya yang yang menusuk-nusuk memasuki vaginaku. Ia memang tidak membuka cd-ku, hanya menyibakkan bagian bawahnya lebar-lebar.
Seeer      ¦ cret      ¦. suuur?    aku sampai ke klimaks. Pantatku berkejat-kejat mengejan gemetaran dan Bimo menelan semua maniku sampai aku lemas. Ia terus menyedot dan menjilat-jilat. Sungguh edan! Tubuhku terjelepak di pahanya dengan nafas ngos-ngosan. Namun kurasakan jemari Bimo menggantikan lidahnya menusuki lubang memekku. Tidak hanya satu jari, tapi 2 kadang 3 jari masuk bareng!
Cukup, Bim..    pintaku.
Belum, bu,    jawabnya sambil terus merangsang klitorisku,      wanita biasanya bisa mencapai orgasme berkali-kali. Aku mau buktikan itu,    katanya.
Tak menunggu lama, ucapan Bimo terbukti. Syahwatku memuncak lagi dan cairanku mengucur lagi. Bimo mengerjaiku dengan cara itu sampai aku empat kali orgasme. Apa ia juga melakukan hal ini pada istrinya, anakku?
Nah, sekarang terbukti aku lebih kuat kan, bu. Aku belum sekalipun buka cd tapi ibu malah memaksaku mengocok vagina ibu?      
Aku benar-benar tak kuat, Bim. Sudah bertahun-tahun aku tak pernah merasakan kenikmatan dan sekarang kamu merangsangnya terus sejak semalaman. Siapa bisa tahan?      
Apa itu berarti ibu tidak mau pakai cd lagi?      
Aku tetap pakai dan kamu juga. Aku takut hamil?      
Setelah empat kali orgasme berturut-turut, tulang-tulangku seperti dilolosi. Pelan kugeser tubuhku turun dari ranjang mengambil cd baru dari tas lalu tanpa sungkan kupakai di depan Bimo.
Kamu juga harus ganti cd baru, Bim, kan sudah bau bekas sperma kemarin kan..      
`      Iya, iya, bu    sekalian aja nanti waktu mandi. Sekarang aku ingin ibu ganti memuaskanku?      
Tangan Bimo menggapaiku dan mendudukkan pantatku tepat di atas zakarnya. Kugoyang-goyang pantatku sampai Bimo mendesis-desis sambil meremasi tetekku. Kupercepat rangsanganku pakai tangan. Kugenggam zakar di balik cd itu dan kukocok-kocok sampai 15 menit barulah kemudian Bimo memelukku erat-erat sambil menyemburkan sperma di dalam cd nya. Setelah habis kuperas, ia memelukku dan menggulirkan tubuh kami ke ranjang. Kami terdiam. Kudengar nafasnya agak memburu. Kami benar-benar capai berpacu dalam birahi.
Bel makan siang berbunyi tapi kami tetap tak beranjak keluar kamar. Kami hanya makan roti dan minum minuman kaleng yang dibeli Bimo, entah apa tapi rasanya agak hangat di badan. Selama ini kami masih bertahan pakai cd.
Aku akan berusaha sampai ibu buka cd sendiri,    tekadnya sambil mengecup dan menggigit-gigit telingaku, mengecupi wajahku, menciumi bibirku, menjilati dagu, leher, dada, menyedoti tetekku kiri-kanan, turun terus sampai aku menggelinjang ketika lidahnya sampai di perutku, pusar dan terus turun. Menyelip-nyelip di cd di daerah selangkanganku. Menyentuh-nyentuh lubang vagina, menerobos sampai klitorisku dapat diemut dan dimainkan dengan lidahnya.
Uuffgghh      ¦. kurasakan nikmat mengalir dari selangkangan sampai ke kepalaku. Kutekan kepala Bimo keras-keras.      Aa      ¦. aku nggak kuat, Bim      ¦ hsshh      ¦. hsshhh.. enaaak banget      ¦. nikmaaat?    tanpa sadar tanganku beralih ke cdku dan cepat melepasnya. Bimo membantuku melepas cd itu setelah melewati paha. Kini aku bugil gil dengan paha ngangkang dijilati menantuku! Suur      ¦ cret      ¦.cret      ¦. aku orgasme lagi dengan paha ngangkang berkejat-kejat. Mungkin ini yang ke-10 kali sejak kemarin. Dan lagi-lagi Bimo melahapnya dengan ganas, menyedot, mengisapku sampai kering.
Terbukti, kan, ibu sudah buka cd sendiri,    bisiknya sambil menaikiku lagi hingga bibirnya mencapai bibirku dan selangkangannya menekan vaginaku.      Sekarang ibu akan kupaksa membuka cdku juga?    desisnya samibl menekan-nekan dan memutar-mutar tonjolan cdnya ke vaginaku. Batang besar yang tercetak di cd itu sekarang masuk memanjang di bibir vaginaku. Digesekkannya naik turun membangkitkan birahiku lagi. Remasan di tetekku dan mungkin pengaruh minuman kaleng tadi mempercepat syahwatku naik lagi.
Ja      ¦.jangan, Bim. Jangan perkosa aku      ¦. nanti hamil?    erangku sambil memelukkan pahaku ke pahanya dan tanganku ke punggungnya, tak kuat merasakan rangsangan yang melanda.
Tidak, bu      ¦. tapi ibu sendiri yang bakal minta kuperkosa. Ibu ingin zakarku masuk ke memek ibu, kan?      
Jang      ¦. jangan, Bim      ¦.. eegghhh?    aku harus mengejan lagi hendak mengeluarkan mani. Namun mendadak Bimo berbalik dan membuat posisi 69. Lidahnya kini bebas memasuki vaginaku tanpa halangan cd, sedangkan tonjolan besar zakarnya tepat di depan wajahku yang mau tak mau terpaksa kupegang supaya tidak menekan wajahku terlalu kuat. Berdenyut-denyut benda tumpul kenyal itu di genggamanku. Kukocok-kocok dan, karena ukuran cdnya yang kecil, membuat kepala zakar itu sekarang muncul di perutnya.
Jilat, bu      ¦. isep      ¦.    pintanya sambil mengarahkan tonjolan itu ke mulutku. Aku yang sudah tak mampu berpikir jernih perlahan tapi pasti menuruti permintaan gilanya yang belum pernah kulakukan pada suamiku sekalipun. Ufh.. kukulum-kulum kecil ujung penisnya dan membuat benda panjang itu semakin keluar dari cd, seperti ular. Kupegang batang ular itu sementara kepalanya masuk ke mulutku semakin dalam. Semakin dalam dan semakin bergelenyar, berkejut-kejut di mulutku. Agar lebih leluasa, cdnya semakin kuturunkan dan sekejap kemudian tanpa sadar cd itu sudah kulepas dari pahanya!
Lagi-lagi Bimo membuktikan keampuhan rangsangannya pada tubuhku. Kocokan zakarnya di mulutku semakin cepat, cepat dan craaat croot crooot! Spermanya kontan memenuhi mulutku, ada yang tertelan, ada yang meleleh keluar dari bibirku. Sementara bibir bawahku pun memancarkan maninya lagi bertubi-tubi      ¦. disambut oleh mulut Bimo yang menampungnya sampai tuntas. Tuntas tas, sampai kami berdua terjelepak kecapaiannya di ranjang. Gemuruh dada dan sengal-sengal nafas kami memenuhi udara kamar mesum itu.
Thanks ya bu. Ibu sudah buka cdku, berarti aku boleh melakukan apa saja dengan penisku pada ibu kan?    tanyanya menggodaku.
Ta      ¦tapi jangan kau hamili aku, Bim?      
Memang ibu masih bisa hamil?      
Masih, Bim      ¦. meski sudah 45 tahun aku masih mens?      
Ya, nanti kita atur sajalah, bu      ¦. yang penting aku boleh masukkan penis ke sini kan?    rajuknya sambil mengelus vaginaku dan membawa tanganku memegang penisnya.
Tap      ¦. tapi pelan-pelan saja ya Bim dan jangan dikeluarkan di dalam?    akhirnya aku memenuhi desakan nafsunya.
Thanks, bu,    katanya lagi sambil mengecupku dan menunggangiku lagi. Mengangkangkan pahaku lagi lalu memacuku. Bagai joki tak kenal lelah. Aku pun rela jadi kuda pacu lagi. Terlebih setelah merasakan barang panjang itu berkembang lagi bergerak-gerak di selangkanganku. Menusuk-nusuk mencari jalan masuk.
Bim, egh, Bim      ¦jangan masukkan Bim..    aku masih takut-takut. Tapi Bimo tak peduli dan tetap mengarahkan kepala zakarnya ke vaginaku. Menggosok-gosok pintu lubang, menjujut-jujut mau masuk. Kurapatkan paha, tapi tangan Bimo cepat membukanya lagi, menekan ke kiri-kanan dan bleess      ¦.. zakar panjang itu ambles ke dalam memekku yang licin penuh lendir mani.
Bim, gila kamu!    Badanku melenting ke atas memeluknya, merasakan sensasi gila di selangkangan. Yah, akhirnya sambil duduk kunikmati kocokan zakar Bimo yang memaju-mundurkan pantatku. Sakit, nikmat, nafsu syahwat campur jadi satu.
Bim      ¦. Bim   ¦. jangan keluarkan di dalam?    aku mengingatkan tapi Bimo malah tambah rapat memeluk pantat belakangku dan menggerakkan pantatnya sendiri maju-mundur, keluar masuk.
Aku mau sampai tuntas, bu..    bisiknya di sela-sela deru nafasnya.
Aku bisa hamil, Bim!      
Aku tak percaya.      
Serius, Bim!      

Lihat Juga :  Cerita Mesum | Ngentot sama Tante Tuti

Sekarang kita nikmati saja, bu¦. hamil urusan nanti.    Gocohannya tambah keras dan aku malah semakin menggigil merasakan nikmat syahwat itu sampai ke ubun-ubun. Ketakutan akan kehamilan pun jadi terlupakan. Bimo mendorongku telentang ke ranjang dan dia lalu jadi joki piawai. Mengolah gerakan pantatnya, zakarnya keluar masuk, naik turun, mencangkul, menusuk, mengobrak-abrik memekku sampai akhirnya dia menekan sangat keras dan crooot¦ crooot¦ crooot¦. cruuut¦cruut¦.cret¦!! Sperma hangat mengaliri rahimku dan akupun mengejan berkejat-kejat lagi menumpahkan mani. Memeluk punggung dan pahanya erat-erat. Kami mencapai puncak bersamaan. Dan ini kali pertama zakarnya bersarang di vaginaku tanpa bisa kularang karena aku juga menginginkan. Resiko hamil kujadikan urusan belakang.

Kenikmatan itu terus kami reguk setelah mandi dan makan malam. Semalaman lagi kami bergumul memanjakan syahwat hingga terdengar sirene kapal memberitahukan bahwa pelabuhan tujuan sudah kelihatan. Namun untuk mencapai pelabuhan itupun masih perlu waktu dua jam lagi dan itupun terus kami gunakan mereguk madu nafsu di kapal itu. Kami biarkan penumpang lain turun lebih dulu supaya mereka tidak melihat tubuh dan wajah kami yang kusut masai pucat pasi kehabisan mani.

Setelah itu dua bulan aku menemani anakku di Irian Jaya, dan dua bulan itu pula kami secara sembunyi-sembunyi terus berzinah. Demikian pula sewaktu Bimo mengantarku pulang ke Jawa Timur, kami memilih naik kapal laut lagi, bahkan kami sempat menginap tiga hari di hotel Surabaya sebelum pulang ke rumah. Tahun depan, aku berharap Bimo mau menjemputku untuk menengok anakku lagi. Setelah merasakan kelelakian Bimo, rasanya aku jadi tak kuat      puasa    berlama-lama. Aku tak mau dengan laki-laki lain. Dan kukira aku harus segera sterilisasi untuk mencegah kelahiran anakku sekaligus cucuku.

Tamat


Cerita Ngentot | Bercinta dengan Bidan Muda Cantik Mulu

$
0
0

Cerita Ngentot | Bercinta dengan Bidan Muda Cantik Mulu – Lia adalah seorang bidan yang di tugaskan PTT provinsi yang teletak di desa pedalaman di daerah malang. Setelah tamat dari akademi kebidanan di salah satu akademi kebidanan di malang,dia bekerja menjadi bidan desa. Lia adalah seorang gadis dengan usia 23 tahun, sebenarnya dia asli bandung,namun kedua orang tuanya di tugaskan bekerja di malang sebagai pegawai negeri.

Lia memiliki perawakan yang cukup sempurna bagi seorang laki2, dengan tinggi 164cm, kulitnya putih,mulus,ramping,rambutnya hitam panjang dan lurus,wajahnya sedikit mirip dengan syahrini seorang penyanyi. Dia sangat menjaga kecantikan dan kesehatan kulitnya,mungkin karena dia seorang bidan. Saat masih kuliah,banyak teman2nya yang iri dengannya, karena kalau jalan2 dengannya,setiap laki2 yang berpapasan dengannya selalu tak berkedip melihat kecantikannya. Namun hanya Deny yang dapat menaklukkan hatinya. Deny adalah pacarnya,bekerja di salah satu perusahaan yang ada di kota malang. Mereka merencanakan untuk menikah setelah Lia memberikan keperawanannya kepada deny, tapi mereka hanya 1 kali melakukannya, mereka berjanji tidak akan melakukannya lagi sampai mereka menikah 1 tahun lagi.

Hari pertama Lia di desa itu, cukup jauh perjalanan yang dia tempuh dari kota malang,angkutan umum pun jarang sekali ada d desa ini,Lia diantar oleh deny menuju puskesmas untuk berkenalan dengan pegawai yang lain dan kemudian menuju ke rumah dinasnya yang berada cukup jauh dari puskesmas.Lia di temani oleh Dewi dan Erna yang juga seorang bidan PTT. Cerita Seks Dewasa Lia Bidan Muda yang Beruntung Lia juga dikenalkan dengan tetangganya Pak Iwan ketua RT di desa itu, Pak Iwan sangat di segani oleh warga nya,sebenarnya dia mau di calonkan sebagai kepela desa,tapi dia menolaknya,dengan alasan sudah banyak memiliki urusan,Pak Iwan berusia 54 tahun,dia mempunyai 2 orang istri yang keduanya lebih muda kira2 10 tahun darinya,maklum Pak Iwan mempunyai banyak lahan perkebunan dan pertanian. Pak Iwan di tugaskan oleh kepala desa untuk membantu Lia dan temannya yang lain apabila memerlukan bantuan,dengan alasan rumah Pak Iwan lebih dekat dengan rumah dinas mereka.

Bersama Dewi dan Erna, Lia sering bergantian ke rumah2 warga untuk membantu ibu2 yg mau partus normal ataupun mengobati bayi yang sakit. Untuk bertugas ke desa yang jauh, Pak Iwan lah yg sering mengantarkan Lia atau temannya yg lain,karena mereka tidak mempunyai motor. Tapi dengan senang hatinya pak iwan selalu siap sedia mengantarkan bidan2 tersebut. Suatu ketika Lia bertugas mau ke rumah warga yang hendak partus, karena larut malam,Lia takut sendirian berangkat,teman2nya pun sudah tidur,beruntung saat Lia keluar rumah,dia melihat Pak iwan duduk di teras sambil merokok dan minum kopi,Lia pun meminta bantuan kepada pak Iwan.Sejak saat itu Lia dan Pak iwan lebih akrab,Lia selalu mengandalkan pak iwan untuk menemaninya bertugas,mungkin karena pak iwan memiliki kewibaan dan badan yg kekar sehingga Lia merasa lebih terlindungi.

Karena seringnya Lia berboncengan dengan pak iwan dan jalanan yg rusak,Lia sering berpegangan ke pinggang pak iwan,dan dada Lia terus menerus bergeskan dengan punggung pak iwan, walaupun Lia tidak menyadarinya,sebenarnya pak iwan mulai menyukai lia dan nafsunya semakin menggebu2 setiap kali membonceng lia.selain lia cantik, pak iwan pun selalu merasakan kekenyalan dada lia. Namun Lia mempunyai perasaan yg berbeda,dia hanya menganggap pak iwan adalah sosok yg diseganinya dan selalu di hormatinya. Saat malam minggu,Lia baru saja pulang dari tugasnya,setelah selesai mandi dengan handuk putih yang melilit tubuhnya,Lia mendengar ketukan dari pintu,dengan santai Lia membuka pintu,ternyata adalah pak iwan.

“Oo..pak Iwan,,silahkan masuk pak..”. Setelah masuk pak iwan duduk di kursi. “Ada apa ya pak?,,”Lia bertanya sambil menutupi belahan dadanya yg sedikit terbuka. “Nda’ apa2,,cuma mau mampir saja,sambil bawakan nasi goreng ini,,kok kelihatn sepi,,?mba dewi sama mba erna kemana,,?”. Pak iwan bertanya sambil matanya jelalatan seperti mencari sesuatu. “Wah bapak kok repot2 begini,makasih ya pak.. mmm,,dewi sama erna pulang ke kota,katanya kangen sama orangtua,,kalau begitu,saya mau ganti baju dulu,bapak mau minum apa?”..kata Lia sambil berjalan menuju kamarnya yang dekat dengan ruang tamu.

Cerita Seks Dewasa Lia Bidan Muda yang Beruntung
“Begitu ya,tidak usah repot2 mba,cukup air putih saja,,apa mba Lia nda’
kangen juga sama ibunya,,?” pak iwan berkata sambil menyalakan sebatang
rokok sampoerna.
“sebenarnya kangen sii,,tapi ortu saya lagi ada di bandung,terpaksa deh
saya tinggal sendirian disini,,”Lia pun keluar dari kamarnya dengan
membawa air aqua gelas dan makanan kecil.
Mata pak iwan tercengang saat melihat lia keluar dengan pakaian serba
minimnya,lia memakai gaun tidur warna putih tanpa lengan dan celana yang
pendek sepaha.
Lalu lia berbincang2 dengan pak iwan sambil makan nasi goreng yang di
beli pak iwan, tiba2 saja hujan dengan lebatnya,lia pun menutup pintu
karena takut dengan kilat2 yang menyambar.
Karena sudah akrab,mereka berbincang2 kesana kemari dari masalah
pekerjaan sampai masalah seks. bagi Lia,seks adalh hal yang biasa dan
pak iwan bukan orang lain baginya.
Lalu perlahan2 pak iwan pun menggeser duduknya mendekati Lia, lia pun
membiarkannya,karena dia tidak curiga sama sekali. “Mba lia,saya rasa
mba sudah cukup umur untuk menikah, apa pacar mba belum
merencakannya..?”.
“Iya pak,sebenarnya saya sudah kepingin menikah,tapi mas deny masih
terlalu sibuk sama pekerjaannya,mungkin karena dia baru beberapa bulan
di terima bekerja di perusahaan..yaa,,saya tunggu saja..”.
“Wah,kalau begitu mba sabar saja dulu,,ngomong2 baju tidur mba bagus
sekali,boleh saya pegang kainnya,,?barang kali nanti mau belikan istri2
saya yang kaya gini..”.
“Boleh,ini,,”kata lia sambil memajukan badannya ke hadapan pak iwan.
Tapi,bukannya memegang kain baju lia, pak iwan malah mengelus2 perut lia
dari luar. Sontak Lia pun terkejut dan sedikit menjauh, “Yee,,bapak kok
elus2 perut saya,,?saya kan tidak hamil pak”..
Kemudian pak iwan kembali mendekati lia,,”Bapak minta maaf,bapak kira
lia sudah hamil,,hehe” pak iwan tersenyum bercanda sambil memegang
tangan lia.
“Enak aja bapak bilang gitu,saya kan belum menikah,,”Lia berkata sambil melepas genggaman tangan pak iwan secara perlahan.
“Jangan begitu,malu saya pak,,masa bapak begitu..?” lia menambahkan.
“Mba sih terlalu cantik, badan mba membuat saya nafsu, bapak kan jadi
gemes sama mba,,mba lia mirip sama syahrini,yg d tv2 itu lo,,”. Pak iwan
mulai mengeluarkan rayuan2nya.
“Masa sih pak? Saya rasa, bapak berlebihan deh,,”. lia pun merasa tersanjung karena di puji2 oleh seseorang yg di hormatinya.
Pak iwan semakin mendekati dan melingkarkan tangannya ke bahu lia.
”Jangan begini pak, nanti ketahuan istri2 bapak, lagian saya
mengannggap bapak sudah seperti bapak saya sendiri.,,”.
”Mba tenang saja,istri saya kalaupun tahu nda’ akan berani marah,,bapak
sangat menyukai mba lia lebih dari apapun,,”. Lia hanya tersenyum
sambil memandangi pak iwan.
”maafkan saya pak,,saya bukan istri bapak,dan saya tidak mau jadi istri
bapak,,kan bapak sudah punya 2 istri”. Lia berkata dengan sopan.
Lia melepaskan tangan iwan dari tubuhnya,Tapi iwan tidak menyerah,dia
kemudian meniupkan nafasnya ke tengkuk lia yg di tumbuhi rambut
halus,dan telinga sampai dada lia. Lia bergidik merasa geli, lalu iwan
membelai2 rambut lia yg panjang dengan lembut. Karena suasana
mendukung,hawa dingin karena hujan, dan bubuk perangsang yg di masukkan
iwan ke dalam nasi goreng lia, maka lia pun terbawa hanyut dalam pelukan
pria yg hampir seusia ayahnya itu.
Lia terbawa arus gairah laki2 itu,badannya panas dingin karena sentuhan2 iwan..
Dengan liarnya tangan iwan, dia memasukkan jari2nya ke dalam baju lia
dan meremas2 bongkahan dada yg tidak terlalu besar namun sangat
menggairahkan dan juga kenyal. Sementara mulut iwan menempel di bibir
lia yg kemerah2an,lidahnya menyusup mencari2 lidah lia, cukup lama
mereka berciuman dengan penuh nafsu, lia pun hanya bisa
mendesis,,”Sssshh,,Paak,,”.
Walaupun hujan deras di luar sana, lia mengeluarkan keringat, terlihat
wajah Lia memerah menahan nafsu. ”Sssshh,,Apa yg mau bapak lakukan ke
saya,,,? Kenapa badan saya begini pak,,?”. Iwan pun tersenyum mendengar
perkataan lia,,menandakan bahwa lia sudah pasti takluk di pelukannya.
Kemudian iwan menggendong lia ke kamar, dan membaringkannya d ranjang.
”Apa mba lia bersedia untuk saya cumbui malam ini,,?” iwan berkata
sambil melepas kaosnya dan celana panjangnya. ”Jangan paak,,! saya
masih perawan..”. Lia masih sempat berpikir dengan akal sehatnya, dia
berbohong kepada iwan agar iwan merasa kasian dan menghentikan
kelakuannya.
Lia+Bidan+Mulus+%282%29 Cerita Seks Dewasa Lia Bidan Muda yang Beruntung ”Tenang sayang,,saya akan pelan2..”. Bukannya kasihan tapi iwan
semakin antusias ingin cepat meniduri lia. Dan lia semakin tidak berdaya
saat iwan mulai menindihnya.
Kembali iwan mengulum bibir lia yg merekah pasrah. Iwan membuka baju
lia, terpampang lah tubuh bagian atas lia yg indah. Lia hanya mendesis
dan memejamkan matanya saat celananya di tarik iwan. Lia terlihat malu
karena dia tinggal mengenakan BH dan CD berwarna putih saja.
Iwan kemudian bergerak menciumi pipi, leher, telinga, dan dada lia
berulang ulang kali,,lia tak kuasa di perlakukan seperti itu, kedua
tangannya mulai memeluk tubuh iwan. ”Aaahh..Paak, Jangan begini,,Lia
geli..”. Iwan berhenti sebentar untuk melepas kaitan BH lia,dan saat
terlepas, iwan kagum melihat puting payudara lia yg sudah membesar
mencuat ke atas berwarna merah muda,, langsung di hisapnya puting
sebelah kanan, sedangkan puting yg sebelah kiri di main2kan dengan jari
iwan. Lia mengeluh saat iwan menjilat2 putingnya, ”Uuuuh.,,Mmm,,..
Sudah pak, lia ngga’ tahan, Ssshh,,”.
Tangan iwan menarik keluar CD lia yg sudah cukup basah, kembali iwan
mengagumi kemolekan tubuh bidan ini, vagina nya memerah merekah, mungkin
karena kulitnya yg puting. di daerah sekitarnya tumbuh bulu2 halus,tapi
tidak lebat.
Langsung saja mulutnya menciumi bibir vagina dengan buasnya,, ‘Ssllurp
ssllurp,,’ terdengar bunyi mulut iwan sedang beradu kenikmatan dengan
vagina lia,, ”Aahhh,,aahh,, Ssshh,,”. Lia memegangi kepala iwan dengan
erat,sedangkan kepalanya sendiri bergerak ke kiri dan ke kanan menahan
nafsu.
Dengan jari telunjuknya, iwan mulai mengucek2 liang vagina lia,sontak
lia pun semakin meracau ”Aaaghh,,apa itu paak yg ada d vagina
Liaa,,Uuuhh..”. Iwan malah menjawab pertanyaan lia dengan cara
memasukkan lidahnya ke lobang Lia..
”Uuuu,,,Lia pengin pipiiis,,Aaaghhh,,”. Akhirnya lia pun mengalami
orgasme yg cukup deras hanya karena cumbuan iwan di vagina nya..
Iwan terus menerus mengisap2 cairan lia sambil melepas
celananya,mencuatlah penis iwan yg sudah tegang. ”Sekarang,tolong
isapin penis bapak ya sayang”. Lia terkejut melihat penis iwan yg
terlalu besar baginya, karena penis deny pacarnya tidak sebesar dan
sepanjang itu.
”Kenapa kontol bapak besar banget pak?,,saya takut..”. Lia berkata
sambil mengocok2 penis iwan, sesekali memasukkannya ke dalam mulutnya
dan di isap2nya. ”Mba tenang saja,bapak akan memberikan kenikmatan yg
besar juga”. Iwan menenangkan Lia dan merasakan nikmatnya hisapan lia
yg cantik ini.
Puas dengan mulut lia, iwan pun merubah posisi kembali menindihnya
sambil membuka kedua paha lia. ”Pelan ya pak”, lia khawatir. Sedikit
demi sedikit kepala penis iwan memasuki lobang lia, ”Sshhh,,paak,
Aduuh..”, lia merasakan vaginanya mulai terisi oleh penis iwan.
”Aaaaaghh,,perih paak”, Dengan sekali sentakan penis iwan masuk
semuanya ke dalam vagina lia yg terus berdenyut2.
Lia+Bidan+Mulus+%283%29 Cerita Seks Dewasa Lia Bidan Muda yang Beruntung cukup lama iwan mendiamkan penisnya d dalam vagina lia,setelah lia mulai
menggeliat2 barulah iwan melakukan penetrasi,mengeluar masukkan dan
memutar2 mencari2 titik kenikmatan lia. ”Ouh,,Sssh,,Enak sekali kontol
bapak,, teruus, masukkan lebih dalam, Aahhhhh..”. Lia begitu menikmati
genjotan2 iwan yg mulanya dia tolak.
”Vagina kamu juga enak,lebih enak daripada punya istri2 saya, jarang
ada vagina seperti punya kamu yg bisa menyedot penis bapak terus2an
begini, Ouhh..”. Iwan kemudian membalik badan lia agar posisi
menungging, kembali di sodok iwan lobang kenikmatan itu dari belakang.
Susu lia menggantung dengan indahnya sambil diremas2 oleh iwan. ”vagina
saya rasanya penuh paakk,,Aaaahh,,Aaaaah,,”. Tak berapa lama kemudian
lia memuncratkan Cairan maninya saat orgasmenya yg kedua, menyusul iwan
juga tidak dapat menahan kenikmatan karena pijatan2 vagina lia. Banyak
sekali sperma yg di muntahkan iwan kedalam rahim lia, rasa hangat yg lia
rasakan.

Lihat Juga :  Cerita Ngentot ML Sama ABG di Tempat Dugem

Merekapun roboh,diam tanpa suara sambil berpelukan. Akhirnya iwan dapat
menaklukkan dan memuaskan lia gadis impiannya walaupun dia curiga bahwa
lia tidak perawan lagi. Lia terus menerus disetubuhi oleh iwan sampai
menjelang pagi, 4 ronde percintaan yg mereka lakukan. Vagina lia
dipenuhi dan diisi terus menerus oleh iwan. Lia pun sadar dia akan
segera hamil, karena waktu itu adalah masa suburnya.
Besok paginya lia terbangun tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya,
pak iwan sudah tidak ada lagi di sampingnya, mungkin sudah pulang
pikirnya. Jam menunjukkan pukul 11 pagi, terdengar ada ketukan pintu,
lia mengira itu adalah pak iwan, ternyata saat dia bukakan pintu, betapa
kagetnya lia yg datang adalah Deny,pacarnya. Deny menjemput Lia untuk
pulang ke kota, dan melamar Lia untuk menjadi istrinya, Lia pun
menerimanya.
Akhirnya selang 3 minggu Lia sudah menikah dengan Deny tapi Lia tidak
akan bisa melupakan kenangan nikmat yg telah diberikan oleh Pak Iwan.

**Tamat.**

Cerita Sex Kenikmatan Jepitan Susu Lidya

$
0
0

Cerita Sex Kenikmatan Jepitan Susu Lidya – Lega rasanya aku melihat pagar rumah kosku setelah terjebak dalam kemacetan jalan dari kampusku. Kulirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 21.05 yang berarti aku telah menghabiskan waktu satu jam terjebak dalam arus lalu-lintas Jakarta yang begitu mengerikan. Setelah memarkir mobilku, bergegas aku menuju ke kamarku dan kemudian langsung menghempaskan tubuh penatku ke ranjang tanpa sempat lagi menutup pintu kamar.

Baru saja mataku tertutup, tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh ketukan pada pintu kamarku yang disertai dengan teriakan nyaring dari suara yang sudah sangat aku kenal.

“Ko, loe baru pulang yah?” gelegar suara Voni memaksa mataku untuk menatap asal suara itu.
“iya, memangnya ada apa sih teriak-teriak?” jawabku sewot sambil mengucek mataku.

“Ini gue mau kenalin sepupu gue yang baru tiba dari Bandung” jawabnya sambil tangan kirinya menarik tangan seorang cewek masuk ke kamarku.

Kuperhatikan cewek yang disebut Voni sebagai sepupunya itu, sambil tersenyum aku menyodorkan tangan kananku kearahnya “Hai, namaku Riko”

“Lydia” jawabnya singkat sambil tersenyum kepadaku.

Sambil membalas senyumannya yang manis itu, mataku mendapati sesosok tubuh setinggi kira-kira 165 cm, walaupun dengan perawakan sedikit montok namun kulitnya yang putih bersih seakan menutupi bagian tersebut.

“Riko ini teman baik gue yang sering gue ceritain ke kamu” celetuk Voni kepada Lydia.

“Oh..”

“Nah, sekarang kan loe berdua udah tau nama masing-masing, lain kali kalo ketemu kan bisa saling memanggil, gue mau mandi dulu yah, daag..” kata Voni sambil berjalan keluar dari kamarku.

Cerita Sex. Aku menanggapi perkataan Voni barusan dengan kembali tersenyum ke Lydia.

“Cantik juga sepupu Voni ini” pikirku dalam hati.

“Lydia ke Jakarta buat liburan yah?” tanyaku kepadanya.

“Iya, soalnya bosen di Bandung melulu” jawabnya.

“Loh, memangnya kamu nggak kuliah?”

“Nggak, sehabis SMA aku cuma bantu-bantu Papa aja, males sih kuliah.”

“Rencananya berapa lama di Jakarta?”

“Yah.. sekitar 2 minggu deh”

“Riko aku ke kamar Voni dulu yah, mau mandi juga “

“Oke deh”

Sambil tersenyum lagi dia berjalan keluar dari kamarku. Aku memandang punggung Lydia yang berjalan pelan ke arah kamar Voni. Kutatap BH hitamnya yang terlihat jelas dari balik kaos putih ketat yang membaluti tubuhnya yang agak bongsor itu sambil membayangkan dadanya yang juga montok itu. Setelah menutup pintu kamarku, kembali kurebahkan tubuhku ke ranjang dan hanya dalam sekejab saja aku sudah terlelap.

“Ko, bangun dong”

Aku membuka kembali mataku dan mendapatkan Voni yang sedang duduk di tepi ranjangku sambil menggoyangkan lututku.

“Ada apa sih?” tanyaku dengan nada sewot setelah untuk kedua kalinya dibangunkan.

“Kok marah-marah sih, udah bagus gue bangunin. Liat udah jam berapa masih belom mandi!”

Aku menoleh ke arah jam dindingku sejenak.

“Jam 11, emang kenapa kalo gue belum mandi?”

“Kan loe janji mau ngetikin tugas gue kemaren”

“Aduh Voni.. kan bisa besok..”

“Nggak bisa, kan kumpulnya besok pagi-pagi”

Aku bergegas bangun dan mengambil peralatan mandiku tanpa menghiraukan ocehan yang terus keluar dari mulut Voni.

“Ya udah, gue mandi dulu, loe nyalain tuh komputer!”

*****

Tulisan di layar komputerku sepertinya mulai kabur di mataku.

“Gila, udah jam 1, tugas sialan ini belum selesai juga” gerutuku dalam hati.

“Tok.. Tok.. Tok..” bunyi pintu kamarku diketok dari luar.

“Masuk!” teriakku tanpa menoleh ke arah sumber suara.

Terdengar suara pintu yang dibuka dan kemudian ditutup lagi dengan keras sehingga membuatku akhirnya menoleh juga. Kaget juga waktu kudapati ternyata yang masuk adalah Lydia.

“Eh maaf, tutupnya terlalu keras” sambil tersenyum malu dia membuka percakapan.

“Loh, kok belum tidur?” dengan heran aku memandangnya lagi.

“Iya nih, nggak tau kenapa nggak bisa tidur”

“Voni mana?” tanyaku lagi.

“Dari tadi udah tidur kok”

“Gue dengar dari dia katanya elo lagi buatin tugasnya yah?”

“Iya nih, tapi belum selesai, sedikit lagi sih”

“Emang ngetikin apaan sih?” sambil bertanya dia mendekatiku dan berdiri tepat disamping kursiku.

Aku tak menjawabnya karena menyadari tubuhnya yang dekat sekali dengan mukaku dan posisiku yang duduk di kursi membuat kepalaku berada tepat di samping dadanya. Dengan menolehkan kepalaku sedikit ke kiri, aku dapat melihat lengannya yang mulus karena dia hanya memakai baju tidur model tanpa lengan. Sewaktu dia mengangkat tangannya untuk merapikan rambutnya, aku dapat melihat pula sedikit bagian dari BHnya yang sekarang berwarna krem muda.

“Busyet.. loe harum amat, pake parfum apa nih?”

“Bukan parfum, lotion gue kali”

“Lotion apaan, bikin terangsang nih” candaku.

“Body Shop White Musk, kok bikin terangsang sih?” tanyanya sambil tersenyum kecil.

“Iya nih beneran, terangsang gue nih jadinya”

“Masa sih? berarti sekarang udah terangsang dong”

Agak terkejut juga aku mendengar pertanyaan itu.

“Jangan-jangan dia lagi memancing gue nih..” pikirku dalam hati.

“Emangnya loe nggak takut kalo gue terangsang sama elo?” tanyaku iseng.

“Nggak, memangnya loe kalo terangsang sama gue juga berani ngapain?”

“Gue cium loe ntar” kataku memberanikan diri.

Tanpa kusangka dia melangkah dari sebelah kiri ke arah depanku sehingga berada di tengah-tengah kursi tempat aku duduk dengan meja komputerku.

“Beneran berani cium gue?” tanyanya dengan senyum nakal di bibirnya yang mungil.

“Wah kesempatan nih” pikirku lagi.

Aku bangkit berdiri dari dudukku sambil mendorong kursiku sedikit ke belakang sehingga kini aku berdiri persis di hadapannya.

Sambil mendekatkan mukaku ke wajahnya aku bertanya ” Bener nih nggak marah kalo gue cium?”

Dia hanya tersenyum saja tanpa menjawab pertanyaanku.

Tanpa pikir panjang lagi aku segera mencium lembut bibirnya. Lydia memejamkan matanya ketika menerima ciumanku. Kumainkan ujung lidahku pelan kedalam mulutnya untuk mencari lidahnya yang segera bertaut dan saling memutar ketika bertemu. Sentuhan erotis yang kudapat membuat aku semakin bergairah dan langsung menghujani bibir lembut itu dengan lidahku.

Sambil terus menjajah bibirnya aku menuntun pelan Lydia ke ranjang. Dengan mata masih terpejam dia menurut ketika kubaringkan di ranjangku. Erangan halus yang didesahkan olehnya membuatku semakin bernafsu dan segera saja lidahku berpindah tempat ke bagian leher dan turun ke area dadanya.

Setelah menanggalkan bajunya, kedua tanganku yang kususupkan ke punggungnya sibuk mencari kaitan BH-nya dan segera saja kulepas begitu aku temukan. Dengan satu tarikan saja terlepaslah penutup dadanya dan dua bukit putih mulus dengan pentil pink yang kecil segera terpampang indah didepanku. Kuremas pelan dua susunya yang besar namun sayang tidak begitu kenyal sehingga terkesan sedikit lembek.

Puting susunya yang mungil tak luput dari serangan lidahku. Setiap aku jilati puting mungil tersebut, Lydia mendesah pelan dan itu membuatku semakin terangsang saja. Entah bagaimana kabar penisku yang sedari tadi telah tegak berdiri namun terjepit diantara celanaku dan selangkangannya.

Putingnya yang kecil memang sedikit menyusahkan buatku sewaktu menyedot bergantian dari toket kiri ke toket kanannya, namun desahan serta gerakan-gerakan tubuhnya yang menandakan dia juga terangsang membuatku tak tahan untuk segera bergerilya ke perutnya yang sedikit berlemak.

Namun ketika aku hendak melepas celananya, tiba-tiba saja dia menahan tanganku.

“Jangan Riko!”

“Kenapa?”

“Jangan terlalu jauh..”

“Wah, masa berhenti setengah-setengah, nanggung nih..”

“Pokoknya nggak boleh” setengah berteriak Lydia bangkit dan duduk di ranjang.

Kulihat dua susunya bergantung dengan anggunnya di hadapanku.

“Kasihan ama ini nih, udah berdiri dari tadi, masa disuruh bobo lagi?” tanyaku sambil menunjuk ke arah penisku yang membusung menonjol dari balik celana pendekku.

Tanpa kusangka lagi, tiba-tiba saja Lydia meloroti celanaku plus celana dalamku sekalian.

Aku hanya diam ketika dia melakukan hal itu, pikirku mungkin saja dia berubah pikiran.

Tetapi ternyata dia kemudian menggenggam penisku dan dengan pelan mengocok penisku naik turun dengan irama yang teratur.

Aku menyandarkan tubuhku pada dinding kamar dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku Lydia tersenyum sambil terus mengocok batang penisku tetapi semakin lama semakin cepat.

Nafasku memburu kencang dan jantungku berdegub semakin tak beraturan dibuatnya, walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagiku, apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang menocok penisku bergantian dengan tangan kiri dan kanannya.

“Lyd.. mau keluar nih..” lirih kataku sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan ini.

“Bentar, tahan dulu Ko..”jawabnya sambil melepaskan kocokannya.

“Loh kok dilepas?” tanyaku kaget.

Tanpa menjawab pertanyaanku, Lydia mendekatkan dadanya ke arah penisku dan tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit penisku dengan dua susunya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan dari penisku yang dijepit oleh dua gunung kembar itu membuatku terkesiap menahan napas. Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok penisku yang terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan menggunakan kedua tangannya.

Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan dengan tangannya tadi.

“Enak nggak Ko?” tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku.

“Gila.. enak banget Sayang.. terus kocok yang kencang..”

Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah pahanya yang mulus. Sesekali memutar arah ke bagian belakang untuk merasakan pantatnya yang lembut.

Lihat Juga :  Cerita Sex Naksir Rita Dapat Ibunya

“Ahh.. ohh..” desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya.

Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa daratan.

“Lyd.. aku keluar..”

Tanpa bisa kutahan lagi semprotan lahar panasku yang kental segera menyembur keluar dan membasahi lehernya dan sebagian area dadanya. Seluruh tubuhku lemas seketika dan hanya bisa bersandar di dinding kamar. Aku memandang nanar ke Lydia yang saat itu bangkit berdiri dan mencari tissue untuk membersihkan bekas spermaku. Ketika menemukan apa yang dicari, sambil tersenyum lagi dia bertanya

“Kamu seneng nggak”

Aku mengangguk sambil membalas senyumannya.

“Jangan bilang siapa-siapa yah, apalagi sama Voni” katanya memperingatkanku sambil memakai kembali BH dan bajunya yang tadi kulempar entah kemana.

“Iyalah.. masa gue bilang-bilang, nanti kamu nggak mau lagi ngocokin gue”

Lydia kembali hanya tersenyum padaku dan setelah menyisir rambut panjangnya dia pun beranjak menuju pintu.

“Gue bersih-bersih dulu yah, abis itu mau bobo” ujarnya sebelum membuka pintu.

“Thanks yah Lyd.. besok kesini lagi yah” balasku sambil menatap pintu yang kemudian ditutup kembali oleh Lydia.

Aku memejamkan mata sejenak untuk mengingat kejadian yang barusan berlalu, mimpi apa aku semalam bisa mendapat keberuntungan seperti ini. Tak sabar aku menunggu besok tiba, siapa tahu ternyata bisa mendapatkan lebih dari ini. Mungkin saja suatu saat aku bisa merasakan kenikmatan dari lubang surga Lydia, yang pasti aku harus ingat untuk menyediakan kondom di kamarku dulu.

TAMAT

CERITA BOKEP TANTE TEMENIN NONTON BOKEP

$
0
0

CERITA BOKEP TANTE TEMENIN NONTON BOKEP – Sekarang saya bekerja di salah satu perusahaan multinasional di kota tinggal di B & J. Narasi yang bisa saya tuturkan di bawah ini adalah kisah nyata yang terjadi bertahun-tahun lampau. Kemudian saya tinggal dengan orang tua saya semua 2 di kompleks kecil milik sebuah instansi pemerintah dan dihuni oleh banyak keluarga hanya di dalam pagar. tetangga terdekat dengan yang kita Om Yan & Tante Titik yang memiliki 2 anak laki-laki yang tetap kecil, 3 yr mulut besar tua dan mulut kecil berusia 1 tahun.

Untuk waktu aku kelas 3 SMA, Om Yan dengan cara kebetulan ditugaskan oleh kantornya dibuat untuk mendalami ilmu Jepang (terakhir saya menemukan ketika Om Yan disajikan sementara 1 thn lebih). Dan tinggal Tante Titik & 2 anak-anak bersama dengan salah satu asistennya. Hal ini menciptakan Sebab Aku selalu datang ke rumahnya dengan argumen Anda ingin bermain bersama dengan anak 2. Argumen yang cukup kuat karena saya & Tante tua tidak punya waktu untuk menunjukkan kecurigaan sama sekali.

Lebih sering aku tertangkap titik Tante itu berganti pakaian di kamar dengan tidak menutup pintu, atau kamar mandi bersama tidak menutup pintu. Melawan sepotong tua, ketika saya datang ke rumahnya dan hanya Tante Titik yg ada di hunian. anak 2 dan pembantu-memindahkannya ke daerah KD, sebelah timur kota BT karena Ms titik tidak wisata biasa. Dan kebetulan orang tua saya ditugaskan pada waktu keluar daerah. Bersama-sama ikutnya ibu dan kakak saya, yang berarti saya juga hanya tinggal sendirian di tempat tinggal.

Hanya untuk mengilustrasikan, Tante Titik itu memiliki tinggi sekitar 165 sentimeter, memiliki pinggul yang mulia, buah pantat bulat, mulut pinggang ramping, dan perut melakukan sedikit datar (karena senam aerobik, fitness, dan renang yang berpartisipasi dengan cara berkala) , bersama-sama didukung oleh payudara yang besar dan bulat (kemudian saya menemukan bahwa titik Ms menggunakan ukuran bra dari 36B untuk cover). Bersama wajah seksi yang menantang dan yang warna putih bersih, adalah wajar bahwa Tante titik sehingga dalam cita-cita dibayangkan bukan pria yang baik atau manusia beberapa hidung belang.

Cerita Bokep. Sampai satu buah di sore hari, ketika saya mendengar langkah kaki di luar pembuluh darah, maka saya mengintip dari jendela dan pada kenyataannya Tante titik yang baru pulang. Tak lama kemudian aku pergi ke kamar mandi (kamar mandi terletak di luar masing-masing hunian dan ada banyak lokasi yang berjajar).

Pada saat saya keluar dari kamar mandi, aku melewati dia. Dia menggunakan nya ramping pemuda kimono biru bersama-sama handuk di pundak dan rambut yang diikat agak ke atas leher jenjangnya terlihat seksi. Sementara saya tidak hanya menggunakan celana pendek dengan T-shirt (memang yang terjadi di tempat penampungan, saya jarang menggunakan baju / gaun).

“Malem Tante”, saya menyapanya meskipun tampak sopan sedikit.
“Malem Mas Dio … mengapa tidak tidur …?” Dia membalas.
& Tidak dengan saya mengetahui tiba-tiba dia meraih tanganku.
“Mas Dio …” katanya tiba-tiba dan tampak sedikit ragu-ragu.
“Ya Tante …?” Jawab aku.
“Eeee … tidak ke guys …” jawabnya ragu-ragu.
“Ada yang saya tidak dapat membantu Anda, Ms …? Aku bertanya sedikit bingung karena menonton keraguannya.
“Eeee … tidak benar-benar. Tante hanya ingin bertanya …” katanya dengan ragu-ragu lagi.
“Mas Dio di hunian … apa yang Anda lakukan sekarang?” Dia bertanya.
“Menonton. Tante Emangnya kenapa …?” Tanyaku lagi.
“Setelah menonton apa sih …?” Dia meminta sedikit menyelidik.
“Setelah menonton BF Tante”, kataku yang tidak tahu di mana tiba-tiba saya mendapat keberanian Sebab beginilah firman.
“BF …? Bertanya pada dirinya sendiri agak terkejut.
“Itu Blue Film …?”
“Ya … apa emangnya salah Tante? Jika tidak ada yang saya ingin putus untuk menonton lagi ya …” kataku dengan sedikit memaksa.
“Eeee … Tante bantuin tidak ingin …? Karena Tante agak takut sendirian di tempat tinggal. Jika Anda ingin sambil menonton dan benar-benar. Bawa menulis film untuk hunian, bibi dan memiliki serangkaian film seperti itu. kemudian Tante temenin menontonnya deh, “katanya sedikit merajuk.
“Iya deh Tante, saya pilihin maka yg bagus”, kataku tidak dengan ba bi bu langsung setuju dengan seruannya.
Tunas di lauk cinta tiba, sesuatu yang mengejutkan saya bermimpi untuk waktu yang lama bisa baik dengan Tante Untuk titik. HRI sendirian dengan dia saya akan menonton film biru dengan chimera mampu menyaksikan keindahan seseorang tubuh perempuan yang saya puja dari masa lalu dan bahkan (mungkin) merasakan kesenangan juga.
Singkatnya saya segera memilah video bagus-bagus (Maklum, pada saat itu masih era Betamax, belum VCD). Dan seterusnya saya memasuki hunian Tante titik melalui pintu dapur. Aku mengatur video pertama yang saya telah melihat dan belum habis.
Beberapa menit kemudian Tante Titik Banyak masuk melalui pintu dapur bersama aroma yang segar, rambut lebih basah juga tampaknya seperti itu telah dikeramas. Aku menyelidiki setiap sisi tubuhnya yang masih terbungkus kimono biru muda tipis melakukan sedikit melamun, kemudian berbagi dengan bebas mata saya menyaksikan puncak payudaranya karena ia tidak menggunakan Bra.
Tidak Dengan menyadari, antara yg diinginkan jantung berdetak sejak mulai keras dan cepat, juga kedewasaan saya telah dimulai sejak diperketat. Bersama pertandingan lambat dia duduk di sebelah saya, dan pergi menonton terjadinya suatu BF film.
“Saucy-lucu pula yang memainkan …” hasil dia memberi komentarnya.
“Dari saat Mas Dio dimulai sejak film beginian …? Tanyanya.
“Sudah dari Tante …” kataku.
“Co-bintang serta dingin dan tidak kasar. Dio Mas sudah tahu itu belum …? Tanyanya lagi.
“Ya Tante belum. Tapi teman-teman saya mengatakan buruk pula. Emang kenapa Tante, ingin mengajariku dengan baik? Jika ya mungkin juga sih”, kataku.
“Ah Mas Dio benar-benar nakal baik sekarang,” katanya sambil mencubit lenganku.
“Tapi begitu-begitu kemudian Tante mengajar sehingga Anda tahu itu”, tambahnya bersama, melirik saya dengan agak menantang.
Belum lama, tiba-tiba Tante titik menyandarkan kepala di bahu saya. Segera saya langsung kaget dan bingung karena tidak punya kesempatan sama sekali untuk melakukan tindakan itu. Tapi aku hanya bisa hanya menyerah dengan pengobatan.
Tante tangan sebentar menunjuk seterusnya sejak mulai menggosok daerah saya sekitar dada dan perut (karena lagi-lagi saya tidak mengambil keuntungan dari kemeja pada saat itu).
Rangsangan timbul pada usapannya lulus membuat saya gugup karena ini adalah pertama kalinya saya diperlakukan oleh seorang wanita, semakin wanita itu tidak lain adalah titik Ms. Kedewasaan telah dimulai sejak semakin berdenyut siap untuk melawan.
Titik awal dan seterusnya Tante sejak mencium leher saya, yang digunakan untuk pergi ke dadaku. Di daerah dada, dia menjilat ujung dadaku, dengan cara bergantian kanan dan kiri. Tante titik tangan kanan dan telah dimulai sejak masuk ke dalam celana saya, dan sejak awal menggosok kejantanannya.
Karena kondisi yang sudah sangat bersemangat, aku memberanikan diri dari awal bahwa ia menciptakan penggunaan kimono terhubung.
Aku meremas payudaranya, dan aku pilin-pilin ujung payudara yang coklat dan sangat sensitif, kadang-kadang saya dan digosok dengan ujung jari saya. “Ssshhh … ya ada sayang …” katanya lirih. “Sssshhh … ooohhh …”
Tiba-tiba ia terpaksa off celana pendek, dan mengusap kejantananku. Hasil bibir kita bersama-sama berpagutan mulut saling penuh nafsu yang sangat, sangat panas. Dan ia telah sejak mulai menjulurkan lidah mereka di mulut saya.
Saat berciuman tanganku sejak mulai gerilya melawan permukaan ke celana dalamnya, yang tampaknya sejak mulai menghangatkan dan agak lembab. Aku melepaskan celana Tante titik, maka kita berdua begitu telanjang.
Aku menaruh jari saya di permukaan ujung atas ayam. Dia tampak sedikit terkejut ketika jari-jari saya merasa sekitar di daerah sekitar klitorisnya.
Seiring waktu saya memasukkan jari, pertama jari-2 dan selanjutnya, saya menambahkan satu jari lebih tiga sampai liang di kemaluannya. “Aaahhh … ssshhh … ooohhh … masih mencintai … terus ….” titik Bibi Bisik.
waktu saya terkait dengan lubang terakhir, tubuhnya tampak gemetar sedikit. “Ya … konsisten sayang … terus … aaahhh … ssshhh … ooohhh … aaahhh … terus … segera … teruusss … ooohhh … aaahhh … aaarrgghhh … “kata Ms titik.
Seketika itu dia memelukku sangat erat bersama-sama saat dia menciumku keras. Saya merasa bahwa tubuhnya agak bergetar (yang kemudian saya tahu bahwa dia sedang mengalami orgasme). Jadi Banyak saat tubuhnya mengejang-ngejang menggelepar dengan tempa. Yang berakhir dengan terkulai tubuh Tante Titik yang tampak begitu lelah di sofa.
“Bibi saya ketika, saya harus …?” Rujukku.
“Nanti kemudian yah sayang, tunggu … biarkan Tante dikala Untuk hanya sedikit istirahat,” kata Ms titik.
Tetapi karena sudah sangat, sangat gembira, kuusap mengusap kemaluannya bibir mengenai klitorisnya, aku akan mendekati yang menantang payudaranya saat dia kujilati ujungnya, yang hanya sesekali meremas payudara.
Begitu rupanya Tante titik dan tidak tahan menerima rangsangan paksaan saya lakukan kepadanya. Kemudian nada suara erangan sesekali dan mendesis dari mulutnya yang seksi.
Aku menggosok-gosok kedewasaan yang telah begitu sangat, sangat tegang di bibir atas ayam berikutnya. Lalu ia dipandu lebih lanjut sepanjang batang kemaluanku dipaksa menuju pit ayam. Perlahan aku dorong kedewasaan saya untuk memasuki keseluruhan.
Kepala kedewasaan sejak awal menyentuh bibir perempuan Tante titik. “Ssshhh …” rasanya benar-benar tidak bisa membayangkan di awal awal. Tante titik pertama sejak mulai menceritakan Untuk memasuki kedewasaan untuk liang perempuan lebih dalam dan perlahan-lahan.
“Aaahhh …” Aku baru saja memasuki kepalanya hanya tidak tahan, Tante titik pertama sejak mulai menarik pantatku ke bawah, biarkan ini batang kejantanan perkasa yang bisa masuk lebih dalam. Bidang dalam feminin telah terasa agak licin dan basah, tapi masih agak lamban, mungkin karena ada telah lama digunakan.
Tapi Tante titik masih memaksa masuk. “Aaagghhh …” rasanya benar-benar luar biasa meskipun kedewasaan sakit sedikit, tapi sukacita yang luar biasa. Pertama terdengar nada erangan Tante titik.
Tante pertama titik awal untuk menghasilkan pangkal paha sejak mengatakan kepada saya di kewanitaannya, yang membuat saya lebih marah. Dia sendiri juga mengerang mengerang dan mendesah enak. Jadi Banyak menit kami sehingga mendapatkan waktu, seperti ada sesuatu yang membuat liang perempuan tumbuh licin, dan semakin lama titik Tante tampak seperti sesuatu yang sedang memegang menjerit dan mengerang membuat bersama-sama tak terkendali karena tidak berdaya untuk membantu.
Dan tiba-tiba selangkangan saya merasa seperti disedot oleh betina liang Tante titik, yang tiba-tiba dinding kewanitaannya terasa seperti mencubit tegas sekali. Aduuuh … jika ini adalah semakin aku tidak tahan dan … “Aaarrggghhh … sayaang … Tante keluar lagiii …” ia berteriak keras, dan semakin basahlah di kewanitaan Tante titik, tubuhnya menegang kuat shock, ia memang sedang menggelinjang hebat, menciptakan gerakan yang semakin tak karuan. Dan hasil Tante Titik terkulai lemas, tapi tetap kedewasaan konsisten menempel dengan kuat.
Saya mencoba untuk membuat dia terangsang kembali karena saya tidak ada. tangan kanan saya, meremas payudaranya yang benar, sambil sesekali ujung kupilin-terdampar dan lap-gosok sepanjang ujung jari telunjuk saya.
Kuhisap payudara kiri saat sedang menyapu di sepanjang ujung lidah saya. Tiba-tiba, seperti ada sesuatu yang luar dan terasa hambar dari ujung payudaranya, yang jelas susu. “Shh … ssst …” mendesah Tante Titik sudah dimulai sejak terdengar lagi.
Aku bertanya untuk posisi perubahan dengan gaya doggy. Pada awalnya ia menolak dengan argumen tidak memiliki hubungan seksual dengan gaya itu, setelah saya memberitahu alasannya, hasilnya ia inginkan dan bersama-sama dengan pemberitahuan bahwa saya tidak memasukkan air maniku ke dalam liang perempuan.
Bagi saya mencoba kedewasaan saya dorong ke dalam liang perempuan, perlahan tapi pasti. kepala Tante Titik sedikit untuk melihat ke belakang dan matanya menyaksikan dengan mata berkaca-kaca, bibir bawahnya sementara ia dibuat untuk menahan rasa sakit yang timbul.
Sedikit demi sedikit saya mencoba untuk menekan Untuk lebih dalam. Tampaknya telah menelan semua maskulinitas saya di feminitas Tante titik, saya pertama sejak kedewasaan saya mulai bergerak perlahan-lahan, mencengkeram nya bulat pantat buah. Bersama-sama dengan gaya seperti ini, mendesah dan erangan keras, tidak seperti gaya konvensional tadi.
Saya secara konsisten memindahkan sendi panggul tangan kanan saya yang sekarang meremas payudaranya, sementara tangan kiri kupergunakan membuat rambut menarik yang tampak lebih merangsang dan seksi. “Ssshhh … aaarrgghhh … ooohh … konsisten sayaaang … terus … aaarrrggghhh … ooohhh …” Tante titik tetap merintih.
Jadi Banyak menit berlalu, sehingga Ms titik bisa merasakan orgasme lagi mengerang bersama-sama begitu keras bahwa tubuhnya mengejang-ngejang bersama-sama sangat, sangat besar, dan tangannya pegang bantal sofa dengan sangat erat.

Jadi Banyak detik kemudian lapangan sebelum dia jatuh merosot menempel sofa sambil konsisten mendukung lututnya sehingga pantatnya masih di atas. Dan saya merasa kedewasaan saya dimulai sejak berdenyut dan saya mengatakan kepadanya bahwa, tapi dia tidak menjawab sepatah kata pun juga. Yang keluar dari mulutnya hanya mendesah dan erangan mungil, jadi saya tidak berakhir menggerakkan pinggul saya konsisten. Aku merasa diriku sedikit mengejang seperti sesuatu yang terjebak, tampaknya seluruh tulang dapat dipisahkan dari tubuh saya, tangan saya menggenggam buah dengan pantat ketat Tante titik, yang diikuti oleh maniku debit di liang kewanitaan Tante titik.

Tante titik mata tampak agak terbelalak ketika cairan merasakan yang memenuhi di bidang kewanitaan. Tak lama setelah itu saya runtuh pada tubuhnya, tubuh saya sangat lemah sekali. Setelah kami berdua merasa agak tenang, aku melepaskan kejantananku dari liang milik mendukung Ms titik. Titik Tante dengan agak enggan berbalik dan duduk di sampingku, menatap tajam mata dengan mulut mulut sedikit terbuka, sedangkan tangan kanannya menutupi permukaan kemaluannya.

“Bagaimana dikeluarin sih istana di Dio Mas …? Tanyanya nada bertengger bergetar bersama-sama.
“Sebelumnya Anda telah saya katakan kepada Tante, jika saya memiliki berdenyut, tapi Tante membantu untuk menjawab tidak sama sekali …” kataku membela diri.
“Yeah merasa benar jika itu ingin keluar …” katanya.
“Saya tahu perasaan di mana dia ingin keluar … itu bahwa perdana Bagi saya. Menjadi Aku tidak tahu itu …” jawabku.
“Lalu kemudian, jika itu menjadi apa?” Katanya lagi.
“Tante Ngggaakk tahu …” kataku dengan nada yang agak terbata-bata karena takut dengan efek tersebut.
“Oh well … tapi lain kali jika telah diperbaiki dan kayak sebelum dan segera buru-buru dicabut dan dikeluarkan di luar itu …?” Dia mengatakan menenangkan diri yang tampaknya takut.
“Aku … iiya Tante …” kataku, melihat ke bawah.

Tante titik pertama berdiri untuk video dan televisi yang masih menyala, dan mematikannya. Selanjutnya, mengulurkan tangannya, meminta saya untuk pindah ke kamar untuk tidur. Sebagai hasilnya, kami tertidur sampai pagi sambil berdekapan satu sama lain dalam keadaan tanpa busana polos pula. Itulah awal dari perbuatan saya dengan Tante Point. Ketika hampir 2 thn Tante titik saya tidak memberikan sedikit pelajaran dan kenikmatan yg amat panas yang fantastis. Kadang-kadang ketika Tante titik yang sangat ingin, aku selalu siap melayani, kecuali ketika kondisi saya tidak cocok atau ada kepentingan keluarga atau sekolah.

Dan ketika mulutku ingin, Tante titik mengejutkan tidak keberatan untuk melayani saya, bahkan ia tampak sangat suka. Saya sering diundang untuk meninggalkan Untuk melaksanakan kebugaran atau olahraga atau hanya berjalan atau ngerumpi dengan teman-temannya. Hasilnya adalah saya hanya tahu kapan Tante titik sebenarnya sangat haus seks akan, dia adalah bahwa jenis kelamin perempuan agak mendewakan. Dan dia bisa membawa apa-apa untuk seks. Tapi sebenarnya dia tidak begitu kuat dalam hubungan seksual, maka ia mampu berulang kali mengeluarkan kali cair dan banyak, dan tubuhnya jatuh lunglai.

Lihat Juga :  Cerita Bokep Perawan Bidan Cantik Buaaangeeet

Tamat

CERITA DEWASA Ngentot Tante Girang Tetangga

$
0
0

CERITA DEWASA Ngentot Tante Girang Tetangga – Cerita SEX HOT Ngentot Tante Girang Tetangga, Cerita SEX HOT Ngentot Tante Girang Tetangga, Cerita ngentot Kebanyakan orang dewasa tentu tahu arti ngentot, tapi bocah! Nah ada cerita lucu nih tentang anak kecil masih umur 7 tahun tanya apa itu ngentot ke tantenya. Udah nafsu ingin tahu apa yang terjadi, silahkan saja simak cerita dibawah ini.

Alkisah ada seorang anak bernama Anu umur 6-9 tahun sedang asik buka-buka internet, ketika sedang facebook-an. Singkat cerita Salah satu teman facebooknya update status yang isinya gini “Cih tadi malem ane nggak bisa ngentot“, Si anu yang penasaran kemudian mereply status tersebut dengan lugu dan polosnya bertanya “apa itu ngentot kk“..

Dan dijawab si pemilik status dengan judesnya “Tanya aja sama tante loe..

Lalu si anu bertanya dengan polos kembali “Kenapa harus tanya ke tante saya emang apa hubungannya kk”. Si pemilik status dengan jengkelnya “Ya! Karena dia orang dewasa gitu loh“. Si anu menjawab “berarti kk nggak dewasa deh“, si pemilik status “No Comment“..

Sebenarnya si anu ingin tanya lebih lanjut… tapi keburu biling warnet udah mendekati dana yang tidak bisa ditolerir oleh kantongnya. Ya udah terpaksa pulang kerumah, nah cerita berlanjut di situ.

Cerita Dewasa. Kemudian si Anu mencari-cari dimana Ibunya berada, “Mama kamu di mana “..

Ibu : Sedang cuci nak

Singkat cerita si anak ke belakang untuk bertemu dengan ibunya yang sudah dewasa

Anu : Bu, tante ke mana, Anu ada sebuah Ganjalan Hati yang ingin Anu keluarkan untuk di jawab ama Tante. (busyet masih kecil bisa aja berpuisi)

Ibu : Tante… Ya ampun nak,!! Ibu sama bapak itu anak tanggal semua, jadi ya nggak punya Tante

Anu : (terbengong tanpa berkata apa-apa kecuali dalam hatinya)… Busyet jadi gue nggak bisa tahu apa arti ngentot itu donk!!!

Akhir cerita si anu gagal mengetahui arti ngentot yang sebenarnya, Dengan alasan yang tidak terduga sama sekali yaitu karena dia tidak mempunyai Tante.

Bertahun-tahun kemudian arti kata ngentot masih tidur dalam pikirannya. Saat ini anu sudah beranjak dewasa. Dan sampai detik ini dia masih kepikiran tentang apakah itu ngentot. Akhirnya dia menulis sebuah “Puisi” yang memiliki cerita ngentot yang berakhir karena tidak punya tante.

Seandainya dalam cerita itu si anu memiliki tante tentu sekarang dia sudah tahu apa itu ngentot, seadainya kakeknya mau membuat satu lagi anak perempuan, pasti sekarang dia tahu apa itu ngentot, Tapi ya sudahlah apa yang terjadi biarkan terjadi dan biarkan seperti air yang selalu mengalir ke lautan..

Kesimpulan…

Jika kamu tidak tahu arti sebuah kata pergilah ke perpustakaan dan carilah BUKU BESAR BAHASA INDONESIA. dan cari kata ngentot disana. Kalau perpustakaan kamu tidak memilikinya, silahkan pinjam ke tante kamu!!
Cerita ngentot Tante Bag II

Alkisah seorang bapak sedang membaca cerita dewasa di internet, karena bapak itu adalah orang alim (sampai dia membuka internet) dia tidak begitu mengerti berbagai istilah dalam dunia maya. Salah satu dari sekian banyak cerita itu menggunakan kata ngentot, tentu si bapak ingin tahu apa itu artinya. Supaya bisa meresapi seluruh cerita dengan seksama!

Akhirnya si bapak dengan penuh nafsu bertanya kepada tante yang sedang jaga warnet, Maaf mbak ngentot itu apa !? Si Tante agak kaget mendapat pertanyaan aneh itu. Dengan berlagak sopan si tante cuman jawab “Mohon maaf pak saya tidak tahu“. Padahal waktu itu si tante juga sedang baca cerita dewasa di monitornya.

Lho itu di monitor mbak ada cerita dewasa ngentot yang juga saya baca!?

Si tante yang kebingugan pun menjawab “Itu namanya virus…”

Oooh si bapak cuman berbisik dalam hati ‘Oh ngentot itu virus toh…”
Cerita yang wajib dibaca

Salah satu dari sekian banyak cerita dewasa dan menggunakan kata-kata nafsu seperti ngentot banyak bertebaran di internet. Membuat banyak orang bingung dengan berbagai istilah baru terutama bagi orang yang merasa alim sok suci. Apakah 100% cerita itu benar, ya tentu saja bohong!!!

Ada lho cerita ngentot yang benar-benar lucu seperti 2 cerita diatas yang mengisahkan petualangan si anu dan bapak dalam mencari tahu arti kata ngentot.

Bagi pembaca yang tidak tahu arti ngentot berarti ada dua kemungkinan

* Pembaca masih belum dewasa
* Pembaca adalah orang alim sok suci

Jika pingin tahu arti ngentot, silahkan pakai dua cara ini untuk mengetahuinya

* Tanyakan tante kamu yang sudah berusia dewasa
* Tanyakan penjaga warnet kamu

Setelah itu yang jadi pertanyaan apakah kamu akan senasib dengan 2 cerita diatas  he he
Puisi tentang Ngentot

Tiada cerita yang tamat seperti bumi yang berputar

Ada dewasa dalam umur untuk memahami

Untuk sesulit memahami ngentot

Tidak perlu pakai nafsu untuk bertanya sesuatu yang tidak dewasa

Tapi bertanyalah kepada sebuah nama dalam cerita

Tanyakan apa itu ngentot kepada Tante

Jika tante kamu tidak tahu apa itu ngentot, pergilah ke warnet dan tanya penjaga warnet apa itu artinya ngentot. Dan buatlah cerita lucu jika apa yang kamu alami setelah bertanya itu lucu. Dan buatlah puisi jika kamu seorang penjaga.

Salah satu cerita yang paling lucu dalam soal ngentot adalah jika ada seorang yang membaca cerita yang salah tentang arti dewasa. Semuanya gratis jika kita berbicara tentang tante…
Cerita ngentot yang paling nggak lucu

Ada seorang sersan yang bertanya kepada anak buahnya.  Kamu tahu arti ngentot. Si anak buah cuman menjawab saya nggak tahu pak. Kemudian si sersan dengan marahnya berkaya “tanya aja sama tante kamu”. Si anak buah menjawab ‘Saya nggak punya tante pak”. Si sersan pun marah-marah dan memanggil nenek si anak buah…

Nek, kenapa anda tidak melahirkan anak perempuan supaya anak buah saya punya tante dan dia bisa bertanya tentang ngentot. Si nenek pun hanya terdiam. Si sersan yang marah akhirnya memenjarakan si nenek dengan tuduhan “GAGAL dalam membuat tante”.

Komnas HAM yang mendengar cerita tentang nenek yang dipenjara karena gagal membuatkan Tante untuk cucunya pun tidak tinggal diam. Si sersan akhirnya dilaporkan kepada atasannya dan dipecat. Si anak buah akhirnya dipromosikan sebagai sersan dan menggantikan sersan itu untuk bertanya kepada anakbuahnya

Tentang arti ngentot….

Eh ternyata si sersan yang dipecat itu adalah si Anu (baca cerita diatas) yang masih kepikiran tentang arti ngentot. Sejak si ibu memberitahu bahwa dia tidak punya tante. Si anu pun menyalahkan kakek-neneknya yang tidak mau membuatkan tante. Dan akhirnya setiap kali melihat orang berwajah tua bawaannya marah melulu.

Lihat Juga :  Cerita Dewasa | Tante Semok Lagi Ngentot

Tamat

Cerita Mesum Terbaru Perawat Maksa Ngentot Pasien

$
0
0

Cerita Mesum Terbaru Perawat Maksa Ngentot Pasien – Hari ini adalah hari pertamaku tinggal di kota Bandung. Karena tugas kantorku, aku terpaksa tinggal di Bandung selama 5 hari dan weekend di Jakarta. Di kota kembang ini, aku menyewa kamar di rumah temanku. Menurutnya, rumah itu hanya ditinggali oleh Ayahnya yang sudah pikun, seorang perawat, dan seorang pembantu. “Rumah yang asri” gumamku dalam hati. Halaman yang hijau, penuh tanaman dan bunga yang segar dikombinasikan dengan kolam ikan berbentuk oval. Aku mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali sampai pintu dibukakan. Sesosok tubuh semampai berbaju serba putih menyambutku dengan senyum manisnya. “Pak Rafi ya..”. “Ya.., saya temannya Mas Anto yang akan menyewa kamar di sini.

Lho, kamu kan pernah kerja di tetanggaku?”, jawabku surprise. Perawat ini memang pernah bekerja pada tetanggaku di Bintaro sebagai baby sitter. “Iya…, saya dulu pengasuhnya Aurelia. Saya keluar dari sana karena ada rencana untuk kimpoi lagi. Saya kan dulu janda pak.., tapi mungkin belum jodo.., ee dianya pergi sama orang lain.., ya sudah, akhirnya saya kerja di sini..”, Mataku memandangi sekujur tubuhnya. Tati (nama si perawat itu) secara fisik memang tidak pantas menjadi seorang perawat. Kulitnya putih mulus, wajahnya manis, rambutnya hitam sebahu, buah dadanya sedang menantang, dan kakinya panjang semampai. Kedua matanya yang bundar memandang langsung mataku, seakan ingin mengatakan sesuatu. Aku tergagap dan berkata, “Ee.., Mbak Tati, Bapak ada?”. “Bapak sedang tidur. Tapi Mas Anto sudah nitip sama saya.

Mari saya antarkan ke kamar..”. Tati menunjukkan kamar yang sudah disediakan untukku. Kamar yang luas, ber-AC, tempat tidur besar, kamar mandi sendiri, dan sebuah meja kerja. Aku meletakkan koporku di lantai sambil melihat berkeliling, sementara Tati merunduk merapikan sprei ranjangku. Tanpa sengaja aku melirik Tati yang sedang menunduk. Dari balik baju putihnya yang kebetulan berdada rendah, terlihat dua buah dadanya yang ranum bergayut di hadapanku. Ujung buah dada yang berwarna putih itu ditutup oleh BH berwarna pink. Darahku terkesiap. Ahh…, perawat cantik, janda, di rumah yang relatif kosong.Sadar melihat aku terkesima akan keelokan buah dadanya, dengan tersipu-sipu Tati menghalangi pemandangan indah itu dengan tangannya. “Semuanya sudah beres Pak…, silakan beristirahat..”. “Ee…, ya.., terima kasih”, jawabku seperti baru saja terlepas dari lamunan panjang. Sore itu aku berkenalan dengan ayah Anto yang sudah pikun itu.

Ia tinggal sendiri di rumah itu setelah ditinggalkan oleh istrinya 5 tahun yang lalu. Selama beramah-tamah dengan sang Bapak, mataku tak lepas memandangi Tati. Sore itu ia menggunakan daster tipis yang dikombinasikan dengan celana kulot yang juga tipis. Buah dadanya nampak semakin menyembul dengan dandanan seperti itu. Di rumah itu ada seorang pembantu berumur sekitar 17 tahun. Mukanya manis, walaupun tidak secantik Tati. Badannya bongsor dan motok. Ani namanya. Ia yang sehari-hari menyediakan makan untukku. Hari demi hari berlalu. Karena kepiawaianku dalam bergaul, aku sudah sangat akrab dengan orang-orang di rumah itu. Bahkan Ani sudah biasa mengurutku dan Tati sudah berani untuk ngobrol di kamarku. Bagi janda muda itu, aku sudah merupakan tempat mencurahkan isi hatinya. Begitu mudah keakraban itu terjadi hingga kadang-kadang Tati merasa tidak perlu mengetuk pintu sebelum masuk ke kamarku. Sampai suatu malam, ketika itu hujan turun dengan lebatnya. Aku, karena sedang suntuk memasang VCD porno kesukaanku di laptopku. Tengah asyik-asyiknya aku menonton tanpa sadar aku menoleh ke arah pintu, astaga…, Tati tengah berdiri di sana sambil juga ikut menonton. Rupanya aku lupa menutup pintu, dan ia tertarik akan suara-suara erotis yang dikeluarkan oleh film produksi Vivid interactive itu. Ketika sadar bahwa aku mengetahui kehadirannya, Tati tersipu dan berlari ke luar kamar.

“Mbak Tati..”, panggilku seraya mengejarnya ke luar. Kuraih tangannya dan kutarik kembali ke kamarku. “Mbak Tati…, mau nonton bareng? Ngga apa-apa kok..”. “Ah, ngga Pak…, malu aku..”, katanya sambil melengos. “Lho.., kok malu.., kayak sama siapa saja.., kamu itu.., wong kamu sudah cerita banyak tentang diri kamu dan keluarga.., dari yang jelek sampai yang bagus.., masak masih ngomong malu sama aku?”, Kataku seraya menariknya ke arah ranjangku. “Yuk kita nonton bareng yuk..”, Aku mendudukkan Tati di ranjangku dan pintu kamarku kukunci. Dengan santai aku duduk di samping Tati sambil mengeraskan suara laptopku. Adegan-adegan erotis yang diperlihatkan ke 2 bintang porno itu memang menakjubkan. Mereka bergumul dengan buas dan saling menghisap. Aku melirik Tati yang sedari tadi takjub memandangi adegan-adegan panas tersebut. Terlihat ia berkali-kali menelan ludah. Nafasnya mulai memburu, dan buah dadanya terlihat naik turun.

Aku memberanikan diri untuk memegang tangannya yang putih mulus itu. Tati tampak sedikit kaget, namun ia membiarkan tanganku membelai telapak tangannya. Terasa benar bahwa telapak tangan Tati basah oleh keringat. Aku membelai-belai tangannya seraya perlahan-lahan mulai mengusap pergelangan tangannya dan terus merayap ke arah ketiaknya. Tati nampak pasrah saja ketika aku memberanikan diri melingkarkan tanganku ke bahunya sambil membelai mesra bahunya. Namun ia belum berani untuk menatap mataku. Sambil memeluk bahunya, tangan kananku kumasukkan ke dalam daster melalui lubang lehernya. Tanganku mulai merasakan montoknya pangkal buah dada Tati. Kubelai-belai seraya sesekali kutekan daging empuk yang menggunung di dada bagian kanannya. Ketika kulihat tak ada reaksi dari Tati, secepat kilat kusisipkan tangganku ke dalam BH-nya…, kuangkat cup BH-nya dan kugenggam buah dada ranum si janda muda itu.

“Ohh.., Pak…, jangan..”, Bisiknya dengan serak seraya menoleh ke arahku dan mencoba menolak dengan menahan pergelangan tangan kananku dengan tangannya. “Sshh…, ngga apa-apa Mbak…, ngga apa-apa..”. “Nanti ketauanhh..”. “Nggaa…, jangan takut..”, Kataku seraya dengan sigap memegang ujung puting buah dada Tati dengan ibu jari dan telunjukku, lalu kupelintir-pelintir ke kiri dan kanan. “Ooh.., hh.., Pak.., Ouh.., jj.., jjanganhh.., ouh..”, Tati mulai merintih-rintih sambil memejamkan matanya. Pegangan tangannya mulai mengendor di pergelangan tanganku. Saat itu juga, kusambar bibirnya yang sedari tadi sudah terbuka karena merintih-rintih. “Ouhh.., mmff.., cuphh.., mpffhh..”, Dengan nafas tersengal-sengal Tati mulai membalas ciumanku. Kucoba mengulum lidahnya yang mungil, ketika kurasakan ia mulai membalas sedotanku. Bahkan ia kini mencoba menyedot lidahku ke dalam mulutnya seakan ingin menelannya bulat-bulat.

Tangannya kini sudah tidak menahan pergelanganku lagi, namun kedua-duanya sudah melingkari leherku. Malahan tangan kanannya digunakannya untuk menekan belakang kepalaku sehingga ciuman kami berdua semakin lengket dan bergairah. Momentum ini tak kusia-siakan. Sementara Tati melingkarkan kedua tangannya di leherku, akupun melingkarkan kedua tanganku di pinggangnya. Aku melepaskan bibirku dari kulumannya, dan aku mulai menciumi leher putih Tati dengan buas. “aahh..Ouhh..” Tati menggelinjang kegelian dan tanganku mulai menyingkap daster di bagian pinggangnya. Kedua tanganku merayap cepat ke arah tali BH-nya dan, “tasss..” terlepaslah BH-nya dan dengan sigap kualihkan kedua tanganku ke dadanya. Saat itulah lurasakan betapa kencang dan ketatnya kedua buah dada Tati. Kenikmatan meremas-remas dan mempermainkan putingnya itu terasa betul sampai ke ujung sarafku. Penisku yang sedari tadi sudah menegang terasa semakin tegang dan keras.

Rintihan-rintihan Tati mulai berubah menjadi jeritan-jeritan kecil terutama saat kuremas buah dadanya dengan keras. Tati sekarang lebih mengambil inisiatif. Dengan nafasnya yang sudah sangat terengah-engah, ia mulai menciumi leher dan mukaku. Ia bahkan mulai berani menjilati dan menggigit daun telingaku ketika tangan kananku mulai merayap ke arah selangkangannya. Dengan cepat aku menyelipkan jari-jariku ke dalam kulotnya melalui perut, langsung ke dalam celana dalamnya. Walaupun kami berdua masih dalam keadaan duduk berpelukan di atas ranjang, posisi paha Tati saat itu sudah dalam keadaan mengangkang seakan memberi jalan bagi jari-jemariku untuk secepatnya mempermainkan kemaluannya.

Hujan semakin deras saja mengguyur kota Bandung. Sesekali terdengar suara guntur bersahutan. Namun cuaca dingin tersebut sama sekali tidak mengurangi gairah kami berdua di saat itu. Gairah seorang lajang yang memiliki libido yang sangat tinggi dan seorang janda muda yang sudah lama sekali tidak menikmati sentuhan lelaki. Tati mengeratkan pelukannya di leherku ketika jemariku menyentuh bulu-bulu lebat di ujung vaginanya. Ia menghentikan ciumannya di kupingku dan terdiam sambil terus memejamkan matanya. Tubuhnya terasa menegang ketika jari tengahku mulai menyentuh vaginanya yang sudah terasa basah dan berlendir itu. Aku mulai mempermainkan vagina itu dan membelainya ke atas dan ke bawah. “Ouuhh Pak.., ouhh.., aahh.., g..g.ggelliiihh…”. Tati sudah tidak bisa berkata-kata lagi selain merintih penuh nafsu ketika clitorisnya kutemukan dan kupermainkan. Seluruh badan Tati bergetar dan bergelinjang. Ia nampak sudah tak dapat mengendalikan dirinya lagi.

Jeritan-jeritannya mulai terdengar keras. Sempat juga aku kawatir dibuatnya. Jangan-jangan seisi rumah mendengar apa yang tengah kami lakukan. Namun kerasnya suara hujan dan geledek di luar rumah menenangkanku. Benda kecil sebesar kacang itu terasa nikmat di ujung jari tengahku ketika aku memutar-mutarnya. Sambil mempermainkan clitorisnya, aku mulai menundukkan kepalaku dan menciumi buah dadanya yang masih tertutupi oleh daster. Seolah mengerti, Tati menyingkapkan dasternya ke atas, sehingga dengan jelas aku bisa melihat buah dadanya yang ranum, kenyal dan berwarna putih mulus itu bergantung di hadapanku. Karena nafsuku sudah memuncak, dengan buas kusedot dan kuhisap buah dada yang berputing merah jambu itu. Putingnya terasa keras di dalam mulutku menandakan nafsu janda muda itupun sudah sampai di puncak. Tati mulai menjerit-jerit tidak karuan sambil menjambak rambutku. Sejenak kuhentikan hisapanku dan bertanya, “Enak Mbak?”.

Sebagai jawabannya, Tati membenamkan kembali kepalaku ke dalam ranumnya buah dadanya. Jari tengahku yang masih mempermainkan clitorisnya kini kuarahkan ke lubang vagina Tati yang sudah menganga karena basah dan posisi pahanya yang mengangkang. Dengan pelan tapi pasti kubenamkan jari tengahku itu ke dalamnya dan, “Auuhh.., P.Paak.., hh”. Tati menjerit dan menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang. “Terrusshh.., auhh..”. Kugerakkan jariku keluar masuk di vaginanya dan Tati menggoyangkan pingggulnya mengikuti irama keluar masuknya jemariku itu. Aku menghentikan ciumanku di buah dada Tati dan mulai mengecup bibir ranum janda itu. Matanya tak lagi terpejam, tapi memandang sayu ke mataku seakan berharap kenikmatan yang ia rasakan ini jangan pernah berakhir. Tangan kiriku yang masih bebas, membimbing tangan kanan Tati ke balik celana pendekku. Ketika tangannya menyentuh penisku yang sudah sangat keras dan besar itu, terlihat ia agak terbelalak karena belum pernah melihat bentuk yang panjang dan besar seperti itu.

Tati meremas penisku dan mulai mengocoknya naik turun naik turun.., kocokan yang nikmat yang membuatku tanpa sadar melenguh, “Ahh.., Mbaak.., enaknya.., terusin..”. Saat itu kami berdua berada pada puncaknya nafsu. Aku yakin bahwa Mbak Tati sudah ingin secepatnya memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Ia tidak mengatakannya secara langsung, namun dari tingkahnya menarik penisku dan mendekatkannya ke vaginanya sudah merupakan pertanda. Namun, di detik-detik yang paling menggairahkan itu terdegar suara si Bapak tua berteriak, “Tatiii…, Tatiii..”. Kami berdua tersentak. Kukeluarkan jemariku dari vaginanya, Tati melepaskan kocokannya dan ia membenahi pakaian dan rambutnya yang berantakan. Sambil mengancingkan kembali BH-nya ia keluar dari kamarku menuju kamar Bapak tua itu. Sialan!, kepalaku terasa pening.

Begitulah penyakitku kalau libidoku tak tersalurkan. Beberapa saat lamanya aku menanti siapa tahu janda muda itu akan kembali ke kamarku. Tapi nampaknya ia sibuk mengurus orang tua pikun itu, sampai aku tertidur. Entah berapa lama aku terlelap, tiba-tiba aku merasa napasku sesak. Dadaku serasa tertindih suatu beban yang berat. Aku terbangun dan membuka mataku. Aku terbelalak, karena tampak sesosok tubuh putih mulus telanjang bulat menindih tubuhku. “Mbak Tati?”, Tanyaku tergagap karena masih mengagumi keindahan tubuh mulus yang berada di atas tubuhku. Lekukan pinggulnya terlihat landai, dan perutnya terasa masih kencang. Buah dadanya yang lancip dan montok itu menindih dadaku yang masih terbalut piyama itu. Seketika, rasa kantukku hilang.

Mbak Tati tersenyum simpul ketika tangannya memegang celanaku dan merasakan betapa penisku sudah kembali menegang. “Kita tuntaskan ya Mbak?”, Kataku sambil menyambut kuluman lidahnya. Sambil dalam posisi tertindih aku menanggalkan seluruh baju dan celanaku. Kegairahan yang sempat terputus itu, mendadak kembali lagi dan terasa bahkan lebih menggila. Kami berdua yang sudah dalam keadaan bugil saling meraba, meremas, mencium, merintih dengan keganasan yang luar biasa. Mbak Tati sudah tidak malu-malu lagi menggoyangkan pinggulnya di atas penisku sehingga bergesekan dengan vaginanya. Tidak lebih dari 5 menit, aku merasakan bahwa nafsu syahwat kami sudah kembali berada dipuncak. Aku tak ingin kehilangan momen lagi. Kubalikkan tubuh Tati, dan kutindih sehingga keempukan buah dadanya terasa benar menempel di dadaku. Perutku menggesek nikmat perutnya yang kencang, dan penisku yang sudah sangat menegang itu bergesekan dengan vaginanya.

“Mbak.., buka kakinya.., sekarang kamu akan merasakan sorganya dunia Mbak..”, bisikku sambil mengangkangkan kedua pahanya. Sambil tersengal-sengal Tati membuka pahanya selebar-lebarnya. Ia tersenyum manis dengan mata sayunya yang penuh harap itu. “Ayo Pak.., masukkan sekarang…”, Aku menempelkan kepala penisku yang besar itu di mulut vagina Tati. Perlahan-lahan aku memasukkannya ke dalam, semakin dalam, semakin dalam dan, “aa.., Aooohh.., paakh….., aahh..”, rintihnya sambil membelalakkan matanya ketika hampir seluruh penisku kubenamkan ke dalam vaginanya. Setelah itu, “Blesss…”, dengan sentakan yang kuat kubenamkan habis penisku diiringi jeritan erotisnya, “Ahh.., besarnyah.., ennnakk ppaak..”.

Aku mulai memompakan penisku keluar masuk, keluar masuk. Gerakanku makin cepat dan cepat. Semakin cepat gerakanku, semakin keras jeritan Tati terdengar di kamarku. Pinggul janda muda itu pun berputar-putar dengan cepat mengikuti irama pompaanku. Kadang-kadang pinggulnya sampai terangkat-angkat untuk mengimbangi kecepatan naik turunnya pinggulku. Buah dadanya yang terlihat bulat dalam keadaan berbaring itu bergetar dan bergoyang ke sana ke mari. Sungguh menggairahkan! Tiba-tiba aku merasakan pelukannya semakin mengeras. Terasa kuku-kukunya menancap di punggungku. Otot-ototnya mulai menegang. Nafas perempuan itu juga semakin cepat. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, mulutnya terbuka, matanya terpejam,dan alisnya merengut “aahh..”. Tati menjerit panjang seraya menjambak rambutku, dan penisku yang masih bergerak masuk keluar itu terasa disiram oleh suatu cairan hangat.

Dari wajahnya yang menyeringai, tampak janda muda itu tengah menghayati orgasmenya yang mungkin sudah lama tidak pernah ia alami itu. Aku tidak mengendurkan goyangan pinggulku, karena aku sedang berada di puncak kenikmatanku. “Mbak.., goyang terus Mbak.., aku juga mau keluar..”. Tati kembali menggoyang pinggulnya dengan cepat dan beberapa detik kemudian, seluruh tubuhku menegang. “Keluarkan di dalam saja pak”, bisik Tati, “Aku masih pakai IUD”. Begitu Tati selesai berbisik, aku melenguh. “Mbak.., aku keluar.., aku keluarr…., aahh..”, dan…, “Crat.., crat.., craat”, kubenamkan penisku dalam-dalam di vagina perempuan itu. Seakan mengerti, Tati mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga puncak kenikmatan ini terasa benar hingga ke tulang sumsumku. Kami berdua terkulai lemas sambil memejamkan mata. Pikiran kami melayang-layang entah ke mana. Tubuhku masih menindih tubuh montok Tati.

Kami berdua masih saling berpelukan dan akupun membayangkan hari-hari penuh kenikmatan yang akan kualami sesudah itu di Bandung. Sejak kejadian malam itu, kesibukan di kantorku yang luar biasa membuatku sering pulang larut malam. Kepenatanku selalu membuatku langsung tertidur lelap. Kesibukan ini bahkan membuat aku jarang bisa berkomunikasi dengan Tati. Walaupun begitu, sering juga aku mempergunakan waktu makan siangku untuk mampir ke rumah dengan maksud untuk melakukan seks during lunch. Sayang, di waktu tersebut ternyata Ayah Anto senantiasa dalam keadaan bangun sehingga niatku tak pernah kesampaian. Namun suatu hari aku cukup beruntung walaupun orang tua itu tidak tidur. Aku mendapat apa yang kuinginkan.

Ceritanya sebagai berikut: Tati diminta oleh Ayah Anto untuk mengambil sesuatu di kamarnya. Melihat peluang itu, aku diam-diam mengikutinya dari belakang. Kamar ayah Anto memang tidak terlihat dari tempat di mana orang tua itu biasa duduk. Sesampainya di kamar kuraih pinggang semampai perawat itu dari belakang. Tati terkejut dan tertawa kecil ketika sadar siapa yang memeluknya dan tanpa basa-basi langsung menyambut ciumanku dengan bibirnya yang mungil itu sambil dengan buas mengulum lidahku. Ia memang sudah tidak malu-malu lagi seperti awal pertemuan kami. Janda cantik itu sudah menunjukkan karakternya sebagai seorang pecinta sejati yang tanpa malu-malu lagi menunjukkan kebuasan gairahnya. Kadang aku tidak mengerti, kenapa suaminya tega meninggalkannya.

Namun analisaku mengatakan, suaminya tak mampu mengimbangi gejolak gairah Tati di atas ranjang dan untuk menutupi rasa malu yang terus menerus terpaksa ia meninggalkan perempuan muda itu untuk hidup bersama dengan perempuan lain yang lebih ‘low profile’. Aku memang belum sempat menanyakan pada Tati bagaimana ia menyalurkan kebutuhan biologisnya di saat menjanda. Aku berpikir, bawa masturbasi adalah jalan satu-satunya. Kami berdua masih saling berciuman dengan ganas ketika dengan sigap aku menyelipkan tanganku ke balik baju perawatnya yang putih itu. Sungguh terkejut ketika aku sadar bahwa ia sama sekali tidak memakai BH sehingga dengan mudahnya kuremas buah dada kanannya yang ranum itu. “Kok ngga pakai BH Mbak..?” Sambil menggelinjang dan mendesah, ia menjawab sambil tersenyum nakal. “Supaya gampang diremas sama kamu..”.
Benar-benar jawaban yang menggemaskan! Kembali kukulum bibir dan lidahnya yang menggairahkan itu sambil dengan cepat kubuka kancing bajunya yang pertama, kedua, dan ketiga. Lalu tanpa membuang waktu kutundukkan kepalaku, dengan tangan kananku kukeluarkan buah dada kanannya dan kuhisap sedemikian rupa sehingga hampir setengahnya masuk ke dalam mulutku. Tati mulai mengerang kegelian, “Ouhh.., geli Mas.., geliii.., ahh..”. Sejak kejadian malam itu, ia memang membiasakan dirinya untuk memanggilku Mas. Sambil menggelinjang dan merintih, tangan kanan Tati mulai mengelus-elus bagian depan celana kantorku. Penisku yang terletak tepat di baliknya terasa semakin menegang dan menegang. Jari-jari lentik perempuan itu berusaha untuk mencari letak kepala penisku untuk kemudian digosok-gosoknya dari luar celana.

Sensasi itu membuat nafasku semakin memburu seperti layaknya nafas kuda yang tengah berlari kencang. Seakan tak mau kalah darinya, tangan kiriku berusaha menyingkap rok janda muda itu dan dengan sigap kugosokkan jari-jemariku di celana dalamnya. Tepat diatas vaginanya, celana dalam Tati terasa sudah basah. Sungguh hebat! Hanya dalam beberapa menit saja, ia sudah sedemikian terangsangnya sehingga vaginanya sudah siap untuk dimasuki oleh penisku. Tanpa membuang waktu kuturunkan celana dalam tipis yang kali ini berwarna hitam, kudorong tubuh montok perawat itu ke dinding, lalu kuangkat paha kanannya sehingga dengkulnya menempel di pinggangku. Dengan sigap pula kubuka ritsluiting celanaku dan kukeluarkan penisku yang sudah sangat tegang dan besar itu. Tati sudah nampak pasrah.

Ia hanya bersender di dinding sambil memejamkan matanya dan memeluk bahuku. “Tatiii.., mana minyak tawonnya.., kok lama betuul…”. Suara orang tua itu terdengar dengan keras. Sungguh menjengkelkan. Tati sempat terkejut dan nampak panik ketika kemudian aku berbisik, “Tenang Mbak.., jawab aja.., kita selesaikan dulu ini.., kamu mau kan?” Ia mengangguk seraya tersenyum manis. “Sebentar Pak..”, teriaknya. “Minyak tawonnya keselip entah ke mana.., ini lagi dicari kok…”. Ia tertawa cekikikan, geli mendengar jawaban spontannya sendiri. Namun tawanya itu langsung berubah menjadi jerikan erotis kecil ketika kupukul-pukulkan kepala penisku ke selangkangannya. Perlahan-lahan kutempelkan kepala penisku itu di pintu vaginanya. Sambi kuputar-putar kecil kudorong pinggulku perlahan-lahan.

Tati ternganga sambil terengah-engah, “aahh.., aahh.., ouhh.., Mas.., besar sekali.., pelan-pelan Mas..pelan-pelanhh..”, dan, “aa…”. Tati menjerit kecil ketika kumasukkan seluruh penisku ke dalam vaginanya yang becek dan terasa sangat sempit dalam posisi berdiri ini. Aku menyodokkan penisku maju mundur dengan gerakan yang percepatannya meningkat dari waktu ke waktu. Tubuh Tati terguncang-guncang, buah dadanya bergayut ke kiri dan kanan dan jeritannya semakin menjadi-jadi. Aku sudah tak peduli kalau ayah Anton sampai mendengarkan jeritan perempuan itu. Nafsuku sudah naik ke kepala. Janda muda ini memang memiliki daya pikat seks yang luar biasa. Walaupun ia hanya seorang perawat, namun kemulusan dan kemontokan badannya sungguh setara dengan perempuan kota jaman sekarang. Sangat terawat dan nikmat sekali bila digesek-gesekkankan di kulit kita. Gerakan pinggulku semakin cepat dan semakin cepat.

Mulutku tak puas-puasnya menciumi dan menghisap puting buah dadanya yang meruncing panjang dan keras itu. Buah dadanya yang kenyal itu hampir seluruhnya dibasahi oleh air liurku. Aku memang sedang nafsu berat. Aku merasakan bahwa sebentar lagi aku akan orgasme dan bersamaan dengan itu juga tubuh Tati menegang. Kupercepat gerakan pinggulku dan tiba-tiba, “aahh.., Mas.., Masss…, aku keluarrr.., aahh”, Jeritnya. Saat itu juga kusodokkan penisku ke dalam vagina janda muda itu sekeras-kerasnya dan, “Craat.., craatt.., craat”. “Ahh…, Mbaak”, erangku sambil meringis menikmati puncak orgasme kami yang waktunya jatuh bersamaan itu. Kami berpelukan sesaat dan Tati berbisik dengan suara serak. “Mas.., aku ngga pernah dipuasin laki-laki seperti kamu muasin saya.., kamu hebat..”.

Aku tersenyum simpul. “Mbak., aku masih punya 1001 teknik yang bisa membuat kamu melayang ke surga ke-7.., ngga bosan kan kalo lain waktu aku praktekkan sama kamu?”. Perlahan Tati menurunkan paha kanannya dan mencabut penisku dari vaginanya. “Bosan? Aku gila apa.., yang beginian ngga akan membuatku bosan.., kalau bisa tiap hari aku mau Mas..”. Benar-benar luar biasa libido perempuan ini. Beruntung aku mempunyai libido yang juga luar biasa besarnya. Sebagai partner seks, kami benar-benar seimbang. Setelah kejadian siang itu, aku dan Tati seperti pengantin baru saja. Tak ada waktu luang yang tak terlewatkan tanpa nafsu dan birahi. Walaupun demikian, aku tekankan pada Tati, bahwa hubungan antara aku dan dia, hanyalah sebatas hubungan untuk memuaskan nafsu birahi saja. Aku dan dia punya hak untuk berhubungan dengan orang lain.

Tati si janda muda yang sudah merasakan kenikmatan seks bebas itu tentu saja menyetujuinya. Suatu hari, Tati masuk ke dalam kamarku dan ia berkata, “Mas, aku akan mengambil cuti selama 1 bulan. Aku harus mengurusi masalah tanah warisan di kampungku..”. “Lha.., kalau Mbak pulang, siapa yang akan mengurusi Bapak?”, tanyaku sambil membayangkan betapa kosongnya hari-hariku selama sebulan ke depan. “Mas Anto bilang, akan ada adik Bapak yang akan menggantikan aku selama 1 bulan.., namanya Mbak Ine.., dia ngga kimpoi.., umurnya sudah hampir 40 tahun.., orangnya baik kok.., cerewet.., tapi ramah..”. Yah apa boleh buat, aku terpaksa kehilangan seorang teman berhubungan seks yang sangat menggairahkan. Hitung-hitung cuti 1 bulan.., atau kalau berpikir positif.., its time to look for a new partner!!! Hari ini adalah hari ke lima setelah kepergian Tati.

Mbak Ine, pengganti sementara Tati, ternyata adalah adik ipar ayah Anto. Jadi, adik istri si bapak tua itu. Mbak Ine adalah seorang perempuan Sunda yang ramah. Wajahnya lumayan cantik, kulitnya berwarna hitam manis, badannya agak pendek dan bertubuh montok. Ukuran buah dadanya besar. Jauh lebih besar dari Tati dan senantiasa berdandan agak menor. Wanita yang berumur hampir 40 tahun itu mengaku belum pernah menikah karena merasa bahwa tak ada laki-laki yang bisa cocok dengan sifatnya yang avonturir. Saat ini ia bekerja secara freelance di sebuah stasiun televisi sebagai penulis naskah. Kemampuan bergaulku dan keramahannya membuat kami cepat sekali akrab. Lagi-lagi, kamarku itu kini menjadi markas curhatnya Mbak Ine. “Panggil saya teh Ine aja deh..”, katanya suatu kali dengan logat Bandungnya yang kental. “Kalau gitu panggil saya Rafi aja ya teh.., ngga usah pake pak pak-an segala..”, balasku sambil tertawa.

Baru 5 hari kami bergaul, namun sepertinya kami sudah lama saling mengenal. Kami seperti dua orang yang kasmaran, saling memperhatikan dan saling bersimpati. Persis seperti cinta monyet ketika kita remaja. Saat itu seperti biasa, kami sedang ngobrol santai dari hati ke hati sambil duduk di atas ranjangku. Aku memakai baju kaos dan celana pendek yang ketat sehingga tanpa kusadari tekstur penis dan testisku tercetak dengan jelas. Bila kuperhatikan, beberapa kali tampak teh Ine mencuri-curi melirik selangkanganku yang dengan mudah dilihatnya karena aku duduk bersila. Aku sengaja membiarkan keadaan itu berlangsung. Malah kadang-kadang dengan sengaja aku meluruskan kedua kakiku dengan posisi agak mengangkang sehingga cetakan penisku makin nyata saja di celanaku. Sesekali, ditengah obrolan santai itu, tampak teh Ine melirik selangkanganku yang diikuti dengan nafasnya yang tertahan.

Kenapa aku melakukan hal ini? Karena libidoku yang luar biasa, aku jadi tertantang untuk bisa meniduri teh Ine yang aku yakini sudah tak perawan lagi karena sifatnya yang avonturir itu. Dan lagi, dari sifatnya yang ramah, ceria, cerewet dan petualang itu, aku yakin di balik tubuh montok perempuan setengah baya tersimpan potensi libido yang tak kalah besar dengan Tati. Juga, gayanya dalam bergaul yang mudah bersentuhan dan saling memegang lengan sering membuat darahku berdesir. Apalagi kalau aku sedang dalam keadaan libido tinggi. Saat ini, teh Ine mengenakan daster berwarna putih tipis sehingga tampak kontras dengan warna kulitnya yang hitam manis itu. Belahan buah dadanya yang besar itu menyembul di balik lingkaran leher yang berpotongan rendah di bagian dada. Dasternya sendiri berpola terusan hingga sebatas lutut sehingga ketika duduk, pahanya yang montok itu terlihat dengan jelas.

Aku selalu berusaha untuk bisa mengintip sesuatu yang terletak di antara kedua paha teh Ine. Namun karena posisi duduknya yang selalu sopan, aku tak dapat melihat apa-apa. Bukan main! Ternyata seorang wanita berusia 40-an masih mempunyai daya tarik sexual yang tinggi. Terus terang, baru kali ini aku berani berfantasi mengenai hubungan seks dengan teh Ine. Sementara ia bercerita tentang masa mudanya, pikiranku malah melayang dan membayangkan tubuh teh Ine sedang duduk di hadapanku tanpa selembar benangpun. Alangkah menggairahkannya. Aku seperti bisa melihat dengan jelas seluruh lekuk tubuhnya yang mulus tanpa cacat. Tanpa sadar, penisku menegang dan cairan madzi di ujungnya pun mulai keluar. Celanaku tampak basah di ujung penisku, dan cetakan penis serta testisku semakin jelas saja tercetak di selangkangan celanaku. Membesarnya penisku ternyata tak lepas dari perhatian teh Ine.

Tampak jelas terlihat matanya terbelalak melihat ukuran penisku yang membesar dan tercetak jelas di celana pendekku. Obrolan kami mendadak terhenti karena beberapa saat teh Ine masih terpaku pada selangkanganku. “Kunaon teh..?”, tanyaku memancing. “Eh.., enteu.., kamu teh mikirin apa sih…?”, katanya sambil tersenyum simpul. “Mikirin teh Ine teh.., entah kenapa barusan saya membayangkan teh Ine nggak pakai apa-apa.., aduh indahnya teh..”, tiba-tiba saja jawaban itu meluncur dari mulutku. Aku sendiri terkejut dengan jawabanku yang sangat terus terang itu dan sempat membuatku terpaku memandang wajah teh Ine. Wajah teh Ine tampak memerah mendengar jawabanku itu. Napasnya mendadak memburu. Tiba-tiba teh Ine bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Ia menutup pintu kamarku dan menguncinya.

Leherku tercekat, dan kurasakan jantungku berdegup semakin kencang. Dengan tersenyum dan sorot mata nakal ia menghampiriku dan duduk tepat di hadapan selangkanganku. Aku memang sedang dalam posisi selonjor dengan kedua kaki mengangkang. “Fi, kamu pingin sama teteh..? Hmm?”, Desahnya seraya meraba penis tegangku dari luar celana. Aku menelan ludah sambil mengangguk perlahan dan tersenyum. Entah mengapa, aku jadi gugup sekali melihat wajah teh Ine yang semakin mendekat ke wajahku. Tanpa sadar aku menyandarkan punggungku ke tembok di ujung ranjang dan teh Ine menggeser duduknya mendekatiku sambil tetap menekan dan membelai selangkanganku. Nafas teh Ine yang semakin cepat terasa benar semakin menerpa hidung dan bibirku. Rasa nikmat dari belaian jemari teh Ine di selangkanganku semakin terasa keujung syaraf-syarafku. Napasku mulai memburu dan tanpa sadar mulutku mulai mengeluarkan suara erangan-erangan.

Dengan lembut teh Ine menempelkan bibirnya di atas bibirku. Ia memulainya dengan mengecup ringan, menggigit bibir bawahku, dan tiba-tiba.., lidahnya memasuki mulutku dan berputar-putar di dalamnya dengan cepat. Langit-langit mulutku serasa geli disapu oleh lidah panjang milik perempuan setengah baya yang sangat menggairahkan itu. Aku mulai membalas ciuman, gigitan, dan kuluman teh Ine. Sambil berciuman, tangan kananku kuletakkan di buah dada kiri teh Ine. Uh.., alangkah besarnya.., walaupun masih ditutupi oleh daster, keempukan dan kekenyalannya sudah sangat terasa di telapak tanganku. Dengan cepat kuremas-remas buah dada teh Ine itu, “Emph.., emph..”, rintihnya sambil terus mengulum lidahku dan menggosok-gosok selangkanganku. Mendadak teh Ine menghentikan ciumannya.

Ia menahan tanganku yang tengah meremas buah dadanya dan berkata, “Fi, sekarang kamu diam dulu yah.., biar teteh yang duluan..”. Tiba-tiba dengan cepat teh Ine menarik celana pendekku sekalian dengan celana dalamku. Saking cepatnya, penisku yang menegang melejit keluar. Sejenak teh Ine tertegun menatap penisku yang berdiri tegak laksana tugu monas itu. “Gusti Rafi.., ageung pisan..”, bisiknya lirih. Dengan cepat teh Ine menundukkan kepalanya, dan seketika tubuhku terasa dialiri oleh aliran listrik yang mengalir cepat ketika mulut teh Ine hampir menelan seluruh penisku. Terasa ujung penisku itu menyentuh langit-langit belakang mulut teh Ine. Dengan sigap teh Ine memegang penisku sementara lidahnya memelintir bagian bawahnya. Kepala teh Ine naik turun dengan cepat mengiringi pegangan tangannya dan puntiran lidahnya. Aku benar-benar merasa melayang di udara ketika teh Ine memperkuat hisapannya.

Aku melirik ke arah kaca riasku, dan di sana tampak diriku terduduk mengangkang sementara teh Ine dengan dasternya yang masih saja rapi merunduk di selangkanganku dan kepalanya bergerak naik turun. Suara isapan, jilatan dan kecupan bibir perempuan montok itu terdengar dengan jelas. Kenikmatan ini semakin menjadi-jadi ketika kurasakan teh Ine mulai meremas-remas kedua bola testisku secara bergantian. Perutku serasa mulas dan urat-urat di penisku serasa hendak putus karena tegangnya. Teh Ine tampak semakin buas menghisapi penisku seperti seseorang yang kehausan di padang pasir menemukan air yang segar. Jari-jemarinyapun semakin liar mempermainkan kedua testisku. “Slurrp.., Cuph.., Mphh..”. Suara kecupan-kecupan di penisku semakin keras saja. Nafsuku sudah naik ke kepala. Aku berontak untuk berusaha meremas kedua buah dada montok dan besar milik wanita lajang berusia setengah baya itu, namun tangan teh Ine dengan kuat menghalangi tubuhku dan iapun semakin gila menghisapi dan menjilati penisku.

Aku mulai bergelinjang-gelinjang tak karuan. “Teh Ine.., teeeh…, gantian dongg.., please.., saya udah ngga kuaat…, aahh.., sss..”, erangku seakan memohon. Namun permintaanku tak digubrisnya. Kedua tangan dan mulutnya semakin cepat saja mengocok penisku. Terasa seluruh syaraf-syarafku semakin menegang dan menegang, degup jantungku berdetak semakin kencang.. napaskupun makin memburu. “Oohh…, Teh Ine.., Teh Ineee…, aahh….”, Aku berteriak sambil mengangkat pinggulku tinggi-tinggi dan, “Crat.., craat.., craat”, aku memuncratkan spermaku di dalam mulut teh Ine. Dengan sigap pula teh Ine menelan dan menjilati spermaku seperti seorang yang menjilati es krim dengan nikmatnya.

Setiap jilatan teh Ine terasa seperti setruman-setruman kecil di penisku. Aku benar-benar menikmati permainan ini.., luar biasa teh Ine, “Enak Fi..? Hmm?”, teh Ine mengangkat kepalanya dari selangkanganku dan menatapku dengan senyum manisnya, tampak di seputar mulutnya banyak menempel bekas-bekas spermaku. “Fuhh nikmatnya sperma kamu Fi..” Bisiknya mesra seraya menjilat sisa-sisa spermaku di bibirnya. “Obat awet muda ya teh..”, kataku bercanda. “Yaa gitulah…, antosan sekedap nya? Biar teteh ambilkan minum buat kamu”. Oh my God.., benar-benar seorang wanita yang penuh pengabdian, dia belum mengalami orgasme apa-apa tapi perhatiannya pada pasangan lelakinya luar biasa besar, sungguh pasangan seks yang ideal! Kenyataan itu saja membuat rasa simpati dan birahiku pada teh Ine kembali bergejolak.

Teh Ine kembali dari luar membawa segelas air. “Minum deh.., biar kamu segeran..”. “Nuhun teh.., tapi janji ya abis ini giliran saya muasin teteh..”. Aku meneguk habis air dingin buatan teh Ine dan saat itu pula aku merasakan kejantananku kembali. Birahiku kembali bergejolak melihat tubuh montok teh Ine yang ada di hadapanku. Aku meraih tangan teh Ine dan dengan sekali betot kubaringkan tubuhnya yang molek itu di atas ranjang. “Eeehh.., pelan-pelan Fi..”, teriak teh Ine dengan geli. “Teteh mau diapain sih… “, lanjutnya manja. Tanpa menjawab, aku menindih tubuh montok itu, dan sekejap kurasakan nikmatnya buah dada besar itu tergencet oleh dadaku. Juga, syaraf-syaraf sekitar pinggulku merasakan nikmatnya penisku yang menempel dengan gundukan vaginanya walaupun masih ditutupi oleh daster dan celana dalamnya.

Kupandangi wajah teh Ine yang bundar dan manis itu. Kalau diperhatikan, memang sudah terdapat kerut-kerut kecil di daerah mata dan keningnya. Tapi peduli setan! Teh Ine adalah seorang wanita setengah baya yang paling menggairahkan yang pernah kulihat. Pancaran aura sexualnya sungguh kuat menerangi sanubari lelaki yang memandangnya. “Teteh mau tau apa yang ingin saya lakukan terhadap teteh?”, Kataku sambil tersenyum. “Saya akan memperkosa teteh sampai teteh ketagihan”. Lalu dengan ganas, aku memulai menciumi bibir dan leher teh Ine. Teh Inepun dengan tak kalah ganasnya membalas ciuman-ciumanku.

Keganasan kami berdua membuat suasana kamarku menjadi riuh oleh suara-suara kecupan dan rintihan-rintihan erotis. Dengan tak sabar aku menarik ritsluiting daster teh Ine, kulucuti dasternya, BH-nya, dan yang terakhir.., celana dalamnya. Wow.., sebuah gundukan daging tanpa bulu sama sekali terlihat sangat menantang terletak di selangkangan teh Ine. My God.., alangkah indahnya vagina teh Ine itu.., tak pernah kubayangkan bahwa ia mencukur habis bulu kemaluannya. “Kamu juga buka semua dong Fi”, rengeknya sambil menarik baju kaosku ke atas. Dalam sekejap, kami berdua berdua berpelukan dan berciuman dengan penuh nafsu dalam keadaan bugil! Sambil menindih tubuhnya yang montok itu, bibirku menyelusuri lekuk tubuh teh Ine mulai dari bibir, kemudian turun ke leher, kemudian turun lagi ke dada, dan terus ke arah puting susu kirinya yang berwarna coklat kemerah-merahan itu.

Alangkah kerasnya puting susunya, alangkah lancipnnya.., dan mmhh.., seketika itu juga kukulum, kuhisap dan kujilat puting kenyal itu.., karena gemasnya, sesekali kugigit juga puting itu. “Auuhh.., Fi.., gellii.., sss.., ahh”, rintihnya ketika gigitanku agak kukeraskan. Badan montoknya mulai mengelinjang-gelinjang ke sana k emari.., dan mukanya menggeleng-geleng ke kiri dan ke kanan. Sambil menghisap, tangan kananku merayap turun ke selangkangannya. Dengan mudah kudapati vaginanya yang besar dan sudah sangat becek sekali. Akupun dengan sigap memain-mainkan jari tenganku di pintu vaginanya. “Crks.., crks.., crks”, terdengar suara becek vagina teh Ine yang berwarna lebih putih dari kulit sekitarnya.

Ketika jariku mengenai gundukan kecil daging yang mirip dengan sebutir kacang, ketika itu pula wanita setengah baya itu menjerit kecil. “Ahh.., geli Fi.., gelli”, Putaran jariku di atas clitoris teh Ine dan hisapanku pada kedua puting buah dadanya makin membuat lajang montok berkulit hitam manis itu semakin bergelinjang dengan liar. “Fi.., masukin sekarang Fi.., sekarang.., please.., teteh udah nggak tahan..ahh..”. Kulihat wajah teh Ine sudah meringis seperti orang kesakitan. Ringisan itu untuk menahan gejolak orgasmenya yang sudah hampir mencapai puncaknya. Dengan sigap kuarahkan penisku ke vagina montok milik teh Ine.., kutempelkan kepala penisku yang besar tepat di bawah clitorisnya, kuputar-putarkan sejenak dan teh Ine meresponnya dengan mengangkangkan pahanya selebar-lebarnya untuk memberi kemudahan bagiku untuk melakukan penetrasi.., saat itu pula kusodokkan pantatku sekuat-kuatnya dan, “Blesss”, masuk semuanya! “Aahh….” Teh Ine menjerit panjang.., “Besar betul Fi.., auhh…., besar betuull…, duh gusti enaknya.., aahh..”.

Dengan penuh keganasan kupompa penisku keluar masuk vagina teh Ine. Dan iapun dengan liarnya memutar-mutar pinggulnya di bawah tindihanku. Astaga.., benar-benar pengalaman yang luar biasa! Bahkan keliaran teh Ine melebihi ganasnya Mbak Tati.., luar biasa! Kedua tubuh kami sudah sangat basah oleh keringat yang bercampur liur. Kasurkupun sudah basah di mana-mana oleh cairan mani maupun lendir yang meleleh dari vagina teh Ine, namun entah kekuatan apa yang ada pada diri kami…, kami masih saling memompa, merintih, melenguh, dan mengerang. Bunyi ranjangkupun sudah tak karuan.., “Kriet.., kriet.., krieeet”, sesuai irama goyangan pinggul kami berdua.

Penisku yang besar itu masih dengan buasnya menggesek-gesek vagina teh Ine yang terasa sempit namun becek itu. Setelah lebih dari 15 menit kami saling memompa, tiba-tiba kurasakan seluruh tubuh teh Ine menegang. “Fi.., Fi.., Teteh mau keluar..”. “Iya teh, saya juga.., kita keluar sama-sama teh…”, Goyanganku semakin kupercepat dan pada saat yang bersamaan kami berdua saling berciuman sambil berpelukan erat.., aku menancapkan penisku dalam-dalam dan teh Ine mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi…, “Crat.., crat.., crat.., crat”, kami berdua mengerang dengan keras sambil menikmati tercapainya orgasme pada saat yang bersamaan. Kami sudah tak peduli bila seisi rumah akan mendengarkan jeritan-jeritan kami, karena aku yakin teh Inepun tak pernah merasakan kenikmatan yang luar biasa ini sepanjang hidupnnya. “Ahh.., Fi.., kamu hebaat.., kamu hebaathh.., hh.., Teteh ngga pernah ngerasain kenikmatan seperti ini”. “Saya juga teh.., terima kasih untuk kenikmatan ini..”, Kataku seraya mengecup kening teh Ine dengan mesra. “Mau tau suatu rahasia Fi?”, tanyanya sambil membelai rambutku, “Teteh sudah lima tahun tidak bersentuhan dengan laki-laki.., tapi entah kenapa, dalam 5 hari bergaul dengan kamu.., teteh tidak bisa menahan gejolak birahi teteh.., ngga tau kenapa.., kamu itu punya aura seks yang luar biasa..”. Teh Ine bangkit dari ranjangku dan mengambil sesuatu dari kantong dasternya.

Sebutir pil KB. “Seperti punya fitasat, teteh sudah minum pil ini sejak 3 hari yang lalu..”, katanya tersenyum, “Dan akan teteh minum selama teteh ada di sini..”, Teh Ine mengerdipkan matanya padaku dengan manja sambil memakai dasternya. “Selamat tidur sayang…”, Teh Ine melangkah keluar dari kamarku. Teh Ine memang luar biasa. Ia bukan saja dapat menggantikan kedudukan Tati sebagai partner seks yang baik, tetapi juga memberi sentuhan-sentuhan kasih sayang keibuan yang luar biasa. Aku benar-benar dimanja oleh wanita setengah baya itu. Fantasi sexualnya juga luar biasa. Mungkin itu pengaruh dari pekerjaannya sebagai penulis cerita drama. Coba bayangkan, ia pernah memijatku dalam keadaan bugil, kemudian sambil terus memijat ia bisa memasukkan penisku ke dalam vaginanya, dan aku disetubuhi sambil terus menikmati pijatan-pijatannya yang nikmat. Ia juga pernah meminta aku untuk menyetubuhinya di saat ia mandi pancuran di kamar mandi dan kami melakukannya dengan tubuh licin penuh sabun. Dan yang paling sensasional adalah.., Sore itu aku sudah berada di rumah. Karena load pekerjaan di kantorku tidak begitu tinggi, aku sengaja pulang cepat.

Selesai mandi aku duduk di meja makan sambil menikmati pisang goreng buatan teh Ine. Perempuan binal itu memang luar biasa. Ia melayaniku seperti suaminya saja. Segala keperluan dan kesenanganku benar-benar diperhatikan olehnya. Seperti biasa, aku mengenakan baju kaos buntung dan celana pendek longgar kesukaanku dan (seperti biasa juga) aku tidak menggunakan celana dalam. Kebiasaan ini kumulai sejak adanya teh Ine di rumah ini, karena bisa dipastikan hampir tiap hari aku akan menikmati tubuh sintal adik ipar ayah si Anto itu. Sore itu sambil menikmati pisang goreng di meja makan, aku bercakap-cakap dengan ayah Anto. Orang tua itu duduk di pojok ruangan dekat pintu masuk untuk menikmati semilirnya angin sore kota Bandung. Jarak antara aku dengannya sekitar 6 meter. Sambil bercakap-cakap mataku tak lepas dari teh Ine yang mondar mandir menyediakan hidangan sore bagi kami. Entah ke mana PRT kami saat itu.

Teh Ine mengenakan celana pendek yang ditutupi oleh kaos bergambar Mickey Mouse berukuran ekstra besar sehingga sering tampak kaos itu menutupi celana pendeknya yang memberi kesan teh Ine tidak mengenakan celana. Aku berani bertaruh perempuan itu tidak menggunakan BH karena bila ia berjalan melenggang, tampak buah dadanya bergayut ke atas ke bawah, dan di bagian dadanya tercetak puting buah dadanya yang besar itu. Tanpa sadar batang penisku mulai membesar. Setelah selesai dengan kesibukannya, teh Ine duduk di sebelah kiriku dan ikut menikmati pisang goreng buatannya. Kulihat ia melirik ke arahku sambil memasukkan pisang goreng perlahan-lahan ke dalam mulutnya. Sambil mengerdipkan matanya, ia memasukkan dan mengeluarkan pisang goreng itu dan sesekali menjilatnya. Sambil terus berbasa basi dengan orang tua Anto, aku menelan ludah dan merasakan bahwa urat-urat penisku mulai mengeras dan kepala penisku mulai membesar.

Tiba-tiba kurasakan jari-jemari kanan teh Ine menyentuh pahaku. Lalu perlahan-lahan merayap naik sampai di daerah penisku. Dengan gemas teh Ine meremas penis tegangku dari luar celanaku sehingga membuat cairan beningku membuat tanda bercak di celanaku. Setelah beberapa lama meremas-remas, tangan itu bergerak ke daerah perut dan dengan cepat menyelip ke dalam celana pendekku. Aku sudah tidak tahu lagi apa isi percakapan orang tua Anto itu. Beberapa kali ia mengulangi pertanyaannya padaku karena jawabanku yang asal-asalan. Degup jantungku mulai meningkat. Jemari lentik itu kini sudah mencapai kedua bolaku. Dengan jari telunjuk dan tengah yang dirapatkan, perempuan lajang itu mengelus-elus dan menelusuri kedua bolaku.., mula-mula berputar bergantian kiri dan kanan kemudian naik ke bagian batang.., terus bergerak menelusuri urat-urat tegang yang membalut batang kerasku itu, “sss…, teteh..”. Aku berdesis ketika kedua jarinya itu berhenti di urat yang terletak tepat di bawah kepala penisku.., itu memang daerah kelemahanku.., dan perempuan sintal ini mengetahuinya.., kedua jemarinya menggesek-gesekkan dengan cepat urat penisku itu sambil sesekali mencubitnya. “aahh…”, erangku ketika akhirnya penisku masuk ke dalam genggamannya. “Kenapa Rafi?”, Orang tua yang duduk agak jauh di depanku itu mengira aku mengucapkan sesuatu. “E.., ee…, ndak apa-apa Pak..”, Jawabku tergagap sambil kembali meringis ketika teh Ine mulai mengocok penisku dengan cepat.

Lihat Juga :  Cerita Mesum | Nikmat Syahwat Janda Kembang Hot

Gila perempuan ini! Dia melakukannya di depan kakaknya sendiri walaupun tidak kelihatan karena terhalang meja. “Saya cuma merasa segar dengan udara Bandung yang dingin ini..”, Jawabku sekenanya. “Ooo begitu.., saya pikir kamu sakit perut.., habis tampangmu meringis-meringis begitu..”, Orang tua itu terkekeh sambil memalingkan mukanya ke jalan raya. Begitu kakaknya berpaling, teh Ine dengan cepat merebahkan kepalanya ke pangkuanku sehingga dari arah ayah Anto, teh Ine tak tampak lagi. Dengan cepat tangannya memelorotkan celanaku sehingga penisku yang masih digenggamnya dengan erat itu terasa dingin terterpa angin. Sejenak perempuan itu memandang penis besarku itu.., ia selalu memberikan kesempatan pada matanya untuk menikmati ukuran dan kekokohannya. Kemudian teh Ine menjulurkan lidahnya dan mulai menjilat mengelilingi lubang penisku.., kemudian ia memasukkan ujung lidahnya ke ujung lubang penisku dan mengecap cairan beningku.., lalu lidahnya diturunkan lagi-lagi ke urat di bawah penisku.

Aku mulai menggelinjang-gelinjang tak karuan, walaupun dengan hati-hati takut ketahuan oleh kakak teh Ine yang duduk di depanku. Tanganku mulai meraba-raba buah dadanya yang besar itu dan meremasnya dengan gemas, “sss.., teeehh..”, desisku agak keras ketika perempuan itu dengan kedua bibirnya menyedot urat di bawah kepala penisku itu.., sementara tangannya meremas-remas kedua bolaku…, aawwww nikmatnya…, aku begitu terangsang sehingga seluruh pori-pori kulitku meremang dan mukaku berwarna merah. Aku sudah dalam tahap ingin menindih dan sesegera mungkin memasukkan penisku ke dalam vagina perempuan ini tapi semua itu tak mungkin kulakukan di depan kakaknya yang masih duduk di depanku menikmati lalu lalang kendaraan di depan rumahnya. Tiba-tiba bibir teh Ine bergerak dengan cepat ke kepala penisku.., sambil terus kupermainkan putingnya kulihat ia membuka mulutnya dengan lebar dan tenggelamlah seluruh penisku ke dalam mulutnya.

Aku kembali mendesis dan meringis sambil tetap duduk di meja makan mendengarkan ocehan orang tua Anto yang kembali mengajakku berbincang. Mulut teh Ine dengan cepat menghisap dan bergerak maju mundur di penisku. Tanganku menarik dasternya ke atas dari arah punggung sehingga terlihatlah pantatnya yang mulus tidak ditutupi oleh selembar benangpun. Aku ingin menjamah vaginanya, ingin rasanya kumasukkan jari-jariku dengan kasar ke dalamnya dan kukocok-kocok dengan keras tapi aku sudah tak kuat lagi. Jilatan lidah, kecupan, dan sedotan teh Ine di penisku membuat seluruh syarafku menegang. Tiba-tiba kujambak rambut teh Ine dan kutekan sekuat-kuatnya sehingga seluruh penisku tenggelam ke dalam mulutnya. Kurasakan ujung penisku menyentuh langit-langit tenggorokan teh Ine dan, “Creeet…, creeett…, creeettt”, menyemburlah cairan maniku ke mulut teh Ine.

“Ahh…, aahh.., aahh.., tetteeehh…”, Aku meringis dan mendesis keras ketika cairan maniku bersemburan ke dalam mulut teh Ine. Perempuan itu dengan lahap menjilati dan menelan seluruh cairanku sehingga penisku yang hampir layu kembali sedikit menegang karena terus-terusan dijilat. Aku memejamkan mataku.., gilaa.., permainan ini benar-benar menakjubkan. Ada rasa was-was karena takut ketahuan, tapi rasa was-was itu justru meningkatkan nafsuku. Teh Ine memandang penisku yang sudah agak mengecil namun tetap saja dalam posisi tegak. “Luar biasa…”, Bisiknya, “Siap-siap nanti malam yah?” Katanya sambil bangkit dan beranjak ke dapur. Aku cukup kagum dengan prestasi yang kucapai di rumah ini. Baru 2 bulan di Bandung, aku sudah bisa meniduri 2 orang wanita yang sudah lama tidak pernah menikmati sentuhan lelaki. Dan wanita-wanita itu, aku yakin akan selalu termimpi-mimpi akan besar dan nikmatnya gesekan penisku di dalam vagina mereka.

Tamat

Cerita Ngentot Ibu jilbab Janda Bahenol

$
0
0

Cerita Ngentot Ibu jilbab Janda Bahenol – Ufhhh.. akhirnya usai sudah kegiatan yang menjemukan selama 2 minggu di sini dan aku mo balik ke Jakarta untuk refresh neh oh iya namaku Rony umur 30 tahun sekarang aku bekerja di perusahaan swasta, ciri-ciri tubuhkan yahh.. untuk postur Indonesia udah cukup di perhitungkan neh.. heheheh

Besok aku mo pulang ke Jakarta setelah mengikuti kegiatan dari Perusahaan di Kota ini di ujung Timur Indonesia neh aku mo naik kapal laut aja dech karena selama ini kalau bepergian aku belum pernah naik kapal laut so akan aku coba aja dech walaupun itu di tempuh dng lama perjalanan 1 minggu wahhhh pusing juga neh setelah membeli Tiket kapal laut kelas 1 aku langsung berkemas-kemas untuk persiapan besoknya berangkat.

Tiba saatnya aku menuju pelabuhan setelah segala macam proses pemeriksaan tiket dan bercampur aduk dengan para penumpang. So akhirnya aku naik dan masuk ke kamarku yang kelas 1 dan tentunya kamar kelas 1 aku yang sendiri menempatinya langsung aku bergegas membersihkan diri (mandi neh..) setelah mandi diatas aku berjalan-jalan di Dek kapal sambil menunggu sebentar lagi kapal akan berangkat.

“Wahhh.. kalo selama 1 minggu diatas kapal tidak ada yang bisa bikin buat seger jadi tambah pusing neh.” ujarku di dalam hati.
Setelah melihat-lihat sekeling kapal dan akhirnya aku berdiri di pinggiran kapal sambil melihat kebawah siapa tau aja ada yang bisa nemanin aku selama seminggu ini hehehhe..
Mataku tertuju pada seorang ibu muda berjilbab kira-kira berumur 27 tahunan bersama anaknya yang kira-kira 5 tahunanlah dan sebelahnya di antar seorang lelaki yang kemudian mencium kening ibu itu dan anaknya setelah itu mereka berdua naik ke kapal dan tak lama kemudian kapal berangkat meninggalkan pelabuhan dan lelaki itu melambaikan tangganya kepada ibu dan anaknya setelah kapal menjauh dari pelabuhan, hmmm aku mulai mendekati ibu muda itu dan mulai berkenalan.
“Namaku Rony, aku tujuan Jakarta” ujarku.
Ibu itu sekilas melihat aku dan senyumnya mengembang di bibirnya yang tipis. Tak lama kemudian di berucap :
“Namaku Lia ini anakku dan tujuan juga ke Jakarta” ucapnya.
Akhirnya kita saling ngobrol-ngobrol dan ternyata tadi adalah suaminya yang bekerja di kota ini dan Lia setiap 6 bulan sekali datang bersama anaknya untuk melepas rindu sama sang suami.
“Walahh.. kuat juga yach.. kalo aku kagak nahannnn (hehehe)”
Besok pagi disaat waktu makan pagi aku melihat Lia bersama anaknya sedang menuju ruang makan. Aku melihat dari belakang.
“Hhmmmm berisi juga neh pantatnya, padahal sudah di tutupi gaun yang menutupi sampai mata kaki neh” ujarku dalam hati.
Llangsung aku menemuinya dan kita makan bersama-sama 1 meja. Sambil aku ngelirik ke arahnya wow sempat aku melihat bentuk payudaranya yang ditutupi oleh jilbab dan bajunya lumayan mengkal neh waduh jadi pikiran kotor neh Lia,
“Di kelas 1 juga yach” tanyaku.
“Ttidak mas aku ambil di kelas 2 aja kok” jawabnya sambil senyumnya mengembang dari bibirnya yang tipis dan basah.
“Oooohhh kalo aku di kelas 1, abis sendirian aja sih pengen tenang dan rileks aja” ucapku sekenanya.
“Lia juga sendiri kok, dari tadi malam belum ada penumpang yang sekamar dengan Lia, jadinya Lia cuma ditemani anakku aja neh” sahutnya.
“Ooh gitu yach berarti aku bisa dong main-main ke kamarmu” tanyaku.
“Bisa aja kok, kita khan di satu gang.. tadi malam mas khan sempat keluar aku melihat kok” ujarnya.
“Ooh ya aku mo cari rokok tuch semalam” sahutku lagi.
Setelah selesai makan pagi, kita bersama-sama jalan di koridor kapal sambil bercerita dan diiringi guyonan kecil-kecil. Karena di luar koridor angin cukup kencang maka saat aku berjalan disampingnya hmmm aku mencium bau wangi yang sangat harum dan melihat putihnya leher ibu berjilbab ini.
“Ooh seandainya aku dapat menidurinya” bisikku di dalam hati.
Hari kedua belum terjadi apa-apa diantara kami, namun setelah makan sore iseng-iseng aku mengetuk pintu kamarnya. Cerita Ngentot
“Lia, ini aku Rony boleh aku masuk,” tanyaku.
Tak lama kemudian pintu terbuka dan muncul kepalanya yang ditutupi oleh jilbab seadanya dan menggunakan terusan daster hmmm aku liat dia tidak mengurangi kecantikan dan kemontokannya kok.
“Ssilahkan masuk mas,” ujarnya pelan.
“Maaf anakku baru aja tidur dan aku baru tidurin dia neh” sahutnya.
Dikarenakan kita nggak mau mengganggu anaknya, so kita duduk di satu tempat tidur yang lain sambil bercerita. Aku memandangnya.
“Oohhhh semakin lama disini aku semakin tidak kuat menahan birahiku” ujarku didalam hati.
Saat kita sedang bercerita dasternya tersingkap sampai dengan lututnya.
Uuppss.. spontan aku mengatakan,
“Mulus sekali kakimu Lia yah.. pasti kamu rawat dengan baik dan secara sempurnya,” ujarku sambil tanganku mengelus-elus betisnya secara refleks.
Langsung dia menarik kakinya dari tanganku sambil berujar.
“Aah mas Rony bisa-bisa aja nih”
Senyumnya mengembang dari bibirnya yang tipis dan basah namun aku tetap memegang betisnya dan bahkan menggeserkan tanganku keatas.
“Aah Mas jangan gitu ach nggak enak neh” sahutnya.
Namun aku tak berkata-kata lagi langsung aku sibakkan dasternya sampai ke pahanya dan langsung kuciumi dan kujilati pahanya.
“Ssluuurrrppp.. Ohhhhhh Mass jangan dong” ujarnya.
Namun Lia tidak menarik pahanya dari mulutku tangannya malahan memegang kepalaku dan seolah-olah menekan-nekan.
“Ssluurrrppp… slururrpppp.. ssshhhh oh mas jjaannn… gannn.” pekik Lia pelan.
Namun aku tetap melanjutkan jilatanku sampai ke pangkal pahanya dan secara cepat aku menarik celana dalamnya turun dan
Ssluuurrrppp kujilati memeknya yang penuh dengan bulu-bulu.
“Ooohhhh mas Ronyii… oohhh” desahnya.
Kujilati itilnya slururpp… sluruppp…
“Shhhh ohhh mass aduuuhhh ahhhh” jeritnya pelan setelah sekitar 15 menit aku bermain lidahku di memeknya.
Langsung aku memberhentikan kegiatanku dan kuangkat kepalaku keatas kulihat Lia memejam matanya menahan kenikmatan yang baru dia rasakan.
Oohhh aku liat begitu indah pemandangan didepanku. Ibu muda, cantik dan berjilbab menggunakan daster setengah telanjang sedang menanti kontol neh langsung kuhampiri bibirnya yang sedari kemarin aku inginkan sluuup.. smmm hmmm kita langsung bersilat lidah. Tak lupa tanganku menggerayangi payudaranya.
“Oohhh mas.. pintar sekali kamu, ohhhh.. achhh..”
Kuturunin lidahku menuju payudaranya dan kugigit-gigit kecil dari luar dasternya.
“Oohh.. mass cepaattt nanti anakku bangun” bisiknya pelan langsung tanpa ada yang perintah.
Kubuka celana panjang dan sekalian celana dalamku.
“Uupps besar sekali mas punyamu” sahutnya.
“Silahkan lia apa yang kamu inginkan” ujarku.
Lia langsung menyodorkan mulutnya dan menghisap kontolku dengan mahirnya.
“Uugghhhhff Lia kamu pintar juga yach sama suamimu juga sering beginian yach?”
“Mmmrmmmrpp.. nggak masss jarang kok”
Setelah sekian menit aku langsung memberhentikan isapannya pada kontolku dan langsung menaikkan dasternya tanpa melepas jilbabnya dan Lia membuka kedua pahanya menanti kontolku memasuki dirinya.
“Ayok mas.. cepatan”
“Oohhggghh”
Ppelan-pelan kutempelkan kontolku di permukaan memeknya.
“Ooufghhhh”
Baru aja kepala kontolku masuk udah terasa nikmat.
“Dooorong mas enaeekkk mass oughhhh”
Kudorong pelan-pelan masuk dan
Bleeeeeeeeeesss..
“Uughhf”
Aakhirnya masuk semua kontolku kedalam memeknya. Kudiami beberapa saat dan mulailah kupompa kontolku di dalam memeknya.
Srooopp.. croopppp slerrrrpp…
“Oohhh enak sekali memekmu Lia..”
“Iiiyyyyaa kontolmu juga enak mass… oohhh terusin mass.”
Aku sengaja tidak membuka jilbab dan dasternya takut kalo anaknya tiba-tiba bangun.
“Teruuusss mass yang cepatt ooohhh sruuuppp sreettt croooppp..celllelel ppp..belle”
Aku pompa terus memeknya sampai kira-kira setengah jam kulihat Lia sudah mulai tanda-tanda mau keluar.
“Oohhh mass cepatannnn.. Lia udah mo keluar…”
“Sabarr yah.. mas juga udah mau keluar yah uggghh Lia.. kita sama-sama keluarin yah ooohhh sllluuppp oohhh achhhh..”
Aakhirnya Lia telah keluar dan semenit kemudian menyusul aku menyemprotkan air maniku ke memeknya.
Crootttt.. crroooot… corootttttt….
“Uuuffhhhh.. mas banyak sekali air manimu neh”
Setelah kita tenang langsung Lia ke kamar mandi membersihkan air maniku yang mulai meleleh di pahanya aku menunggu dia keluar dari kamar mandi dan aku bilang minta maaf yah bahwa aku kebawa nafsu sih dia bilang nggak apa-apa kok sama dengan dia juga aku mohon izin untuk kembali ke kamarku dulu dikarenakan jam sudah menunjukan pukul 10 malam.
Besok pagi disaat waktu makan pagi, aku mengetok kamarnya.
“Lia kita sarapan pagi yook” ujarku pelan.
Tak lama pintu terbuka dan Lia telah siap dengan pakaian longdres panjang dan berjilbab. Uuugghhh cantiknya dia dan menyilahkan kumasuk.
“Anakku belum bangun neh” jawabnya.
“Jadi gimana dong..”
“Kita tunggu bentaran aja yach” tanyanya.
Akhirnya kita ngobrol-ngobrol.
“Eehh.. udah sekitar setengah jam.. anaknya belum bangun juga neh.”
Tau-tau kita malahan saling pegang-pegangan tangan.
“Lia kamu cantik sekali” ujarku.
“Aach mas ini.. Lia biasa-biasa aja kok” ucapnya.
Malu-malu langsung kususup lidahku ke mulutnya.
“Mhmmmmpppff jangan ach mas ntar anakku bangun lho” sahutnya.
“Sebenntarr aja yach Lia” ucapku memelas.
“Hhmmmm gimana yach” jawab Lia.
Ttanpa menunggu jawabannya langsung kuciumi bibirnya yang merah dan basah itu.
“Ssluruurupp hmmpfghh oohhh.. masshh..”
Llangsung kumainkan lidahku di dalam mulutnya.
“Cuupppss smshhsh oohh..”
Tanpa membuka jilbabnya langsung kunaikkan longdressnya. Kuturunin celana dalamnya.
“Ooohhh udah basah juga neh memeknya”.
“Sssss.. ssss mas… oohhh..”
Cepat-cepat kubalikin dia aku pengen gaya nungging.
“Oohhh mas…”
Kuangkat kakinya satu dan mulai kutusukkan kontolku.
“Sssss oougghhh.. blessss sssssllreepp mmrrpp oohhh mas nikmat sekaliii…”
“Liiaa memekmu juga enaakakk.”
“Ooougghhhaaa ooohhh yang cepat mas..”
Kupompa kontolku.
Srooortkkk.. sluururppp sreet bellsss..
“Uufghhh masss enak sekali… hmmmm”
“Iya yyahh oohhh.. Lia ayookk kita keluarin bersama-sama”
“Oooggghh mass… aku mo keluarrrrr oogghhrrr ahhhhh…”
Langsung badannya Lia jatuh ke tempat tidur sambil tetap menungging membelakangi aku dan tanpa menunggu lagi kutusukkan kontolku lagi .
Bleessssssssss…
“Ooohhhh masss enakkk… cepattttaaannn iiiiiyya Lia..”
“Oooohh mas hampir keluar neh…”
“Ooghhhs… oohhhh Liaa… siiappp…”
Croootttttt… croottt… crooott… ughhh…
Tumpah ruah air maniku kedalam memeknya lagi tak lama air maniku keluar. So anaknya juga udah mulai bangun dan kita langsung bereskan diri dan menuju ruang makan.
Selama empat hari kita selalu bercinta, namun Lia tidak pernah telanjang alias jilbab dan bajunya masih menempel di badan dan aku pun tak mempermasalahkan itu yang penting memeknya yang ranum hhmmmm hingga suatu malam hari ke enam dan rencananya besok kapal kita sudah nyampe di Jakarta aku sedang santai sambil tiduran di dalam kamar hanya mengenakan celana pendek.
Tok tok kudengar ketukan pintu kamarku,
“Siapa yah?” tanyaku.
“Ini Lia mas” jawab suara diluar.
Serta merta aku berdiri dan membuka pintu hmmm.. Kulihat Lia hanya mengenakan daster panjang tanpa mengenakan jilbab.
Oohhhh.. cantiknya dan putih sekali lehernya itu semenit aku terpana di depan pintu.
“Mas boleh aku masuk?” tanyanya langsung.
Aku tersentak kaget.
“Ooh iya.. ya silahkan Lia” sahutku.
“Ada apa ne Lia, malam-malam kesini?” tanyaku.
“Ndak neh aku mo nanya aja.. besok khan kita udah nyampe Jakarta, trus mas langsung pulang yah” tanyanya.
“Iya sih soalnya lusa udah masuk ngantor” terangku kepadanya.
“Ooooohh.. ya udah deh Lia langsung pulang ke kampung aja dech..” jawabnya.
Setelah kita ngobrol panjang lebar. Lia pamitan mo kembali ke kamarnya, dikarnakan jam udah menunjukan pukul 9 malam, namun disaat dia mo berdiri, kupegang tangannya dan kuciumi sambil kujilati telapak tangannya sampai ke pangkal lengannya.
“Ooouuhhh mas geli ahh”
Tanpa kujawab kujilati lehernya yang putih mulus itu.
Sluurrppp.. slurppp shhhh ssss.
“Ooohh mas sluurrp.”
Kutelusuri lehernya yang jenjang kadang kugigit-gigit kecil.
“Ooowhh massss ohhh..”
“Lia aku ingin bersamamu malam ini” ujarku dia diam sambil menundukkan kepalanya.
Hhmmmmm.. tanpa tunggu jawabannya langsungku gendong dan kubawa ke tempat tidur mulai kuciumi bibirnya yang ranum.
Rhmmmm.. sluruppp… ssshhmm… ohssss…
“Lia sungguh enak bibirmu..”
Hhmmsfh.. kubuka perlahan-lahan dasternya oohhhh ternyata Lia tidak memakai BH dan celana dalam.
Ssluruuurpp slururpp hmmmm langsung kujilati payudaranya yang putih mengkal. Sluuruppp..
“Oohhhssss masssnnns tertuuuusss” ucapnya terbata-bata.
Kutelusuri lidahku ke memeknya yang rimbun.
Ssluruuupp.. kujilati itilnya oohhhhsss… langsung kubalikkan badanku tepat kontolku di mulutnya… slruuup oougfhhh hmmmsssllii pp kontolku langsung diisapnya sambil tak lupa kuhisap juga memeknya yang ranum ini.
“Oohhh mas… aku udah nggak tahan… tuussuuukk mas… “
“Saabbarrr Lia aku ingin malam ini berkesan sekali” ujarku.
Ooohhsusss kujilati terus sampai terasa banyak lendir yang keluar dari memeknya Lia.
“Massssssss…”
Langsung kuubah posisiku dan siap-siap kutusukkan kontolku ini.
Sslleeeeerrpp.. blesssshh.. oohhhhh.. crororlkkk crorokk.. crokk..
“Oohh mas.. enak sekali”
Kuangkat kakinya yang satu sambil terus kupompa kontolku.
“Smsmshhgg oouuhhh.. mass teruskan masss… ennaakkk”
Sroorkkk.. cororkk setelah setengah jam.. saat-saat aku mo keluar… langsung kuminta Lia untuk berbalik dan kutusukan kontolku lewat belakang (gaya doggy).
“Ooougghhhh enak sekali memekmu Lia.” sahutku.
Blesss blesss..
“Mass enakk..”
Kupompa kontolku secara cepat dan akhirnya..
“Lia kita keluarin sama-sama yah”
“Iiiiiiyyya mass ohhhuuu sssss..hhhh massss aaaaaaaaaahhhh..”
Kuteriak agak keras dan akhirnya air pejuku muntah juga kedalam memeknya.
“Ooh mas enak sekali Lia lemas neh” sahutnya.
Setelah beberapa menit… Lia mohon pamit kembali ke kamarnya karena sudah tinggalin anaknya 3 jam tuh.. akhirnya aku juga tidur.
Keesokan harinya kita berdua terlambat bangun pagi.. dan aku pikir lebih baik bersiap-siap aja untuk beberapa jam akan sandar di pelabuhan Tanjung Priok saat aku lagi berbenah-benah. Kudengar ketokan di pintu dan suaranya Lia terdengar dari luar sana,
“Mas.. udah siap-siap yah..?” tanyanya.
“Iya neh..” sambil kulirik dia membawa anaknya.
“Ayo masuk dulu..” jawabku.
“Lia udah siapin barang-barangnya yah?” tanyaku.
“Ya udahlah mas, maka itu kita kesini mo memastikan, siapa tau mas masih belum bangun gara-gara semalam” bisiknya di telingaku.
“Hhhmmm Lia kamu itu makin menggemaskan aja” sambil kucolek pantatnya.
“Wow kelihatannya dia nggak pake celana dalam neh.” ucapku dalam hati aku jadi pengen buktiin neh tapi bagaimana yach? Soalnya dia bersama anaknya neh dan sebentar lagi kira-kira 2 jam-an udah mo nyampe di pelabuhan neh waaahhh. Aku jadi tambah panas dingin neh kulihat lia menghempaskan pantatnya di tempat tidurku anaknya juga disebelahnya.
“Lia kamu kok tambah cantik yah, memakai jilbab dan terusan (longdress) itu” ujarku.
“Aahh mas ini pasti kalo ngebilang itu ada maunya yach” selidiknya sambil senyum.
“Tau aja” sahutku.
Sambil kubereskan pakaianku dan kumasukin ke dalam tas, kulihat anaknya udah mulai rewel neh ndak tau kenapa yah. Kali aja udah mulai ngantuk atau udah tau yah mamanya mo pikiran ngeres mama.
“Ari kembali ke kamar dulu yach” tanya anaknya.
“Mo ngapain Ri?” tanya mamanya.
“Mo bobo bentaran aja ngantuk neh”
“Oohh ya udah kalo gitu, ntar lagi mama nyusul khan tinggal sejam lagi kita nyampe Ari bobo dulu yah ntar mama bangunin” sahut mamanya.
Langsung serta merta Ari pamit ke kamarnya dan kututup pintu kamarku. Tanpa menunggu lama lagi kuangkat longdressnya.
“Ooohhhh.. mass mo ngapain?” pekik Lia.
Hhhmmmmppp betul yang kuduga Lia tidak pake celana dalam pasti udah mo ngerasain kontolku lagi yah langsung kujilati saja memeknya.
Ssluuurppr… sluurprp…
“Ooughhs hmmmmss.. masss achhh mass”
Setelah sekian menit langsung kuangkat kakinya satu di atas tempat tidur dan kutusukan kontolku ke memeknya.
Blessssss… srelllpp… slleeeeeppp… bleessss…
“Oooouughhh massssss… nikkmmaattt… ssssscloopp… clop..”
Karena waktu yang terbatas aku semakin cepat memompa memeknya.
Ccroooppp.. cloppp.. bunyi paha kita beradu.
Ssluruuru blessslsss.. sssshh..
“Masss aku sungguh tidak bisass melupakanmu”
“Oooohhh.. Liiaaa mmemekmu sungguh legiiit”
Sslreeepp.. sloopp..
“Cepatan mas”
Langsung kupompa lebih cepat lagi dan akhirnya
“Ooooooohhhh aaaaaaaahhhh Lia siaapp aku mo keluar uuggghhh…”
Ccroooot… croottt.. croooot pejuku keluar langsung mengisi rahimnya lagi.
“Oooohhh mas sungguh nikmat kontol dan air manimu itu” sahut Lia.
Langsung tak lama pengumuman dari ABK bahwa setengah jam lagi kapal akan bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok serta merta kita berdua bergegas merapikan kembali pakaian dan Lia kembali ke kamarnya dan aku langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri lagi. Sebelum aku mandi kubilang sama dia.
“Ppake celana dalammu yah, soalnya nanti bisa diliat orang dan takutnya nanti aku minta lagi neh” ujarku dibalasnya Lia dengan memegang kontolku.
“Hhmmmmm kontol yang nikmat” ujarnya.
Kapal sudah berlabuh di pelabuhan dan kita berdua sudah tiba di dermaga dan saatnya kita berpisah. Masing-masing dari kita memberikan alamat rumah dan berharap di lain waktu kita bisa bertemu lagi lambaian tanganku menyertai kepergian Lia dan anaknya ke kampungnya. Oh Lia engkau memang birahi yang tak pernah padam walaupun tubuhmu tertutup jilbab dan gaun panjang namun kamu tidak bisa mempungkiri hatimu.

Lihat Juga :  Cerita Ngentot | Bercinta dengan Bidan Muda Cantik Mulu

Tamat

Cerita Seks Bugil Kenikmatan Dengan Debby

$
0
0

Cerita Seks Bugil Kenikmatan Dengan Debby – Seks Bugil Pagi itu, matahari belum mampu mengusir embun putih yang menyelimuti sebuah villa mewah di kawasan Puncak Tiket. Beberapa embun masih terlihat melayang geng angin. Tunas pinus masih ditutupi dengan embun pagi putih. Villa rumput masih basah.

Di dalam bak mandi air hangat, berendam Theo dan Debby duduk mesra memeluk. Dia duduk di paha Theo. Telapak tangannya mengusap busa guru matematika saat itu, dan dia merasa tangannya menyabuni punggungnya. Peluk mereka sangat erat dengan dada mereka saling menekan satu sama lain. Debby sesekali menahan nafas saat peregangan tubuhnya.

Menggeliat dada menyebabkan puting payudaranya nafsu mengalir melalui tubuhnya. Puting itu mengeras setelah beberapa gosok dengan Theo gelembung sabun mulus dada diisi. Selangkangan yang terendam dalam air hangat ketika dibakar nafsu penis menyentuh vaginanya. Debby menggoyangkan tangannya dari belakang leher ke Theo. Sementara penyabunan, leher menariknya Seks Bugil.

“Debby sangat mencintai Theo,” bisiknya.

Theo menggosok bahu dengan busa yang kaya. Busa dan gelembung membentuk bola kecil meleleh ke bagian atas dada dan punggung Debby. Dan menatap wajah cantik. Wajah yang terlihat semakin menarik sebagai gelembung sabun memenuhi lehernya yang jenjang. Disibaknya gadis rambut kembali. Foam dan kecil bola melekat pada rambut gadis itu, dan kemudian bola meletus. Menawan. Sangat cantik dan menawan, jantung bisik Theo Seks Bugil.

Mungkinkah aku jatuh cinta untuk kedua kalinya?, Theo bertanya-tanya dalam hati. Jatuh cinta dengan seorang mahasiswa yang masih muda dan nakal? Kenapa? Kenapa ..? Apakah karena itu menciptakan sensasi dan kepuasan? Ah .., Theo bergumam sambil mendesah. Kemudian mencium anak di dahi rambut gadis itu. Ia tidak mampu memikirkan pertanyaan-pertanyaan berkecamuk di pikirannya. Debby perilaku lembut dan kadang-kadang liar telah lumpuh alasan. Dia tidak bisa berpikir ketika meluap nafsu membakar tubuhnya Seks Bugil.

“Theo juga sangat mencintai Debby Theo Sebelumnya pernah merasakan sukacita terbakar nafsu seperti saat ini …” Theo mengatakan.

Cerita Sex. Mereka bola mata seolah-olah untuk melihat isi hati mereka. Lalu Theo menarik tubuhnya akan lebih erat melekat pada tubuhnya. Disabuninya punggungnya dengan telapak tangannya. Saat ia mengusap busa, tangannya terus mengembara untuk tenggelam ke dalam air. Lump-usapnya mengusap pantatnya.

Untuk sesaat, ia menahan napas saat meremas gumpalan pantat masih kenyal. Karena gadis itu duduk di paha, pantat benjolan itu terasa lebih kenyal daripada biasanya. Theo batang kemaluan lebih keras ketika kontak dengan vagina gadis itu. Dia bisa merasakan kelembutan bibir luar vaginanya saat bergesekan dengan bagian bawah batang kemaluannya. Dan dengan belaian lembut, dan tahan lipatan telapak tangannya bahwa keledai kenyal roti itu. Dia bisa merasakan Debby anus di jari tengahnya. -Usapnya mengusap beberapa kali untuk merasakan kehalusan lipatan daging ujung jarinya antara rektum dan vagina.

“Theoo .., Theo nakal!” Debby mendesah sambil menggeliat pinggulnya.

Meskipun leher basah, Debby merasa merinding di lehernya dan nikmat kesemutan yang disebabkan mengalir dari vaginanya. Dia meregangkan pinggul. Peregangan itu menyebabkan lebih bebas Theo telapak tangan digosok. Caress. Dia mencium leher berulang kali ketika Theo Theo merasa ujung jari menyentuh bagian bawah bibir vaginanya.

Tak lama kemudian, telapak tangan yang jauh bersama sampai ia merasakan lipatan bibir luar vaginanya mengucek disikat. Debby berulang kali mencium leher Theo. Panas dan liar ciuman sebagai ekspresi banjir nafsu yang melanda dirinya. Kadang-kadang lidahnya menjilati, menggigit sesekali dengan gemas. Dia bisa merasakan lendir nafsu yang memimpin lebih dalam vaginanya.

Karena vagina terendam dalam air, menyapu menyapu-di dinding dan merasa bibir vaginanya yang abrasif. Setiap menggosok waktu, lendir di vagina segera larutkan ke dalam air. Fingertips menjadi terasa lebih kasar daripada biasanya. Keinginan membara untuk mengeringkan tingkat kenikmatan yang lebih tinggi dari biasanya. Ekstasi hampir setara dengan menari lidah liar Theo di antara lipatan bibir vaginanya sambil membelai vaginanya di balkon villa. Dia terpaksa menahan nafas untuk mengontrol kesenangan yang dirasakan dalam tubuhnya.

“Shh .. Shh Aarrgghh ….” dia mengerang berulang kali.

Lalu ia bangkit dari pangkuan pria itu. Dia tidak ingin mencapai orgasme hanya karena chuck chuck-jari yang terasa kasar di lubang vaginanya. Tetapi ketika berdiri, lututnya terasa goyah. Sebuah rasa nikmat di vaginanya telah membuat dirinya seolah-olah ia sedang melayang. Lututnya tampak kehilangan sendi.

Theo cepat bangkit berdiri. Tangannya segera berbalik gadis itu. Dia tidak ingin seorang gadis muda yang dicintainya dijatuhkan. Nya Disangganya kembali ke dadanya. Kemudian lagi menuangkan sabun cair ke telapak tangannya. Dan mengusap perut sabun cair-usapkannya gadis muda. Ketika bergerak ke atas telapak tangan busa, didorong dan menggumpal di antara ibu jari dan telunjuk. Dan ketika gelembung yang bertabrakan di kurva bawah payudaranya, dia meremas dengan lembut.

Kedua payudara yang kenyal dan itu licin dan sangat halus. Pindah telapak tangannya ke atas. Dia sengaja membuka ibu jari dan jari telunjuk sehingga payudara puting masih kecil itu jari mencubit nya. Untuk sesaat, puting diperas diperas meremas dengan lembut. Puting meremas kiri dan kanan secara bersamaan. Dihapus. Diperas kembali. Kemudian gosok telapak tangan dan berhenti di leher gadis muda.

“Theo, aargh .., menyabuninya sangat panjang, aarrgghh ..” Debby mengerang saat ia mengulurkan pinggulnya.

Dia merasa batang kemaluan Theo lebih keras dan lebih besar. Mungkin karena ia merasa itu masuk batang kemaluan terselip di antara lipatan pantat cowok. Lalu ia mendongak ketika ia melihat kembali. Dia mengangkat tangan kanannya untuk menarik leher pria itu, dan menciumnya lembut. Lidahnya dan bergerak-gerak liar untuk memutar lidah Theo. Tangannya meluncur turun kirinya, dan testis meremas dia dengan putus asa.

Theo bergerak menuju telapak Debby pangkal paha kanannya. Sejenak ia membelai rambut keriting nya di atas vaginanya. Nikmati bulu masih pendek dan halus pada ujung jari-jarinya. Kemudian tangannya meluncur turun. Vagina kecil dihapus berulang kali. The Vagina baru sekitar 7 jam yang lalu membran perawannya Dipasrahkan akan disahkan oleh jamur tongkat kemaluannya.

Jari tengah terselip di antara bibir vagina bagian luar. Mengusap berulang kali. Telapak tangannya penuh dengan gelembung sabun membuat bibir vaginanya dan pangkal paha menjadi sangat licin. Langkah klitoris tampak menggeliat sambil mengusap telapak tangannya. Klitoris semakin keras dan licin dengan gelembung lendir dan sabun.

“Aarrgghh ..!” Debby mengerang saat merasakan penis mendapatkan dorongan kuat ass lipatan sepotong.

Dia merasa nafsu lendir membanjiri vaginanya. Lendir pasti dicampur dengan busa sabun, pikirnya. Lalu ia berjongkok agar vaginanya terendam ke dalam air. Kesenjangan antara membersihkan bibir vaginanya digosok dengan dua jari.

Ketika melihat ke atas, ia melihat Theo memiliki poros kemaluan tepat di depannya. Stem telah membengkak alat kelamin dan terlihat mengangguk. Ada setetes lendir ujung batang kemaluan menghiasi itu. Tepat di tengah-tengah dari jamur yang berwarna kecoklatan. Itu indah, dia bergumam. Dan menatap warna kemerahan di lekukan antara jamur dan poros kemaluan itu. Sekejap mata menonton mereka kurva yang indah.

Setelah diamati, meremasnya lembut poros kemaluan. Kemudian diarahkan ke mulut. Mencium jamur tip. Ada ‘diam’ ketika ia melepaskan ciumannya. Setetes lendir yang menghiasi ujung jamur dipindahkan ke bagian dalam bibir celah kedua. Untuk sesaat, matanya setengah tertutup ketika ujung lidah dan dua bibir lendir rasa.

Tubuh Theo bergetar nikmat menolak ketika ia melihat lidah dan bibir bergerak lendir mencicipi Debby. Mencicipinya dengan perasaan! Jadi erotis! Batang menjadi ayam semakin keras. Berdiri tegak! Dia meraih bahunya karena tidak lagi mampu mengontrol tekanan darah dalam pembuluh darah memenuhi poros kemaluannya.

Setelah berdiri, Debby merasa Theo telapak mengangkat paha kirinya. Saat ia mencium bibirnya, telapak tangan masih memegang bagian belakang pahanya sampai dia punya kakinya melilit pinggang pria. Dia masih berusaha untuk menyesuaikan keseimbangan ketika ayam jamur Theo menyelinap ke celah antara bibir vaginanya. Karena tubuhnya masih belum seimbang, jamur itu memisahkan. Theo sedikit menekuk lututnya saat ia mencoba menyelinap kemaluannya jamur kembali. Dia sangat ingin merasakan belakang vagina sempit meremas poros kemaluannya. Mendengus pernapasan menentu. Dalam terburu-buru, dia mendorong pinggulnya.

“Argh, aarrgghh .., Theo!” Debby mengerang.

“Masih sakit?” Theo bertanya.

“Ini menyakitkan sedikit ..” Debby mengatakan.

Theo ayam batang tarik perlahan, kemudian mendorong kembali perlahan-lahan pula. Sementara mendorong, ia menatap vaginanya. Matanya berkaca-kaca seolah-olah kabut yang menutupi matanya ketika ia melihat bibir luar vagina bergabung dipaksa dengan batang kemaluannya. Ia masih menatap terpesona karena perlahan-lahan menarik kembali poros kemaluannya. Yang luar bibir vagina dan karena pecah sengaja menunjukkan lipatan vaginanya celah pink!

“Masih sakit, Sayang?”

“Hmm!”

“Apakah itu sakit?”

“Enaak .., Theo!”

Theo tersenyum. Dilumatnya bibir saat ia dicap pinggulnya. Dengan cepat, tongkat kemaluannya ditusuk. Dia berhenti berdebar pinggul dan berdiri kejang setelah serviks merasa tersentuh oleh cendawannya tip. Wajah dan menatap murid tercinta pernah dikagumi!

Selain cantik dan seksi, bahwa siswa tidak pernah meminta atau membantah ketika ia menabrak kemaluannya sambil berdiri. Murid taat serta memiliki ide-ide liar yang sensasional dalam bercinta. Mungkin ini memang diberkati dengan bakat siswa saya membuat, kata Theo pikir. Bakat untuk menaklukkan pria! Betapa beruntungnya aku menjadi guru! Theo tarik perlahan poros kemaluannya. Tangan meremas pantatnya cowok dan yang lainnya meremas dadanya.

“Aarrgghh ..!” Debby mengerang saat ia merasa poros Theo kembali kemaluan menusuk vagina.

Ia terpaksa berjinjit karena rasanya seperti membelah batang kemaluan vaginanya. Tangannya erat merangkul leher Theo. Dia ingin menggantungnya di leher. Lututnya terasa lemas menahan kenikmatan menjalari tubuhnya. Panas nafsu membuat pori-pori di tubuhnya menjadi terbuka. Butiran keringat mulai merembes keluar dari pori-porinya, bercampur dengan busa sabun yang tersisa di beberapa bagian tubuhnya.

Semakin sering kemaluan jamur pria akhirnya menyentuh rahimnya, semakin Anda keringat merembes melalui tubuhnya. Sampai akhirnya mengkristal keringat terlihat di kulitnya! Kali napas Debby beberapa berhenti ketika Theo menarik batang dan dorong kemaluannya. Menarik dan terjun pesat sampai merdu itu dipotong-dipotong ‘setiap kali bentrok selangkangan selangkangan dengan Theo. Dan setiap kali saya mendengar ‘memukul’ suara, rasanya seolah-olah darah berdesir ke atas mahkota.

“Aarrgghh .., aarrgghh .., Theoo!”

“Theoo .., Debby pipiis ..!”

Moan yang membuat Theo pinggul lebih cepat dicap. Keringat mengucur dari dahinya. Dia mencoba menahan napas untuk mengendalikan tekanan untuk menyemprotkan air mani dari lubang batang kemaluannya. Tapi orgasme gadis muda dia menyukainya rupanya membuatnya tidak lagi mampu menahan tekanan dari testis semen mengalir. Vagina sempit meremas berdenyut poros ayam. Menyedot air mani yang masih terjebak dalam batang kemaluannya. Buatlah tak berdaya untuk mengontrol tekanan poros semen lubang penyemprotan ayam.

“Aarrgghh .. Aarrgghh ..!! Debby, aarrgghh ..!” Theo meraung sambil menyodorkan poros ayam mendalam.

“Theoo .., Ssst, Ssst ..” Debby desis berulang kali ketika rasa air mani pria yang dicintainya itu ‘menembak’ mulut rahimnya.

‘Shots’ yang pertama panas dan bergerak naik untuk membuatnya berdiri kaku dan punggungnya melengkung ke belakang. ‘Shots’ kedua dan ketiga membuatnya semakin tergantung berjingkat setengah leher Theo.

“Aarrgghh .., Debby! Argh .., enaknya!” Theo mengerang di telinga Anda yang murid yang dikasihi.

“Theoo .., .. Ssst, Ssst ..!” Debby mendesis juga berulang kali tak lama setelah lepas dari puncak orgasme!

Theo lap telapak tangan benjolan Debby ass. Telapak tangannya masih dapat merasakan kedutan-kedutan di pantat benjolan ketika dia mencapai puncak orgasmenya. Dan dengan kekuatan yang tersisa di tubuhnya, di benjolan ass tarik karet sehingga mereka tidak jatuh. Dia tidak ingin dia turun karena ia masih ingin menjaga poros kemaluannya jauh di dalam kelembutan vagina yang sempit. Vagina dikagumi, muda, segar, dan masih berwarna pink!

“Puas, Sayang?” Theo berbisik, menggosok punggung Debby.

“Puas benar-benar!”

“Theo sangat menyayangi Debby.”

“Debby juga sangat menyukai Theo,” kata Debby, mencium bibir Theo.

Mereka terus berciuman mesra untuk membendung kontrak Theo Vagina kemaluan dan terlepas dari Debby.

Lihat Juga :Cerita Sex Kenikmatan Jepitan Susu Lidya

Tamat


Cerita Bokep Pacar Baru Yang Hebat

$
0
0

Cerita Bokep Pacar Baru Yang Hebat – Pacar Baru Yang Hebat – Selain itu aku sangat rajin merawat tubuhku. Fitness, olahraga dan ke salon adalah rutinitasku. Karenanya aku tumbuh menjadi gadis yang energic dan seksi. Baju-baju ketat, semi-transparan dan tank top adalah ‘seragam’ku, sehingga kemolekan tubuhku semakin terpancar. Malah kal0 di rumah aku tidak segan-segan untuk tampil sangat seksi. Toh untuk apa punya tubuh seksi kal0 tidak ditunjukkan ke orang lain. Tapi aku masih punya batas-batas kewajaran.

Aku kuliah di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Usiaku belum genap 20 tahun. Aku asli Jakarta, tapi aku lebih memilih untuk kuliah di Bandung. Biar jauh dari orangtua. Dari sejak SMA aku sudah bercita-cita ingin kuliah jauh dari orangtua. Soalnya malas juga tinggal serumah dengan orangtua, yang sedikit-sedikit melarang ini itu.

Di Bandung, Papaku membelikanku sebuah rumah. Aku tinggal sendiri di sana bersama pembantuku dan anaknya yang masih kecil. Rumahku cukup besar dengan perabotan yang lengkap plus mobil BMW seri terbaru, maklumlah Papaku adalah seorang pengusaha yang cukup sukses. Itu tidak seberapa baginya. Itu adalah hadiahku karena lulus UMPTN.

Sore itu aku baru pulang kuliah. Capek sekali rasanya setelah seharian berkutat dengan kuliah. Bayangkan saja aku kuliah dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Non stop. Karenanya aku merasa badanku lelah dan ingin istirahat. Untung besok libur (hari sabtu), jadi aku bisa memanfaatkan waktuku untuk istirahat.

Puh.. Aku mensandarkan tubuhku di sofa ruang tengah. Aku haus sekali, maka kuputuskan untuk memangil Bi Icah agar membuatkan minum untukku. Ups.. Ternyata aku lupa. Bi Icah dan anaknya sedang pulang kampung tadi pagi. Maklum sejak aku tinggal di Bandung mereka belum pernah pulang, jadi kuijinkan mereka pulang kampung. Ah.. Malas benar aku mengangkat pantatku dari sofa. Tapi rasa hausku mengalahkanku, maka dengan malas aku mengambil air dingin di dapur untuk menghilangkan rasa hausku.

Kemudian aku pergi ke kamar, kucoba untuk istirahat. Walau badanku capek sekali tapi aku tidak bisa memejamkan mata. Maka kuputuskan menyalakan komputerku mencoba mencari hiburan. Baru saja kunyalakan komputer, HP-ku berbunyi. Segera kuambil HP-ku dari tas. Di screen tertuliskan “CINTA”, maka segera kuangkat, karena itu adalah dari Alan, cowokku.

“Halo Sayang. Lagi ngapain? “Kata suara di seberang sana.
“Ada apa, Lan? Gue lagi sendiri nih di rumah. Gak lagi ngapa-ngapain” jawabku.
“Malam ini jalan yuk, say. Besok kan libur. Mau gak?”
“Aduh gue cape banget nih, Say. Malas keluar. Mending lo aja yang ke rumah. Lagian rumah sepi, Gak ada orang. Sekalian temanin gue. Mau gak?” Rengekku manja.
“Ya udah tunggu aja. 30 menit lagi gue ke sana. Dah Sayang..!” Katanya.
“Dah..”

Alan adalah cowok baruku. Orangnya ganteng da sangat perhatian terhadapku. Kami baru jadian sekitar 3 minggu yang lalu. Tapi dia sudah beberapa kali menikmati tubuhku. Yup.. Aku memang cewe yang liberal. Aku menyerahkan keperawananku sama mantanku sewaktu SMA dulu. Jadi bagiku sex bukan hal yang terlalu tabu. Tapi aku masih tahu tata krama. Aku gak sembarang tidur dengan cowo. Aku gak mau dicap cewek gampangan. Aku hanya mau ML sama orang yang benar-benar kucintai. Ya.. Seperti Alan ini. Dia lumayan bisa memuaskanku. Hampir di setiap kesempatan kami selalu mereguk kenikmatan duniawi. Paling sering sih di kontrakannya, karena sepi. Sedangkan di rumahku belum pernah karena ada pembantuku. Malah tak jarang, ketika kami sudah sama-sama pengen ML kami membooking hotel untuk menuntaskan nafsu kami. Mengingat-ingat kejadian itu libidoku perlahan-lahan naik.

Maka segera kuganti bajuku. Aku ingin tampil sexy di depan Alan. Segera kugunakan celana pendek putih semi transparan yang ketat. Saking ketatnya terasa CD-ku tercetak di sana. Pantatku yang bulat sekal terlihat indah menonjol. Kemudian kugunakan tanktop putih ketat juga. Aku bercermin, lumayan sexy juga, batinku. Payudaraku yang lumayan besar tercetak di bajuku. Malah karena saking kecilnya bajuku itu, jika aku bergerak-gerak dadaku juga terayun kesana kemari. Aku senang sekali melihatnya. Pasti Alan suka melihatnya. Aku tak sabar ingin cepat-cepat berjumpa dengannya.

Beberapa saat kemudian kudengar suara klakson berbunyi. Itu pasti Alan. Aku, bercermin sebentar memastikan penampilanku lalu membuka pintu. Benar saja, mobil Alan sudah ada di depan gerbang rumahku yang masih terkunci. Aku berlari-lari menuju gerbang untuk membuka pintu pagar rumahku, hal itu otomatis membuat dadaku terayun kesana-kemari. Alan pasti melihatnya dengan jelas karena jarak yang tidak terlalu jauh. Dadaku bergerak-gerak dengan bebasnya. Setelah kubuka gerbang, perlahan-lahan mobilnya masuk ke garasiku. Segera kututup gerbang kembali dan aku menghampirinya yang baru keluar dari mobil.

“Halo Sayang..” katanya. Dipamerkannya senyum manisnya. Kacamata coklat yang dipakainya menambah kesan macho-nya.
“Halo juga. Silahkan masuk, Say” kataku mempersilakannya masuk ke rumah.

Dia mengikutiku dari belakang. Aku bisa pastikan matanya tidak akan lepas dari pantatku yang bergoyang kesana-kemari dengan indahnya. Kemudian aku menutup pintu rumah dan menguncinya. Baru aku membalikkan tubuhku, Alan sudah berdiri di depanku dengan senyum indahnya.

“Kamu sexy sekali hari ini, Sayang” katanya sambil mendekatkan bibirnya ke mulutku. Segera kusambut bibirnya dan kami melakukan french kiss.
“Terima kasih” jawabku sambil kembali menciumnya, kali ini ciuman kami makin dahsyat. Sambil menciumi bibirku, tangannya perlahan-lahan menjamah dadaku. Aku semakin ganas membalasnya. Ketika tangannya mulai menyusup ke dalam tank topku, segera kuhentikan.
“Sabar dulu dong, Say. Ga sabaran amat” ucapku sambil menjauhkan tubuhku darinya.
“Mending duduk dulu, aku buatkan minum ya?”, lanjutku lagi.

Aku sengaja menahan kenikmatan tadi, padahal sebenarnya aku juga sudah ingin sekali. Dia hanya mengangguk lalu pergi menuju sofa. Segera kubuatkan minum dan memberikanya kepadanya. Softdrink yang kusuguhkan langsung dihabiskannya. Kemudian matanya menatapku. Aku tahu maksudnya. Maka aku pindah ke sebelahnya, lalu diciumnya bibirku. Aku hanya bisa memejamkan mata menikmati bibir lembutnya. Kemudian dia peluk aku dan tangannya mulai meremas-remas dadaku. Aku mulai merem-melek sambil memutar badanku.

Sekarang aku duduk di paha Alan berhadap-hadapan. Kembali kami berciuman dengan penuh gairah. Lidah kami saling beradu. Perlahan bibirnya turun ke pipiku lalu ke leherku. Diciumnya leherku. Lidahnya menari-nari dari ujung leherku ke ujung yang satunya lagi. Hal itu membuatku seperti cacing kepanasan saking nikmatnya. Tangannya tidak tinggal diam. Diremas-remasnya dadaku yang mulai mengeras. Tangannya sungguh lihai meremas-remas payudaraku sehingga membuatku makin menggelinjang. Aku tak tahan hingga kembali kulumat bibirnya. Lidahku beradu dengan lidahnya lagi. Aku sudah tidak tahu kapan pertama kali aku semahir ini melakukan ciuman. Alan mulai menyusupkan tangannya ke balik tank topku dan mencari pegangannya, dadaku. Gesekan tangannya langsung di permukaan kulit dadaku hingga sungguh kenikmatannya tiada tara.

“Ehh.. Eh..” rintihku. Sejenak dihentikannya aktivitasnya karena menyadari sesuatu sambil bertanya..
“kamu ga pakai bra ya, Say?” aku hanya tersenyum lalu kembali melumat bibirnya.

Dia juga semakin ganas meladeni ciumanku. Tangannya makin keras meremas-remas dadaku. Memelintir dari atas ke bawah dan sebaliknya. Kurasakan penisnya mulai menegang di bawah sana. Kemudian dia menghentikan remasan dan ciumannya, lalu mulai melepas tank topku. Aku membantunya melepaskan penutup dadaku itu melewati kepala. Maka segera dadaku yang tanpa penutup apa-apa lagi terpampang di hadapannya. Dadaku yang putih, bulat kencang dengan puting berwarna kemerah-merahan menjadi santapan matanya. Dia sangat kagum melihat payudaraku. Walaupun sudah sering melihat dadaku, bahkan menjilat, melumat dan menggigitnya, dia tetap saja menelan ludah menikmati pemandangan ini.

“Dadamu indah sekali, Sayang!’ ujarnya.

Kemudian didorongnya kepalanya di antara kedua gunungku, lalu lidahnya bergerak di sana. Aku meringis dan mendesis menikmati momen tersebut. Kemudian dia mulai mencium dadaku yang kanan, dilumatnya dengan penuh nafsu. Beberapa detik kemudian aku menjerit pelan karena aku merasakan gigitan pada puting kananku, dia dengan gemasnya menggigit dan mencupangi putingku itu sehingga meninggalkan jejak di sekitarnya.

“Hhmm.. indah sekali dadamu ini Say,” pujinya lagi sambil tangannya yang satu lagi mengelusi punggung dan leherku dan berakhir di dada kiriku.

Diremasnya dada kiriku yang sudah tegak berdiri tersebut. Remasan dan jilatannya silih berganti antara dada yang kanan dan yang kiri, sehingga menimbulkan sensasi kenikmatan yang tiada tara. Aku sampai melayang-layang dibuatnya. Puas meremas dadaku yang kiri, tangannya yang kanan mulai menurun hingga mencengkeram pantatku yang bulat dan padat. Aku hanya bisa mendesah nikmat. Kuremas-remas rambutnya mencoba mengimbangi desakan birahi ini. Untung rumahku sepi, kalau tidak mana mungkin aku bisa bercinta di sofa seperti ini.

Setelah puas menggerayangi dadaku, dia pun melepaskanku. Segera dibukanya bajunya, lalu dia membuka celana panjang beserta celana dalamnya sehingga penisnya yang dari tadi sudah sesak dalam celana dalamnya itu kini dapat berdiri dengan dengan tegak. Kemudian dia duduk di sofa dengan mengangkangkan kakinya. Matanya menatap mataku dengan penuh harap. Aku mengerti maksudnya. Dia ingin dioral tentunya. Sebenarnya aku kurang mahir melakukan oral sex, aku masih butuh belajar, tapi nafsu ingin saling memuaskan membuatku melakukannya. Maka perlahan-lahan aku duduk di lantai menghadap penisnya.

Batang Alan yang sudah tegang itu kini berada dalam genggamanku. Kukocok-kocok ke atas dan ke bawah. Nampaknya dia menikmati kocokanku. Tanganku yang halus naik turun di batangnya. Nampaknya dia sangat menikmati kocokanku di penisnya. Hal itu terbukti dengan matanya yang tertutup rapat. Aku menikmati ekspresinya yang keenakan itu.

“Uh.. Enak sekali Aliah.. Oh..”, desahnya.
“Masukkan dong Say, ke mulutmu” pintanya.

Tanpa diminta 2 kali aku menuruti kemauan orang yang kusayangi itu. Perlahan namun pasti, penisnya kuarahkan ke rongga mulutku. Penis itu kucium dan kujilat ujungnya dengan lembut bahkan sangat lembut sekali. Benda itu bergetar hebat diiringi desahan pemiliknya. Seponganku di batangnya kupadukan dengan sedikit kocokan. Alan pasti keenakan kuperlakukan seperti itu. Tapi aku akan membuatnya lebih keenakan. Lalu kubuka mulutku lebih lebar untuk memasukkan penis itu semuanya ke mulutku. Hhmm.. hampir sedikit lagi masuk seluruhnya, tapi nampaknya sudah mentok di tenggorokanku.

Dalam mulutku, penis itu kukulum dan kuhisap, kugerakkan lidahku memutar mengitari kepala penisnya. Hanya itu yang kulakukan tapi tampaknya dia sudah blingsatan. Padahal harus kuakui bahwa oral sexku belum apa-apa dibandingkan cerita teman-teman cewekku yang pernah melakukannya. Bahkan masih kalah jauh daripada BF yang pernah kutonton. Tapi aku tetap melanjutkannya. Toh Alan masih keenakan. Memang sih, Alan mengaku baru ML pertama kali denganku. Jadi dia belum bisa membandingkannya dengan yang lain.

Sesekali aku melirik ke atas melihat ekspresi wajahnya saat menikmati seponganku. Dia mengelus-elus rambutku dan mengelap dahinya yang sudah bercucuran keringat dengan sapu tangan. Alan nampaknya tidak mau cepat-cepat keluar, maka ditariknya kepalaku. Aku berdiri tegak di hadapannya yang masih bersandar di sofa. Segera kulepaskan celana pendek beserta CD-ku sekalian. Matanya nanar melihat ketelanjanganku. Aku seperti manusia yang baru lahir, polos. Kini aku sudah telanjang bulat di hadapannya. Aku lalu naik ke pangkuannya. Dengan senyum nakal aku meremas-remas dadanya yang bidang.

Lalu kubenamkan kembali wajahnya ke payudaraku hingga dia pun mulai menyusu di situ. Kali ini dia menjilati seluruh permukaannya hingga basah oleh liurnya lalu dikulum dan dihisap kuat-kuat. Tangannya di bawah sana juga tidak bisa diam, tangannya meremas-remas pantat dan pahaku. Dielus-elusnya paha putihku itu. Berbeda dengan pahaku yang dielusnya dengan lembut, pantatku justru diremasnya dengan keras. Gumpalan daging pinggulku menjadi bulan-bulanan tangannya.

Aku hanya mendesah-desah. Giginya yang putih menarik-narik puting susuku. Hal itu semakin membuatku merintih. Malah kini tangannya yang bercokol di pahaku mulai merambat semakin jauh. Aku tak kuasa untuk tidak merintih dan mendesah. Bongkahan pantatku diremas, dadaku dilumat dan sekarang tangannya yang kanan menggerayangi vaginaku dan menusuk-nusukkan jarinya di sana. Ohh.. nikmatnya, batinku.

Sebagai respons aku hanya bisa mendesah dan memeluknya erat-erat, darah dalam tubuhku semakin bergolak sehingga keringatku menetes-netes. Mulutnya kini merambat naik menjilati leher jenjangku, dia juga mengulum leherku dan mencupanginya. Cupangannya cukup keras sampai meninggalkan bercak merah. Akhirnya mulutnya bertemu dengan mulutku lagi dimana lidah kami saling beradu dengan liar. Sambil berciuman tanganku meraba-raba selangkangannya yang sudah mengeras itu.

“Lan.. Sekarang ya..”, pintaku memelas.

Aku sudah tidak tahan lagi ingin segera menuntaskan birahiku. Maka kuangkat pantatku sebentar dan mengarahkan vaginaku ke penisnya. Dia memegang penisnya siap menerima vaginaku. Sedikit demi sedikit aku merasakan ruang vaginaku terisi dan dengan beberapa hentakan masuklah batang itu seluruhnya ke dalam. Aku tak kuasa untuk tidak menjerit kala batang Alan membelah bibir vaginaku. Sama sepertiku, dia juga mendesah menyebut namaku saat penisnya amblas ditelan vaginaku.

“Oohh..!” desahku dengan tubuh menegang dan mencengkram bahu pacarku. Kurasakan liangku agak nyeri, tapi itu cuma sebentar karena selanjutnya yang terasa hanyalah nikmat.

Kemudian, secara perlahan-lahan aku menaikturunkan tubuhku di atas penisnya. Kupacu kejantanannya dengan goyanganku. Aku tiba-tiba menjadi gadis yang liar yang butuh kenikmatan. Kugoyang-goyangkan vaginaku di atas batangnya sambil sesekali membuat gerakan memutar. Vaginaku seperti diaduk-aduk. Aku sangat menikmati posisi ini, karena aku bisa mengendalikan permainan. Desahan-desahan nikmat menandai keluar masuknya batang Alan. Alan juga merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan. Matanya menatap wajahku yang kemerahan karena nikmat.

“Ahh.. Ahh..” desahku seiring dengan naik-turunnya tubuhku.

Dadaku yang sudah menegang maksimun terayun-ayun dengan indah di hadapannya. Alan juga mulai membantu menyodok-nyodok penisnya, sehingga kenikmatan yang kurasakan semakin bertambah. Tubuhku terlonjak-lonjak dan tertekuk menahan sensasi kenikmatan dunia. Hal itu membuat payudaraku semakin membusung ke arahnya. Kesempatan ini tidak disia-siakannya, dia langsung melumat dadaku yang kiri dengan mulutnya. Aku semakin menjerit keras. Dengusan nafasnya dan jilatannya membuatku merinding dan makin terbakar birahi.

Alan semakin menyerangku dengan meremas-remas dadaku yang kanan serta memilin-milin putingnya. Alan sungguh pintar menyerang titik sensitifku. Sepuluh menit lamanya kami berpacu dalam gaya demikian. Saling berlomba-lomba mencapai puncak. Sodokan-sodokannya semakin lama semakin cepat dan makin berirama. Mulutnya tak henti-henti mencupangi payudaraku yang mencuat di depan wajahnya, sesekali mulutnya juga mampir di pundak dan leherku. Sungguh kenikmatan yang sangat indah. Tangannya yang tadi lembut menggerayangi paha dan pantatku, sekarang cenderung kasar. Aku sudah sangat kecapaian dengan posisi tersebut sehinga goyanganku semakin lama semakin tidak bertenaga. Malah kini dia yang aktif menyodok-nyodok kejantanannya.

Menyadari hal tersebut, Alan minta ganti posisi. Ditariknya penisnya dari rongga kemaluanku. Ada perasaan kesal, tapi itu tidak berlangsung lama. Tubuhku dibalikkan telungkup di atas sofa. Lalu kakiku ditarik hingga terjuntai menyentuh lantai, hingga otomatis kini pantatku pun menungging ke arahnya. Dadaku yang dari tadi menjadi bulan-bulanannya menekan sofa karena aku telungkup. Alan sibuk memegang erat-erat kedua pahaku.

“Siap-siap ya Say!” ujarnya.

Aku hanya bisa menganggukkan kepala menunggu kenikmatan selanjutnya dengan posisi doggy style. Alan pernah bercerita bahwa posisi ini sangat disukainya, karena dia yang mengambil kendali dan bebas meremas-remas semua bagian tubuhku, bahkan anusku. Sebelum menusuk vaginaku, dia terlebih dahulu mencium punggungku. Seluruh tubuhku kembali bergetar, seakan terlempar ke-awang-awang. Sendi-sendiku bergetar menunggu penisnya menembus kemaluanku. Posisi ini membuat kegatalan birahiku semakin tak terhingga, hingga membuat aku menggeliat-geliat tak tertahankan.

“Alan.. Buruan..!” rengekku sudah tidak tahan lagi. Alan mematuhiku. Sambil meremas pantatku dia mendorongkan penisnya ke vaginaku.
“Ohh.. Ngghh..!” desisku saat penis yang keras itu membelah bibir kemaluanku.

Penisnya dengan perlahan dan lembut mengaduk-aduk vaginaku. Kontan aku menjerit-jerit keras. Dalam posisi seperti ini sodokannya terasa semakin keras dan dalam, badanku pun ikut tergoncang hebat, payudaraku serasa tertekan dan bergesekan dengan sofa. Hal itu justru menimbulkan kenikmatan tersendiri, apalagi sofaku terbuat dari kulit sehingga gesekan di dadaku terasa sedikit kasar namun nikmat.

“Ah.. Euh.. Ah.. Aw..” aku cuma bisa mendesah setiap kali dia menyodokkan penisnya ke vaginaku.

Alan menggenjotku semakin cepat. Vaginaku dihunjam penisnya yang sekeras batu itu. Otot-otot kemaluanku serasa berkontraksi semakin cepat memijati miliknya. Dengusan nafasnya bercampur dengan desahanku memenuhi ruang tengahku. Mulutku megap-megap dan mataku terpejam. Beberapa menit kemudian dia menarik tubuh kami mundur selangkah sehingga payudaraku yang tadinya menempel di sofa kini menggantung bebas. Kemudian dilanjutkanya kocokannya. Payudaraku terayun ayun ke depan dan ke belakang. Terkadang dadaku menyentuh sandaran bawah sofa sehingga menimbulkan rasa sakit. Tapi rasa sakit tersebut tertutupi kenikmatan yang menjalar ke seluruh aliran darahku.

Sambil berpacu dalam gaya doggy ini, tangannya kini tidak tinggal diam. Dia mulai menggerayangi payudaraku yang semakin ranum karena aku menungging. Ditariknya-tariknya benda kenyal itu sesuka hatinya. Aku merem-melek menikmati tangannya bergerilya dari dadaku yang kanan ke dadaku yang kiri. Aku menjerit kegelian saat dia mengocok vaginaku dengan cepat dan keras, tapi dia meremas dadaku dengan lembut sekali dan sesekali memelintir-melintir putingnya.

Tubuhku kembali menggelinjang dahsyat, pandanganku serasa berkunang-kunang. Gesekan-gesekan di liang kewanitaanku serta remasanremasan di dadaku membuat pertahananku sebentar lagi akan jebol. Pandanganku kabur dan kurasakan kesadaranku hilang. Akhirnya aku pun tak bisa lagi menahan orgasmeku. Mengetahui bahwa aku akan segera keluar, dia semakin bergairah, tubuhku ditekan-tekannya sehingga penisnya menusuk lebih dalam, tangannya pun semakin kasar meremas payudaraku.

“Aahhkk..!” jeritku bersamaan dengan mengucurnya cairan cintaku.

Kugenggam erat karpet ruang tamu merasakan detik-detik orgasmeku. Aku menggigit bibir merasakan gelombang dahsyat itu melanda tubuhku. Aku merasakan cairan cinta yang mengalir hangat pada selangkanganku. Tapi itu belum berakhir, karena Alan masih terus mengocokku sehingga orgasmeku semakin panjang. Alan juga nampaknya akan segera orgasme. Hal itu tampak dari gayanya yang khas jika akan orgasme.

“Aku mau keluar, aku mau keluar..” Alan membisikkannya sambil ngos-ngosan dan masih terus mengocokku.
“Jangan di.. Jangan di dalam. Ah.. Ah.. Oh.. Aku.. Aku lagi.. Subur.”

Aku cuma bisa berbicara begitu, setidaknya aku bermaksud berbicara begitu karena aku tidak tahu apakah suaraku keluar atau tidak, pokoknya aku sudah berusaha, itu juga sudah aku paksa-paksakan. Aku tidak tahu apakah dia mengerti apa yang aku bicarakan, tapi yang jelas dia masih terus mengocokku.

Beberapa detik kemudian, dia mencabut penisnya, kakiku langsung ambruk ke lantai. Alan yang menyodokku dari belakang akhirnya klimaks. Dia mengeluarkan penisnya dan menyiramkan isinya di punggung dan pantatku. Air maninya membasahi tubuhku bagian belakang. Tidak terlalu banyak spermanya, tapi sangat lengket kurasakan di tubuhku. Kemudian dia ambruk menindihku. Kurasakan penisnya yang menindih pantatku mulai mengecil.

“Terimakasih, Sayang” ucapnya sambil mengecup leherku. Aku hanya terpejam menikmati sisa-sisa kenikmatan barusan.

Akhirnya malam itu Alan menginap di rumahku. Sudah bisa ditebak kami akan mereguk kenikmatan sepanjang malam sampai besok paginya karena libur.

Sesudah percintaan di ruang tamu tadi, Alan menikmati tubuhku lagi di kamar mandi. Aku yang sedang mandi dikejutkan akan kehadirannya di depan pintu. Walau masih lemas, aku terpaksa meladeninya. Aku hanya diam di lantai kamar mandi sedangkan dia yang aktif menyodokku. Malah yang seru adalah ketika sehabis makan malam di luar. Kami kembali ke rumah dan langsung ke kamarku. Aku yang sudah bersiap-siap tidur diajaknya menonton BF di komputerku.

Adegan-adegan mesum di layar monitor membuat libidoku cepat naik. Aku mencoba memancing gairah Alan, tapi dia menolak untuk menyetubuhiku. Aku bingung dibuatnya, tidak biasanya dia menolak seperti itu. Selama ini justru aku yang sering menolak bersenggama dengannya. Saat itu, katanya dia mau ML tetapi ada syaratnya. Dia memintaku untuk menari-nari seperti penari telanjang. Aku sih OK saja, berhubung dia adalah pacarku dan nafsuku ingin segera dituntaskan, maka aku menuruti kemauannya.

Lihat Juga :  CERITA BOKEP TANTE TEMENIN NONTON BOKEP

Tamat

Cerita Dewasa Ngentot Memek Cewek Penjual CD Genit

$
0
0

Cerita Dewasa Ngentot Memek Cewek Penjual CD Genit – Perkenalkan namaku Wawan. Umurku 23 tahun, dan aku adalah mahasiswa tingkat akhir sebuah PTS di Jakarta. Saat ini aku tinggal menyelesaikan skripsi, tetapi sampai sekarang masih belum selesai-selesai juga. Mungkin karena aku saat ini terlalu fokus pada bisnis wiraswastaku. Hasilnya sangat lumayan sih, jadi membuatku agak mengabaikan skripsiku itu. Tetapi aku berniat untuk mulai mengerjakannya lagi di tengah-tengah kesibukan mengerjakan proyek-proyek bisnisku. Bangga juga bila mempunyai gelar nanti, dan terlebih hal itu bisa membuat orang tuaku senang.

Semenjak aku kenal dengan Tante Sonya, seperti kuceritakan dulu di ‘Beli Mobil Berbonus Seks’, aku jadi ketagihan bermain seks. Aku selalu memikirkan hal itu, terutama bila setelah beberapa hari tidak ada penyaluran. Memang aku mempunyai pacar, tetapi dengan Monika pacarku itu, aku hanya bercumbu saja dan tidak sampai berhubungan lebih jauh. Dia memang ingin mempertahankan mahkotanya sampai menikah nanti.

Berhubung sekarang aku sudah mempunyai penghasilan, aku bisa menggunakannya sebagian sebagai ‘biaya’ kenakalanku. Kadang aku dan temanku pergi hunting ABG-ABG yang sering nongkrong di mall atau tempat nongkrong lainnya. Hanya saja aku lebih suka kalau mengencani Tante-Tante yang kesepian, selain banyak pengalaman, juga bebas risiko dari PMS. Aku juga masih sering berhubungan dengan Tante Sonya, dan juga teman-temannya. Memang Tante Sonya ini memperkenalkanku dengan beberapa temannya yang kesepian. Mungkin lain kali aku akan menceritakan pengalaman nikmatku dengan mereka, tetapi saat ini aku ingin menceritakan kejadian lain beberapa hari yang lalu.

Malam itu aku sedang suntuk di tempat kosku. Aku perlu refreshing setelah mengerjakan salah satu proyek pesanan klienku. Kutelepon Monika untuk kuajak nonton, tetapi ternyata dia bilang bahwa dia sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya yang sudah mendekati deadline.

Akhirnya kuputuskan saja untuk membeli DVD sekalian makanan untuk malam nanti. Di dekat tempat kosku, memang terdapat penjual DVD bajakan. Sudah sering aku beli DVD di tempat itu, malahan aku sudah kenal cukup dekat dengan penjualnya. Kadang saat aku beli DVD, uang kembaliannya aku beri untuk dia. Umurnya sekitar 25 tahunan dan berbodi seksi. Namanya Sinta, dan orangnya memang agak genit. Kalau dilihat sekilas, ada miripnya dengan Della Puspita. Tidak mirip sekali sih, tapi lumayan cantik. Hanya bodinya jauh lebih seksi jika dibandingkan aktris sinetron itu.

“Hai.. Mbak. Ada film baru nggak?” tanyaku setelah sampai di tempatnya berjualan.
“Ada Wan.. Nih pilih aja sendiri” katanya sambil menyodorkan setumpuk DVD. Kulihat DVD tersebut satu persatu. Ada beberapa yang menarik, seperti ‘The Terminal’-nya Tom Hanks dan ‘Collateral’-nya Tom Cruise.
“Mbak, dicoba dulu dong” kataku sambil menyerahkan kedua DVD itu padanya.

Mbak Sinta pun kemudian mencoba DVD itu di playernya. Kuperhatikan malam itu dia tampak seksi sekali, dengan T-shirt ketat yang menonjolkan keindahan payudaranya. Tubuhnya tampak padat berisi, dengan rok mini dari bahan jeans yang semakin menambah keseksiannya.

“Ya udah deh.. Saya ambil Mbak”
“Sedang sendirian nih Wan? Nggak pergi sama pacar?” tanyanya.
“Iya Mbak. Sedang suntuk nih, makanya saya beli DVD” sahutku.
“Mau yang lebih seru nggak?” tanyanya lagi sambil tersenyum genit.
“Boleh.” jawabku.

Dia pun lalu mengambil bungkusan plastik hitam dari balik lacinya, dan menyerahkannya padaku. Kulihat isinya, ternyata DVD porno.

“Wah.. Kalau beli ini nontonnya nggak bisa sendirian nih” pancingku.
“Emang perlu Mbak temenin?” godanya.
“Siapa takut.. Bener nih?” tanyaku. Aku senang sekali mendengarnya. Aku merasakan penisku sudah mulai tegang membayangkan nikmatnya tubuh Mbak Sinta.
“Tapi nanti ya Wan.. Satu jam lagi aku off. Jemput aja aku nanti”

Akhirnya setelah janjian dan membayar DVD yang kuambil, 2 DVD biasa dan satu DVD porno, aku pun pergi dahulu untuk makan malam sambil menunggu Mbak Sinta pulang. Aku pergi ke restoran fast food yang berada tak jauh dari tempat penjualan DVD itu. Tak sabar aku menunggu satu jam lagi..

Singkat cerita, Mbak Sinta telah berada dalam mobilku. Aku pun memacu mobil kembali ke tempat kosku.

“Ih.. Kok ngebut sih Wan? Udah pengen ya?” godanya genit.
“Iya nih Mbak.. Wawan udah pengen diajarin Mbak” sahutku asal.
“Ah.. Pasti kau udah pinter kan..” jawabnya sambil menyilangkan kakinya. Paha mulusnya makin menambah gairahku.
“Kamu kalau main kuat berapa lama Wan? Jangan cepet lho.. Puasin Mbak dulu ya?” tanyanya lagi genit.
“Iya pasti Mbak puas deh..”
“Habis tunangan Mbak kalau main cepet banget..” katanya lagi. Pantas jadi genit begini, pikirku.

Sesampainya di tempat kosku, aku langsung masuk ke kamarku bersama Mbak Sinta. Memang di tempat kosku ini, kamarku agak terpencil hingga bebas saja membawa siapa pun masuk ke tempat kosku ini.

Kunyalakan AC dan TV-ku. Segera kupilih DVD porno yang berjudul ‘Sporty Babes 2′ dan kunyalakan DVD playerku. Aku pun kemudian beranjak menuju ranjang dimana Mbak Sinta telah menunggu. Kami kemudian menikmati tontonan seru itu. Di layar TV tampak seorang gadis bule cantik sedang disetubuhi di tempat permainan bowling. Desahan suara gadis itu begitu menggairahkan. Tampak lawan mainnya sangat menikmati keindahan tubuh gadis itu saat menyetubuhi sambil menghisapi payudaranya.

Nafas Mbak Sinta sudah memberat di sebelahku. Tangannya mulai meremasi tanganku. Kupalingkan wajahku menatapnya, dan Mbak Sinta langsung melumat bibirku. Diciuminya aku dengan penuh gairah. Lidahnya mulai menerobos masuk ke dalam rongga mulutku, yang kemudian kuhisap gemas. Tanganku pun mulai meremasi payudaranya yang kenyal dari balik T-shirtnya yang ketat.

“Sebentar.. Mbak buka dulu ya” katanya sambil melepaskan T-shirt putih yang dipakainya. Tampaklah payudaranya yang besar dibungkus BH berwarna krem. Puting payudaranya tampak menonjol di balik kain BH-nya itu.
“Ayo kamu yang buka BH-nya Wan” ujarnya menggoda.

Tanganku langsung membuka kaitan BH di punggungnya. Lalu kuturunkan tali penyangga dari pundaknya, dan terpampanglah payudara Mbak Sinta di depanku. Payudara yang ranum dan besar, dengan putingnya yang menonjol menantang. Kuusap-usap dan kupilin perlahan puting payudara Mbak Sinta yang manis ini, sambil kemudian kuciumi lagi bibirnya.

“Ayo Wan, tunggu apa lagi. Isap susu Mbak dong” pintanya. Sambil berkata demikian, tangan Mbak Sinta agak menekan kepalaku ke bawah menuju dadanya. Tanpa menunda waktu lagi kujilati seluruh permukaan payudaranya.
“Ohh..” lenguh Mbak Sinta ketika lidahku mengenai putingnya yang telah menonjol keras.

Erangannya semakin menjadi ketika kuhisap putingnya sambil sesekali kugigit perlahan. Sementara aku menghisapi payudaranya yang sebelah kiri, tanganku mempermainkan payudara yang sebelahnya. Tangan Mbak Sinta mengusap-usap rambutku sambil terus mengerang nikmat.

“Iya Wan.. Bener gitu.. Aduh.. Enak.. Oh..” erang Mbak Sinta sambil meliuk-liukkan badannya. Aku pun semakin bernafsu menghisapi dan menjilati payudaranya yang kenyal itu.

Kulirik layar TV, dan di layar terpampang adegan dimana seorang gadis bule berambut pirang sedang dijilati vaginanya di atas sebuah meja billiard. Erangan gadis tersebut dari suara TV bercampur dengan suara lenguhan Mbak Sinta yang sedang kulahap payudaranya.

“Ayo Wan.. Mbak ajari seperti itu” ujarnya sambil menarik rambutku dan menunjuk ke layar TV. Kemudian didorongnya pundakku menuju ke arah bawah.
“Cepet buka celana Mbak” katanya lagi.

Aku pun kemudian mengangkat rok jeans mininya dan tampaklah celana dalam warna krem berenda yang dipakainya. Kubuka celana dalam itu, dan tampaklah liang kewanitaannya dengan rambut yang tercukur rapi. Tangan Mbak Sinta mengelus-elus kemaluannya sendiri, sambil matanya menatapku genit.

“Ayo Wan. Mbak pengen ngerasain jilatanmu di sini” katanya lagi sambil tangannya masih sibuk mengusap-usap vaginanya.

Kudekatkan kepalaku ke liang kewanitaannya, dan kujulurkan lidahku. Perlahan kujilati vaginanya. Tubuh Mbak Sinta menggelinjang hebat kala itu, sambil mulutnya mengerang dan meracau nikmat.

“Ohh.. Wan.. Ya.. Jilati terus Wan.. Enak.. Ohh..”.

Sambil melenguh, tangannya menekan kepalaku ke selangkangannya, dan akupun dengan penuh gairah menikmati liang vagina Mbak cantik ini. Erangannya semakin keras dan tubuhnya meliuk-liuk liar ketika aku menghisapi klitorisnya.

“Terus Wan.. Oh.. Oh..” sambil mengerang Mbak Sinta meremas-remasi payudaranya sendiri.
“Ayo Wan, kamu tidur di sini” katanya sambil bangkit dari ranjang.
“Mbak ajari posisi yang lebih enak”

Aku pun patuh dan tidur telentang di ranjang. Sementara kulihat sekilas di TV, si gadis bule cantik sedang disetubuhi secara doggy style di atas meja billiard. Erangan suara dari TV menambah erotis suasana di dalam kamarku. Mbak Sinta kemudian naik ke atas wajahku. Diturunkannya tubuhnya, sehingga liang kewanitaannya tepat berada di atas mulutku. Kujulurkan lidah, dan Mbak Sinta kemudian menggoyang-goyangkan pantatnya di atas wajahku. Erangan Mbak Sinta kembali bersaing dengan erangan dari DVD porno di TV.

“Oh.. Oh..” erang Mbak Sinta sambil pantatnya terus bergoyang-goyang mencari kepuasan.

Kujilat dan kuciumi dengan penuh gairah vagina Mbak manis ini. Tangan Mbak Sinta memegang pinggiran ranjang di atas kepalaku, sementara tubuhnya terus bergoyang mencari kepuasan birahi. Beberapa lama kemudian, goyangan pantat Mbak Sinta semakin menjadi.

“Oh.. Wan.. Mbak hampir sampai.. Ohh..” lenguhnya panjang. Tubuhnya menegang, dan saat itu banyak cairan nikmat keluar dari vaginanya. Kuhisap habis cairan kewanitaan itu, dan tak lama Mbak Sinta pun menjatuhkan tubuhnya di sebelahku.
“Kamu hebat Wan.. Dengan Mas Joko belum pernah aku orgasme seperti tadi” katanya sambil tangannya mengusap-usap dadaku.
“Mbak istirahat sebentar ya” katanya lagi.

Sebenarnya nafsuku sudah memuncak, tetapi aku tak mau memaksa Mbak seksi ini untuk melayaniku saat itu juga. Kami pun lalu kembali menonton DVD porno yang masih terpampang di layar TV. Di layar tampak sekarang seorang gadis bule berambut pirang sedang bermain tenis dengan seorang pria. Setelah bermain, mereka beristirahat dan mulai bercumbu. Si gadis bule tersebut lalu membuka celana si pria dan tampak terkejut melihat ukuran penisnya yang besar.

“Oh.. my god.. I love it.. So big” desah si gadis sebelum memasukkan penis itu ke dalam mulutnya.

Tampak gairah Mbak Sinta kembali bangkit melihat adegan itu.

“Punyamu besar begitu nggak Wan?” tanyanya sambil tangannya mulai meraba kemaluanku.
“Lumayan deh Mbak. Memang Mbak suka yang besar ya?”
“Iya. Semakin besar Mbak semakin suka” jawabnya genit.
“Ya udah Mbak lihat aja sendiri” kataku.

Mbak Sinta tersenyum dan mulai membuka celana panjangku.

“Ih.. Besar juga punyamu Wan. Sampai celananya nggak cukup tuh”

Memang karena nafsuku sudah memuncak, kepala penisku tampak mencuat keluar tak tertampung celana dalamku. Mbak Sinta tak sabar membuka celana dalamku. Tangannya kemudian mengocok perlahan senjata kelelakianku itu.

“Ih.. Keras banget.. Mbak suka kontol yang kayak gini. Besar, panjang, dan keras. Pasti cewek kamu puas ya.” katanya lirih.

Wajah Mbak Sinta kemudian mendekati selangkanganku. Hembusan nafasnya terasa hangat di kulit kemaluanku ketika dia mengamati penisku dengan pandangan gemas. Rasa nikmat yang luar biasa menjalar tubuhku ketika lidah Mbak Sinta yang cantik ini mulai menari di kepala penisku. Dijilatinya kepala penisku berikut batangnya. Setelah itu dengan rakus dikulumnya batang kemaluanku. Srrpp.. Srpp.. Bunyi itu yang terdengar ketika Mbak Sinta memaju-mundurkan kepalanya menghisapi penisku.

“Ahh.. Kontolmu enak Wan.. Mbak suka.. Hmm” desah Mbak Sinta ketika dia menghentikan kulumannya untuk menjilati batang kemaluanku.

Sesaat kemudian, penisku kembali menyesaki mulutnya yang haus kejantanan lelaki itu. Sementara mulutnya menikmati kejantananku, tangan Mbak Sinta mengelus-elus buah zakarku. Aku tak kuasa lagi untuk menahan erangan nikmatku. Tanganku pun meremas-remas rambut Mbak Sinta gemas.

Mbak Sinta semakin cepat menghisapi penisku. Kadang mulutnya dimiringkan, sehingga penisku membuat pipinya tampak menggelembung. Tangannya pun semakin cepat mengocok batang kemaluanku. Kemudian dikeluarkannya penisku dari mulutnya, dan kembali dijilatinya seluruh permukaan penisku sambil tangannya mengurut-urut buah zakarku.

“Keluarin di mulut Mbak Wan.. Mbak pengen minum spermamu..” katanya dengan nada memerintah.

Aku tentu tak menolak perintahnya. Memang aku sudah tidak tahan lagi. Sambil mengerang nikmat, aku pun mengalami ejakulasi. Saat itu, Mbak Sinta malah kembali mengulumi kemaluanku, sehingga spermaku pun masuk ke dalam mulutnya. Mbak Sinta kemudian menjilati kemaluanku sampai bersih.

“Enak Wan..?” tanyanya sambil menjilati spermaku di sudut bibirnya.
“Enak Mbak..” jawabku lemas.

Kami pun lalu kembali beristirahat sambil menonton tayangan DVD. Kali ini dilayar tampak seorang gadis ABG bule berambut coklat sedang belajar memancing. Tak lama gadis itu sudah bercumbu dengan pelatihnya. Si gadis ABG menaiki tubuh lawan mainnya, dan mulai memompa tubuhnya naik turun. Sementara si aktor, seorang lelaki setengah baya, meremasi payudara gadis tersebut yang bergelantungan indah. Adegan persetubuhan lalu dilanjutkan dengan gaya doggy style. Tak lama kami pun kembali terangsang.

“Wan.. Mbak pengen seperti itu. Mbak pengen ngerasain ngentotin kontolmu. Pasti lebih enak daripada punyanya Mas Joko” katanya sambil meraba kemaluanku dan mulai menciumi bibirku.

Mbak Sinta melepaskan rok mininya yang masih tersisa, lalu menaiki tubuhku dan mengarahkan kemaluanku pada lubang kewanitaannya.

“Ohh..” desahnya saat penisku mulai menerobos liang vaginanya.

Dia pun mulai memompa kemaluanku naik turun. Terkadang dia pun mengoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan. Suara deritan ranjang, erangan Mbak Sinta, serta erangan suara dari DVD memenuhi kamar kosku. Walaupun AC kamar telah dinyalakan, tetap saja tubuh kami berkeringat. Tetesan peluh itu mengalir dari wajah Mbak Sinta membasahi payudaranya. Aku segera membuka T-shirt yang masih aku pakai, ingin memamerkan tubuhku yang tekun kupahat di gym. Sementara itu, Mbak Sinta terus bergoyang menikmati kejantananku. Tanganku tak ketinggalan meremasi payudaranya yang kenyal. Cukup lama kami bersetubuh dengan gaya ini.

“Ayo Wan.. Sekarang Mbak pengen dientotin dari belakang” katanya setelah dia keluar untuk yang kedua kalinya, sambil bangkit dari tubuhku. Dia kemudian menungging sambil tangannya memegang ujung ranjang. Aku pun segera memasukkan penisku kembali ke dalam vaginanya.
“Ohh.. Enak Wan.. Terus Wan.. Ohh.. Yang cepat.. Ohh” desah Mbak Sinta saat kupompa tubuhnya. Tanganku meremasi payudaranya yang bergoyang menggemaskan. Terkadang kuremas pula pantatnya yang bulat padat menantang.
“Ayo Wan.. Mbak hampir sampai.. Terus wan.. Oh.. Ohh.. Ohh..”

Tubuh Mbak Sinta kembali mengejang, lalu rebah lemas di atas ranjang. Kali ini aku tak mau lagi ‘menggantung’. Kubalikkan badan Mbak Sinta dan kuarahkan penisku kembali ke liang vaginanya yang telah licin oleh cairan orgasmenya. Kugenjot tubuh Mbak yang seksi ini dengan gaya missionary.

Lihat Juga :  CERITA DEWASA Ngentot Tante Girang Tetangga

“Eh.. Eh..” demikian erangan yang keluar dari mulutnya seirama dengan genjotan tubuhku.
“Hisapi putingku Mbak” kataku.

Mulut Mbak Sinta pun kemudian menghisapi puting dadaku sementara aku menggenjot tubuhnya. Tak lama Mbak Sinta pun keluar untuk yang ketiga kalinya, dan aku memberikannya kesempatan sessat untuk beristirahat. Lalu kuminta lagi berganti posisi. Masih di atas ranjang, kubuka kakinya yang indah itu lebar-lebar, lalu kutumpangkan ke bahu bidangku. Lalu dengan dituntun tangannya, kudorong penisku masuk kembali ke liang surganya, dan mulai kupompa dia seperti tadi. Gerakan pompaanku semakin keras, liar, dan bertenaga seiring dengan mulai basahnya kemaluannya.

Dalam posisi ini, aku memegang kakinya erat-erat, sementara Mbak Sinta asyik mengerang-erang kenikmatan. Cukup lama menggenjotnya di posisi ini. Tak lama aku pun tak tahan lagi menahan ejakulasiku yang kedua. Wajah cantik Mbak Sinta ditambah dengan erangannya setelah orgasmenya yang keempat, serta jepitan vaginanya yang nikimat di kelaminku membuatku segera mencapai puncak.

“Aku sampai Mbak.. Ahh” jeritku tertahan ketika aku menyemburkan spermaku dalam rahimnya.

Kami pun terbaring lemas di atas ranjang. Puas sekali rasanya menyetubuhi Mbak Sinta nan ayu ini. Kunyalakan sebatang rokok untuknya. Kami kemudian mengobrol dan bercanda sambil tiduran di atas ranjang.

“Wan.. Anterin aku pulang ya” katanya setelah dia menghabiskan rokoknya.
“Lho.. Udah malam Mbak nanggung. Nginep di sini aja”
“Wah jangan Wan.. Besok pagi Mas Joko mau jemput aku berangkat kerja. Aku juga nggak bawa pakaian ganti” jawabnya.

Akhirnya, aku mengantar dia ke rumahnya. Cuma aku menurunkannya agak sedikit jauh dari rumahnya agar tetangganya tidak curiga. Enak juga nonton DVD bareng Mbak Sinta. Mungkin aku akan semakin sering beli DVD XXX nantinya.

Tamat

Cerita Mesum Ibu Wiwiek Yang Montok

$
0
0

Cerita Mesum Ibu Wiwiek Yang Montok – Wiwiek duduk dengan batik melilit tubuhnya dan kebayanya dan sanggulnya masih tetap rapai. Mereka harus pulang kembali ke desa setelah seharian menghadiri pesta adiknya. Baru saja dia naik ke boncengan sepeda motor yang dikenderai oleh anak sulungnya Ucil, tiba-tiba halilintar menggelegar. Sementara perjalanan kembali ke desanya memakan waktu dua jam.”Ayo buk buk, cepat naik, semoga kita bisa cepat di desa simpang tiga agar kita bisa ke warung bulek,” kata Ucil. Wiwiek pun naik ke boncengan dan kenderaan melaju. Ucil yang baru mendaftar di SMU besoknya harus mulai masuk sekolah. Kenderaan pun melaju dikenderai Ucil anak semata wayang itu.

Belum setengah jam berjalan, hujan seperti tercurah deras dari langit. Demikian lebat, seperti tidak ada aba-aba yang diawali dengan gerimis. Kabut berseliweran. Udara yang dingin di pegunungan itu pun menjadi semakin dingin. Cepat Ucil turun dan mengambil mantel hujan dan mereka mengenakannya. Walau sudah sempat kuyup, mereka berharap, udara tidaklah terlalu dingin bila mengenakan mantel hujan. Kenderaan kembali melaju dan jalan tanah itu menjadi licin. Sepeda motor bebek yang mereka kendarai berjalan meliuk-liuk. Saat menurun, sedikit agak tajam, walau sudah di rem, kenderaan terus melaju dan meliuk-liuk lalu mereka terjatuh ke lembah yang berkedalaman berkisat tujuh meter.

Untung saja kenderaan mereka tidak rusak, namun mantel mereka robek dan kain batik Wiwiek juga robek lebar, sedang pergelangan kaki kabnannya terkilir atau keseleo. Wiwiek meraung. Ketika di papah, dia tetap susah berjalan bahkan tak bisa berjala. Ucil menutupi tubuh ibunya dengan mantel dan dia dudukkan ibunya di bawah pohon sawit. Ucil membenahi sepeda motornya dan didorong ke sebuah pondok 10 meter dari tempat mereka terjatuh. Ucil kembali kepada ibunya. Ibunya yang mungil, kecil, putih dengan mudah dibopong oleh Ucil.

Wiwiek memeluk Ucil anak tunggalnya itu dengan kuat. Kebayanya yang lepas kancingnya, menempel ke dada Ucil dan Ucil saat membopong ibunya sebelah tangannya berada di tengkuk ibunya dan sebelah kanan tangannya memeluk paha ibunya yang putih mulus. Inikah kesalahan atau kebetulan? Iblis mana yang membuatnya tiba-tiba bernafsu dan jakarnya jadi menggeliat, entahhlah.

Pada pondok ada tempat duduk. Di sana mereka duduk dan Ucil melepaskan mantel hujan yang menutupi tubuh ibunya. Ucil melihat jelas Bra ibunya, karena kebayanya yang terlepas kancingnya.
“BUka saja bajunya bu, biar diperas, nanti ibu masuk angin,” kata Ucil. Seperti kerbau dicucuk hidungnya, Wiwiek membuka kebayanya dan Ucil memerasnya. Dari bawah tempat duduk sepeda motornya, Ucil  mengambil dua buah kain lap yang masih kering yang biasa digunakan untuk mencuci sepeda motor. Dengan kain lap itu, Ucil melap tubuh ibunya. Saat tiba di dada ibunya, dia hampir saja behenti karena takut atau segan. Tiba-tiba pula rasa segan dan malu itu hilang dan dia pun melap belahan dada ibunya. Tidak sampai disitu saja, dia lepas pengait Bra ibunya dan lepaslah semuanya, hingga Ucil melap tetek ibunya. Sementara gubuk yang mereka tempati semakin gelap dan berkabut. “Kamu melihat apa?” Wiwiek memecah keheningan. Ucil tersadar. “Oh… tidak Bu. Aku hanya kagum pada tetek ibu. Bukan hanya pada tetek ibu, tapi pada semua yang ada pada ibu,” kata Ucil. Diapun memakaikan kembali pakaian ibunya, walau tanpa Bra lagi. Ucil juga memeras bajunya sendiri.

“Kainnya juga diperas ya Bu, biar tak masuk angin,” kata Ucil. Wiwiek  yang masih menganggap anaknya seperti anak-anak dan selalu dimanjanya itu, lupa kalau Ucil anaknya itu sudah berusia 17 tahun. Wiwiek pun diam saja, saat Ucil melepas stagen, kemudian melepas kain batiknya. Ucil memerasnya, kemudian melirik CD putih yang dikenakan ibunya yang berusia 38 tahun itu. Pahanya yang putih mulus, dimana tanpa sepengetahuan Wiwiek, Ucil selalu mengintipnya saat dia mandi dan membuat Ucil selalu onani membayangkan ibunya. Setelah kain batik itu diperas sekuat mungkin dan airnya tercurah, Ucil kembali melilitkan kain itu ke tubuh ibunya dengan asal-asalan.

Ucil benar-benar tengah, tidak tau bagaimana harus memulainya, sebab dia sudah lama sekali ingin menyetubhi ibunya, dan dia selalu membenci ayahnya, bila dia melihat ibu dan ayahnya mesra berduaan di rumah. Sebuah kesempatan bagi Ucil, begitu melihat tubuh ibunya menggigil kedinginan. Di peluknya tubuh ibunya yang kedinginan itu. Saat berpelukan itulah Ucil mengeluarkan penisnya yang sudah menegang. Dengan cekatan, Ucil kembali melepas kain batik ibunya, kemudian menguakkan celana dalam ibunya.
“Cil… kenapa? Apa yanh kamu perbuat, aku ini ibumu, lho…” bentak Wiwiek. Tapi dia tidak bisa bergerak, karena pergelangan kaki kanannya mulai membengkak karena keseleo. Ucil diam saja. Dia penganut sedikit bicara banyak kerja. Dari selah-selah celana dalam yang terkuak itulah Ucil menusukkan penisnya.

“Cil… kamu ini sudah keterlaluan. Ayah aku akan laporkan kepada ayahmu,” bentak Wiwiek sekuat-kuatnya Namun suaranya kalah dengan suara derasnya hujan dan suara guruh yang tak henti. Wiwiekpun memukuli tubuh Ucil berkali-kali. Wiwiek meronta. Namun saat merionta itu, membuat penis Ucil semakin dalam memasuki ruag gelap ibunya.

Ucil megangkat tubuh ibunya dan dia duduk di sebuah bangku dan dipeluknya ibunya yang berada di atas mengangkangi tubuhnya. Diciuminya leher ibunya, seperti apa yang selalu dia saksikan dalam film-film biru yang selalu mereka tonton bersama teman-temannya di sebuah tempat rahasia.
“Bu.. akui mencintaimu. Aku sudah lama sekali menginginkan seperti ini,” kata Ucil ke telinga Wiwiek. Ucil terus menjilati leher ibunya dan meremas-remas teteknya dengan sebelah tangan, sementara tangan sebelahnya lagi kuat memeluk ibunya.

Wiwiek sudah tidak lagi memeukuli anaknya. Dia sudah kelelahan. Ucil  terus menekan penisnya ke dalam lubang ibunya. Celana dalam putih ibunya yang sudah agak usang itu pun dia robek, hingga tak ada lagi penghalang. Sentuhan kulit paha ibunya dan kulitnya sendiri semakin melengket. Rasa dingin menjadi hangat, saat tetek Wiwiek dan dada Ucil  melekat jadi satu. Ucilpun mulai mengecup bibir ibunya. Mulanya diam, namun lama-kelamaan apakah sadar atau tidak, Wiwiek membalas juga lumatan bibir anaknya, bahkan lidah mereka sudah saling bertautan.

Perlahan-lahan saat Ucil diam, dia merasakan tubuh ibunya mengeliat dan Ucil merasakan pantat ibunya mulai bergoyang. Dalam hati Ucil  tersenyum.”Ibu, aku mencintaimu. Aku cemburu pada ayah. Aku tak mampu melihatmu bermesraan berdua…” kata Ucil berisik sembari menjilati cuping telinga Wiwiek. Wiwiek diam saja. Dia tak menjawab. Jawabannya, Wiwiek semakin kencang memutar-mutar pinggulnya, hingga penis Ucil  menggesek-gesek dinding rahimnya.

“Ah… kamu nakal sekali….” rintih Wiwiek saat pingulnya terus menggeliat-geliat.
“Jangan lapor ke Ayah, ya Bu…” alasan Ucil memeluk ibunya dengat kuat.
“Aku pasti lapor….” kata ibunya, semakin bergairah.
Mereka pun saling memekluk saling menjilat dan saling menggigit.
“Kamu nakal nak…” kata Wiwiek mendesah.
“Ibu lebih nakal…” kata Ucil dan memeluknya semakin kuat.
“Huuuuhhhhh….”
“Aku sudah mau keluar Bu…”
“Tunggu bentaaaaaarrrrrr….”
“Gak tahan lagi BU….”
“:Bennnntttttaaaaaarrrrrr…
“Buuuuu……”

Saat itu Wiwiek menekan kuat tubuhnya, hingga penis Ucil benar-benar berada di ujung rahim ibunya dan hangat.
“Terseraaaaaahhhhhh…..” Wiwiek berhenti bergoyang, tapi malah sebaliknya demikian kuat memeluk anaknya dan menciumi leher anaknya itu bertubi-tubuh. Saat itu dia merasakan dia mengeluarkan sesuatu dari tubunhnya, tak lama kemudian dia merasakan ada cairan hangat beberapa kali nyemprot dari kemaluan anaknya.
Diam……..
Hening……

“Kamu nakal sekali. Kepada ibumu pun kamu bisa berbuat seperti ini. Dasar anak kurang ajar,” kata Wiwiek mencubit pipi Ucil sembari tersenyum. Ucil menjawabnya dengan sebuah kecupan di bibirnya. Lalu penisnya pun mengecil dan lepas dari vagina ibunya.

“Aku mencintaimu, Bu. Aku membenci ayah…” katanya lirih.
“Kamu tak boleh membencinya. Kamu ada, karean dia ada,”: kata Suryani sembari membenahi pakaiannya.
“Bu… Aku mencintaimu. Aku ingin terus seperti ini,” kata Ucil.
“Hmmm. Enak aja kamu,” kata Wiwiek dan kembali memijat hidung anaknya dan tersenyum.
Hujan lama kelaamaan berhenti, tinggal rintik. Walau rintik, kadung sudah basah kuyup mereka bersepakat untuk menerobos saja agar cepat sampai di rumah. Dengan perlahan-lahan mereka mengenderai sepeda motor untuk pulang dan Ucil diminta hati-hati karena pergelangan kakinya masih sangat sakit.

“Begitu dong, Bu.. Peluk yang kuat dan semesra mungkin,” kata Ucil, saat Ibunya memeluk pinggangnya karean takut jatuh. Mendengar ucapan Ucil, Wiwiek mencubit pinggang anaknya. Keduanya terkekeh tertawa. Wiwiek juga tertawa karena senang. Sudah empat tahun dia sudah mendapatkan kepuasan dari suaminya yang pemabuk itu. Tapi suaminya tetap saja bangga, karena setiap kali selesai bersetubuh dengan suamintya, Wiwiek tetap memuji kehebatan suaminya, walau dalam hatinya dia menjerit pedih……

Lihat Juga :  Cerita Mesum Terbaru Perawat Maksa Ngentot Pasien

tamat

CERITA NGENTOT HOT KAKAK SEPUPU CANTIK

$
0
0

CERITA NGENTOT HOT KAKAK SEPUPU CANTIK – Bagi para penggemar cerita dewasa – cerita sex – cerita mesum ngentot dan cerita ml terbaru , di sini saya berbagi cerita terbaru sex yang berjudul ngentot kakak sepupu yang cantik. Sebelum aku memulai menceritakan pengalaman pribadiku atau kisah hidupku untuk ketiga kalinya pada situs ini, aku ingin mengucapkan banyak terima kasih pada situs , karena telah menyediakan media untuk orang-orang seperti saya, dimana kami dapat bercerita lepas mengenai pengalaman seputar kehidupan sex kami masing-masing yang belum tentu kami berani mengungkapkan secara langsung pada setiap orang.

Walaupun kadang aku membaca cerita-cerita di sini ada yang hanya bersifat karangan saja atau semacam cerita yang dibuat-buat saja. Sekedar informasi semua cerita yang aku tulis saling berhubungan walaupun hubungan itu hanya sedikit. Namanya juga pengalaman hidup. CERITA NGENTOT – Waktu itu aku memang telah menjadi seorang remaja pria yang sangat gila dengan masalah-masalah sex dan perilakunya.Download Vidio Bokep 3GP Disini

Oh ah sst.., aku mendesis pelan sambil mengocok penisku yang mulai terasa membesar di dalam genggaman tanganku sambil menyaksikan dari atas plafon, Papa dan Mamaku saling bergumul di dalam kamarnya. Hanya dengan cara itu selama kurang lebih tiga tahun aku sering lakukan untuk memuaskan birahiku. Walaupun kadang aku mendapatkan dari Tari atau Ana bila aku mempunyai kesempatan kerumah mereka. Namun waktu terakhir kunjunganku kerumah mereka tidak jarang Ana maupun Tari menolakku untuk melakukan hubungan sex lagi. Maklum mereka telah menjadi gadis dewasa yang lumayan cantik dan mempunyai body yang bisa mengeluarkan air liur setiap pria yang melihatnya.

Dan mereka masing-masing memang telah mempunyai pacar. Kami bertiga memang pada waktu itu telah berumur 17 tahun. Keesokkan pagi harinya aku sengaja tidak beranjak dari tempat tidurku untuk mandi lalu ke sekolah, bahkan aku menutup seluruh tubuhku dengan sebuah selimut seperti orang yang sedang sakit dan kedinginan.

Rur, Rury, bangun, terdengar suara Mamaku dari belakangku sambil mengoyang-goyangkan tubuhku.

Kamu sakit ya ?, sambung Mamaku lagi dengan nada bertanya sambil coba membalikkan badanku agar wajahku bisa terlihat olehnya.

Aduh, ehh, dinginnya, seruku sambil berbalik untuk mengambil posisi terlentang sehingga bisa bertatap muka dengan Mamaku.Download Vidio Bokep 3GP Disini

Kamu kenapa Rur ?, kata Mamaku ketika kami sudah saling berhadapan sambil menarik selimutku keatas, yang agak turun ketika aku membalikkan badanku tadi.

Aduh.., tubuhku dan tulangku seperti mau remuk semuanya, seruku sambil menunjukkan wajah seperti orang yang sedang sakit.

Tetapi memang badanku pagi itu agak letih namun bukan karena sedang sakit demam tetapi karena tenagaku berkurang karena hampir setiap malam menyaksikan Papa dan Mamaku sedang live show untukku di dalam kamarnya sambil aku ber-onani ria.

Kamu demam tulang mungkin? , seru Mamaku yang beberapa saat sedang mengamatiku sambil mulai memijit-mijit tubuhku.

Aku langsung berpikiran porno melihat belahan payudara Mamaku yang mengintip di balik dasternya. Memang pikiran kotorku itu sudah sering terlintas setelah sering menyaksikan gerakan-gerakan binal Mamaku terhadap Papaku setiap kali mereka melakukan live show dikamarnya.

Tanpa kuperintah penisku mulai bergerak-gerak sedikit demi sedikit, karena takut terlihat oleh Mamaku akupun mengambil bantal gulingku lalu kuletakkan diantara kedua pahaku agar dapat menutupi tonjolan penisku yang mulai membesar.

Kalau begitu sekarang kamu bangun sarapan pagi dulu lalu minum obat, sambil Mamaku mengambil posisi dari depan untuk memelukku hendak membantuku bangkit dari tempat tidur. Payudaranya yang sewaktu aku kecil dulu menjadi tempat makan dan minumku, terasa hangat menempel dibibirku apalagi Mamaku belum mengenakan bh-nya. Bukit kembar itu tergantung bebas di dalam daster Mamaku.

Sebentar saja Mam, aku masih ingin berbaring dulu, seruku sambil menahan tubuhku agar tidak bisa terangkat dari tempat tidur. Gerakan itu sengaja aku lakukan karena bila aku bangun dari tempat tidur dan berjalan keluar untuk sarapan, penisku yang sedang berdiri dan hanya ditutupi oleh celana pendek karet, nanti bisa terlihat oleh Mamaku.

Oke, nanti Mama minta tolong Erna kesini melihatmu sesudah Mama nanti pergi ke kantor, balas Mamaku sambil melepaskan tangannya yang sedang berada dipundakku.

Erna adalah kakak sepupu perempuanku yang tinggal bersebelahan dengan rumah kami. (Baca: Celahku Onaniku) Waktu itu memang aku telah menjadi anak pria yang sudah buta akan etika karena sex telah mengalahkan akal sehatku.

Sekarang Mama mau siap-siap ke kantor, kata Mamaku sambil bangkit berdiri dari sisi tempat tidurku. Aku hanya mengangguk sambil memandang tubuh Mamaku yang hanya tertutup daster tipisnya sehingga samar-samar terlihat olehku seluruh tubuhnya yang belum mengenakan pakaian dalam, sambil ia berjalan menuju pintu keluar dari kamarku.Download Vidio Bokep 3GP Disini

Yes..!, seruku spontan ketika Mamaku menutup pintu kamarku dan menghilang dari pandanganku. Kini tahap pertama dari rencanaku untuk berpura-pura sakit sehingga tidak ke sekolah hari itu telah berhasil. Tetapi aku belum bangun dari tempat tidurku karena Mamaku belum pergi meninggalkan rumah.

Rur, Mama pergi dulu ya!, terdengar suara Mamaku dari luar pintu kamarku.

Iya mam, jawabku membalas pamitan Mamaku kepadaku dari dalam kamarku dengan nada sedikit berat seperti suara orang yang sedang sakit, padahal aku sedang tersenyum gembira karena sebentar lagi rumah telah sepi dan tinggal aku sendiri sehingga rencanaku untuk memutar film BF yang aku pinjam dari temanku akan terlaksana dengan bebas. Namun aku masih tetap bersabar untuk tidak terburu-buru bangkit dari tempat tidurku untuk melaksanakan rencanaku itu. Aku masih mengulur-ulur beberapa waktu untuk memastikan Mamaku benar-benar telah pergi meninggalkan rumah.

Setelah bersabar kurang lebih dua puluh menit akhirnya aku bangkit dari tempat tidurku dan berjalan keluar dari kamarku. Aku mulai memeriksa semua kamar dan ruangan untuk memastikan bahwa benar-benar tinggal aku sendiri yang berada dirumah. Kemudian aku kembali masuk kekamarku untuk mengambil kaset BF yang kusimpan dilemari pakaianku setelah yakin bahwa tinggal aku sendiri di dalam rumahku. Setelah mengambil kaset BF itu aku meletakkan kaset itu di atas video diruangan tengah atau ruangan tempat keluarga kami sering nonton televisi bersama-sama. Karena merasa gerah setelah tertutup selimut di dalam kamar tadi akupun lalu kekamar mandi untuk mandi dahulu sebelum aku sarapan dan memutar kaset BF itu.

Ketika aku akan melewati ruangan tengah setelah selesai mandi dan hendak menuju ke kamarku aku sangat terkejut saat aku melihat ke layar televisi ada adegan panas dari kaset BF yang kuletakkan di atas video tadi. Dan ternyata yang memutar kaset itu adalah Erna, kakak sepupu perempuanku yang tadi sebelum Mamaku pergi ke kantor menyuruhnya datang untuk melihatku. Rupanya Erna lewat pintu belakang yang memang luput dari pemeriksaanku karena pintu itu memang hanya sering dilewati oleh keluarga sepupuku itu bila hendak kerumahku.Download Vidio Bokep 3GP Disini

Katanya kamu sakit Rur, kok kamu malah mandi, seru Erna dengan sangat santainya sambil terus menatap ke layar televisi yang sedang menampilkan adegan-adegan panas seperti film-film BF lainnya.

E..anu, biar segar siapa tahu bisa sembuh setelah mandi, jawabku ala kadarnya dengan nada sedikit gugup karena kaset BF yang aku pinjam itu kedapatan dan kini sedang diputar oleh Erna.

Sakit apa sakit?, seru Erna lagi dengan nada sedikit menyindir. Sambil tangannya sengaja atau tidak membesarkan volume telivisi sehingga suara-suara desahan dari film BF itu terdengar jelas sekali.

Yes oh yaa, terdengar desahan-desahan nikmat dari dalam televisi, yang tanpa aku sadari aku mulai menikmatinya.

Rur, payudaranya besar mana dengan punyaku, kata Erna tiba-tiba kepadaku. Aku yang lagi asyik menikmati tontonan yang ada di telivisi itu langsung kaget mendengar pertanyaan kakak sepupuku itu.

Mm Enggak tau ya, jawabku dengan sedikit ragu karena ternyata kakak sepupuku itu mulai ikut menikmati juga film BF itu.Download Vidio Bokep 3GP Disini

Masa kamu nggak tau, terus kalau kamu lagi ngintip aku mandi kamu lihat apa sih?, seru Erna yang spontan saja membuat aku semakin kaget, sehingga penisku yang baru mulai akan ereksi karena melihat adegan panas di telivisi langsung kembali lemas. Ternyata selama ini aktivitas mengintipku waktu Erna sedang mandi dari atas plafon rumahku telah ia ketahui. Tetapi aku berpikir kenapa ia tidak menegurku atau marah padaku.

Pada saat aku sedang berpikir dan tertunduk malu karena kelakuanku selama ini telah ia ketahui, tiba-tiba aku melihat bayangan dari lantai keramik diruangan itu ada bayangan Erna dan telah berada di depanku. Aku langsung mengangkat wajahku untuk melihat reaksi Erna, apakah datang mendekat kepadaku untuk marah-marah di depanku. Ternyata dugaanku salah, tangannya justru memegang tanganku dan menuntunnya untuk menyentuh payudaranya yang masih tertutup oleh baju kaos tipis yang ia pakai. Aku yang waktu itu masih mengenakan handuk karena baru selesai mandi hanya berdiri terdiam membiarkan tangan Erna menuntun tanganku untuk menjelajahi bukit kembarnya.

Rur, ohremas dong!, seru Erna kepadaku untuk meremas buah dadanya.

Aku yang juga mulai terangsang melihat tingkah laku Erna dan ditambah lagi dengan desahan-desahan dan adegan-adegan yang keluar dari dalam telivisi yang sesekali aku lihat, spontan membuat tanganku mulai bergerak sendiri menjelajahi payudara Erna tanpa panduan tangannya lagi.

Rur, oh sstt, Erna mulai mendesah menikmati remasan-remasan ringan tanganku pada payudaranya, sambil tangannya yang mulai nakal meremas batang penisku yang mulai kencang dari luar handuk yang masih aku kenakan. Mungkin karena kami berdua sudah sangat terangsang, apalagi penetrasi yang kami lakukan sambil menonton film BF, tanpa kami sadari kami telah bergumul dilantai depan telivisi dan tubuh kami sudah dalam keadaan bugil.

Isap Er oh aduh enaknya, desahku menikmati permainan lidah Erna pada kepala penisku yang sementara berada di dalam mulutnya. Akupun tidak tinggal diam memainkan jari tanganku yang dapat mencapai vaginanya. Memanfaatkan posisi Erna yang menggarap penisku dari samping, jariku yang sudah licin oleh air vaginanya sendiri dengan sangat lincah memainkan bibir luar lubang kenikmatannya. Bila jariku menyentuh nikmat divaginanya maka langsung terasa penisku disedot kuat oleh Erna. Kurang lebih lima menit kami bertahan pada posisi itu.Download Vidio Bokep 3GP Disini

Ahh.. ouh, sedot Rur, seru Erna.
Kami telah mengganti gaya, posisiku kini berada pada sisi kanan Erna sehingga payudaranya yang kanan sedang kugarap habis. Kumainkan pentilnya dengan lidahku membuat ujung susu itu semakin merah merekah, sementara tangan kananku bermain bebas divaginanya. Jari-jariku yang sudah licin oleh air vaginanya keluar masuk dari lubang memek Erna.

Aduh aku sudah mulai rasa Rur, uhh, seru Erna mulai kacau karena merasakan nikmat jariku yang kini bermain pada clitorisnya. Pantatnya kadang tiba-tiba terangkat entah kenapa.

Ayo, ahh terus goyang, ohh.. isap, seru Erna menyuruhku semakin kuat menyedot susunya dan meggosok dengan cepat clitorisnya. Terlihat kini kakinya mulai ia julur-julurkan serta sesekali pantatnya ia angkat.

Ya.. oh.. sedikit lagi, ohh.. ya ahhh, dengan nada sedikit berteriak Erna mengeluarkan suara itu sambil membuka dan menutup kedua pahanya, aku yang mengetahui bahwa Erna pada saat itu sedang memasuki orgasme langsung memasukkan jari tengahku kedalam lubang vagina Erna dan memainkannya di dalam rongga vaginanya. Jariku yang semakin licin dan terasa berada di dalam air diremas-remas oleh otot vagina Erna.

Pada saat Erna terkulai lemas dan pasrah aku cabut jari tengahku dari vagina Erna, air sperma kenikmatan milik Erna yang terbawa di jariku dan di sekitar tanganku aku usap-usapkan pada penisku yang sedang tegang menantang, sementara tangan kiriku mulai kembali meremas lembut payudara Erna. Kedua tanganku terus beraktivitas yang kiri tetap meremas payudara Erna dan yang kanan mengocok penisku sendiri sambil menyaksikan film BF yang masih berjalan.

Sst ahh ohh, aku mendesis menikmati permainan tanganku pada payudara Erna dan penisku.

Ahh isap ayo oh, kembali aku mendesis sambil membayangkan penisku disedot oleh bule wanita yang berada di dalam film BF itu, sambil tanganku terus bergoyang mengelus lembut penisku yang sudah licin oleh air sperma Erna bercampur sperma bening dari penisku sendiri, mulai dari kepala, batang hingga ke pangkalnya.Download Vidio Bokep 3GP Disini

Erna yang melihat gerakan dan desahanku langsung bangun lalu mengambil posisi disisi kananku yang kemudian menghisap pentil payudaraku serta gigitan kecil di sekitarnya sambil tangannya mulai ikut mengocok penisku.

Ihh.. ahh.. uhhh.., hanya itu yang dapat keluar dari mulutku merasakan nikmat yang baru kali ini aku rasakan dengan gaya permainan Erna yang memang belum pernah aku lihat dan lakukan.

Ouh.. sst.. aduh nikmat Er.., sambil merasakan terus sensasi kenikmatan yang dibuat oleh Erna.

Tak lama kemudian Erna mulai menjilat dan menciumi seluruh tubuhku yang memang masih wangi oleh aroma sabun yang melekat pada tubuhku karena memang aku baru saja selesai mandi. Sejengkal demi sejengkal ia menjilati setiap bagian tubuhku tidak ada yang terlewatkan.

Ahh.. Er.. ohh.. sstt.., seruku sambil tubuhku mulai mengeliat seperti cacing menahan rasa geli bercampur nikmat karena permainan lidah Erna yang sangat hebat pada tubuhku.
Ohh.. hoo.. huss, sambil mulai mengangkat-angkat pantatku ketika mulut dan lidah Erna sudah sampai di sekitar bagian paling sensitif tubuhku.Download Vidio Bokep 3GP Disini

Ayo.. Er.. sedot dong, hoo.., menyuruh Erna menyedot penisku yang berdiri tegak seperti tiang bendera disertai mengalirnya air bening kenikmatan yang keluar dari lubang penisku. Tetapi Erna tidak menghiraukan permohonanku itu, justru ia asyik mempermainkan lidahnya di sekitar selankanganku dan sesekali singgah dibuah zakar penisku yang mulai memerah.

Napasku mulai tidak beraturan, hawa panas dingin mulai mengalir masuk ke kepalaku yang kemudian turun ke tubuhku. Namun Erna belum juga menyentuh batang penisku yang semakin deras mengeluarkan air bening seperti sedang menangis minta dijamah oleh tangan Erna atau mulutnya, pokoknya terserah yang penting salah satu dari dua bagian tubuh Erna itu. Sampai-sampai bulu-bulu di sekitar pangkal penisku sudah terasa basah semua.

Ahh.. Yaaa.. sekarang sedot kuat-kuat Er.., pintaku pada Erna.
Kini batang penisku mulai dijilat perlahan-lahan oleh lidah Erna seperti sedang menjilat lelehan es lilin yang airnya mengalir turun di batangnya.
Ketika ujung lidahnya menyentuh lubang penisku ia mulai memutar-mutar lidahnya itu disitu.
Oh.. nikmatnya, hoo.. sekarang sedot Er.., please, kembali aku memohon agar Erna menghisap penisku, jangan hanya mempermainkan dengan lidahnya saja.
Ya.. thanks, ohh.. masukkan semua di dalam mulutmu, ohhh.., seruku berterima kasih karena Erna kini sudah memasukkan penisku di dalam mulutnya.Download Vidio Bokep 3GP Disini

Sungguh luar biasa permainan Erna membiarkan perasaanku penasaran dengan bermain-main dahulu dengan lidahnya di sekitar penisku sehingga ketika penisku sudah sangat ingin dihisap dengan tanda air beningku sudah banyak meleleh baru dia mulai memasukkannya ke dalam mulutnya. Perasaanku memang langsung seperti dihempas entah kemana ketika aku merasakan penisku sudah kuat disedot oleh mulut Erna. Apalagi gerakan itu ia lakukan tanpa bantuan tangannya, semuanya ia lakukan hanya dengan mulut dan lidahnya karena kedua tangannya sibuk juga mempermainkan vaginanya sendiri.

Sst.. ohh.. Er sedot terus, seruku mulai tidak karuan dengan napas yang mulai memburu.
Air kenikmatan mulai terasa berkumpul disetiap persendianku dan mulai mengalir pelan menuju kebatang penisku.Ahh.. terus Er.. ya.., seruku lagi terus menyuruh Erna mengocok penisku dengan mulutnya.

Ya.. sedikit lagi Er, aku sudah mulai rasa ya.. ohh.., seruku sambil pantatku ikut bergoyang kiri kanan mengimbangi mulut Erna yang maju mundur di batang lasoku. Air spermaku yang mengalir dari seluruh persendianku kini terasa sudah berkumpul banyak di batang penisku. Sisa menunggu waktu saja untuk mengeluarkannya.
Ayo Rur.. keluarkan di dalam mulutku, aku ingin sekali meminum semua spermamu, seru Erna sepintas lalu yang kemudian memasukkan kembali penisku ke dalam mulutnya dan mengocok, menyedot dan mempermainkan lidahnya di penisku secara bergantian.

Ya.. terus.. ayo.. sedot Er.., seruku seiring dengan semprotan air spermaku sebanyak empat kali di dalam mulut Erna. Memang Erna benar-benar meminum air spermaku, itu dibuktikannya dengan tidak setetespun air spermaku yang keluar dari mulutnya padahal penisku juga masih berada di dalam mulutnya. Bahkan ketika aku merasa air spermaku sudah keluar semua dan tidak ada yang tertinggal di batang penisku, mulutnya justru menyedot kuat di lubang penisku seakan-akan ingin meyakinkan dirinya bahwa air spermaku telah keluar semua dan telah tertelan olehnya.

Ah.. oh.. ahh.., seruku lemas merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja aku rasakan sungguh sangat luar biasa, sampai-sampai seluruh persendianku terasa ngilu. Sementara itu Erna yang sudah mengeluarkan penisku dari mulutnya tersenyum puas sambil melihatku dan mengelus-elus penisku yang perlahan-lahan mulai lemas.Download Vidio Bokep 3GP Disini

Tak terasa permainan sex yang kami lakukan berjalan kurang lebih satu setengah jam, itu dapat dilihat dari film BF yang kami putar telah habis tanpa kami sadari berdua. Setelah kami berdua bergantian kekamar mandi untuk membersihkan diri akupun mengambil kaset BF dari Video dan menyimpannya kelemari pakaianku di kamar. Erna yang telah mengenakan celana pendek serta kaosnya kembali dan aku yang juga sudah mengenakan celana pendek serta kaos oblong bertemu dimeja makan untuk makan karena perut kami memang terasa lapar akibat tenaga kami terkuras setelah sama-sama berjuang mendaki gunung kenikmatan.
Rur.. kamu sudah pernah melakukkanya ya ?, tanya Erna padaku sambil memasukkan sepotong roti ke dalam mulutnya.

Soalnya kamu tadi sepertinya sudah pengalaman, sambung Erna coba mengorek pengakuanku.
Kamu juga bahkan sangat pengalaman persendianku masih terasa ngilu, balas aku kepada Erna.
Iya, aku melakukannya dengan pacarku bahkan hampir setiap ada kesempatan kami pasti melakukannya, balas Erna.Sudah sebulan aku tak melakukannya makanya tadi aku sangat agresif, sambung Erna.
Kenapa?, tanyaku balik mengorek keterangan dari Erna.
Ia lagi tugas belajar ke Jakarta, mungkin enam bulan baru balik, balas Erna menjawab pertanyaanku.

Wah.., kamu bisa tahan ndak, tanyaku pada Erna sambil kakiku yang berada di bawah meja makan mulai kugerak-gerakkan mencari selangkangan Erna yang berhadapan denganku.
Kan ada kamu.., jawab Erna sambil memandangku genit dan sedikit agak mendesah karena ujung jari-jari kakiku telah berada diselangkanganya dan sedang mengusap-usap vaginanya yang masih tertutup oleh celana pendeknya. Rupanya Erna mulai terangsang kembali, setelah sesaat aku menekan-nekan vaginanya dengan ujung jari-jari kakiku.Download Vidio Bokep 3GP Disini
Rur, kita ke kamarmu aja ya, seru Erna sambil berdiri dari kursi meja makan.
Aku yang memang mulai berani karena ternyata kakak sepupuku ini memang sudah tidak perawan lagi dan sering bermain dengan pacarnya, langsung ikut berdiri dan berjalan menuju kamarku.

Aku memang benar-benar mendapatkan hari yang sangat beruntung karena kedua adikku ada les tambahan di sekolah hari itu sehingga mereka berdua pasti agak terlambat pulang ke rumah. Dengan begitu aku dan Erna masih mempunyai waktu untuk melampiaskan nafsu kami.
Kami berdua sudah berada di dalam kamarku, Erna langsung membuka pakaiannya dan tinggal mengenakan celana dalam saja sehingga terlihatlah payudaranya yang sebesar bola voli tergantung indah dengan puting yang kaku menandakan ia sedang dalam keadaan birahi yang tinggi.
Berbeda dengan aku ketika aku telah berada di kamarku dan melihat tubuh Erna tinggal mengenakan CD saja langsung membuka celanaku sehingga penisku yang sudah ereksi berat terlihat juga oleh Erna.

Rur, sedot susuku dulu ya!, seru Erna sambil berbaring mengambil posisi terlentang di tempat tidurku, namun kedua kakinya masih tergantung di pinggir tempat tidur hampir menyentuh lantai.
Aku langsung datang mendekat dan mulai tanganku bergerilya di payudara Erna sambil mulut kami saling menutupi dan lidah kami saling tarik.Mmh.. mmhh.., suara kami berdua saling berbalas sambil menikmati permainan lidah kami dan tanganku yang sudah semakin liar di payudara Erna.

Setelah kurang lebih sepuluh menit kami lakukan gaya itu akhirnya mulutku menggantikan posisi tanganku untuk bergerilya dipayudara Erna sementara tanganku sudah turun bermain di vagina Erna yang telah becek oleh lendir vaginanya.
Oh.. ya.. sedot Rur, ahh.., seru Erna yang mulai meningkat gairah birahinya akibat sentuhan kenikmatan yang ia dapat dari permainan mulut dan jari tanganku.
Sst.. agh.., masukkan jarimu di lubangnya Rur, sambung Erna memintaku memainkan jari tanganku di dalam lubang vaginanya.Ya, ouh.. goyang di dalam agh.., desis Erna menikmati permainan jari-jariku di liang vaginanya yang sudah sangat becek.
Hoo.. ya.. cepat Rur, ya.. sedikit lagi, seru Erna yang mengangkat kedua kakinya dan membuka kedua sisi pahanya sehingga vaginanya terbuka lebar. Pantatnya pun kini semakin bergoyang ke kiri-kanan yang kadang mengangkat-angkatnya sedikit.Download Vidio Bokep 3GP Disini

Tetapi memang Erna sudah sangat pengalaman dalam berhubungan sex sehingga ia tidak ingin mencapai klimaksnya sendiri. Erna kemudian bangun dan duduk di sisi tempat tidur. Posisi wajahnya tepat berada di depan penisku yang berdiri tegak seperti tiang bendera,lalu ia memegang batang penisku yang sudah ereksi berat dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
Ssrr.. cup.. cup.., suara yang keluar dari mulut Erna sedang menyedot kepala penisku dengan kuat sekali sehingga ketika ia menariknya keluar terdengar bunyi tersebut.
Ahh.. aggh.. wow.., seruku yang mulai merasakan kegelian yang teramat sangat akibat permainan mulut Erna terhadap penisku.Download Vidio Bokep 3GP Disini

Aduhh.. agh.. nikmatnya.., aku mulai rasa nih, seruku memberitahu Erna bahwa aku sudah mendekati klimaks.Memang air kenikmatan sudah terasa berada di sekitar bokongku apalagi posisiku saat itu masih dalam keadaan berdiri. Rupanya Erna tidak mau menyianyiakan kesempatan itu, ia lalu mengeluarkan penisku dari mulutnya secara perlahan agar aku dapat menahan orgasmeku sesaat.

Rur, baring nanti aku yang diatas, seru Erna menyuruhku menggantikan posisinya untuk berbaring dipinggir tempat tidur dengan kakiku tetap tergantung ke lantai. Iapun berdiri dan mengambil posisi membelakangiku lalu dengan perlahan seperti orang yang akan duduk, ia meraih penisku dan menuntunnya masuk ke dalam lubang vaginanya. Suatu gaya yang benar-benar dilakukan oleh orang yang sudah berpengalaman.

Agh.. ohh.., desis Erna ketika memasukkan kepala penisku kedalam vaginanya dan mencabutnya lalu memasukkannya kembali. Gerakan itu ia lakukan sebanyak dua kali.Download Vidio Bokep 3GP Disini

Ya.. uhh.. auh.., desahnya lagi ketika ia mulai megeluar-masukkan penisku untuk mencoba memasukkan bagian demi bagian hingga seluruh batang penisku masuk semua hingga ke pangkalnya, itu dapat aku rasakan karena kini dua buah sisi pantatnya telah rapat di kedua pahaku.
Ouhh.. sstt.. yea.., desahku ketika Erna mulai bergoyang diatas kedua pahaku bak orang lagi menunggang kuda. Goyangan pinggul Erna sungguh sangat erotis, sebentar-sebentar lambat dan sebentar-sebentar ia percepat putarannya dan naik turun pinggulnya.
Setelah kira-kira sepuluh menit ia mengambil posisi begitu akhirnya aku mulai merasakan vagina Erna menegang seakan-akan menghimpit penisku dan ingin menghancurkan batang penisku. Bahkan goyangannya semakin cepat dan tidak beraturan.Download Vidio Bokep 3GP Disini
Ya.. oh.. ya.. Rur penismu nikmat sekali, desahnya dengan napas yang mulai tidak beraturan dengan goyangan naik turun tubuhnya yang semakin cepat sehingga menimbulkan suara seperti orang yang bertepuk tangan akibat pertemuan kedua pahaku dan dua buah pantatnya yang montok.
Ouh.. agh.. ya.. ya.. aku keluar Rur.. ahh.., desahnya dengan nada yang sedikit panjang. Ketika itu juga tubuhnya berhenti bergerak dan menekan turun tubuhnya sehingga seluruh penisku terasa amblas masuk kedalam vagina Erna.

Oh.. nikmat sekali yah.., desahnya terus mengambil kenikmatan yang masih tersisa di vaginanya seiring dengan mengalirnya keluar air sperma kenikmatan Erna membasahi seluruh pangkal dan bulu penisku, sampai-sampai lubang anusku ikut terasa basah.
Menyaksikan erangan dan mimik kenikmatan serta jepitan otot vagina Erna akibat mencapai orgasme kepala penisku terasa ikut membesar. Sehingga pinggulku membuat gerakan memutar-mutar kecil. Sambil aku mendesis pelan,
Oh enak ya Er?
Hmm, auh, seru Erna membalas desahan pertanyaanku.

Mungkin karena dorongan birahiku yang spontan meningkat akibat berada dalam suasana itu aku langsung mengambil alih kendali dengan menyodok naik lubang vagina Erna sehingga tubuhnya agak terlempar naik sedikit.Aku ndak tahan nih ohh seruku pada Erna sambil menyodok-nyodok lubang vagina Erna yang masih basah oleh air spermanya dan yang sudah bercampur pula dengan sperma beningku.Download Vidio Bokep 3GP Disini

Lihat Juga :  Cerita Ngentot Ibu jilbab Janda Bahenol

Aku lalu mengambil posisi untuk duduk di pinggir tempat tidur dengan Erna tetap di pangkuanku serta penisku yang masih tetap bertahan di lubang vagina Erna dan membelakangi aku.
Ohh ahh, desah Erna yang mulai kembali terangsang akibat kedua payudaranya aku remas dari belakang dengan kedua tanganku sambil menciumi tengkuknya. Erna juga mulai membuat gerakan-gerakan kecil dengan mengoyang pelan buah pantatnya sehingga ujung kepala penisku terasa menyentuh sesuatu di dalam vagina Erna.Download Vidio Bokep 3GP Disini

Agh agh agh,
Ohh ohhh auh, desah kami saling bergantian apalagi kalau ujung kepala penisku menyentuh entah benda apa yang ada di dalam vagina Erna itu.
Aku semakin tidak tahan dengan gerakan-gerakan kecil Erna yang seakan-akan memelintir batang dan kepala penisku. Air spermaku rasanya sudah kembali berada di seluruh pinggulku dan sedang menuju ke batang penisku.
Aduh Er, aku mulai rasa nih seruku kepada erna.
Aku juga Rur, ogh.. auh, desahnya semakin kuat dengan napas yang mulai tidak beraturan.
Ahh.. ya.. oh.. ups.. ahhh.., desahku dengan sangat panjang mendapatkan orgasmeku dan terasa ada tujuh kali semprotan yang aku hamburkan di dalam vagina Erna.

Oh.. Rury.. aku juga agh.., desah panjang Erna megikuti desahanku yang hanya berselang kira-kira dua puluh detik setelah aku mendapatkan puncak kenikmatanku. Aku langsung merebahkankan tubuhku ke belakang diikuti oleh tubuh Erna yang masih menempel lemas di depanku. Terasa hangatnya air sperma kenikmatan kami yang telah bercampur, mengalir keluar membasahi selangkanganku dan seluruh pahaku sambil kami terbaring lemas di atas tempat tidurku. Sampai-sampai air sperma kami ada yang jatuh ke lantai ketika kami bangkit untuk membersihkan tubuh kami menuju kamar mandi.

Akhirnya setelah kami berdua telah membersihkan diri dan bertemu di meja makan untuk menikmati soft drink sambil memulihkan tenaga setelah mendaki puncak birahi, kami berbincang-bincang. Ernapun membuat kesepakatan denganku untuk melupakan kejadian hari itu. Rupanya Erna terlambat menyadari bahwa aku ini adalah adik sepupunya. Dan memang kejadian itu hanya terjadi sekali dalam seumur hidup kami berdua, karena setelah dua tahun kejadian itu Erna menikah karena hamil oleh pacarnya. Kemudian mereka pindah jauh ke daerah lain karena penugasan suaminya.

Tamat

Cerita Sex Pacarku Akhirnya Mau Ngeseks Juga

$
0
0

Cerita Sex Pacarku Akhirnya Mau Ngeseks Juga – Perkenalkan namaku Ryan, umur saat ini 22 tahun, tercatat sebagai mahasiswa sebuah PTS di Bandung. Pengalaman nyata cerita dewasa sex yang akan kuceritakan ini terjadi tiga tahun yang lalu. Sudah lama memang, tapi aku selalu teringat-ingat pengalaman seks tersebut dan tak akan pernah aku melupakan satu nama seorang mahasiswi bernama Cindy. Walau hingga sekarang pun akan selalu kukenang saat-saat indah bersamanya.

Pertemanan akrabku dengan Cindy karena ia adalah cucu dari ibu kostku. Cindy lebih tua 2 tahun dan dia anak Surabaya, sedang kuliah di Bandung hanya beda kampus denganku. Yang aku tahu, kedua orangtuanya sudah pisah ranjang selama dua tahun (tapi tidak bercerai) dan Cindy ikut tinggal bersama neneknya (ibu kostku) ketika ia masuk kuliah. Mungkin terlalu panjang kalo kuceritakan bagaimana prosesnya hingga kami berpacaran. Aku beruntung punya cewek seperti dia yang wajahnya sangat cantik (pernah dia ditawarin untuk menjadi model), segala yang diidamkan pria melekat pada dia. Kulitnya yang putih, hidung bangir, matanya yang indah dan bening, rambut ikal serta tubuhnya yang sexy padat.. Aku juga nggak tahu kenapa ibu kost menerimaku untuk nge-kost dirumahnya padahal yang kost di rumahnya adalah cewek semua.

Mungkin karena ngeliat tampangku seperti orang baik-baik kali ya (hehehe)… Pada awal kami berpacaran, Cindy termasuk pelit untuk urusan mesra-mesraan. Jangankan untuk berciuman, minta pegang tangannya saja susahnya minta ampun, ga terbayang deh untuk bisa ngentot dia hehehe… ! Padahal aku termasuk orang yang hypersex, dan aku sering kali melakukan onani untuk melampiaskan nafsu seksku, hingga sekarang. Aku bisa melakukan onani sampai tiga kali sehari. Setiap kali fantasi dan gairah seksku datang, pasti kulakukan kebiasaan jelekku itu. Entah dikamar mandi menggunakan sabun, sambil nonton VCD porno dan seringnya sambil tiduran telungkup di atas kasur sambil kugesek-gesekkan penisku.

Aku merasakan nikmat setiap orgasme onani. Back to story, sejak aku dan Cindy resmi jadian, baru dua minggu kemudian dia mau kucium pipinya. Itu pun setelah melalui perdebatan yang panjang, akhirnya ia mau juga kucium pipinya yang mulus itu, dan aku selalu ingin merasakan dan mengecup lagi sejak saat itu. Hingga pada suatu malam, ketika waktu menunjukkan pukul setengah sepuluh, aku, Cindy dan Desi (anak kost yang lain) masih asyik menonton TV di ruang tengah. Sementara ibu kostku serta 3 anak kost yang lain sudah pergi tidur. Kami bertiga duduk diatas permadani yang terhampar di ruang tengah. Desi duduk di depan sementara aku dan Cindy duduk agak jauh dibelakangnya. Lampu neon yang menyinari ruangan selalu kami matikan kalau sedang menonton TV.

Biar tidak silau kena mata maksudnya. Atau mungkin juga demi menghemat listrik. Yang jelas, cahaya dari TV agak begitu samar dan remang-remang. Desi masih asyik menonton dan Cindy yang disampingku saat itu hanya mengenakan kaos ketat dan rok mini matanya masih konsen menonton film tersebut. Sesekali saat pandangan Desi tertuju pada TV, tanganku iseng-iseng memeluk pinggang Cindy. Entah Cindy terlalu memperhatikan film hingga tangannya tidak menepis saat tanganku memeluk tubuhnya yang padat. Dia malah memegang rambutku, dan membiarkan kepalaku bersandar di pundaknya. Terkadang kalo pas iklan, Cindy pura-pura menepiskan tanganku agar perbuatanku tidak dilihat Desi. Dan saat film diputar lagi, kulingkarkan tanganku kembali. “I love you, honey….” Bisikku di telinganya.

Cindy menoleh ke arahku dan tanpa sepengetahuan Desi, ia mendaratkan ciumannya ke pipiku. Oh my God, baru pertama kali aku dicium seorang cewek, tanpa aku minta pula. Situasi seperti ini tiba-tiba membuat pikiranku jadi ngeres apalagi saat Cindy meremas tanganku yang saat itu masih melingkar di pinggangnya, dan matanya yang sayu sekilas menoleh ke arah Desi yang masih nongkrong di depan TV. Aman, pikirku.Apalagi ditambah ruangan yang hanya mengandalkan dari cahaya Tv, maka sesekali tanganku meremas payudara Cindy. Cindy menggelinjang, sesekali menahan nafas. Lutut kanannya ditekuk, hingga saat tangan kiriku masuk ke dalam daster bagian bawah yang agak terbuka dari tadi, sama sekali tidak diketahui Desi. Mungkin ia konsen dengan film, atau mungkin juga ia sudah ngantuk karena kulihat dari tadi sesekali ia mengangguk seperti orang ketiduran.

Ciumanku kini sedikit menggelora, menelusuri leher Cindy yang putih mulus sementara tangan kiriku menggesek-gesekkan perlahan vagina Cindy yang masih terbungkus celana dalam. Ia mendesah dan mukanya mendongak ke atas saat kurasakan celana dalamnya mulai basah dan hangat. Mungkin ia merasakan kenikmatan, pikirku.Tanganku yang mulai basah oleh cairan vagina Cindy buru-buru kutarik dari dalam roknya, ketika tiba-tiba Desi bangkit dan melihat ke arah kami berdua. Kami bersikap seolah sedang konsen nonton juga. “Aku ngantuk. Tidur duluan ya….. nih remote-nya!” ujar Desi sambil menyerahkan remote TV pada Cindy. Desi kemudian masuk ke kamarnya dan mengunci pintu dari dalam. Aku yang tadi agak gugup, bersorak girang ketika Desi hanya pamitan mau tidur. Aku pikir dia setidaknya mengetahui perbuatanku dengan Cindy. Bisa mati aku. Cindy yang sejak tadi diam (mungkin karena gugup juga) matanya kini tertuju pada TV.

Aku tahu dia juga pura-pura nonton, maka saat tubuhnya kupeluk dan bibirnya kucium dia malah membalas ciumanku. “Kita jangan disini Say, nanti ketahuan….” Bisiknya diantara ciuman yang menggelora. Segera kubimbing tangan Cindy bangkit, setelah mematikan TV dan mengunci kamar Cindy, kuajak dia ke kamar sebelah yang kosong. Disini tempatnya aman karena setiap yang akan masuk ke kamar ini harus lewat pintu belakang atau depan. Jalan kami berjingkat supaya orang lain yang telah tertidur tidak mendengar langkah-langkah kami atau ketika kami membuka dan menutup kunci dan pintu kamar tengah dengan perlahan. Setelah kukunci dari dalam dan kunyalakan lampu kamar kuhampiri Cindy yang telah duduk di tepi ranjang. “Aku cinta kamu, Cindy…..” ujarku ketika aku telah duduk disampingnya.

Mata Cindy menatapku lekat.. Sejenak kulumat bibirnya perlahan dan Cindy pun membalas membuat lidah kami saling beradu. Nafas kami kembali makin memburu menahan rangsangan yang kian menggelora. Desahan bibirnya yang tipis makin mengundang birahi dan nafsuku. Kuturunkan ciumanku ke lehernya dan tangannya menarik rambutku. Nafasnya mendesah. Aku tahu dia sudah terangsang, lalu kulepaskan kaosnya. Payudaranya yang padat berisi ditutupi BH berwarna merah tua. Betapa putih kulitnya, mulus tak ada cacat. Kemudian bibir kami pun berciuman kembali sementara tanganku sibuk melepaskan tali pengikat BH, dan sesaat kemudian kedua payudaranya yang telah mengeras itu kini tanpa ditutupi kain sehelai pun. Kuusap kedua putingnya, dan Cindy pun tersenyum manja. “Ayo Yan, lakukanlah….” Ujarnya.

Tak kusia-siakan kesempatan ini, dan mulai kujilati payudaranya bergantian. Sementara tangan Cindy membantu tanganku melepaskan kemeja yang masih kukenakan. Kukecup putingnya hingga dadanya basah mengkilap. Betapa beruntungnya aku bisa menikmati semua yang ada ditubuhnya. Tangan kananku yang nakal mulai merambah turun masuk ke dalam roknya, dan kugesek-gesekkan pelan di bibir vaginanya. Cindy menggelinjang menahan nikmat, sesekali tangannya juga ikut digesek-gesekkan kesekitar vaginanya sendiri. Bibirnya mendesah menahan kenikmatan. Matanya terpejam, Sebentar kemudian vaginanya mulai sedit basah. Dan kami pun mulai melepaskan celana kami masing-masing hingga tubuh kami benar-benar polos. Betapa indahnya tubuh Cindy, apalagi ketika kulihat vaginanya yang terselip diantara kedua selangkangannya yang putih mulus.

“Wah.. punyamu oke Cindy, Ok’s banget…” ujarku terpana Begitu mulus memang,ditambah dengan bulu-bulu lebat disekitar bagian sensitifnya. “Burungmu juga besar dan bertenaga. Aku suka Yan….” Balasnya sambil tangannya mencubit pelan kemaluanku yang sudah tegak dari tadi. “Come on Honey….” Pintanya menggoda. Aku tahu Cindy sudah begitu terangsang maka kemudian kusuruh Cindy berbaring di atas kasur. Dan aku baringkan tubuhku terbalik, kepalaku berada di kakinya dan sebaliknya(posisi 69). Kucium ujung kakinya pelan dan kemudian ciumanku menuju hutan lebat yang ada diantara kedua selangkangannya. Kukecup pelan bibir vaginanya yang sudah basah, kujilat klitorisnya sementara mulut Cindy sibuk mengocok-ngocok kemaluanku.

Bibir vaginanya yang merah itu kulumat habis tak tersisa. Ehm, betapa nikmatnya punyamu Cindy, pikirku. Ciumanku terus menikmati klitoris Cindy, hingga sekitar vaginanya makin basah oleh cairan yang keluar dari vaginanya. Kedua jari tanganku aku coba masukkan lubang vaginanya dan kurasakan nafas Cindy mendesah pelan ketika jariku kutekan keluar masuk. “Ahh… nikmat Yannn…ahhhh…” erangnya. Kugesek-gesekkan kedua jariku diantara bibir klitorisnya dan Cindy makin menahan nikmat. Selang 5 menit kemudian kuhentikan gesekkan tanganku, dan kulihat Cindy sedikit kecewa ketika aku menghentikan permainan jariku. “Jangan sedih Say, aku masih punya permainan yang menarik, okay?” “Oke.

Sekarang aku yang mengatur permainan ya?” ujarnya. Aku mengangguk.Jujur saja, aku lebih suka kalau cewek yang agresif.Cindy pun bangkit, dan sementara tubuhku masih terbaring di atas kasur. “Aku di atas, kamu dibawah, okay? Tapi kamu jangan nusuk dulu ya Say?” Tanpa menunggu jawabanku tubuh Cindy menindih tubuhku dan tangan kanannnya membimbing penisku yang telah berdiri tegak sejak tadi dan blessss…….ah,Cindy merasa bahagia saat seluruh penisku menembus vaginanya dan terus masuk dan masuk menuju lubang kenikmatan yang paling dalam. Dia mengoyang-goyangkan pantatnya dan sesekali gerakannya memutar, bergerak mundur maju membuat penisku yang tertanam bergerak bebas menikmati ruang dalam “gua”-nya.

Cindy mendesah setiap kali pantatnya turun naik, merasakan peraduan dua senjata yang telah terbenam di dalam surga.Tanganku meremas kedua payudara Cindy yang tadi terus menggelayut manja. Rambutnya dibiarkan tergerai diterpa angin dingin yang terselip diantara kehangatan malam yang kami rasakan saat ini. Kubiarkan Cindy terus menikmati permainan ini. Saat dia asyik dengan permainannya kulingkarkan tanganku dipinggangnya dan kuangkat badanku yang terbaring sejak tadi kemudian lidah kami pun beradu kembali. “Andainya kita terus bersama seperti ini, betapa bahagianya hidupku ini Cindy ” bisikku pelan “Aku juga, dan ku berharap kita selalu bersama selamanya..” Sepuluh menit berlalu, kulihat gesekan pinggang Cindy mulai lemah.

Aku tahu kalau dia mulai kecapekan dan aku yang mengambil inisiatif serangan. Kutekan naik turun pinggangku, sementara Cindy tetap bertahan diam. Dan suara cep-clep-clep… setiap kali penisku keluar masuk vaginanya. “Ahh terusss Yannnnn….terusss…nikmattttt…ahh…ahhhh….” hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Cindy, dan aku pun makin menggencarkan seranganku. Ingin kulibas habis semua yang ada dalam vaginanya. Suara ranjang berderit, menambah hot permainan yang sedang kami lakukan. Kutarik tubuh Cindy tanpa melepaskan penisku yang sedang berlabuh dalam vaginanya dan kusuruh dia berdiri agar kami melakukan gerakan sex sambil berdiri. “Kamu punya banyak style ya say?” katanya menggoda.

“Iya dong, demi kepuasan kamu juga” jawabku sambil mulai menggesek-gesekan pebisku kembali. “Ahh teruss…terusss……” desah Cindy ketika penisku berulang kali menerobos vaginanya. Kupeluk tubuh Cindy erat sementara jari tangan kirinya membelai lembut bulu-bulu vaginanya, dan sesekali membantu penisku masuk kembali setiap kali terlepas. Keringat membasahi tubuh kami. Lehernya yang mulus kucium pelan, sementara nafas kami mulai berdegup kencang. “Yan, keteteran nih, mau klimaks. Jangan curang dong….” “Oke, tahan dulu Cindy” dan kucabut batang penisku yang telah basah sejak tadi. Kusuruh Cindy nungging di ranjang, sementara tanganku mengarahkan penisku yang telah siap masuk kembali.

Dan kumasukkan sedikit demi sedikit hingga penisku ambles semua ke dalam surga yang nikmat. “Ah…tekan Yan…enaaaakkkkk…terusssss Yannn….” Erangnya manja setiap kali penisku menari-nari di dalam vaginanya. Tanganku memegang pinggangnya agar gerakanku teratur dan penisku tidak terlepas,. “Ohh…nikmat sekali Yan….teruss….terusss……” desahnya. Betapa nikmatnya saat-saat seperti ini…dan terus kuulang sementara mulut kami mendesah merasakan kenikmatan yang teramat sangat setiap kali penisku mempermaikan vaginanya. “Yan….aku mo keluar nih…..udah ngga tahan….ahhh….ahhhh….” ujar Cindy tiba-tiba. “Tahan Cin, aku juga hampir sampai….” aku menekan-nekan penisku kian cepat,sehingga suara ranjang ikut berderit cepat.

Lihat Juga :  Cerita Seks Bugil Kenikmatan Dengan Debby

Dan kurasakan otot-otot penisku mengejang keras dan cairan spermaku berkumpul dalam satu titik. “Aku keluar sekarang Cin….” penisku kucabut dari lubang vaginanya dan Cindypun seketika membalikkan badan dan menjulurkan lidahnya, mengocok-ngocok batang penisku yang kemerahan dan saat kurasakan aku tak mampu menahan lagi kutaruh penisku diantara kedua belah payudaranya dan kedua tangan Cindy pun menggesek-gesekkan payudaranya yang menjepit batang kemaluanku dan….croott…crooottt… spermaku jatuh disekitar dada dan lehernya Sebagian tumpah diatas sprei. Cindy menjilati penisku membersihkan sisa-sisa spermaku yang masih ada.

“Kamu ternyata kuat juga Say, aku hampir tak berdaya dihadapanmu” kubelai rambut Cindy yang sudak acak-acakan tak karuan. “Aku juga ngga nyangka kamu sehebat ini Yan….”desahnya manja . Waktu sudah menunjukkan setengah satu malam Dan setelah kami istirahat sekitar lima belas menit, kami memakai pakaian kami kembali dan membereskan tempat tidur yang sudah berantakan. Dan tak lama kemudian kami pun pergi tidur dikamar masing-masing melepaskan rasa lelah setelah kami ‘bermain” tadi. Begitulah kisahku dengan Cindy, setiap hari kami selalu melakukannya setiap kali kami ingin dan ada kesempatan. Kami melakukannya di kamar sebelah kalau malam hari, kamar kostku, atau bahkan dikamar mandi (sambi mandi bareng disaat rumah kost kosong hanya ada kami berdua).

Hingga pada suatu hari Cindy harus pindah ke luar kota ikut kedua orang tuanya yang telah berbaikan lagi. Aku benar-benar kehilangan dia, dan ingin kuterus bersamanya. Pernah beberapa kali kususul ke tempatnya yang baru dan kami melakukannya berkali-kali di hotel tempat kami menginap. Tanggal 27 November 1998, tiba-tiba kuterima surat dari Cindy yang mengabarkan bahwa ia akan menikah dengan orang yang dipilihkan orang tuanya dan aku benar-benar kehilangan dia, aku sungguh sabgat mencintai dia….. Sekarang, setiap kali aku melakukan masturbasi, fantasiku selalu melayang mengingat saat-saat terindah kami melakukan hubungan seks pertama kali dikamar sebelah itu. Ingin rasanya aku ulangi saat-saat indah itu…

Tamat

Cerita Bokep 2017 Ngeseks Mahasiwa Di Toilet

$
0
0

Cerita Bokep 2017 Ngeseks Mahasiwa Di Toilet – Situs Terlengkap Untuk Cerita Dewasa Pribadi, Cerita Sex Terbaru, Cerita Mesum, Cerita Ngentot, Cerita Hot, Cerita ABG, Cerita Tante-tante, Cerita Sex Jilbab, Seks Bergambar, Cerita Seks Dewasa, Kumpulan Cerita Seks Dewasa. Cerita Sex Terbaru, Cerita Seks Bergambar, Cerita Sex Dewasa, Cerita Mesum Terbaru. Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru. Kembali lagi update Cerita Sex, Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Mesum, Cerita Ngentot. Aku mahasiswa semester 7 di sebuah universitas di Jakarta Barat. Umurku 21 tahun.

Aku tergolong anak yang biasa-biasa saja di lingkungan pergaulan kampus. Dibilang kuper tidak, tapi dibilang anak gaul pun tidak. Aku anak bungsu dari dua bersaudara, berasal dari keluarga kelas menengah atas. Di kampus aku dianggap oleh teman-temanku sebagai anak yang pendiam. Aku agak kesulitan bergaul dengan perempuan, sehingga aku sama sekali tidak memiliki teman perempuan. Entahlah, sepertinya aku mempunyai masalah dalam soal mendekati cewek. Namun ironisnya, aku mempunyai hasrat seks yang tinggi, aku mudah terangsang bila melihat cewek yang bagiku menarik, apalagi memakai pakaian ketat. Jujur saja, bila sudah begitu pikiranku sering mengkhayal ke arah persetubuhan. Bila hasratku sudah tak lagi dapat kutahan, terpaksa aku melakukan onani. Aku memilih itu sebab aku tak tahu lagi harus menyalurkan kemana.

Cerita Dewasa Threesome Dengan Pacar dan Mantan

Cerita Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Ngentot Janda, Cerita Ngentot Pembantu, Cerita Ngentot Perawan, Cerita Panas, Cerita Pemerkosaan, Cerita Seks Indonesia, Cerita Seks Sedarah, Cerita Selingkuh, Cerita SEX, Cerita Skandal, Cerita Tante Girang, Cewek Telanjang, Foto Bugil, Memek Perawan, Tante Girang, Toket Gede Mulus |  Cerita Dewasa, Cerita Eksebionis, Cerita Mesum, Cerita Selingkuh, Cerita Sex, Cerita Skandal

Cerita Seks Mahasiwa di Toilet Kampus – Sifat pendiamku ternyata membuat cewek-cewek di kampusku penasaran, sepertinya mereka ingin tahu lebih banyak tentangku. Cuma mereka harus kecewa sebab aku kesulitan untuk bergaul dengan mereka. Di samping itu teman-temanku bilang aku mempunyai face yang lumayan ganteng (nggak nyombong lo..), kulitku putih, rambuntuku gondrong, dan tinggiku sekitar 170 cm. Bila aku melintas di koridor kampus, aku merasa ada beberapa cewek yang melirikku, tetapi aku berusaha cuek saja, toh aku tak bisa mendekatinya. Namun ada seorang cewek yang diam-diam menyukaiku, hal itu aku ketahui dari sahabatku. Ketika aku minta untuk menunjukkan anaknya, kebetulan penampilannya sesuai degan seleraku. Tinggi tubuhnya sama denganku, rambut panjang, kulit putih bersih, wajah menarik, ukuran toketnya juga pas dengan seleraku, dan badannya padat berisi. Sebut saja namanya Ella (samaran). Sejak itu setiap kali aku melihatnya, aku sering berpikiran edan, yaitu membayangkan bisa bersetubuh dengannya. Sebaliknya bila ia melihatku, sikapnya biasa-biasa saja, walaupun aku tahu sebenarnya dia menyukaiku.

Pada suatu hari yang tak terduga olehku, seolah-olah keinginanku dikabulkan (masa?). Saat kuliah usai pada jam 19.00 sore, selepas keluar ruangan aku hendak untuk mencuci muka, sekedar menyegarkan diri. Aku menuju WC kampus yang kebetulan letaknya agak menyendiri dari “peradaban” kampus. Sampai disana aku mendapati beberapa orang yang juga akan mempergunakan kamar mandi. Selagi menunggu giliran, aku ingin buang air kecil dulu, tapi kamar mandi sedang dipakai. Praktis aku urungkan saja. Begitu tiba giliranku, aku hendak menuju ke arah kran, tiba-tiba dari arah pintu kamar mandi yang tertutup tadi keluarlah seorang cewek yang selama ini kusukai dan dia juga mengincarku. Aku sangat tekejut melihatnya, sikapku hampir salah tingkah, begitu pun dengan dia. Kami saling bertatapan mata dan terdiam beberapa saat. Kemudian dia sedikit tersenyum malu-malu. Kok dia ada disini sih?, Pikirku. Akhirnya aku memberanikan diri untuk memulai percakapan.

“La, ngapain elo masuk ke WC cowok?” tanyaku penuh rasa heran.
“Ehh.. itu.. ehmm.. tempat cewek penuh semua, makanya gue ke sini..”
“Emang yang di lantai bawah juga penuh?”, tanyaku.
Padahal dalam hati aku merasa mendapat kesempatan emas.
“Iya. Emang kenapa? Boleh dong sebentar doang.. lagi pula ‘kan sekarang udah nggak ada siapa-siapa, ya kan..?”, jawab Ella rada genit.
Aku pun tidak mau kalah.
“Tapi kan gue cowok, elo nggak malu?”, gantian aku membalasnya.
“Kalo elo, gue emang nggak keberatan kok.., untungnya cuman tinggal elo dong yang ada di sini, daripada yang laen..”, jawab Ella.
Denger jawaban kayak gitu, aku malah jadi tambah bengong. Gila.. kayaknya dia emang ngasih kesempatan nih! Pikirku. Tiba-tiba dia menyerobot posisi gue yang dari tadi udah berdiri di samping kran.
“Sorry yah, gue duluan, habis elo bengong aja sih..”, katanya.

Rupanya dia juga mau mencuci muka. Selama dia mencuci muka, aku seperti orang bingung. Kadang-kadang aku mencuri pandang ke arah bagian yang terlarang. Posisinya yang sedang membungkuk membuat pantatnya yang berisi menungging ke arah selangkanganku. Ditambah lagi CD-nya yang berwarna krem terlihat olehku. Lama kelamaan aku menjadi terangsang, kontolku mulai tegang tak keruan. Langsung saja di pikiranku membayangkan kontolku kumasukkan ke dalam memeknya dari belakang pada posisi seperti itu. Entah apa yang merasuki pikiranku, aku berniat untuk menyetubuhinya di WC ini, sebab hasratku sudah tak tertahankan. Aku tak peduli dia keberatan atau tidak. Pokoknya aku harus ngentot dengan dia, apapun caranya.

Diam-diam aku berdiri di pintu keluar, mengamati keadaan. Aman pikirku, tak ada seorang pun. Jadi aku bisa leluasa melaksanakan niat bejatku. Saat dia menuju pintu keluar, dari jauh aku sudah melihat senyumannya yang merangsang birahiku. Sepertinya dia memang sengaja menarik perhatianku. Tiba-tiba dengan cepat kupalangkan tanganku di depannya, sehingga ia menghentikan langkahnya. Dia melihatku seakan- akan mengerti maksudku.
“Buru-buru amat La, emang elo udah ada kuliah lagi?”, tanyaku.
“Enggak kok, gue cuman pengen istirahat di sini aja”, jawabnya.

Aku tak menanggapinya, dengan cepat aku segera menutup dan mengunci pintu dari dalam. Melihat sikapku, Ella mulai menatapku dalam-dalam. Dengan perlahan kudekati dia. Kutatap kedua matanya yang indah. Dia mulai bereaksi, perlahan dia juga mulai mendekatiku, sehingga wajah kami berdekatan. Aku mulai merasa bahwa dia juga merasakan hal yang sama denganku. Nafasnya juga semakin memburu, seolah-olah dia mengerti permainan yang akan kulakukan. Mulutnya mulai terbuka seperti akan mengatakan sesuatu, namun dia keburu mengecupku dengan lembut. Perasaanku saat itu tak menentu, sebab baru kali inilah aku dicium oleh seorang cewek. Dengan spontan aku pun membalasnya dengan mesra. Aneh, walaupun aku belum pernah melakukannya, otomatis aku tahu apa yang harus mesti kulakukan. Apalagi aku juga sering melihat di film BF.

Kami saling bermain lidah cukup lama, sampai kami kesulitan bernafas. Kedua bibir kami berpagut sangat erat. Desahan Ella membuatku semakin hot menciumnya. Aku mulai menggerakkan tanganku menuju ke pantatnya, kuraba dengan lembut, dan dengan gemas kuremas pantatnya. Kemudian aku mencoba untuk mengusap bagian memeknya. Kugosok-gosok sampai dia mengerang kenikmatan. Aku panik kalau erangannya terdengar ke luar. Setelah kuberi tahu dia mengerti dan mengecup bibirku sekali lagi. Usapanku membuat cairan memeknya membasahi celananya. Karena dia memakai celana bahan, maka cairannya juga membasahi tanganku.
“Ssshhtt.. gilaa.. enak banget.. ehmm..”, desah Ella.

Aku melepaskan ciumanku dan berpindah menciumi lehernya yang putih mulus. Lehernya yang harum membuatku makin gencar menciumi lehernya. Mata Ella terlihat mendelik dan menengadahkan mukanya ke atas merasakan kenikmatan. Tangannya mulai berani untuk meremas kontolku yang keras. Enak sekali pijitannya, membuat kontolku semakin berdenyut- denyut.

Aku berhenti menciumi lehernya, aku mulai meraba-raba toketnya yang sudah mengeras. Ella mulai membuka kaosnya, dan memintaku untuk memainkan kedua toketnya. Kuraba-raba dengan lembut, dan sesekali kuremas sedikit. Merasa masih ada penghalang, kubuka BH-nya yang berwarna putih. Benar-benar pemandangan yang sangat indah, toketnya yang berukuran sedang, putih mulus, dan putingnya merah kecoklatan terlihat menantang seperti siap untuk dikemot. Langsung saja aku sedot susunya yang kenyal itu. Ella menggelinjang kenikmatan dan memekik. Aku tak peduli ada orang yang mendengar. Rupanya dia senang menyemprotkan parfum ke dadanya, sehingga terasa lebih nikmat mengulum toket harum. Aku benar-benar menikmati toket Ella dan aku ingin mengemoti toket Ella sampai dia menyerah. Kujilat puting susunya sampai putingnya berdiri tegak. Kulihat Ella seperti sudah di awang-awang, tak sadarkan diri.

Tangan Ella mulai membuka ritsleting celana gue dan berusaha mengeluarkan kontol gue yang sudah keras sekali. Begitu semua terlepas bebaslah kontol gue menggantung di depan mukanya yang sebelumnya dia telah mengambil posisi jongkok. Dia kocok-kocok kontol gue, sepertinya dia sedang mengamati dahulu. Lalu dia mulai mencium sedikit-sedikit. Kemudian dia mencoba membuka mulutnya untuk memasukkan kontolku. Pertama hanya 1/4 nya yang masuk, lama-lama hampir seluruh kontolku masuk ke mulutnya yang seksi, kontolku sama sekali sudah tak terlihat lagi. Lalu dia mulai memaju mundurkan kontolku dalam mulutnya. Sedotan dan hisapannya sungguh luar biasa, seperti di film BF. Aku menahan rasa geli yang amat sangat, sehingga hampir saja aku mengeluarkan maniku di dalam mulutnya. Belum saatnya, pikirku. Aku ingin mengeluarkan maniku di dalam memeknya. Maka aku memberi tanda agar Ella berhenti sebentar. Aku berusaha menenangkan diri sambil mengusap-ngusap toketnya. Setelah rileks sedikit, Ella mulai melanjuntukan permainannya selama kurang lebih 10 menit. Ella sempat menjilat cairan bening yang mulai keluar dari ujung kontolku dan menelannya.

Ella kemudian bangkit untuk melepaskan celana panjangnya, ia juga melepaskan CD-nya yang berwarna krem. Aku mengambil posisi jongkok untuk menjilati memeknya dahulu, agar licin. Kubuka pahanya lebar-lebar. Terlihatlah memek Ella yang sangat bersih, berwarna merah, lipatannya masih kencang, tak tampak sehelai bulu satu pun. Sepertinya Ella memang pandai merawat kewanitaannya. Aku mulai menjulurkan lidahku ke memeknya. Aku sempat berpikir bagaimana kalau di memeknya tercium bau yang tidak sedap. Ah, bodo amat aku sudah bernafsu, aku tahan nafas saja.

Kubuka belahan memeknya. Lalu kujilat bagian dalamnya. Tapi ternyata koq baunya tidak seperti yang kubayangkan sebelumnya. Memek Ella tidak berbau kecut, tapi juga tidak berbau harum, bau memek alami. Justru bau yang alami seperti itulah yang membuatku makin bernafsu serasa ingin melumatnya semua ke dalam muluntuku. Aaahh..Ella benar-benar pandai merawat memeknya. Sungguh beruntung aku.

Aku terus menjilat-jilat memeknya yang mulai basah dengan cairannya. Ella terlihat sangat menikmati permainan ini. Matanya sayu, desahannya makin keras seraya menggigit bibir bawahnya.
“Akkhh.. sstt.. uugh.. gilaa.. enak banget..”, desah Ella.
Memeknya terasa hangat dan lembut. Betul-betuk memek ternikmat yang kurasakan.

Kumasukkan jari telunjukku ke dalam memeknya sambil mengait-ngaitkan ke dinding memeknya. Tentu saja Ella makin edan reaksinya, membuat semakin kelojotan nggak keruan. Sampai ia menjepitkan kedua belah pahanya hingga kepalaku terjepit di antara sepasang paha yang putih mulus, dan tangannya menjambak rambuntuku sampai aku sendiri merasa kesakitan. Cairan yang keluar dari memeknya sampai meleleh ke pipiku dan kepahanya. Sebagian sempat mengalir ke bibirku. Karena penasaran dengan selama ini yang kutahu, kucicipi cairan itu. Gila! Rasanya enak koq, agak asin. Langsung aja aku hisap sebanyak-banyaknya dari memeknya. Ella sempat risih melihat perbuatanku. Namun aku cuek saja, sebab dia tadi juga melakukan hal yang sama pada kontolku.

Tiba-tiba Ella mendorong kepalaku dari memeknya. Kayaknya dia sudah nggak kuat lagi.
“Masukin dong punya elo, gue udah nggak tahan nich.. ayo dong sayy..”, pinta Ella dengan suara mendesah.
Aku sempat tertegun sejenak, sebab sama sekali aku belum pernah melakukannya.
“Ayo cepat dikit dong..”, katanya sambil memandangku yang tertegun sejenak.
Dengan bermodal nekat dan pengetahuan dari film BF, gue turutin saja permintaan Ella.

Kuangkat satu kakinya ke atas bak mandi, sehingga posisi memeknya lebih terbuka. Memeknya sudah basah sekali oleh cairan sehingga terlihat mengkilat. Hal itu makin membuatku bernafsu untuk memasukkan kontolku ke memeknya. Kuelus-elus dahulu kepala kontolku ke bibir memeknya. Kudorong kontolku perlahan.. masuk sedikit demi sedkit..

Pantatku terus kudorong, terasa sebagian kepala kontolku sudah masuk ke lobang memek Ella yang sudah basah dan licin tapi terasa sempit banget. Dalam hati aku beruntung juga bisa ngerasain sempitnya memek perawan. Kucoba kugesek dan menekan perlahan sekali lagi. Kontolku sudah masuk setengahnya, namun masih terasa sempit sekali. Tubuh Ella sempat tersentak ketika kontolku sudah masuk seluruhnya.
“Auuwww.. sakitt.. pelann.. sstt..”, Ella sedikit menjerit.

Kutarik kontolku keluar, lalu kudorong lagi sekuat tenaga. Aku sengaja membiarkan kontolku menancap di dalamnya beberapa saat agar memek Ella terbiasa menerima kontolku. Kemudian barulah aku memulai gerakan maju mundur. Terasa kontolku bergesekan dengan dinding memek yang bergerinjal-gerinjal. Jadi ini toh yang dinamakan bersetubuh, pikirku dalam hati. Kontolku terasa agak perih dijepit oleh memeknya, tapi tetap kuteruskan, aku tak mau kehilangan kesempatan berharga ini.

Tampaklah pemandangan indah ketika kontolku keluar masuk memek Ella. Kontolku sudah tidak terasa perih lagi, malah sebaliknya, terasa geli ngilu enak. Ella semakin tidak jelas rintihannya, seperti orang menangis, air matanya meleleh keluar. Mulutnya menggigit bibirnya sendiri menahan sakit. Aku sempat kasihan melihatnya. Mungkin aku sudah keterlaluan. Kucoba berbicara padanya sambil kedua pinggul kami menghentak-hentak.

“Ke.. napa.. La.. ehhgg.., elo.. pe.. ngen udahann..?”, tanyaku.
“Ja.. ngan dilepas.. terussinn.. aja.. gue.. nggak.. apa.. apa.. kok.. sstt..”, kata Ella.

Goyangan pinggul Ella sangat luar biasa, hampir aku dibuat ngecret sekali lagi. Kutarik kontolku keluar dan kudiamkan beberapa saat. Setelah itu aku minta ganti posisi, aku ingin ngentotin dia dari belakang. Ella berpegangan pada pintu kamar mandi, sedangkan pantatnya sudah menungging ke arahku. Dalam posisi itu lipatan memeknya terlihat lebih jelas. Tanpa basa-basi lagi kumasukkan saja kontolku dengan hentakan yang kuat. Kali ini lebih lancar, sebab memeknya sudah terbiasa menerima kontolku.

Kali ini gerakan Ella lebih hot dari sebelumnya, ia mulai memutar- mutar pantatnya. Setiap gerakan pantatnya membuat kontolku sangat geli luar biasa.. kontolku berdenyut-denyut seperti ingin memuntahkan lahar yang panas..aku merasa tak tahan lebih lama lagi. Tapi aku tak ingin mengecewakan Ella, aku pun berusaha mengimbangi permainannya.

Aduhh srr.., ada cairan licin kembali keluar dari kontolku. Cairan itu makin menambah licin dinding memek Ella. Aku benar-benar merasakan kenikmatan persetubuhan ini. Aku makin tenggelam dalam kenikmatan bersetubuh dengan Ella, sungguh aku tak akan melupakannya. Tubuh kami terlihat mengkilat oleh keringat kami berdua. Toket Ella bergoyang-goyang mengikuti irama gerakan kami, membuatku makin gemas untuk meremasnya dan sesekali kukemot sampai ia memjerit kecil. Memek Ella makin berbusa akibat kocokan kontolku.

Aku merasakan sesuatu yang tak tertahankan lagi. Aku makin pasrah ketika kenikmatan ini menjalar dari buah zakar menuju dengan cepat ke arah ujung kontolku. Seluruh tubuhku bergetar hendak menerima pelepasan yang luar biasa.
“Laa.. gue udah mau keluar.. nihh.. Elo.. masih.. lama.. nggak..?”, rintihku.
“Sa.. bar.. se.. bentarr.. sayaangg.. sama.. samaa.. gue.. juga.. hampir.. keluarr.. oohh.. ahhgghh..”, pantatnya menekan kontolku dengan kuat.
Mukanya berusaha menengok ke arahku berusaha mengulum bibirku. Kudekatkan bibirku agar dia bisa mengulumnya.

Bersamaan dengan itu..
“Aaahh..”
Kontolku menyemprotkan air mani ke dalam lobang memeknya berkali-kali. Sampai cairan putih itu meleleh ke pahanya dan sempat menetes ke lantai. Tak kusangka banyak sekali spermaku yang berlumuran di memeknya. Ella berjongkok memegang kontolku. Lalu ia menjilat dan mengulum kontolku yang masih berlumuran sperma. Dia menelan semua spermaku sampai kepala kontolku bersih mengkilat. Dia kelihatan tersenyum bangga.

Ella kembali berdiri memandangi penuh kepuasan. Tubuh Ella terjatuh lemas membebani tubuhku, badannya bergetar merasakan orgasme. Ella memandangku tersenyum, disertai dengan nafas yang masih terengah-engah. Kami pun berpelukan dalam tubuh penuh keringat dengan alat kelamin kami masih saling menyatu. Bibir kami saling mengecup dengan mesra, sambil memainkan bagian-bagian sensitif.

Kami membersihkan diri bersama sebelum beranjak keluar WC. Selama kami mandi kami saling mengutarakan sesuatu hal. Iseng-iseng aku bertanya mengapa dia mau menerima perlakuanku barusan.Ternyata Ella mengatakan bahwa selama ini dia sudah lama menyukaiku, namun ia tidak berani mengutarakannya, sebab malu sama teman-temannya. Aku sempat tertegun mendengarnya. Kemudian aku juga mengatakan bahwa aku juga suka padanya. Seakan dia tak percaya, tetapi setelah kejadian tadi kami menjadi saling menyayangi. Kami kembali berpelukan dengan mesra sambil saling mengecup bibir.

Lihat Juga :  Cerita Bokep Pacar Baru Yang Hebat

Aku sempat khawatir kalau Ella hamil, sebab aku mengeluarkan spermaku di dalam memeknya. Aku tidak mau menikah, aku belum siap jadi bapak. Biarlah, kalaupun Ella hamil, aku akan membuat suatu rencana. Lagipula kami melakukannya baru sekali, jadi kemungkinan dia hamil kecil peluangnya.

Selesai mandi aku menyuruh Ella keluar belakangan, aku keluar duluan agar bisa mengamati keadaan. Setelah tidak ada orang satupun, barulah Ella keluar, kemudian kami pergi berlawanan arah dan bertemu kembali di suatu tempat. Sampai saat ini hubunganku dengan Ella masih berjalan baik, cuma kami belum mengulang apa yang kami lakukan di WC dulu.

Beberapa minggu setelah kejadian itu aku mendengar fakta dari teman-temannya bahwa Ella itu sebenarnya cewek yang haus seks. Dia juga telah bersetubuh dengan banyak pria, baik dari kalangan mahasiswa atau om-om. Makanya aku sempat curiga waktu kami bersetubuh dulu, sebab walaupun memeknya masih rapat seperti perawan, namun aku tidak merasakan menyentuh selaput daranya, bahkan aku sama sekali juga tidak melihat darah yang keluar dari lubang memeknya.

Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Dewasa Bugil, Cerita Dewasa Ngentot memek, abg lucah, cerita 21+ selingkuh, cerita bokep terpanas, cerita mesum terbaru, cerita seks bergambar, cerita sex dewasa, janda gatel, janda gersang, ngentot dengan abg, ngentot dengan istri, ngentot dengan majikan, ngentot dengan pembantu, pecah selaput dara, cerita bokep terhadap anak sekolah, itil memek ella basah, crta anak smp 2016, cerita seks gadis smp pengen ngentot, Cerita remaja eksmud, www cerita seks dewasa hot terbaru bersaudara co id, diana cewek sma suka ngentot, Cerita pemerkosaan di kampus, cerita seck remaja, Cerita seks ibu2 komplek yg edan kontol.

Tamat

Cerita Dewasa Ngentot dengan Teman Suamiku

$
0
0

Cerita Dewasa Ngentot dengan Teman Suamiku – Sebut saja nama ku Sinta, wanita umur 28 thn dan orang-orang bilang bentuk tubuhku amatlah proposional, tinggi 170 cm berat 55kg dan ukuran buah dada 34B, ditunjang wajah cantik (itu juga orang-orang yang bilang) dan kulit putih cerah. Sebelumnya aku memang sering bekerja menjadi SPG pada pameran mobil dan banyak orang mengelilingi mobil yang aku pamerkan bukan utk melihat mobil tetapi untuk melihatku.

Menikah dengan Roni, 30 thn, seorang pekerja sukses. Kami memang sepakat utk tidak punya anak terlebih dahulu dan kehidupan seks kami baik-baik saja, Roni dapat memenuhi kebutuhan seks ku yang boleh dibilang agak hyper..sehari bisa minta 2 sesi pagi sebelum Roni berangkat kerja dan malam sebelum tidur. Dan cerita ini berawal dari kesuksesan Roni bekerja di kantornya dan mendapat kepercayaan dari sang atasan yang sangat baik. Kepercayaan ini membuat dia sering harus bekerja overtime, pada awalnya aku bisa menerima semua itu tetapi kelamaan kebutuhan ini harus dipenuhi juga dan itulah yang membuat kami sering bertengkar karena kadang Roni harus berangkat lebih pagi dan lewat tengah malam baru pulang. Dan mulailah cerita ini ketika Roni mendapat tanggung jawab untuk menangani suatu proyek dan dia dibantu oleh rekan kerjanya Bram dari luar kota. Pertama diperkenalkan Bram langsung seperti terkesima dan sering menatapku, hal itu membuatku risih. Bram cukup tampan gagah dan kekar. Karena tuntutan pekerjaan dan efisiensi, kantor Roni memutuskan agar Bram tinggal di rumah kami utk sementara. Dan memang mereka berdua sering bekerja hingga larut malam di rumah kami. Bram tidur di kamar persis di seberang kamar kami.

Sering di malam hari aku berpamitan tidur matanya yang nakal suka mencuri pandang diantara sela-sela baju tidur yang aku kenakan. Aku memang senang tidur bertelanjang agar jika Roni datang bisa langsung bercinta. Pernah suatu saat ketika pagi hari kami aku dan Roni bercinta di dapur waktu masih pagi sekali dengan posisiku duduk di meja dan Roni dari depan, tiba-tiba Bram muncul dan melihat kami, dia menempelkan telunjuk dimulutnya agar aku tidak menghentikan kegiatan kami, karena kami sedang dalam puncaknya dan Roni yang membelakangi Bram dan aku juga tidak tega menghentikan Roni, akhirnya ku biarkan Bram melihat kami bercinta tanpa Roni sadari hingga kami berdua orgasme. Dan aku tahu Bram melihat tubuh telanjangku ketika Roni melepaskan penisnya dan terjongkok di bawah meja.

Setelah kejadian itu Bram lebih sering memperhatikan tiap lekuk tubuhku. Sampai suatu waktu ketika pekerjaan Roni benar2 sibuk sehingga hampir seminggu tidak menyentuhku. Di hari Jum’at kantor tempat Roni bekerja mengadakan pesta dinner bersama di rumah atasan Roni . Rumahnya terdiri dari dua lantai yang sangat mewah di lantai 2 ada semacam galeri barang2 antik. Kami datang bertiga dan malam itu aku mengenakan pakaian yang sangat seksi, gaun malam warna merah yang terbuka di bagian belakang dan hanya dikaitkan di belakang leher oleh kaitan kecil sehingga tidak memungkinkan memakai BH, bagian bawahpun terdapat sobekan panjang hingga sejengkal di atas lutut, malam itu saya merasa sangat seksi dan Bram pun sempat terpana melihatku keluar dari kamar. Sebelum berangkat aku dan Roni sempat bercinta di kamar dan tanpa sepengetahuan kami ternya Bram mengintip lewat pintu yang memang kami ceroboh tidak tertutup sehingga menyisakan celah yang cukup untu melihat kami dari pantulan cermin, sayangnya karena letih atau terburu-buru mau pergi Roni orgasme terlebih dahulu dan aku dibiarkannya tertahan. Dan Bram mengetahui hal itu.

Malam itu ketika acara sangat ramai tiba-tiba Roni dipanggil oleh atasannya untuk diperkenalkan oleh customer. Roni berkata padaku untuk menunggu sebentar, sambil menunggu aku ke lantai 2 untuk melihat barang2 antik, di lantai 2 ternyata keadaan cukup sepi hanya 2-3 orang yang melihat-lihat di ruangan yang besar itu. Aku sangat tertarik oleh sebuah cermin besar di pojokan ruangan, tanpa takut aku melihat ke sana dan mengaguminya juga sekaligus mengagumi keseksian tubuhku di depan cermin, tanpa ku sadari di sampingku sudah berada Bram .
“Udah nanti kacanya pecah lho..cakep deh..!”, canda Bram
“Ah bisa aja kamu Bram”,balasku tersipu.
Setelah berbincang2 di depan cermin cukup lama Bram meminta tolong dipegangkan gelasnya sehingga kedua tanganku memegang gelasnya dan gelasku.

“Aku bisa membuat kamu tampak lebih seksi”,katanya sambil langsung memegang rambutku yang tergerai dengan sangat lembut. Tanpa bisa mengelak dia telah menggulung rambutku sehingga menampak leherku yang jenjang dan mulus dan terus terang aku seperti terpesona oleh keadaan diriku yang seperti itu. dan memang benar aku terlihat lebih seksi. Dan saat terpesona itu tiba-tiba tangan Bram meraba leherku dan membuatku geli dan detik berikutnya Bram telah menempelkan bibirnya di leher belakangku, daerah yang paling sensitif buatku sehingga aku lemas dan masih dengan memegang gelas Bram yang telah menyudutkanku di dinding dan menciumi leherku dari depan. “Bram apa yang kamu lakukan..lepaskan aku Bram..lepas..!”,rontaku tapi Bram tahu aku tidak akan berteriak di suasana ini karena akan mempermalukan semua orang.

Bram terus menyerangku dengan kedua tanganku memegang gelas dia bebas meraba buah dadaku dari luar dan terus menciumi leherku, sambil meronta-ronta aku merasakan gairahku meningkat, apalagi saat tiba-tiba tangan Bram mulai meraba belahan bawah gaunku hingga ke selangkanganku. “Bram..hentikan Bram aku mohon..tolong Bram..jangan lakukan itu..”,rintihku, tapi Bram terus menyerang dan jari tengah tangannya sampai di bibir vaginaku yang ternyata telah basah karena serangan itu. Dia menyadari kalau aku hanya mengenakan G-string hitam dengan kaitan di pinggirnya, lalu dengan sekali sentakan dia menariknya dan terlepaslah G-stringku. Aku terpekik pelan apalagi merasakan ada benda keras mengganjal pahaku. Ketika Bram sudah semakin liar dan akupun tidak dapat melepaskan, tiba-tiba terdengar suara Roni memanggil dari pinggir tangga yang membuat pegangan himpitan Bram terlepas, lalu aku langsung lari sambil merapikan pakaian ku menuju Roni yang tidak melihat kami dan meninggalkan Bram dengan G-string hitamku. Aku sungguh terkejut dengan kejadian itu tapi tanpa disadari aku merasakan gairah yang cukup tinggi merasakan tantangan melakukan di tempat umum walau dalam kategori diperkosa.

Ternyata pesta malam itu berlangsung hingga larut malam dan Roni mengatakan dia harus melakukan meeting dengan customer dan atasannya dan dia memutuskan aku untuk pulang bersama Bram. Tanpa bisa menolak akhirnya malam itu aku diantar Bram, diperjalanan dia hanya mengakatakan “Maaf Sinta..kamu sungguh cantik malam ini.” Sepanjang jalan kami tidak berbicara apaun. Hingga sampai dirumah aku langsung masuk ke dalam kamar dan menelungkupkan diri di kasur, aku merasakan hal yang aneh antara malu aku baru saja mengalami perkosaan kecil dan perasaan malu mengakui bahwa aku terangsang hebat oleh serangan itu dan masih menyisakan gairah.

Tanpa sadar ternyata Bram telah mengunci semua pintu dan masuk ke dalam kamarku, aku terkejut ketika mendengar suaranya’, “Sinta aku ingin mengembalikan ini”‘ katanya sambil menyerahkan G-stringku berdiri dengan celana pendek saja, dengan berdiri aku ambil G-stringku dengan cepat, tapi saat itu juga Bram telah menyergapku lagi dan langsung menciumiku sambil langsung menarik kaitan gaun malamku, maka bugilah aku diahadapannya. Tanpa menunggu banyak waktu aku langsung dijatuhkan di tempat tidur dan dia langsung menindihku. Aku meronta-ronta sambil menendang-nendang?”Bram..lepaskan aku Bram..ingat kau teman suamiku Bram..jangan..ahh..aku mohon”, erangku ditengah rasa bingung antara nafsu dan malu, tapi Bram terus menekan hingga aku berteriak saat penisnya menyeruak masuk ke dalam vaginaku, ternyata dia sudah siap dengan hanya memakai celana pendek saja tanpa celana dalam.

“Ahhhh?Braam..kau..:’ Lalu mulailah dia memompaku dan lepaslah perlawananku, akhirnya aku hanya menutup mata dan menangis pelan..clok..clok..clok..aku mendengar suara penisnya yang besar keluar masuk di dalam vaginaku yang sudah sangat basah hingga memudahkan penisnya bergerak. Lama sekali dia memompaku dan aku hanya terbaring mendengar desah nafasnya di telingaku, tak berdaya walau dalam hati menikmatinya. Sampai kurang lebih satu jam aku akhirnya melenguh panjang “Ahhh?..” ternyata aku orgasme terlebih dahulu, sungguh aku sangat malu mengalami perkosaan yang aku nikmati. Sepuluh menit kemudian Bram mempercepat pompaannya lalu terdengar suara Bram di telingaku “Ahhh..hmmfff?” aku merasakan vaginaku penuh dengan cairan kental dan hangat sekitar tiga puluh deti kemudian Bram terkulai di atasku.
“Maaf Sinta aku tak kuasa menahan nafsuku..”bisiknya pelan lalu berdiri dan meninggalkanku terbaring dan menerawang. hinga tertidur Aku tak tahu jam berapa Roni pulang hingga pagi harinya.

Esok paginya di hari sabtu seperti biasa aku berenang di kolam renang belakang,, Roni dan Bram berpamitan untuk nerangkat ke kantor. Karena tak ada seorang pun aku memberanikan diri untuk berenang tanpa pakaian. Saat asiknya berenang tanpa disadari, Bram ternyata beralasan tidak enak badan dan kembali pulang, karena Roni sangat mempercayainya maka dia izinkan Bram pulang sendiri. Bram masuk dengan kunci milik Roni dan melihat aku sedang berenang tanpa pakaian. Lalu dia bergerak ke kolam renag dan melepaskan seluruh pakaiannya, saat itulah aku sadari kedatangannya, “Bram..kenapa kau ada di sini?” tanyaku, “Tenang Sinta suaimu ada di kantor sedang sibuk dengan pekerjaannya”, aku melihat tubuhnya yang kekar dan penisnya yang besar mengangguk angguk saat dia berjalan telanjang masuk ke dalam kolam “Pantas sajaku semalam vaginaku terasa penuh sekali”‘pikirku. Aku buru-buru berenang menjauh tetai tidak berani keluar dr dalam kolam karena tidak mengenakan pakaian apapun juga. Saat aku bersandar di pingiran sisi lain kolam, aku tidak melihat ada tanda2 Bram di dalam kolam. Aku mencari ke sekeliling kolam dan tiba-tiba aku merasakan vaginaku hangat sekali, ternyata Bram ada di bawah air dan sedang menjilati vaginaku sambil memegang kedua kakiku tanpa bisa meronta.

Akhirnya aku hanya bisa merasakan lidahnya merayapai seluruh sisi vaginaku dan memasuki liang senggamaku..aku hanya menggigit bibir menahan gairah yang masih bergelora dari semalam. Cukup lama dia mengerjai vaginaku, nafasnya kuat sekali pikirku. Detik berikutnya yang aku tahu dia telah berada di depanku dan penisnya yang besar telah meneyruak menggantian lidahnya? “Arrgghh..” erangku menahan nikmat yang sudah seminggu ini tidak tersentuh oleh Roni. Akhirnya aku membiarkan dia memperkosaku kembali dengan berdiri di dalam kolam renang. Sekarang aku hanya memeluknya saja dan membiarkan dia menjilati buah dadaku sambil terus memasukan penisnya keluar masuk. Bahkan saat dia tarik aku ke luar kolam aku hanya menurutinya saja, gila aku mulai menikamti perkosaan ini, pikirku, tapi ternyata gairahku telah menutupi kenyataan bahwa aku sedang diperkosa oleh teman suamiku. Dan di pinggir kolam dia membaringkanku lalu mulai menyetubuhi kembai tubuh mulusku..”Kau sangat cantik dan seksi Sinta..ahh” bisiknya ditelingaku.

Aku hanya memejamkan mata berpura-pura tidak menikmatinya, padahal kalau aku jujur aku sangat ingin memeluk dan menggoyangkan pantatku mengimbangi goyangan liarnya. Hanya suara eranggannya dan suara penisnya maju mundur di dalam vaginaku, clok..clok..clep..dia tahu bahwa aku sudah berada dalam kekuasaannya. Beberapa saat kemudian kembali aku yang mengalami orgasme diawali eranganku “Ahhh..” aku menggigit keras bibirku sambil memegang keras pinggiran kolam, “Nikmati sayang?”demikian bisiknya menyadari aku mengalami orgasme. Sebentar kemudian Bram lah yang berteriak panjang, “Kau hebat Sinta..aku cinta kau..AAHHH..HHH” dan aku merasakan semburan kuat di dalam vaginaku. Gila hebat sekali dia bisa membuatku menikmatinya pikirku. Setelah dia mencabut penisnya yang masih terasa besar dan keras, aku reflek menamparnya dan memalingkan wajahku darinya. Aku tak tahu apakah tamparan itu berarti kekesalanku padanya atau karena dia mencabut penisnya dari vaginaku yang masih lapar.

Setelah Roni pulang herannya aku tidak menceritakan kejadian malam lalu dan pagi tadi, aku berharap Roni dapat memberikan kepuasan padaku. Dengan hanya menggenakan kimono dengan tali depan aku dekati Roni yang masih asik di depan komputernya di dalam kamar, lalu aku buka tali kimonoku dan kugesekan buah dadaku yang besar itu ke kepalanya dari belakang, berharap da berbalik dan menyerangku. Ternyta yang kudapatkan adalah bentakannya “Sinta..apakah kamu tak bisa melihat kalau aku sedang sibuk? Jangan kau ganggu aku dulu..ini untuk masa depan kita” teriaknya keras. Aku yakin Bram juga mendengar teriakannya. Aku terkejut dan menangis, lalu aku keluar kamar dengan membanting pintu, lalu aku pergi ke pinggir kolam dan duduk di sana merenung dan menahan nafsu. Dari kolam aku bisa melihat bayangan di Roni di depan komputer dan lampu di kamar Bram. Tampak samar-samar Bram keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Karena di luar gelap tak mungkin dia melihatku.

Tanpa sadar aku mendekat ke jendelanya dan memperhatikan Bram mengeringkan tubuh. Gila kekar sekali tubuhnya dan yang menarik perhatianku adalah penisnya yang besar dan tegang mengangguk-angguk bergoyang sekanan memanggilku. Aku malu sekali mengagumi dan mengaharapkan kembali penis itu masuk ke dalam vaginaku yang memang masih haus. Perlahan aku membelai-belai vaginaku hingga terasa basah, akhirnya aku memutuskan untuk memintanya pada Bram, dengan hati yang berdebar kencang dan nafsu yang sudah menutupi kesadaran, aku nekat masuk ke dalam kamar Bram dan langsung mengunci pintu dari dalam. Bram sangat terkejut “Sinta..apa yang kamu lakukan?”, aku hanya menempelkan telunjuk di bibirku dan memberi isyarat agar tidak bersuara karena Roni ada di kamar seberang. Langsung aku membuka pakaian tidurku dan terpampanglah tubuh putih mulusku tanpa sehelai benagpun di hadapannya, Bram hanya terperangah dan menatap kagum pada tubuhku. Bram tersenyum sambil memperlihatkan penisnya yang semakin membesar dan tampak berotot. Dengan segera aku langsung berlutut di hadapannya dan mengulum penisnya, Bram yang masih terkejut dengan kejadian ini hanya mendesah perlahan merasakan penisnya aku kulum dan hisap dengan nafsuku yang sudah memuncak.

Sambil mulutku tetap di dalam penisnya aku perlahan naik ke atas tempat tidur dan menempatkan vaginaku di mulut Bram yang sudah terbaring, dia mengerti maksudku dan langsung saja lidahnya melahap vaginaku yang sudah sangat basah, cukup lama kami dalam posisi itu, terinat akan Roni yang bisa saja tiba-tiba datang aku langsung mengambil inisiatif untuk merubah posisi dan perlahan duduk di atas penisnya yang sudah mengacung tegang dan besar panjang. Perlahan aku arahkan dan masukan ke dalam lubang vaginaku, rasanya berbeda dengan saat aku diperkosanya, perlahan tapi pasti aku merasaskan suatu sensasi yang amat besar sampai akhirnya keseluruhan batang penis Bram masuk ke dalam vaginaku “Ahh..sssfff..Braaam!” erangku perlahan menahan suara gairahku agar tidak terdengar, aku merasakan seluruh penisnya memenuhi vaginaku dan menyentuh rahimku. Sungguh suatu sensasi yang tak terbayangkan, dan sensasi itu semakin bertambah saat aku mulai menggoyangkan pantatku naik turun sementara tangan Bram dengan puasnya terus memainkan kedua buah dadaku memuntir-muntir putingku hingga berwarna kemerahan dan keras “ahh..ahh..” demikian erangan kami perlahan mengiringi suara penisnya yan keluar masuk vaginaku clok..clok..clok? Tak tahan dengan nafsunya mendadak Bram duduk dan mengulum buah dadaku dengan rakusnya bergantian kiri kanan bergerak ke leher dan terus lagi. Aku sungguh tak dapat menahan gairah yang selama ini terpendam.

Mungkin karena nafsu yang sudah sangat tertahan atau takut Roni mendengar tak kuasa aku melepaskan puncak gairahku yang pertama sambil mendekap erat Bram dan menggigit pundaknya agar tidak bersuara, kudekap erta Bram seakan tak dapat dilepaskan mengiringi puncak orgasmeku. Bram merasakan penisnya disiram cairan hangat dan tahu bahwa aku mengalami orgasme dan membiarkanku mendekapnya sangat erat sambil memelukku dengan belaian hangatnya. Selesai aku orgasme sekiat 30 detik, Bram membalikan aku dengan penisnya masih tertancap di dalam vaginaku. Bram mulai mencumbuku dengan menjilati leher dan putingku perlahan, entah mengapa aku kembali bernafsu dan membalas ciumannya denga mesra, lidah kami saling berpagutan dan Bram merasakan penisnya kembali dapat keluar masuk dengan mudah karena vaginaku sudah kembali basah dan siap menerima serangan berikutnya. Dan Bram langsung memompa penisnya dengan semangat dan cepat membuat tubuhku bergoyang dan buah dadaku bergerak naik turun dan sungguh suara yang timbul antara erangan kami berdua yang tertahan derit tempat tidur dan suara penisnya keluar masuk di vaginaku kembali membakar gairahku dan aku bergerak menaik turunkan pantatku untuk mengimbangi Bram.

Dan benar saja 10 menit kemudian aku sampai pada puncak orgasme yang kedua, dengan meletakan kedua kakiku dan menekan keras pantatnya hingga penisnya menyentuh rahimku. Kupeluk Bram dengan erat yang membiarkan aku menikmati deburan ombak kenikmatan yang menyerangku berkali-kali bersamaan keluarnya cairanku. Kugigit bibirku agar tidak mengeluarkan suara, cukup lama aku dalam keadaan ini dan anehnya setelah selesai aku berada dalam puncak ternyata aku sudah kembali mengimbangi gerakan Bram dengan menaik turunkan pantatku. Saat itulah kudengar pintu kamarku terbuka dan detik berikutnya pintu kamar Bram diketuk Roni, “Bram..kau sudah tidur?”, demikian ketuk Roni. Langsung saja Bram melepaskan pelukannya dan menyuruhku bersembunyi di kamar mandi. Sempat menyambar pakaian tidurku yang tergeletak di lantai aku langsung lari ke kamar mandi dan mengunci dari luar. Sungguh hatiku berdebar dengan kerasnya membayangkan apa jadinya jika aku ketahuan suamiku.

Bram dengan santai dan masih bertelanjang membuka pintu dan mengajak Roni masuk, Roni sempat terkejut melihat Bram telanjang,”Sedang apa kamu Bram” tanpa curiga dengan tempat tidur yang berantakan yang kalau diperhatikan dari dekat ada cairan kenikmatanku. Bram hanya tersenyum dan mengatakan,”Mau tau aja..” Dasar Roni dia langsung membicarakan suatu hal pekerjaan dan mereka terlibat pembicaraan itu. Kurang lebih sepuluh menit mereka berbicara dan sepuluh menit juga hatiku sungguh berdebar-debar tapi anehnya dengan keadaan ini nafsuku sungguh semakin menjadi-jadi. Setelah Roni keluar, Bram kembali mengunci pintu kamar dan mengetuk kamar mandi perlahan,”Sinta buka pintunya..sudah aman”. Begitu aku buka pintunya Bram langsung menarik aku dan mendudukanku di meja dekat kamar mandi, langsung saja dibukanya kedua kakiku dan bless penisnya kembali memenuhi vaginaku “Ahhh..ahh..” erangan kami berdua kembali terdengar perlahan sambil terus menggoyangkan pantatnya maju mundur Bram melahap buah dadaku dan putingku.

Sepuluh menit berlalu dan goyang Bram semakin cepat sehingga aku tahu dia akan mencapai puncaknya, dan akupun merasakan hal yang sama “Braaam lebih cepat sayang aku sudah hampir keluar..” desahku “Tahan sayang kita bersamaan keluarnya”, dan benar saja saat kurasakan maninya menyembur deras dalam vaginaku aku mengalami orgasme yang ketiga dan lebih hebat dari yang pertama dan kedua, kami saling berpelukan erat dan menikmati puncak gairah itu bersamaan. “Braaammm..,” desahku tertahan. “Ahhh Sinta..kau hebat..” demikian katanya. Akhirnya kami saling berpelukan lemas berdua, sungguh suatu pertempuran yang sangat melelahkan. Saat kulirik jam ternyata sudah dua jam kami bergumul. “Terima kasih Bram..kau hebat..” kataku dengan kecupan mesra dan langsung memakai pakaian tidurku kembali dan kembali ke kamarku. Roni tidak curiga sama sekali dan tetap berkutat dengan komputernya dan tidak menghiraukanku yang langsung berbaring tanpa melepas pakaianku seperti biasanya karena aku tahu ada bekas ciuman Bram di sekujur buah dadaku. Malam itu aku merasa sangat bersalah pada Roni tapi di lain sisi aku merasa sangat puas dan tidur dengan nyenyaknya.

Lihat Juga :  Cerita Dewasa Ngentot Memek Cewek Penjual CD Genit

Esoknya seperti biasa di hari Minggu aku dan Roni berenang di pagi hari tetapi mengingat adanya Bram, kami yang biasanya berenang bertelanjang akhirnya memutuskan memakai pakaian renag, aku syukuri karena hal ini dapat menutupi buah dadaku yang masih memar karena gigitan Bram. Saat kami berenang aku menyadari bahwa Bram sedang menatap kami dari kamarnya. Dan saat Roni sedang asyik berenang kulihat Bram memanggilku dengan tangannya dan yang membuat aku terkejut dia menunjukan penisnya yang sudah mengacung besar dan tegang. Seperti di hipnotis aku nekat berjalan ke dalam.”Ron aku mau ke dalam ambil makanan ya..!” kataku pada Roni, dia hanya mengiyakan sambil terus berenang, Roni memang sangat hobi berenang bisa 2 jam nonstop tanpa berhenti.

Aku dengan tergesa masuk ke dalam dan menuju kamar Bram. Di sana Bram sudah menunggu dan tak sabar dia melucuti pakain renangku yang memang hanya menggunakan tali sebagai pengikatnya. “Gila kamu Bram..bisa ketahuan Roni lho,” protesku tanpa perlawanan karena aku sendiri sangat bergairah oleh tantangan ini. dan dengan kasar dia menciumi punggungku sambil meremas buah dadaku “Tapi kamu menikmatinya khan?!,” goda Bram sambil mencium leher belakangku.

Dan aku hanya mendesah menahan nikmat dan tantangan ini. Yang lebih gila Bram menarikku ke jendela dan masih dari belakang dia meremas-remas buah dadaku dan meciumi punggung hingga pantatku, “Gila kau Bram, Roni bisa melihat kita,” tapi anehnya aku tidak berontak sama sekali dan memperhatikan Roni yang benar-benar sangat menikamti renangnya. Di kamar Bram pun aku sangat menikmati sentuhan Bram. “Sinta kamu suka ini khan?” tanyanya sambil dengan keras menusukan penisnya ke dalam vaginaku dari belakang. “AHH..Bram..” teriakku kaget dan nikmat, sekarang aku berani bersuara lebih kencang karena tahu Roni tidak akan mendengarnya. Langsung saja Bram memaju mundurkan penisnya di vaginaku..”Ahh.. Bram lebih kencang..fuck me Bram..puaskan aku Bram..penismu sungguh luar biasa..Bram aku sayang kamu..” teriakku tak keruan dengan masih memperhatikan Roni.

Bram mengimbangi dengan gerakan yang liar hingga vaginaku terasa lebih dalam lagi tersentuh penisnya dengan posisi ini,”Sinta..khhaau hhebat..” desahnya sambil terus menekanku, kalau saja Roni melihat sejenak ke kamar Bram maka dia akn sangat terkejut meilhat pemandangan ini, istrinya sedang bercinta dengan rekan kerjanya. Ternyata kami memang bisa saling mengimbangi, kali ini dalam waktu 20 menit kami sudah mencapai puncak secara bersamaan “Teruuus Bram lebih khheeenncang..ahhhh aku keluar Braaaaam”, teriaku. “Aaakuu juga Tyyaaasss..nikkkkmat ssekali mmmeemeekmu..aahhhhh.” teriaknya bersamaan dengan puncak kenikmatan yang datang bersamaan. Setelah itu aku langsung mencium bibirnya dan kembali mengenakan pakaian renangku dan kembali berenang bersama Roni yang tidak menyadari kejadian itu.

Setelah itu hari-hari berikutnya sungguh mendatangkan gairah baru dalam hidupku dengan tantangan bercinta bersama Bram. Pernah suatu saat ketika akhirnya Roni mau bercinta denganku di suatu malam hingga akhirnya dia tertidur kelelahan, aku hendak mengambil susu di dapur dan karena sudah larut malam aku nekat tidak mengenakan pakaian apapun. Saat aku membungkuk di depan lemari es sekelebat ku lihat bayangan di belakangku sebelum aku menyadari Bram sudah di belakangku dan langsung menubruku dari belakang. Penisnya langsung menusuk vaginaku yang membuatku hanya tersedak dan menahan nikmat tiba-tiba ini. Kami bergumul di lantai dapur lalu dia mengambil kursi dan duduk di atasnya sambil memangku aku, “Bram kamu nakal” desahku yang juga menikmatinya dan kami bercinta hingga hampir pagi di dapur. Sungguh bersama Bram kudapatkan gairah terpendamku selama ini.
Akhirnya ketika proyek kantor Roni selesai Bram harus pergi dari rumah kami dan malam sebelum pergi aku dan Bram menyempatkan bercinta kembali.

Tamat

Incoming search terms:

  • foto tante girang bandar lampung

Cerita Mesum Bercinta Dengan Ibu Guruku

$
0
0

Cerita Mesum Bercinta Dengan Ibu Guruku – Cerita seks ini diawali dari ingatanku waktu dulu masih sekolah, pasti ada saja salah satu guru yang menjadi favorit. Inilah yang melatar belakangi Cerita Sex Panas yang akan saya ceritakan untuk anda semua. Mungkin banyak juga yang memfavoritkan ibu guru, apalagi ibu guru cantik, dan suka berpenampilan seksi, jadi pengen ngentot ibu guru kan, dari awalnya menghayal sampailah pada onani , okelah ini adalah cerita dewasa tentang pengalaman murid yang bisa bercinta dengan ibu guru nya sendiri, cerita sex hot dan mungkin akan membuat anda senat senut. Mungkin . bukan cerita seks ibu dosen, tapi cerita seks ibu guru.

Sebagai siswa sebuah SMU Swasta, aku bukanlah murid yang pintar tapi juga tidak bodoh-bodoh amat. Biasa-biasa saja. Tidak bisa dibanggakan. Yang bisa aku banggakan adalah wajahku yang ganteng dengan bentuk tubuh yang atletis. Tinggi jangkung dan berat yang seimbang. Dan paling aku banggakan adalah ukuran kemaluanku yang luar biasa besarnya, panjangnya 22 cm dengan diameter 5 cm. Membuat iri teman laki-lakiku.

Namaku Doni, cukup terkenal di sekolahku. Mungkin karena aku bandel dan sering berganti-ganti cewek. Banyak teman sekolahku yang pernah aku tiduri. Mereka tergila-gila setelah menikmati jalan tolku yang luar biasa dan tahan lama kalau bersetubuh.

Sore itu, setelah semua pelajaran selesai aku bergegas pulang kerumah. Semua buku-buku sudah kumasukkan kedalam tas. Kustart sepeda motorku menuju jalan raya. Tapi di tengah perjalanan aku baru ingat, pulpenku tertinggal di dalam kelas. Dengan tergesa-gesa aku balik lagi ke sekolahku. Setelah mengambil kembali pulpenku, aku berjalan lagi menuju parkir sepeda motorku. Untuk mencapai tempat parkir, aku harus melewati ruangan guru.

Ketika melewati ruangan guru-guru, aku mendengan suara mendesah-desah disertai rintihan-rintihan kecil. Aku penasaran dengan suara-suara itu. Aku mendekati pintu ruangan, suara-suara itu semakin keras. Aku semakin penasaran dibuatnya. Kubuka pintu ruangan, dengan berjalan mengendap-endap, aku mencari tahu darimana datangnya suara-suara itu. Begitu mendekati ruangan Bu siska, aku terkejut. Disana kulihat Bu Siska, guru bahasa Inggrisku yang telah setahun menjanda, sedang bercumbu dengan Pak Rio, guru olahragaku, dalam posisi berdiri.

Bibir mereka saling kecup. Lidah mereka saling sedot. Tangan Pak Rio meremas-remas pantat Bu Siska yang padat, sedangkan tangan Bu Siska melingkar dipinggang Pak Rio. Mereka yang sedang asik tak tahu akan kehadiranku. Aku mendekati arah mereka. Aku membungkukkan badan dan bersembunyi dibalik meja, mengintip mereka dari jarak yang sangat dekat.

Mereka menyudahi bercumbu, kemudian Pak Rio duduk dipinggir meja, kakinya menjuntai kelantai. Bu Sisca berdiri didepannya. Bu siska mendekati Pak Rio, dengan buasnya dia menarik celana panjang Pak Rio. Tak ketinggalan celana dalam Pak Rio juga diembatnya. Hingga Pak Rio setengah telanjang. Bu Siska menguru-urut jalan tol Pak Rio. jalan tolnya yang tidak begitu besar, sedikit demi sedikit menegang. Bu Siska membungkukkan tubuhnya, hingga wajahnya pas diatas selangkangan Pak Rio. jalan tol Pak Rio diciuminya.

“Isep.. sayang.. isep.. jalan tolku” suruh Pak Rio.
Bu Siska tersenyum mengangguk. Dia mulai menjilati kepala jalan tol Pak Rio. Terus turun kearah pangkalnya. Bu Siska sangat pintar memainkan lidahnya dijalan tol Pak Rio.
“Oohh.. enakk.. sayang.., truss.., truss”.

Pak Rio mengerang ketika Bu Siska mengulum jalan tolnya. Seluruh batang jalan tol Pak Rio masuk kemulutnya. jalan tol Pak Rio maju mundur didalam mulut Bu Siska. Tangan Bu Siska mengurut-urut buah pelirnya. Pak Rio merasakan nikmat yang luar biasa. Matanya merem melek. Pantatnya diangkat-angkat. Aku sangat terangsang melihat pemandangan itu. Kuraba-raba jalan tolku yang menegang. Kubuka retsleting celanaku.Kukocok-kocok jalan tolku dengan tanganku. Birahiku memuncak. Ingin rasanya aku bergabung dengan mereka, tapi keinginan itu kutahan, menunggu saat yang tepat.

Lima belas menit berlalu, Pak Rio menarik dan menjambak kepala Bu Siska.
“Akhh.., akuu.. mauu.., ke.. keluar sayang” Pak Rio menjerit histeris.
“Keluarin aja sayang, aku ingin meminumnya” sahut Bu Siska.
Bu Siska tak mempedulikannya. Semakin cepat dikulumnya jalan tol Pak Rio dan tangan kanannya mengocok-ngocok pangkal jalan tol Pak Rio seirama kocokan mulutnya. jalan tol Pak Rio berkedut-kedut, otot-ototnya menegang.

Dan crott! crott! crott! Pak Rio menumpahkan spermanya didalam mulut Bu Siska. Bu Siska meminum cairan sperma itu. jalan tol Pak Rio terus dijilatinya, hingga seluruh sisa-sisa sperma Pak Rio bersih. jalan tol Pak Rio kemudian mengecil didalam mulutnya.

Pak Rio yang sudah mencapai orgasme kemudian turun dari meja.
“Kamu puas sayang dengan serviceku” tanya Bu siska.
“Puas sekali, kamu pitar sayang” puji Pak Rio sambil tersenyum.
“Gantian sayang, sekarang giliranmu memberiku kepuasan” pinta Bu Siska.
Bu Siska melepaskan gaunnya, juga pakaian atasnya, hingga dia telanjang bulat. Astaga ternyata Bu Siska tak memakai apa-apa dibalik gaunnya. Aku dapat melihat dengan jelas lekuk tubuh mulusnya, putih bersih, ramping dan sexy dengan buah dada yang besar dan padat, juga bentuk tempenya yang indah dihiasi bulu-bulu yang dicukur tipis dan rapi.

Bu Siska kemudian naik keatas meja, kakinya diselonjorkan kelantai. Pak Rio mendekatinya. tempe Bu Siska diusap-usp dengan tangannya. Jari-jarinya dimasukkan, mencucuk-cucuk tempe Bu Siska. Bu Siska menjerit nikmat.
“Isep sayang, isep tempeku sayang” pinta Bu Siska menghiba.
Pak Rio menurunkan wajahnya mendekati selangkangan Bu Siska. Lidahnya dijulurkan ketempe Bu Siska. Disibaknya bibir tempe Bu Siska dengan lidahnya. Pak Rio mulai menjilati tempe Bu Siska.
“Oohh.. truss.. sayang.., jilatin terus.., akhh” Bu Siska mendesah.
Pak Rio dengan lihainya memainkan lidahnya dibibir tempe Bu Siska. Dihisapnya tempe Bu Siska dari bagian luar kedalam. tempe Bu Siska yang merah dan basah dicucuk-cucuknya. Kelentitnya disedot-sedot dengan mulutnya.
“Oohh.., enakk.., truss.., truss.., sayang” jerit Bu Siska.

Hampir seluruh bagian tempe Bu Siska dijilati Pak Rio. Tanpa sejengkalpun dilewatinya.
“Akkhh.., akuu.. mauu.. ke.. keluar.. sayang” erang Bu Siska.
tempenya berkedut-kedut. Otot-otot tempenya menegang. Dijambaknya rambut Pak Rio, dibenamkannya keselangkangannya.
“A.. akuu.., keluarr.., sayang” Bu Siska menjerit histeris ketika mencapai orgasme. tempenya sangat basah oleh cairan spermanya. Pak Rio menjilati tempenya hingga bersih.

“Kamu puas Sis?” tanya Pak Rio ********
“Belum! Entot aku sayang, aku ingin merasakan jalan tolmu” pinta Bu Siska.
“Maaf Sis! Aku tak bisa, aku harus pulang”.
“Nanti istriku curiga, aku pulang sore” sahut Pak Rio menolak.
“Kamu pengecut Rio! Dikasih enak aja takut!” kata Bu Siska jengkel.
Matanya meredup, memohon pada Pak Rio. Pak Rio tak mempedulikannya. Dia mengenakan celananya, kemudian berlalu meninggalkan Bu Siska yang menatapnya sambil memohon.

Ini kesempatanku! Pikirku dalam hati. Nafsu birahiku yang sudah memuncak melihat mereka saling isap, ingin disalurkan. Setelah Pak Rio berlalu, kudekati Bu Siska yang masih rebahan diatas meja. Kakinya menggantung ditepi meja. Dengan hati-hati aku berjalan mendekat. Kulepaskan baju seragamku, juga celanaku hingga aku telanjang bulat. jalan tolku yang sudah menegang, mengacung dengan bebasnya. Sampai didepan selangkangan Bu siska, tanganku meraba-raba paha mulusnya. Rabaanku terus keatas kebibir tempenya. Dia melenguh. Kusibakkan bibir tempenya dengan tanganku. Kuusap-usap bulu tempenya. Kudekatkan mulutku keselangkangannya. Kujilati bibir tempenya dengan lidahku.

“Si.. siapa.., kamu” bentak Bu Siska ketika tahu tempenya kujilati.
“Tenang Bu! Saya Doni murid Ibu! Saya Ingin memberi Ibu kepuasan seperti Pak Rio” sahutku penuh nafsu.
Bu Siska tidak menyahut. Merasa mendapat angin segar. Aku semakin berani saja. Nafsu birahi Bu Siska yang belum tuntas oleh Pak Rio membuatnya menerima kehadiaranku.

Aku melanjutkan aktivitasku menjilati tempe Bu Siska. Lubang tempenya kucucuk dengan lidahku. Kelentitnya kusedot-sedot.
“Oohh.., truss.. Don.., truss.. isep.. sayang” pintanya memohon.
Hampir setiap jengkal dari tempe Bu siska kujilati. Bu Siska mengerang menahan nafsu birahinya. Kedua kakinya terangkat tinggi, menjepit kepalaku.

Lima belas menit berlalu aku menyudahi aktivitasku. Aku naik keatas meja. Aku berlutu diatas tubuhnya. jalan tolku kuarahkan kemulutnya. Kepalanya tengadah. Mulut terbuka menyambut kehadiran jalan tolku yang tegang penuh.
“Wow! Gede sekali jalan tolmu!” katanya sedikit terkejut.
“Isep Bu! Isep jalan tolku!” pintaku.

Bu Siska mulai menjilati kepala jalan tolku, terus kepangkalnya. Pintar sekali dia memainkan lidahnya.
“Truss.. Buu.. teruss.., isepp” aku mengerang merasakan nikmat.
Bu Siska menghisap-isap jalan tolku. jalan tolku keluar masuk didalam mulutnya yang penuh sesak.

“Akuu.. tak.., tahann.., sayang! Entot aku sayang” pintanya.
“Ya.., ya.. Buu” sahutku.
Aku turun dari meja, berdiri diantara kedua pahanya. Kugenggam jalan tolku, mendekati lubang tempenya. Bu Siska melebarkan kedua pahanya, menyambut jalan tolku. Sedikit demi sedikit jalan tolku memasuki lubang tempenya. Semakin lama semakin dalam. Hingga seluruhnya amblas dan terbenam. tempenya penuh sesak oleh jalan tolku.
Aku mulai mengerakkan pantatku maju mundur. Klecot!Klecot! Suara jalan tolku ketika beradu dengan tempenya.
“Ooh.., nik.. matt.., sayang.., truss” Bu Siska mendesah.

Kuangkat kedua kakinya kebahuku. Aku dapat melihat dengan jelas jalan tolku yang bergerak-gerak maju mundur.
“Ooh.., Buu.., enakk.. banget.., tempemu.., hangat” desahku.

Sekitar tiga puluh menit aku menggenjotnya, kurasakan tempenya berkedut-kedut, otot-ototnya menegang.
“Akuu.., tak.. tahan.., Don, aku.. mau.. keluarr” jeritnya.
“Tahan.. Buu.., aku.. masih tegang” sahutku.
Dia bangun duduk dimeja memegang pinggangku erat-erat, mencakar punggungku.
“Akkhh.., akuu.. keluar” Bu Siska menjerit histeris.
Nafasnya memburu. Dan kurasakan tempenya sangat basah, Bu siska mencapai orgasmenya. Ibu guruku yang sudah berumur 37 tahun menggelepar merasakan nikmatnya kusetubuhi.

Aku yang masih belum keluar, tak mau rugi. Kucabut jalan tolku yang masih tegang. Kuarahkan kelubang anusnya. Kedua pahanya kupegang erat.
“Ja,.jangan.., Don” teriaknya ketika kepala jalan tolku menyentuh lubang anusnya.
Aku tak memperdulikannya. Kudorong pantatku hingga setengah batang jalan tolku masuk kelubang anusnya yang sempit.
“Aow! Sakitt.. cabutt.., Don.., aku.. sakitt.. jangan” teriaknya keras.
Kusodok terus hingga seluruh batang jalan tolku amblas. Kemudian dengan perlahan tapi pasti kugerakkan pantatku maju mundur.

Lihat Juga :  Cerita Mesum Ibu Wiwiek Yang Montok

Teriakan Bu Siska mengendor. Berganti dengan desahan-desahan dan rintihan kecil. Bu Siska sudah bisa menikmati sentuhan jalan tolku dianusnya.
“Jadi dicabut ngga Bu” candaku.
“Jangan sayang, enak banget” katanya sambil tersenyum.

Kusodok terus lubang anusnya, semakin lama semakin cepat. Bu Siska menjerit-jerit. Kata-kata kotor keluar dari mulutnya. Aku semakin mempercepat sodokanku ketika kurasakan akan mencapai orgasme.
“Buu.., akuu.. mauu.. ke.. keluarr” aku melolong panjang.
“Akhh.. akuu juga sayang” sahutnya.

Crott! Crott! Crott! Aku menumpahkan sperma yang sangat banyak dilubang anusnya. Kutarik jalan tolku. Kuminta dia turun dari meja untuk menjilati jalan tolku. Bu Siska menurutinya. Dia turun dari meja dan berlutut dihadapanku. jalan tolku dikulumnya. Sisa-sisa spermaku dijilatinya sampai bersih.

“Kamu hebat Don, aku puas sekali” pujinya.
“Aku juga Bu” sahutku.
“Baru kali ini tempeku dimasuki jalan tol yang sangat besar” katanya.
“Ibu mau khan terus menikmatinya” kataku.
“Tentu sayang” jawabnya sambil berdiri dan mengecup bibirku.

Kami beristirahat sehabis merengkuh kenikmatan. Kenikmatan selanjutnya kudapatkan dirumahnya. Bu Siska, guruku ternyata hyperseks. Dia kuat sekali ngentot. Satu malam bisa sampai empat kali.

Tamat

Cerita Ngentot Perawan Memek Gadis Panggilan

$
0
0

Cerita Ngentot Perawan Memek Gadis Panggilan – Kehidupan di dunia memang berjalan seperti nasehat Sang Budha di atas . Setidaknya itulah romantika kehidupan yang dialami kedua tokoh dalam cerita kita kali ini . Tokoh yang pertama adalah Rahman , seorang sopir taksi berusia 31 tahun yang melewatkan hari demi hari kehidupannya dengan beragam nuansa: terkadang sangat melodramatis , romantis , sentimentil , bahkan lucu. Selama bekerja sebagai sopir taksi di ibukota selama beberapa tahun Rahman telah banyak menemui kejadian yang menegaskan fenomena itu. Suatu ketika , ia mengembalikan dompet seorang ibu yang ketinggalan di taksinya .Sesungguhnya , ia tidak mengharapkan keuntungan apa-apa dari situ , sebab baginya kejujuran dan kepolosan sudah menjadi bagian integral dari jiwa , tubuh dan segenap aktifitas kesehariannya.

Kalau pun kemudian , si ibu dengan ekspresi wajah lega dan ucapan terima kasih tak terhingga , lalu memberikan uang sebagai penghargaan atas ‘ jasa ‘ nya , dan kemudian dengan halus si sopir itu menolaknya , itu semata-mata karena apa yang telah ia lakukan sudah menjadi tugasnya . Komitmen Rahman untuk menjunjung tinggi ‘ harkat ke-supir taksi-an ‘ saya , tak lebih . Pada kesempatan lain , ia menolong seorang korban kecelakaan lalu lintas di depan kampus sebuah perguruan tinggi . Ia segera membawanya ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat , dengan tidak memperhitungkan lagi berapa tarif taksi yang dapat diperolehnya bila ia tetap mengabaikan kejadian itu . Semua terasa seperti tindakan ‘ bawah sadar ‘ yang telah terbentuk sedemikian rupa selama bertahun-tahun , sejak ayahnya yang telah almarhum menanamkan nilai-nilai kearifan tradisional dalam diri Rahman .

Hari itu Rahman kembali menjalani rutinitasnya seperti biasa . Untuk yang satu ini memang bukan rutinitas yang lazim , karena setiap petang tiba , ia menjemput Ayux (25 tahun) , tokoh sentral berikutnya , yang adalah seorang wanita panggilan ‘ kelas atas’ yang tinggal di sebuah rumah mewah di sebuah kompleks pemukiman real estate , untuk kemudian membawanya ke suatu tempat , di mana saja , yang telah disepakati sebelumnya oleh pelanggan setianya itu . Ayux sudah menyewa taksi Rahman selama enam bulan . Jadi pada jam-jam tertentu–biasanya petang hari–Rahman menjemputnya di rumah tersebut, membawanya ke tempat yang senantiasa berbeda-beda tergantung mana yang ditunjuk wanita itu , lantas mengantarnya kembali pulang setelah ‘ bisnis ‘ -nya usai pada jam-jam tertentu pula . Ayux membayar cukup mahal untuk tugas tersebut dan Rahman menerima itu sebagai bagian tak terpisahkan dari harkat ‘ ke-supir taksi-an ‘ nya.

Ia tidak menganggap itu sebagai kerja yang hina lantaran menerima bayaran dari hasil desah dan keringat maksiat Ayux . Ini bagian dari tugas , demikian ia mencari alasan pembenarannya . Rahman selalu menganggap persetan dengan semua anggapan sinis tentang dirinya . Baginya , ia tetap memiliki hak untuk menentukan sikap dan melakukan apa yang terbaik bagi dirinya sendiri . Prinsip sederhana memang tapi logis . Sudah empat bulan lamanya Rahman melakukan ‘ tugas rutin ‘ itu . Ia sudah berusaha menghilangkan beban psikologis apa pun termasuk perasaan cinta . Terus terang sebagai seorang pria , Rahman memang tidak dapat mengingkari kata hati bahwa Ayux memang cantik dan diam-diam ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama . Dengan rambut sebahu , wajah oval proporsional , hidung bangir , kulit putih dan postur tubuh ramping semampai , Ayux tampil mempesona mata setiap pria yang melihatnya , termasuk dirinya . Sebagai lelaki bujangan dan normal , Rahman tidak dapat menepis getar-getar aneh saat wangi parfum Ayux yang khas menyerbu hidung ketika ia masuk ke taksinya . Tapi ia berusaha menekan perasaan itu sekuat-kuatnya .

Terlebih , ketika muncul rasa cemburu , saat Ayux terlihat digandeng oom-oom kaya yang lebih pantas menjadi ayahnya . Rahman seyogyanya harus menempatkan diri pada posisi yang benar: ia adalah pelanggan dan saya hanya supir taksi . Maka ia mematuhi ‘ rambu-rambu ‘ itu secara konsisten . Terlebih secara fisik dan finansial ia kalah jauh dibanding Ayux , mana mungkin wanita gedongan dan sudah terbiasa menikmati kemewahan seperti Ayux mau dengan sopir taksi miskin dengan tampang ndeso seperti dirinya , bukankah itu bagaikan pungguk merindukan bulan ? Rahman cukup tahu diri mengenai hal ini . Percakapan mereka pun , baik ketika pergi maupun pulang , biasa-biasa saja . Tak ada yang istimewa , bahkan nyaris bersifat rutin . Rahman berusaha menjaga jarak dengan Ayux agar tidak terlibat lebih jauh ke masalah yang sifatnya terlalu pribadi . Namun belakangan ini sudah ada sedikit ‘ peningkatan kualitas pembicaraan ‘ . Tidak hanya sekedar , ‘ Mau ke mana ? ‘ atau ‘ Jam berapa mau dijemput ? ‘ , dan sebagainya . Ayux mulai menanyakan latar belakang pribadi sang sopir langganannya itu hingga menanyakan ada berapa jumlah penumpang di taksinya untuk hari ini . Tentu Rahman pun ada rasa gembira pada perkembangan menarik ini . Mulanya sang sopir agak rikuh tapi perlahan ia mulai dapat menyesuaikan diri dan menjadi pembicara atau pun pendengar yang baik .

Ayux

Seiring berjalannya waktu , hubungan emosional mereka pun berlangsung hangat . Ayux mulai tak canggung-canggung mengungkap riwayat hidupnya pada si sopir . Ia ternyata produk keluarga broken home . Ayah dan ibunya bercerai ,ibunya kabur bersama pria lain sehingga ia ikut ayahnya yang pemabuk dan tukang main pukul . Ia tidak tahan dan prihatin dengan kondisi seperti itu sehingga memutuskan untuk minggat dari rumahnya dan mengadu nasib ke ibukota . Kuliahnya pun tidak selesai . Awalnya ia tinggal di rumah seorang famili jauhnya dan mulai mencari pekerjaan agar dapat mandiri .

” Saya harus terus hidup dan berjuang ” , kata Ayux menetapkan hati .

Bermodalkan kecantikan dan keindahan tubuhnya , ia menjadi SPG lalu tak lama mulai memasuki dunia model . Foto-foto dirinya pernah menghiasi majalah fashion , lifestyle hingga majalah pria dewasa . Selain itu ia juga mendapat peran kecil dalam beberapa sinetron lokal . Namun , tanpa disadarinya , perlahan namun pasti ia terjerumus ke lembah nista . Kehidupan malam dan hingar bingar pesta , sepertinya memberikan keleluasaan baru dan ia bagai memperoleh jati diri di sana . Sejak itu Ayux pun dikenal sebagai model plus-plus , ia menjadi primadona di kalangan atas . Hampir semua klien-nya siap melakukan apa pun untuk berkencan dengannya . Belakangan , ia kemudian menjadi ‘simpanan ‘ seorang direktur sebuah bank swasta ternama di negeri ini , dengan tip dan bayaran yang sangat besar plus rumah mewah komplit segala isinya . Sang Direktur hanya datang pada waktu-waktu tertentu saja untuk menemui Ayux . Meskipun begitu , profesinya tak juga ditinggalkan , selain menjadi model ia menjadi wanita panggilan kelas atas .

” Saya menyukai pekerjaan ini , ” katanya suatu ketika , suaranya terdengar serak dan terkesan dipaksakan .

Rahman melirik melalui kaca spion , wanita cantik itu duduk santai di belakang , menyelonjorkan kaki dan menyalakan rokok . Rahman tersenyum dan kembali mengalihkan pandangan ke depan . Ayux tak menjelaskan lebih jauh pernyataan yang telah dikeluarkan . Hanya kepalanya terangguk-angguk pelan menikmati lagu melankolis ‘ When A Man Loves A Woman ‘ -nya Michael Bolton yang mengalun dari radio di tape mobil Rahman .

” Omong-omong . . .Abang sudah punya pacar atau udah berkeluarga ? ” tanyanya tiba-tiba .

Kontan Rahman gelagapan dan agak kehilangan konsentrasi mengemudi .

” Saya sih udah cerai Mbak ” ia menjawab tersipu , ” ya waktu masih di kampung dulu sampai sekarang yah ginilah , masih sendiri “

Sebuah jawaban yang jujur terlontar dari mulut si sopir itu . Ayux terkekeh . Ia menghirup rokoknya dalam-dalam . Rimbun asapnya mengepul-ngepul , memenuhi kabin taksi . Rahman menelan ludah .

” Kalau Mbak Ayux sendiri bagaimana ? ” ia balik bertanya .

” Abang tahu sendiri , kan ? Banyak . Banyak sekali , ” sahut Ayux , suaranya terdengar hambar , kedengarannya ia seperti melontarkan sebuah lelucon atau apologi ? entahlah

” Banyak memang . Tapi hampa , ” Rahman menanggapi dengan getir .

Untuk beberapa saat Ayux terdiam . Ia mematikan rokoknya , lalu merenung . . .lama . Hanya deru mesin mobil dan getar alat air conditioner taksi terdengar . Lalu lintas di larut malam itu memang telah sepi . Sebagian lampu jalan telah dipadamkan . Rahman tiba-tiba menyadari kecerobohan dan kelancanganya , maklum sebagai orang kampung ia terbiasa bicara ceplas-ceplos apa adanya .

” Eh . . .maaf ya Mba ,apa saya . . . . “

” Nggak apa-apa Bang . Itu emang benar , mereka hampa , cuma punya tubuh dan nafsu , bukan jiwa dan cinta , ” Ayux bertutur dengan lirih .

Rahman menghela nafas panjang , ia merasa dadanya sesak , simpati pada nasib wanita secantik Ayux harus bernasib demikian .

” Hidup menawarkan banyak pilihan , Mbak . “

” Tapi saya tak punya pilihan ! ” sangkal Ayux dengan nada suaranya meninggi .

” Kearifan menyikapi dengan landasan moral , itu kunci untuk memilih . Kita memang tak akan pernah tahu apakah pilihan hidup kita sudah tepat . Tapi setidaknya , kita mesti punya pegangan yang kokoh untuk menentukan ke mana kita mesti melangkah , ” Rahman berkata lembut berusaha menghiburnya .

Terdengar nafas berat Ayux di belakang . Suasana terkesan kering dan kaku .Keduanya tak bercakap-cakap lagi hingga taksi Rahman tiba di gerbang depan rumah yang dituju .

Ayux hanya mengucapkan ‘ Selamat malam . Sampai jumpa besok sore ‘ .

Rahman pun pulang ke rumah kontrakannya dengan rasa bersalah yang bertumpuk , sepertinya ia telah menyinggung wanita itu dengan omongannya . Ketika selesai tugas malam itu , ia menemukan sebuah lipstick di lantai belakang taksinya .

Keesokan harinya

Hari itu adalah hari terakhir kontrak sewa Rahman dengan Ayux . Ia menjalani rutinitas ekstranya seperti biasa , ia menjemput Ayux pada waktu dan tempat yang sama .

” Maaf , apa ini punya Mbak ? Kemarin saya nemuin di belakang ” kata Rahman sambil menunjukkan lipstick yang dipungutnya kemarin

” Ohh . . .iya benar , makasih ya Bang , sepertinya jatuh waktu saya ngambil rokok kemarin ” Ayux tersenyum berterima kasih seraya mengambil lipstick itu .

Kekakuan komunikasi akibat ‘ insiden ‘ semalam berangsur-angsur lenyap . Rahman pun berusaha untuk lebih hati-hati berkata-kata agar menjaga perasaan Ayux .

” Apa Mbak tidak bosan dengan rutinitas seperti ini ? ” ia membuka percakapan ,

” Apa Abang punya ide yang baik ? ” wanita cantik itu balas bertanya .

” Yah . . . misalnya rutinitas yang baru . Kawin dengan lelaki yang mampu memberi nafkah cukup lahir batin–tidak sekedar limpahan materi yang semu belaka , hidup bahagia , punya anak dan menikmati kehidupan , ” Rahman mengucapkan kalimat tersebut sesantai mungkin tanpa beban , ia ingin mendengar pendapat Ayux mengenai hal ini .

Sejenak Ayux terdiam . Rahman kembali melirik ke belakang lewat kaca spion mobil . Wanita itu terlihat sangat cantik dengan make up tipisnya , parasnya yang memukau seperti bercahaya , dibanding para pelacur warung remang-remang atau pinggir jalan tentu ibarat bumi dan langit . Ia melepas pandang ke luar melalui kaca jendela taksi yang buram , sepertinya memikirkan sesuatu .

” Itu angan-angan yang terlalu ideal , Bang , ” jawabnya pada akhirnya .

” Jangan melihat ini sebagai sesuatu yang naif , Mbak . Saya rasa pendapat saya cukup realistis . Gak mengada-ada . Setiap orang , baik lelaki maupun wanita , pasti pernah berpikir mengenai hal itu: Kebahagiaan hidup berkeluarga . Semuanya akan kembali pada prinsip dan keinginan orang yang bersangkutan , sepanjang ia sadar dan yakin hal itu bakal memberikan ketenteraman bagi jiwanya , hatinya dan segenap aktifitas kesehariannya , ” Rahman mencoba berargumen .

” Kita punya takaran penilaian yang berbeda Bang . Tak akan bisa bertemu . Jangan terlalu banyak bermimpi . Kita hidup berada dalam kemungkinan-kemungkinan . Apa yang bakal terjadi kemudian , kita gak bisa menebak . Dan itu sering tidak persis sama seperti yang kita bayangkan , ” ujar Ayux lirih dengan bibir bergetar .

Rahman menarik nafas , putus asa .

” Apakah Mbak menganggap bahwa lakon hidup yang Mbak lakukan selama ini sama persis seperti yang Mbak bayangkan sebelumnya ? “

” Memang gak sama Bang . Bahkan sangat jauh berbeda . Saya gak pernah mengimpikan menjalani kehidupan seperti ini . Tapi , bukankah ini bagian dari kemungkinan-kemungkinan hidup ? Gak berarti saya mengatakan bahwa saya menolak kehidupan berkeluarga . Saya bukan orang yang munafik lah , terus terang dalam hati saya tetap mendaMbakan seorang suami yang dapat menyayangi dan memanjakan saya serta anak sebagai tambatan hati . Namun , kalau saya telah menemukan ketenangan pada profesi yang saya lakoni saat ini , bagi saya bukanlah suatu pilihan yang keliru . Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk memaknai hidupnya . “

” Apa Mbak merasa bahagia dengan memaknai hidup dengan jalan ini ? “

” Saya gak bisa menjawabnya Bang . Abang gak akan pernah tahu ukuran dan nilai kebahagiaan bagi saya seperti apa . Begitu pula sebaliknya . Kita punya ‘ nilai rasa ‘ yang berbeda dalam menakar kebahagiaan , ” Ayux bertutur pelan dengan tidak mengalihkan pandangan ke arah luar taksi .

Rahman terdiam , ia tak bisa berkata apa-apa lagi . Ia sadar , wanita itu cukup konsisten memegang prinsipnya . Mendadak , kesedihan merambah dalam hati sopir taksi itu . Hari ini adalah hari terakhirnya bersama Ayux . Besok , Ayux akan berangkat berlibur ke Singapura dan Australia mendampingi sang direktur selama sebulan . Ia tidak tahu apakah Ayux akan menyewa ‘ jasa ‘ nya lagi kelak atau mungkinkah mereka bisa bertemu lagi kelak . Baginya itu tidak penting . Kebersamaan dengan wanita penghibur kelas atas itu selama ini , tanpa sadar membangkitkan rasa cinta dan keinginan melindungi dalam hatinya . Wanita itu bukan hanya sekedar langganan , namun telah menjadi teman baginya . Melalui kaca spion mobil , ia melirik Ayux . Ia begitu cantik , sangat cantik , mengapa bunga yang begitu indah harus terhanyut dalam kubangan kotor ? Rahman membatin sekaligus nelangsa . Tak lama kemudian , mereka telah sampai ke tujuan . Rahman segera mematikan mesin mobil dan pikirannya galau sepanjang menanti panggilan dari Ayux untuk mengantarnya pulang , tak terasa lima puntung rokok telah habis sampai kotak rokoknya kosong . Hujan deras mengguyur ibukota di tengah perjalanan pulang mengantarkan wanita itu . Setibanya di rumah Ayux , Rahman turun dan mengeluarkan pAyuxng sebelum membuka pintu belakang dan memAyuxngi wanita itu hingga ke gerbang .

” Bang , masuk dulu aja , minum dulu sambil tunggu hujan reda ! ” tawar Ayux setelah membuka gembok .

” Tapi Mbak . . . “

” Sudahlah Bang , masuk saja , hujannya terlalu deras , mana ada yang numpang saat-saat gini ? ” Ayux malah menarik lengan Rahman memasuki pekarangan rumahnya .

Rahman tidak bisa menolak lagi ajakan wanita itu , malah hati kecilnya merasa girang . Mereka berlari kecil ke pintu . Ayux membuka pintu dan mempersilakan sopir taksi itu masuk . Rahman langsung merasakan kehangatan begitu memasuki rumah itu . Ayux memang pandai menata interior ruangan sehingga kelihatan menarik dan nyaman . Dekorasi ruangan tamunya bertema oriental , beberapa buah patung menghiasi berbagai sudut . Rahman terbengong-bengong memandangi sekitar ruangan itu , entah perlu gaji berapa puluh tahun baru bisa membeli rumah seperti ini .

” Duduk Bang ! ” Ayux mempersilakannya duduk di sofa ” mau minum apa nih ? Teh ? Kopi ? Juice ? ” tawarnya sambil ke mini bar dekat situ .

” Kopi panas aja Mbak , makasih ya ! ” jawab Rahman sambil menjatuhkan diri di sofa .

Ada beberapa majalah dan surat kabar di bawah meja ruang tamu . Rahman pun membuka-buka sebuah majalah sambil menunggu Ayux membuatkan minum . Di sebuah sudut ruangan nampak sebuah koper besar dan sebuah yang kecil , Ayux memang telah selesai mengepak barang-barang yang akan dibawa sehingga besok tinggal diangkut ke mobil .

” Silakan Bang , diminum dulu kopinya ” tiba-tiba Ayux sudah berada di depannya dan meletakkan segelas kopi yang masih mengepul atas meja di depanku .

Badannya agak membungkuk , sehingga sopir taksi itu bisa melihat sekelebatan tonjolan dua toketnya yang kencang dan dibalut bra hitam lewat gaun terusannya yang longgar . Sejenak dadanya berdesir dan ia merasa celananya tiba-tiba menjadi sempit .

” Makasih ya Mbak ! “

Ayux kemudian duduk di sebelahnya cukup dekat untuk ukuran seorang sopir taksi dan penumpangnya . Keduanya mulai mengobrol dan bercerita tentang apa saja , juga saling bertukar lelucon dan mereka tertawa lepas .

” Ini hari terakhir kita bertemu Bang ! Besok saya pergi . . .makasih ya bantuannya selama ini ” kata Ayux berkata sambil menghela nafas .

Hingga suatu saat , Rahman memberanikan diri dengan dada berdebar keras memegang jemari tangan wanita itu , ia ingin memberinya penghiburan sebelum pergi jauh dalam waktu relatif lama . Ayux agak tertegun , tapi tidak menolak .

” Mbak . . .jaga diri di sana ya ” kata Rahman singkat .

Ayux tersenyum , ” Ya . . .makasih , Abang juga , semoga dapat jodoh yang baik ” balasnya .

Tiba-tiba Ayux melepaskan tangan sopir taksi itu lalu berdiri kemudian menuju kamarnya .

” Tunggu bentar ya Bang ! ” katanya sambil tersenyum penuh arti , ia lalu mengambil remote TV di meja ruang tamu dan menyalakan TV di depan mereka , ” nonton aja dulu ya sambil nunggu ! ” lalu ia masuk ke kamarnya .

Di ruang tamu , Rahman mendengar sayup-sayup suara air yang mengucur deras dari dalam kamar itu . Rupanya di dalam ada kamar mandi dalam . Tak lama kemudian , Ayux keluar dari kamarnya , kini ia sudah memakai kimono sutra berwarna biru . Sungguh cantik dan menggairahkan ia dalam balutan pakaian tersebut , belahan pahanya memperlihatkan pahanya yang indah .

” Ayo sini Bang ! ” ajak Ayux sambil menggandeng tangan Rahman .

” Tapi Mbak . . .mau apa ? ” Rahman gugup dengan ajakan wanita tersebut .

Ia menurut saja walau merasa canggung karena baru pernah seorang wanita mengajaknya masuk ke kamarnya seperti ini .

” Eeennggg . . . .kamarnya bagus ya Mbak ! ” pujinya sambil menutup kegugupan , ” kita mau apa Mbak ? “

Ayux hanya menjawab terima kasih , dia terus menuntun Rahman hingga memasuki kamar mandinya . Di dalam kamar mandi , ia melihat air kran masih mengucur deras hampir memenuhi separuh dari bathtub . Wangi harum dari bubble bath segera memenuhi paru-paru pria itu .

” Bang . . .makasih ya atas bantuannya selama ini ” kata Ayux lalu tiba-tiba merangkul sambil mendorong Rahman ke belakang sehingga tubuh pria itu terhimpit ke tembok , tangannya lalu meraba sekujur tubuh sopir itu , ” abang orang baik , tulus , jarang saya temui orang seperti abang jaman sekarang ini , apalagi di dunia saya “

” Eeee . . .apaan nih Mbak ? ” Rahman mencoba menghindar antara mau dan tidak .

” Anggap ini hadiah perpisahan dari saya Bang . . .sekaligus terima kasih untuk mengembalikan lipstik saya itu ” habis berkata Ayux lalu mencium Rahman dengan bernafsu sekali sambil tangannya meremas-remas selangkangan pria itu .

Iman Rahman pun dengan cepat runtuh . Ia pun membalasa mencium dan memagut bibir indah Ayux sambil tangannya meremas lembut pantatnya . Ayux mulai melepaskan satu persatu kancing seragam sopir Rahman . Belaian tangan lembut wanita itu pada dadanya sungguh membangkitkan gairah si sopir taksi , kelelakiannya terasa makin keras sehingga celana panjangnya terasa semakin sesak . Tangannya agak gemetar dan mulai berani meraba dan meremas lembut toket Ayux . Wanita itu melenguh dan semakin ganas dengan permainan ” french kiss ” nya . Sebentar saja seragam sopir itu sudah lepas dan jatuh ke lantai . Ayux melanjutkan dengan membuka celana panjang pria itu . Rahman pun mulai melepaskan tali pinggang yang membalut kimono Ayux . toketnya yang sudah membusung dengan putingnya yang tegak telah membayang di balik kimononya , terlihat jelas ia sudah tidak memakai bra lagi .

Ayux meraba dan meremas lembut batang kemaluan Rahman yang masih dibalut CDnya . Dia memainkan jemarinya dan mulai merogoh masuk CD itu , menjemput batang kelelakian si sopir taksi . Dengan sekali tarik , terbukalah kimono Ayux , wanita itu lalu meloloskan tangannya sehingga kimono itu segera jatuh ke lantai . Betapa indah tubuh di baliknya yang sudah tidak memakai apa-apa lagi , kulitnya putih mulus dan begitu terawat . memeknya ditumbuhi bulu-bulu yang halus dan dicukur rapi , tidak terlalu lebat , tapi juga tidak terlalu tipis . Celah kewanitaannya membayang di balik bulu-bulu tersebut . Telanjang sudah wanita cantik itu di depan Rahman yang selama ini mengisi fantasinya . toketnya yang ranum dengan putingnya yang berwarna kemerahan telah menegang seolah menantang untuk mengulumnya . Perlahan , Rahman mulai menyusuri toketnya yang sebelah kiri dengan lidahnya . Ia memainkan lidahnya hingga ke putingnya . Ayux pun mendesis saat lidah pria itu menyentil dan mengitari putingnya , sementara tangan kiri pria itu meremas lembut dan memainkan toket dan putingnya yang kanan . Ayux mendesah nikmat . Tangannya merenggut CD Rahman dan menurunkannya dengan cepat hingga terlepas ke lantai . Dengan ganas ia memainkan dan mengocok batang kelelakian yang telah ereksi maksimal itu .

” Yuk . . .kita sambil berendam aja ! ” Ayux ” menuntun ” kontol Rahman menuju bathtub .

Rahman hanya bisa pasrah tidak bisa berkata-kata menikmati pelayanan Ayux . Ia merebahkan diri ke dalam bathtub dan Ayux dengan perlahan mengocok dan mengurut kontolnya di antara busa-busa sabun dan air hangat . Wanita duduk di antara dua kakinya sambil masih terus mengurut dan mengocok kontolku . Rahman memejamkan mata menikmati setiap sensasi yang menjalari sekujur tubuhnya . Rasa geli yang nikmat ia rasakan setiap gerakan lembut tangan Ayux beraksi naik turun .

” Eeemmmhhh . . .enak Mbak . . . ! ” erang Rahman .

Entah berapa lama ia menikmati permainan tangan Ayux . Lalu ia menarik bahu wanita itu dan membalikkan badannya ke arah badannya . Dipeluknya Ayux dari belakang . Kini gilirannya untuk memberikan kenikmatan buat wanita itu . Tangannya memainkan toketnya dengan jalan meremas , meraba dan memilin-milin lembut dengan tangan kanannya . Sementara tangan kirinya juga tidak tinggal diam , memainkan paha , lipat paha dan daerah gerbang kewanitaan Ayux . Ayux mengerang , mendesis dan melenguh . Hidung dan lidah Rahman menciumi dan menjilati daerah di belakang daun telinga Ayux dan sekitar tengkuknya . Jari-jari kasarnya memilin dan memencet-mencet lembut klitoris dan labia mayora wanita itu .

” Oohhhhhh . . . .Bang , enak Bang . . .terushhh . . .saya milikmu malam ini ! ” desah Ayux

Rahman sedang menciumi leher Ayux , tangannya meremas lembut toket montok itu . Ayux yang sudah sangat berpengalaman dalam hal ini , tak mau kalah . Ia mengocok pelan kontol Rahman . Sopir bertampang ndeso itu pun semakin buas karena terangsang , ia memutar wajah wanita itu ke belakang lantas bibir mereka bertemu , saling pagut , saling gigit , lidah keduanya berbelitan dan air ludah mereka bercampur

Akhirnya setelah seperempat jam , mereka pun menyudahi pemanasan yang penuh gairah itu karena kulit mereka mulai keriput disebabkan oleh terlalu lamanya kami berendam dalam air bubble bath . Ayux menciumi wajah ndeso itu dengan penuh kelembutan dan akhirnya keduanya melakukan ” french kiss ” lagi dengan posisi saling mendekap . Setelah puas melakukan ” french kiss ” , Ayux berdiri dan memutar kran shower untuk membilas tubuh mereka . Di bawah derai siraman air shower , keduanya kembali berpelukan dan melakukan ” french kiss ” lagi . Saling meraba , saling mengelus dan menyusuri tubuh pasangan masing-masing .

Rupanya Ayux sudah birahi tinggi . Ia menaikkan satu kakinya ke pinggir bathtub dan menuntun kontol Rahman ke arah gerbang kewanitaannya .

” Saya udah kepengen banget Bang , ayo setubuhi saya . . .buat saya menggelepar keenakan ! ” pintanya .

Rahman membantunya sambil tangan kirinya memilin-milin puting toket kanannya . Ia menggeser-geserkan ujung kepala memeknya pada klitorisnya . Perlahan , ia mendorong masuk kontolnya ke dalam liang memek Ayux . Pelan . . lembut . . perlahan . . sambil terus mengulum bibir merahnya . Ayux mendekap si sopir taksi sambil mendesis di sela-sela ciuman mereka . Akhirnya amblaslah kira-kira tiga per empat dari panjang kemaluan Rahman , dan mulai maju-mundur menggenjot vagina wanita itu . Ayux memejamkan matanya sambil terus mendesis dan melenguh . Ia memeluk pria itu semakin kencang . Rahman mengayunkan pantatnya semakin cepat dengan tusukan-tusukan dalam yang ia kombinasikan dengan tusukan-tusukan dangkal . Ayux membantu dengan putaran pinggulnya , membuat batang kemaluan Rahman seperti disedot dan diputar oleh liang memeknya . Guyuran air shower menambah erotis suasana dan nikmatnya sensasi yang mereka alami .
Rahman merasakan lubang memek Ayux semakin licin dan semakin mudah baginya untuk melakukan tusukan-tusukan kenikmatan yang mereka rasakan bersama . Setelah agak lama melakukan posisi ini , Ayux menarik pantatnya sehingga batang kemaluan pria itu terlepas dari lubang memeknya . Kemudian ia membalikkan badannya dan agak membungkuk , menahan tubuhnya dengan berpegangan pada dinding kamar mandi . Rupanya dia ingin merasakan posisi ” rear entry ” atau yang lebih populer dengan istilah ” doggy style ” . memeknya yang berwarna merah jambu sudah membuka , menantang , dan terlihat licin basah . Perlahan Rahman memasukkan batang kontolnya yang tegang kaku dan keras ke dalam lubang memek Ayux .

” Aaaahh . . . .yahhh ! ” desis Ayux dengan tubuh mengejang .

Rahman mulai mengayunkan pantatnya maju-mundur , menusuk-nusuk lubang memek Ayux . Ayux merapatkan kedua kakinya sehingga batang kemaluan pria itu semakin terjepit di dalam liang memeknya . Rahman merasakan kenikmatan yang luar biasa dan sensasi yang sukar dilukiskan dengan kata-kata setiap kali ia menghujamkan memeknya . Tangannya meremas-remas pantat Ayux bergantian dengan remasan-remasan pada toketnya . Sesekali , ia menggigit-gigit kecil di daerah sekitar tengkuk dan pundak wanita itu .

Setelah cukup lama bergumul dalam posisi doggie , tiba-tiba Ayux meminta berhenti lalu membalik badannya dari posisi ” rear entry ” ke posisi berhadapan .

” Nikmati aku sepuas-puasnya malam ini Bang , mungkin ini pertama dan terakhir kalinya buat kita ! ” katanya dengan nafas tersenggal-senggal .

Habis berkata Ayux langsung mencium Rahman dengan ganasnya sambil mencengkeram erat punggung pria itu , merapatkan tubuhnya dan meraih kontolnya yang masih menegang . Rahman mengangkat kaki kiri wanita itu dan mengarahkan kontolnya ke liang memeknya . Dengan sekali dorong kontol itu pun kembali memasuki liang kewanitaan Ayux yang sudah sangat berlendir itu . Setelah kontolnya masuk , Rahman pun menyentak-nyentaik batang kontolnya lagi , semakin keras , semakin cepat dan bertenaga . Keduanya semakin lepas kontrol , erangan mereka sahut-menyahut berpadu dengan suara shower akibat dilanda nikmat yang luar biasa .

” Aaaarrgghh… .entot memekku , Bang… , yah…gituuuuuhh…yang keras , yang keras… .oohhhh , kontol Abang enak bangettthhh ! ” ceracau Ayux tidak karuan

Rahman pun jadi merasa sangat perkasa dan semakin bergairah karena merasa berhasil membuat wanita itu keenakan . Maka ia semakin kuat menyodoki batang kontolnya di dalam vagina Ayux . Seiring dengan semakin kuatnya rintihan dan erangannya . Ayux merasakan klimaksnya sudah sangat dekat .

” Saya keluaarr Bang . . ! Aaagghh . . ! ” serunya sambil memeluk Rahman erat-erat .

Ayux merasakan liang memeknya berdenyut-denyut seperti menghisap-hisap kemaluan Rahman . Pria itu juga merasakan tubuh Ayux yang menjadi lemas setelah mengalami wanita orgasme . Namun ia masih saja memompa memeknya sambil menyangga tubuhnya . Mulutnya menghisap-hisap puting toketnya , kiri-kanan sambil lidahnya berputar-putar pada ujungnya . Sesekali jari-jariku meraba dan memutar-mutar klitorisnya . Ayux seperti orang yang sedang tak sadarkan diri . Dia hanya ber-ah-uh saja sambil sesekali menciumi bibir tebal Rahman . Setelah beberapa saat , mendadak dia mengejang lagi , melenguh dan mengerang ,

” Aaagghh . . ! Ooohh Bang . . .saya keluaarr lagii . . ! “

Ayux engalami orgasmenya yang kedua kalinya atau istilahnya multiple orgasm . Ayux menciumi pria itu dengan ganasnya sebagai ekspresi kenikmatan orgasme yang diraihnya .

” Mbak . .tahan yah . . saya juga mau keluar sedikit lagi . . ” kata Rahman sambil memacu pantatnya lebih cepat lagi menghujam liang memek Ayux .

Ayux hanya bisa pasrah . Akhirnya , Rahman pun merasakan sebuah gelombang besar yang mencari jalan keluar . Ia mencoba untuk menahannya selama mungkin , tapi gelombang itu semakin besar dan semakin kuat , maka ia mengatur pernapasan , berkonsentrasi penuh . Tangannya yang kokoh mendekap erat tubuh Ayux .

” Aaahhh . . .saya keluar Mbaaakkk ! ” erangnya melepas orgasme

Rahman merasakan kenikmatan yang luar biasa menjalari sekujur tubuhnya . Ada rasa hangat menyelubungi tubuhku . memeknya berdenyut-denyut di dalam liang memek Ayux . Perasaan yang baru pernah dirasakannya seumur hidup , bahkan dengan mantan istrinya di kampung yang lugu dan gagap seks . Ayux menjerit kecil merasakan semburan hangat memenuhi vaginanya memberinya sensasi nikmat yang luar biasa .

” Fantastis . . .beneran nih Abang cuma pernah main sama mantan istri Abang dulu ? ” Ayux setengah tak percaya .

” Iya sumpah Mbak , emang kenapa ? ” tanya pria itu keheranan .

” Jajan juga gak pernah ? ” tanya Ayux lagi sambil meraih kontol Rahman yang masih tegang yang baru saja lepas dari himpitan vaginanya

Rahman menggeleng , menatap wajah Ayux yang semakin cantik pasca orgasme dan dalam keadaan basah di bawah siraman shower .

” Saya percaya , orang seperti Abang gak ada bakat untuk bohong ” Ayux tertawa renyah .

Rahman hanya nyengir kuda lalu mencium lembut kening wanita itu . Ketika mencuci batang kelelakiannya di bawah shower . Ayux memeluk Rahman dari belakang dan membantu mencuci batang itu . Setelah selesai mandi bareng , mereka saling mengeringkan diri dengan handuk . Ketika Rahman hendak mengenakan pakaiannya kembali , Ayux melarangnya dan menawarkan untuk bermalam di situ .

” Abang capek ? Malam ini nginep aja di sini . . .hujannya juga belum berhenti ! ” tawar Ayux

” Eerrr . . .Mbak ! ” Rahman menepuk pundak Ayux yang membelakanginya

” Iya . . .eeemmm ! “

Saat Ayux menoleh , Rahman mencuri sebuah ciuman dan dibopongnya Ayux ke arah tempat tidurnya yang berukuran queen size dengan warna serba pink . Diletakkannya tubuh telanjang Ayux perlahan di tempat tidurnya . Ia ciumi sekujur tubuhnya . Setelah puas , ia berbaring di sebelahnya , tangannya mendekap tubuh wanita itu dan mulutnya menciumi di sekitar daun telinganya sambil tangannya mengelus-elus punggungnya . Tak lama kemudian Ayux tertidur dengan senyum di bibirnya . Rahman mengecup lembut bibirnya , lalu ikut tidur di sampingnya , beredekapan , telanjang di bawah selimut .

Keesokan pagi

Rahman terbangun saat ia merasakan ada jari-jari halus meraba-raba dadanya dan ciuman di keningnya . Ayux telah lebih dahulu bangun dan dia membangunkan pria itu . Ayux mengecup bibir tebal itu perlahan dan mereka pun terlibat dalam sebuah ” french kiss ” . Tangan Rahman mengelusi punggung putih mulus Ayux sementara Ayux mengelus-elus rambutnya .

” Mbak . . .bukannya hari ini harus ke bandara ? Nanti telat ” kata Rahman .

” Masih ada waktu . . . ” jawab Ayux ” pesawatnya berangkat sore jam lima , kenapa gak kita habiskan bersama saja ? “

” Apa gak akan ada orang lain lagi ke sini ? Kalau kita ketauan kan gak enak ” Rahman agak was-was kalau ketahuan ia sedang meniduri wanita simpanan orang kaya , bisa-bisa digebuki seperti di film-film .

” Nggak . . .dia terlalu sibuk jam-jam segini , nanti baru nyusul di bandara ” Ayux tersenyum lalu mengecup kembali bibir Rahman . ” pokoknya Bang . . .sekarang ini waktu cuma buat kita berdua , santai dan nikmati aja ! “

Ayux mulai menciumi sekujur tubuh sopir taksi itu , menjilati dadanya dan menggelitiki putingnya dengan lidahnya . Tangannya menjalari sekujur tubuhnya dan meraba-raba batang kelelakian Rahman , memainkannya , mengelus dan mengurutnya sehingga kontol itu pun bangun dari tidurnya . Ayux tersenyum . Perlahan , disusurinya perut , pusar dan pinggangku dengan lidahnya .

” Eeemmhh . . .Mbak ! ” desah Rahman yang merasakan geli-geli nikmat yang membuatnya merinding . Ia mengusap-usap kepala Ayux dengan penuh kelembutan . Disisirnya rambut wanita itu dengan jari-jarinya dan sesekali diraba-raba tengkuk dan balik telinganya .

Perlahan jilatan lidah Ayux semakin turun ke arah selangkangan Rahman . Dengan jemari tangan kirinya yang halus , ia menggenggam kontol Rahman , mendongakkannya , dan dia mulai menjilati daerah pangkalnya . Disusurinya kontol itu dengan lidahnya hingga ke ujungnya yang bersunat . Ia memutar-mutar ujung lidahnya ke arah lubang dan sekitarnya pada ujung batang kontol pria itu . Ia memang profesional dalam membuat Rahman merasa seperti melayang .

Dari ujung kontol itu , Ayux kembali menyusurinya hingga ke bawah , menjilat-jilat buah pelirnya , sesekali mengecup dan agak menghisapnya . Rasa aneh antara sakit , geli , dan enak membuat Rahman menggeliat-geliat .

” Enakkhh . . .Mbak . . .geli . . .uuhh ” desah Rahman sambil meremasi rambut Ayux .

Ayux memandang pria itu dengan pandangan mata yang menggemaskan

” Sungguh bidadari sejati . . betapa cantiknya kamu Ayux ! ” kata Rahman dalam hatinya

Tiba-tiba Ayux berhenti melakukan oral seksnya . Dia mendekati wajah Rahman . Menciumnya dengan mesra dan lembut bibir tebal pria itu . Kemudian ia membalikkan badannya dan membelakangiku , seperti posisi ” 69 ” . Ia memegangi kontol Rahman dan mulai menghisap , mengulum dan menjilatinya .

Kembali rasa geli dan nikmat mendera pria itu . Ia mencium wangi harum yang khas dari gerbang kewanitaan Ayux yang terpampang menantang di depan wajahnya . Gerbangnya sudah mulai terbuka , berwarna merah muda dengan dihiasi bulu-bulu halus dan dicukur rapi . kontolnya berdenyut-denyut di antara hisapan dan geseran lidah wanita itu . Ia memegangi dan mengelus pantat Ayux dengan kedua tangannya . Ia arahkan gerbang kewanitaannya ke arah mulutnya . Dijilatinya bibir vagina itu dan daerah sekitarnya . Ayux mengerang di antara hisapan-hisapannya pada batang kemaluan Rahman . Vagina itu mulai licin dan basah , serta terus menebarkan aroma yang khas harum karena rajin dirawat .

Rahman mendapati sebuah tonjolan kecil di antara belahan gerbang kewanitaannya , dijilatinya benda itu . Ayux pun mengerang dan mendesis , sejenak melepaskan batang kelelakian itu dari mulutnya . Rahman menjilat dengan lembut dan sesekali lidahnya menggeser-geser tonjolan kecil yang ada di belahan gerbang kewanitaan Ayux . Ayux mendongakkan kepalanya dan mendesis-desis kenikmatan sambil menggoyang-goyangkan pantatnya .

” Oooh Bang . . . kok jilatannya enak bangethhh ! ” kata Ayux di antara erangannya .

Ayux mengurut dan mengocok kontol itu makin cepat sambil mulutnya menghisap ujungnya . Kedua tangan Rahman tidak tinggal diam saat lidahnya beraktivitas . Terkadang jari-jari tangannya menggaruk mesra punggung Ayux dengan lembut , atau meraba , mengusap dan memainkan toketnya yang menggantung menantang di atas perutnya .

Setelah beberapa lama saling menjilat , menghisap dan menikmati permainan ini , Ayux beranjak dari posisinya .

” Bang . . .sekarang yah ! ” katanya sambil memegang kontol yang tegang tegak kaku menghadap langit-langit .

Ayux mengangkangi Rahman sambil memunggunginya . Ia mengarahkan batang kelelakian itu ke gerbang kewanitaannya . Rahman menggeser-geserkan ujung kontolnya pada tonjolan kecil di antara belahan gerbang kewanitaannya untuk membantu kontolnya masuk . Ayux memejamkan matanya sambil mendesah saat kontol pria itu memasuki liang memeknya yang sudah licin basah . Pelan . . lembut . . Ayux perlahan menurunkan pantatnya , membuat kontol itu masuk semakin dalam . Terus turun hingga akhirnya mentok dan menyisakan kira-kira seperempat dari panjang kontol pria itu . Ayux agak terpekik saat ujung kontol itu menyentuh dinding rahimnya . Kemudian Ayux mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun-naik-turun . Pada mulanya perlahan hingga beberapa gerakan , akhirnya Ayux semakin cepat . Mereka menikmati sensasi yang luar biasa saat kedua alat kelamin keduanya menyatu dan saling bergesekan . Ayux berulang kali mendesah , melenguh , mendesis , meracaukan kata-kata yang tak jelas . Rahman juga menikmatinya dengan pikiran yang melayang meresapi rasa geli dan nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya .

Beberapa menit kemudian , Rahman mengangkat badannya sekitar 45 derajat dan bersandar pada kepala tempat tidur Ayux . Ayux sambil membelakangi bertumpu pada perut pria itu dan terus mengAyuxh tubuhnya naik-turun pada selangkangan pria itu divariasikan dengan memutar-mutar pinggulnya .

” Aaaghh . . Mmmbbakkk . . ” teriak Rahman sambil memegangi pinggangnya yang ramping dan putih mulus karena kontolnya serasa dipelintir ketika Ayux meliuk-liukkan tubuhnya .

Ia meraih tubuh Ayux dari belakang . Ia remas-remas lembut kedua toketnya yang terasa keras tapi kenyal . Putingnya ia pilin-pilin dengan mesra . Ayux menghentikan sejenak Ayuxnan pantatnya . Dia mendesah , mendesis . Rahman merasakan batang kontolnya dan liang memek Ayux sama-sama berdenyut-denyut . Diciuminya tengkuk wanita itu , sesekali digigit-gigit ringan tengkuk , bahu kanannya , dan belakang telinganya .

” Putar sini Mbak ! ” pinta Rahman pada Ayux untuk membalikkan posisinya .

Wanita itu berbalik tanpa melepaskan batang kemaluan Rahman dari liang memeknya . Batang kemaluan itu pun serasa ada yang memuntirnya . Sekarang keduanya berhadapan . Mereka saling memeluk , saling meraba . Rahman mereasakan kontolnya masih berdenyut-denyut di dalam liang memek Ayux yang juga terasa berdenyut-denyut seperti menghisap batang kemaluan itu . Mereka berpagutan , saling menggigit , menghisap dan mengulum . Tangan dan jemari Rahman dengan lincahnya bergerak di sekujur badan Ayux , membuat wanita itu kegelian dan merinding . Sekitar setengah jam dalam posisi demikian , akhirnya Rahman merasakan ada sensasi luar biasa yang membuat tubuhnya serasa mau meledak . Ia mengerang dan mengatur napasnya . Rasanya ada gelombang besar dari pinggangnya yang hendak mencari jalan keluar melalui batang kontolnya .

” Mbak Ayux sayang . . .saya hampir keluar sedikit lagi . . ” kata Rahman terengah-engah .

” Barengan ya Bang ! ” jawab Ayux lalu memagut bibir tebal pria itu

Rahman pun balas menciumnya . Mereka sama-sama diam dalam posisi berciuman sambil terus memacu tubuh . Rahman merasakan seperti ada aliran listrik mulai merayapi sekujur tubuhnya . Sekujur tubuhnya terasa hangat , begitu juga dengan tubuh Ayux . Sambil terus bermain lidah , mereka menikmati sensasi yang luar biasa itu .

” Aaaaahhhhh . . . . ! ! ” erang Rahman melepas ciuman

” Iyaahhhh . . . .teruusss . . . . .teruussshhh ! ! ” Ayux juga merasakan hal yang sama

Rahman merasa seperti melayang ke langit . Senyap , pandangan matanya berkunang-kunang walaupun memejamkan matanya . Rasa nikmat yang aneh disertai oleh rambatan sensasi menjalari setiap bagian tubuh mereka . Mereka mengejang hingga akhirnya merasakan suatu yang sangat melegakan . Nikmat . . .cahaya terang yang membuat berkunang-kunang itu berubah menjadi kegelapan . Ia rubuh menindih tubuh Ayux , mereka terdiam dengan nafas naik turun . Ayux menatap wajah ndeso si sopir taksi , dia tersenyum penuh arti dan kemudian mencium keningnya . Rahman balas memagut kecil dagu Ayux . Tak lama , Ayux mendorong tubuh pria itu hingga berbaring saling bersebelahan .

” Istirahat dulu yuk , abis ini kita makan ! ” kata Ayux lalu mengajak Rahman kembali ke balik selimut . Mereka berpelukan sambil masih dalam kondisi sama-sama telanjang bulat .

Sore harinya

Satu hal yang mengganjal di hati Rahman sejak peristiwa semalam dan tadi pagi , ia ingin mengungkapkan perasaannya pada Ayux namun belum ada keberanian untuk itu . Rahman memang pria yang tulus , namun pengetahuannya tentang wanita terbilang minim . Kepada mantan istrinya dulu saja ia tidak pernah mengatakan ‘saya cinta kamu’ karena memang mereka dijodohkan . Pasangan yang ketika itu masih sangat hijautidak pernah merasakan saat-saat romantis hingga akhirnya perceraian mereka . Sepanjang perjalanan ke bandara ia tidak ada kesempatan untuk itu karena Ayux sibuk bicara melalui ponselnya , yang pertama dengan seorang teman , yang kedua dengan si direktur , yang meMbakar api cemburu dalam hati Rahman . Ketika taksi yang dikemudikannya akhirnya tiba di bandara , Rahman turun duluan dan menurunkan barang bawaan Ayux dari bagasi , saat itu Ayux masih berbicara di ponselnya . Ini adalah saat terakhir , juga mumpung antrian kendaraan di gerbang keberangkatan tidak terlalu padat , maka Rahman pun membulatkan tekadnya , ia masuk ke jok kemudi . Ayux baru saja hendak membuka handle pintu belakang ketika sopir taksi itu akhirnya berseru .

” Ayux , tunggu ! ” pertama kali ia memanggil wanita itu dengan namanya .

Ia mengurungkan niatnya dan memandang nya . Matanya bertanya . Dada pria itu berdegup kencang .

” Saya mencintai kamu , Ayux , ” Rahman mengungkapkan perasaan itu dengan tenggorokan tercekat .

Ayux menatap tak percaya . Rahman segera meraih tangannya , meraba jemarinya yang halus , mengalirkan keyakinan . Mata mereka saling bertatapan tanpa berkata-kata , hening selama beberapa saat

” Hentikan semua ini , Ayux . Kamu seharusnya hidup lebih layak , terhormat dan bernilai . Apa yang kamu lakukan selama ini hanya akan membuat hidupmu didera kesalahan dan dosa . Hiduplah dengan saya . Kita kawin . Saya berjanji akan membahagiakan kamu . “

Ayux menggigit bibir . Ia tampaknya memikirkan sesuatu . Rahman berharap-harap cemas dalam hatinya , ia menggigit bibir bawahnya dan jantungnya berdebar kencang sekali , inilah pertama kalinya dalam hidup ia terus terang mengungkapkan cinta pada seorang wanita . Ia sudah menabah-nabahkan hati untuk siap menerima kemungkinan terburuk . Matanya memandang Ayux dengan tajam dan penuh harap .

Ayux akhirnya tersenyum , ia mempererat genggaman tangan si sopir taksi . Tatapan matanya seperti menyiratkan sesuatu . Sesuatu yang sangat misterius sebelum akhirnya berkata ,

” Baiklah Bang . . . . ” ia berhenti sesaat , ” saya memang harus menentukan pilihan , pada akhirnya . tapi kita hidup dalam dunia yang berbeda . Bang , Abang tak akan bisa memahami saya , seperti saya pun tak bisa memahami Abang . Terima kasih atas ketulusan tawaran Abang . Saya menghargainya . Biarkan saya memilih dan melewati jalan yang menurut saya terbaik . Abang orang baik , terus terang , saya suka Abang , seandainya takdir mempertemukan kita lebih awal atau di tempat yang lain dari sekarang , kita mungkin bisa bersatu . Saya doakan Abang kelak mendapat jodoh yang baik . . .jauh lebih baik dan suci , tidak seperti wanita di depanmu ini . Maafkan saya . . .selamat tinggal ! ” Ayux mengucapkannya dengan bibir bergetar , pelupuk matanya basah , namun ia menyekanya cepat-cepat , lalu membuka handle pintu tergesa-gesa dan pergi . Rahman tak bisa mencegahnya lagi . Ia hanya sempat memandangi punggungnya serta gaunnya yang berkibar ditiup angin berjalan memasuki bandara ke gerbang keberangkatan , untuk terakhir kali tanpa menoleh ke belakang , dengan pandangan kosong . Terasa ada yang hilang dalam dirinya , bak istana pasir yang diterpa oMbak dan lenyap seketika , sesuatu yang tak dapat ia ungkapkan bagaimana adanya . Dua puluh menit Rahman termenung di taksinya di luar bandara , matanya kosong menatap langit biru . Sebagian dirinya serasa hilang bersama wanita itu . Tiga batang rokok telah dihabiskannya sejak Ayux meninggalkannya tadi .

” Rahman . . .ayo kamu bisa ! Dunia belumlah kiamat , kehidupan terus berjalan ! Bangkit ! ! Bangkit ! ! Jangan harap Bapak akan menemui kamu di akhirat nanti kalau kamu sampai bunuh diri gara-gara patah hati ! Bangkit . . .bangkit . . .bangg . . .bangg ” Rahman sekonyong-konyong mendapat seruan itu dalam lamunannya , almarhum ayahnya seperti sedang menyemangatinya

” Bang . . . .bang . . .narik ga nih ? ” tiba-tiba saja sebuah suara dari sebelah menyadarkannya , rupanya ia setengah tertidur di tengah lamunannya .

” Ooohh . . . .iya . . .iya Pak , narik lah . . .ayo silakan masuk ! ” ia membukakan pintu belakang untuk pria berumur empat puluhan itu , ” kemana nih Pak ? “

” Sudirman , cuma lagi ada demo deket situ . . .bisa ga Bang ? Saya buru-buru nih , daritadi udah dua sopir nolak ! ” jawab pria yang menenteng tas laptop itu .

” Beres Pak . . .saya coba lewat jalan tikus , moga-moga keburu ! ” sahut Rahman lalu segera tancap gas dari situ ,

” Ayo Rahman , kamu bisa , semangat ! ! ” ia kembali menyemangati dirinya , ia harus tegar seperti apa yang selalu ayahnya ajarkan sejak kecil .

Delapan tahun kemudian
Foodcourt sebuah mall

” Oke . .oke . . . , kamu urus saja , yang ginian gak usah pakai lapor , belajar lah memutuskan sendiri ! ” Rahman berbicara lewat ponsel dengan seseorang , ” pokoknya pastikan jangan sampai terlambat , ketepatan waktu yang bikin perusahaan kita dipercaya orang , ngerti ? ! “

” Baik Pak . . .saya usahakan sebaik mungkin , Bapak tenang aja , nanti saya kabari lagi ” jawab suara di seberang sana .

” Gitu dong . . . .oke ditunggu kabar baiknya , sampai nanti ya ! ” ia menuntup pembicaraan lalu melanjutkan makannya yang tinggal sedikit lagi .

Rahman yang sekarang sudah berbeda dari Rahman yang dulu , rambutnya kini telah dicukur cepak dan rapi , sebagian kecil nampak telah beruban , di atas bibirnya yang tebal itu telah tumbuh kumis tipis . Soal level kegantengan yang di bawah rata-rata sih memang tidak terlalu mengalami kemajuan , tapi kini ia terlihat lebih dewasa . Pakaian yang melekat di tubuhnya bukan lagi seragam sopir taksi seperti dulu , melainkan sebuah kaos berkerah merek ternama dan ponsel yang dipakainya bukan lagi barang seken atau murahan lagi , melainkan keluaran terbaru yang masih mulus . Hasil kerja keras , pengalaman dan tabungannya selama ini telah mengubah nasibnya , kini ia telah memiliki sebuah perusahaan travel yang sangat berkembang , bahkan telah membuka cabang di kota lain . Ia baru saja menyeruput minumannya ketika sesuatu tiba-tiba membentur sepatunya . Ia melongok ke bawah meja dan menemukan sebuah mobil-mobilan . Seorang bocah laki-laki mengejar dari belakang dan hendak mengambil mobil itu .

” Michael . . .Mom said don’t play it here . . .now you see ! ” sahut seorang wanita

Rahman memungut mainan itu dan memberikannya kembali pada si bocah berparas blasteran bule itu .

” Thank you sir ! ” kata si anak .

” Maaf ya Pak . . .come say sorry to uncle ! ” kata wanita itu , ” Hah . . . .kamu ! “

Rahman juga tertegun begitu melihat ibu dari anak itu , mereka saling tatap selama beberapa saat seperti tidak percaya pengelihatan masing-masing .

” Rahman ? Bang Rahman ? ” wanita itu membuka suara duluan .

” Iya . . .Ayux kan ? ” yang dijawab wanita itu dengan anggukan kepala .

Tidak banyak yang berubah pada wanita itu , ia tetap cantik dan tubuhnya masih langsing walau telah memiliki anak . Rambutnya kini agak bergelombang dan disepuh kecoklatan . Pakaian yang dikenakannya serta wajahnya dengan make up tipis membuat penampilannya jadi keibuan .

” Eeemmm . . .sudah lama ga jumpa ya . . .gimana kabarnya sekarang ? ” sapa Rahman yang merasa senang kembali bertemu dengan wanita itu , ia sangat penasaran dengan kabarnya selama tujuh tahun ini yang tidak pernah kedengaran lagi , ” ayo duduk dulu ! “

Ayux duduk di depan Rahman dan keduanya saling berpandangan dengan gembira .

” Kelihatannya banyak yang sudah berubah ” kata Ayux melihat penampilan pria yang dulu menjadi sopir langganannya itu yang juga pernah menghabiskan semalam penuh gairah bersamanya .

” Ya . . .banyak , sangat banyak , kehidupan ini memang dramatis ” jawab Rahman ” kamu di mana saja selama ini ? Pulang kampung ? “

” Bukan . . .jauh . . .jauh sekali , benar kata Abang kehidupan itu dramatis , selain itu juga penuh misteri “

Ayux kini telah menikah dengan seorang bule Inggris . Setahun setelah perpisahan mereka di bandara , ia berhenti menjadi wanita simpanan si direktur yang mulai berpindah ke lain hati . Di tengah kesepiannya , ia berkenalan dengan ekspatriat asal Inggris , hubungan mereka makin serius . Pria itu ternyata tulus mencintai Ayux tanpa memandang masa lalunya yang kelam , ia sendiri seorang duda tanpa anak . Hubungan mereka pun berlanjut ke pernikahan dan pria itu memboyong Ayux ke negaranya . Demikian pula Rahman yang kini telah sukses , ia sudah menikah empat tahun yang lalu dan memiliki seorang putri berusia tiga tahun . Mereka berbagi cerita sambil tertawa-tawa , sesekali Ayux memperingatkan anaknya yang asyik dengan mainannya agar tidak jauh-jauh darinya .

” Akhirnya , hari ini saya benar-benar lega ” kata Rahman ,

” rasa penasaran selama ini selesai sudah dan kamu menemukan kebahagiaan kamu , seperti yang dulu kita obrolin di taksi , ingat ? “

” Ya . . .doa saya agar Abang mendapat jodoh yang baik pun sudah terjawab . Tuhan memang kadang terlalu baik pada umatnya Bang , saya tidak pernah bermimpi wanita seperti saya akhirnya bisa menjadi ibu dan istri seperti sekarang ini , bagi wanita seperti saya , ini lebih dari yang saya harapkan ” mata Ayux nampak berkaca-kaca , nampaknya ia antara sedih dan gembira membandingkan dirinya dulu dan sekarang .

Lihat Juga :  CERITA NGENTOT HOT KAKAK SEPUPU CANTIK

” Satu misteri kehidupan yang saya akhirnya singkap hari ini , kadang memang ada dua orang saling mencintai tapi tidak ditakdirkan untuk bersatu , seperti ada jurang yang dalam yang memisahkan mereka , namun pada akhirnya mereka akan menemukan kebahagiaannya di jalannya masing-masing dan bersama pasangannya yang lain yang berada di satu tebing dengan mereka ” Rahman berfilsafat .

” . . . . .dan kebahagiaan mereka pun bertambah ketika melihat cinta lamanya di seberang jurang itu akhirnya berbahagia walau bersama orang lain ” Ayux menyambung lalu mereka hening , saling tatap selama kira-kira sepuluh detik sementara Michael asyik membuka tutup pintu mobil-mobilannya .

” Ahahha . . .abang ambil kuliah filsafat ya setelah saya pergi ? ” Ayux tiba-tiba tertawa renyah sambil menangkap mobil-mobilan yang diluncurkan anaknya padanya di meja .

” Hehe . . .sopir taksi kaya saya umur waktu itu udah kepala tiga mana sempat kuliah lagi , filsafat itu kadang keluar dari pengalaman hidup kita kok Lin , kan para filsuf sama nabi juga mendapatkannya dari pengalaman hidup dan lingkungan mereka dulu , cuma mereka lebih pandai merenungkan dan mengutarakan pada orang banyak “

” Tuh . . .kan berfilsafat lagi . . .hihihi . . . . ! ” mereka saling tertawa lepas , lega setelah beban di hati masing-masing akhirnya terangkat .

Tiba-tiba BB Ayux berbunyi dan ia permisi untuk mengangkatnya .

” Ok baby . . .we’ll meet you soon ! ” kata Ayux lalu menuntup pembicaraan

” Papanya . . .udah nunggu di depan ngejemput ! ” kata Ayux , ” Oke Bang . . .kita sudah harus berpisah lagi , tapi kali ini perpisahan yang melegakan , ya kan ? ” wanita itu lalu bangkit dan berpamitan pada Rahman , ” Michael , say goodbye to uncle ! ” katanya pada buah hatinya .

” Eeeii . . .Ma . . .udah selesai salonnya ? ” Rahman tiba-tiba melambai ke arah belakang Ayux pada seorang wanita lain yang menghampiri mereka , ” ini istri saya , Anita ! ” ia memperkenalkan wanita itu pada Ayux , ” Ini Ayux . . .langganan taksi dulu waktu narik hehehe . . . . “

” Ya udahlah , rapiin rambut aja ngapain pake lama ? ” jawab wanita itu lalu beralih menyapa Ayux dan anaknya , ” Hai . . . . “

Anita dengan senyum ramah menjabat tangan Ayux dan juga membelai anak itu , gemas akan wajah indo-nya yang imut-imut . Secara fisik memang Anita kalah dibanding Ayux , kulitnya tidak terlalu putih dan agak gemuk , apalagi kini sedang hamil empat bulan . Namun , wanita inilah yang banyak membantu Rahman mencapai sukses , ia adalah pedagang kecil di pasar yang adalah tetangga di dekat kontrakan Rahman . Seorang wanita yang rajin dan ulet , sudah terbiasa kerja keras membantu perekonomian keluarga dengan berjualan kue di rumahnya dan secara online , belakangan ia mulai membuat kuenya sendiri . Anita dan keluarganya juga cocok dengan Rahman yang jujur dan pekerja keras , hubungan mereka semakin dalam terutama setelah Rahman berpisah dari Ayux dulu hingga akhirnya mereka menikah dan mempunyai anak . Dari seluruh keuntungan usaha jualan kue keringnya lah Anita membantu Rahman mendirikan usahanya sendiri hingga akhirnya sukses setelah melalui jalan yang cukup terjal dan berliku . Mereka pun akhirnya berpisah setelah ngobrol basa-basi sebentar .

” Ayo Pa , kalau telat , nanti kasian Lina nunggu sendirian di sekolah , udah mau jamnya nih ! ” kata Anita mengajak suaminya untuk segera meninggalkan mall itu .

” Oke Ma , yukk ! ! ” Rahman menggandeng tangan istrinya dan mempercepat langkah .

” Omong-omong Papa punya langganan cantik juga ya . . .pantes Papa betah lama-lama jadi sopir taksi dulu hehehe ” canda Anita sambil tetap berjalan .

Rahman hanya tertawa nyengir , hatinya tenang kini , ia dan Ayux telah menemukan kebahagiaannya masing-masing . Segala sesuatu memang ada waktunya masing-masing , manusia hanya perlu berusaha sebaik-baiknya , kelak karma dan darma akan datang pada saatnya kelak.

Tamat

Cerita Sex Cinta Bersemi Di Kos Baru

$
0
0

Cerita Sex Cinta Bersemi Di Kos Baru – Banyak orang bilang masa SMA adalah masa yang paling indah dalam kehidupan usia muda. Semua pengalaman baru dan keisengan seringkali muncul di waktu SMA. Mungkin saja yang menjadikan masa SMA menjadi begitu berkesan untuk dikenang adalah kebersamaan serta pengalaman baru dalam proses pendewasaan yang membawa kita kepada pribadi saat ini. Mulai dari menyontek, membolos, hingga hal hal lain yang dilakukan secara bersama, dimana hal hal tersebut belum tentu bisa didapatkan di masa masa berikutnya.

“KRINGGG… KRINGGG…. KRINGGGG….!!!!!!!!”

Bel sekolah berbunyi dengan lantangnya, waktu menunjukkan pukul 13.45 WIB pertanda kegiatan sekolah sudah berakhir. Semua siswa berhamburan keluar dari dalam kelasnya, suasana di salah satu SMA di Bekasi itu sangat ramai, banyak siswa memadati parkiran motor mereka hendak pulang kerumah, ada juga yang masih duduk duduk didepan kelas memanfaatkan waktu untuk saling mengobrol dengan teman. Namun lain halnya dengan para siswa Kelas XII (dulu kelas III SMA), mereka harus mengikuti jam tambahan dari sekolah terlebih dahulu sebagai bentuk persiapan menghadapi Ujian Nasional. Disela sela 15 menit waktu istirahat sebelum jam jam tambahan dimulai, Cecil memanggil Neta yang sedang berjalan ke Koperasi untuk mengambil fotokopian materi pelajaran.

“Netaaaa… Siniiiii….!!!” Teriak Cecil pada Neta, dan seketika itu Neta berbalik dan berjalan menghampiri sahabatnya.

“Kenapa Cil, teriak teriak gitu manggil gue…?? Eh bentar… ini kenapa lo malah nenteng tas gini?? Hari ini kan ada jam tambahan..??” Tanya Neta dengan heran, melihat Cecil yang sedang membawa tas slempang branded miliknya.

“Eh, iya Net… gue mau bolos dulu jam tambahan…” jawab Cecil dengan singkat.

“Hah?? Kenapa emang?? Bukannya tadi dikelas ga ada tanda2 lo mau bolos jam tambahan??”

“Iyaaa beb, barusan si Miko sms gue kalo dia pulang kerumah katanya sih kangen sama gue, jadi dia bela belain balik dari Bandung buat ketemu sama gue…” Cecil mecoba menjelaskan pada Neta.

“Buseeet dah…. kenapa ga ntar malem apa besok aja sih ketemunya?? Trus nanti gue pulangnya nebeng siapa dong? Huuuufff..” Neta menggerutu, karena biasanya ia pulang selalu nebeng motor bareng sahabatnya itu.

“Nah itu beb yang gue mau omongin sama lo… sorry banget ya, soalnya Miko malem ini juga harus balik lagi ke Bandung, jadi gue cuma bisa ketemu sama dia siang ini juga. Emmm, lo pulangnya minta dijemput bokap lo aja deh… gimana??”

“Huuufff… gini nih orang kalo udah ama cowoknya trus lupa deh sama temennya… hmmm. Ya udah deh tar gue telpon bokap gue..” jawab Neta dengan cemberut.

“Hehehe… jangan gitu dong beb, makanya lo tu cari cowok lagi, ga capek apa ngejomblo dari semester kemarin… “ Ledek Cecil, sembari memeluk sahabatnya yang sedang cemberut itu.Seketika itu Cecil pergi meninggalkan sekolahnya dengan diam diam supaya tidak ketahuan guru kalau dia membolos jam tambahan.

Waktu menunjukan pukul 15.00 WIB, pertanda jam tambahan hari Selasa sudah selesai. Dengan pandangan mata yang kurang fresh dan tampak kelelahan, para siswa keluar dari dalam kelasnya menuju parkiran motor untuk segera pulang dan berisitirahat dirumah. Namun Neta tampak sedang sibuk menelpon didepan kelasnya, ia menelpon ayahnya yang sedang dikantor. Berkali kali ia menelpon namun tidak diangkat, hingga akhirnya ia mengirim pesan singkat kepada ayahnya untuk minta dijemput disekolah. Beberapa saat kemudian ayah membalas pesan singkatnya.

“Mf sayang,,papa lagi meeting sama klien,,jd br bs jemputnya jam 5 nti,,gmn gpp?”

Dengan perasaan yang tidak karuan, akhirnya Neta terpaksa harus menunggu ayahnya sampai jam 5 sore, memang hanya itu satu satunya jalan agar bisa pulang kerumah. Tak henti hentinya Neta menggerutu dalam hati.

Ditengah kegalauan hatinya, tiba tiba ada seorang cowok tinggi yang sedang berjalan menenteng tas ransel menuju ke arah parkiran motor. Parkiran motor sekolah mereka letaknya tepat disamping kelas Cecil dan Neta. Cowok itu mendadak menghentikan langkahnya didepan Neta yang sedang duduk menunduk memainkan HP. Neta terlihat sangat gelisah dan berkali kali menggerutu dan hal tersebut membuat cowok itu sejenak berhenti didepan Neta.

“Hei Net….” Sapa cowok itu pada Neta yang sedang memainkan HP nya. Seketika Neta mengangkat mukanya dan menatap cowok itu.

“Eeee Toni yaaa..? Ada apa Ton?” Tanya Neta pada Toni.

Penampilan Toni yang tinggi gagah dan lumayan tampan membuat Neta diam diam mengaguminya. Toni adalah tipikal cowok idaman Neta. Sebenarnya mereka berdua adalah teman satu kelas pada waktu kelas X namun Neta sama sekali belum menaruh kekagumannya pada Toni. Barulah waktu kelas XI Toni masuk sebagai anggota Paskibra, fisiknya menjadi lebih atletis dan nampak macho, itulah yang menjadikan Toni sebagai cowok idaman Neta.

“Kok lo duduk duduk sendirian disini? Engga pulang?” Tanya Toni.

“Umm… ini Ton, gue lagi nungguin papaku… tapi masih nanti jam 5 sore, gila ya gue harus matung 2 jam gini disekolahan…huuuufff..” Neta kembali memasang wajah cemberutnya.

“Lah… lama amat Net nungguinnya , eh btw kok ga minta Cecil nemenin? Biasanya Cecil kan kemana mana sama elo Net?”

“Asal lo tau ya Ton, ini tu gara gara si Cecil… dia tadi cabut jam tambahan buat nemuin Miko, cowoknya yang abis pulang dari Bandung, eee gue deh jadi korban.. biasanya kan gue pulangnya nebeng ama dia…” Neta nyerocos menumpahkan kekesalannya.

Dalam hati Toni sedikit berpikir, “Oooo jadi Cecil cowoknya anak kuliahan… wah ini pasti lagi mesra mesraan nih, pasti mereka lagi ML…” Batin Toni dalam hati, pikiran pikiran mesumnya muncul saat itu juga begitu mendengar Cecil sedang menemui pacarnya, hal ini memang dikarenakan Toni sendiri juga sudah tahu tentang kelakuan Cecil dan ia sendiripun pernah mengalaminya.

“Woiiii… ini patung siapa yang naruh sih ngalang alangin jalan aja!!” Sentak Neta pada Toni yang heran karena Toni malah bengong saat ia ajak bicara.

“Eeeee… sorry Net, sorry… heehee” Jawab Toni terbata bata.

“Mikirin apa sih Ton? Kok malah bengong aja..? diajakin ngobrol juga…hmmm” Tanya Neta dengan nada penasaran. Toni pun memutar otak dan akhirnya ia menjawab kecurigaan Neta.

“Oh, gini Net rumah gue kan jauh dari sekolah, hampir sejam sendiri gue dijalan… makanya sama nyokap gue disuruh nge kos, sekalian biar fokus buat Ujian Nasional…” Jawab Toni dengan yakin. Kemudian Neta langsung menyambar.

“Jadi lo sekarang ngekos Ton?”

“Iya baru hari ini gue tempatin, kemarin gue udah naruh barang gitu deh, tapi belum gue tata masih brantakan, makanya gue mikir gimana coba cara ngerapiinnya…” Jawab Toni dengan mimik muka berpikir, menyembunyikan pikiran mesumnya.

“Wah asik ya ngekos, deket dari sekolah… bebas lagi, coba aja gue dibolehin ngekos ama nyokap…”

“Hahaha…” Toni tertawa, ia senang Neta tak mencurigai pikiran mesumnya.

“Eh, Ton lo kan lagi beres beres kosan lo tuh? nah gue lagi nganggur disini… gimana kalo gue bantu bantu lo aja itung itung nunggu jemputan…??” Sahut Neta yang sepertinya sudah menemukan ide untuk mengusir kegalauan dalam dirinya itu.

“Heh? Emang gapapa Net? Gue sih sebenernya seneng2 aja tapi tar malah jd ngrepotin elo lagi…”

“Gapapa Ton, gue malah seneng kali gajadi matung sendirian disini… gimana? mau ya mau ya??” Neta justru meminta diajak ke kosan Toni untuk menata kamar kosnya.

Dan akhirnya Toni pun setuju, mereka kemudian segera bergegas menuju ke parkiran motor dan Neta pun membonceng motor Toni menuju kosannya. Kosan Toni letaknya ada di belakang sekolah, jaraknya hanya lima menit dengan sekolah mereka. Memang menjelang Ujian Nasional banyak anak anak kelas XII yang memutuskan untuk ngekos dengan alasan rumah jauh, biar bisa fokus ujian, dan lain lain. Namun malah sebenarnya yang terjadi adalah mereka jadi banyak bermain, membolos dan bersenang senang karena merasa bebas dari pengawasan orang tua.

Sesampainya di kosan, Toni memarkirkan motornya dan setelah itu mereka berdua disambut oleh Ibu Kos, seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya umur Ibu Kos sekitar 37 Tahun. Ia sudah 7 tahun ditinggal mati suaminya karena kecelakaan, oleh mertuanya Ibu Kos dianggap sebagai penyebab suaminya kecelakaan, maka dari itu anak semata wayangnya kini diambil alih pengasuhan oleh Neneknya yang merupakan mertua dari Ibu Kos. Untuk mengusir kesepian hari harinya Ibu Kos menjadikan rumahnya sebagai Kos-Kosan dimana sekarang dihuni oleh Toni dan 3 orang disbreak (gadis pabrik) disekitar tempat itu.

Toni merupakan yang termuda dan cowok sendiri diantara para penghuni kos. Selain dengan menjadikan rumahnya sebagai Kosan, Ibu Kos juga aktif kegiatan senam dan gym hal itu ia lakukan sebagai bentuk refreshing dan penghilang stres. Maka tak heran bentuk tubuh Ibu Kos diusianya yang tergolong setengah tua itu masih saja kencang dan berisi. Buah dadanya yang membusung itu sebagai tanda kekencangan dan kekenyalan payudara Ibu Kos. Parasnya yang cantik dan kulitnya yang putih langsat khas Sundanese membuatnya nampak terlihat muda. Apalagi pada waktu itu Ibu Kos hanya mengenakan tanktop hitam dan hot pant sehingga semakin membuatnya jauh dari kata tua.

“Ehhh… dek Toni sudah pulang yaaa… sama siapa ini, eleuh… cantik pisan….” Tanya Ibu Kos pada Toni dan Neta yang baru saja datang. Neta pun sedikit tersipu malu mendengar perkataan Ibu Kos tadi.

“Iya bu, eh ini sama temen aku, dia mau bantuin beres beres kamar sekalian mau ngerjain tugas… boleh kan bu?” Jawab Toni menjelaskan kedatangan Neta di kosannya.

“Oh ya boleeh dong, kan jadi ada yang ngebantuin kamu dek… ngomong ngomong namanya siapa atuh?” Ibu Kos bertanya dengan senyum yang manis.

“Oh iyaaa bu, ini namanya Neta… Neta, ini Ibu Kos aku beliau namanya Bu Ayu..” Toni mencoba saling memperkenalkan mereka berdua dengan sopan.

“Iyaa bu, saya Neta temannya Toni..” Neta kemudian menyalami Ibu Kos dengan senyum yang tak kalah manisnya.

“Halooo… eh btw, kalian ini temenan apa pacaran? Hayooo…” Ibu Kos tersenyum memandangi mereka berdua.

“Ahhhh… Ibu ini apa sih… malah ngeledikin, kita tu temenan ya bu…”

“Temenan apa temenan… hohoho??”

“Ah Ibu ini… udah ah bu, kami masuk dulu ya…” Jawab Toni sekenanya menanggapi Ibu Kos tadi.

Ibu Kos pun langsung berkelakar melihat mereka berdua salah tingkah. Kemudian mereka berdua langsung bergegas menuju kamar Toni yang letaknya dibelakang, bersebelahan dengan 3 buah kamar para disbreak itu. Toni mempersilahkan Neta masuk kedalam kamarnya, sembari meminta maaf karena keadaan kamarnya yang sangat berantakan. Terlihat hanya kasur saja yang tertata rapi ditempatnya, buku buku, pakaian, dan tumpukan kardus masih berserakan dilantai. Neta kemudian masuk dan terkejut melihat keadaan kamar Toni.

“Ya ampuuuun, perasaan kamarmu jauh dari laut deh Ton, kenapa kok kayak habis disapu ombak gini….” Neta terheran heran melihat keadaan kamar Toni yang masih belum tertata dan seperti kapal pecah itu.

“Yeee, namanya juga baru pindahan Net… makanya hari ini misi kita tu menata kapal yang hancur ini biar bisa berlabuh kembali, hohoho…” dengan suara sok berat, Toni menirukan gaya bicara seorang bajak laut dengan menaruh kedua tangannya dipinggang.

Neta pun tertawa, ia langsung menuju ke tumpukan kardus dilantai, ia memeriksanya dan menemukan puluhan buku diktat pelajaran dan LKS kelas XII milik Toni. lalu menatanya di meja belajar dan merapikan seluruh alat tulis yang tadinya berserakan dilantai. Disisi lain, Toni meminta izin ke Neta untuk ganti baju kekamar mandi. Didalam kamar suhunya cukup panas, aktivitas Neta membereskan buku buku Toni membuatnya kegerahan, karena Neta tidak membawa baju ganti jadi ia hanya melepas baju seragam Osisnya dan kini ia hanya memakai dalaman berupa takntop tipis warna putih, nampak dua utas tali BH yang menempel dipunggungnya. Rambut panjangnya yang lurus ia ikat keatas, keringatnya yang menetes membuatnya tampak begitu seksi. Neta sangat detail sekali dalam membereskan kamar Toni, ia mengambil sapu dan menyapu lantainya.

Setelah beberapa saat Toni masuk kedalam kamar dan menyaksikan penampilan Neta yang sedang menyapu lantai. Ia sejenak berpikir, tanpa ia sadari sebelumnya ternyata Neta sangat manis, kulitnya putih bersih buah dadanya tidak terlalu besar namun tampak kencang dan proporsional, apalagi dengan penampilan minimalis seperti itu membuatnya terlihat lebih seksi.

“Wuihh… kok udah beres gini Net? Jadi ga enak gue sama elo… hehehe” Kata Toni pada Neta yang sedang menyapu kolong lemari pakaian. Seketika Neta membalikan badannya kearah Toni yang baru masuk kamar.

“Ehhh… belum seberapa kok Ton, baru meja belajar lo aja yang gue rapiin, itu pakaian sama lain lain dikardus satunya belum diapa apain…” Kata Neta sambil menunjuk kearah pakaian Toni yang berada diatas ranjang kasur dan sebuah kardus berisi jam dinding, senter, dan berbagai barang lain yang Toni bawa dari rumah.

“Ohhh kalo ini mah gue aja yang beresin Net… lo tinggal nyapu aja ya, terus tar lo santai deh… oke?” Neta mengangguk ngangguk saja mendengar perkataan Toni.

Toni langsung menuju keranjang tempat tidurnya, ia mulai melipat lipat pakaiannya sambil duduk. Ditengah tengah melipat pakaian, poosisi Neta tepat membelakangi Toni, ia terlihat sedang membersihkan kotoran yang susah disapu dikolong lemari pakaian. Neta menyapu dengan posisi berdiri menungging, kepalanya ia arahkan kebawah melihat setiap jengkal kotoran dikolong lemari. Karena kotoran yang susah untuk dibersihkan, membuat Neta sedikit kesal dan ia mencoba meraih raih kotoran itu dengan sapunya, sehingga tak ia sadari membuat bokongnya jadi bergoyang goyang kekanan dan kekiri. Hal tersebut seketika membuat mata Toni terbelalak, ia berhenti melipat baju dan tak mau menyia-nyiakan momen indah ini. Bokong Neta terus bergoyang ke kanan dan ke kiri, bokong sekel itu terbungkus oleh rok abu abu panjang dan samar samar terlihat jiplakan celana dalam Neta dari luar. Toni terus menelan ludah, tak ia sangka sekarang dirinya menjadi begitu konak. Penis didalam celana pendeknya menjadi mengeras melihat Neta yang seperti menari erotis itu.

Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, kondisi kamar Toni sudah beres dan rapi. Meja belajar sudah tertata, pakaian sudah masuk lemari, jam dinding dan peralatan lain sudah berada ditempatnya begitu juga dengan lantai kamar sudah bersih disapu Neta. Mereka berdua tampak sedikit kelelahan namun senang karena kamar Toni sudah tertata rapi. Karena aktivitas yang cukup melelahkan, merekapun menjadi begitu kehausan, maka Toni memutuskan untuk keluar sebentar membeli minum dan camilan disalah satu minimarket dekat Kos.

“Net… gue beliin minum dulu ya, lo tunggu bentar disini…” Kata Toni pada Neta yang sedang duduk dikursi meja belajar dan asyik memainkan Blackberry nya itu.

“Oke Toniii… eh, ini aku boleh mainin laptopmu ga? Iseng2 aja sih…” Pinta Neta sembari menunjuk laptop yang ada di meja belajar Toni.

“Oh boleh dong… santai aja Net bebas kok…” Jawab Toni yang kemudian langsung ngeloyor menuju minimarket.

Neta menghidupkan laptop Toni, ia memeriksa apakah ada game bagus yang dibisa dimainkan. Namun sejenak Neta terlihat penasaran dengan salah satu folder yang ada didesktop, folder itu berjudul “Video Motivasi”. Ia kemudian membuka folder tersebut, dan tak ia sangka sangka folder itu ternyata berisi ratusan Video Porno dengan judul yang beragam. Sontak Neta terkejut dengan penemuannya itu, ia sempat mencoba menghalau pikirannya untuk menonton video itu, namun apa daya rasa penasaran tingkat tingginya membuat ia menutup pintu kamar dan langsung me-double klik salah satu file video berjudul “Japan Amateur Get Cum on Her Pussy”.

Tampak seorang wanita jepang sedang berduaan dengan seorang laki laki didalam kamar. Mereka berbincang bincang dan kemudian lanjut berciuman satu sama lain, tangan laki laki tersebut bergerilya didaerah dada wanita itu dan ia meremas remasnya dari luar baju. Tampak wanita itu mendesah desah keenakan, tak lama baju wanita itu disingkapkan ketas dan ternyata ia tak memakai BH, payudaranya yang besar mencuat dari dalam baju diikiuti oleh puting mancung yang mengeras. Laki laki tersebut langsung meremas remas dan menghisapi toket tersebut, hal ini membuat libido Neta naik drastis, ia terus menelan ludah melihat adegan porno terebut.

Tak lama kemudian Neta meremas remas gundukan payudaranya dari luar tanktop. Ia remas dari kanan kekiri seirama dengan permainan dalam video porno yang ia tonton. Kemudian ia mencoba menggerayangi payudaranya sendiri dari dalam tanktop, ia menyelipkan jarinya kedalam BH dan memilin milin putingnya yang sedari tadi mengeras . Adegan dalam video porno semakin panas, laki laki itu menjilati vagina si wanita, dan menggigiti klitorisnya sehingga membuat wanita itu tampak menikmati. Neta tak mau kalah, ia langsung menggerakkan tangannya masuk kedalam rok, setelah ia singkap rok panjang tersebut kini jari jari Neta sudah leluasa menggosok gosok memeknya dari luar celana dalam, dan terasa celana dalamnya sudah cukup basah. 5 menit berlalu, nafas Neta semakin tersengal sengal birahinya pun semakin meninggi.

Tengah keenakan menggosok memeknya, tanpa Neta sadari Toni sudah berada dibelakangnya. Toni sudah datang, Toni terdiam melihat aksi temannya itu, libidonya yang sempat turun ketika keluar membeli minuman tadi kini menjadi naik 3 kali lipat. Karena letak meja belajar tersebut berada di samping ranjang, Toni langsung menuju ranjangnya tanpa maksud mengagetkan Neta. Ternyata Neta sedari tadi lupa mengunci pintu, pintu tersebut hanya mengenap sedikit sehingga ketika Toni masuk sama sekali tidak terdengar suara pintu terbuka.

Melihat Toni duduk diranjang sebelahnya itu Neta sontak terkejut bukan kepalang, ia lalu menghentikan aktivitasnya dan segera membenahi roknya yang tersingkap keatas tadi. Mukanya memerah ia tak tahu harus berkata apalagi pada Toni yang duduk disebelahnya menatapi wajahnya itu. Dalam keheningan yang sesaat, Toni mulai membuka percakapan diantara mereka berdua.

“Ini Net, gue beliin Cola dingin… diminum yuk… ” Toni terlihat tenang.

Ia membukakan tutup botol Coca Cola dan memberikannya pada Neta. Sembari tertunduk Neta menerima botol yang diberikan Toni, ia merasa malu semalu malunya pada Toni dan ia hanya bisa terdiam menunduk tanpa berani menatap wajah Toni. Neta selama ini dikenal sebagai cewek baik baik, ia memang pernah sesekali digrepe seorang laki laki namun itu juga hanya oleh mantan pacarnya waktu kelas XI lalu, dan itupun Neta tidak mau keterusan sehingga ia memutuskan untuk putus dengan pacarnya tersebut.

Neta meminum botol cola dingin itu perlahan. Melihat Neta sedang menenggak minumannya, Toni justru berjalan menuju kepintu kamar dan menguncinya dari dalam, dan kembali lagi duduk diranjang.

“Sudah Neta… ga usah malu sama aku, tenang aja, sini duduk samping aku…” Kata Toni pada Neta sembari menepuk nepukan tangannya kekasur. Kemudian Neta dengan masih tertunduk mengiyai permintaan Toni tadi.

“Maaf ya Ton, gue udah lancang dikamar lo.. tadi gue ga senga….” Tanpa menyelesaikan ucapannya, mulut Neta sudah di stop oleh jari telunjuk Toni agar berhenti bicara.

“Sssst… Neta… kamu itu kalo dilihat dari dekat gini cantik yaaa… begitu beruntungnya cowok yang bisa macarin kamu…” Kata Toni dengan nada berwibawa dan senyum yang mengembang.

Entah penjelasan apa yang dapat mewakili, tiba tiba saja Neta merasa dibuat melayang oleh ucapan Toni. Memang Neta selama ini mengagumi Toni, dan seketika itupun ia merasa perasaannya kepada Toni seolah telah berubah menjadi lebih besar.

Toni menarik telunjuknya yang menempel di bibir Neta, ia kemudian membelai rambut Neta dengan lembut, Neta yang tertunduk kini berganti menatap wajah Toni, matanya berkaca kaca ia terharu melihat sikap lembut Toni kepadanya.

Toni lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Neta, ia ciumi pipinya yang merona, kemudian sekejap Neta menorehkan wajahnya kearah Toni yang tengah mengecup pipinya. Sehingga bibir mereka berdua saling berhadapan dan menempel. Toni mengecup dengan perlahan bibir Neta, hal ini lah yang membuat Neta melayang dan semakin menaruh perasaannya kepada Toni. Neta pun membalas kecupan bibir Toni, kini bibir mereka saling terbuka dan lidah mereka akhirnya bertemu dan saling melumat satu sama lain.

Nafas Neta semakin berat, tak bisa dipungkiri video porno yang ia tonton tadi masih meninggalkan bekas birahi tinggi pada dirinya. Setelah beberapa saat mereka saling berkulum bibir, kini tangan Toni tak bisa dikendalikan, ia mencoba merabai payudara Neta dari luar tanktop tipisnya. Kini Neta tampak menikmati, tidak ada perlawanan yang ia berikan ia biarkan saja payudara yang selama ini ia lindungi itu digerayangi dengan liarnya oleh Toni.

Toni menyingkapkan tali tanktop Neta kesamping pundaknya dan kemudian menurunkan takntop itu kebawah, sehingga nampak gundukan buah dada Neta yang terbungkus oleh bra putih polos tak bermotif. Toni pun melepas kaos jersey “Liverpool” kebanggaannya dan kini ia sudah bertelanjang dada memamerkan tubuh atletisnya pada Neta.

Sembari menciumi bibir Neta, Toni berusaha melepaskan pengait bra yang menutupi gundukan payudara itu. Bra sudah terlepas, tampak payudara berwarna putih berukuran sedang dengan puting berwarna cokelat muda yang sudah memancung keras dihadapan Toni.

Sejenak Toni memandangi keindahan toket Neta, namun Neta malah menyandarkan kepalanya didada Toni, mungkin karena malu Neta lalu memeluk Toni dan menyembunyikan wajahnya didekapan Toni. Toni hanya tersenyum melihat tingkah Neta, ia lalu membangunkan Neta yang bersandar didekapannya dan menatapi wajahnya. Seketika itu Toni langsung berkata.

“Neta… umm… kamu mau ga jadi pacar aku? aku sayang deh sama kamu…” Kata Toni dengan lirih dan sedikit tersendat. Dengan kedua tangan yang menyilang menutupi buah dadanya, Neta berkata.

“Eeeh? Apa? Nembak nih?” Neta terkejut menjawab pertanyaan, dalam batinnya mengapa semendadak ini. Tapi biarlah, tak ada salahnya juga dan bukankah ini justru menjadi momen yang bagus. Ia berbicara dalam hatinya.

“Hmmm… iya! jadi gimana neng cantik?” Kata Toni yang kemudian mencubit pipi kanan Neta yang menggemaskan itu.

“Eh, malah cubit cubit… genit ah….” Kata Neta dengan nada manja pada Toni yang menurut Toni malah semakin membuatnya tampak manis.

“Oooh… jadi… ga mau nih ceritanya?” Tukas Toni.

“Yeee, siapa bilang ga mau..??” Sahut Neta dengan tersenyum tersipu sipu malu.

Toni pun tersenyum bahagia, dengan cepat ia dekati Neta yang berada dihadapannya lalu ia dorong tubuhnya ke kasur, Neta pun terkejut dan kini ia terbaring diranjang. Toni menindih tubuh Neta yang ada dibawahnya, tangan Neta pun dalam posisi terlentang tak menghalangi kedua payudaranya.

Toni langsung menciumi Neta, ia menciumi setiap sudut yang dilewati bibir dan lidahnya, dan kini lidah Toni sudah sampai di telinga Neta, telinga itupun ia jilati dengan lembut, sehingga membuat Neta menjadi semakin tersengal sengal karena libidonya yang naik secara drastis. Kemudian setelah telinga, Toni menciumi dada Neta, disitu ia kembali memainkan lidahnya dengan pelan hingga sampailah lidah itu ke payudara Neta yang mangkel.

Neta hanya bisa memejamkan matanya erat erat ketika lidah Toni menyapu puting yang mengeras itu, tangan Neta menarik selimut dan mencengkeramnya kuat kuat, jari jemari kakinya mulai menekuk kaku pertanda ia merasakan hasrat bercinta yang muncul dari dalam tubuhnya.

Setelah puas bermain dengan puting, Toni mencoba melucuti rok panjang abu abu milik Neta, kini ia pasrah sepasrahnya pada Toni, ia mulai berpikir kalau Toni adalah orang yang tepat. Setelah ikat pinggang dilepas dan resleting belakang rok terbuka, Toni menarik turun rok tersebut dan tampaklah gundukan vagina yang sudah basah kuyup terlapis celana dalam putih polos itu. Tak lupa ia juga mencopot tanktop Neta yang masih melekat ditubuhnya.

Kemudian tanpa lama lama Toni langsung melorotkan celana dalam itu kebawah dan terpampanglah secara nyata sebuah vagina dengan bulu kemaluan yang jarang dan tipis. Namun yang terjadi Neta justru langsung reflek menutupi vaginanya dengan kedua telapak tangannya dan lantas ia menggeleng gelengkan kepala pertanda ia masih enggan daerah sensitifnya dijamah oleh orang lain.

Toni sedikit terkejut, namun ia tak kehabisan akal begitu saja. Ia bergerak maju kembali menindih tubuh Neta yang sudah benar benar bugil. Dengan pelan ia membisikkan sesuatu ke telinga Neta.

“Sayaaang, gapapa yaa?” Bisik Toni ketelinga Neta dengan pelan.

“Aku takut yang, aku belum pernah…” Neta menggelengkan kepala menjawab bisikan Toni dengan nada sedikit ketakutan karena memang Neta sama sekali belum pernah merasakan vaginanya dijamah oleh orang lain sebelumnya.

Tanpa memberi tanggapan pada ucapan Neta tadi, Toni langsung mengecup bibir Neta dan ia berlanjut mengecup puting Neta yang sedari tadi mengeras. Dasar Toni, ia tak kehabisan akal dalam membuat Neta bertekuk lutu padanya. Ia terus jilati puting Neta dan memberi remasan remasan kecil ke payudaranya. Akan tetapi satu hal yang membuat Neta tidak dapat berbuat apa apa lagi, Toni menciumi dari perut ke pinggang Neta, dimana di area itu Neta menjadi sangat kelonjotan karena sebenarnya pinggang adalah titik paling sensitif yang dimiliki Neta.
Saat Toni menjilati pinggang Neta, kaki Neta tak bisa diam ia terus menendang nendang sprei kasur semakin lama semakin tak beraturan, hingga pada akhirnya Neta membuka kedua telapak tangannya yang sedari tadi menutupi selakangnya itu.

Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Toni langsung beralih sasaran ke gundukan vagina yang rapat dan berbulu jarang itu, ia elus dengan lembut, ia coba membuka bibir vaginanya dengan kedua jari, hingga jarinya menyentuh satu bagian seukuran kacang di dalam bibir vaginanya itu, seketika Neta langsung melenguh, nafasnya tak terkontrol semakin berat bak seekor kuda yang berlari di padang pacuan. Toni terus memainkan klitoris itu dengan jari jarinya.
Kemudian ia menggosok gosok memek yang basah itu dengan pelan dan akhirnya ia menemukan liang surga milik Neta, setelah beberapa saat menggosok ia amblaskan kedua jarinya kedalam liang itu. Peret sekali lubang ini, pikir Toni.

Bles, seketika Neta melenguh hebat ia tak mampu menahan gejolak yang timbul dari dalam dirinya, matanya tertutup tangannya mencengkeram erat sprei kasur dan ia mencoba menikmati setiap jengkal kobelan dalam memeknya. Rasanya nikmat, sensasi yang belum pernah Neta dapatkan sebelumnya. Badannya mulai menggeliat, seiring dengan dimasukannya dua jari Toni kedalam lubang memek itu. Kedua jarinya mondar mandir di lubang memek Neta, semakin lama semakin cepat.

Toni mulai mendekatkan wajahnya ke memek Neta, ia ciumi aroma khas vagina yang bersih terawat itu, tidak bau, hanya sudah begitu becek. Langsung saja ia jilati selakangan Neta dengan lembut, lidahnya bermain kecil di daerah sela sela paha. Lalu ia cabut kedua jarinya dari dalam lubang memek hingga akhirnya ia pun kini beralih menjilati belahan vagina becek itu dari bawah keatas berulang ulang, cairan yang keluar terasa begitu asin namun tak mengurangi intensitas libido Toni. Ia jilati klitoris Neta disertai dengan gigitan gigitan kecil, hal ini membuat Neta semakin menjadi jadi, hal itu membuat ia semakin kelonjotan menikmati permainan lidah Toni. Tangan Neta pun aktif meremas remas payudara dan putingnya sendiri yang semakin lama semakin mengeras.

Toni kemudian memasukan kembali dua jarinya kedalam lubang memek Neta dan kini ia memberi kobelan dari RPM rendah ke RPM tinggi, sembari mengkobel ia jilati klitoris mungil itu. Semakin cepat Toni mengocok memek Neta, semakin membuat Neta dekat dengan puncak orgasmenya. Hingga akhirnya setelah puluhan kali kocokan, Neta pun melenguh hebat.

“Uuuhhh… sayang… aku keluar… enaaaaak… uuuuhh…!!” Semburan cairan orgasme dari dalam memek Neta terus memancar. Toni pun menghentikan kocokannya ia berikan waktu pada Neta untuk menikmati sisa sisa orgasme perdana dengan seorang laki laki itu.

Lalu Toni beranjak mendekati wajah Neta, ia cium keningnya. Neta merasa dirinya diperlakukan dengan sangat baik sekali, betapa gentlemannya Toni pikir Neta. Ia sambut ciuman dikening itu dengan mengecup bibir Toni, hingga bibir mereka saling beradu untuk sesaat. Karena ulah Toni pada dirinya tadi, kini Neta pun berubah menjadi lebih agresif. Ia dorong kebelakang tubuh Toni hingga terlentang dikasur. Dalam hatinya Toni berpikir, bakalan seru nih.

Kini posisi mereka berbalik, Toni sekarang berada dibawah dan Neta menindihnya dari atas, Neta menciumi telinga Toni, dan Toni pun mencoba menikmati sensasi yang ia dapatkan dari pacar barunya itu. Setelah itu Neta melihat kearah dada yang bidang milik Toni, tampak dada yang lebar dan lekukan lekukan perut sixpack, sesuatu yang begitu diidamkan oleh Neta.
Neta kemudian mengusap usap puting Toni yang juga mengeras, pelan dia usap dan kini ia menjilatinya dari kiri kekanan, hal itu membuat Toni semakin bergairah. Tangan Toni membelai belai rambut Neta yang sedang menjilati putingnya itu. Neta kini berlanjut memberikan jilatannya kearah bawah, ia berhenti di pusar Toni disitu ia memainkan lidahnya sejenak, tampak Toni merasa kegelian dibuatnya.

Seperti tanpa komando apapun, Neta yang sedari tadi malu malu dan ketakutan, kini justru menarik kolor pendek milik Toni kebawah, ia mencoba melepasnya. Ia pun sedikit terkejut melihat penis tegang Toni yang tidak terbungkus celana dalam sama sekali.

Waktu bersantai dirumah, Toni memang tidak pernah mengenakan celana dalam, ia begitu karena menurutnya tanpa celana dalam penisnya akan semakin bebas bergerak, dan membuatnya semakin bertambah besar. Penis itu mengeras dan berayun keatas dan kebawah sesaat setelah dibebaskan dari sebuah penjara kolor.
Neta terdiam ia memandangi sebuah organ tubuh manusia yang baru pertama kali ia lihat secara langsung dengan kedua matanya, sungguh pengalaman pertama. Toni pun mengayun ayunkan penisnya yang tegang sebagai isyarat agar Neta menjamahinya.

“Ihhhh sayang… ternyata gini ya bentuk aslinya, lucu… hihihi…” Neta cekikikan, ia lalu perlahan menggenggam penis yang berayun ayun itu.

Ia genggam dengan lembut, kemudian ia urut perlahan. Neta mencoba mengingat ingat adegan hand job yang pernah ia tonton sebelumnya dalam video porno. Penis Toni cukup panjang,
didalam genggaman tangan Neta, penis itu masih menyisakan beberapa centi batang sebelum palkon. Palkonnya besar menggambarkan sekali tubuh Toni yang atletis. Ia kocok keatas dan kebawah dengan agak cepat, Toni pun memperingatkan Neta untuk mengocoknya pelan dan kemudian Neta pun menurutinya dan ini merupakan pertama kalinya Neta melakukan hand job.
Setelah beberapa saat dikocok, Toni pun meminta Neta untuk mengemutnya.

“Ga mau yaaang… jorok ih…” Neta menggelengkan kepala menjawab permintaan Toni untuk mengemut penisnya itu. Namun tetap seperti biasa, Toni tak mau menyerah.

“Jorok gimana sih yang?? orang aku rajin bersihin titit kok… ayolah coba dulu dijilat, kalo ga suka tar gausah diemut aja gapapa…” Jawab Toni, dengan segala bujuk rayu yang ia punya.

Netapun mengangguk, dalam pikirnya kalo saja ia tidak merasa nyaman menjilati penis Toni, ia bisa langsung berhenti tanpa harus melukai perasaannya. Wajahnya ia dekatkan ke penis Toni, dengan pelan ia mengeluarkan lidahnya lalu mencicip rasa dari palkon itu. Toni merasa sedikit kegelian, seperti ada aliran listrik yang mengelilingi daerah sensitifnya. Tidak ada yang aneh dengan rasa, begitu pula dengan aromanya. Ia jilati beberapa kali, makin lama makin merasa nyaman dan kemudian dengan tangan yang menggengam batang penis, Neta melahap palkon Toni dan menyelimutinya dengan mulut. Didalam mulutnya, Neta memainkan lidahnya mengusapi palkon itu, Toni semakin merasa tidak karuan. Setelah beberapa saat dalam posisi itu, Neta melepaskan genggamannya dari penis Toni. kini mulutnya semakin bebas memasukan kontol Toni kedalam, ia lahap penis itu hingga mentok dimulutnya, ia tarik kembali mulutnya, ia masukan lagi penisnya dan kini pun Neta langsung hisap penis Toni layaknya menghisap minuman dengan sedotan, pipinya mengempot seiring dengan sedotan mulutnya pada penis Toni.
Setelah beberapa saat Toni merasakan blow job dari pacarnya itu, kini ia meminta Neta untuk merubah posisi ke posisi 69. Neta pernah menonton adegan itu di video porno, ia juga diberi banyak pengetahuan pengetahuan sex oleh sahabatnya sendiri, yaitu Cecil.

Neta cukup penasaran untuk mencoba bagaimana rasanya posisi 69. Akhirnya ia pun menuruti perintah Toni yang sedari tadi berbaring diranjang. Ia bangkit, lalu memutar badannya sehingga kini posisi wajah Neta menghadap penis Toni, dan memeknya tepat menghadap wajah Toni yang ia tindih. Toni meremas bokong Neta, sesekali ia tampar karena gemas melihat kekenyalan bokong pacarnya itu. Sembari meremas bokong Neta, lidahnya kini aktif kembali menggeluti vagina becek itu. Ia terus menjilatinya dan menggigit gigit kecil klitoris yang bersembunyi dibalik bibir vagina itu.

Nafas Neta semakin tak karuan, ia mendesis desis merasakan libidonya kini naik kembali pasca orgasme yang dahsyat. Ia tak mau kalah dengan Toni, segera penis itu ia lumat dengan lahapnya. Ia sedot sedot dengan kuat, hingga Toni merasakan nyut nyutan yang luar biasa.

Diposisi sebaliknya, Toni menghentikan jilatnya dan kini ia berganti mengkorek kembali vagina yang merah merona itu, jari tengahnya ia masukan ia korek hingga mentok dan menarik ulur jarinya itu. Hal tersebut membuat birahi Neta semakin menguat, ia tak kuasa menahan kenikmatan yang ia rasakan pada saat itu. Korekan jari Toni kedalam liang vaginanya membuat ia tak karuan dan kinipun ia sudah dekat dengan puncak orgasmenya yang kedua.

“Uuuh.. aaah… uuuh… akuuuu keluaaar… lagi… yaaaaang…” Desah Neta yang kini merasakan cairan dalam memeknya menyembur keluar dengan deras. Tubuh Neta mengejang, ia menggelinjang dengan hebat. Ia pun lemas terkapar dalam posisi tangan menggenggam penis Toni.

Lihat Juga :  Cerita Sex Pacarku Akhirnya Mau Ngeseks Juga

Kini Toni menyuruh neta untuk turun dari atas badannya, ia baringkan tubuh Neta yang lemas itu, ia mengganjal kepalanya dengan bantal. Kini Toni bersimpuh diatas tubuh Neta dalam posisi men on top. Kedua tangannya meremas remas payudara Neta dengan lembut. Ia pun mendekatkan penisnya yang sedari tegang itu kesela sela dua buah payudara yang ia remasi.

“Jepit yang….” Perintah Toni.

Dengan anggukan kepala, Neta terima instruksi tersebut. Kini kedua tangannya menakup erat kedua payudaranya, Neta menyambut datangnya penis Toni yang hendak menelusup masuk kesela sela bongkahan buah dada kenyal itu.

Seketika itu penis tegang Toni mendarat disela sela payudara Neta, tak kalah responsif Neta pun semakin mengencangkan jepitan payudaranya memberi himpitan kuat pada penis yang terus menggesek kedua sela gunung kembar tersebut.

Toni terus memaju mundurkan pinggulnya, ia bergoyang diatas tubuh Neta sembari menggesek gesek senjata andalannya. Semakin lama jepitan Neta semakin kencang, hal ini membuat Toni kehilangan kendali pada penisnya. Sehingga penisnya pun sempat beberapa kali mencuat dari sela sela jepitan. Namun segera ia kembalikan lagi pada posisi semula. Merasa lahar spermanya sudah semakin mendekati puncak, Toni segera mencabut penisnya yang sedari tadi dijepit payudara Neta.

Masih dalam posisi berdiri diatas lutut, Toni meminta Neta untuk mengulum penisnya sekali lagi. Langsung saja, mulut mungil daun muda itu melahap dengan mantap penis sang kekasih. Ia mainkan lidahnya, ia sapu palkon Toni, bak sedang meminum dengan sedotan ia terus menedot kencang penis itu. Semakin mahir Neta beraksi dalam gaya sepongan.

Tak lama, Toni merasa sudah saatnya sperma kentalnya ia muntahkan dari dalam penis. Dan akhirnya.

“Aaaaahhhhh…. Aku keluaaaar…. yaaaang!!!” Toni berseru dengan lirih.

Matanya terpejam ia merasakan badannya menggelinjang tak beraturan, sperma kental menyembur keluar dari dalam palkon membasahi mulut Neta yang masih menahan penis itu. Tampak rona terkejut dalam wajah Neta, tak ia sangka akan menerima muntahan sperma yang begitu banyaknya didalam mulut.

“Aduuuh… maaf ya sayang… kelepasan tadi…hehehe”

“hmmmm….” Sembari menengadahkan mulut Neta sedikit menggeruti tingkah pacarnya itu.

Tak lama Toni mencabut penis itu dari mulut Neta, dan Neta pun masih tetap menengadah menahan banyaknya sperma yang berada didalam mulutnya. Sungguh luar biasa sensasi yang mereka dapatkan di kamar Kos baru Toni itu.

Segera Toni mengambil tisu basah dari dalam laci, ia membersihkan sperma yang membanjiri mulut Neta. Merekapun terbaring bersamaan terkulai di atas ranjang, sesaat mereka menghadap kelangit langit menikmati sensasi yang sangat luar biasa yang muncul karena benih benih cinta diantara mereka berdua.

Toni memeluknya dari samping, dan Neta menoleh kewajah Toni mereka berciuman untuk beberapa saat. Romantisme asmara kedua ABG itu sangat kuat terasakan.

Tak terasa waktu menunjukan pukul 17.10 WIB, dering Blackberry Neta berbunyi dengan kencang, terlihat tulisan “Incoming Call From Papa” ia bergegas bangun dari ranjang dan menjawab telpon itu, ternyata ayahnya sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Kemudian mereka berdua segera berberes diri mengenakan pakaian masing masing. Dengan Ninja 250R merah maroon Toni segera mengantarkan kekasih barunya menemui sang ayah. END

cerita mainan susu mama cerita payudara Cerita ngentot dengan pacar cerita ngentot dikos-kosan Cerita ngentot pepek istriku minta d masuki 2 kontol sekalian cerita remas susu foto remas hisap toge foto pacaran cium payudarah foto model pose bugil foto mimik susu didalam kelas foto hot pelajar remas susu pacar Foto hisap susu cewek foto hisap dan remas payudara foto susu daun muda foto toge gede tante miko/ gambar wanita saat membuka bra toge muncul Gambar seks isap susu gambar pentil sma gambar payudara di hisap lelaki gambar ngntot sedot susu anak abg gambar ngentot pentil susu kekasih gambar foto pria hisap payudara wanita gambar cewek sma isap sperma gambar abg ngentot dikos gadis sma ml sama pacar.

Tamat

Cerita Bokep Gejolak Nafsu Terpendam

$
0
0

Cerita Bokep Gejolak Nafsu Terpendam – Ceritaa SEX HOT Dewasa – Gejolak Nafsu Terpendam – Ini adalah pengalamanku yang kesekian kalinya bersetubuh dengan wanita setengah baya. Kejadiannya pada saat kenaikkan kelas, aku mendapat liburan satu bulan dari sekolah. Untuk mengisi waktu liburanku, aku mengiyakan ajakan Mas Iwan sopir Pak RT tetanggaku untuk berlibur dikampungnya. Disebuah desa di Jawa Barat. Katanya, sekalian mau nengok istrinya. Aku tertarik omongan Mas Iwan bahwa gadis-gadis di kampungnya cantik-cantik dan mulus-mulus. Cerita Sex Dewasa | Aku ingin buktikan omongannya. Dengan mobil pinjaman dari ayahku, kami berangkat ke sana. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya sekitar jam 17.00 WIB kami tiba di kampungnya. Rumah Mas Iwan berada cukup jauh dari rumah tetangganya. Rumahnya cukup bagus, untuk ukuran di kampung, bentuknya memanjang. di rumah Mas Iwan kami disambut oleh Mbak Irma, istrinya dan Tante Sari mertuanya.

Cerita Bokep – Ternyata Mbak Irma, istri Mas Iwan, seorang perempuan yang sangat cantik. Kulitnya putih bersih dan bodynya sangat sexy. Sedangkan Tante Sari tak kalah cantiknya dengan Mbak Irma. Meskipun sudah berumur empat puluhan, kecantikannya belum pudar. Bodynya tak kalah dengan gadis remaja. Oh ya, Tante Sari bukanlah ibu kandung Mbak Irma. Tante Sari kimpoi dengan Bapak Mbak Irma, setelah ibu kandung Mbak Irma meninggal. Tapi setelah lima tahun menikah, bapak Mbak Irma yang meninggal, karena sakit. Jadi sudah sepuluh tahun Tante Sari menjanda.

Sekitar jam 20.00 WIB, Mas Iwan mengajakku makan malam ditemani Mbak Irma dan Tante Sari. Sambil makan kami ngobrol diselingi gelak tawa. Walaupun kami baru kenal, tapi karena keramahan mereka kami serasa sudah lama kenal. Selesai makan malam Mas Iwan dan Mbak Irma permisi mau tidur. Mungkin mereka sudah tak sabar melepaskan hasrat yang sudah lama tak tersalurkan. Tinggal aku dan Tante Sari yang melanjutkan obrolan. Tante Sari mengajakku pindah ke ruang tamu. Pas di depan kamar Mas Iwan. Saat itu Tante Sari hanya mengenakan baju tidur transparan tanpa lengan. Hingga samar-samar aku dapat melihat lekuk-lekuk tubuhnya yang sexy. Tante Sari duduk seenaknya hingga gaunnya sedikit tersingkap.

Aku yang duduk dihadapannya dapat melihat paha mulusnya, membangkitkan nafsu birahiku. Penisku menegang dari balik celanaku. Tante Sari membiarkan saja aku memelototi paha mulusnya. Bahkan dia semakin lebar saja membuka pahanya. Semakin malam obrolan kami semakin hangat. Tante Sari menceritakan, semenjak suaminya meninggal, dia merasa sangat kesepian. Dan aku semakin bernafsu mendengar ceritanya, bahwa untuk menyalurkan hasrat birahinya, dia melakukan onani. Kata-katanya semakin memancing nafsu birahiku. Aku tak tahan, nafsu birahiku minta dituntaskan. Akupun pergi kekamar mandi. Sampai di kamar mandi, kukeluarkan penisku dari balik celanaku. Kukocok-kocok sekitar lima belas menit. Dan crot! crot! crot! Spermaku muncrat kelantai kamar mandi. Lega sekali rasanya. Setelah menuntaskan hasratku, aku balik lagi ke ruang tamu. Alangkah terkejutnya aku.

Disana di depan jendela kamar Mas Iwan yang kordennya sedikit terbuka kulihat Tante Sari sedang mengintip ke dalam kamar, Mas Iwan yang sedang bersetubuh dengan istrinya. Nafas Tante Sari naik turun, tangannya sedang meraba-raba buah dadanya. Nafsu birahiku yang tadi telah kutuntaskan kini bangkit lagi melihat pemandangan di depanku. Tanpa berpikir panjang, kudekap tubuh Tante Sari dari belakang, hingga penisku yang sudah menegang menempel hangat pada pantatnya, hanya dibatasi celanaku dan gaun tidurnya. Tanganku mendekap erat pinggang rampingnya. Dia hanya menoleh sekilas, kemudian tersenyum padaku. Merasa mendapat persetujuan, aku semakin berani. Kupindahkan tanganku dan kususupkan kebalik celana dalamnya. Kuraba-raba bibir vaginanya. “Ohh… Don… Enakk,” desahnya, ketika kumasukkan jari-jariku ke dalam lubang vaginanya yang telah basah. Setelah puas memainkan jari-jariku dilubang vaginanya, kulepaskan dekapan dari tubuhnya. Kemudian aku berjongkok di belakangnya. Kusingkapkan gaun tidurnya dan kutarik celana dalamnya hingga terlepas. Kudekatkan wajahku ke lubang vaginanya.

Kusibakkan bibir vaginanya lalu kujulurkan lidahku dan mulai menjilati lubang vaginanya dari belakang, sambil kuremas-remas pantatnya. Tante Sari membuka kedua pahanya menerima jilatan lidahku. Inilah vagina terindah yang pernah kurasakan. “Oohh… Don… Nik… mat,” suara Tante Sari tertahan merasakan nikmat ketika lidahku mencucuk-cucuk kelentitnya. Dan kusedot-sedot bibir vaginanya yang merah. “Ohh… Don… Luarr… Biasaa… Enakk… Sedott… terus,” pekiknya semakin keras. Cairan kelamin mulai mengalir dari vagina Tante Sari. Hampir setiap jengkal vaginanya kujilati tanpa tersisa. Tante Sari menarik vaginanya dari bibirku, kemudian membalikkan tubuhnya sambil memintaku berdiri. Dia mendorong tubuhku ke dinding. Dengan cekatan ditariknya celanaku hingga terlepas, maka penisku yang sudah tegang, mengacung tegak dengan bebasnya. “Ohh… Luar biaassaa… Don… Besar sekali,” serunya kagum. “Isepp… Tante, jangan dipandang aja,” pintaku. Tante Sari mengabulkan permintaanku. Sambil melepaskan gaun tidurnya, dia lalu berjongkok dihadapanku. Wajahnya pas di depan selangkanganku.

Tangan kirinya mulai mengusap-usap dan meremas-remas buah pelirku. Sedangkan tangan kanannya mengocok-ngocok pangkal penisku dengan irama pelan tapi pasti. Mulutnya didekatkan kepenisku dan dia mulai menjilati kepala penisku. Lidahnya berputar-putar dikepala penisku. Aku meringis merasakan geli yang membuat batang penisku semakin tegang. “Ohh… Akhh… Tan… Te… Nikk.. matt,” seruku tertahan, ketika Tante Sari mulai memasukkan penisku kemulutnya. Mulutnya penuh sesak oleh batang penisku yang besar dan panjang. penisku keluar masuk di mulutnya. Tante Sari sungguh lihai memainkan lidahnya. Aku dibuatnya seolah-olah terbang keawang-awang. Tante Sari melepaskan penisku dari kulumannya setelah sekitar lima belas menit. Kemudian dia memintaku duduk dilantai. Dia lalu naik kepangkuanku dengan posisi berhadapan. Diraihnya batang penisku, dituntunnya ke lubang vaginanya. Perlahan-lahan dia mulai menurunkan pantatnya. Kurasakan kepala penisku mulai memasuki lubang yang sempit.

Penisku serasa dijepit dan dipijit-pijit. Mungkin karena sudah sepuluh tahun tidak pernah terjamah laki-laki. Meski agak susah, akhirnya amblas juga seluruh batang penisku ke dalam lubang vaginanya. Tante Sari mulai menaik-turunkan pantatnya, dengan irama pelan. Diiringi desahan-desahan lembut penuh birahi. Sesekali dia memutar-mutar pantatnya, penisku serasa diaduk-aduk dilubang vaginanya. Aku tak mau kalah, kuimbangi gerakkannya dengan menyodok-nyodokkan pantatku ke atas. Seirama gerakkan pantatnya. Oh, senangnya melihat penisku sedang keluar masuk vaginanya. Bibirku menjilati buah dadanya secara bergantian, sedangkan tanganku mendekap erat pinggangnya. Semakin lama semakin cepat Tante Sari menaik turunkan pantatnya. Nafasnya tersengal-sengal. Dan kurasakan vaginanya berkedut-kedut semakin keras. “Ohh… Don… Aku… Mau… Keluarr,” pekiknya. “Tahan… Tan… Te… Akuu… Belumm… Mauu,”sahutku. “Akuu… Tak… Tahann… Sayang,” teriaknya keras. Tangannya mencengkeram keras punggungku. “Akuu… Ke… Ke… Luarr… Sayangg,” jeritnya panjang. Tante Sari tak dapat menahan orgasmenya, dari vaginanya mengalir cairan yang membasahi seluruh dinding vaginanya.

Tante sari turun dari pangkuanku lalu merebahkan tubuhnya dipangkuan. Kepalanya berada pas diselangkanganku. Tangannya mengocok-ngocok pangkal penisku. Dan mulutnya mengulum kepala penisku dengan lahapnya. Perlakuannya pada penisku membuat penisku berkedut-kedut. Seakan-akan ada yang mendesak dari dalam mau keluar. Dan kurasakan orgasmeku sudah dekat. Kujambak rambutnya dan kubenamkan kepalanya keselangkanganku. Hingga penisku semakin dalam masuk kemulutnya. “Akhh… Tante… Akuu… Mau keluarr,” teriakku. “Keluarin… Dimulutku sayang,” sahutnya. Tante sari semakin cepat mengocok dan mengulum batang penisku. Diiringi jeritan panjang, spermaku muncrat ke dalam mulutnya. “Ohh… Kamu… Hebatt… Don, aku puas,” pujinya, tersenyum ke arahku. Tanpa rasa jijik sedikitpun dia menjilati dan menelan sisa-sisa spermaku. Suara ranjang berderit di dalam kamar, membuat kami bergegas memakai pakaian dan pergi ke kamar mandi membersihkan badan. Kemudian masuk ke kamar Masing-masing. Beberapa menit kemudian kudengar langkah kaki Mbak Irma ke kamar mandi. Dari balik jendela kamarku dapat kulihat Mbak Irma hanya mengenakan handuk yang yang dililitkan ditubuhnya.

Memperlihatkan paha mulus dan tubuh sexynya. Membuatku mengkhayal, alangkah senangnya bisa bersetubuh dengan Mbak Irma. Sekitar jam 02.00 dinihari, aku terbangun ketika kurasakan ada yang bergerak-gerak di selangkanganku. Rupanya Tante Sari sedang asyik mengelus-elus buah pelirku dan menjilati batang penisku. “Akhh… terus… Tante… terus,” gumanku tanpa sadar, ketika dia mulai mengulum batang penisku. Dengan rakus dia melahap penisku. Sekitar sepuluh menit berlalu kutarik penisku dari mulutnya. Kusuruh dia menungging, dari belakang kujilati lubang vaginanya, bergantian dengan lubang anusnya. Setelah kurasa cukup, kuarahkan penisku ke lubang vaginanya yang basah dan memerah. Sedikit demi sedikit penisku memasuki lubang vaginanya. Semakin lama semakin dalam, hingga seluruh batang penisku amblas tertelan lubang vaginanya. Aku mulai memaju mundurkan pantatku, hingga penisku keluar masuk lubang vaginanya. Sambil kuremas-remas pantatnya. “Ooh… Don… Nikk… Matt… Bangett,” rintihnya. Aku semakin bernafsu memaju mundurkan pantatku. Tante sari mengimbangi gerakkanku dengan memaju mundurkan juga pantatnya, seirama gerakkan pantatku.

Membuat buah dadanya bergoyang-goyang. Semakin lama semakin cepat gerakkan pantatnya. “Don… Donnii… Akuu… Tak… Tahann,” jeritnya. “Akuu… Mauu… Ke… Keluarr,” imbuhnya. Kurasakan vaginanya berkedut-kedut dan menjepit penisku. Tangannya mencengkeram dengan keras diranjang. “Ooh… Oo… Aku… Keluarr,” lolongnya panjang. Dan kurasakan ada cairan yang merembes membasahi dinding-dinding vaginanya. Tante Sari terlalu cepat orgasme, sedangkan aku belum apa-apa. Aku tak mau rugi, aku harus puas, pikirku. Kucabut penisku dari lubang vaginanya dan kuarahkan ke lubang anusnya. “Akhh… Donn… Jangann… Sakitt,” teriaknya, ketika kepala penisku mulai memasuki lubang anusnya. Aku tak memperdulikannya. Kudorong pantatku lebih keras hingga seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya. Dan kurasakan nikmatnya jepitan lubang anusnya yang sempit. Perlahan-lahan aku mulai menarik dan mendorong pantatku, sambil memasukkan jari-jariku ke lubang vaginanya. Tante sari menjerit-jerit merasakan nikmat dikedua lubang bawahnya. “Enak khan Tante?” tanyaku. “Hemm… Enakk… Banget… Sayang,” sahutnya sedikit tersipu malu.

Semakin lama semakin cepat kusodok lubang anusnya. Sambil kutepuk-tepuk pantatnya. Kurasakan penisku berkedut-kedut ketika orgasmeku akan tiba dan crott! crott! crott! Kutumpahkan spermaku dilubang anusnya. “Penismu yang pertama sayang, memasuki lubang anusku,” katanya sambil membalikkan tubuhnya dan tersenyum padaku. “Kamu luar biasa Don, belum pernah kurasakan nikmatnya bersetubuh seperti ini,” imbuhnya. “Tante mau khan, setiap malam kusetubuhi?” tanyaku. “Siapa yang menolak diajak enak,” sahutnya seenaknya. Sejak saat itu, hampir setiap malam kusetubuhi Tante sari. Ibu tiri Mbak Irma yang haus sex, yang hampir sepuluh tahun tidak dinikmatinya, sejak kematian suaminya. Tak terasa sudah lima hari aku berada di rumah Mas Iwan. Selama lima hari pula aku menikmati tubuh Tante Sari, mertuanya yang haus sex. Tante Sari yang sepuluh tahun menjanda, betul-betul puas dan ketagihan bersetubuh denganku. Meski telah berusia setengah baya, tapi nafsu birahinya masih meletup-letup, tak kalah dengan gadis remaja.

Sore itu, sehabis mandi dan berpakaian, Mas Iwan mengajakku jalan-jalan. Katanya mau ketemu seorang teman yang sudah lama dirindukannya. Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam, sampailah kami di rumah teman Mas Iwan. Sebuah rumah yang berada dikawasan yang cukup elite. Kedatangan kami disambut dua orang wanita kakak beradik, Mbak Rina dan Mbak Vira. Keduanya sama-sama cantik dan sexy. Mas Iwan memperkenalkanku pada kedua teman wanitanya. “Mas Iwan, aku kangen banget,” katanya sambil memeluk Mas Iwan. “Aku juga Rin,” sahut Mas Iwan. Sambil meminum kopi susu yang disuguhkan Mbak Rina, kami bercakap-cakap. Mbak Rina duduk dipangkuan Mas Iwan. Dan Mas Iwan merangkulnya dengan mesra. Mbak Rina tanpa malu-malu menceritakan, kalau Mas Iwan adalah pacar pertamanya dan Mas Iwanlah yang membobol perawannya. Mbak Vira hanya tersenyum mendengar cerita kakaknya yang blak-blakan. Makin lama kelakuan Mbak Rina makin mesra saja.

Tanpa malu-malu, dia mengecup dan melumat bibir Mas Iwan dan Mas Iwan menyambutnya dengan sangat bernafsu. Aku jadi risih menyaksikan kelakuan mereka. Sekitar sepuluh menit mereka bercumbu di depan kami. “Kita lanjutin di kamar aja say,” kata Mbak Rina pada Mas Iwan. Mas Iwan mengangguk tanda setuju, sambil membopong tubuh Mbak Rina ke dalam kamar. “Kalian jangan ngintip ya,” kata Mas Iwan pada kami sambil tersenyum. Aku dan Mbak Vira hanya bengong melihat kemesraan mereka. Tanpa menghiraukan larangan Mas Iwan, Mbak Vira beranjak dari tempat duduknya sambil meraih tanganku menuju kamar Mbak Rina. Kami kemudian berdiri di depan pintu kamar Mbak Rina yang terbuka lebar. Dari situ aku dan Mbak Vira melihat Mas Iwan merebahkan tubuh Mbak Rina diatas ranjang dan mulai melepaskan gaun Mbak Rina. Aku terkesima melihat mulusnya dan sexynya tubuh Mbak Rina, ketika seluruh pakaiannya dibuka Mas Iwan. Nafsu birahiku tak tertahankan lagi, penisku menegang dibalik celanaku.

Tanpa sadar kupeluk tubuh Mbak Vira yang berdiri di depanku. Mbak Vira diam saja dan membiarkanku memeluknya. Malah tangan dibawa ke belakang dan disusupkan ke balik celanaku. Mendapat perlakuan seperti itu, nafsuku semakin memuncak dan penisku semakin menegang. Apalagi saat Mbak Vira menggerak-gerakkan tangannya mengocok-ngocok batang penisku. Sementara di dalam kamar, Mas Iwan menarik tubuh Mbak Rina ketepi Ranjang. Kedua paha Mbak Rina dibukanya lebar-lebar. Maka terpampanglah vagina Mbak Rina yang indah, dihiasi bulu-bulu yang dicukur rapi. Mas Iwan kemudian berjongkok dan mendekatkan mulutnya kebibir vagina Mbak Rina. “Ohh… Say… Yang… Nikk… Mat,” desah Mbak Rina tertahan, ketika Mas Iwan mulai menjilati vaginanya. Lidah Mas Iwan menari-nari dan mencucuk-cucuk vagina Mbak Rina. Pantat Mbak Rina terangkat-angkat menyambut jilatan Mas Iwan.

Kedua pahanya terangkat dan menjepit kepala Mas Iwan. “Sudah… Say… Aku… nggak tahan… Masukin punyamu say,” pinta Mbak Rina penuh nafsu. Mas Iwan kemudian berdiri dan melepaskan semua pakaiannya. Dengan sedikit membungkukkan badannya, Mas Iwan memegang penisnya dan mengarahkannya ke lubang vagina Mbak Rina yang telah basah dan merah merekah. Slepp! Kepala penis Mas Iwan mulai memasuki vagina Mbak Rina. “Aow… terus… Say… terus… Genjot,” seru Mbak Rina, ketika Mas Iwan mulai mendorong pantatnya naik turun. Penisnya keluar masuk dari vagina Mbak Rina. Melihat Mas Iwan dan Mbak Vira sedang bersetubuh di depanku, membuat nafsu birahiku semakin tinggi. Kususupkan tanganku ke balik celana dalamnya. Dapat kurasakan vaginanya yang telah basah, pertanda Mbak Vira juga bangkit nafsu birahinya. Kucucuk-cucuk vaginanya dengan jari-jariku. Dia mendesah penuh nafsu. Mbak Vira mengimbangi dengan semakin cepat mengocok-ngocok penisku. Sekitar sepuluh menit Mbak Vira mengocok penisku. Mbak Vira kemudian menyudahi kocokkannya dan membalikkan badannya, menghadap ke arahku.

Ditariknya celanaku hingga terlepas. Setelah celanaku terlepas, keluarlah penisku yang tegang penuh dan mengacung-acung dengan bebasnya. Mbak Vira terpukau melihat penisku yang besar dan panjang. Mbak Vira kemudian berjongkok dikakiku, wajahnya berada pas di depan selangkanganku. Mbak Vira mendekatkan mulutnya kebatang penisku. Mula-mula dia menjilati penisku dari kepala hingga pangkalnya. Terus dia mulai mengulum dan menghisap kepala penisku. Kemudian sedikit demi sedikit batang penisku dimasukkannya ke dalam mulutnya sampai kepala penisku menyodok ujung mulutnya. Dan mulutnya penuh sesak oleh batang penisku. Dengan lihainya, Mbak vira mulai memaju-mundurkan mulutnya, membuat penisku keluar-masuk dari dalam mulutnya. Mataku merem-melek merasakan nikmat dan badanku serasa panas dingin merasakan kulumannya. Mbak Vira sangat lihai mengulum penisku. Kudorong maju pantatku dan kujambak rambutnya, membenamkan kepalanya ke selangkanganku. Sekitar lima belas menit berlalu Mbak Vira menyudahi kulumannya, dan melepaskan seluruh pakaiannya.

Kemudian dia berdiri menghadap ke dinding. “Oohh… Akhh… Akuu… nggak tahann… Don,” serunya tertahan. “Entot aku… Entott… Don,” imbuhnya. Kutarik sedikit tubuhnya dari belakang, hingga dia menungging. Kuraih batang penisku dan kuarahkan pas ke lubang vaginanya. Dan aku mulai mendorong maju pantatku, hingga kepala penisku masuk ke lubang vaginanya. “Aow… Pelan-pelan Don,” pekiknya, ketika seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya yang masih sempit. Pekikkan yang keluar dari mulutnya membuatku semakin bernafsu dan pelan-pelan kumaju-mundurkan pantatku. “Akhh… Enakk… Don… Enakk… Banget,” desahnya sambil menoleh ke belakang sambil tersenyum padaku. “Akhh… Akuu… Ke… luarr, Rin,” teriakkan Mas Iwan dari dalam kamar mengejutkanku, namun tak menghentikan sodokkanku pada Mbak Vira. “Aku… jugaa… Sayang,” sahut Mbak Rina pada Mas Iwan. Sedetik kemudian Mas Iwan dan Mbak Rina mencapai orgasme bersamaan. Mas Iwan menumpahkan spermanya di dalam vagina Mbak Rina. Kemudian Mas Iwan merebahkan tubuhnya disamping tubuh Mbak Rina, dan tertidur pulas. Sementara itu, aku semakin cepat memaju-mundurkan pantatku, membuat Mbak Vira berteriak-teriak saking nikmatnya.

Kurasakan vaginanya berkedut-kedut semakin lama semakin cepat dan menjepit penisku. “Donn… Donii… Akuu… Mauu… Keluarr,” teriaknya panjang. “Tahann… Mbak… Aku… Belum… Apa-apa,” sahutku. “Akhh… Akuu… Tak… Tahan… Don… Akuu,” jawabnya terputus dan vaginanya semakin keras menjepit penisku. Tak lama kemudian Mbak Vira mencapai orgasme. Kurasakan ada cairan-cairan yang merembes didinding vaginanya. Kucabut penisku dari lubang vaginanya dan kusuruh dia berjongkok dihadapanku. Kujambak rambutnya dan kubenamkan kepalanya keselangkangku. Mbak Vira mengerti maksudku. Dia mulai menjilati dan menghisap-isap penisku lalu mengulumnya. Sambil tangan kirinya mengusap-usap buah pelirku. Sedetik kemudian Mbak Rina datang membantu, dan langsung berjongkok dihadapanku. Lidahnya dijulurkan untuk menjilati buah pelirku. Tangan kanannya mengocok-ngocok pangkal penisku.

Secara bergantian, kakak beradik, Mbak Rina dan Mbak Vira, mengocok-ngocok, menjilati dan mengulum penisku. Penisku keluar dari mulut Mbak Vira kemudiam masuk ke mulut Mbak Rina, kemudian keluar dari mulut Mbak Rina lalu masuk kemulut Mbak Vira, begitulah seterusnya. Hingga kurasakan penisku berkedut-kedut. “Mbakk… Akuu… Mauu… Ke… Keluarr,” jeritku. “Keluarin di mulutku Don,” sahut mereka hampir bersamaan. Dan crott! crott! crott! Spermaku muntah dimulut Mbak Vira yang sedang kebagian mengulum. Mbak Vira menelan spermaku tanpa rasa jijik sedikitpun. Kemudian Mbak Rina merebut penisku dari Mbak Vira dan memasukkan ke mulutnya. Dan tak mau kalah dengan adiknya, sisa-sisa spermaku dihisap dan dijilatinya sampai bersih. “Kamu puas Don,” kata Mbak Vira. “Puas sekali Mbak, Mbak berdua luar biasa,” sahutku. “Kamu mau yang lebih seru nggak,”kata Mbak Rina. “Mau, mau Mbak,”sahutku. Mereka kemudian mengajakku ke kamarnya, dimana Mas Iwan sedang tertidur pulas sehabis bersetubuh dengan Mbak Rina.

Mbak Rina menyuruhku tidur terlentang diranjang. Mbak Rina kemudian menarik kakiku, hingga pantatku berada ditepi ranjang dan kakiku menjuntai kelantai. Lalu Mbak Rina berjongkok dilantai dengan wajah berada pas di depan selangkanganku. Mbak Rina mulai mengusap-usap dan mengocok-ngocok batang penisku yang masih layu, sehabis orgasme. Kurasakan sedikit ngilu tetapi kutahan. Mbak Rina menyudahi usapan dan kocokannya. Dan mulai menjilati dan menghisap-isap penisku dimulai dari kepala hingga pangkal penisku dijilatinya. Lidahnya berputar-putar dan menari-nari diatas batang penisku. Puas menjilati penisku, Mbak Rina kemudian memasukkan penisku ke mulutnya. Hampir seluruh batang penisku masuk kemulutnya. Dan kurasakan sedikit demi sedikit penisku mulai menegang didalam mulutnya, hingga mulutnya penuh sesak oleh batang penisku yang sudah tegang penuh. Mbak Rina sangat pintar membangkitkan birahiku. Mulutnya maju mundur mengulum penisku.

Pipinya sampai kempot, saking semangatnya mengulum penisku. Melihat kakaknya yang sedang menjilati dan mengulum batang penisku, Mbak Vira nafsunya bangkit lagi. Dia meraba-raba dan memasukkan jari-jari tangan kirinya ke dalam vaginanya sendiri, sedangkan tangan kanannya meremas-remas buah dadanya hingga mengeras dan padat. Diiringi desahan-desahan penuh birahi. Puas bermain-main dengan vagina dan buah dadanya sendiri, Mbak Vira kemudian naik ke atas tubuhku. Dan mengangkangi wajahku. Lubang vaginanya berada pas diatas wajahku. Dia menurunkan pantatnya, hingga bibir vaginanya menyentuh mulutku. Kujulurkan lidahku untuk menjilati vaginanya yang telah basah. Kucucuk-cucuk dan kusedot-sedot klitorisnya, dia mengerang-erang merasakan nikmat. Mbak Vira menarik rambutku, membenamkan wajahku diselangkangannya. Kepalaku dijepit dengan kedua paha mulusnya. Kini kami bertiga, aku dan kakak beradik sedang berlomba mencari kepuasan.

Mbak Vira sedang kujilati vaginanya, sedangkan pada bagian bawah tubuhku Mbak Rina dengan asiknya mengulum batang penisku. Beberapa waktu berlalu Mbak Rina melepaskan kulumannya, dan berjongkok diatas selangkanganku. Dengan tangannya, diraihnya batang penisku dan diarahkannya ke lubang vaginanya. Bless! Dengan sekali dorongan pantatnya, masuklah seluruh batang penisku ke dalam vaginanya yang basah tapi hangat. Lalu Mbak Rina menaik turunkan pantatnya, sambil mengeluarkan desahan-desahan nikmat dari mulutnya. Sesekali pantatnya diputar-putar hingga penisku serasa dipelintir. Saat menikmati goyangan Mbak Rina, aku terus menjilati vagina Mbak vira sambil memasukkan jari-jariku ke lubang anusnya. Sedang asiknya aku menjilati vagina Mbak Vira, kurasakan vaginanya berkedut-kedut. Beberapa detik kemudian ada cairan yang keluar dari dalam vaginanya.

Cerita Bokep – Mbak Vira mencapai orgasme. Pahanya makin keras menjepit kepalaku. Tanpa rasa jijik kusedot dan kutelan cairan vaginanya. Dan dalam waktu yang hampir bersamaan, Vagina Mbak Rina juga berkedut-kedut, otot-otot vaginanya menegang. “Ohh… Don… Aku… Keluar,” teriak Mbak Rina. Air maninya mengaliri deras dan membasahi batang penisku. Kemudian dia terkulai lemas sampingku. Membuat penisku yang masih tegang terlepas dan mengacung-acung. Mbak vira yang kondisi sudah pulih sehabis orgasme, kemudian berjongkok diatas selangkanganku, menggantikan kakaknya. diraihnya penisku dan diarahkannya ke lubang anusnya. Mbak Vira menurunkan pantatnya sedikit demi sedikit hingga seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya.

Kurasakan penisku seperti dijepit dan dipijit-pijit oleh sempitnya lubang snusnya. “Oohh… Mbak… Nikk… Matt… Enakk,”teriakku, ketika Mbak Vira mulai menaik turunkan pantatnya, membuat penisku keluar masuk dari lubang anusnya. Sesekali dia menggoyang-goyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan, membuatku merasakan nikmat yang luar biasa. Sekitar tiga puluh menit Mbak Vira menggenjot tubuhku. “Mbakk… Akuu… Ke… Keluarr,” jeritku. Kurasakan penisku berkedut-kedut dan crott! crott! crott! kutumpahkan seluruh spermaku di dalam lubang anusnya. Mbak Vira kemudian merebahkan tubuhnya diatas tubuhku. Sambil menindihku dia tersenyum puas. Malam itu, aku dan Mas Iwan menginap disana.

Dan berpesta sampai pagi, sampai kami sama-sama puas dan kelelahan. Panasnya sinar matahari yang menerobos jendela kamarku, membangunkanku dari tidurku yang lelap. Setelah hampir semalam penuh aku merasakan nikmatnya bersetubuh dengan Mbak Rina dan Mbak Vera. Dan aku baru pulang dari rumahnya kerumah Mas iwan jam 05.00 dinihari. Dengan sedikit bermalas-malasan, aku pergi ke kamar mandi membersihkan badan. Selesai mandi badan rasanya segar sekali. Siang itu kurasakan lain dari biasanya, rumah Mas Iwan tampak sepi sekali. Oh ya, aku baru ingat kalau hari ini, Mas Iwan mengantar Tante Sari kondangan ke kampung sebelah. Jadi yang ada di rumah hanya Mbak Erna dan Aku. Dengan hanya mengenakan handuk yang kulilitkan dipinggangku, aku pergi ke dapur. Membuat secangkir kopi. Sampai didapur kudapati Mbak Erna sedang mencuci piring. “Pagi Mbak,” sapaku.

Mbak Erna tak menjawab sapaanku. Mukanya cemberut. Aku heran, tumben Mbak Erna begitu, biasanya dia sangat ramah padaku. “Ada apa sih Mbak, kok cemberut begitu,” tanyaku lagi. “Mbak marah sama aku? atau Mbak nggak senang ya, aku disini,” imbuhku. Mbak erna masih diam saja, membuatku tak enak hati dan bertanya-tanya dalam hati. “Ok, Mbak. Kalau Mbak nggak senang, aku pulang aja deh,” “Jangan-jangan pulang Don, aku nggak marah sama kamu,” sahutnya sambil menarik tanganku. “Habis Mbak marah sama siapa? Boleh tahu kan Mbak ?” tanyaku lagi. “Ok, Mbak akan kasih tahu, tapi jangan bilang sama siapa-siapa ya!,” jawabnya. “Aku janji Mbak,” kataku meyakinkannya. “Don, aku lagi kesal sama Mas Iwan,” kata Mbak sari. “Kesal kenapa Mbak,” selaku. “Belakangan ini, Mas Iwan dingin sekali padaku Don,” katanya sambil merebahkan kepalanya didadaku.

“Setiap aku pingin begituan, dia selalu menolak,” imbuhnya sambil tersipu malu. “Mungkin Mas Iwan lagi lelah Mbak,” hiburku sambil kuusap-usap rambutnya. “Ah, masak setiap malam lelah,” sahutnya. “Mungkin ada yang bisa aku bantu, untuk menghilangkan kekesalan Mbak,” pancingku. Mbak Erna tak menjawab pertanyaanku. Sebagai orang yang cukup berpengalaman soal sex, aku tahu Mbak Erna sangat kesepian dan menginginkan hubungan sexsual. Maka dengan memberanikan diri, kukecup lembut keningnya. Dan kurasakan remasan halus tangannya yang masih memegang tanganku. Merasa mendapat respon positif, kugerakkan bibirku menciumi kedua pipinya dan berhenti dibelahan bibir mungilnya. Mbak Ernapun membalas kecupanku pada bibirnya dengan kuluman yang hangat, penuh gairah. kukeluarkan lidahku, mencari lidahnya. Kuhisap-hisap dan kusedot-sedot.

Kulepaskan tanganku dari genggamannya dan kugerakkan menggerayangi tubuh Mbak Erna. Dan perlahan-lahan kususupkan tangan kananku kebalik gaun tidurnya. Dan kurasakan halusnya punggung Mbak Erna. Sementara tangan kiriku meremas-remas pantatnya yang padat. Mbak Erna melepaskan seluruh pakaiannya. Agar aku lebih leluasa menggerayangi tubuhnya. Setelah semua terlepas maka terpampanglah pemandangan yang luar biasa. Dengan jelas aku bisa melihat buah dadanya yang montok, perutnya yang ramping dan vaginanya yang dicukur bersih. Membuat nafsu birahiku semakin menjadi-jadi dan kurasakan penisku menegang. Akupun melepaskan kulumanku pada bibirnya dan dengan sedikit membungkukkan badanku. Aku mulai menjilati buah dadanya yang mulai mengeras, secara bergantian.

Puas menjilati buah dadanya, jilatanku kupindahkan ke perutnya. Dan kurasakan halusnya kulit perut Mbak Erna. Mbak Erna tak mau ketinggalan, ditariknya handuk yang melilit dipinggangku. Dengan sekali sentakan saja, handukku terlepas. “Aow, besar sekali don penismu,” decaknya kagum, sambil memandangi penisku yang telah menegang dan mengacung-ngacung setelah handukku terlepas. Mbak Erna menggerakkan tangannya, meraih batang penisku. Diusap-usapnya dengan lembut kemudian dikocok-kocoknya, membuat batang penisku semakin mengeras. Tak terasa sudah dua puluh menit berlalu, Kusudahi jilatanku pada perutnya. Kuangkat tubuhnya dan kududukkan diatas meja dapur. Kedua pahanya kubuka lebar-lebar. Dan terpampanglah di depanku bukit kecil yang dicukur bersih. Bibir vagina yang memerah dengan sebuah daging kecil yang tersembul diatasnya. Kubungkukkan tubuhku dan kudekatkan wajahku ke selangkangannya.

Dan aku mulai menjilati pahanya yang putih mulus, dihiasi bulu-bulu halus. Sambil tanganku meraba-raba vaginanya. Beberapa menit berlalu, kupindahkan jilatanku dari pahanya ke vaginanya. Mula-mula kujilati bibir vaginanya, terus kebagian dalam vaginanya. Lidahku menari-nari didalam lubang vaginanya yang basah. “Ohh… terus… Don… terus… Nik… Matt,” serunya tertahan. Membuatku semakin bersemangat menjilati lubang vaginanya. Kusedot-sedot klitorisnya. Pantat Mbak Erna terangkat-angkat menerima jilatanku. Ditariknya kepalaku, dibenamkannya pada selangkangannya. “Ohh… Don… Aku… Tak… Tahan… Masukin Don… Masukin penismu,” pintanya menghiba. Kuturuti kemauannya. Aku kemudian berdiri. Kuangkat kedua kakinya tinggi-tinggi, hingga ujung jari kakinya berada diatas bahuku. Kudekatkan penisku keselangkangannya. Mbak Erna meraih penisku dan menuntunnya ke lubang vaginanya. Kudorong maju pantatku hingga kepala penisku masuk ke lubang vaginanya.

Aku diam sejenak mengatur posisi supaya lebih nyaman, lalu kudorong pantatku lebih keras, membuat seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya. Kurasakan penisku dijepit dan dipijit-pijit lubang vaginanya yang sempit. Vaginanya penuh sesak karena besarnya batang penisku. “Aow… Pelan-pelan… Don… penismu gede sekali,” pekiknya, ketika aku mulai memaju mundurkan pantatku, membuat penisku keluar masuk dari lubang vaginanya. Tak terasa sudah tiga puluh menit aku memaju mundurkan pantatku. Dan kurasakan vagina Mbak Erna berkedut-kedut. Dan otot-otot vaginanya menegang. “Ohh… Don… Aku… Keluarr… Sayang,” teriaknya lantang. Sedetik kemudian kurasakan cairan hangat keluar dari vaginanya. Dan Mbak Erna mencapai orgasmenya. Mbak Erna tahu kalau aku belum mencapai puncak kenikmatan. Dia turun dari atas meja dapur. Kemudian berjongkok dihadapanku. Diraihnya penisku dan dikocok-kocok dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya meremas-remas buah pelirku.

“Akhh… Mbak… Enak… Nikk… Mat… terus,” seruku, ketika Mbak Erna mulai menjilati batang penisku. Dari kepala hingga pangkal penisku dijilatinya. Mataku merem melek merasakan nikmatnya jilatan Mbak Erna. Aku semakin merasa nikmat ketika Mbak Erna memasukkan penisku ke mulutnya yang mungil. Dan mulai mengulum batang penisku. Mbak Erna memaju mundurkan mulutnya, membuat penisku keluar masuk dari mulutnya. Sementara tangannya mengocok-ngocok pangkal penisku. “Oohh… Mbak… Akuu… Tak… Tahan,” teriakku. Dan kurasakan penisku berkedut-kedut semakin lama semakin cepat. Kujambak rambutnya dan kubenamkan kepalanya diselangkanganku. “Mbak… Akuu… Ke… Luarr,” teriakku lagi lebih keras. Mbak Erna semakin cepat memaju mundurkan mulutnya. Dan crott! crott! crott! penisku memuntahkan sperma yang sangat banyak di mulutnya. Mbak Ernapun menelannya tanpa ragu-ragu. Dan tanpa rasa jijik sedikitpun dia menjilati sisa-sisa spermaku sampai bersih.

“Terimakasih Don, kamu telah memberiku kepuasan,” pujinya sambil tersenyum. “Sama-sama Mbak, aku juga sangat puas,” sahutku. “Mbak masih mau lagi kan,” tanyaku. “Mau dong, tapi kita mandi dulu yuk,” ajaknya. Kemudian kami meraih pakaian masing-masing untuk selanjutnya bersama-sama pergi ke kamar mandi membersihkan badan. Sehabis mandi, masih sama-sama telanjang, kubopong tubuhnya menuju taman disamping rumah. Aku ingin melaksanakan impianku selama ini, yaitu bersetubuh ditempat terbuka. “Don… Jangan disini sayang, nanti dilihat orang,” protesnya. “Kan nggak ada siapa-siapa di rumah Mbak,” sahutku. Mbak Ernapun tidak protes lagi, mendengar jawabanku. Sambil berdiri kupeluk erat tubuhnya. Kulumat bibirnya. Mbak Erna membalas lumatan bibirku dengan pagutan-pagutan hangat. Cukup lama kami bercumbu, kemudian aku duduk dikursi taman. Dan kusuruh Mbak Erna berjongkok dihadapanku. Mbak Erna tahu maksudku.

Diraihnya batang penisku yang masih layu. Dielus-elusnya lembut kemudian dikocok-kocok dengan tangannya. Setelah penisku mengeras Mbak Erna menyudahi kocokkannya, dia mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Lidahnya dijulurkan dan mulai menjilati kepala penisku. Lidahnya berputar-putar dikepala penisku, kemudian turun kepangkalnya. “Oohh… terus… Mbak… Nikmat banget,” desahku. “Isepp… Mbak… Isep,” pintaku. Mbak Erna menuruti kemauanku. Dimasukkannya penisku kemulutnya. Hampir sepertiga batang penisku masuk ke mulutnya. Sambil tersenyum padaku, dia mulai memaju mundurkan mulutnya, membuat penisku maju keluar masuk dimulutnya. “Mbak… Aku… Tak… Tahan,” seruku. Mbak Erna kemudian naik ke pangkuanku. Vaginanya pas berada diatas selangkanganku. Diraihnya penisku dan dibimbingnya ke lubang vaginanya. Mbak Erna mulai menurunkan pantatnya, sedikit demi sedikit batang penisku masuk ke lubang vaginanya semakin lama semakin dalam.

Hingga seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya. Sesaat kemudian Mbak Erna mulai menaik turunkan pantatnya. Sesekali digoyang-goyangkan pantatnya kekiri-kekanan. Aku tak mau kalah, kusodok-sodokkan pantatku ke atas seirama dengan goyangan pantatnya. “Ohh… Don… Aku… Mauu… Ke… luarr,” teriaknya setelah hampir tiga puluh menit menggoyang tubuhku. Dan kurasakan otot-otot vaginanya menegang. Tangannya mencengkeram dadaku dengan keras. Sesaat kemudian kurasakan cairan hangat merembes dilubang vaginanya. “Aku tak ingin mengecewakanmu Don,” katanya sambil tersenyum. Dia menarik penisku keluar dari lubang vaginanya, kemudian memasukkannya ke lubang anusnya. Mbak Erna rupanya tahu kesenanganku. Meski agak susah, akhirnya bisa juga seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya. Perlahan tapi pasti Mbak Erna mulai menaik turunkan pantatnya. Membuatku merasakan nikmat yang tiada taranya. Cukup lama Mbak Erna menggoyang-goyangkan pantatnya, kemudian kami berganti posisi. Kusuruh dia menungging, membelakangiku dengan tangan bertumpu pada kursi taman.

Kugenggam penisku dan kuarahkan tepat ke lubang anusnya. Kudorong sedikit demi sedikit, sampai seluruhnya amblas tertelan lubang anusnya. Lalu kudorong pantatku maju mundur. Kurasakan nikmatnya lubang anus Mbak Erna. Sambil kucucuk-cucuk lubang vaginanya dengan jari-jariku. Membuat nafsu birahi Mbak Erna bangkit lagi. Mbak Erna mengimbangi gerakkanku dengan mendorong-dorong pantatnya seirama gerakkan pantatku. Aku semakin mempercepat gerakkan pantatku, ketika kurasakan akan mencapai orgasme. Demikian juga jari-jariku semakin cepat mencucuk vaginanya. “Mbak… Mbak… Akuu… Mau… Keluar,” seruku. “Akuu… Juga… Don,” sahutnya. Dan dalam waktu yang hampir bersamaan, kami mencapai orgasme. Kutarik penisku dari lubang anusnya, dan kutumpahkan spermaku dipunggungnya. Mbak Erna kemudian membalikkan badannya dan berdiri, sambil memintaku duduk kursi taman. Didekatkannya selangkangannya kewajahku. Ditariknya rambutku dan dibenamkannya kepalaku keselangkangannya.

Dan akupun mulai menjilati vaginanya sambil duduk. Kuhisap dan kusedot-sedot cairan hangat yang keluar dari lubang vaginanya. Mbak Erna sangat puas dengan perlakuanku. Hari itu kami melakukan persetubuhan sampai puas, dengan berbagai macam gaya. Sungguh luar biasa Mbak Erna, meskipun tinggal dikampung. Tapi dalam soal bersetubuh dia tak kalah dengan orang kota. Memang sungguh nikmat istri Mas Iwan. Vagina dan lubang anusnya sama nikmatnya. Membuatku ketagihan menyetubuhinya. Tak terasa sudah satu bulan aku berlibur dikampung Mas Iwan. Malam-malam yang kulewati bersama Mbak Erna dan Tante Sari membuat waktu satu bulan terasa cepat sekali. Sudah saatnya aku kembali kekotaku, karena tiga hari lagi aku harus ke sekolah. Saat berangkat dari kampung Mas Iwan, aku tidak sendirian. Ada Vivi, anak kandung Tante Sari menemaniku. Gadis cantik berkulit putih dan bertubuh langsing ini, baru Tamat SMP dan akan melanjutkan SMU di kota. Tante sari meminta tolong padaku agar mengantarkan Vivi, mencari rumah kost di dekat sekolah. Dengan menempuh dua jam perjalanan, sampailah kami di kota.

Dan setelah berpuar-putar cukup lama, akhirnya kudapatkan rumah kost untuk Vivi. Pemilik rumah adalah seorang janda cantik berusia sekitar 32 tahun, namanya Yeni. Setelah memberikan kunci kamar pada Vivi, Tante Yeni meninggalkan kami berdua. Sehabis membantu Vivi mengangkat barang-barangnya ke dalam kamar, aku merasa haus. Kusuruh Vivi ke warung untuk membeli minuman. Sambil duduk menunggu kedatangan Vivi, iseng-iseng kunyalakan VCD. Ngawur aja kusetel salah satu film. Aku terkejut, ternyata isinya film porno. Adegan-adegan difilm itu, membangkitkan nafsu birahiku. Kurasakan batang penisku mengeras dan berdiri tegak di balik celanaku. Kuturunkan celanaku, dan kukeluarkan batang penisku. Kuelus-elus dan kukocok-kocok batang penisku. Saking asiknya aku mengocok-ngocok batang penisku, sampai kedatangan Vivi tak kurasakan. “Mas, Doni lagi ngapain,” suara Vivi mengejutkanku. “Akh, nggak ngapa-ngapain,” sahutku. “Itu apa?” tanyanya lagi sambil memandangi celanaku. Astaga! Aku lupa menaikkan celanaku.

Sehingga Vivi dengan jelas melihat penisku yang sedang berdiri tegak. Merasa sudah kepalang basah, kulanjutkan saja mengocok penisku. “Kamu bisa membantuku Vi?,” tanyaku. “Bantu apa Mas?,” katanya balik bertanya. “Kocokkin penisku Vi,” pintaku. Vivi menganggukkan kepalanya tanda setuju. Kutarik tangannya dan kuletakkan diatas penisku. Vivi yang juga sudah terangsang akibat ikut nonton film porno, menggenggam batang penisku. Dengan lembut dia mengelus-elus dari kepala sampai kepangkal penisku. Aku merasa seperti melayang. Aku melepaskan seluruh pakaianku sambil memeluk tubuh Vivi yang sedang mengocok penisku. Kutarik kaosnya dan kususupkan tanganku kebalik BHnya. Kuraba-raba buah dadanya. Perlahan-lahan buah dadanya mengeras. Cukup lama aku meraba-raba buah dadanya, kemudian kutarik Bhnya hingga terlepas. Setelah terlepas, terlihatlah buah dadanya yang padat dan mengeras. Aku melanjutkan lagi meremas-remas buah dadanya. Vivi mendesah-desah merasakan nikmat, tangannya semakin cepat mengocok penisku.

Sekitar lima belas menit berlalu kami berganti posisi. Sambil menarik rok mininya, kodorong tubuhnya hingga terlentang diranjang. Hanya celana dalamnya saja yang melekat menutupi selangkangannya. Kutindih tubuhnya dari atas lalu kukecup bibirnya, kujulurkan lidahku mengisi rongga mulutnya yang terbuka. Vivi menyambutnya dengan hisapan yang tak kalah hebatnya. Setelah cukup lama berpagutan, kuputar tubuhku. Membentuk posisi 69. Selangkanganku berada diatas wajahnya, sedangkan selangkangannya berada dibawah wajahku. Kujulurkan lidahku menjilati bagian bawah perutnya, sambil tanganku melepas celana dalam Vivi. Vivi mengangkat pantatnya memudahkan aku melepaskan celana dalamnya dan meleparkannya ke lantai kamar. Lidahku bergerak turun menyapu bibir vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. “Ohh… Mas don… Enakk,” desahnya ketika aku mulai menjilati vaginanya yang basah, membuatku semakin bersemangat menjilati vaginanya. Kucucuk-cucuk dan kusedot-sedot klitorisnya yang sebesar biji kacang. Saat aku menjilati lubang vaginanya, Vivi juga sedang asyik menjilati penisku.

Sambil tangan kirinya mengocok-ngocok pangkal penisku sedangkan tangan kanannya mengelus-elus buah pelirku dengan lembut. Sesaat kemudian Vivi memasukkan penisku ke mulutnya. Hampir seluruh batang penisku masuk ke mulutnya. Kudorong pantatku ke atas dan ke bawah, sehingga penisku keluar masuk dimulutnya. Tak terasa sudah dua puluh menit berlalu. Aku bangkit dan berdiri dilantai kamar. Kutarik tubuhnya, hingga pantatnya berada ditepi ranjang. Kedua pahanya kubuka lebar-lebar. Kuarahkan penisku tepat ke lubang vaginanya. “Ja… Jangan… Mas, aku masih perawan,” katanya. Aku tak memperdulikan kata-katanya. Kudorong maju pantatku hingga kepala penisku menyeruak masuk. Vivi berteriak lebih keras ketika aku mendorong lebih keras dan penisku menembus selaput daranya. Akupun lebih bersemangat mendorong pantatku dan amblaslah seluruh batang penisku ke lubang vaginanya yang sangat sempit. Penisku serasa dijepit sempitnya lubang vaginanya. Beberapa detik kubiarkan penisku di dalam vaginanya. Kupandangi wajahnya yang meringis menahan sakit.

Dengan perlahan-lahan kuangkat pantatku lalu kuturunkan lagi. Membuat penisku keluar masuk dilubang vaginanya. Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Beginikah rasanya menyetubuhi seorang perawan. “Ohh… Mas… Enakk,” desahnya yang mulai merasakan Nikmatnya disetubuhi. Pantatnya digerakkan naik turun seirama gerakkan pantatku. Rasa sakitnya telah hilang berganti dengan rasa nikmat. Sekitar tiga puluh menit berlalu, kurasakan vaginanya berkedut-kedut dan otot-otot vaginanya menegang. Tangannya mencengkeram seprei dengan keras. “Ohh… Mas… Akuu… Mauu,” desahnya terputus. “Mau keluar sayang,” sahutku. Vivi mengangguk sambil tersenyum. “Aku juga Vi,” imbuhku. Semakin cepat kudorong-dorong pantatku. “A… Akuu… Ke… Luarr,” teriaknya lantang. Kurasakan cairan hangat merembes didinding vaginanya. Sedetik kemudian kurasakan penisku berkedut-kedut. Dan Crott! crott! crott! Kutumpahkan sperma yang sangat banyak dilubang vaginanya. Dan tubuhku ambruk menindih tubuhnya.

“Kamu menyesal Vi,” tanyaku sambil tersenyum puas, karena baru kali ini aku menyetubhi seorang perawan. “Nggak Mas, semua sudah terjadi,” sahutnya. “Kamu mau lagi khan,” godaku. Vivi tersenyum padaku, senyum penuh arti. Kira-kira satu jam kami tertidur. Akupun terbangun dan bergegas ke kamar mandi membersihkan badan. Mengingat kejadian tadi, bersetubuh dengan Vivi, membuat nafsu birahiku bangkit lagi. penisku yang tadi telah layu, kini tegang dan mengeras. Setelah mengelap tubuhku dengan handuk akupun bergegas ke kamar, dimana Vivi sedang tertidur pulas. Dan ia terbangun ketika aku lagi asyik menjilati lubang vaginanya. “Oh… Mas… Apa yang kamu lakukan,” tanyanya. “Aku pingin setubuhi kamu lagi sayang,” sahutku sambil tersenyum. Vivi membuka kedua pahanya lebar-lebar, sehingga aku lebih leluasa menjilati vaginanya. Beberapa menit berlalu kusuruh dia menungging. Aku mengambil posisi dibelakangnya. Dari belakang, aku menjilati lubang anusnya, sambil tanganku mencucuk-cucuk lubang vaginanya. Setelah kurasa cukup, kuarahkan penisku ke lubang vaginanya. Dan aku mulai mendorong maju pantatku.

LIhat Juga :  Cerita Bokep 2017 Ngeseks Mahasiwa Di Toilet

Sedikit demi sedikit penisku masuk ke lubang vaginanya. Semakin lama semakin dalam penisku memasukinya, sampai seluruhnya amblas, tertelan lubang vaginanya. Akupun mendorong pantatku maju mundur, membuat penisku keluar masuk dari lubang vaginanya. “Ohh… Nikk… Matt… Mas… Enakk,” jeritnya tertahan. Sekitar tiga puluh menit berlalu, kutarik penisku dari lubang vaginanya hingga terlepas. Kemudian kugenggam penisku dan kuarahkan ke lubang anusnya. “Jangan, Mass sakitt, ja… “jeritnya sambil meringis. Belum habis dia bicara, kudorong pantatku dengan keras. Dan Bless! Seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya. Kukocok lubang anusnya dengan irama pelan semakin lama semakin cepat, sambil tanganku mencucuk-cucuk lubang vaginanya. Dan Vivipun merasakan sensasi yang luar biasa dikedua lubangnya. Jeritan-jeritannya berganti dengan desahan-desahan nikmat penuh nafsu.

Aku semakin bersemangat mendorong-dorong pantatku, ketika kurasakan akan mencapai orgasme. Sepuluh menit kemudian penisku menyemburkan sperma didalam anusnya. Dan tak lama berselang Vivi menyusul, tubuhnya mengejang hebat. Kemudian Vivi terkulai lemas dan tertidur. Aku kemudian berdiri dan mengenakan celanaku. Saat aku akan mengambil handuk ke dalam almari, tanpa sengaja aku menoleh keluar jendela. Samar-samar aku melihat sesosok bayangan wanita yang sedang berdiri dibalik jendela kamar. Rupanya orang itu sedang mengitip aku dan Vivi yang sedang bersetubuh dari balik korden yang lupa aku tutup. Saat aku keluar mencarinya, wanita itu bergegas pergi. Aku membuntuti wanita itu. Melihat potongan tubuhnya dari belakang aku yakin kalau wanita itu adalah Tante Yeni, ibu kostnya Vivi.

Dan aku keyakinanku semakin kuat, saat wanita itu masuk kekamar tidur Tante Yeni dan langsung menutup pintu. Aku berjalan mendekat dan berdiri di depan pintu kamarnya. Aku mengintip dari lubang kunci. Dan memang benar, wanita yang tadi mengintipku adalah Tante Yeni. Sampai didalam kamar Tante Yeni melepaskan seluruh pakaiannya. Aku terkesima melihat tubuh Tante Yeni yang putih mulus dan sexy, meski sudah berumur sebaya ibuku. Membuat jantungku berdetak kencang. Nafsu birahiku yang baru saja tersalurkan bersama Vivi, perlahan-lahan bangkit lagi. Pemandangan selanjutnya lebih seru lagi. Tante Yeni merebahkan tubuhnya diatas ranjang dengan kedua kaki terbuka lebar-lebar, memperlihatkan indahnya bentuk vaginanya. Tante Yeni meremas-remas buah dadanya sendiri dengan tangan kirinya. Perlahan buah dadanya mulai mengeras. Sedangkan tangan kanannya meraba-raba selangkangannya.

Desahan-desahan nikmat keluar dari bibirnya, membuatku semakin tak tahan. Batang kemaluanku sudah berdiri tegak. Dengan sangat hati-hati, aku membuka pintu kamarnya. Dan ternyata tidak terkunci. Sambil melepaskan celanaku, aku berjalan mengendap-endap mendekatinya. Tante Yeni yang sedang asyik meraba-raba tubuhnya sendiri, tidak tahu kalau aku masuk ke kamarnya. Tanpa pikir panjang lagi, aku segera menindihnya. Tante Yeni sangat terkejut melihat kehadiranku. Aku segera menyumpal mulutnya yang sedang Terbuka saat dia hendak berteriak dengan mulutku. Dan aku langsung melumatnya. Tante Yeni yang sedang dirasuki nafsu birahi, membalas lumatanku dengan pagutan-pagutan yang tak kalah hebatnya. Cukup lama aku melumat bibirnya, kemudian aku menjilati lehernya, terus turun ke buah dadanya yang sudah mengeras. Kedua buah dadanya aku jilati secara bergantian, membuat desahannya semakin keras.

Aku menyudahi jilatanku pada kedua buah dadanya, kemudia aku berlutut ditepi ranjang, diantara kedua kakinya. Tanganku yang nakal mulai meraba-raba bibir vaginanya yang dicukur bersih. Tanpa berfikir lama, aku menjulurkan lidahku, menjilati, menghisap dan sesekali kumasukkan lidahku ke lubang vagina Tante Yeni dan lidahku menari-nari di dalam lubang vaginanya. Tante Yeni mengangkat-angkat pantatnya, menyambut jilatanku. Rintihan-rintihan kecil keluar dari mulutnya setiap kali lidahku menghujam lubang vaginanya. Disaat dia sedang menikmati jilatanku, aku memasukkan jari-jariku ke dalam lubang vaginanya. Sambil sesekali aku menjilati lubang anusnya. Tante Yeni sangat menikmati perlakuanku, dia menekan kepalaku dan membenamkannya diselangkangannya. Sepuluh menit berlalu, aku menyudahi jilatanku. Aku kemudian berdiri, sambil menarik pinggulnya ketepi ranjang, kedua kakinya kubuka lebar-lebar.

Tanpa membuang waktu lagi, batang kemaluanku yang sudah tegang dari tadi langsung kuhujamkan ke lubang vaginanya. Tante Yeni menjerit saat batang kemaluanku yang besar dan panjang menerobos masuk ke lubang vaginanya. Aku merasakan jepitan bibir vaginanya yang begitu seret. Aku mulai menggerakkan pantatku maju mundur. Tante Yeni sangat menikmati setiap gerakkan pantatku, dia menggeliat dan mendesah disetiap gerakan kemaluanku keluar masuk dari lubang vaginanya. Aku semakin mempercepat memaju mundurkan pantatku saat Tante Yeni memperlihatkan tanda-tanda orang yang mau orgasme. “Ohh.., Don.., akuu.., mau.., keluarr,” jeritnya cukup keras. Tante Yeni menggelinjang hebat, kedua pahanya menjepit pinggangku. Rintihan panjang keluar dari mulutnya saat klitorisnya memuntahkan cairan kenikmatan. Aku merasakan cairan hangat yang meleleh disepanjang batang kemaluanku.

Aku membiarkan Tante Yeni beristirahat sambil menikmati orgasmenya. Setelah Tante Yeni berhasil menguasai dirinya, tanpa membuang waktu lagi aku membalikkan tubuhnya dalam posisi menungging. Lalu aku menciumi pantatnya. Tante Yeni mengeliat menahan geli saat lidahku menelusuri vagina dan anusnya. Kemudian aku meludahi lubang anusnya beberapa kali. Setelah kurasakan daerah itu benar-benar licin, aku membimbing batang kemaluanku dengan tangan kiriku sementara tangan kananku membuka lubang anusnya. Tante tak bereaksi apa-apa dan membiarkan saja apa yang kulakukan. Perlahan kudorong pantatku. Tante Yeni merintih sambil menggigit bibirnya menahan rasa perih akibat tusukan kemaluanku pada lubang anusnya yang sempit. Setelah beberapa kali mendorong dan menarik akhirnya seluruh batang kemaluanku masuk ke lubang anusnya. Sambil menikmati jepitan lubang anusnya, aku mendiamkan sebentar batang kemaluanku disana untuk beradaptasi. Tante Yeni menjerit saat aku mulai menghujamkan kemaluanku.

Tubuhnya terhentak-hentak ketika sodokkanku bertambah kencang dan kasar. Sambil terus meningkatkan irama sodokkan, tanganku dengan kasar mencucuk-cucuk lubang vaginanya. Akibat menahan sensasi nikmat ditengah-tengah rasa ngilu dan perih pada kedua lubang bawah tubuhnya, Tante Yeni sampai menangis. Setiap kali aku menyodokkan kemaluanku ke lubang anusnya, dia mengaduh namun dia tak mau aku menyudahinya. Sampai akhirnya kurasakan suatu perasaan yang sangat nikmat mengaliri sekujur tubuhku. Aku mengerang panjang, saat mengalami orgasme yang pertama. Tanganku mencengkeram keras pantatnya. Aku menumpahkan seluruh spermaku didalam lubang anusnya. Tubuhku menegang beberapa saat, kemudian terkulai lemas.

Tak lama kemudian Tante Yeni menyusul, dia mengeram sambil tangannya mencengkeram bantal kuat-kuat. Cairan hangat dan kental meleleh dari lubang vaginanya. Dengan nafas yang masih memburu dan tubuh yang masih lemas, Tante Yeni bangkit kemudian duduk ditepi ranjang. Dia meraih batang kemaluanku lalu memasukkan ke mulutnya. Tante Yeni menjilati sisa-sisa sperma yang masih blepotan dibatang kemaluanku sampai bersih tanpa tersisa setetespun. Tante Yeni tersenyum puas merasakan nikmat yang sudah cukup lama tidak dirasakannya, sejak dia bercerai dengan suaminya. Tanpa malu-malu dia meminta aku agar menyutubuhinya lagi. Aku menuruti permintaannya, kami bersetubuh sampai pagi. Sampai kami benar-benar kelelahan. Pagi-pagi sekali aku meninggalkan Tante Yeni yang masih tidur tanpa busana dan masuk kekamar Vivi. Dimana Vivi juga sedang tidur pulas.

Cerita Bokep – Aku mengenakan seluruh pakaianku, kemudian pergi tanpa pamit. Meninggalkan kenangan-kenangan nikmat untuk mereka berdua. Sekali waktu aku mengunjungi Tante Yeni dan Vivi untuk menikmati lagi tubuh mereka.

Tamat

Cerita Dewasa Goyangan Pinggul Bu Linda

$
0
0

Cerita Dewasa Goyangan Pinggul Bu Linda – Ini adalah kisahku waktu melakukan sebuah penelitian ilmiah di Manado, kota yang terkenal dengan kecantikan wanitanya. Saat itu karena prestasiku yang sangat baik, aku mendapat kehormatan untuk menerima dan meminta fasilitas yang aku perlukan untuk penelitian selama satu setengah bulan itu dari sponsor dan pemerintah. Para pejabat daerah itu juga sangat antusias menyambutku, mereka sangat mengharapkan penelitian ilmiah ini menjadi faktor pendorong bagi perkembangan ekonomi wilayahnya. Salah satu dari para pejabat itu pula yang memberiku kehormatan untuk tinggal bersama keluarganya di sebuah kawasan khusus pejabat pemerintah dan pengusaha terkenal di kota itu. Lagi-lagi aku bisa menabung jatah uang akomodasi yang diberikan oleh sponsor dan fakultas.

Oh ya, nama panggilanku Agus, saat ini aku berumur 24 tahun, aku tercatat sebagai exchange student di University of Osaka, negeri para Shogun dan Shamurai. Badanku biasa saja dengan tinggi 170 cm kulit kuning langsat, wajah sering dapat pujian (nggak nyombong lho). Ada yang aneh dalam diriku, di usiaku yang sekarang aku begitu menyukai wanita paruh baya yang berumur antara 37 sampai 45. Rasa-rasanya aku jauh lebih menikmati wanita-wanita dewasa, ibu-ibu kesepian atau para tante girang. Dalam hal hubungan seks, kaum mereka jauh lebih sensitif dan mm pokoknya heboh. Jelas itu karena tuntutan mereka akan kepuasan seks yang lebih dari biasanya dan juga mungkin karena faktor kematangan jiwa serta pengalaman terbang yang melebihi rata-rata (pilot kali yah?)

Nama-nama yang ada dalam cerita ini hanya samaran, jadi kalau ada yang merasa keberatan silakan hubungi hansip di tempat masing-masing. Cerita ini kutulis bersama orang kedua yang juga merupakan pelaku di dalamnya. Jadi nantinya terdapat dua pribadi yang akan berbicara di sini, aku dan seorang wanita yang dalam tulisan ini sebut saja namanya Ibu Linda. Dan percaya atau tidak, cerita ini kami tulis sebagai selingan setiap kali kami melakukan hubungan seksual.

Keluarga Pak Rudy, tempatku tinggal, adalah keluarga kaya dan terpandang di seantero propinsi Sulut. Disamping Pak Rudi sendiri yang pejabat teras Pemda, keluarga itu juga memiliki beberapa perusahaan besar yang bergerak di berbagai bidang. Istrinya sendiri memimpin sebuah grup perusahaan perkapalan dan pengelolaan hasil hutan, ketiga anaknya mereka kirim ke luar negeri. Satu di Australia dan dua lainnya di London. Di rumah itu mereka tinggal dengan tiga orang pembantu, dua sopir dan dua tukang kebun yang sehari-hari “ngantor” dari jam tujuh sampai jam lima sore. Sebagai orang kaya dan terpandang, Pak Rudi juga terkenal dermawan (atau pura-pura dermawan, entahlah). Ada juga seorang adik perempuan Pak Rudi, Lisa yang masih single meski sudah berumur 38 tahun, ia seorang dokter yang bertugas di rumah sakit pemerintah di kota itu.

Seperti kebanyakan perempuan Manado, kulit Mbak Lisa (demikian aku memanggilnya) putih bersih, tubuhnya lebih mirip gadis Amerika sono ketimbang orang melayu. Hidungnya mancung dengan bibir yang sensual sekali. Kalau mau melihat dadanya hmm.. ukurannya terus terang saja di atas rata-rata. Tak kalah cantiknya istri Pak Rudi, aku biasa memanggilnya Ibu, untuk menghormati kedudukannya sebagai pengatur kehidupan rumah tangga itu, orang mengenalnya dengan panggilan Bu Linda. Tubuhnya biasa saja, tak terlalu langsing dan tidak gemuk, pas. Ia sedikit cerewet, mungkin karena semangatnya sebagai wanita karir yang berdisiplin tinggi. Dalam masalah waktu ia termasuk golongan “gila ketepatan”. Bu Linda tak pernah kepagian dan tak pernah juga kesiangan, ia selalu tepat waktu. Bicaranya selalu diplomatis, topik pembicaraannya dengan siapapun pasti terdengar sangat ilmiah. Ia memang Sarjana Ekonomi dan Management lulusan UI di Jakarta, jadi jangan heran kalau sesekali ia bicara masalah politik atau kebijakan ekonomi nasional bahkan dunia. Tapi ada satu hal yang kuanggap sebagai kekurangan wanita ini, wajah manisnya lebih sering tampak judes dan “killer”, ia pelit senyum!

Di rumah itu, aku paling dekat secara pribadi dengan seorang dari sopir mereka. Namanya Pak Yos, Yosef Sengkei lengkapnya. Lelaki berumur hampir 51 tahun, pensiunan ABRI yang sudah mengabdi pada keluarga itu tak kurang dari sepuluh tahun. Kami sering berbicara ngalor ngidul. Ia memang ditugaskan untuk mengantarku kemana saja dalam rangka studi di lapangan sehingga kami banyak punya kesempatan untuk ngobrol.

Hanya lima hari sejak aku di sana, ada sebuah kejanggalan yang terjadi pada suasana keakraban dalam keluarga itu, setidaknya ini kata Pak Yos suatu ketika. Ia bilang betapa kelihatan harmonisnya keluarga Pak Rudy sejak aku ada di situ. Bu Linda yang biasanya sangat menakutkan mereka tiba-tiba jadi agak sedikit ramah dan terbuka, masih super disiplin tapi tidak setegang dulu. Mbak Lisa juga begitu, sekarang ia betah di rumah, sejak ada aku kami memang kerap ngobrol pada malam harinya. Biasanya hanya ngomong masalah kehidupan luar negeri atau perkembangan di negara ini. Dulu-dulunya kata Pak Yos, Mbak Lisa nggak pernah sedetikpun terlihat duduk di taman dekat kolam renang di belakang rumah. Habis dari rumah sakit langsung saja ngeloyor tidur, demikian cerita lelaki tua itu dengan polosnya. Kucoba jadi pendengar yang baik, toh ini mungkin bermanfaat bagi diriku.

Tapi memang, mengaku atau nggak aku punya perhatian khusus pada Lisa. Ada sebuah perasaan aneh saat pertama kali menatap perempuan setengah baya itu, meski hanya beberapa detik saja kami saling memandang, tapi aku seperti merasakan seolah ada aura yang kuat memancar dari matanya. Namun sebagai pendatang baru apalagi dengan status “Numpang-Man!!!” tentu akan sangat tidak sopan kalau aku langsung menunjukkan reaksi. Dan cepat-cepat aku menangkis semua bayangan-bayangan vulgar tentang kemolekan tubuh Lisa yang sempat bercokol di kepalaku saat aku melihat beberapa kali Lisa menerima kedatangan seorang dokter rekan kerjanya. Mereka kurang lebih seumur, tapi menurut Lisa yang mulai minggu pertama terbuka padaku itu, Dokter Anton (begitu Lisa memanggilnya) sudah beranak istri. Hanya saja menurut cerita dokter itu ia tak sebahagia yang didambakannya. Suatu kali aku pernah juga memberanikan diri untuk memperingatkan Lisa akan hal itu, dan ia tampak termenung saja seakan masalah itu baginya sebuah dilema.

Pak Rudy, lelaki berumur 55 itu tak begitu dekat dengan keluarganya, ia lebih sering berada di luar rumah, maklum pengusaha sekaliber dia dengan bisnis yang beragam ditambah dengan tugasnya di departement pemerintah membuat waktunya hampir-hampir tak ada untuk keluarga. “Dua puluh empat jam saja rasanya tidak cukup, Gus”, katanya suatu hari. Yah, itulah gambaran keluarga Pak Rudy dengan beragam karakter mereka. Diam-diam aku juga sering memetik pelajaran dari keluarga itu untuk riset ilmiah ini.

Aku masih ingat, malam itu 27 September 1998. Seperti biasanya kami, aku, Bu Linda dan Lisa berada di ruang keluarga. Kami menghabiskan waktu sambil menonton acara televisi dan menikmati kue-kue kecil sehabis makan malam. Pak Rudy biasanya sampai di rumah cukup larut, antara pukul sepuluh sampai duabelas. Saat itu sudah pukul sembilan malam waktu setempat. Kami semua duduk di sofa menghadap TV di ruangan itu, ngobrol sana-sini tentang semua yang up to date. Tapi anehnya, malam itu perhatianku seperti hanyut pada kedua wanita paruh baya itu, keduanya sudah mengenakan baju terusan sutra yang polos tak berlengan sehingga belahan dada mereka berdua tampak menonjol. Dada dan bahu mereka yang putih mulus itu menjadi titik perhatian mataku. Aku seperti terhipnotis, terutama oleh pesona tubuh Bu Linda yang duduk persis disampingku. Istri pak Rudy yang berwajah manis itu seperti kehilangan warna judesnya. Pojok mataku lebih sering melirik ke celah gaun tidurnya yang sesekali menampakkan bungkusan buah dada montoknya. Untung aku masih bisa kontrol, mereka beberapa kali menanyakan sesuatu tentang Jepang. Kujawab seadanya dengan mata yang masih saja jelalatan.

Setelah mengamati dengan cukup seksama ternyata Bu Linda berwajah lebih manis dari adik iparnya itu. Meski Lisa lebih muda empat tahun darinya namun kalau mau jujur, aku lebih senang kalau yang ngajak.. mm Bu Linda. Ah pikiranku mulai ngeres, mereka sering berbicara dengan topik yang tak kuketahui, inilah kesempatanku untuk mencuri-curi pandang kearah celah di bawah ketiak Bu Linda. Dan secara tak sadar, aku tak tahu kalau posisi dudukku dan Bu Linda hanya berjarak beberapa sentimeter saja. Aku tak tahu apa yang menggerakkan badanku untuk terus mendekat dan hmm.. kulit halus itu terasa tersentuh bulu-bulu tanganku yang langsung saja merinding.

Aneh sekali, kedua wanita paruh baya itu tidak merasa canggung sama sekali. Layaknya seorang anggota keluarga itu, mereka sama sekali tak tampak terpengaruh oleh posisi duduk aku dan Bu Linda. Tak sampai lima belas menit setelah itu, Lisa menguapkan kantuknya. Rupanya dokter single dan cantik itu terlalu lelah, ia memang mengatakan padaku kalau siang harinya ia habis memimpin sebuah operasi bedah. Tak heran kalau ia tampak begitu lelah, matanya sayu dan sedikit merah.

“Kak Nan, aku pergi tidur dulu ya?” serunya pada Bu Linda, hmm waktu beranjak dari sofa pahanya sempat terlihat olehku. Tapi ah, perhatianku sudah telanjur pada Bu Linda.
“Gus… Mbak permisi dulu, kamu nggak ngantuk..?”
“Nggak kok, Mbak. Selamat tidur ya”, aku mengedipkan sebelah mata.
“Makasih..”, katanya sambil berlalu dari hadapan kami, ia sempat membalas kedipan mataku dengan senyum.

Beberapa saat kami berdua terdiam, tinggal aku dan Bu Linda dan TV yang ngoceh tak karuan dengan acaranya. Aku tak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh istri Pak Rudy itu. Sementara aku sendiri asik menghayalkan kalau-kalau suatu saat nanti tubuh wanita ini bisa kusentuh, kuraba, kuremas, kucium dan ooowww kutiduri sepuas hati.
“Heii… kenapa aku jadi begini ya? Rasa-rasanya ada yang aneh malam ini, berduaan dengan pemuda ini, sesuatu yang mungkin di luar dugaan?”
“Hmm… anak ini boleh juga, semoga suamiku pulang lebih larut lagi..”
Batin Bu Linda seperti merasakan sebuah getaran sejuk dari tubuh anak muda yang ada persis di sampingnya.
“Aneh, kenapa aku merasa biasa sekali dengannya, dia bukan siapa-siapa. Bahkan aku baru mengenalnya hanya satu minggu, tapi rasa-rasanya ia seperti orang yang telah kukenal lama” perempuan itu mencoba sedikit menggerakkan bahunya sehingga menimbulkan pergesekan di antara kulitnya.

“Eiiit… apa-apaan ini Bu Linda, mungkinkah dia berpikir sama denganku?”
“Ii… ibu, bapak pulang jam berapa Bu?”
“Entahlah… ibu juga nggak pernah perhatiin lagi tuh, pulangnya jam berapa”, tangannya meraih remote control diatas meja dan mencoba mengalihkan perhatian kearah TV.
“Apa kamu punya rasa yang sama denganku, Gus? Semoga saja iya..? Tapi benar juga katamu. Apa suamiku tak cepat datang dan menemukan kita sedang…” Batinnya mulai dilanda konflik.
“Kamu di Jepang nggak punya pacar, Gus?” ia menggeser duduknya yang terlalu dekat itu, lengan bagian atasnya tak lagi menempel di ujung bahuku. Aku agak sedikit kecewa. Sudut mataku masih saja mengikuti gerak tubuhnya yang cukup mencurigakan.
“Dulu pernah tapi sekarang sudah nggak lagi…”,
“Kalau boleh ibu tahu, kenapa kalian sampai putus? Maaf yah”,
“Nggak apa-apa, Bu. Hmm kami nggak punya titik temu saja”, jawabku,
“Titik temu..?”
“Ya. Kami tidak cocok dan sama-sama egois, tapi saya rasa bukan karena masalah perbedaan budaya, tapi karena mungkin sama-sama masih muda dan ego saya yang masih tinggi”,
“Lho bukannya yang seumur kamu bisa jadi partner atau mm pasangan yang cocok?”
“Nggak juga kok, Bu. Malah saya rasa sebaliknya, saya kira saya hanya akan lebih cocok dengan yang lebih dewasa”, aku mencoba menenangkan diri dengan mengatur arah pembicaraan itu.
“Apa pengertian dewasa yang kamu maksud, dari segi umur?”
“Mungkin ya, kalau mau jujur saja saya lebih menyukai wanita yang lebih tua dari segi umur”,

“Hei… hei… kamu mau sama aku? Hmm, kamu lumayan ganteng lho”, batinku.
“Emang kamu pernah pacaran sama yang lebih tua eh dewasa gitu?”
“Pernah sih, tapi sayang… harus putus juga”,
“Kok putus terus sih?”
“Dia sudah berkeluarga, bu..”
“Aku juga mau kalau kamu mau, betapa enaknya selingkuh sama yang lebih muda kayak kamu, kamu mau.? kalau ya, malam ini juga aku kasih kamu, Gus”, teriaknya dalam hati. Cerita Dewasa

“Tapi, pantas nggak sih kalau aku… mm.. sama pemuda seumur ini, gimana rasanya ya? Sudah lama aku menginginkan moment seperti ini”, tak disangka wanita bersuami itu kini berkhayal tentang perselingkuhan yang sebelumnya tak pernah sama sekali ada dalam pikirannya, sungguh ajaib anak muda ini, tubuhnya seperti memancarkan gairah birahi yang sangat kuat pada perempuan paruh baya sepertinya. Malah lebih jauh lagi, batinnya terus mengkhayal, matanya tak lagi memperhatikan TV, diintipnya tingkah anak muda setengah umurnya itu dengan seksama lewat pojok matanya.
“Ada kejanggalan pada gerak-gerik anak itu, memang, hmm akan kupancing dia”.
“Tapi kau wanita bersuami, Linda, apalagi ia jauh lebih muda darimu. Selayaknya kalau kau memanggilnya NAK, bukan sayang, lagi pula kabar tentang kebiasaan buruk suamimu belum tentu benar.”
“Tapi kenapa suamiku belum juga pulang?” Hati wanita itu terus berkecamuk, ia berusaha keras menyembunyikan hal itu dari pemuda gagah yang ada persis di samping tempat ia duduk. Ia juga sepertinya sadar posisi duduk mereka bisa membuat orang lain termasuk suaminya berpikir yang tidak-tidak tapi mengherankan juga, pantatnya terasa begitu berat untuk bergeser.

“Sayang sekali ya, tapi ibu lihat hal itu normal saja kok”, ia mencoba mencari pembenaran, tentunya dengan penuh harap kalau jalan pembicaraan itu menjurus ke arah yang ia inginkan.
“Nggak ngerti saya, Bu. Tapi… ng… saya masih berharap bisa menemukan yang seperti itu”, Waw! Bu Linda menyilangkan pahanya sehingga bagian bawah gaun tidur itu tersingkap cukup menantang. Paha putih mulus itu dengan cepat mengalihkan perhatianku dari daerah ketiaknya.
“Apakah ia lupa kalau seleraku adalah wanita seumurnya? Atau ia memang sengaja memancing reaksi?” mungkin benar kata teman-temanku, bahwa kebanyakan istri pejabat memang gatal seperti ini. Mengetahui suami mereka banyak “jajan” di luar rumah. Atau jangan-jangan ini memang sikap yang ia anggap biasa saja, Ingat, paling tidak dia pernah tinggal di Jakarta cukup lama, tentunya waktu menamatkan kuliahnya di UI.

Kami berdua terdiam untuk beberapa saat, sepertinya memang kami memikirkan sebuah hal yang sama tapi sama-sama malu dan enggan untuk mengungkapkannya. Sudut mataku full mentok ke arah buah dadanya yang maju banget, lebih dari rata-rata. Kuperhatikan lagi wajahnya dengan seksama, kulirik sejenak lalu membayangkannya, hmm.. Bu Linda ini adalah perempuan paruh baya yang tercantik yang pernah kulihat. Tapi.. Bagaimana caranya? Aku bingung sendiri sampai tiba-tiba ia membuka pembicaraan lagi, “Gus, menurut kamu kabar burung tentang kebiasaan buruk para elite pemerintah yang dikatakan punya hobi “jajanan” itu betul, nggak?” ia tak sadar semakin mengarahkan pembicaraan itu. Wah ini dia kesempatanku!
“Tampaknya ibu cukup ketinggalan juga, ibu masih menganggap itu kabar burung tapi saya sendiri pernah menelitinya secara ilmiah, Bu”,
“Oh ya?” dia tampak bersemangat lagi,
“Ya, dulu saya bersama teman pernah melakukan penelitian dengan sampling dan polling di antara keluarga para pejabat dan eksekutif di Jakarta”,
“Terus… terus gimana…” ia memotong,
“Hasilnya cukup mengejutkan, sekitar 60 persen dari para bapak-bapak itu mengaku pernah atau memang sering melakukannya”,
“Hah..!” Bu Linda terperanjat, matanya menatapku tajam, ini kesempatan lagi untuk membalas tatapan perempuan cantik itu. Sambil lalu aku melanjutkan keterangan yang sebenarnya hanya khayalanku saja, ini untungnya ilmuwan, biar ngawur juga sedikit tidak pasti dipercaya.
“Dan yang lebih aneh lagi, Bu. Sebagian besar dari para respondent menganggap hal tersebut suatu yang sudah lumrah. Malah ada lagi yang berpendapat bahwa aneh kalau seorang pejabat teras dan eksekutif tak memiliki wanita lain selain istrinya, lebih tepat kalau saya katakan partner seks lain karena para wanita tadi memang lebih sering berfungsi sebagai teman kencan. Kalau para pejabat pusat biasanya mengincar para artis dan bintang film, tentunya dengan konpensasi yang sebanding untuk si wanita, dan pejabat daerah biasanya memakai kedok perusahaan pribadi mereka, merekrut gadis-gadis cantik untuk dijadikan simpanan dengan kedok mempekerjakan mereka sebagai sekertaris, staff dan lain-lain”, jelasku panjang lebar, kata-kata itu muncul begitu saja dari mulutku dengan logika yang sedikit ngawur. Bu Ani tampak sangat serius menanggapinya. Belum lagi aku melanjutkan kata-kata itu ia sudah memotong dengan pertanyaan yang justru membuat rencana kecil dan trik itu berjalan semakin lancar saja,

“Kalau menurut kamu, Bapak gitu nggak? Maksudku mm suami ibu gitu”, ini dia pertanyaan yang kutunggu, jantungku pun berdetak mulai kencang dan dengan susah payah aku berusaha mengatur intonasi suara agar terdengar stabil.
“Ngg… gimana ya, Bu. Ini yang berat. Tapi…” Aku jadi ragu menjawabnya, Ah aku harus mendapatkan perempuan itu malam ini juga, ya, harus, harus.
“Tapi apa, Gus?” ia semakin penasaran,
“Tapi saya kan baru di sini, sebulan juga belum, Bu.”
“ooo… iya kamu benar juga, tapi nggak ada salahnya lho. Tapi oke lah, kita kembali ke topik tadi, terus gimana hasil penelitian kamu pada para istri pejabat”, suasana jadi agak kikuk, Bu Linda berusaha santai, kakinya yang sedari tadi dilipat itu kini ia selonjorkan.
“My God, aku harus bagaimana lagi untuk mencoba melakukannya, ah peduli setan, aku bukan istri yang setia. Dan lagi apa gunanya sih? Oh.. Agus, sentuh aku malam ini, rasanya aku ingin sekali merengkuh tubuhmu, memberi jalan padamu untuk memasuki tubuhku”, ia agak segan saat batinnya ingin menyebut nama benda yang ada di antara selangkangan pemuda itu. Dan… wooow, reaksi apakah itu? Ia seperti melihat perubahan jelas pada permukaan celana anak ini.

Aku pun mulai kehilangan bahan omongan, otakku sudah dipenuhi bayangan vulgar tubuh wanita berumur empat puluhan ini bertelanjang bulat di hadapanku. Pantat dan pinggulnya yang aduhai itu, oh betapa nikmatnya kalau tanganku bisa meremas-remasnya. Suasana mendadak vakum cukup lama, tak sepatah katapun yang keluar dari mulut kami, Ya ampun, bagaimana caranya aku… aku ingin sekali menyentuh benda itu tapi kenapa tangan ini rasanya seperti beku tak bisa kugerakkan. Ini kali pertama aku begitu bergairah pada seorang lelaki sejak perkawinanku sembilan belas tahun lalu, mungkinkah? Ini bisa kulakukan… ooohh aku ingin cepat-cepat meremas batang penismu anak muda! Oohh betapa nikmatnya kalau anak ini sampai menindihku, memainkan seluruh alat vitalku, memasuki liang rahimku ooohh, akankah ia jadi orang yang pertama berselingkuh denganku. Jari tangan Bu Linda saling meremas keras, aku jadi semakin yakin kalau wanita ini memang menginginkannya, sikat saja, Gus! Dia wanita kesepian! Lihatlah gerak-geriknya, perlakuan suaminya, kecantikan tubuhnya, bukankah itu yang kau cari? Entah dari mana datangnya keberanianku, lebih tepat kalau dibilang kenekatanku. Tanganku tiba-tiba mendarat di atas telapaknya yang saling meremas tadi.

“Ada apa, bu. Ibu sepertinya sedang memikirkan sesuatu?” kupandangi matanya yang indah, bibir manisnya yang tampak begitu ranum itu seperti kehilangan warna keseharian yang biasa ia tunjukkan pada para pekerja.
“Gus”, panggilnya serak dan berat.
“Ya, bu?”
“Ibu ingin sesuatu dari kamu… dan ibu harap kamu mau meluluskannya”, ia menatap mataku. Teduh sekali pandangan wanita ini, wajahnya berubah seperti seorang pengantin baru yang sedang menghadapi malam pertama. Aku yakin, saat itu aku tak dapat lagi mengontrol diri, sebelah tanganku bergerak meraba pundaknya, entah setan dari mana yang memberiku tenaga tapi aku yakin seyakin-yakinnya… ini malam pasti bakalan kejadian,
“Saya berharap inilah yang ibu inginkan”, kataku lalu mengarahkan bibirku pada bibirnya yang merah… entah berapa lama setelah itu kami berdua sudah turun dari sofa dan terlibat pertarungan bibir yang sangat hebat. Tak ada lagi kata-kata, yang terdengar hanya desahan berat mengiringi waktu dan suasana yang semakin panas, aku menindih tubuhnya di lantai berlapis karpet tebal itu. Sementara tanganku meraba permukaan dadanya yang menggelembung besar dan montok, kususupkan telapakku melalui celah dasternya lalu dengan cekatan jari-jariku menarik BH-nya ke atas. Hmm… kelembutan buah dada wanita paruh baya itu semakin membuatku bernafsu menggumulinya. Tangan kiriku tak mau ketinggalan, merambat ke arah bawah menuju daerah pangkal pahanya, dari situ kutarik celana dalam pink-nya ke bawah dan langsung kulorotkan, Bu Linda menyambutnya dengan meloloskan CD itu lepas dari kakinya. Sejenak kuhentikan aktivitas itu, kurenggangkan jarak antara tubuh kami, lalu pelan-pelan kulepaskan dasternya yang begitu tampak seksi dimataku.

“ooohh akhirnya… mm… gumuli aku, sayang, gumuli aku, setubuhi wanita kesepian ini… ooohh…”
“Ibu yakin akan melakukan ini, bu?”
“Teruskan sayang, puaskan ibu malam ini. Ibu memang sudah lama ingin melakukan ini, kamu akan jadi lelaki pertama yang menyetubuhi ibu selain suami, lakukanlah, Gus, lakukan, ibu mau, Gus. Mau.. mau… teruskan sayang…” ia mengangkat-angkat tubuhnya untuk memudahkan aku meloloskan dasternya dan… tubuh bahenol istri Pak Rudi itu kini telah tersaji lengkap di hadapanku. Tergesa-gesa kulepaskan pakaian dan celana dalam yang kukenakan. Mata permpuan itu melotot melihat sesuatu yang berdiri tegak di selangkanganku, raut mukanya menampakkan rasa khawatir bercampur gembira.
“Besar sekali sayang… ya ampun, gimana rasanya?” serunya genit sambil mengulurkan tangan kearahku. Aku kembali menindih tubuh telanjang yang begitu menggairahkan itu. Mulutku langsung menuju ke puncak gunung kembar di dadanya dan crooop… menyedot puting susunya yang merah kecoklatan. Ternyata bentuk payudara ini jauh lebih bagus dari payudara wanita-wanita lain yang pernah kugauli, malah Annie mantan pacarku pun tak ada apa-apanya dibanding Bu Linda.
“ooohh… nikmatnya mulutmu sayang ooohh, kau benar-benar lelaki yang pertama kali memberiku kenikmatan seperti ini, suamikupun tidak pernah…”
“Ng.. aahh.. sedooot yang keraas… uuuhh.. nikmat sekali sayang”,
“Kenapa aku tiba-tiba tak sabar ingin di masuki batang penismu? Menelan air manimu seperti di film itu atau menampungnya dalam rahimku ooohh… akupun rela kalau mengandung anak hasil perbuatan haram ini… sayang, ooohh setubuhilah aku sepuasmu, nak. Kau harus memberiku kepuasan malam ini.”

Pinggulnya bergerak ke samping kiri dan kanan, seperti mengisyaratkan aku untuk segera mulai menyetubuhinya. No way, terlalu cepat. Kuturunkan wajahku sambil terus menjulurkan lidah di permukaan perutnya terus turun dan sampai di daerah yang paling aku sukai, hmm namanya juga istri pejabat, daerah ini tampaknya terawat baik sekali. Tak perlu ragu.
“Ibu mau diapain sayang ooohh.. ibu malu”, tangannya mencoba menahan sambil menarik rambutku. Namun rasa geli di permukaan perutnya ternyata sangat ia sukai. Beberapa saat kemudian tangan itu malah mendorong kepalaku semakin bawah dan… nyam-nyam ini dia! Hutan lebat yang menyembunyikan oase itu kusingkap, oh… bukit kecil dengan sumur di antaranya yang berwarna merah merangsang birahi itu. Kusibakkan kedua bibir vaginanya dan creeep… ujung hidungku kupaksakan masuk ke dalam celah vagina yang sudah sedari tadi becek itu.
“aahh… kamu nakaall”, jeritnya cukup keras,Terus terang vaginanya adalah terindah yang pernah aku cicipi, bibir kemaluannya yang merah merekah dengan bentuk yang gemuk dan lebar itu membuatku semakin bernafsu saja. Bergiliran kutarik kecil kedua belah bibir vagina itu dengan mulutku. Tak kusangka wanita pemiliknya sudah pernah mengeluarkan tiga anak dari vagina ini. Cairan kelamin mulai deras mengalir dari lubuk rahim Bu Linda.
“uuuhh… kamu yang pertama memperlakukan aku seperti ini, ooohh aku bahkan tak pernah membayangkan hal ini sebelumnya, ya ampuuunn ooohh lidahmu oooh nikmatnya. Tak pernah sebelumnya suamiku berbuat seperti ini padaku, ah masa bodoh dia hanya seorang pecundang sekarang.”

Sementara aku asyik menikmati bibir kemaluannya, ia terus mendesah merasakan kegelian, persis seorang gadis perawan yang baru merasakan seks untuk pertama kali, kasihan wanita ini dan betapa bodohnya Pak Rudy. Lelaki botak itu mungkin sedang asyik dengan perempuan lain malam ini. Jadi wajar saja kalau istrinya bersetubuh denganku, adil kan?
“aahh.. sayang… ibu suka yang itu yaahh sedooot lagi dong sayang oooggghh”, ia mulai banyak menggunakan kata sayang untuk memanggilku. Sebuah panggilan yang sepertinya terlalu mesra untuk tahap awal ini. Tapi kuakui sikapnya yang dewasa dan keibuan inilah yang menjadi daya tariknya. Lima menit kemudian…
“Sayang.., Ibu ingin cicipi punya kamu juga”, katanya seperti memintaku menghentikan tarian lidah di atas vaginanya.
“Ahh, baiklah Bu, sekarang giliran ibu”, lanjutku kemudian berdiri mengangkang di atas wajahnya yang masih berbaring. Tangannya langsung meraih batang penis besarku dan sekejap terkejut menyadari ukurannya yang jauh di atas rata-rata.

“ini barang atau ketimun, Gus?” candanya padaku, lidahnya langsung menjulur kearah kepala penis yang sudah sedari tadi tegang dan amat keras itu.
“Mungkin ini nggak akan cukup kalau masuk di.. aah mm… ngggmm”, belum lagi kata-kata isengnya keluar aku sudah menghunjamkan penisku kearah mulutnya dan crooop langsung memenuhi rongganya yang mungil itu. Matanya menatapku dengan pandangan lucu, sementara aku sedang meringis merasakan kegelian yang justru semakin membuat batang penis itu tegang dan keras.
“Aduuuh enaak Bu ooohh enaknya Bu ooohh..”, mulutku mulai mengeluarkan tempat bersandar sampai aku terduduk lagi di sebuah sofa panjang sementara ia terus menyedot dan mengocok batang kemaluanku keluar masuk mulutnya yang kini tampak semakin sesak. Tangan kananku meraih payudara besarnya yang menggelayut bergoyang kesana kemari sembari tangan sebelah kiriku memberi rabaan di punggungnya yang halus itu. Sesekali ia menggigit kecil kepala kemaluanku dalam mulutnya”,mm… mm…”, hanya itu yang keluar dari mulutnya, seiring telapak tanganku yang meremas keras daging empuk di dadanya. Apakah aku sanggup menerima penis ini dalam vaginaku, uh… besarnya. Tak kubayangkan ada lelaki muda dan gagah dengan ukuran kemaluan sebesar dan sepanjang ini, alangkah nikmatnya, aku sudah tak sabar lagi.
“Crop…” ia mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya.. dan berdiri tegak di hadapanku, aku langsung menyergap pinggulnya dan lagi-lagi, daerah selangkangan dengan bukit berbulu itu kuserubuti dan menyedot cairan mani yang sepertinya sudah membanjir di bibir vaginanya.
“Aooouuuhh… ibu ndak tahan lagi sayang ampuuun… Gusss… hh masukin ibu sekarang juga, ayooo..”, pintanya sambil lalu beranjak menempatkan dirinya tepat diatas pangkal pahaku yang terduduk tegak di sofa, selangkangannya yang tersibak di antara pinggangku menempatkan posisi liang vaginanya yang terbuka lebar itu siap menerima masuknya penis besar yang kini sudah benar-benar tampak tegak lurus dan keras. Pelan sekali ia menempelkan bibir kemaluannya di kepala penisku dan mendorong perlahan,
“Nggg… aa.. aa.. aa.. iii… ooohh masuuuk… aduuuh besar sekali sayang, ooohh…”, ia merintih, wajahnya memucat seperti orang yang terluka iris. Aku tahu kalau itu adalah reaksi dari bibir vaginanya yang terlalu rapat untuk ukuran penisku. Dan Bu Linda merupakan wanita yang kesekian kalinya mengatakan hal yang sama. Namun jujur saja, ia adalah wanita paruh baya tercantik dan terseksi dari semua wanita yang pernah kutiduri. Buah dadanya yang membusung besar itu langsung kuhujani dengan kecupan-kecupan pada kedua putingnya secara bergiliran, sesekali aku juga berusaha mengimbangi gerakan turun naiknya diatas pinggangku dengan cara mengangkat-angkat dan memiringkan pinggul hingga membuatnya semakin bernafsu.
“Huuuhh.. aahh Bu, nikmat sekali Bu Linda.. ooohh, vagina ibu ooohh lezatnya ooohh goyang terus Bu aahh ini yang saya suka Bu ooohh”,
“Yaahh nggg.. ooohh sayang… sedooot terus susu ibu, Gushh…”

Tangannya menekan-nekan kepalaku kearah buah dadanya yang tersedot keras sementara penisku terus keluar masuk semakin lancar dalam liang vaginanya yang sudah terasa banjir dan amat becek itu. Puting susunya yang ternyata merupakan titik nikmatnya kugigit kecil hingga wanita itu berteriak kecil merintih menahan rasa nikmat sangat hebat, untung saja kamar tidur Lisa terletak di lantai dua yang cukup jauh untuk mendengar teriakan-teriakan kami berdua. Puas memainkan kedua buah dadanya kedua tanganku meraih kepalanya dan menariknya kearah wajahku, sampai disitu mulut kami beradu, kami saling memainkan lidah dalam rongga mulut secara bergiliran. Setelah itu lidahku menjalar liar di pipinya naik karah kelopak matanya melumuri seluruh wajah cantik itu, dan menggigit daun telinganya. Genjotan pinggulnya semakin keras menghantam pangkal pahaku, penisku semakin terasa membentur dasar liang vagina itu.

“ooohh.. aa… aahh… aahh… mmhh geliii ooohh enaknya, Gus… oooh”,
“Yaahh enaak juga Bu ooohh vagina ibu rasanya nikmat sekali, yaahh iiiyyaakkhh.. genjot yang keras Bu, nikmat sekali seperti ini, Bu ooohh ibu enaakk… ooohh Bu ooohh vagina ibu nikmat sekali, Bu”, kata-kataku yang polos itu keluar begitu saja tanpa kendali, bahkan tak kupedulikan lagi estetika bahasa pada istri Pak Rudi ini, aku tak canggung lagi menyebut kata-kata seronok tentang alat vitalnya yang memang benar-benar terasa nikmat. Goyang pinggulnya yang sesekali memutar itu membuat seluruh permukaan penisku terasa membelai dinding bagian dalam kemaluannya. Tanganku yang tadi ada di atas kini beralih meremas bongkahan pantatnya yang bahenol itu. Setiap ia menekan ke bawah dan menghempaskan vaginanya tertusuk penisku, secara otomatis tanganku meremas keras bongkahan pantatnya. Secara reflek pula vaginanya menjepit dan berdenyut seperti menyedot batang penisku. Hanya sepuluh menit setelah itu goyangan tubuh Bu Linda terasa menegang, aku mengerti kalau itu adalah gejala orgasme yang akan segera diraihnya, ooouuuhh.. Ini pertama kalinya dalam hidupku aku merasa seperti ini, anak ini benar-benar perkasa, ooh dia masih tampak kekar dan tenang. “Aku menyerah anak muda, aku tak kuat lagi menahan ini oooh penismu terasa seperti peluru kendali nuklir yang meluluh lantakkan rahimku.. oooh nikmatnya.”
“Gusss… aahh ibuu ngaa… nggak kuaat aahh aahh aahh ooohh…”,
“Taahaan Bu… Tunggu saya dulu mm nggg.. Noooh enaknya Bu.. tahan dulu Bu… jangan keluarin dulu.”
Tapi sia-sia saja, tubuh Bu Linda menegang kaku, tangannya mencengkeram erat di pundakku, dadanya menjauh dari mukaku hingga kedua telapak tanganku semakin leluasa memberikan remasan pada buah dadanya. Aku sadar sulitnya menahan orgasme itu, hingga aku meremas keras susunya untuk memaksimalkan kenikmatan orgasme itu padanya. “ooo… nggg… aahh… sayang sayang sayang sayaang oooh enaak ibu kelauaar keluar keluar haah haah hhooohh ooohh…”, teriaknya panjang mengakhiri babak permainan itu. Aku merasakan jepitan vaginanya di sekeliling penisku mengeras dan terasa mencengkeram erat sekali, desiran zat cair kental terasa menyemprot enam kali di dalam liang vaginanya sampai sekitar sepuluh detik kemudian ia mulai lemas dalam pelukanku. Dengusan nafasnya mendominasi suasana yang mendadak sepi itu.

Uhh, perkasanya anak muda ini, suamiku pun bahkan tak pernah dapat memberikan kepuasan seperti ini. Pengalaman pertamaku… ya. Terimakasih sayang, kamu telah memberikan sebuah pelajaran nikmat dan tak terlupakan ini. Aku jadi tahu betapa nikmatnya kepuasan seks yang kamu berikan. Tapi bagaimana dengan kamu sendiri? Hei dia masih tegar, yah aku masih bisa merasakan getar nafsu yang hebat di batang penisnya yang masih terjepit dalam vaginaku.

Bu Linda melangkah ke meja kecil di pojok ruangan lalu beberapa saat kemudian ia sudah menunggu jawaban dari gagang telepon yang menempel di telinganya. Aku mulai bisa menebak akal-akalan ini.
“Halo Pak, bapak di mana nih? Tapi kok sampai seginian larut belum selesai juga? Jam dua belas.. hah? ooo begitu, iya deh kalau gitu Mami tunggu yah, daah”, ia meletakkan gagang telepon dan langsung meraih tanganku dan menarikku kearah tangga.
“Gus kita masih punya satu jam lagi… cukup, kan?”
“Ya cukup Bu, tapi saya kuatir kalau…”,
“Kalau bapak datang? Tenang saja… lokasinya akan memungkinkan kita melihat kedatangan mobilnya dari jarak yang cukup jauh”, Ia terus menaiki tangga, melewati lantai dua tempat kamar Lisa terus menuju ke lantai tiga di mana terdapat sebuah hall khusus untuk santai dengan sebuah tempat duduk empuk yang panjang dan sebuah payung besar mirip beach umbrella.
“Bukan itu maksud saya, Bu..”,
“Lalu maksud kamu apa”, ia menatapku,
“Maksud saya,… saya kuatir kalau ibu minta lagi dan kita main lagi dan… aauuuwww”, belum lagi kata-kataku habis Bu Linda menjamah batang penisku lalu meremasnya dengan keras.
“iiihh.. nakal kamu, awas lho kalau kamu keluar duluan, janji yah, keluar samaan”, katanya genit. Aneh sikap Bu Linda yang sehari-harinya judes itu malam ini hilang tak berbekas, ia mendadak berubah seperti perawan yang baru saja beranjak remaja, kubalas mencubit pantatnya yang sintal itu dengan gemas. Kami berdua benar-benar menikmati moment itu mirip pengantin baru yang sedang berbulan madu.

Sampai di pojok lantai atas yang terbuka itu, aku memandang sekeliling. Rumah ini memang yang tertinggi di antara rumah lain di lingkungan kompleks pejabat teras dareh itu, berlantai tiga sehingga pemandangan sekitar kompleks tampak jelas terlihat dari sini.
“Sekarang lakukan apa maumu sayang, ibu mau puasin kamu sepuas-puasnya”, ia merebahkan diri di kursi panjang yang bisanya menjadi tempat membaca koran minggu pagi suami wanita itu, ia masih memegang tanganku dari tadi.
“Tidak, Bu. Bukan ini yang saya inginkan”, kataku menggeleng,
“Lalu ibu mau kamu apain?”
“Coba sekarang ibu berdiri membelakangi saya”, aku menunjuk ke arah pinggiran lantai yang menghadap pintu gerbang di bawah.
“Terus?”
“Naikkan sebelah kaki Ibu di bangku ini”, aku mengambilkan sebuah bangku kaki tiga setinggi lutut,
“Kamu mau ibu buka pakaian?”
“Tidak, Bu. Saya lebih senang melihat ibu dengan gaun itu, ibu tampak jauh lebih menggairahkan”,
Dasar anak muda! Serunya dalam hati, tapi ia senang juga pada fantasi seks anak ini. Baginya apapun yang dimintanya adalah pelajaran berharga. Ia yakin benar bahwa anak ini jauh lebih mengenal variasi seks dari pada ia sendiri yang selama perkawinannya hanya mengenal teknik seks dari suaminya, dan terus terang suaminya takkan pernah memberinya fantasi sehebat ini. Tanpa variasi dan sangat menjemukan.

Hamparan pemandangan vulgar itu tersaji sudah, Bu Linda, wanita paruh baya empat puluhan itu kini membelakangiku dengan pantatnya yang semok sejajar dengan penisku yang mulai tegang. Aku menyingkap ujung bawah gaunnya keatas dan menyelipkannya di ikatan pinggang gaun itu. Pantat itu terbuka dan samar-samar terlihat belahan vaginanya yang terjepit kedua belahan pantat itu. Kukocok sejenak penisku yang sudah tegang untuk menambah kerasnya, lalu perlahan kusisipkan kecelah yang mulai basah itu dari belakang.
“Ooohh… nggg”, desahan khasnya saat menerima masuknya penis besar dan panjang itu.
“Ini salah satu posisi favorit saya, Bu, ibu suka?” aku meraih buah dadanya dari celah gaun tidur itu.
“Hooohh… i. I.. Iya.. ibu suka sekaliii.. hheeehh.. aahh”, Pompaanku dimulai, sambil meremas payudara besarnya sebelah lagi tanganku memijit clitoris di bagian atas vaginanya. Bu Linda mendesah semakin cepat, nafasnya pun semakin memburu, tusukan-tusukan penisku dari arah belakang pantatnya kini ia balas dengan menggoyang-goyang pantatnya maju mundur berlawanan denganku. Hempasan pangkal pahaku menimbulkan decakan suara yang semakin keras saat ia juga menghempaskan pantatnya saat aku menusuk ke arah vaginanya.
“Iyaakkkhh iiihh uuhh aauuuwww… hheehh.. nikmat genjot aah”,
“Oohh Bu, nikmat sekali ini, oohh ini aahh iniii Bu aahh… enaakkhh… ssshh”,
“Ayooo sayaang ibu su.. sudaah hampir laagiii aahhmm ssshh…”
“Tahan Bu sentar laagiii aahh ssshh sssttt… eeehh… oooh enaknya vagina ibu”,
“Aduuuhh.. Gus cepetaan sayaang… aduuuh enaknya kooon ooohh penis kamu, sayang”,
Sebenarnya aku sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mempercepat ejakulasiku namun oooh, sulit sekali membuatnya cepat kalau dengan pasangan main secantik dan semolek Bu Linda ini. Dan kejadian itupun terulang, Bu Linda mendesah panjang dengan tubuh yang kembali menegang. Tangannya meremas tiang tempat ia berpegang sambil menggigit bibirnya.
“aauuuwww ibu nggak tahaan sayang ooohh…, enaakhh ibu keluar lagiii”,
“oooh Bu mm”, aku sedikit kecewa saat ia menghentikan gerakan. Kakinya ia turunkan dari bangku yang membuat penisku tercabut.
“Ibu capeeek, sayang.. selangkangan ibu rasanya pegal sekali”, ia menatapku lemas, aku diam sejenak. Ah peduli amat..! aku harus memuaskan dirku sekarang! Kalaupun ia menolak akan kuperkosa wanita ini. Aku menariknya dengan sedikit kasar lalu kudorong ia perlahan untuk menungging dan bertumpu di kedua kaki dan tangannya. Pahanya kulebarkan dengan sedikit memaksa,
“Ampun sayang, ibu nggak kuat lagi, oooh ibu nyerah deeeh” ia meminta.
“ooohh anak muda ini, gila!!! Benar-benar gila kau Agus.. kau mampu membuatku orgasme sampai dua kali dan kau sendiri masih belum apa-apa. Dan sekarang.. oh tuhan aku mau diapakan. Aku memang suka permainanmu yang hebat ini tapi ooouuuh… ampuuun gelii…”

Lihat Juga :  Cerita Dewasa Ngentot dengan Teman Suamiku

Aku menghunjamkan penisku dari belakang, kupikir doggy style ini biasanya membuatku cepat keluar,
“Maafkan saya bu, tapi tubuh ibu sangat menggairahkan, ini kesempatan yang sudah saya tunggu sejak pertama melihat ibu”, aku mulai memaju mundurkan pantatku menggenjotnya. Permintaannya untuk berhenti justru semakin membangkitkan birahiku. Bagaimana rasanya orang yang sehari-hari tampak judes dan kejam ini merasakan keperkasaanku yang telah dua kali membuatnya tumbang. Aku semakin menikmatinya. Genjotanku semakin lancar, tak kupedulikan lagi desahan dan rontaannya yang timbul dari rasa geli itu. Sepuluh menit kemudian aku baru merasakan gejala ejakulasi, sengaja kupercepat dan perkeras genjotanku. Tanganku meraih buah dadanya yang menggantung dan bergoyang keras akibat benturan pangkal pahaku yang bertubi-tubi.

Tapi tiba-tiba sekali, sekelebat sinar terang dari sebuah kendaraan tampak di kejauhan. Dan wajah Bu Linda yang memang menghadap ke arah itu melihatnya jelas, tubuhnya reflek berhenti dari reaksi kenikmatan yang sebenarnya baru saja mulai ia rasakan lagi. Akupun demikian, kami bagai tersambar listrik, langsung terdiam dan tak bergerak, hanya beberapa detik sebelum Bu Linda reflek mencabut gigitan vaginanya dan berdiri menghadapku.
“Itu bapak! Kita harus kembali ke kamar masing-masing, kunci kamarmu”, katanya cekatan, wajahnya mulai tegang, pesona seksual dan libidonya seperti hilang tak berbekas.

“Ayooo!!! Kamu tunggu apa..”, ia seperti membentakku karena melongo seperti patung goblok.
“I… iya Bu, tapi..”, aku meraih buah dadanya dan menyorongkan mulutku, tapi baru sedetik mulutku mendarat ia sudah menepisnya sambil melotot.
“Jangan keterlaluan, Gus. Ayo cepat kamu tunggu apa lagi”, ia merapikan pakaian tidur itu dan berlalu. Aku mengikuti dari belakang. Bajuku sudah terpasang tapi celanaku hanya kutenteng.
“Besok kita lanjutkan, itu kalau kita selamat malam ini…”, ia memberiku kecupan dan langsung berlalu dari hadapanku. Untung saja kamarku ada di lantai dua, di samping kamar Lisa, coba kalau di lantai dasar pasti sudah ketahuan Pak Rudi, karena untuk mencapai kamar khusus tamu harus melewati kamar tamu dan ruang keluarga dulu.

Aku menutup pintu kamar, sejenak aku terpaku. Ah, benar juga Bu Linda, dasar aku saja yang sudah kesetanan berpikir untuk memaksanya menuntaskan permainanku. Dadaku bergetar saat menyadari betapa bahayanya kalau kejadian itu sampai diketahui pak Rudi. Pasti aku mati… ya… mati! Dengan perasaan was-was aku menuju kedekat pintu, menempelkan telingaku di daun pintu itu, berharap kalau mendengar apa yang terjadi di bawah. Kamarku memang dekat tangga keruang bawah sehingga suara-suara di lantai dasar terdengar dari situ. Aku mendengar suara pintu di buka,

“Maaf Mi, Papi pulang selarut ini uuuh capeknya”, suara Pak Rudi terdengar khas, bariton. Tak ada jawaban setelah itu. Lalu terdengar langkah dua orang memasuki kamar dan menutup pintu. Aku masih tegang, pikiranku mulai tenang dan mencoba menerka apa yang terjadi, mungkinkah Pak Rudi menanyai istrinya kenapa begitu berkeringat? lalu apakah jawaban Bu Linda? Apakah itu akan menimbulkan kecurigaan? Ah mungkin saja Bu Linda membasuh mukanya sebelum ia keluar menyambut suaminya itu. Tapi apakah itu tak menampakkan bahwa Bu Linda tak tidur semalaman?

Oooh Fuck off!! Teriakku dalam hati that’s not my business, what a heck! Aku kembali ketempat tidur. Mencoba memejamkan mata tapi ah, lagi-lagi wajah Bu Linda dengan tubuh tanpa busana datang, coba kuhapus, tak bisa. oooh tubuh mulus perempuan paruhbaya seleraku, putih bersih dan halus, wajah dewasa, keibuan. Dan wow buah dada itu.. payudara terindah yang pernah kulihat, besar, padat meski sedikit turun karena usia dan mungkin Pak Rudi yang terlalu sering meremasnya, itu justru yang kusuka, menambah pesonanya sebagai wanita dewasa. Terbayang bibirnya yang mmhh mengulum penisku penuh sesak, dan ah vagina terindah dan ternikmat yang pernah aku rasakan. Kenapa aku begitu tergila-gila pada wanita ini? Huh, goyang tubuhnya saat aku menggaulinya tadi, sungguh sebuah sensasi yang tak tertandingi oleh yang lain, yang pernah aku nikmati sebelumnya. Tapi, mungkin juga sekarang Pak Rudi sedang menikmati tubuhnya yang mm, ada rasa cemburu merayapi benakku yang membayangkan betapa lahapnya suami Bu Linda menerkam tubuh istrinya yang baru saja aku nikmati itu.

Tapi bukankah malam ini aku tidak tuntas? Sudah dua kali ia meraih kepuasan dariku namun belum sedetikpun aku menikmati puncak birahiku sendiri. Ini tidak adil! Akhirnya obsesi dan bayangan seksual Bu Linda itu pula yang menyebabkan aku nekat, aku bangun. Jarum jam menunjukkan angka 1.30 am. “Aku harus memuaskan diriku, sekarang juga! Yah sekarang juga, harus, aku harus menumpahkan spermaku dalam rahimnya, yah dalam vagina Bu Linda”, benakku bergumam keras dalam hati. Dengan hati-hati aku melangkah keluar kamar, menuruni tangga menuju lantai dasar dan akhirnya sampai di depan kamar Pak Rudi. Ternyata akalku main juga, setelah kutempelkan telingaku pada daun pintu aku mendengar jelas dengkuran laki-laki, pasti itu Pak Rudi. Pria itu jelas terlalu lelah sehabis kerja sehari-semalam, untung juga ia tidak meniduri istrinya yang cantik itu, kalau ya wah gawat, dia bakalan dapat sisa cairanku di situ, hehehe, aku jahil juga.

Kebetulan di situ ada sebuah piano besar dengan kursinya. Aku mengangkat kursi itu dengan hati-hati dan meletakkannya di samping pintu. Lalu kunaiki dan mengintip lewat celah di atas. Kulihat Pak Rudi yang mendengkur keras dengan muka menghadap samping dan bantal menutupi telinganya, bagus berarti lelaki botak itu tak akan mendengar kalau aku harus nekat membuka pintu kamar ini. Dan kulihat Bu Linda masih terjaga, matanya tampak seperti menerawang jauh memandang ke langit-langit kamar, tampaknya wanita itupun tak bisa tidur. Aku yakin ia takkan sanggup memejamkan mata malam ini, wanita itu takkan sanggup melupakan peristiwa yang baru saja dialaminya, eh kami alami. Ia takkan begitu saja menghilangkan nyeri dan sisa kenikmatan di selangkangannya.

Sekarang aku benar-benar nekat, pokoknya “nekat of the year”. Mengetuk pintu dari kayu jati itu mungkin akan membuat suaminya terbangun, tapi membukanya dengan hati-hati mungkin tidak akan menimbulkan suara. Dan.. krek! ah tidak terkunci. Langsung terbuka dan langsung juga membuat Bu Linda terhenyak, tapi dengan cepat aku meletakkan jari telunjuk di bibir. “Wow nekat..! Kau anak muda mm… untung saja aku telah memberinya obat tidur. Tapi ah, sungguh asyik bermain-main dengan bahaya seperti ini. Aku mau tahu apa yang akan ia perbuat padaku sekarang. Oh penis besarnya serasa masih mengganjal di celah dinding vaginaku, aku ingin lagi!”

Ia mengulapkan tangan memberi tanda padaku untuk keluar dan menunggu. Aku pun mengangguk, dan berlalu. Dadaku berdetak keras, kalau saja ini terjadi setiap hari berturut selama tiga hari saja, aku pasti jantungan. Lalu Bu Linda muncul dari balik pintu kamarnya dan berjalan kearahku,
“Kita di dapur saja.. dari situ kita bisa lihat ke arah pintu kamar ibu”, bisiknya.
“Baik Bu”,

Dapur itu memang terletak berhadapan dengan ruang keluarga dan pintu kamar tidur mereka bisa dilihat jelas. Mungkin Bu Linda berpikir kalau suaminya sampai bangun dan keluar dari kamar tidur maka akan tampak jelas dari jendela dapur ini, sementara jendela itu sendiri hanya tampak remang kalau dilihat dari arah sebaliknya. Cerdik juga! Aku yang sudah tak sabar lagi langsung menuntunnya untuk berdiri dan bersandar di dinding ruangan itu, kulepas ikatan gaun tidurnya, meraih buah dada montoknya dan langsung menyedot puting susu itu bergiliran, huh nikmatnya kelembutan payudara perempuan paruhbaya itu. Dengan posisi berdiri seperti ini, bush dadanya memang terlihat lebih menantang, walau agak turun tapi ukurannya yang diatas rata-rata itulah yang membuatnya jadi tampak begitu menantang birahi.

“Heeehhggg… mm ayooolah sayang jangan berlama-lama disitu, ingat situasi dong”, keluhnya,
“Baik Bu”, jawabku tak membantah, lalu berjongkok sejenak di depan pahanya yang mengangkang dan mencicipi permukaan vaginanya, lidahku terjulur membasahi dinding tebalnya di bagian luar. Kemudian aku tergesa gesa berdiri segera kutusukkan penisku yang memang tegang non-stop sedari tadi. Masuk dan langsung menggoyangnya maju mundur. Tak seperti suasana sebelum Pak Rudi datang, desahan Bu Linda terdengar seperti berbisik.

“Huuuhh yaahh.. ini sayang yaah pijit yang agak keras yaah..”, bisiknya ditelingaku sambil membawa telunjukk kananku menyentuh puting susunya, aku menjepit puncak buah payudara itu dengan jari tengah dan ibu jari, telunjukku membelainya. Kucoba meresapi gerakan pinggulnya yang kini ikut bergoyang seperti berdansa, mengimbangi gerakan pinggulku yang sesekali memutar-mutar, membuat penisku mengaduk-aduk lubang kenikmatan di antara pangkal pahanya.
“Kali ini kamu harus bisa keluar sayang, ooohh ibu mau cairan kamu masuk ke dalam rahim ibu. Harus sayang, kamu harus keluarin sekarang. Kalau tidak ibu nggak akan sanggup lagi, hheeehh ooohh yaahh ooohh yyyaahh iiyaahh aahh aauuuh enaknya ooohh besar sekali penis kamu aahh uuuh nikmat sayang?”
“Yah hhmm aahh nikmat sekali Bu ooohh saya hampir keluar sekarang oohh jepit bu oooh vagina ibu enaakkkhh mm”, balasku mendesah sambil menundukkan kepala dan menyedot puting susunya. Kedua tanganku mengangkat buah dada itu sambil meremas-remas dan mengarahkannya ke mulutku yang terus menyedotnya.

“ooohh.. yyyyaahh.. ooohh yyyaahh, ibu juga mau kelu.. Aarrr aakkkhh yyyaahh, sekarang Gus sekarang ooohh genjot ibu sayang ooohh remas susu ibu sayang remeeess yaahh yang keraas lagi ooohh… sekarang yaakkkhh yaakkkhh aahh”, perempuan itu melepaskan cairannya untuk yang kesekian kali di malam itu dan…
“Saya juga bu ooohh vagina ibuu.. ooohh bu ooohh bu saya keluar, keluar keluaarrr enaak Bu ooohh enaak sekali aahh ahh ahh ahh ahh yaahh..”, akhirnya aku juga melepaskan beban birahi itu dengan ejakulasi yang sangat kuat, wajahku mendongak ke atas, penisku memuntahkan seluruh isinya ke dalam liang vagina Bu Linda yang juga mengalami hal sama. Kami sama-sama merasakan puncak hubungan seks itu dengan dahsyat. Tubuh kami sama-sama menegang keras saling berpelukan erat sekali.

Beberapa detik kemudian kami terduduk lemas di lantai dapur itu, lega sudah sekarang rasanya. Tubuhku terasa ringan dan enteng. Bu Linda menyandarkan kepalanya di pundakku, ia juga tampak lemas setelah mengalami tiga kali orgasme, nafasnya masih terdengar tak teratur, ia lalu memperbaiki ikatan pinggang gaun tidurnya yang terlepas. “Kamu sudah puas sayang?”, bisik Bu Linda. “Sudah, Bu. Terimakasih, ibu nikmat sekali. Sudah setahun lebih saya tidak melakukannya dan ibu adalah wanita tercantik yang pernah saya kenal”,.
“Bisa saja kamu, Gus tapi benar deh kamu hebat” bisiknya sambil membelai dadaku yang bidang.
“Baru kali lho ibu mencapai puncak, Gus.”
“Ah saya juga sama deh bu puas banget” balasku mesra. Kamipun saling berpelukan mesra.

Sejak kejadian tersebut kami berdua selalu mengulanginya setiap ada kesempatan, terutama bila suaminya tugas ke luar kota.

—TAMAT—

Viewing all 212 articles
Browse latest View live