Quantcast
Channel: Janda Mesum Telanjang
Viewing all 212 articles
Browse latest View live

Cerita Ngentot Body Tante Tetanggaku Bahenol

$
0
0

Cerita Ngentot Body Tante Tetanggaku Bahenol – Namaku Didi. Sekarang saya berkerja di salah satu perusahaan multinasional di kota B dan tinggal di daerah J sejak tahun 1995. Cerita yang akan saya tuturkan di bawah ini adalah kisah nyata yang terjadi beberapa tahun yang silam. Dulu saya tinggal bersama kedua orang tuaku di sebuah kompleks kecil milik sebuah instansi pemerintah dan dihuni oleh beberapa keluarga saja di dalam satu pagar. Tetangga yang paling dekat dengan kami adalah Om Yan dan Tante Titik yang mempunyai 2 orang anak laki-laki yang masih kecil-kecil, yang besar berumur 3 tahun dan yang kecil berumur 1 tahun.

cerita dewasa, cerita sex, cerita panas, cerita seks, cerita mesum, cerita hot, cerita bokep, cerita ngentot, cerita porno, ngentot artis, foto sexy, abg bugil, foto seksi, foto hot, foto mesum, foto panas, foto sex, foto bugil, cewek bugil

Pada saat saya kelas 3 SMA, Om Yan secara kebetulan ditugaskan oleh kantornya untuk belajar ke Jepang (terakhir saya baru tahu kalau Om Yan bertugas selama 1 tahun lebih). Dan tinggallah Tante Titik dan 2 orang anaknya beserta 1 orang pembantunya. Keadaan tersebut membuat saya berhasrat untuk selalu bertandang ke rumahnya dengan alasan ingin bermain dengan kedua anaknya. Alasan tersebut cukup kuat karena orang tua saya dan Tante Titik tidak pernah curiga sama sekali. Seringkali saya juga memergoki Tante Titik sedang berganti pakaian di kamar dengan tidak menutup pintunya, atau mandi dengan tidak menutup pintunya.

Sampai pada suatu ketika, saat saya sedang bertandang ke rumahnya dan hanya Tante Titik yang ada di rumah. Kedua anaknya dan pembantunya di-hijrah-kan ke daerah KD, sebelah timur kota BT karena Tante Titik sering berpergian. Dan kebetulan juga orang tua saya saat itu sedang ditugaskan ke luar daerah. Dengan ikutnya ibu dan kakak saya, yang berarti saya juga hanya tinggal sendiri di rumah.

Sekedar gambaran, Tante Titik itu mempunyai tinggi badan sekitar 165 cm, mempunyai pinggul yang besar, buah pantat yang bulat, pinggang yang ramping, dan perut yang agak rata (ini dikarenakan senam aerobic, fitness, dan renang yang diikutinya secara berkala), dengan didukung oleh buah dada yang besar dan bulat (belakangan saya baru tahu bahwa Tante Titik memakai Bra ukuran 36B untuk menutupinya). Dengan wajah yang seksi menantang dan warna kulit yang putih bersih, wajarlah jika Tante Titik menjadi impian banyak lelaki baik-baik maupun lelaki hidung belang.

Hingga pada suatu sore, saat saya mendengar ada suara langkah kaki di luar, kemudian saya intip dari jendela dan ternyata Tante Titik baru pulang. Tidak lama kemudian saya ingin ke kamar mandi (kamar mandinya terletak di luar masing-masing rumah dan ada beberapa tempat yang berjejer). Di saat saya keluar dari kamar mandi, saya berpapasan dengannya. Dia memakai kimono tipis warna biru muda dengan handuk di pundak dan rambut yang diikat agak ke atas sehingga leher jenjangnya terlihat seksi sekali. Sedangkan saya hanya memakai celana pendek tanpa kaos (memang kalau di rumah, saya jarang memakai kaos/baju).

“Malem Tante”, saya sapa dia agar terlihat agak sopan.
“Malem Mas Dio.. kok belum tidur..?” balasnya.
Dan tanpa saya sadari tiba-tiba dia mencekal tangan saya.
“Mas Dio..” katanya tiba-tiba dan terlihat agak sedikit ragu-ragu.
“Ya Tante..?” Jawab saya.
“Eee.. nggak jadi deh..” Jawabnya ragu-ragu.
“Ada yang bisa saya bantu, Tante..? Tanya saya agak bingung karena melihat keragu-raguannya.

“Eee.. nggak kok. Tante cuma mau nanya..” jawabnya dengan ragu-ragu lagi.
“Mas Dio di rumah lagi ngapain sekarang..?” tanya dia.
“Lagi nonton. Emangnya kenapa Tante..?” saya tanya dia lagi.
“Lagi nonton apa sih..?” tanya dia agak menyelidik.
“Lagi nonton BF Tante”, kata saya yang tidak tahu dari mana tiba-tiba saya mendapat keberanian untuk bilang begitu.
“BF..? tanya dia agak kaget.
“Maksudnya Blue Film..?”
“Iya.. emangnya ada apa sih Tante? Kalo tidak ada apa-apa saya mau nerusin nonton lagi nih..” kata saya dengan agak memaksa.
“Eee.. mau bantuin Tante nggak..? Soalnya Tante agak takut sendirian di rumah. Kalau kamu mau sambil nonton juga boleh kok. Bawa aja filmnya ke rumah, Tante juga punya beberapa film seperti itu. Nanti Tante temenin nontonnya deh”, kata dia agak merajuk.
“Iya deh Tante, saya pilihin dulu yang bagus”, kataku tanpa ba bi Bu langsung setuju dengan ajakannya.

Pucuk di cinta ulam tiba, sesuatu yang sangat aku impikan sejak lama untuk bisa berdua dengan Tante Titik. Hari ini aku akan berdua dengannya sambil menonton Film Biru dengan harapan bisa melihat keindahan ragawi seorang wanita yang aku puja-puja dari dulu dan bahkan (mungkin) merasakan kenikmatannya juga.

Singkat kata saya langsung memilah-milah video yang bagus-bagus (Maklum, waktu itu masih jamannya Betamax, belum VCD). Kemudian saya masuk rumah Tante Titik lewat pintu dapurnya. Saya setel lebih dulu video yang tadi saya tonton dan belum habis. Beberapa menit kemudian Tante Titik masuk lewat pintu dapur juga dengan wangi tubuh yang segar, apalagi rambutnya juga kelihatan basah seperti habis keramas. Saya selidiki tiap sudut tubuhnya yang masih terbalut kimono tipis biru muda yang agak menerawang tersebut, sehingga dengan leluasa mata saya melihat puncak buah dadanya karena dia tidak memakai Bra. Tanpa kusadari, di antara degupan jantungku yang terasa mulai keras dan kencang, kejantananku juga sudah mulai menegang. Dengan santai dia duduk tepat di sebelahku, dan ikut menonton film BF yang sedang berlangsung.

“Cakep-cakep juga yang main..” akhirnya dia memberi komentarnya.
“Dari kapan Mas Dio mulai nonton film beginian..? tanyanya.
“Udah dari dulu Tante..” kataku.
“Mainnya juga bagus dan tidak kasar. Mas Dio udah tahu rasanya belum..? tanya dia lagi.
“Ya belum Tante. Tapi kata temen-temen sih enak. Emang kenapa Tante, mau ngajarin saya yah? Kalau iya boleh juga sih”, kataku.
“Ah Mas Dio ini kok jadi nakal yah sekarang”, katanya sambil mencubit lenganku.
“Tapi bolehlah nanti Tante ajarin biar kamu tahu rasanya”, tambahnya dengan sambil melirik ke arahku dengan agak menantang.

Tidak lama berselang, tiba-tiba Tante Titik menyenderkan kepalanya ke bahuku. Seketika itu pula aku langsung kaget dan bingung karena belum pernah sama sekali melakukan perbuatan itu. Tapi aku hanya bisa pasrah saja oleh perlakuannya. Sebentar kemudian tangan Tante Titik sudah mulai mengusap-ngusap daerah tubuhku sekitar dada dan perut (karena lagi-lagi aku tidak memakai kaos saat itu). Rangsangan yang ditimbulkan dari usapannya cukup membuat aku nervous karena itu adalah kali pertama aku diperlakukan oleh seorang wanita, apalagi wanita tersebut tidak lain adalah Tante Titik. Kejantananku sudah mulai semakin berdenyut-denyut siap bertempur.

Kemudian Tante Titik mulai menciumi leherku, lalu turun ke bawah sampai dadaku. Sampai di daerah dada, dia menjilat-jilat ujung dadaku, secara bergantian kanan dan kiri. Tangan kanan Tante Titik juga sudah mulai masuk ke dalam celanaku, dan mulai mengusap-usap kejantananku.

Karena dalam keadaan yang sudah sangat terangsang, aku mulai memberanikan diri untuk membuka kimono yang dia pakai. Aku remas payudaranya, dan aku pilin-pilin ujung dari payudara yang berwarna kecoklatan dan sangat sensitif itu, terkadang aku juga mengusap ujung-ujung tersebut dengan ujung jariku. “Ssshh.. ya situ sayang..” katanya setengah berbisik. “Ssshh.. oohh..”

Tiba-tiba dia memaksa lepas celana pendekku, dan diusapnya kejantananku. Akhirnya bibir kami saling berpagutan dengan penuh nafsu yang sangat membara. Dan dia mulai menjulur-julurkan lidahnya di dalam mulutku. Sambil berciuman tanganku mulai bergerilya ke bawah sampai pada permukaan celana dalamnya, yang rupanya sudah mulai menghangat dan agak lembab. Aku melepaskan celana dalam Tante Titik, sehingga kami berdua menjadi telanjang bulat. Kutempelkan jariku di ujung atas permukaan kemaluannya. Dia kelihatan agak kaget ketika merasakan jariku bermain di daerah seputar klitorisnya. Lama kelamaan Aku masukkan satu jariku, lalu jari kedua dan kemudian aku tambah satu jari lagi sehingga menjadi tiga ke dalam liang kemaluannya. “Aaahh.. sshh.. oohh.. terus sayang.. terus..” bisik Tante Titik.

Ketika jariku terasa mengenai akhir lubangnya, tubuhnya terlihat agak bergetar. “Ya.. terus sayang.. terus.. aahh.. sshh.. oohh.. aahh.. terus.. sebentar lagi.. teruuss.. oohh.. aahh.. aarrgghh..” kata Tante Titik.

Seketika itu pula dia memeluk tubuhku dengan sangat erat sambil menciumku dengan penuh nafsu. Aku merasakan bahwa tubuhnya agak bergetar (yang kemudian baru aku tahu bahwa dia sedang mengalami orgasme). Beberapa saat tubuhnya mengejang-ngejang menggelepar dengan hebatnya. Yang diakhiri dengan terkulainya tubuh Tante Titik yang terlihat sangat lemas di sofa.
“Saya kapan Tante, kan saya belum..?” Rujukku.
“Nanti dulu yah sayang, sebentar.. beri Tante waktu untuk istirahat sebentar aja”, kata Tante Titik.
Tapi karena sudah sangat terangsang, kuusap-usap bibir kemaluannya sampai mengenai klitorisnya, aku dekati payudaranya yang menantang itu sambil kujilati ujungnya, sesekali kuremas payudara yang satunya. Sehingga rupanya Tante Titik juga tidak tahan menerima paksaan rangsangan-rangsangan yang kulakukan terhadapnya. Sehingga sesekali terdengar suara erangan dan desisan dari mulutnya yang seksi. Aku usap-usapkan kejantananku yang sudah sangat amat tegang di bibir kemaluannya sebelah atas. Sehingga kemudian dengan terpaksa dia membimbing batang kemaluanku menuju lubang kemaluannya. Pelan-pelan saya dorong kejantananku agar masuk semua.

Kepala kejantananku mulai menyentuh bibir kewanitaan Tante Titik. “Ssshh..” rasanya benar-benar tidak bisa kubayangkan sebelumnya. Lalu Tante Titik mulai menyuruhku untuk memasukan kejantananku ke liang kewanitaannya lebih dalam dan pelan-pelan. “Aaahh..” baru masuk kepalanya saja aku sudah tidak tahan, lalu Tante Titik mulai menarik pantatku ke bawah, supaya batang kejantananku yang perkasa ini bisa masuk lebih dalam. Bagian dalam kewanitaannya sudah terasa agak licin dan basah, tapi masih agak seret, mungkin karena sudah lama tidak dipergunakan. Namun Tante Titik tetap memaksakannya masuk. “Aaagghh..” rasanya memang benar-benar luar biasa walaupun kejantananku agak sedikit terasa ngilu, tapi nikmatnya luar biasa. Lalu terdengar suara erangan Tante Titik.

Lalu Tante Titik mulai menyuruhku untuk menggerakkan kemaluanku di dalam kewanitaannya, yang membuatku semakin gila. Ia sendiri pun mengerang-ngerang dan mendesah tak karuan. Beberapa menit kami begitu hingga suatu saat, seperti ada sesuatu yang membuat liang kewanitaannya bertambah licin, dan makin lama Tante Titik terlihat seperti sedang menahan sesuatu yang membuat dia berteriak dan mengerang dengan sejadi-jadinya karena tidak kuasa menahannya. Dan tiba-tiba kemaluanku terasa seperti disedot oleh liang kewanitaan Tante Titik, yang tiba-tiba dinding-dinding kewanitaannya terasa seperti menjepit dengan kuat sekali. Aduuh.. kalau begini aku makin tidak tahan dan.. “Aaarrgghh.. sayaang.. Tante keluar lagii..” jeritnya dengan keras, dan makin basahlah di dalam kewanitaan Tante Titik, tubuhnya mengejang kuat seperti kesetrum, ia benar-benar menggelinjang hebat, membuat gerakannya semakin tak karuan. Dan akhirnya Tante Titik terkulai lemas, tapi kejantananku masih tetap tertancap dengan mantap.

Aku mencoba membuatnya terangsang kembali karena aku belum apa-apa. Tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kanan, sambil sesekali kupilin-pilin ujungnya dan kuusap-usap dengan ujung jari telunjukku. Sedang payudara kirinya kuhisap sambil menyapu ujungnya dengan lidahku. Tiba-tiba seperti ada sesuatu yang keluar dan terasa hambar dari ujung payudaranya, yang ternyata susu. “Ssshh.. shh..” desahan Tante Titik sudah mulai terdengar lagi. Aku memintanya untuk berganti posisi dengan doggy style. Awalnya dia menolak dengan alasan belum pernah bersetubuh dengan gaya itu, setelah aku beritahu alasanku, akhirnya dia mau juga dengan berpesan agar aku tidak memasukkan air maniku ke dalam liang kewanitaannya.

Aku mencoba untuk menusukkan kejantananku ke dalam liang kewanitaannya, pelan tapi pasti. Kepala Tante Titik agak menengok ke belakang dan matanya melihat mataku dengan sayu, sambil dia gigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang timbul. Sedikit demi sedikit aku coba untuk menekannya lebih dalam. Kejantananku terlihat sudah tertelan semuanya di dalam kewanitaan Tante Titik, lalu aku mulai menggerakkan kejantananku perlahan-lahan sambil menggenggam buah pantatnya yang bulat. Dengan gaya seperti ini, desahan dan erangannya lebih keras, tidak seperti gaya konvensional yang tadi.

Aku terus menggerakkan pinggulku dengan tangan kananku yang kini meremas payudaranya, sedangkan tangan kiri kupergunakan untuk menarik rambutnya agar terlihat lebih merangsang dan seksi. “Ssshh.. aarrgghh.. oohh.. terus sayaang.. terus.. aarrgghh.. oohh..” Tante Titik terus mengerang.

Beberapa menit berlalu, kemudian Tante Titik merasa akan orgasme lagi sambil mengerang dengan sangat keras sehingga tubuhnya mengejang-ngejang dengan sangat hebat, dan tangannya mengenggam bantalan sofa dengan sangat erat. Beberapa detik kemudian bagian depan tubuhnya jatuh terkulai lemas menempel pada sofa itu sambil lututnya terus menyangga pantatnya agar tetap di atas. Dan aku merasa kejantananku mulai berdenyut-denyut dan aku memberitahukan hal tersebut padanya, tapi dia tidak menjawab sepatah kata pun. Yang keluar dari mulutnya hanya desahan dan erangan kecil, sehingga aku tidak berhenti menggerakkan pinggulku terus.

Aku merasakan tubuhku agak mengejang seperti ada sesuatu yang tertahan, sepertinya semua tulang-tulangku akan lepas dari tubuhku, tanganku menggenggam buah pantat Tante Titik dengan erat, yang kemudian diikuti oleh keluarnya cairan maniku di dalam liang kewanitaan Tante Titik. Mata Tante Titik terlihat agak terbelalak ketika merasakan ada cairan yang memenuhi bagian dalam dari kewanitaannya. Sesaat kemudian aku ambruk di atas tubuhnya, tubuhku terasa sangat lemas sekali. Setelah kami berdua merasa agak tenang, aku melepaskan kejantananku dari liang nikmat milik Tante Titik.

Dengan agak malas Tante Titik membalikkan tubuhnya dan duduk di sampingku sambil menatap tajam mataku dengan mulut yang agak terbuka, sambil tangan kanannya menutupi permukaan kemaluannya.
“Kok dikeluarin di dalem sih Mas Dio..? tanyanya dengan suara yang agak bergetar.
“Tadi kan saya sudah bilang ke Tante, kalau punya saya berdenyut-denyut, tapi Tante nggak ngejawab sama sekali..” kataku membela diri.
“Ya kan terasa kalau sudah mau keluar..” katanya.
“Saya mana tahu rasanya kalau mau keluar.. ini kan yang pertama buat saya. Jadi saya belum tahu rasanya..” jawabku.
“Terus entar kalau jadi gimana?” katanya lagi.
“Nggaakk tahu Tante..” jawabku dengan suara yang agak terbata-bata karena takut dengan resiko tersebut.
“Ya sudahlah.. tapi lain kali kalau sudah kerasa kayak tadi itu langsung buru-buru dicabut dan dikeluarkan di luar ya..?” katanya menenangkan diriku yang terlihat takut.
“I.. iiya Tante..” jawabku sambil menunduk.

Lalu Tante Titik berdiri menghampiri video dan TV yang masih menyala, dan mematikannya. Kemudian tangannya dijulurkan, mengajakku pindah ke kamar untuk tidur. Akhirnya kami tertidur pulas sampai pagi sambil saling berdekapan dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun.

Lihat Juga : Cerita Ngentot Kenikmatan Jepitan Susu Lidya

Itulah awal dari perbuatan-perbuatan saya bersama Tante Titik. Selama hampir 2 tahun Tante Titik memberi saya banyak pelajaran dan kenikmatan yang sangat luar biasa. Terkadang jika Tante Titik sedang sangat menginginkannya, aku selalu siap melayaninya, kecuali jika keadaanku sedang tidak fit atau sedang ada keperluan keluarga atau sekolah. Dan jika aku yang sedang menginginkannya, Tante Titik sangat tidak keberatan melayaniku, bahkan dia terlihat sangat senang. Tidak jarang aku diajak pergi untuk melakukan fitness atau olah raga atau hanya sekedar jalan-jalan atau ngerumpi bersama teman-temannya. Akhirnya aku baru tahu kalau Tante Titik sebenarnya sangat haus akan seks, dia adalah wanita yang bertipe agak mendewakan seks. Dan dia akan melakukan apa saja demi seks. Tapi sebenarnya pula dia tidak begitu kuat dalam bersetubuh, sehingga dia bisa berkali-kali mengeluarkan cairannya dan berkali-kali pula tubuhnya terkulai lemas.

TAMAT


Cerita Dewasa Kisah Seks Gadis Berjilbab

$
0
0

Cerita Dewasa Kisah Seks Gadis Berjilbab – Bagaimana dengan kisah cerita khusus untuk orang dewasa atau cerita panas kali ini? Bukan hal yang mustahil lagi yang terjadi hari ini yang mana sebagian besar dari pria dewasa banyak sekali yang mencari informasi hangat untuk dapat menyimak cerita sex, cerita panas, cerita dewasa yang menarik dan terbaru sebagai langkah cerdas mereka lampiaskan kebutuhan biologis nya. Untuk itu dengan berupaya besar saya yang selalu ingin memberikan yang menarik dan terbaru untuk anda semua.

Setelah saya berbagi tentang cerita sex istri binal dokter miranti kembali saya berhasil mengutip cerita sex atau cerita panas khusus untuk pria dewasa, yang mungkin saja bisa bermanfaat untuk pria-pria dewasa seperti anda yang sempat menyimak artikelnya hari ini. Informasi yang menjadi berita terbaru kali ini mengenai cerita sex ataupun cerita panas khusus untuk pria dewasa yang coba saya sediakan kali ini menceritakan tentang kisah seks dari seorang gadis sma yang berjilbab, Setelah membaca dari judul ceritanya saja mengenai adegan kisah cerita dewasa kali ini memang banyak pihak yang terkejud dan banyak yang menyimpan kata tanya, Mmmm… Ko bisa seorang gadis belia, gadis yang masih duduk di bangku sma ini terjerumus melakukan tindakan yang tidak wajar. Judul dari cerita dewasa ini ternyata juga mampu membuat saya penasaran sobat, jadi tidak sabar kepingin tau seluk-beluk yang menjerumuskan gadis malang ini. Dari pada kita penasaran mendingan langsung saja deh.. kita simak cerita lengkapnya di bawah ini.

Ini ceritaku entah berapa bulan lalu ketika sore aku aku sedang menghabiskan waktu selepas bekerja disebuah mall dijakarta. Penat bekerja seharian dan jalanan yang sangat macet membuatku untuk rilex sebentar kesebuah pusat perbelanjaan sekedar untuk minum kopi. Akupun memesan sebuah kopi dan duduk disebuah sudut restoran. Sambil minum aku menikmati pemandangan mall yang sungguh berbeda dari kantorku. Sangat nyaman rasanya, tapi pandanganku beralih sekitar 2 meja di depanku, duduk dua orang siswi SMU lengkap dengan baju seragamnya. Mereka tertawa-tawa ceria. Setelah kuperhatikan lebih seksama lagi, ternyata mereka sungguh manis, dan astaga ternyata mereka kembar. sekilas aku tak bisa membedakan antara 2 gadis remaja itu. Dua-duanya berwajah cantik, putih, dan mulus. Sungguh wajah yang enak dpandang. Selain itu keduanya juga punya tubuh mungil, dengan dada yang tidak begitu besar namun montok dan menantang yang mereka coba sembunyikan dibalik seragam SMU lengan panjang yang agak longgar dengan jilbab tipis yang tidak terlalu panjang namun cukup menutup buah dada mereka, lengkap dengan rok panjang abu2nya.

Uhhh sungguh gadis2 berjilbab yang mungil dan sangat menggemaskan.entah kenapa aku tak bisa melepaskan pandanganku dari wajah dan payudara kedua gadis berjilbab tersebut tanpa kusangka salah satu gadis itu melihatku., tampaknya dia tau kalau daritadi aku sedang menikmati tubuhnya, lalu dia tersenyum padaku. Ah kesempatan pikirku, lalu kudekati saja meja mereka. “Selamat siang nih adik-adik, lagi pada ngapain nih ??” tanyaku. “Siang juga om..” jawab mereka bersamaan sambil tersenyum. “Lagi iseng-iseng aja om, abis dari sekolah” jawab yang satu. “Om boleh duduk disini ga ?” tanyaku dengan sopan. “boleh donk om, silakan” jawab yang satu lagi. “Om boleh kenalan kan ??” tanyaku. “Hihi…iya boleh donk om…” jawabnya “Aku gina, yang ini saudaraku gita” jawabnya sambil ternsenyum. Setelah kuperhatikan kedua gadis berjilbab ini mengenakan aksesoris yang lumayan mahal dari bros untuk peniti jilbab mereka, sampai cincin, gelang, jam tangan bahkan handpone seri terbaru. Wah keliatannya mereka betul2 anak2 dari kalangan atas.

“Kalian saudara kembar kan ?? berapa nih usianya ??” tanyaku penasaran. “Iya om…kita sekarang 16 tahun sebentar lagi 17 tahun” “Oooh…udah gede-gede ya” kataku sambil melirik payudara gina, uh penisku perlahan lahan mengeras, membayangkan bisa meremas2 empat buah payudara dibalik jilbab gadis gadis ini. “ya iyalah om, kan udah sma” jawab gita yang tak sadar apa sebenarnya yang aku maksud. “kalian nggak pulang, udah sore begini masak gadis2 cantik seperti kalian masi blum pulang” “om bisa aja ah, masi mau minum2 dulu om bentar lagi juga pulang” jawab gina sambil ngobrol kuperhatikan kedua gadis ini, walaupun kembar namun aku mulai bisa membedakan antara gina dengan gita. Gina yang berusia lebih tua beberapa menit dari gita ini memiliki buah dada yang sedikit lebih besar dari adiknya.selebihnya tak ada perbedaan. “ ah seandainya bisa kutelanjangi kedua gadis berjilbab ini, apa mungkin rasa jepitan vagina 2 orang saudara kembar berbeda yah” kataku dalam hati yang sudah penuh nafsu. “Kalian udah punya pacar belum ??” tanyaku.

“gina udah tuh om, nama pacarnya andi, hihi…” “Iiih….apaan sih git, dia tuh cuma temen deket aja juga…” katanya malu kulihat ada yang aneh dengan kedua remaja berjilbab ini. Mengapa sepertinya sangat mudah akrab dengan orang yang belum dikenal seperti aku. Aku mulai berpikir sepertinya dua gadis ini bisa kupakai malam ini. Akupun mulai mengeluarkan jurus mautku. “Kalian udah pernah pacaran kan ?” “Iya udah Om…tapi ya gitu deh namanya juga anak sma.” jawab gita “Umm tapi maaf nih yah, kalian udah pernah begitu belum ??” tanyaku sambil tersenyum nakal. Gina sedikit kaget “begitu gimana om??” “umm begini.. kayak ciuman pelukan, dan main2 itu sama pacar kalian belum” Sejenak mereka kaget dengan pertanyaanku lalu gita balas menjawab “Iiiih…om apaan sih…kok nanyanya begituan” “Ya kan om mau tau ??” Mereka terdiam sejenak kemudian saling berbisik. “Emang bener om mau tau ???” tanya gina menggoda. “ya iya dong dik gina yang cantik” kataku sambil mengedipkan mata sepertinya mereka sadar maksud gerak gerikku, lalu dengan tersenyum nakal gita menjawab.

“om, kalau mau kita bisa jalan2 sama om tapi kaloo…” gita berhenti berbicara lalu mengambil handponnya dan mengetik lalu memberikan handponnya padaku. Astaga pikirku, inilah saatnya. Saat yang dari tadi kunantikan. Gita ternyata meminta sejumlah uang dan persyaratan. Kesempatan ini tak boleh kulewatkan. Akupun tersenyum lebar dan jantungku semakin berdegup kencang. Tiba2 aku tersadar suatu hal “eh maaf yah gina, gita, kalo kalian mau nemenin om kok kenapa kalian memakai jilbab” “oh ini, ini kan ketentuan wajib disekolah harus pakai jilbab om” jawab gina oh aku baru menyadari segala sesuatunya, kenapa menjelang malam hari kerja kedua gadis berjibab ini masi dipusat perbelanjaaan, kenapa mereka memakai barang2 mahal, kenapa mereka mudah sekali untuk diajak ngobrol sampai ke hal2 yang nakal. “ok kalo gitu yuk kita pergi, om ke atm dulu ngambil uang saku untuk gadis2nya om” kataku sambil mengedipkan mata yang dijawab dengan sedikit tawa dan tatapan nakal.

Sekitar jam 6 sore, aku bersama kedua gadis berjilbab ini keluar dari mall dan menuju sebuah atm dibasement mall tersebut. Ternyata basement tersebut agak sepi, hanya berisi mobil2 dan beberapa supir, tukang parkir dan satpam yang sempat memandangku iri, karena aku yang asyik bercanda dengan kedua gadis berjiblab ini. Atm tersebut ternyata cukup tertutup, dengan ruangan yang cukup besar. Akupun mulai mengakses mesin tersebut sambil berbincang2 dengan kedua gadis berjilbab ini. Sambil memencet tombol2 aku lirik keadaan diluar, tampaknya posisiku cukup tertutup dan tak ada orang yang melihat, ah aku yang sudah tak tahan dari tadi mulai melancarkan aksiku. Kedua gadis berjilbab ini berdiri dikanan kiriku, sambil menunggu mesin atm bekerja, aku tarik kedua tanganku kebelakang lalu meremas2 kedua buah pantat gina dan gita yang kenyal itu. “ iihh om nakal, masi dibasement juga” jawab gita dan sebuah cubitan kecil dipinggangku oleh gina.

“Iya deh iya deh om nggak nakal” jawabku sambil menarik tanganku dari pantat kedua gadis ini, lalu kurangkul pinggang kedua gadis berjilbab ini dan menarik mereka kearah tubuhku, uhhhh payudara payudara dibalik jilbab kedua gadis berjilbab ini sungguh sama kenyal dan nikmatnya. “ihhh si om ini nakal banget sih” kata mereka dengan senyum manja. Lalu tanganku mulai meraba naik kepunggungnya lalu bergeser masuk keketiak mereka menyelusup kebelakang jilbab mengikuti alur bh mereka dan menggenggam payudara payudara gadis gadis ini yang tidak bersentuhan dengan dadaku.” iiiiihh si ooomm daritadi bandel banget sihhh” kata gina sambil kedua gadis ini mencoba melepaskan diri dari genggaman tanganku pada buah dada mereka.

“duh gina gita, jangan begitu dong, ini uangnya” kataku ketika tiba2 mesin atm tersebut mengeluarkan uang beberapa juta rupiah” akupun mengambil uang tersebut lalu memperlihatkan uang tersebut kepada mereka, tampaknya kali ini mereka luluh dan mata mereka tampak berbinar2 melihat uang yang cukup banyak tersebut dan mulai tersenyum genit. Akupun dengan nakalnya menyampirkan jilbab gina dan gita kepundaknya lalu membuka 3 buah kancing paling, dan kulihat yang daritadi membuat penisku sangat keras, empat buah payudara gadis smu yang sangat menggemaskan terbungkus bra yang sangat sexy dengan jilbab yang menutupi kepala mereka, akupun menyelipkan beberapa lembar ratusan ribu rupiah kedalam bra mereka sambil merasakan kenyalnya payudara mereka lalu aku lanjutkan dengan meremas2 payudara montok kedua gadis ini. “uhhhh, dada gina lebih besar sedikit tapi sama nikmatnya dan sama cantiknya dengan gita, om udah bener bener nggak kuat nih, ini uangnya dp dulu yah nanti kalo udah selese nemenin om semua uang ini boleh kalian miliki” kataku dengan penuh nafsu.

Gita dan ginapun hanya tersenyum genit sambil keenakan menikmati remasan demi remasan dan plintiran pada payudara dan putting mereka. Tanpa disadari ada orang mengetuk pintu atm. Kami bertigapun kaget bukan kepalang, aku baru menyadari ada orang antri menunggu dari tadi. Akupun segera menarik kedua tanganku dari payudara mereka, gita dan ginapun kaget luar biasa dan langsung mengancingkan kembali baju mereka dan menjulurkan jilbab mereka untuk menutupi buah dada montoknya. “ih om si, untung nggak dibuka pintunya kan malu om” kata gita “iya deh maaf, tapi om udah nggak kuat nih, kita cari tempat yuk nanti disambung lagi deh ditempat om” kataku “ih si om, kita cantik sih jadi om nggak kuat deh” kata gina dan disambut tawa mereka cekikian. “yaudah, yuk, eh ayo gandeng tangan om dong” bisikku manja kekeduanya kamipun keluar dari kotak atm yang sudah ditunggu 3 orang yang mengantri dari tadi.mereka tampak kesal namun agak kaget ketika melihat seorang lelaki digandeng dua orang gadis smu kembar yang masih segar dan berjilbab.

Ah biarin ajah, emang gua pikirin, akupun menarik kedua daun muda yang sungguh menggemaskan ini kesudut lapangan parkir tempat mobilku berada yang jauh dari tempat tunggu supir dan satpam. Sambil berjalan kedua lengan atasku merasakan lembutnya bagian luar buah dada gina dan gita yang terus bersenggolan dengan tanganku yang mereka rangkul. Aduh sungguh nikmat rasanya, batang penisku semakin tak kuat ingin segera menikmati kedua gadis kembar ini. Gedung parkir di mall ini hanya setengah mobil kebawah yang tertutupi tembok, selebihnya hanya ditutupi oleh kawat2 besi sehingga walaupun gelap namun samar2 bisa terlihat dari luar gedung parkir. Ide gilapun muncul dikepalaku aku akan menikmati kedua gadis berjilbab ini ditempat terbuka sebelum nanti kutelanjangi, kumandikan dan kusabuni setiap inci tubuh mereka dirumahku nanti. Setelah sampai disudut tempat mobilku diparkir akupun mendorong perlahan kedua gadis berjilbab ini hingga bersandar ditembok dengan kedua tanganku menekan sebuah payudara gina dan gita. “gina, gita, kita main disini dulu yuk, kan gelap nggak ada orang, om udah nggak tahan nih, nanti uang jajannya om tambah deh, tapi nanti malem main kerumah om dulu kita main2 lagi, besok pagi baru om anter kesekolah, gimana?”

gita dan gina hanya berpandangan lalu salah satunya mengangguk, “boleh om tapi ati2 yah kalo ada orang, kan malu om diliatin orang” akupun tersenyum dan tanpa basa basi langsung kusampirkan jilbab gina dan gita, langsung kubuka kancing2 bajunya dan kubuka seragam sekolah mereka, dan langsung kulepas bra mereka, kulemparkan bra mereka kejok belakang mobilku lalu kupakaikan kembali baju seragam mereka tanpa kukancingi lagi, sungguh indah tubuh saudara kembar ini. Dengan jilbab putih yang masih mereka kenakan dan payudara yang putih dan empat buah putting berwarna coklat yang kecil sungguh indah sekali, akupun tak mampu menahan nafsuku.

Segera kumainkan empat buah payudara gadis kembar ini bergantian, dari remasan, plintiran pada puting2 payudara mereka hingga hisapan hisapan dan gigitan2 kecil membuat mereka menggelinjang mendesah menikmati permainanku. Lalu kuhentikan permainanku, kuperintahkan kedua gadis ini untuk mengangkat kedua roknya perlahan. Pelan2 kulihat kaki mungil mereka yang dibungkus sepatu dan kaus kaki menutup betis mereka, lutut, dan aww, paha paha yang putih dan mulus lalu kemaluan yang masih tertutup celana dalam putih yang tipis. Aku sungguh tak kuat, langsung kutarik turun celana dalam mereka dan kupandangi vagina gina dan gita yang kecil karena umur mereka yang masih 16 tahun. Kuambil celana dalam mereka dan kulemparkan ke jok belakang mobil. Lalu kututup pintu mobilku.

“lho om kok kita nggak dimobil om ajah, kan takut ada yang ngeliat om” kata gita khawatir dengan keadaanya yang berjilbab namun baju seragam yang terbuka yang memperlihatkan dua buah payudaranya yang menggantung sambil mengangkat rok sampai pinggang yang memperlihatkan vaginanya. “Nggak papa gina, nanti kamu tau, jauh lebih nikmat rasanya kalo ditempat begini lho” kataku sambil menarik kedua gadis itu dan kusuruh duduk dikap depan mobilku yang posisinya didinding lapangan parkir, yang hanya tertutup jeruji2 besi dan tampak dari luar samar2. “iii om malu” jawab gita sambil duduk dan menutup rok dan bajunya sambil melipat tangan didadanya. Tampak didepanku dua orang gadis kembar berjilbab yang siap kunikmati beberapa saat lagi, disebuah gedung parkir, dan gilanya lagi walaupun agak gelap tapi pasti secara samar2 terlihat dari jalan raya diluar gedung. Tanpa memperdulikan ucapan gita akupun menarik kepala kedua gadis berjilbab ini dan mencium bibir merkea bersamaan, ah nikmat rasanya saat mencium mereka bersamaan.

Tampaknya mereka menyukainya, lalu tanpa basa basi kuangkat rok sekolah gina dan kujilat2 vaginanya, juga tangan kananku masuk kedalam rok diantara kaki gita dan mengelitik vagina dan klitorisnya sambil aku memuaskan kakaknya. Kedua gadis berjilbab ini hanya bisa menggelinjang dan mendesah pelan, perlahan nafsu mulai merasuki keduanya yang tampaknya sudah tak malu lagi dan mulai meremas remas payudara mereka sendiri. Kurasakan cairan mulai membasahi vagina kedua saudara kembar ini. Akupun semakin tak tahan, langsung kubuka celanaku dan mengeluarkan penisku dan kumasukkan kedalam vagina gina sambil terus mengaduk2 vagina gita dengan 3 buah jariku. Ahh penisku serasa dipijit2 didalam vaginanya. Walaupun sempit tapi ketika mulai kusodok pelan2 serasa tak ada yang menghalangi, ternyata gina sudah tidak perawan lagi, begitujuga dengan gita yang sedari tadi pasrah penuh kenikmatan dengan tiga buah jariku divaginanya. Akupun dengan cepat memajumundurkan penisku didalam vagina gina bergantian dengan gita. Wajah mereka yang terbungkus jilbab sungguh tampak menggemaskan membuatku semakin bernafsu meremas2 payudara2 mereka.

Aku memerintahkan kedua saudara ini untuk menunduk dan bertumpu pada terali2 besi gedung parkir. Kuangkat rok panjang mereka dan kulipat dan kuselipkan dipinggang mereka, sehingga dengan bebasnya aku bisa melihat pantat, vagina dan bagian kaki gadis gadis ini.Mungkin karnea kedua gadis kembar ini belum orgasme mereka tampak mau melakukan apa saja asalkan terus kuaduk2 vagina mereka. Mereka tak malu walaupun samar2 terlihat dari jalan raya didepan gedung parkir ini. Akupun semakin bernafsu dengan menyodokkan penisku kedalam vagina gita dan gina bergantian dari belakang sambil kutarik jilbab mereka yang membuat mereka mendongak keatas sambil menikmati hentakan demi hentakan penisku dilubang vagina mereka secara bergantian. Tak lama kemudian gina merintih2 “om oomm remes payudaraku yang keras, terus masukin penisnya cepetan sedikit aku udah nggak tahan mau keluar” akupun yang memang penuh nafsu segera menuruti permintaan gina, kucengkram kedua payudaranya dari belakang, dan kupercepat hentakan penisku jauh lebih dalam kelubang vaginanya.yang membuat gina semakin menjerit2 kecil menikmatinya.

Tiba2 dari jauh kulihat seseorang haltebus yang mengarah kegedung parkir diseberang jalan tampaknya melihat adegan yang kulakukan, dan gina walaupuan daritadi merem melek menikmati permainanku menyadari ada seseorang yang ikut menikmati tubuhnya dari jauh. “om ada orang tuh dihalte ngeliatin kita, tapi aku udah nggak kuat om dikit lagi mau keluaarr. Ah biarin ajaaaahhh…” jawabnya yang tampak semakin bernafsu karena dilihat orang tersebut. Akupun semakin bernafsu mempertontonkan adegan mesra ini keorang tersebut yang semakin membuatku terpacu.tiba2 “ahhhh ahhhh ahhh” gina merintih dan kurasakan vaginanya mengeluarkan cairan yang sangat banyak dan akhirnya gina terdiam lemas walaupun aku tetap memacu penisku kevaginanya. Akupun menghentikan aksiku. “duh om udah nggak kuat, om lanjutin sama gita aja yah..” katanya dengan tersenyum penuh kepuasan. “Iyah nggak papa sayang,tapi kamu disini aja ya temenin om main dengan adikmu ini” kataku sambil menjulurkan rok gina sehingga menutupi bagian bawah tubuhnya lalu kubalikkan tubuhnya kucium mesra, dan kupandangi adiknya.

“ihh omm kan udah sama kak gina tadi, aku dicuekin, daritadi udah nggak tahan om” katanya dengan cemberut nakal. Ternyata walaupun payudara gita sedikit lebih kecil dari kakaknya, namun hasrat sexnya jauh melebihi kakaknya. “gita juga mau om, ayo cepet tu orang dihalte depan lagi ngeliatin, gita udah nggak tahann ayo omm cepettt” kata gita memelas. Wah ternyata adiknya jauh lebih agresif dan maniak dari kakaknya. Akupun langsung menancapkan penisku kevagina gita dari belakang yang sudah memasang posisi menunduk dengan menumpukan tangannya pada jeruji besi didinding gedung parkir ini.sambil kugenjot vaginanya, kuremas2 payudara kiri gita dari belakang dengan tangan kiriku sementara tangan kananku kugunakan untuk memeluk gina sambil mencium bibirnya dan meraba2 payudaranya.tak disangka gita ternyata begitu exebisionis, dalam genjotanku dia melambaikan tangan dan tersenyum genit kepada lelaki yang menatap aksi kita dari tadi.akupun tak peduli terus saja kupermainkan vaginanya.

Tapi lama kelamaan aku bosan dengan posisi ini, kubalikkan tubuh gita, dan kugendong lalu kududukkan ditepi kap depan mobil jeepku dan kusandarkan gina berdiri disampingnya, akupun melanjutkan aksiku menancapkan penisku kevagina gita sambil mencium dan menjilat jilat putting payudaranya bergantian dengan mencium bibir gina kakaknya, sambil tangan kiriku meremas2 payudara gina.ohhh sungguh berlipat2 rasanya menikmati tubuh dua orang gadis kembar yang masih mengenakan jilbab putih namun 4 buah payudara mereka terbuka bebas dan sedang kujamah, sedangkan vagina gita sedang kunikmati dengan penisku dan vagina gina sesekali kuremas2 dari balik rok yang kuangkat keatas. Tak lama kemudian, gitapun mencapai titik puncaknya,dia menggelinjang dan mendongak keatas sambil memeluk kepalaku diantara dua buah payudaranya dengan erat dan tiba2 tiga kali kurasakan semprotan cairan didalam vagina gita bersamaan dengan semprotan spermaku didalamnya.. “aahahhchhhhh ommmm aku ahhhhh” jeritnya… ginapun hanya tersenyum melihat ulah adiknya yang sedang dalam titik puncaknya.

Lihat Juga :  Cerita Dewasa Nikmatnya Diperkosa Perampok

Setelah beberapa saat kurapihkan pakaian kedua gadis kembar ini, kurapihkan rok mereka, lalu kukancingkan kembali baju mereka, kujulurkan lagi jilbab mereka menutupi payudara dan vagina yang kini tak mengenakan bh dan celana dalam. “Yuk kita belanja, kita nonton juga yuk, nanti kita lanjut lagi dirumah om yah” kataku genit. Gina dan gita hanya tersipu malu. Lalu kedua gadis kembar ini kurangkul dan kuajak kedalam mall sambil dengan nakalnya kuraba payudara mereka yang kali ini dengan mudah kuplintir dari luar pakaian mereka putting yang menonjol dibalik bajunya, namun sengaja ditutupi jilbab mereka agar tak ketahuan, namun buah dada buah dada yang tak disanggah itu tampak lebih menggoda bergoyang goyang dibalik pakaian mereka walaupun sudah ditutupi jilbab, gesekan demi gesekan dan remasan tanganku dipayudara mereka sungguh nikmat, walaupun batang kemaluanku sudah lemas, tapi aku masih ingin menikmati tubuh gadis kembar berjilbab ini. Kamipun masuk kedalam mall dan mulai jaga image, gina dan gita jalan disampingku dengan biasa2 saja agar tak terlalu menarik perhatian.. kamipun menuju bioskop dilantai atas dan membeli tiket film, tapi sebelum masuk ke bioskop, gita mengajak kakaknya ketoilet untuk membersihkan sisa2 cairan vagina dan spermaku yang masih membasahi vagina nya.

Cerita Sex Gairah Janda Setengah Tua

$
0
0

Cerita Sex Janda – Cerita sex yang satu ini merupakan cerita seks nyata yg dikirimkan oleh seorang member situs Portal khusus Cerita17 ini, baik cerita jepitan nikmat serta memek nyedot ibu STW ini dimulai dengan dikisahnya pada suatu hari aku menjemput anakku disekolahnya, disana terdapat warung kecil yang menjual aneka makanan dan lauk pauk, penjualnya seorang ibu ibu STW, umurnya berkisar sekitar 50 tahunan.

Kadang saya sembari menunggu pulang jemput anak sekolah, saya sempatkan mampir ke warungnya sekalian beli lauk untuk makan siang anakku. Saya ngobrol banyak dengan ibu penjualnya yang bernama bu Wardani. nampaknya iapun senang mengobrol juga. Buktinya kalo aku lewat tapi tidak sempat berhenti mampir ia selalu memanggil.. “mampir dulu pak..”. dari obrolan ringan itu.. akhirnya aku tau kalau beliau sekarang sudah lama sekali menjanda, dan usianya ternyata sudah 53 tahun. anaknya cuma 2 dan itupun tidak tinggal di sini tapi di kota Bandung dan Surakarta. Ia sendiri tinggal ditemani menantu dan cucunya.

Untuk orang seusianya beliau termasuk menarik, karena terlihat dari penampilannya selalu necis walau masih pakai produk dulu seperti pake jarit dan kebaya. Tadinya saya sih nanggapinya biasa2 saja, tapi lama2 kok sepertinya bu Wardani ini ada yang beda, gimana gitu.. ini terlihat dari ekpresinya, walapun masih seperti tetap menjaga imagenya, tapi feelingku mengatakan bu Wardani ini masih bisa “dipakai”.

Wah… mengapa tidak dicoba.. siapa tahu dewi fotuna lagi bersamaku dan mulailah otak mesum ku bepikir kotor “ bu Wardani.. omong2.. jam berapa nih kalau belanja.. ini pagi2 gini semua masakan sudah siap?” “aahPak Jagra… lha wong dagang gini saya biasanya belanja sore atau siang..untuk keperluan besok harinya, terus baru malem jam 8 ke atas semua saya masak… selesai kira2 jam 10 atau 11 baru tidur.. terus bangun lagi jam 4 atau jam 5… gitu rutinitasnya ibu” “terus kalau belanja ibu sama siapa?” “ya.. sendiri lah.. wong pasarnya juga nggak jauh cuma di selatan itu lho di pasar stan.. khan jam siang sudah mulai rame sampe malem..” “waah.. nggak repot tuh belanja sendiri bu?”. “ya ndak laah.. wong sudah biasa, tinggal pake motor kok”. aku terdiam.. mikir.. apa lagi ya… buat mengarahkan pembicaraan. “heeh.. kok diem aja.. jangan banyak melamun lho… kemarin ayam saya melamun terus mati tuh.. ketabrak motor.” godanya. “ealah bu.. aku kok disamain ayam sih…” protesku “habis…

Pak Jagra jantan siih mirip ayam jagoku” Deeg… tiba2 langsung timbul ide cemerlang untuk melanjutkan pembicaraan. cerita sex pembicaraannya di skip aja ya lagi males nulis langsung ke proses eksekusinya aja! Bila anda idung belang pasti know lah prosesnya kaya giaman 😛 aku bingung mau dibawa kemana. Singkat cerita gini.. o ya akhirnya aku ingat kalau kantor khan punya mess yang bisa disewa. aku bawa aja ke sana, kebetulan aku kenal baik dengan pengelola dan penjaganya. aku bilang padanya”pri.. ada kamar kosong nggak.. ini budeku mau nginep sembari transit.. soalnya pesawatnya baru berangkat malem. yaa mau istirahat biar nggak cape” “O.. ada mas…di kamar 5 aja sudah saya siapkan handuk dan sabunnya di dalem..” wooow kamar 5.. itu khan kamar yang mojok dan lumayan luas di dalemnya sudah dilengkapi kamar mandi.. wah pucuk cinta ulam tiba “yaa.. aku ambil deh….nieh buat rokok kamu” kataku sambil ngasih uang 15 ribuan.. Biar nggak kentara banget.

sengaja aku tinggal bu Wardani di kamar duluan. sementara aku keluar membeli makanan dan minuman ringan. kemudian aku kembali lagi setelah memarkirkan mobilku di tempat yang teduh. akupun masuk kamar yang sudah dingin karena AC. Ternyata bu Wardani baru selesai mandi. wah kelihatan segar dan beda gitu.. apa karena mataku sudah terkontaminasi nafsu ya?. Akupun menaruh minuman sembari bilang ke bu Wardani kalau akupun juga mau mandi dulu biar segar. Selesai mandi sengaja setelah handukan aku tidak memakai baju alias telanjang ..

langsung menghampiri bu Wardani yang sedang asyik nonton tipi diatas kasur.. aku tumbruk ia.. terus aku cium dirinya.. ia cuma ah..uh saja… “aduuh.. Pak Jagra sudah lama ibu tidak merasakan seperti ini….ayo… bikin ibu puas..” tanpa ba bu lagi segera aku lucuti bajunya.. rupanya ia sudah tidak memakai daleman lagi, sehingga makin memudahkan gerakannku.. sejurus kemudian dihadapanku terlihat seorang wanita yang telanjang bulat.. walaupun tidak seindah gadis.. namun bu Wardani rajin merawat tubuhnya.. sehingga kesan nenek2 yang keriput tidak nampak… cuma yang terlihat susunya sudah turun.. mirip2 pepaya.. aah peduli amat.

di selangkangannya masih terlihat hutan yang lumayan lebat dengan warna yang sudah tidak hitam legam tapi diselingi warna putih… wow aneh..Kalau rambut atasnya sih masih hitam. mungkin karena rutin disemir.. Tapi asyik juga lihat pemandangan langka dan eksotik gini. Akupun langsung memainkan jurus pemanasan dengan mengenyot 2 tombol on di dadanya… seperti mainan yang baru di charge tak lama kemudian suara desahanannya terdengar lembut.. membuat aku makin ngaceng aja…sambil berbisik aku bilang “bu Wardani.. memek nya aku mut yaa…mau yaaa…?” “terserah Pak Jagra aja.. pokoknya bikin aku puas…”

segera aku merosot ke selangkangannya dan kujilat itilnya yang sudah keriput tapi bersih habis mandi…Aku mainkan lidahku menyusuri bibir kemaluan kiri kanan dan tengah… aku lanjutkan sampai mendekat lobang anusnya…bu Wardani makin bergerak tidak karuan..rupanya karena sudah menopose sehingga pelumas memeknya sudah sedikit.. namun aku sudah menyiapkan jelly pelumas yang akan aku pake nanti aja. serangan aku intensifkan sambil tanganku mengusap paha dalam, aku serang kembali bagian tengah belahan vaginanya. aku mainkan lidahku masuk keluar lobang gawuk. aku hisap dan aku goyangkan itilnya yang sudah mulai menonjol keluar..

rupanya itilnya mudah keluar dan terlihat cukup menonjol.. sehingga gampang dihisap. ia nampaknya makin terangsang karena sekarang gerakan pahanya mulai menjepit kepalaku dan makin kencang aja jepitannya seiring dengan hisapanku. tiba2 kakinya di tumpangkan di bahuku dan terasa tegang sekali pahanya di kepalaku dengan diiringi dengusan dan jeritannya… nampaknya ia sudah orgasme karena setelah itu jepitan pahanya mulai mengendor….

Akupun kembali bangkit dan mengelap bekas ludahku yang berleleran disekitar mulut dan mengelap di pepeknya bu Wardani..Sementara itu bu Wardani nampak lemas sembari merem di ranjang. Akupun segera mengolesi kontolku dengan jelly pelumas buatan durex…dan kudekati bu Wardani sambil kucolok- colok memeknya dengan jariku yang juga sudah kuberi peluamas. sambil kucium dari samping aku berbisik… ”bu Wardani.. sekarang giliranku dipuasin” ia melek kembali terus kamipun berciuman.. memainkan lidah didalam mulut.. nikmat bener..akupun mengambil posisi diatas bu Wardani.. terus aku arahkan tongkolku ke memeknya dengan dipandu dipegang bu Wardani agar masuk ke lobang pintu itilnya.. setelah terasa agak masuk..

pelan2 aku masukkan tongkolku.. agak seret awalnya.. aku tarik lagi dan coba aku masukkan lagi… agar pelumasnya melumasi bagian lobang pintu masuknya.. aku masukkan lagi lebih dalam.. akhirnya gerakan keluar masuk tongkolku dah lancar..aku gerakkan mirip mompa terus aku ngeden agar kepala tongkolku membesar di dalam sambil aku tarik keluar.. terus aku dorong lagi masuk.. gerakan yang berulang ini mengakibatkan nafsu bu Wardani timbul lagi… ternyata walaupun dah berumur.. otot dalam vaginanya masih berfungsi baik.. terasa di tongkolku ada perlawanan seperti jepitan yang makin lama makin enak…

kaya pepek Madura nyedot gitu hihihihi menyebabkan kedutan di batang tongkolku dan menjalar kearah paha dan anusku… “ayoo.. Pak Jagra.. ibu sudah mau kerasa lagi … genjot lagi..” waaah nggak tahan juga aku… aku konsentrasi memikirkan hal lain agar tidak cepat keluar.. sambil tetap aku pompa.. aku gerakkan pelan keluar masuk.. kemudian terasa seperti ada yang meremas dan menyedot batang dan kepala kontolku masuk kedalam.. uaaah enaaak tenan.. aku merasa bu Wardani makin mngencangkan pelukan dan melingkarkan kakinya di pinggangku.. sambil mendesah-desah…dan matanya terbelalak cuma kelihatan putih.. hitamnya udah tinggal separuh… gerakan badannya kayak kejang..akupun makin nggak tahan…

dengan jepitan nikmat yang seperti setrum menjalar dari selangkangan keseluruh tubuh… akupun segera menuntaskan dengan semprotan mani.. yang kurasakan berkedut sampai 3 kali….akhirnya aku ambruk lemas tidur disampingnya…keringat membahasahi kami berdua.. terasa ada cairan lengket keluar dari memek nya membasahi sprei kasur. “hmmm aaah Pak Jagra… ibu puas banget … seumur-umur.. ibu belum pernah diemut gitu… yaa maklum lah pak.. orang jaman dulu mana mengenal emut-emutan. Pak Jagra mau khan nanti kalau ibu mau ngentot lagi…?” “yaa siaplah bu nanti kita pake aneka gaya yang belum ibu tau.. dan nanti diatur aja waktunya.. pokoknya hubungan ini tetap rahasia kita aja. o ya bu.. aku pengen lagi cuma kali ini bu Wardani yang gantian ngemut penisku ya…terus nanti maniku ditelan ya bu.. buat obat ibu..” “iih Pak Jagra.. ibu khan belum biasa…” akupun menerangkan caranya dan tekniknya… supaya giginya nggak ikut merusak rasa nikmat…

Lihat JUga :  Cerita Sex Teman Chating Jadi Kawan ML

rupanya bu Wardani cepet belajar.. awalnya memang agak kaku.. kemudian dengan bimbinganku berhasil. dengan tekun di jilat dan diemut seluruh area kenikmatan di selangkanganku.. sampai ke lobang anus… wowow.. sampai merinding aku dibikin nikmat… akhirnya pada puncaknya meletuplah pancaran spermaku dimulutnya.. dengan segera disedot dan ditelan semuanya..aahh nikmatnya…

Akhirnya berakhirlah bobo-bobo nikmat dengan ibu STW ini.. kami mandi bareng dan kembali aku mengantar bu Wardani ke warungnya sambil membantu menurunkan sayuran yang kami beli di pasar. Besoknya kalau memungkinkan bu Wardani suka SMS ke hapeku ngajak lagi dengan kode “masakan sudah tersedia”. kalau aku luang waktu aku segera menjawab “siap dibungkus”. hal ini aku lakukan agar tidak dicurigai istri. dan sayangnya aktifitas ini hanya bisa kami lakukan siang hari saja setelah warung ibu ibu STW ini tutup baru aku bisa merasakan jepitan nikmat serta memek nyedot ibu STW!

Cerita Bokep Sperma Pengobat Mertuaku Yang Sakit

$
0
0

Cerita Bokep Sperma Pengobat Mertuaku Yang Sakit – Kepulan asap dari sebatang rokok ketengan menemani lamunanku siang itu. Deru kendaraan lalu lalang di antara alunan lagu dangdut dari TV pemilik warteg di mana aku menumpang duduk sambil ngopi tak mampu menggugah pikiranku yang melayang entah kemana. “Ngelamun aja lo, kangen bini ya?’’, tegur Bejo, rekan sesama tukang ojek tempat kami bersama mangkal. Aku hanya membalas dengan senyuman. “ Bu…kopi satu,’’ ujarnya kepada pemilik warung. “Catur , Den?” ujarnya.”halah…bosen, dari pagi main sama si Ujang, entar situ kalah lagi”, Bejo hanya nyengir mendengar jawabanku. Siang ini memang pikiranku tengah galau, mengenang peristiwa tadi malam dan pagi hari ini.

Aku tinggal menumpang mertua di sebuah rumah sederhana di kampung perbatasan jakarta. Kami berasal dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan. Isteriku terpaksa menjadi TKI di Arab Saudi untuk memperbaiki keadaan.
Motor kreditan yang aku pakai untuk mengojek ini juga hasil jerih payahnya.Kondisi mertua juga sama saja, ayah isteriku adalah tukang bangunan yang lebih sering keliling dari satu proyek ke proyek lain daripada dirumahnya sendiri, kadang berbulan-bulan tidak pulang. Bapak, demikian aku memanggilnya, dulu sangat keras menolak pernikahan kami, ya wajar, sudah susah kok dapat mantu yang juga susah. Sementara ibu mertua kebalikannya, ia sosok ibu yang lembut dan baik hati. Mau bagaimana lagi kalau memang sudah jodohnya. Dulu aku sempat bekerja di pabrik sebelum akhirnya bangkrut dan aku kena PHK. Pernikahan kami menghasilkan seorang anak usia 2,5 tahun yang kini diasuh neneknya, ibu mertuaku.

Malam itu hujan sangat deras menghujam bumi. Aku tengah lesehan di atas tikar lusuh menonton TV ketika tiba-tiba ibu mertua tergopoh-gopoh keluar dari kamarnya menuju kamar mandi , lalu terdengar suara seperti orang muntah. Aku menyusulnya,’’ada apa Bu? Masuk angin?, ia mengangguk lemah. “Saya panggilkan Teh Nining sebelah ya bu? Tawarku. “Gak usah, den, gak enak udah malam begini…mana hujan lagi”, jawabnya. “kalau gitu saya bikinin teh panas ya bu, saya juga masih punya obat neh”, ibu mengangguk lalu berjaan menuju kamarnya. Setelah mengantarkan teh dan obat flu, kembali aku berbaring di ruang tamu sederhana itu sampai akhirnya aku terlelap.
Jam dinding kusam itu menunjukan pukul 1.30 malam ketika aku mendadak terbangun karena kembali ibu muntah-muntah di kamar mandi. Dengan segera aku menyusulnya,’’Ibu muntah lagi?”, tanyaku…ia mengangguk lemah dan berkata ‘’, Ibu kalau belum dikeroki biasanya belum mempan, tapi mau bagaimana lagi,’’ jawabnya pasrah. Entah muncul ide darimana,’’ ya udah, biar saya yang ngeroki bu, ibu tunggu aja di kamar’’, jawabku dan ibu sepertinya tidak menolak kecuali ia menginginkan muntah-muntah lagi. Aku bergegas menuju dapur, mencari piring kecil alas gelas dan menumpahkan sedikit minyak goreng, tinggal 1 koin seratusan lama yang kebetulan aku masih menyimpan beberapa. Agak sedikit kaget setibanya aku di kamar, mendapati ibu telah berganti pakaian yang semula daster panjang kini kain kemben batik yang warnanya telah lusuh. Namun bukan itu yang membuat aku menelan ludah, tapi kemben sebatas dada itu telah menampakan bahu ibu yang ternyata kuning bersih, ditambah ketatnya kain itu menampakan lekak lekuk tubuhnya yang masih menampakan keindahan di usianya yang 45 tahun itu. Namun pikiran kotor segera kusingkirkan, bagaimanapun ia adalah orang tua isteriku yang harus kuhormati.

Mulailah aku mengeroki punggungnya dalam posisi ibu duduk membelakangiku di atas ranjang tua di mana anakku juga tengah tertidur di atasnya. Selesai,di bagian pangkal leher dan bahunya, kini gilirang punggung bagian tengah,”maaf bu, kainnya bisa diturunkan sedikit?’, pintaku karena kain kemben itu menghalangi. Ibu mengangguk pelan dan membuka ikatan kain tersebut namun karena kurang hati-hati kain itu melorot hingga pantatnya yang dibungkus celana dalam putih lusuh, dan yang membuat sesuatu di balik celanaku tak bisa diajak kompromi adalah karena sekilas sisi payudaranya terlihat. Ibu segera membenahinya dan mendekap sarung batik itu didadanya, dan aku seolah-olah tak melihat pemandangan indah itu kembali melanjutkan kerokan ku. Peluh mulai bercucuran di dahi ku, bukan hanya karena mengeluarkan tenaga tetapi juga menahan hasrat yang terpendam, setelah setahun berlalu tanpa sentuhan isteriku. Paling maksimal aku hanya bisa melakukan masturbasi untuk sekedar pelampiasan. “Ibu kalau capek, baring aja”, pintaku dan ibu menuruti dengan berbaring tengkurap sehingga aku bisa melanjutkan mengeroki punggung mulusnya itu, yang tampak berkilauan terkena sinar redup lampu kamar, belang-belang merah bekas kerokan tak bisa menghilangkan keindahannya. Keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulitnya. Aku terus bekerja sampai kemudian kudengar dengkuran halus keluar dari mulutnya, ibu tertidur. Dan entah kenapa aku tak serta merta menghentikan kerokan, seolah-olah ingin lebih lama menikmati pemandangan sensual tubuhnya. Khawatir ibu terbangun tiba-tiba, kini aku hanya memijat-mijat pelan pinggangnya…terus ke bawah hingga tumpukan daging kenyal pantatnya yang membusung itu.

Mula-mula tanganku gemetar, namun menyadari ibu seolah-olah kian tenggelam di alam mimpi, aku makin memberanikan diri. Entah setan mana yang mengendalikanku, usai berlama-lama menjamah pantatnya, kini kucoba pelorotkan sarungnya ke bawah. Mataku nanar menyaksikan bayangan belahan pantatnya dibalik celana dalam lusuh yang menipis akibat keseringan di cuci itu, mana berlubang di sana-sini menampakan kulit di belakangnya, desakan batang kontolku kian mendesak celana pendek yang kupakai, menciptakan semacam tenda kecil di antara selakanganku. Dengan tangan gemetar ku pelorotkan celana dalam ibu secara perlahan, hubungan mertua-menantu ke depan dipertaruhkan dalam aksi nekat itu. Gerakanku terhenti ketika tepi paling atasnya tiba di pangkal paha ibu mertua yang agak merapat itu. Tentu saja bentuk pantat bahenol itu, bayangan hitam lubang anusnya dan tumpukan rambut hitam di bawahnya membuat aku kehilangan kontrol. Ku oleskan sebagian minyak goreng itu di atas pantat ibu, sambil meremas-remasnya, dan kini berkilauan sebagaimana punggung ibu tadi.

Dengan jantung berdegup, ku turunkan celana pendekku, lalu merangkap di atas tubuh tengkurap ibu yang sangat nyenyak tertidur, namun kuupayakan tidak menindihnya. Ku selipkan batang kemaluanku yang sedari tadi sangat mengeras di antara belahan pantat ibu, lalu mulai menggosok-gosokannya pelan, sehati-hati munkin agar ia tak terbangun. Tapi sensasi yang kurasakan sangat luar biasa, anda akan paham jika lama tak merasakan kenikmatan tubuh wanita. Mataku menyaksikan wajah ibu yang damai dalam tidurnya, ia cukup manis walau munkin jarang tersentuh make up, ingin rasanya kuciumi pipinya tapi tentu beresiko. Dan tak menunggu lama ketika aku mengejang lalu semburan demi semburan sperma hangat ..dan sangat banyak, hingga di pantat, punggung, bahkan leher ibu. Lama aku mematung hingga denyutan-denyutan orgasmeku hilang dan kemaluanku mulai mengerut. Baru kemudian aku beranjak….kepanikan kecil melandaku melihat lelehan benihku di atas tubuh ibu. Ku lepaskan kaus kumal yang kupakai, dan kugunakan sebagai lap menghilangkan jejak-jejak tindakan mesum yang kulakukan malam itu. Dengan terburu-buru kurapikan kain kemben ibu, dan bergegas keluar kamar. Usai dari kamar mandi kembali kubaringkan tubuh,’’ apa yang kau lakukan”, pikirku…namun akhirnya terlelap juga….dengan rasa puas.

Seperti biasa, pukul setengah enam pagi aku terbangun, usai sekedarnya membersihkan rumah, ku sempatkan mengintip kamar ibu. Ia masih tertidur, kain kembennya sudah terikat di dada, namun agak tersingkap di bagian paha, membuat aku kembali menelan ludah. Di sebelahnya, anakku telah terbangun, tengah asyik memainkan mobilannya sambil berbaring. Aku kemudian mandi, sedikit tertegun melihat kaus kumal tadi malam, lalu aku mencucinya.

“Bu…ibu,”, panggilku mencoba membangunkannya sambil sedikit menepuk pundaknya. Matanya mulai membuka. “Sudah jam setengah delapan bu, ibu sudah enakan?”..ia mengangguk pelan,’’ tapi masih lemas Den, linu-linunya belum ilang, Ari mana?’’ tanya Ibu.”Sedang main di luar bu, sudah saya mandikan dan kasih sarapan, tadi saya belikan bubur ayam di depan, ibu sarapan ya?’’, jawabku sambil menawarkan bubur ayam. Ibu bangkit perlahan dan duduk di tepi ranjang, semangkuk bubur dan segelas teh kuletakan di atas meja kecil di dekat ranjang. Aku meninggalkannya. Dan tak lama kemudian kembali aku memasuki kamarnya dan menyerahkan obat,” lho..kok gak habis bu?”, tanyaku melhat bubur itu masih separuh tersisa.”Masih pahit Den’’, jawabnya. “Ya udah, ibu minum obat …air panas udah saya siapkan di kamr mandi”, ibu lalu meminum obat dengan perlahan…,”ibu masih pegal Den, mau istirahat lagi, ntar aja deh mandinya”, jawabnya. “ehmm…kalau gitu saya kompres aja ya bu”, tawarku…”gak usah repot…”, belum usai kalimatnya aku sudah setengah berlari ke dapur, mengambil handuk kecil dan baskom kecil lalu menuangkan air hangat ke dalamnya.

Ibu sudah terbaring di kamar ketika aku masuk. Aku mengambil kursi kayu lalu duduk disampingnya, meremas handuk dan mulai secara lembut mengusap wajahnya. “Ibu jadi gak enak nih Den, jadi ngerepotin kamu”, katanya. “ah…ibu kan sudah seperti ibu saya sendiri”, jawabku sambil terus melapi leher, pundak hingga dada atasnya. Lalu kedua lengannya hingga ketiaknya yang putih dan sedikit ditumbuhi bulu itu, membuat senjata biologisku mulai berulah. “Ibu bisa tengkurap sebentar?”, pintaku pada ibu. Namun ibu justeru duduk membelakangiku untuk mempermudah melapi pungunggnya. Usai belakang leher hingga bahu sampai batas kain ,’’bisa turunin dikit kainnya bu?’’, tanpa berkata-kata ibu melepaskan ikatan sarungnya, dan kembali kunikmati punggung yang kini berbelang merah sampai batas pinggang itu, dengan lembut ku usap seluruh permukaan kulitnya dengan handuk basah hangat tadi, dan butiran keringat mulai muncul dari pori-pori kulitnya. Aku hanya bisa nyengir menyaksikan beberapa bercak sprema kering yang mengerak di kulit punggung ibu dan segera ku lap.

Nafas ibu tampak teratur, kali ini sasaranku bawah ketiak dan sisi samping tubuh ibu. Kulihat kulitnya bulu-bulu kuduknya keluar. Semakin sulit aku mengatur nafas manakal ujung jari ku menyentuh sisi payudaranya. Dan seperti sengaja, aku berlama-lama mengusapkan handuk itu di situ…”Den..”,teguran ibu menyadarkanku. Namun karena ia tak menyuruhku berhenti, aku lalu memindahkan usapan tanganku ke bagian depan tubuh ibu, yaitu perutnya yang masih tertutup sarung. Dan ibu tidak protes. Mula-mula bagian tengah, lalu bagian atas…kucoba terus mendesak ke atas dengan maksud menyentuh bagian bawah payudaranya, namun terhalang tangan ibu yang masih mendekap sarung itu di dada. Lalu kembali ke tengah perutnya..dan bawah…terus ke bawah pusarnya, sehingga sebagian jari ku tak sengaja menyelip di bagian atas celana dalamnya. Tangan ibu jatuh ke bawah mencoba mencegah aksiku lebih lanjut, namun munkin karena panik membuat payudaranya tersingkap, dan tak membuang waktu masih dengan handuk basah di tangan, ku usap-usap perhiasan alami kaum wanita itu, “Den..” seru ibu dengan suara nyaris berbisik…”ssshhh, tenang Bu” desisku menenangkan ibu yang kini nafasnya mulai tersendat-sendat. Aku belum melakukan tindakan lebih jauh kecuali melap dengan penuh kelembutan gunung kembar yang bahkan lebih besar dari punya isteriku itu, namun degupan jantung dan deru nafasku yang kian memacu sudah bisa menggambarkan betapa luar biasanya gairah yang ditimbulkan tubuh ibu kandung isteriku itu.

Aku tidak tahu bagaimana perasaan ibu, yang aku tangkap hanya kuduknya yang merinding, lalu tubuhnya yang agak gemetar dan deru nafasnya yang mulai tak beraturan. Aku hanya bertindak mengikuti naluri…naluri seorang pria yang sekian lama tak merasakan kehangatan tubuh wanita. Ibu memegang kedua pergelangan tanganku, ada sedikit upaya menarik tanganku dari permukaan dadanya, namun aku sudah kehilangan kendali…handuk basah itu jatuh di pangkuannya, dan kini telapak dan jari jemariku mulai meremas-remas gundukan daging kenyal itu dan memilin-milin putingnya. Mulutku mengecup belakang leher dan pundak ibu. “Den….jangan”, ujarnya lirih…ketika satu tanganku mencoba masuk menyelusup celana dalamnya, ia memegang pergelangan tanganku yang sayangnya sudah berada di atas gundukan bulu-bulu hitam lebat di bawah pusarnya. Dan pertahanan moralku pun roboh, ku rebahkan tubuh ibu dan mulai menindihnya, ia melawannya dengan mencoba mendorong tubuhku, namun tentu saja apalah arti tenaga wanita separuh baya dibanding pemuda yang tengah terbakar nafsu.”Den…jangan, aku ini ibu mu…ibu mertua mu..mmmff”..ucapannya terhenti ketika kusumpal paksa mulutnya dengan mulutku…”mmmf…Den..mmmhh”, tangannya terus meronta namun kutangkap dan kurentangkan ke atas…membuatku tergoda untuk menciumi ketiaknya…” Den…apa kata orang nanti…ini gak bener..Den…ouhhf”, kembali kulumat bibirnya dan pergelangan tangannya ku tahan dengan satu tangan karena sebelah tanganku sibuk berupaya melepaskan celana yang kupakai. Ibu mulai menangis terisak, dan tubuhnya menggeliat-geliat melakukan perlawanan namun justeru menciptakan pemandangan sensual yang kian menggoda. Dan matanya membelalak dan kian panik ketika dengan paksa kurenggut celana dalamnya..”preekkk”, dan ia melakukan perlawanan terakhir dengan merapatkan kakinya, tetapi terlambat…satu lututku telah berada di antaranya, dengan paksa kulebarkan kakinya…batang kontolku sudah berada di antara dua pahanya..mencari-cari sebentar dan..kurasakan tumpukan bulu-bulu di ujung kepala jamur kelaminku itu…dan akhirnya menemukan sasarannya…celah di antara perbukitan rumput hitam itu, yang ternyata…telah basah. Sehingga dengan sedikit mudah benda tumpul itu mulai mendesak masuk….dan rasanya bahkan lebih sempit dari rongga vagina isteriku….apakah karena ibu juga jarang disentuh bapak mertua? Wajah ibu hanya meringis pasrah, air matanya mengalir menemani isakan dari mulutnya.”maafkan aku, bu…aku sayang ibu, aku butuh ibu, ibu juga kan?”, ujarku dengan mesra di depan wajah ibu sambil berusaha mengayun-ayunkan pinggulku. Ibu hanya terisak dan menggigit jarinya, dengan liar aku mulai memompa tubuhnya…oh luar biasa nikmatnya. Mula-mula perlahan sampai makin cepat dan ganas menyebabkan tubuh ibu dan payudaranya berguncang-guncang, sangat sayang jika disia-siakan, maka segera kutangkap gunung kembar yang tengah diguncang gempa itu, dan kugigit ringan dua pucuknya bergantian, membuat ibu kian merintih.

Pagi itu suasana sejuk berubah menjadi panas, tubuhku dan tubuh ibu mulai dibanjiri keringat. Kamar dengan cat mengelupas di sana sini itu seolah-olah berubah menjadi kamar pengantin yang indah, diiringi deritan ranjang tua yang bergerak dan suara kecipak dua kelamin beradu. Ku tarik tangan ibu dari mulutnya, ku lumat bibirnya yang memerah itu..”ouuhh..Den..mmmmf”, lenguhnya membuat aku kian brutal mengobrak-abrik liang senggamanya, liang yang telah menghadirkan istriku 25 tahun lalu itu. Ibu setengah menjerit ketika tiba-tiba dua kakinya dirangkulkan erat-erat di atas pinggangku dan kedua tangannya memeluk ketat diriku…ia telah mengalami orgasme, menyadari hal itu menimbulkan sensasi tersendiri hingga tak menunggu lama aku tak bisa lagi menahan ejakulasi ku, semprotan demi semprotan benih terlarang bagai air bah menerjang setiap sudut gua kenikmatan ibu mertuaku itu. Aku rebah di atas tubuh telanjang ibu, mencoba mengatur nafas, dan ibu mengusap-usap punggungku dan mengeramasi rambutku. Sampai akhirnya aku bangkit meninggalkan tubuh ibu dan mencabut kelaminku dari jepitan vaginanya. Dengan segera cairan putih kental mengalir keluar dari celah bibir kemaluannya, menciptakan danau kecil di atas sprei lusuh. Segera kusambar handuk basah tadi, ku basuhkan ke permukaan memek ibu dan sprei, lalu kuusapkan pula ke sekujur batang kontolku. Kemudian menyusul berbaring di sisi ibu.

Mata ibu menerawang ke langit-langit kamar tanpa plafon itu. Aku menatap wajahnya yang masih basah bekas sisa keringat dan air mata. Dadanya naik turun membawa serta dua gunung indah di atasnya, membuatku tergoda untuk menjamahnya. Ibu tidak protes…”Den…kenapa kamu lakukan itu, ini gak bener Den, ini dosa, apa kata tetangga nanti? Apa kata bapakmu? Apa kata Asih? Ujarnya lirih. “Ma’afkan saya bu…saya khilaf, saya lelaki normal bu, berpisah setahun dari Asih itu sangat berat buat saya bu..tapi mau bagaimana lagi? Saya pasrah…seandainya ibu mau mengusir saya silahkan, saya titip Ari aja bu”, jawabku. Ibu kembali menangis dan berujar..”ibu gak akan ngusir kamu Den…kamu telah baik selama ini membantu ibu, ini salah ibu juga, ibu minta ini jadi rahasia kita berdua Den”, “saya akan jaga rahasia ini Bu”, jawabku pelan sambil berupaya memeluknya, kali ini ibu dengan pasrah meringkuk dipelukanku dan menumpahkan tangisan di dadaku sampai akhirnya mereda, dan entah siapa yang mendahului kembali bibir kami saling berpagutan.

Tanganku mulai meremas-remas payudara montok milik ibu, sementara ibu dengan malu-malu mengusap-usap batang penisku yang kembali siap tempur. Pertarungan ronde kedua kembali dimulai. Menyadari ternyata ibu juga memendam hasrat, kali ini setiap adegan film-film porno yang biasa aku lihat bersama tetangga, kupraktekan. Aku bangkit mengangkangi dada ibu, kuarahkan batang penisku ke mulutnya, mula-mula ia jengah menolak, namun terus kupaksa, sampai akhirnya agak terbatuk-batuk ia telan nyaris seluruh batang kontolku. Aku tak begitu bertindak memaksa khawatir ia akan muntah-muntah lagi. Yang penting sensasi bahwa aku menguasai dirinya menjadi kepuasan tersendiri. Ku putar tubuhnya hingga membelakangiku, ku susun dua tumpuk bantal di bawah perutnya, sebelum kusetubuhi dari belakang aku melakukan ritual menjilati setiap mili memeknya, membuat ibu kembali merinding dan merintih-rintih. Lalu…,’’jlebb’’…kembali batang kontolku tenggelam dalam liang senggama ibunda isteriku itu. Kali ini ibu tak malu-malu mengeluarkan suara rintihan nikmat. Pantat molek itu mulai berguncang-guncang akibat hentakanku. Tanganku segera meraih gunung kembar yang kini bergantung terayun-ayun.”ouuh…Den…oohhh”, rintih ibu menemani geramanku…tubuh kami kembali berkilauan basah oleh keringat. Ronde kedua ini lebih lama berlangsung…ibu menghujamkan wajahnya di bantal untuk meredam suara pekikan ketika orgasmenya tiba..bagaimana munkin wanita sehangat ini bisa ditinggal ayah mertua, pikirku. Capek melakukan doggi style, kembali ku telentangkan tubuh bugil ibu mertuaku itu, pantatnya kembali kuganjal bantal sehingga pinggulnya mendongak, ku pentangkan lebar-lebar selangkangan ibu, dan kulipat lututnya hingga nyaris menyentuh pundaknya…lalu satu tusukan teramat dalam kembali dialami lubang kemaluan ibu.

Ibu kembali mendesah-desah menerima setiap hentakan demi hentakan senjata biologis milikku…dan sekali lagi ia mengalami orgasme dahsyat yang tak dirasakannya bertahun-tahun, mengundang datangnya orgasmeku pula yang sekali lagi menyirami mulut rahimnya dengan cairan benih potensial. Pagi itu hubungan menantu-mertua telah melanggar batas menjadi hubungan terlarang sepasang kekasih yang masing-masing masih terikat perkawinan. Dan persetubuhan itu kembali terjadi hingga aku mengalami 5 kali orgasme,,,ibu mertua? Tak terhitung malah. Menjelang siang aku segera beranjak keluar kamar yang kini beraroma seks itu. Bagaimanapun aku harus mencari nafkah, dari situlah aku bisa membeli susu untuk anakku dan kebutuhan sehari-hari yang biasanya kuserahkan pada ibu mertua.

Malam menjelang pukul sembilan aku baru pulang. Ibu tengah menonton TV menemani anakku yang tengah bermain. Seutas senyum kecilnya menyambut kehadiranku. “Ibu udah sehat? ini bu, buat belanja besok”, ujarku seraya menyerahkan 3 lembar uang 10 ribuan. “Makasih…ibu udah mendingan kok, Deni makan dulu sana, ibu hanya beli makanan jadi tadi siang, belum masak”, jawabnya. Benar kata orang, sex bisa jadi obat, pikirku seraya menyambar handuk digantungan dan menuju kamar mandi. Usai makan malam, aku bangkit ke ruang tengah. Ibu masih berbaring di depan TV, sementara anakku sudah tertidur di sampingnya. Ku angkat dia dan kubaringkan di ranjang ibu. Di luar kamar, tanpa basa basi lagi kutindih tubuh ibu, ku lolosi daster lusuhnya melewati kepalanya, lalu beha dan celana dalamnya. Bibir kami segera berpagutan. Kuremasi setiap bagian indah lekuk tubuhnya, payudara, pinggul, pantat…sambil mencolokan dua jemariku di vaginanya yang tanpa disuruh sudah diselaputi cairan pelumas. “oohh…Den….aahh…”, bagai kepedasan ibu terus mendesah. “Isap kontolku bu”, ujarku sambil menariknya agar berlutut dihadapanku..sulit dibayangkan kata-kata tak pantas itu bisa keluar dari mulutku terhadap seseorang yang seharusnya aku hormati .”mmmf …mmmf..mff”, ibu mulai mahir melakukan hisapan, jilatan bak pelacur profesional.

Lihat Juga :  Cerita Bokep Pijitan Plus Obat Perangsang

Puas merasakan hangatnya rongga mulut ibu, ganti aku mengunyah, menghisap dan menusuk-nusuk lubang memeknya dengan lidah dan jemariku, pinggul ibu bergerak kesana – kemari dan mulutnya mulai ribut merintih, khawatir didengar tetangga, segera kuarahkan batang penisku ke mulutnya, dalam posisi 69 kami saling mengecap kemaluan masing-masing hingga kami puas. Di atas tikar lusuh itu, ibu dengan sadar membuka lebar-lebar pahanya, membuat celah vaginanya merekah merah dan basah. Dan ia meringis ketika kembali benda terlarang memasuki tubuhnya. “oooh…Den,”…”ibu…ahhhss”, sekian menit kemudian di antara rintihannya, ibu berkata..”den…pindah yuk, punggung ibu sakit kalau di sini”, pintanya, aku mengangguk dan mencabut kemaluanku. Ibu beranjak berdiri hendak berjalan menuju kamar, namun pinggangnya segera kutangkap. Dari belakang kembali kusetubuhi ibu, kutangkap sepasang payudaranya yang montok itu. Sambil kusetubuhi, ku dorong tubuhnya agar berjalan, hingga kami tiba di dalam kamar. Ibu merangkak naik ke atas ranjang tanpa batang kontolku meninggalkan jepitan liang senggamanya. Kembali ku hentak-hentakan pinggulku hingga ranjang tua itu berderit-derit, membuat apa yang diatasnya berguncang-guncang tak terkecuali anakku yang tengah tidur dengan nyenyaknya.

Ibu menggigit jari mencegah rintihan keras keluar dari mulutnya. Beberapa lama kemudian kembali kutelentangkan tubuhnya, dengan otomatis ia membuka pahanya…dan “blesss”,,,batang penisku kembali amblas ditelan rongga sempit,basah dan hangat milik ibu. Ku rentangkan tangannya ke atas, kuhirup dalam-dalam aroma asli tubuh wanita setengah baya yang masih sangat sensual itu. Keringat kami kembali saling melebur menjadi satu, deritan ranjang tua itu mengiri.

Cerita Mesum Bercinta Dengan Perawat

$
0
0

Cerita Mesum Bercinta Dengan Perawat – Hari ini adalah hari pertamaku tinggal di kota Bandung. Karena tugas kantorku, aku terpaksa tinggal di Bandung selama 5 hari dan weekend di Jakarta. Di kota kembang ini, aku menyewa kamar di rumah temanku. Menurutnya, rumah itu hanya ditinggali oleh Ayahnya yang sudah pikun, seorang perawat, dan seorang pembantu. “Rumah yang asri” gumamku dalam hati. Halaman yang hijau, penuh tanaman dan bunga yang segar dikombinasikan dengan kolam ikan berbentuk oval. Aku mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali sampai pintu dibukakan. Sesosok tubuh semampai berbaju serba putih menyambutku dengan senyum manisnya. “Pak Rafi ya..”. “Ya.., saya temannya Mas Anto yang akan menyewa kamar di sini. Lho, kamu kan pernah kerja di tetanggaku?”, jawabku surprise.

Perawat ini memang pernah bekerja pada tetanggaku di Bintaro sebagai baby sitter. “Iya…, saya dulu pengasuhnya Aurelia. Saya keluar dari sana karena ada rencana untuk kimpoi lagi. Saya kan dulu janda pak.., tapi mungkin belum jodo.., ee dianya pergi sama orang lain.., ya sudah, akhirnya saya kerja di sini..”, Mataku memandangi sekujur tubuhnya. Tati (nama si perawat itu) secara fisik memang tidak pantas menjadi seorang perawat. Kulitnya putih mulus, wajahnya manis, rambutnya hitam sebahu, buah dadanya sedang menantang, dan kakinya panjang semampai. Kedua matanya yang bundar memandang langsung mataku, seakan ingin mengatakan sesuatu. Aku tergagap dan berkata, “Ee.., Mbak Tati, Bapak ada?”. “Bapak sedang tidur. Tapi Mas Anto sudah nitip sama saya.

Mari saya antarkan ke kamar..”. Tati menunjukkan kamar yang sudah disediakan untukku. Kamar yang luas, ber-AC, tempat tidur besar, kamar mandi sendiri, dan sebuah meja kerja. Aku meletakkan koporku di lantai sambil melihat berkeliling, sementara Tati merunduk merapikan sprei ranjangku. Tanpa sengaja aku melirik Tati yang sedang menunduk. Dari balik baju putihnya yang kebetulan berdada rendah, terlihat dua buah dadanya yang ranum bergayut di hadapanku. Ujung buah dada yang berwarna putih itu ditutup oleh BH berwarna pink. Darahku terkesiap. Ahh…, perawat cantik, janda, di rumah yang relatif kosong.Sadar melihat aku terkesima akan keelokan buah dadanya, dengan tersipu-sipu Tati menghalangi pemandangan indah itu dengan tangannya. “Semuanya sudah beres Pak…, silakan beristirahat..”. “Ee…, ya.., terima kasih”, jawabku seperti baru saja terlepas dari lamunan panjang. Sore itu aku berkenalan dengan ayah Anto yang sudah pikun itu.

Ia tinggal sendiri di rumah itu setelah ditinggalkan oleh istrinya 5 tahun yang lalu. Selama beramah-tamah dengan sang Bapak, mataku tak lepas memandangi Tati. Sore itu ia menggunakan daster tipis yang dikombinasikan dengan celana kulot yang juga tipis. Buah dadanya nampak semakin menyembul dengan dandanan seperti itu. Di rumah itu ada seorang pembantu berumur sekitar 17 tahun. Mukanya manis, walaupun tidak secantik Tati. Badannya bongsor dan motok. Ani namanya. Ia yang sehari-hari menyediakan makan untukku. Hari demi hari berlalu. Karena kepiawaianku dalam bergaul, aku sudah sangat akrab dengan orang-orang di rumah itu. Bahkan Ani sudah biasa mengurutku dan Tati sudah berani untuk ngobrol di kamarku.

Bagi janda muda itu, aku sudah merupakan tempat mencurahkan isi hatinya. Begitu mudah keakraban itu terjadi hingga kadang-kadang Tati merasa tidak perlu mengetuk pintu sebelum masuk ke kamarku. Sampai suatu malam, ketika itu hujan turun dengan lebatnya. Aku, karena sedang suntuk memasang VCD porno kesukaanku di laptopku. Tengah asyik-asyiknya aku menonton tanpa sadar aku menoleh ke arah pintu, astaga…, Tati tengah berdiri di sana sambil juga ikut menonton. Rupanya aku lupa menutup pintu, dan ia tertarik akan suara-suara erotis yang dikeluarkan oleh film produksi Vivid interactive itu. Ketika sadar bahwa aku mengetahui kehadirannya, Tati tersipu dan berlari ke luar kamar.

“Mbak Tati..”, panggilku seraya mengejarnya ke luar. Kuraih tangannya dan kutarik kembali ke kamarku. “Mbak Tati…, mau nonton bareng? Ngga apa-apa kok..”. “Ah, ngga Pak…, malu aku..”, katanya sambil melengos. “Lho.., kok malu.., kayak sama siapa saja.., kamu itu.., wong kamu sudah cerita banyak tentang diri kamu dan keluarga.., dari yang jelek sampai yang bagus.., masak masih ngomong malu sama aku?”, Kataku seraya menariknya ke arah ranjangku. “Yuk kita nonton bareng yuk..”, Aku mendudukkan Tati di ranjangku dan pintu kamarku kukunci. Dengan santai aku duduk di samping Tati sambil mengeraskan suara laptopku. Adegan-adegan erotis yang diperlihatkan ke 2 bintang porno itu memang menakjubkan. Mereka bergumul dengan buas dan saling menghisap. Aku melirik Tati yang sedari tadi takjub memandangi adegan-adegan panas tersebut. Terlihat ia berkali-kali menelan ludah. Nafasnya mulai memburu, dan buah dadanya terlihat naik turun.

Aku memberanikan diri untuk memegang tangannya yang putih mulus itu. Tati tampak sedikit kaget, namun ia membiarkan tanganku membelai telapak tangannya. Terasa benar bahwa telapak tangan Tati basah oleh keringat. Aku membelai-belai tangannya seraya perlahan-lahan mulai mengusap pergelangan tangannya dan terus merayap ke arah ketiaknya. Tati nampak pasrah saja ketika aku memberanikan diri melingkarkan tanganku ke bahunya sambil membelai mesra bahunya. Namun ia belum berani untuk menatap mataku. Sambil memeluk bahunya, tangan kananku kumasukkan ke dalam daster melalui lubang lehernya. Tanganku mulai merasakan montoknya pangkal buah dada Tati. Kubelai-belai seraya sesekali kutekan daging empuk yang menggunung di dada bagian kanannya. Ketika kulihat tak ada reaksi dari Tati, secepat kilat kusisipkan tangganku ke dalam BH-nya…, kuangkat cup BH-nya dan kugenggam buah dada ranum si janda muda itu.

“Ohh.., Pak…, jangan..”, Bisiknya dengan serak seraya menoleh ke arahku dan mencoba menolak dengan menahan pergelangan tangan kananku dengan tangannya. “Sshh…, ngga apa-apa Mbak…, ngga apa-apa..”. “Nanti ketauanhh..”. “Nggaa…, jangan takut..”, Kataku seraya dengan sigap memegang ujung puting buah dada Tati dengan ibu jari dan telunjukku, lalu kupelintir-pelintir ke kiri dan kanan. “Ooh.., hh.., Pak.., Ouh.., jj.., jjanganhh.., ouh..”, Tati mulai merintih-rintih sambil memejamkan matanya. Pegangan tangannya mulai mengendor di pergelangan tanganku. Saat itu juga, kusambar bibirnya yang sedari tadi sudah terbuka karena merintih-rintih. “Ouhh.., mmff.., cuphh.., mpffhh..”, Dengan nafas tersengal-sengal Tati mulai membalas ciumanku. Kucoba mengulum lidahnya yang mungil, ketika kurasakan ia mulai membalas sedotanku. Bahkan ia kini mencoba menyedot lidahku ke dalam mulutnya seakan ingin menelannya bulat-bulat.

Tangannya kini sudah tidak menahan pergelanganku lagi, namun kedua-duanya sudah melingkari leherku. Malahan tangan kanannya digunakannya untuk menekan belakang kepalaku sehingga ciuman kami berdua semakin lengket dan bergairah. Momentum ini tak kusia-siakan. Sementara Tati melingkarkan kedua tangannya di leherku, akupun melingkarkan kedua tanganku di pinggangnya. Aku melepaskan bibirku dari kulumannya, dan aku mulai menciumi leher putih Tati dengan buas. “aahh..Ouhh..” Tati menggelinjang kegelian dan tanganku mulai menyingkap daster di bagian pinggangnya. Kedua tanganku merayap cepat ke arah tali BH-nya dan, “tasss..” terlepaslah BH-nya dan dengan sigap kualihkan kedua tanganku ke dadanya. Saat itulah lurasakan betapa kencang dan ketatnya kedua buah dada Tati. Kenikmatan meremas-remas dan mempermainkan putingnya itu terasa betul sampai ke ujung sarafku. Penisku yang sedari tadi sudah menegang terasa semakin tegang dan keras.

Rintihan-rintihan Tati mulai berubah menjadi jeritan-jeritan kecil terutama saat kuremas buah dadanya dengan keras. Tati sekarang lebih mengambil inisiatif. Dengan nafasnya yang sudah sangat terengah-engah, ia mulai menciumi leher dan mukaku. Ia bahkan mulai berani menjilati dan menggigit daun telingaku ketika tangan kananku mulai merayap ke arah selangkangannya. Dengan cepat aku menyelipkan jari-jariku ke dalam kulotnya melalui perut, langsung ke dalam celana dalamnya. Walaupun kami berdua masih dalam keadaan duduk berpelukan di atas ranjang, posisi paha Tati saat itu sudah dalam keadaan mengangkang seakan memberi jalan bagi jari-jemariku untuk secepatnya mempermainkan kemaluannya.

Hujan semakin deras saja mengguyur kota Bandung. Sesekali terdengar suara guntur bersahutan. Namun cuaca dingin tersebut sama sekali tidak mengurangi gairah kami berdua di saat itu. Gairah seorang lajang yang memiliki libido yang sangat tinggi dan seorang janda muda yang sudah lama sekali tidak menikmati sentuhan lelaki. Tati mengeratkan pelukannya di leherku ketika jemariku menyentuh bulu-bulu lebat di ujung vaginanya. Ia menghentikan ciumannya di kupingku dan terdiam sambil terus memejamkan matanya. Tubuhnya terasa menegang ketika jari tengahku mulai menyentuh vaginanya yang sudah terasa basah dan berlendir itu. Aku mulai mempermainkan vagina itu dan membelainya ke atas dan ke bawah. “Ouuhh Pak.., ouhh.., aahh.., g..g.ggelliiihh…”. Tati sudah tidak bisa berkata-kata lagi selain merintih penuh nafsu ketika clitorisnya kutemukan dan kupermainkan. Seluruh badan Tati bergetar dan bergelinjang. Ia nampak sudah tak dapat mengendalikan dirinya lagi.

Jeritan-jeritannya mulai terdengar keras. Sempat juga aku kawatir dibuatnya. Jangan-jangan seisi rumah mendengar apa yang tengah kami lakukan. Namun kerasnya suara hujan dan geledek di luar rumah menenangkanku. Benda kecil sebesar kacang itu terasa nikmat di ujung jari tengahku ketika aku memutar-mutarnya. Sambil mempermainkan clitorisnya, aku mulai menundukkan kepalaku dan menciumi buah dadanya yang masih tertutupi oleh daster. Seolah mengerti, Tati menyingkapkan dasternya ke atas, sehingga dengan jelas aku bisa melihat buah dadanya yang ranum, kenyal dan berwarna putih mulus itu bergantung di hadapanku. Karena nafsuku sudah memuncak, dengan buas kusedot dan kuhisap buah dada yang berputing merah jambu itu. Putingnya terasa keras di dalam mulutku menandakan nafsu janda muda itupun sudah sampai di puncak. Tati mulai menjerit-jerit tidak karuan sambil menjambak rambutku. Sejenak kuhentikan hisapanku dan bertanya, “Enak Mbak?”.

Sebagai jawabannya, Tati membenamkan kembali kepalaku ke dalam ranumnya buah dadanya. Jari tengahku yang masih mempermainkan clitorisnya kini kuarahkan ke lubang vagina Tati yang sudah menganga karena basah dan posisi pahanya yang mengangkang. Dengan pelan tapi pasti kubenamkan jari tengahku itu ke dalamnya dan, “Auuhh.., P.Paak.., hh”. Tati menjerit dan menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang. “Terrusshh.., auhh..”. Kugerakkan jariku keluar masuk di vaginanya dan Tati menggoyangkan pingggulnya mengikuti irama keluar masuknya jemariku itu. Aku menghentikan ciumanku di buah dada Tati dan mulai mengecup bibir ranum janda itu. Matanya tak lagi terpejam, tapi memandang sayu ke mataku seakan berharap kenikmatan yang ia rasakan ini jangan pernah berakhir. Tangan kiriku yang masih bebas, membimbing tangan kanan Tati ke balik celana pendekku. Ketika tangannya menyentuh penisku yang sudah sangat keras dan besar itu, terlihat ia agak terbelalak karena belum pernah melihat bentuk yang panjang dan besar seperti itu.

Tati meremas penisku dan mulai mengocoknya naik turun naik turun.., kocokan yang nikmat yang membuatku tanpa sadar melenguh, “Ahh.., Mbaak.., enaknya.., terusin..”. Saat itu kami berdua berada pada puncaknya nafsu. Aku yakin bahwa Mbak Tati sudah ingin secepatnya memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Ia tidak mengatakannya secara langsung, namun dari tingkahnya menarik penisku dan mendekatkannya ke vaginanya sudah merupakan pertanda. Namun, di detik-detik yang paling menggairahkan itu terdegar suara si Bapak tua berteriak, “Tatiii…, Tatiii..”. Kami berdua tersentak. Kukeluarkan jemariku dari vaginanya, Tati melepaskan kocokannya dan ia membenahi pakaian dan rambutnya yang berantakan. Sambil mengancingkan kembali BH-nya ia keluar dari kamarku menuju kamar Bapak tua itu. Sialan!, kepalaku terasa pening.

Begitulah penyakitku kalau libidoku tak tersalurkan. Beberapa saat lamanya aku menanti siapa tahu janda muda itu akan kembali ke kamarku. Tapi nampaknya ia sibuk mengurus orang tua pikun itu, sampai aku tertidur. Entah berapa lama aku terlelap, tiba-tiba aku merasa napasku sesak. Dadaku serasa tertindih suatu beban yang berat. Aku terbangun dan membuka mataku. Aku terbelalak, karena tampak sesosok tubuh putih mulus telanjang bulat menindih tubuhku. “Mbak Tati?”, Tanyaku tergagap karena masih mengagumi keindahan tubuh mulus yang berada di atas tubuhku. Lekukan pinggulnya terlihat landai, dan perutnya terasa masih kencang. Buah dadanya yang lancip dan montok itu menindih dadaku yang masih terbalut piyama itu. Seketika, rasa kantukku hilang.

Mbak Tati tersenyum simpul ketika tangannya memegang celanaku dan merasakan betapa penisku sudah kembali menegang. “Kita tuntaskan ya Mbak?”, Kataku sambil menyambut kuluman lidahnya. Sambil dalam posisi tertindih aku menanggalkan seluruh baju dan celanaku. Kegairahan yang sempat terputus itu, mendadak kembali lagi dan terasa bahkan lebih menggila. Kami berdua yang sudah dalam keadaan bugil saling meraba, meremas, mencium, merintih dengan keganasan yang luar biasa. Mbak Tati sudah tidak malu-malu lagi menggoyangkan pinggulnya di atas penisku sehingga bergesekan dengan vaginanya. Tidak lebih dari 5 menit, aku merasakan bahwa nafsu syahwat kami sudah kembali berada dipuncak. Aku tak ingin kehilangan momen lagi. Kubalikkan tubuh Tati, dan kutindih sehingga keempukan buah dadanya terasa benar menempel di dadaku. Perutku menggesek nikmat perutnya yang kencang, dan penisku yang sudah sangat menegang itu bergesekan dengan vaginanya.

“Mbak.., buka kakinya.., sekarang kamu akan merasakan sorganya dunia Mbak..”, bisikku sambil mengangkangkan kedua pahanya. Sambil tersengal-sengal Tati membuka pahanya selebar-lebarnya. Ia tersenyum manis dengan mata sayunya yang penuh harap itu. “Ayo Pak.., masukkan sekarang…”, Aku menempelkan kepala penisku yang besar itu di mulut vagina Tati. Perlahan-lahan aku memasukkannya ke dalam, semakin dalam, semakin dalam dan, “aa.., Aooohh.., paakh….., aahh..”, rintihnya sambil membelalakkan matanya ketika hampir seluruh penisku kubenamkan ke dalam vaginanya. Setelah itu, “Blesss…”, dengan sentakan yang kuat kubenamkan habis penisku diiringi jeritan erotisnya, “Ahh.., besarnyah.., ennnakk ppaak..”.

Aku mulai memompakan penisku keluar masuk, keluar masuk. Gerakanku makin cepat dan cepat. Semakin cepat gerakanku, semakin keras jeritan Tati terdengar di kamarku. Pinggul janda muda itu pun berputar-putar dengan cepat mengikuti irama pompaanku. Kadang-kadang pinggulnya sampai terangkat-angkat untuk mengimbangi kecepatan naik turunnya pinggulku. Buah dadanya yang terlihat bulat dalam keadaan berbaring itu bergetar dan bergoyang ke sana ke mari. Sungguh menggairahkan! Tiba-tiba aku merasakan pelukannya semakin mengeras. Terasa kuku-kukunya menancap di punggungku. Otot-ototnya mulai menegang. Nafas perempuan itu juga semakin cepat. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, mulutnya terbuka, matanya terpejam,dan alisnya merengut “aahh..”. Tati menjerit panjang seraya menjambak rambutku, dan penisku yang masih bergerak masuk keluar itu terasa disiram oleh suatu cairan hangat.

Dari wajahnya yang menyeringai, tampak janda muda itu tengah menghayati orgasmenya yang mungkin sudah lama tidak pernah ia alami itu. Aku tidak mengendurkan goyangan pinggulku, karena aku sedang berada di puncak kenikmatanku. “Mbak.., goyang terus Mbak.., aku juga mau keluar..”. Tati kembali menggoyang pinggulnya dengan cepat dan beberapa detik kemudian, seluruh tubuhku menegang. “Keluarkan di dalam saja pak”, bisik Tati, “Aku masih pakai IUD”. Begitu Tati selesai berbisik, aku melenguh. “Mbak.., aku keluar.., aku keluarr…., aahh..”, dan…, “Crat.., crat.., craat”, kubenamkan penisku dalam-dalam di vagina perempuan itu. Seakan mengerti, Tati mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi sehingga puncak kenikmatan ini terasa benar hingga ke tulang sumsumku. Kami berdua terkulai lemas sambil memejamkan mata. Pikiran kami melayang-layang entah ke mana. Tubuhku masih menindih tubuh montok Tati.

Kami berdua masih saling berpelukan dan akupun membayangkan hari-hari penuh kenikmatan yang akan kualami sesudah itu di Bandung. Sejak kejadian malam itu, kesibukan di kantorku yang luar biasa membuatku sering pulang larut malam. Kepenatanku selalu membuatku langsung tertidur lelap. Kesibukan ini bahkan membuat aku jarang bisa berkomunikasi dengan Tati. Walaupun begitu, sering juga aku mempergunakan waktu makan siangku untuk mampir ke rumah dengan maksud untuk melakukan seks during lunch. Sayang, di waktu tersebut ternyata Ayah Anto senantiasa dalam keadaan bangun sehingga niatku tak pernah kesampaian. Namun suatu hari aku cukup beruntung walaupun orang tua itu tidak tidur. Aku mendapat apa yang kuinginkan.

Ceritanya sebagai berikut: Tati diminta oleh Ayah Anto untuk mengambil sesuatu di kamarnya. Melihat peluang itu, aku diam-diam mengikutinya dari belakang. Kamar ayah Anto memang tidak terlihat dari tempat di mana orang tua itu biasa duduk. Sesampainya di kamar kuraih pinggang semampai perawat itu dari belakang. Tati terkejut dan tertawa kecil ketika sadar siapa yang memeluknya dan tanpa basa-basi langsung menyambut ciumanku dengan bibirnya yang mungil itu sambil dengan buas mengulum lidahku. Ia memang sudah tidak malu-malu lagi seperti awal pertemuan kami. Janda cantik itu sudah menunjukkan karakternya sebagai seorang pecinta sejati yang tanpa malu-malu lagi menunjukkan kebuasan gairahnya. Kadang aku tidak mengerti, kenapa suaminya tega meninggalkannya.

Namun analisaku mengatakan, suaminya tak mampu mengimbangi gejolak gairah Tati di atas ranjang dan untuk menutupi rasa malu yang terus menerus terpaksa ia meninggalkan perempuan muda itu untuk hidup bersama dengan perempuan lain yang lebih ‘low profile’. Aku memang belum sempat menanyakan pada Tati bagaimana ia menyalurkan kebutuhan biologisnya di saat menjanda. Aku berpikir, bawa masturbasi adalah jalan satu-satunya. Kami berdua masih saling berciuman dengan ganas ketika dengan sigap aku menyelipkan tanganku ke balik baju perawatnya yang putih itu. Sungguh terkejut ketika aku sadar bahwa ia sama sekali tidak memakai BH sehingga dengan mudahnya kuremas buah dada kanannya yang ranum itu. “Kok ngga pakai BH Mbak..?” Sambil menggelinjang dan mendesah, ia menjawab sambil tersenyum nakal. “Supaya gampang diremas sama kamu..”.

Benar-benar jawaban yang menggemaskan! Kembali kukulum bibir dan lidahnya yang menggairahkan itu sambil dengan cepat kubuka kancing bajunya yang pertama, kedua, dan ketiga. Lalu tanpa membuang waktu kutundukkan kepalaku, dengan tangan kananku kukeluarkan buah dada kanannya dan kuhisap sedemikian rupa sehingga hampir setengahnya masuk ke dalam mulutku. Tati mulai mengerang kegelian, “Ouhh.., geli Mas.., geliii.., ahh..”. Sejak kejadian malam itu, ia memang membiasakan dirinya untuk memanggilku Mas. Sambil menggelinjang dan merintih, tangan kanan Tati mulai mengelus-elus bagian depan celana kantorku. Penisku yang terletak tepat di baliknya terasa semakin menegang dan menegang. Jari-jari lentik perempuan itu berusaha untuk mencari letak kepala penisku untuk kemudian digosok-gosoknya dari luar celana.

Sensasi itu membuat nafasku semakin memburu seperti layaknya nafas kuda yang tengah berlari kencang. Seakan tak mau kalah darinya, tangan kiriku berusaha menyingkap rok janda muda itu dan dengan sigap kugosokkan jari-jemariku di celana dalamnya. Tepat diatas vaginanya, celana dalam Tati terasa sudah basah. Sungguh hebat! Hanya dalam beberapa menit saja, ia sudah sedemikian terangsangnya sehingga vaginanya sudah siap untuk dimasuki oleh penisku. Tanpa membuang waktu kuturunkan celana dalam tipis yang kali ini berwarna hitam, kudorong tubuh montok perawat itu ke dinding, lalu kuangkat paha kanannya sehingga dengkulnya menempel di pinggangku. Dengan sigap pula kubuka ritsluiting celanaku dan kukeluarkan penisku yang sudah sangat tegang dan besar itu. Tati sudah nampak pasrah.

Ia hanya bersender di dinding sambil memejamkan matanya dan memeluk bahuku. “Tatiii.., mana minyak tawonnya.., kok lama betuul…”. Suara orang tua itu terdengar dengan keras. Sungguh menjengkelkan. Tati sempat terkejut dan nampak panik ketika kemudian aku berbisik, “Tenang Mbak.., jawab aja.., kita selesaikan dulu ini.., kamu mau kan?” Ia mengangguk seraya tersenyum manis. “Sebentar Pak..”, teriaknya. “Minyak tawonnya keselip entah ke mana.., ini lagi dicari kok…”. Ia tertawa cekikikan, geli mendengar jawaban spontannya sendiri. Namun tawanya itu langsung berubah menjadi jerikan erotis kecil ketika kupukul-pukulkan kepala penisku ke selangkangannya. Perlahan-lahan kutempelkan kepala penisku itu di pintu vaginanya. Sambi kuputar-putar kecil kudorong pinggulku perlahan-lahan.

Tati ternganga sambil terengah-engah, “aahh.., aahh.., ouhh.., Mas.., besar sekali.., pelan-pelan Mas..pelan-pelanhh..”, dan, “aa…”. Tati menjerit kecil ketika kumasukkan seluruh penisku ke dalam vaginanya yang becek dan terasa sangat sempit dalam posisi berdiri ini. Aku menyodokkan penisku maju mundur dengan gerakan yang percepatannya meningkat dari waktu ke waktu. Tubuh Tati terguncang-guncang, buah dadanya bergayut ke kiri dan kanan dan jeritannya semakin menjadi-jadi. Aku sudah tak peduli kalau ayah Anton sampai mendengarkan jeritan perempuan itu. Nafsuku sudah naik ke kepala. Janda muda ini memang memiliki daya pikat seks yang luar biasa. Walaupun ia hanya seorang perawat, namun kemulusan dan kemontokan badannya sungguh setara dengan perempuan kota jaman sekarang. Sangat terawat dan nikmat sekali bila digesek-gesekkankan di kulit kita. Gerakan pinggulku semakin cepat dan semakin cepat.

Mulutku tak puas-puasnya menciumi dan menghisap puting buah dadanya yang meruncing panjang dan keras itu. Buah dadanya yang kenyal itu hampir seluruhnya dibasahi oleh air liurku. Aku memang sedang nafsu berat. Aku merasakan bahwa sebentar lagi aku akan orgasme dan bersamaan dengan itu juga tubuh Tati menegang. Kupercepat gerakan pinggulku dan tiba-tiba, “aahh.., Mas.., Masss…, aku keluarrr.., aahh”, Jeritnya. Saat itu juga kusodokkan penisku ke dalam vagina janda muda itu sekeras-kerasnya dan, “Craat.., craatt.., craat”. “Ahh…, Mbaak”, erangku sambil meringis menikmati puncak orgasme kami yang waktunya jatuh bersamaan itu. Kami berpelukan sesaat dan Tati berbisik dengan suara serak. “Mas.., aku ngga pernah dipuasin laki-laki seperti kamu muasin saya.., kamu hebat..”.

Aku tersenyum simpul. “Mbak., aku masih punya 1001 teknik yang bisa membuat kamu melayang ke surga ke-7.., ngga bosan kan kalo lain waktu aku praktekkan sama kamu?”. Perlahan Tati menurunkan paha kanannya dan mencabut penisku dari vaginanya. “Bosan? Aku gila apa.., yang beginian ngga akan membuatku bosan.., kalau bisa tiap hari aku mau Mas..”. Benar-benar luar biasa libido perempuan ini. Beruntung aku mempunyai libido yang juga luar biasa besarnya. Sebagai partner seks, kami benar-benar seimbang. Setelah kejadian siang itu, aku dan Tati seperti pengantin baru saja. Tak ada waktu luang yang tak terlewatkan tanpa nafsu dan birahi. Walaupun demikian, aku tekankan pada Tati, bahwa hubungan antara aku dan dia, hanyalah sebatas hubungan untuk memuaskan nafsu birahi saja. Aku dan dia punya hak untuk berhubungan dengan orang lain.

Tati si janda muda yang sudah merasakan kenikmatan seks bebas itu tentu saja menyetujuinya. Suatu hari, Tati masuk ke dalam kamarku dan ia berkata, “Mas, aku akan mengambil cuti selama 1 bulan. Aku harus mengurusi masalah tanah warisan di kampungku..”. “Lha.., kalau Mbak pulang, siapa yang akan mengurusi Bapak?”, tanyaku sambil membayangkan betapa kosongnya hari-hariku selama sebulan ke depan. “Mas Anto bilang, akan ada adik Bapak yang akan menggantikan aku selama 1 bulan.., namanya Mbak Ine.., dia ngga kimpoi.., umurnya sudah hampir 40 tahun.., orangnya baik kok.., cerewet.., tapi ramah..”. Yah apa boleh buat, aku terpaksa kehilangan seorang teman berhubungan seks yang sangat menggairahkan. Hitung-hitung cuti 1 bulan.., atau kalau berpikir positif.., its time to look for a new partner!!! Hari ini adalah hari ke lima setelah kepergian Tati.

Mbak Ine, pengganti sementara Tati, ternyata adalah adik ipar ayah Anto. Jadi, adik istri si bapak tua itu. Mbak Ine adalah seorang perempuan Sunda yang ramah. Wajahnya lumayan cantik, kulitnya berwarna hitam manis, badannya agak pendek dan bertubuh montok. Ukuran buah dadanya besar. Jauh lebih besar dari Tati dan senantiasa berdandan agak menor. Wanita yang berumur hampir 40 tahun itu mengaku belum pernah menikah karena merasa bahwa tak ada laki-laki yang bisa cocok dengan sifatnya yang avonturir. Saat ini ia bekerja secara freelance di sebuah stasiun televisi sebagai penulis naskah. Kemampuan bergaulku dan keramahannya membuat kami cepat sekali akrab. Lagi-lagi, kamarku itu kini menjadi markas curhatnya Mbak Ine. “Panggil saya teh Ine aja deh..”, katanya suatu kali dengan logat Bandungnya yang kental. “Kalau gitu panggil saya Rafi aja ya teh.., ngga usah pake pak pak-an segala..”, balasku sambil tertawa.

Baru 5 hari kami bergaul, namun sepertinya kami sudah lama saling mengenal. Kami seperti dua orang yang kasmaran, saling memperhatikan dan saling bersimpati. Persis seperti cinta monyet ketika kita remaja. Saat itu seperti biasa, kami sedang ngobrol santai dari hati ke hati sambil duduk di atas ranjangku. Aku memakai baju kaos dan celana pendek yang ketat sehingga tanpa kusadari tekstur penis dan testisku tercetak dengan jelas. Bila kuperhatikan, beberapa kali tampak teh Ine mencuri-curi melirik selangkanganku yang dengan mudah dilihatnya karena aku duduk bersila. Aku sengaja membiarkan keadaan itu berlangsung. Malah kadang-kadang dengan sengaja aku meluruskan kedua kakiku dengan posisi agak mengangkang sehingga cetakan penisku makin nyata saja di celanaku. Sesekali, ditengah obrolan santai itu, tampak teh Ine melirik selangkanganku yang diikuti dengan nafasnya yang tertahan.

Kenapa aku melakukan hal ini? Karena libidoku yang luar biasa, aku jadi tertantang untuk bisa meniduri teh Ine yang aku yakini sudah tak perawan lagi karena sifatnya yang avonturir itu. Dan lagi, dari sifatnya yang ramah, ceria, cerewet dan petualang itu, aku yakin di balik tubuh montok perempuan setengah baya tersimpan potensi libido yang tak kalah besar dengan Tati. Juga, gayanya dalam bergaul yang mudah bersentuhan dan saling memegang lengan sering membuat darahku berdesir. Apalagi kalau aku sedang dalam keadaan libido tinggi. Saat ini, teh Ine mengenakan daster berwarna putih tipis sehingga tampak kontras dengan warna kulitnya yang hitam manis itu. Belahan buah dadanya yang besar itu menyembul di balik lingkaran leher yang berpotongan rendah di bagian dada. Dasternya sendiri berpola terusan hingga sebatas lutut sehingga ketika duduk, pahanya yang montok itu terlihat dengan jelas.

Aku selalu berusaha untuk bisa mengintip sesuatu yang terletak di antara kedua paha teh Ine. Namun karena posisi duduknya yang selalu sopan, aku tak dapat melihat apa-apa. Bukan main! Ternyata seorang wanita berusia 40-an masih mempunyai daya tarik sexual yang tinggi. Terus terang, baru kali ini aku berani berfantasi mengenai hubungan seks dengan teh Ine. Sementara ia bercerita tentang masa mudanya, pikiranku malah melayang dan membayangkan tubuh teh Ine sedang duduk di hadapanku tanpa selembar benangpun. Alangkah menggairahkannya. Aku seperti bisa melihat dengan jelas seluruh lekuk tubuhnya yang mulus tanpa cacat. Tanpa sadar, penisku menegang dan cairan madzi di ujungnya pun mulai keluar. Celanaku tampak basah di ujung penisku, dan cetakan penis serta testisku semakin jelas saja tercetak di selangkangan celanaku. Membesarnya penisku ternyata tak lepas dari perhatian teh Ine.

Tampak jelas terlihat matanya terbelalak melihat ukuran penisku yang membesar dan tercetak jelas di celana pendekku. Obrolan kami mendadak terhenti karena beberapa saat teh Ine masih terpaku pada selangkanganku. “Kunaon teh..?”, tanyaku memancing. “Eh.., enteu.., kamu teh mikirin apa sih…?”, katanya sambil tersenyum simpul. “Mikirin teh Ine teh.., entah kenapa barusan saya membayangkan teh Ine nggak pakai apa-apa.., aduh indahnya teh..”, tiba-tiba saja jawaban itu meluncur dari mulutku. Aku sendiri terkejut dengan jawabanku yang sangat terus terang itu dan sempat membuatku terpaku memandang wajah teh Ine. Wajah teh Ine tampak memerah mendengar jawabanku itu. Napasnya mendadak memburu. Tiba-tiba teh Ine bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu. Ia menutup pintu kamarku dan menguncinya.

Leherku tercekat, dan kurasakan jantungku berdegup semakin kencang. Dengan tersenyum dan sorot mata nakal ia menghampiriku dan duduk tepat di hadapan selangkanganku. Aku memang sedang dalam posisi selonjor dengan kedua kaki mengangkang. “Fi, kamu pingin sama teteh..? Hmm?”, Desahnya seraya meraba penis tegangku dari luar celana. Aku menelan ludah sambil mengangguk perlahan dan tersenyum. Entah mengapa, aku jadi gugup sekali melihat wajah teh Ine yang semakin mendekat ke wajahku. Tanpa sadar aku menyandarkan punggungku ke tembok di ujung ranjang dan teh Ine menggeser duduknya mendekatiku sambil tetap menekan dan membelai selangkanganku. Nafas teh Ine yang semakin cepat terasa benar semakin menerpa hidung dan bibirku. Rasa nikmat dari belaian jemari teh Ine di selangkanganku semakin terasa keujung syaraf-syarafku. Napasku mulai memburu dan tanpa sadar mulutku mulai mengeluarkan suara erangan-erangan.

Dengan lembut teh Ine menempelkan bibirnya di atas bibirku. Ia memulainya dengan mengecup ringan, menggigit bibir bawahku, dan tiba-tiba.., lidahnya memasuki mulutku dan berputar-putar di dalamnya dengan cepat. Langit-langit mulutku serasa geli disapu oleh lidah panjang milik perempuan setengah baya yang sangat menggairahkan itu. Aku mulai membalas ciuman, gigitan, dan kuluman teh Ine. Sambil berciuman, tangan kananku kuletakkan di buah dada kiri teh Ine. Uh.., alangkah besarnya.., walaupun masih ditutupi oleh daster, keempukan dan kekenyalannya sudah sangat terasa di telapak tanganku. Dengan cepat kuremas-remas buah dada teh Ine itu, “Emph.., emph..”, rintihnya sambil terus mengulum lidahku dan menggosok-gosok selangkanganku. Mendadak teh Ine menghentikan ciumannya.

Ia menahan tanganku yang tengah meremas buah dadanya dan berkata, “Fi, sekarang kamu diam dulu yah.., biar teteh yang duluan..”. Tiba-tiba dengan cepat teh Ine menarik celana pendekku sekalian dengan celana dalamku. Saking cepatnya, penisku yang menegang melejit keluar. Sejenak teh Ine tertegun menatap penisku yang berdiri tegak laksana tugu monas itu. “Gusti Rafi.., ageung pisan..”, bisiknya lirih. Dengan cepat teh Ine menundukkan kepalanya, dan seketika tubuhku terasa dialiri oleh aliran listrik yang mengalir cepat ketika mulut teh Ine hampir menelan seluruh penisku. Terasa ujung penisku itu menyentuh langit-langit belakang mulut teh Ine. Dengan sigap teh Ine memegang penisku sementara lidahnya memelintir bagian bawahnya. Kepala teh Ine naik turun dengan cepat mengiringi pegangan tangannya dan puntiran lidahnya. Aku benar-benar merasa melayang di udara ketika teh Ine memperkuat hisapannya.

Aku melirik ke arah kaca riasku, dan di sana tampak diriku terduduk mengangkang sementara teh Ine dengan dasternya yang masih saja rapi merunduk di selangkanganku dan kepalanya bergerak naik turun. Suara isapan, jilatan dan kecupan bibir perempuan montok itu terdengar dengan jelas. Kenikmatan ini semakin menjadi-jadi ketika kurasakan teh Ine mulai meremas-remas kedua bola testisku secara bergantian. Perutku serasa mulas dan urat-urat di penisku serasa hendak putus karena tegangnya. Teh Ine tampak semakin buas menghisapi penisku seperti seseorang yang kehausan di padang pasir menemukan air yang segar. Jari-jemarinyapun semakin liar mempermainkan kedua testisku. “Slurrp.., Cuph.., Mphh..”. Suara kecupan-kecupan di penisku semakin keras saja. Nafsuku sudah naik ke kepala. Aku berontak untuk berusaha meremas kedua buah dada montok dan besar milik wanita lajang berusia setengah baya itu, namun tangan teh Ine dengan kuat menghalangi tubuhku dan iapun semakin gila menghisapi dan menjilati penisku.

Aku mulai bergelinjang-gelinjang tak karuan. “Teh Ine.., teeeh…, gantian dongg.., please.., saya udah ngga kuaat…, aahh.., sss..”, erangku seakan memohon. Namun permintaanku tak digubrisnya. Kedua tangan dan mulutnya semakin cepat saja mengocok penisku. Terasa seluruh syaraf-syarafku semakin menegang dan menegang, degup jantungku berdetak semakin kencang.. napaskupun makin memburu. “Oohh…, Teh Ine.., Teh Ineee…, aahh….”, Aku berteriak sambil mengangkat pinggulku tinggi-tinggi dan, “Crat.., craat.., craat”, aku memuncratkan spermaku di dalam mulut teh Ine. Dengan sigap pula teh Ine menelan dan menjilati spermaku seperti seorang yang menjilati es krim dengan nikmatnya.

Setiap jilatan teh Ine terasa seperti setruman-setruman kecil di penisku. Aku benar-benar menikmati permainan ini.., luar biasa teh Ine, “Enak Fi..? Hmm?”, teh Ine mengangkat kepalanya dari selangkanganku dan menatapku dengan senyum manisnya, tampak di seputar mulutnya banyak menempel bekas-bekas spermaku. “Fuhh nikmatnya sperma kamu Fi..” Bisiknya mesra seraya menjilat sisa-sisa spermaku di bibirnya. “Obat awet muda ya teh..”, kataku bercanda. “Yaa gitulah…, antosan sekedap nya? Biar teteh ambilkan minum buat kamu”. Oh my God.., benar-benar seorang wanita yang penuh pengabdian, dia belum mengalami orgasme apa-apa tapi perhatiannya pada pasangan lelakinya luar biasa besar, sungguh pasangan seks yang ideal! Kenyataan itu saja membuat rasa simpati dan birahiku pada teh Ine kembali bergejolak.

Teh Ine kembali dari luar membawa segelas air. “Minum deh.., biar kamu segeran..”. “Nuhun teh.., tapi janji ya abis ini giliran saya muasin teteh..”. Aku meneguk habis air dingin buatan teh Ine dan saat itu pula aku merasakan kejantananku kembali. Birahiku kembali bergejolak melihat tubuh montok teh Ine yang ada di hadapanku. Aku meraih tangan teh Ine dan dengan sekali betot kubaringkan tubuhnya yang molek itu di atas ranjang. “Eeehh.., pelan-pelan Fi..”, teriak teh Ine dengan geli. “Teteh mau diapain sih… “, lanjutnya manja. Tanpa menjawab, aku menindih tubuh montok itu, dan sekejap kurasakan nikmatnya buah dada besar itu tergencet oleh dadaku. Juga, syaraf-syaraf sekitar pinggulku merasakan nikmatnya penisku yang menempel dengan gundukan vaginanya walaupun masih ditutupi oleh daster dan celana dalamnya.

Kupandangi wajah teh Ine yang bundar dan manis itu. Kalau diperhatikan, memang sudah terdapat kerut-kerut kecil di daerah mata dan keningnya. Tapi peduli setan! Teh Ine adalah seorang wanita setengah baya yang paling menggairahkan yang pernah kulihat. Pancaran aura sexualnya sungguh kuat menerangi sanubari lelaki yang memandangnya. “Teteh mau tau apa yang ingin saya lakukan terhadap teteh?”, Kataku sambil tersenyum. “Saya akan memperkosa teteh sampai teteh ketagihan”. Lalu dengan ganas, aku memulai menciumi bibir dan leher teh Ine. Teh Inepun dengan tak kalah ganasnya membalas ciuman-ciumanku.

Keganasan kami berdua membuat suasana kamarku menjadi riuh oleh suara-suara kecupan dan rintihan-rintihan erotis. Dengan tak sabar aku menarik ritsluiting daster teh Ine, kulucuti dasternya, BH-nya, dan yang terakhir.., celana dalamnya. Wow.., sebuah gundukan daging tanpa bulu sama sekali terlihat sangat menantang terletak di selangkangan teh Ine. My God.., alangkah indahnya vagina teh Ine itu.., tak pernah kubayangkan bahwa ia mencukur habis bulu kemaluannya. “Kamu juga buka semua dong Fi”, rengeknya sambil menarik baju kaosku ke atas. Dalam sekejap, kami berdua berdua berpelukan dan berciuman dengan penuh nafsu dalam keadaan bugil! Sambil menindih tubuhnya yang montok itu, bibirku menyelusuri lekuk tubuh teh Ine mulai dari bibir, kemudian turun ke leher, kemudian turun lagi ke dada, dan terus ke arah puting susu kirinya yang berwarna coklat kemerah-merahan itu.

Alangkah kerasnya puting susunya, alangkah lancipnnya.., dan mmhh.., seketika itu juga kukulum, kuhisap dan kujilat puting kenyal itu.., karena gemasnya, sesekali kugigit juga puting itu. “Auuhh.., Fi.., gellii.., sss.., ahh”, rintihnya ketika gigitanku agak kukeraskan. Badan montoknya mulai mengelinjang-gelinjang ke sana k emari.., dan mukanya menggeleng-geleng ke kiri dan ke kanan. Sambil menghisap, tangan kananku merayap turun ke selangkangannya. Dengan mudah kudapati vaginanya yang besar dan sudah sangat becek sekali. Akupun dengan sigap memain-mainkan jari tenganku di pintu vaginanya. “Crks.., crks.., crks”, terdengar suara becek vagina teh Ine yang berwarna lebih putih dari kulit sekitarnya.

Ketika jariku mengenai gundukan kecil daging yang mirip dengan sebutir kacang, ketika itu pula wanita setengah baya itu menjerit kecil. “Ahh.., geli Fi.., gelli”, Putaran jariku di atas clitoris teh Ine dan hisapanku pada kedua puting buah dadanya makin membuat lajang montok berkulit hitam manis itu semakin bergelinjang dengan liar. “Fi.., masukin sekarang Fi.., sekarang.., please.., teteh udah nggak tahan..ahh..”. Kulihat wajah teh Ine sudah meringis seperti orang kesakitan. Ringisan itu untuk menahan gejolak orgasmenya yang sudah hampir mencapai puncaknya. Dengan sigap kuarahkan penisku ke vagina montok milik teh Ine.., kutempelkan kepala penisku yang besar tepat di bawah clitorisnya, kuputar-putarkan sejenak dan teh Ine meresponnya dengan mengangkangkan pahanya selebar-lebarnya untuk memberi kemudahan bagiku untuk melakukan penetrasi.., saat itu pula kusodokkan pantatku sekuat-kuatnya dan, “Blesss”, masuk semuanya! “Aahh….” Teh Ine menjerit panjang.., “Besar betul Fi.., auhh…., besar betuull…, duh gusti enaknya.., aahh..”.

Dengan penuh keganasan kupompa penisku keluar masuk vagina teh Ine. Dan iapun dengan liarnya memutar-mutar pinggulnya di bawah tindihanku. Astaga.., benar-benar pengalaman yang luar biasa! Bahkan keliaran teh Ine melebihi ganasnya Mbak Tati.., luar biasa! Kedua tubuh kami sudah sangat basah oleh keringat yang bercampur liur. Kasurkupun sudah basah di mana-mana oleh cairan mani maupun lendir yang meleleh dari vagina teh Ine, namun entah kekuatan apa yang ada pada diri kami…, kami masih saling memompa, merintih, melenguh, dan mengerang. Bunyi ranjangkupun sudah tak karuan.., “Kriet.., kriet.., krieeet”, sesuai irama goyangan pinggul kami berdua.

Penisku yang besar itu masih dengan buasnya menggesek-gesek vagina teh Ine yang terasa sempit namun becek itu. Setelah lebih dari 15 menit kami saling memompa, tiba-tiba kurasakan seluruh tubuh teh Ine menegang. “Fi.., Fi.., Teteh mau keluar..”. “Iya teh, saya juga.., kita keluar sama-sama teh…”, Goyanganku semakin kupercepat dan pada saat yang bersamaan kami berdua saling berciuman sambil berpelukan erat.., aku menancapkan penisku dalam-dalam dan teh Ine mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi…, “Crat.., crat.., crat.., crat”, kami berdua mengerang dengan keras sambil menikmati tercapainya orgasme pada saat yang bersamaan.

Kami sudah tak peduli bila seisi rumah akan mendengarkan jeritan-jeritan kami, karena aku yakin teh Inepun tak pernah merasakan kenikmatan yang luar biasa ini sepanjang hidupnnya. “Ahh.., Fi.., kamu hebaat.., kamu hebaathh.., hh.., Teteh ngga pernah ngerasain kenikmatan seperti ini”. “Saya juga teh.., terima kasih untuk kenikmatan ini..”, Kataku seraya mengecup kening teh Ine dengan mesra. “Mau tau suatu rahasia Fi?”, tanyanya sambil membelai rambutku, “Teteh sudah lima tahun tidak bersentuhan dengan laki-laki.., tapi entah kenapa, dalam 5 hari bergaul dengan kamu.., teteh tidak bisa menahan gejolak birahi teteh.., ngga tau kenapa.., kamu itu punya aura seks yang luar biasa..”. Teh Ine bangkit dari ranjangku dan mengambil sesuatu dari kantong dasternya.

Sebutir pil KB. “Seperti punya fitasat, teteh sudah minum pil ini sejak 3 hari yang lalu..”, katanya tersenyum, “Dan akan teteh minum selama teteh ada di sini..”, Teh Ine mengerdipkan matanya padaku dengan manja sambil memakai dasternya. “Selamat tidur sayang…”, Teh Ine melangkah keluar dari kamarku. Teh Ine memang luar biasa. Ia bukan saja dapat menggantikan kedudukan Tati sebagai partner seks yang baik, tetapi juga memberi sentuhan-sentuhan kasih sayang keibuan yang luar biasa. Aku benar-benar dimanja oleh wanita setengah baya itu. Fantasi sexualnya juga luar biasa. Mungkin itu pengaruh dari pekerjaannya sebagai penulis cerita drama. Coba bayangkan, ia pernah memijatku dalam keadaan bugil, kemudian sambil terus memijat ia bisa memasukkan penisku ke dalam vaginanya, dan aku disetubuhi sambil terus menikmati pijatan-pijatannya yang nikmat. Ia juga pernah meminta aku untuk menyetubuhinya di saat ia mandi pancuran di kamar mandi dan kami melakukannya dengan tubuh licin penuh sabun. Dan yang paling sensasional adalah.., Sore itu aku sudah berada di rumah. Karena load pekerjaan di kantorku tidak begitu tinggi, aku sengaja pulang cepat.

Selesai mandi aku duduk di meja makan sambil menikmati pisang goreng buatan teh Ine. Perempuan binal itu memang luar biasa. Ia melayaniku seperti suaminya saja. Segala keperluan dan kesenanganku benar-benar diperhatikan olehnya. Seperti biasa, aku mengenakan baju kaos buntung dan celana pendek longgar kesukaanku dan (seperti biasa juga) aku tidak menggunakan celana dalam. Kebiasaan ini kumulai sejak adanya teh Ine di rumah ini, karena bisa dipastikan hampir tiap hari aku akan menikmati tubuh sintal adik ipar ayah si Anto itu. Sore itu sambil menikmati pisang goreng di meja makan, aku bercakap-cakap dengan ayah Anto. Orang tua itu duduk di pojok ruangan dekat pintu masuk untuk menikmati semilirnya angin sore kota Bandung. Jarak antara aku dengannya sekitar 6 meter. Sambil bercakap-cakap mataku tak lepas dari teh Ine yang mondar mandir menyediakan hidangan sore bagi kami. Entah ke mana PRT kami saat itu.

Teh Ine mengenakan celana pendek yang ditutupi oleh kaos bergambar Mickey Mouse berukuran ekstra besar sehingga sering tampak kaos itu menutupi celana pendeknya yang memberi kesan teh Ine tidak mengenakan celana. Aku berani bertaruh perempuan itu tidak menggunakan BH karena bila ia berjalan melenggang, tampak buah dadanya bergayut ke atas ke bawah, dan di bagian dadanya tercetak puting buah dadanya yang besar itu. Tanpa sadar batang penisku mulai membesar. Setelah selesai dengan kesibukannya, teh Ine duduk di sebelah kiriku dan ikut menikmati pisang goreng buatannya. Kulihat ia melirik ke arahku sambil memasukkan pisang goreng perlahan-lahan ke dalam mulutnya. Sambil mengerdipkan matanya, ia memasukkan dan mengeluarkan pisang goreng itu dan sesekali menjilatnya. Sambil terus berbasa basi dengan orang tua Anto, aku menelan ludah dan merasakan bahwa urat-urat penisku mulai mengeras dan kepala penisku mulai membesar.

Tiba-tiba kurasakan jari-jemari kanan teh Ine menyentuh pahaku. Lalu perlahan-lahan merayap naik sampai di daerah penisku. Dengan gemas teh Ine meremas penis tegangku dari luar celanaku sehingga membuat cairan beningku membuat tanda bercak di celanaku. Setelah beberapa lama meremas-remas, tangan itu bergerak ke daerah perut dan dengan cepat menyelip ke dalam celana pendekku. Aku sudah tidak tahu lagi apa isi percakapan orang tua Anto itu. Beberapa kali ia mengulangi pertanyaannya padaku karena jawabanku yang asal-asalan. Degup jantungku mulai meningkat. Jemari lentik itu kini sudah mencapai kedua bolaku.

Dengan jari telunjuk dan tengah yang dirapatkan, perempuan lajang itu mengelus-elus dan menelusuri kedua bolaku.., mula-mula berputar bergantian kiri dan kanan kemudian naik ke bagian batang.., terus bergerak menelusuri urat-urat tegang yang membalut batang kerasku itu, “sss…, teteh..”. Aku berdesis ketika kedua jarinya itu berhenti di urat yang terletak tepat di bawah kepala penisku.., itu memang daerah kelemahanku.., dan perempuan sintal ini mengetahuinya.., kedua jemarinya menggesek-gesekkan dengan cepat urat penisku itu sambil sesekali mencubitnya. “aahh…”, erangku ketika akhirnya penisku masuk ke dalam genggamannya. “Kenapa Rafi?”, Orang tua yang duduk agak jauh di depanku itu mengira aku mengucapkan sesuatu. “E.., ee…, ndak apa-apa Pak..”, Jawabku tergagap sambil kembali meringis ketika teh Ine mulai mengocok penisku dengan cepat.

Gila perempuan ini! Dia melakukannya di depan kakaknya sendiri walaupun tidak kelihatan karena terhalang meja. “Saya cuma merasa segar dengan udara Bandung yang dingin ini..”, Jawabku sekenanya. “Ooo begitu.., saya pikir kamu sakit perut.., habis tampangmu meringis-meringis begitu..”, Orang tua itu terkekeh sambil memalingkan mukanya ke jalan raya. Begitu kakaknya berpaling, teh Ine dengan cepat merebahkan kepalanya ke pangkuanku sehingga dari arah ayah Anto, teh Ine tak tampak lagi. Dengan cepat tangannya memelorotkan celanaku sehingga penisku yang masih digenggamnya dengan erat itu terasa dingin terterpa angin. Sejenak perempuan itu memandang penis besarku itu.., ia selalu memberikan kesempatan pada matanya untuk menikmati ukuran dan kekokohannya. Kemudian teh Ine menjulurkan lidahnya dan mulai menjilat mengelilingi lubang penisku.., kemudian ia memasukkan ujung lidahnya ke ujung lubang penisku dan mengecap cairan beningku.., lalu lidahnya diturunkan lagi-lagi ke urat di bawah penisku.

Lihat Juga :  Cerita Mesum Vagina Titin Yang Sempit

Aku mulai menggelinjang-gelinjang tak karuan, walaupun dengan hati-hati takut ketahuan oleh kakak teh Ine yang duduk di depanku. Tanganku mulai meraba-raba buah dadanya yang besar itu dan meremasnya dengan gemas, “sss.., teeehh..”, desisku agak keras ketika perempuan itu dengan kedua bibirnya menyedot urat di bawah kepala penisku itu.., sementara tangannya meremas-remas kedua bolaku…, aawwww nikmatnya… liat abg telanjang, aku begitu terangsang sehingga seluruh pori-pori kulitku meremang dan mukaku berwarna merah. Aku sudah dalam tahap ingin menindih dan sesegera mungkin memasukkan penisku ke dalam vagina perempuan ini tapi semua itu tak mungkin kulakukan di depan kakaknya yang masih duduk di depanku menikmati lalu lalang kendaraan di depan rumahnya. Tiba-tiba bibir teh Ine bergerak dengan cepat ke kepala penisku.., sambil terus kupermainkan putingnya kulihat ia membuka mulutnya dengan lebar dan tenggelamlah seluruh penisku ke dalam mulutnya.

Aku kembali mendesis dan meringis sambil tetap duduk di meja makan mendengarkan ocehan orang tua Anto yang kembali mengajakku berbincang. Mulut teh Ine dengan cepat menghisap dan bergerak maju mundur di penisku. Tanganku menarik dasternya ke atas dari arah punggung sehingga terlihatlah pantatnya yang mulus tidak ditutupi oleh selembar benangpun. Aku ingin menjamah vaginanya, ingin rasanya kumasukkan jari-jariku dengan kasar ke dalamnya dan kukocok-kocok dengan keras tapi aku sudah tak kuat lagi. Jilatan lidah, kecupan, dan sedotan teh Ine di penisku membuat seluruh syarafku menegang. Tiba-tiba kujambak rambut teh Ine dan kutekan sekuat-kuatnya sehingga seluruh penisku tenggelam ke dalam mulutnya. Kurasakan ujung penisku menyentuh langit-langit tenggorokan teh Ine dan, “Creeet…, creeett…, creeettt”, menyemburlah cairan maniku ke mulut teh Ine.

“Ahh…, aahh.., aahh.., tetteeehh…”, Aku meringis dan mendesis keras ketika cairan maniku bersemburan ke dalam mulut teh Ine. Perempuan itu dengan lahap menjilati dan menelan seluruh cairanku sehingga penisku yang hampir layu kembali sedikit menegang karena terus-terusan dijilat. Aku memejamkan mataku.., gilaa.., permainan ini benar-benar menakjubkan. Ada rasa was-was karena takut ketahuan, tapi rasa was-was itu justru meningkatkan nafsuku. Teh Ine memandang penisku yang sudah agak mengecil namun tetap saja dalam posisi tegak. “Luar biasa…”, Bisiknya, “Siap-siap nanti malam yah?” Katanya sambil bangkit dan beranjak ke dapur. Aku cukup kagum dengan prestasi yang kucapai di rumah ini. Baru 2 bulan di Bandung, aku sudah bisa meniduri 2 orang wanita yang sudah lama tidak pernah menikmati sentuhan lelaki. Dan wanita-wanita itu, aku yakin akan selalu termimpi-mimpi akan besar dan nikmatnya gesekan penisku di dalam vagina mereka. Not bad!!

Cerita Ngentot Sedarah Ayah Dan Anak Terbaru

$
0
0

Cerita Ngentot Sedarah Ayah Dan Anak Terbaru – Tempat berbagi Cerita Seks & Cerita Dewasa Sex, Terbaru, Terbaru, Sex Terbaru, Seks dan Tips Bercinta : Cerita Seks Sedarah Ayah Dan Anak Terbaru. Selepas SMA, Cindy, waktu itu 20 tahun, melanjutkan studinya ke Akademi Sekretaris ternama di Bandung. Dengan wajah sangat cantik, tubuh tinggi semampai, dan kemampuan akademis yang cukup baik, pantaslah kalau Cindy memasuki akademi tersebut. Pacar Cindy sejak SMA, Andre, tetap setia dan semakin serius dalam menjalin hubungan dengan Cindy. “Mau kemana lagi, Fen?” tanya Andre sambil melirik ke Cindy.

“Pulang, ah.. Aku capek sehabis ujian tadi,” jawab Cindy sambil bersandar pada jok mobil, matanya terpejam.

Andre sekilas melirik pada paha Cindy yang putih mulus. Rok mini yang dipakai Cindy naik tersingkap dengan posisi duduk Cindy tersebut.

“Fen, kita ke motel dulu, ya..?” ajak Andre.

“Yee, kamu horny ya?” kata Cindy melirik Andre sambil tersenyum.

“Habisnya aku tidak tahan melihat kamu…” kata Andre sambil tersenyum pula.

“Ya sudah, mau dimana?” tanya Cindy sambil tangannya mengelus paha Andre yang sedang mengemudi.

Andre tak menjawab. Hanya senyuman saja yang tampak di wajahnya sementara mobil diarahkannya menuju sebuah motel..

“Buka dong semua pakaian kamu,” kata Andre sementara dia sendiri melucuti semua pakaiannya.

“Ih dasar otak horny!” kata Cindy tersenyum sambil melepas seragam kuliahnya.

“Aku cinta kamu..” kata Andre sambil memeluk tubuh telanjang Cindy dari belakang.

Satu tangan meremas buah dada Cindy, sementara satu tangan mengelus dan mengusap memeknya.

“Mmhh…” desah Cindy sambil terpejam. Tangan Cindy menggenggam kontol Andre yang sudah tegak dan sesekali mengenai belahan pantatnya.
“Mmhh.. Enak sayang…” bisik Andre ketika Cindy mengocok kontolnya.

Cindy tersenyum dan langsung membalikkan badannya menghadap Andre lalu mengecup bibirnya. Andre membalas kecupan bibir Cindy dengan hangat.
“Hisap, dong…” bisik Andre di telingan Cindy.

Cindy tersenyum sambil merendahkan badannya dan langsung berjongkok. Wajahnya tepat di depan kontol Andre yang sudah berdiri tegak. Lidah Cindy mulai menjilati kepala kontol Andre sementara tangannya tetap mengocok batangnya.
“Ohh.. Enak sayang…” bisik Andre sambil memompa kontolnya pelan ketika Cindy mulai mengulum batang kontolnya.
Jilatan, hisapan serta kocokan tangan Cindy pada kontolnya membuat Andre mengejang menahan nikmat.
“Gantian dong…” kata Cindy sambil bangkit setelah beberapa waktu.
Cindy bersandar ke dinding sambil berdiri. Andre jongkok lalu diciumnya bulu kemaluan Cindy. Cindy memejamkan matanya dan melebarkan kakinya ketika lidah Andre mulai menelusuri belahan memeknya.
“Oww.. Enak banget, sayang,” kata Cindy sambil memegang kepala Andre dan mendesakan ke memeknya.
Pinggulnya bergerak naik turun ketika lidah Andre bermain di lubang memek dan kelentitnya bergantian.
“Ohh.. Sshh…” desis Cindy merasakan kenikmatan yang tak terhingga.
Cindy terpejam dan mendongak sambil mendesakkan kepala Andre lebih keras ke memeknya ketika ada sesuatu yang sangat nikmat tiada tara yang mau keluar..
“Ohh.. Ohh.. Ohh…” Cindy menjerit pelan tertahan ketika mencapai puncak orgasmenya.
Terasa ada yang menyembur hangat enak di dalam memeknya.
“Mmhh.. Enak sekali sayang,” kata Cindy sambil agak membungkuk lalu mencium bibir Andre yang masih basah oleh cairan memeknya.
Andre sepertinya sudah tidak tahan lagi. Setelah membalas ciuman Cindy sesaat, segera ditariknya tubuh Cindy ke atas ranjang. Cindy telentang sambil membuka kakinya lebar. Dengan tak sabar Andre segera menaiki tubuhnya lalu mengarahkan kontolnya ke memek Cindy. Tangan Cindy segera menggenggam dan membimbing kontol Andre ke lubang memeknya. Dengan sekali desakan, kontol Andre sudah masuk ke memek Cindy. Kontol Andre keluar masuk memek Cindy disertai bunyi khas..
“Mmhh…” Cindy mendesah sambil terpejam sementara pinggulnya bergoyang mengimbangi gerakan Andre.
“Enak sekali, sayangghh…” desah Andre.
Setelah beberapa waktu dan beberapa posisi bersetubuh mereka lakukan, Andre hampir mencapai puncak kenikmatannya. Kontol Andre semakin cepat keluar masuk memek Cindy. Ketika puncaknya, Andre segera mencabut kontolnya lalu turun dan berdiri di pinggir ranjang. Cindy yang sudah terbiasa, langsung mengerti. Kontol Andre yang masih basah oleh cairan memeknya segera dikulum han dihisap kuat sambil dikocok pelan. Andre terpejam sambil memegang kepala Cindy dan mendesakkan kontolnya agak dalam ke mulut Cindy. Tak lama, crott! Crott! Crott! Air mani Andre tumpah di dalam mulut Cindy yang terus menghisap kontolnya.
“Wohh.. Enak sekali, sayang,” ujar Andre dengan nafas berat.
Cindy tersenyum sambil menjilati batang dan kepala kontol Andre dari sisa air maninya yang masih menempel. Lalu mereka berciuman..
“Cepat pulang ah…” kata Cindy setelah mereka selesai berpakaian dan merapikan diri.
“Ya sayang…” kata Andre sambil menggandeng Cindy keluar kamar.
Sesampai di rumah, Andre segera pulang setelah berpamitan kepada Papa dan mama Cindy.
“Lama amat sih, Fen?” tanya mamanya.
“Iya, mam.. Tadi kami nyimpang dulu ke tempat makan,” kata Cindy ringan sambil segera ke kamarnya untuk ganti pakaian.
Malam harinya, ketika mereka sedang nonton TV, Papa dan Mama Cindy segera bangkit dari tempat duduk karena sudah waktunya jam tidur.
“Kamu jangan terlalu malam begadang, nanti sakit kepala,” kata mamanya kepada Cindy.
“Iya, Mam.. Tanggung nih film sedang seru-serunya,” kata Cindy sambil matanya terus melihat TV.
Lalu mereka segera masuk kamar. Setelah beberapa menit, telinga Cindy menangkap suara ranjang berderit berulang-ulang. Sebetulnya Cindy sudah mengerti apa yang sedang terjadi di kamar orang tuanya. Cindy bersikap cuek saja awalnya. Tapi rasa penasaran dihatinya membuat Cindy ingin mengintip mereka. Segera Cindy bangkit lalu mengendap mengintip dari lubang kunci. Walaupun tidak terlalu jelas tapi Cindy dapat melihat Papa Mamanya sedang bersetubuh.
Darah Cindy berdesir karenanya. Ketika mata Cindy melihat buah zakar dan kontol papanya yang keluar masuk memek Mamanya, darahnya makin berdesir. Matanya lebih jelas lagi melihat kontol papanya ketika mereka telah selesai bersetubuh, papanya bangkit dan mengelap kontolnya yang basah. Tampak jelas di mata Cindy betapa kontol papanya lebih besar dari kontol Andre. Cindy segera berdiri, mematikan TV lalu segera bergegas masuk kamarnya. Di atas ranjang, Cindy tidak bisa memejamkan matanya. Terbayang terus persetubuhan Papa Mamanya tadi, terlebih ketika terbayang kontol Papanya yang besar.. Perasaan Cindy jadi gelisah.

Sejak saat itu Cindy secara sadar arau tidak selalu memperhatikan gerak gerik Papanya. Apalagi bila Papanya hanya memakai kolor saja. Mata Cindy selalu mencuri pandang ke paha dan selangkangan Papanya. Papa Cindy waktu itu berumur 43 tahun. Badannya bersih dan tegap.
Suatu malam..
“Pijitin pundak Papa, Fen.. Pegal amat,” kata Papa Cindy waktu mereka nonton TV.
“Kalau begitu Papa duduk di bawah biar Cindy gampang mijitnya,” kata Cindy.
Papanya segera turun dari kursi lalu duduk di lantai. Cindy segera memijit pundak Papanya sambil nonton TV.
“Mama ngantuk ah.. Mau tidur duluan, Pa…” kata Mamanya sambil bangkit dan menuju kamarnya.
“Cindy sayang Papa,” bisik Cindy sambil merangkulkan tangannya ke leher Papanya.
“Nah, biasanya suka ada maunya kalau kamu sudah begini,” kata Papanya sambil tersenyum dan menoleh ke Cindy.
“Mm.. Cindy tidak minta apa-apa kok, Pa…” bisik Cindy lagi manja.
“Cindy hanya mau bilang kalau Cindy sayang Papa,” kata Cindy sambil mencium pipi Papanya.
Papanya diam sambil tersenyum sambil tanganya memegang tangan Cindy yang sedang memeluk dirinya dari belakang.
“Tumben kamu manja begini,” kata Papanya sambil menoleh dan menatap Cindy lama.
Cindy tersenyum lalu mencium pipi Papanya lagi berkali-kali. Darah Cindy mulai berdesir.
“Ada apa sih, Fen?” kata Papanya lagi sambil tersenyum.
Ucapan Papanya tidak bisa terus ketika bibir mungil Cindy mengecup bibirnya.
“Cindy sangat sayang Papa,” bisik Cindy lirih sambil bibirnya melumat hangat bibir Papanya.
Papa Cindy pada awalnya kaget atas tindakan putrinya ini, tapi lama kelamaan sentuhan hangat bibir Cindy bisa menghangatkan perasaan dan gairahnya. Dibalasnya ciuman Cindy dengan hangat pula.
“Mm…” suara Cindy terdengar pelan.
Papa Cindy bangkit lalu duduk berhadapan dengan Cindy. Kembali dilumat bibir Cindy dengan agak panas. Cindypun membalasnya dengan agak panas pula. Tangan Cindy bergerak ke arah selangkangan Papanya. Sambil tetap berciuman diremasnya pelan kontol Papanya. Terasa kontol Papanya mulai bergerak tegak dan tegang..
“Cindy sayang Papa,” kembali Cindy berbisik.
“Papa juga sama…” kata Papanya dengan nafas memburu.
“Jangan disini, Pa.. Nanti Mama tahu,” kata Cindy sambil bangkit dan menarik tangan Papanya ke kamar belakang.
Papanya menurut mengikuti Cindy. Cindy langsung memeluk dan melumat bibir Papanya dengan liar, Papanyapun membalasnya semakin panas. Tangan Cindy mulai berani disusupkan dan masuk ke celana kolor Papanya, lalu tanpa ragu menggenggam dan meremasnya pelan.
“Mmhh…” suara Papanya tertahan karena masih berciuman.
Cindy kemudian melepaskan pelukannya lalu merendahkan tubuhnya hingga jongkok. Diperosotkan celana kolor Papanya sampai lutut hingga kontol besarnya yang tegak tampak di depan wajahnya. Cindy mengocok pelan kontol Papanya lalu segera mengulumnya. Papanya terpejam sambil memegang kepala Cindy.
“Ohh…” desah Papanya.
Dimaju mundurkan kontolnya di dalam mulut Cindy. Setelah beberapa lama, tubuh Papanya bergetar lalu… Crott! Crott! Crott! Air mani Papanya muncrat di dalam mulut Cindy. Cindy dengan tenang menelannya habis. Cindy lalu berdiri sambil tersenyum.
“Cindy pengen, Pa..” pinta Cindy berbisik.
“Tidak bisa sekarang sayang,” kata Papanya sambil membetulkan celananya.
“Kapan, Pa?” kata Cindy sambil memeluk dan mengecup bibir Papanya.
“Kamu pulang kuliah jam berapa?” tanya Papanya.
“Jam 11, Pa…”
“Kalau begitu Papa jemput kamu di kampus jam 12 untuk makan siang, lalu kita cari tempat…” kata Papanya sambil tersenyum.
“Iya, Pa…” kata Cindy sambil tersenyum pula.
“Kasih tahu pacar kamu untuk tidak jemput, ya?” kata Papanya. Cindy mengangguk.
“Sekarang tidurlah,” kata Papanya sambil mencium bibir Cindy mesra.
Besok harinya sesuai dengan rencana, Cindy dijemput di kampus.
“Mau makan siang dimana?” tanya Papanya.
“Tidak usah makan siang, Pa…” kata Cindy manja.
“Langsung saja…” kata Cindy tersenyum.
Papa Cindypun tersenyum. Mobil langsung di arahkan ke hotel. Di dalam kamar, mereka langsung berciuman. Cindy menatap mata Papanya lalu melepas kancing kemeja Papanya satu demi satu.
“Biar Papa buka sendiri biar cepat. Waktu kita sedikit sayang. Papa harus segera ke kantor lagi,” kata Papanya sambil tersenyum lalau melepas semua pakaiannya.
Cindy juga sama. Tubuh Cindy telentang di atas ranjang. Papanya segera duduk di pinggir ranjang. Tangannya mulai mengelus dan meremas buah dada Cindy. Cindy terpejam menikmati belaian Papanya itu. Sementara tangannya dengan segera meraih kontol Papanya yang sudah tegang besar. Diremas dan dikocoknya pelan. Tangan Papanya mulai turun ke memek Cindy. Diusap dan di gosoknya memek Cindy dengan mesra. Lalu salah satu jarinya mulai memainkan kelentit dan lubang memeknya bergantian. Cindy terpejam sambil menggigit bibir sementara tangannya tak henti mengocok kontol Papanya.

“Cepat masukkan, Pa…” pinta Cindy.
Papanya tersenyum lalu bangkit dan segera menaiki tubuh anaknya. Disentuhkan kontolnya ke memek ke belahan memek Cindy. Cindy menatap mata Papanya sambil tangannya segera meraih kontol dan mengarahkan ke lubang memeknya. Dengan sedikit desakan, kontol Papanya perlahan masuk ke memek Cindy. Cindy terpejam merasakan rasa nikmat dari orang yang sangat disayanginya. Tak terasa air matanya mengalir di pipi.
“Ada apa sayang?” tanya Papanya sambil terus memompa kontolnya.
“Cindy sangat bahagia bisa bersama Papa saat ini,” kata Cindy sambil memeluk erat Papanya.
“Cindy sangat sayang Papa,” bisik Cindy.
“Papa juga sangat sayang kamu,” kata Papanya.
Cindy tersenyum sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan pinggul Papanya. Kenikamatan dan sensasi yang sangat luar biasa dirasakan oleh Cindy saat itu. Siang itu Cindy dan Papanya dengan liar bersetubuh bermandi peluh dan desahan serta jeritan kenikmatan. Sampai akhirnya terasa kontol Papanya berdenyut tanda akan mencapai orgasme. Dicabutnya kontol dari memek Cindy lalu digesek-gesekan ke belahan memeknya. Tapi Cindy dengan segera bangkit dan langsung menghisap serta mengocok kontol Papanya sampai akhirnya.. Crott! Crott! Air mani Papanya menyembur banyak di dalam mulut Cindy. Cindy menelannya dengan tenang lalu tersenyum. Papanya lalu mencium bibir Cindy.
“Kamu hebat sayang…” bisik Papanya.
“Lebih hebat dari Mama kamu,” kata Papanya lagi.
“Cindy sayang Papa…” bisik Cindy sambil tersenyum.

Lihat Juga :

Cerita Ngentot Body Tante Tetanggaku Bahenol

_______________________________________________________________
Seks Eseks, cerita dewasa sex, cerita sex terbaru, cerita seks, cerita dewasa, cerita seks terbaru, cerita dewasa terbaru, cerita dewasa, kumpulan cerita sex, blowjob, handjob, cerita sex dewasa, cerita seks dewasa, tante girang, daun muda, pemerkosaan, cerita seks artis,cerita sex artis, cerita porno artis,cerita hot artis, cerita sex, cerita kenikmatan,cerita bokep, cerita ngentot,cerita hot, bacaan seks, cerita, Kumpulan Cerita Seks, onani dan Masturbasi, cerita seks tante,blog cerita seks, seks,sedarah seks, cerita 17 tahun,cerita bokep,

CERITA DEWASA PUNCAK KENIKMATAN ORGASME

$
0
0

CERITA DEWASA PUNCAK KENIKMATAN ORGASME – Shanti adalah seorang gadis yang cantik dan ramah. Usianya sudah 17 tahun dan ia tak dapat lagi meneruskan sekolahnya karena orang tuanya tidak mampu. Wajahnya oval dan sangat bersih, kulit gadis itu kuning langsat. Mata Shanti bersinar lembut, bibirnya kemerahan tanpa lipstik. Shanti mempunyai rambut yang panjang sampai dadanya, berwarna hitam, tubuhnya seperti layaknya gadis kampung seusianya. Buah dada Shanti membusung walaupun tidak dapat dikatakan besar namun Shanti memiliki pantat yang indah dan serasi dengan bentuk tubuhnya. Pendek kata Shanti seorang gadis yang sedang tumbuh mekar dan selalu dikagumi setiap pemuda dikampungnya.

Shanti baru saja selesai menyapu lantai. Dan sekarang ia berniat mencuci piring kotor. Ia berjalan masuk kedalam dapur dan mendapati Mbak Tuti sedang membenahi peralatan dapur.  Pada jam seperti ini restoran tempat mereka bekerja sudah sepi. Hari ini giliran Shanti yang harus pulang lambat karena ia harus merapikan restoran untuk buka nanti malam. Begitulah keadaan restoran dikota kecil, pagi buka sampai jam 3 sore lalu tutup dan buka kembali jam 7 malam. Shanti tahu ia tak akan sempat pulang karena ia harus bekerja merapihkan tempat itu bersama Tuti.

Shanti adalah seorang gadis yang cantik dan ramah. Usianya sudah 17 tahun dan ia tak dapat lagi meneruskan sekolahnya karena orang tuanya tidak mampu. Wajahnya oval dan sangat bersih, kulit gadis itu kuning langsat. Mata Shanti bersinar lembut, bibirnya kemerahan tanpa lipstik. Shanti mempunyai rambut yang panjang sampai dadanya, berwarna hitam, tubuhnya seperti layaknya gadis kampung seusianya. Buah dada Shanti membusung walaupun tidak dapat dikatakan besar namun Shanti memiliki pantat yang indah dan serasi dengan bentuk tubuhnya. Pendek kata Shanti seorang gadis yang sedang tumbuh mekar dan selalu dikagumi setiap pemuda dikampungnya.
Tuti seorang wanita yang sudah berusia 32 tahun. Ia seorang janda ditinggal cerai suaminya. Sudah 3 tahun Tuti bercerai dengan suaminya karena laki-laki itu main gila dengan seorang pelacur dari Jawa Tengah. Tuti bertubuh montok dan bahenol. Semuanya serba bulat dan kencang, wajahnya cukup manis dengan rambut sebahu dan ikal. Bibir Tuti sangat menggoda setiap laki-laki, walaupun hidungnya agak pesek. Kulit Tuti berwarna coklat tua karena ia sering ke pasar dan ke sawah sebagai buruh tani kalau sedang musim tanam atau panen. Tuti dulunya adalah seorang pelacur daerah Tretes, Jawa Timur.
Dulu uang begitu gampang diperoleh dan laki-laki begitu gampang dipeluknya, sampai akhirnya hukum karma membuat ia menjanda karena sesama teman seprofesinya juga. Banyak orang dikampung yang diam-diam mengetahui sejarah kelam Tuti dan banyak juga yang mencoba hendak memanfaatkan dia. Tapi selama ini Tuti terlihat sangat cuek dan sinis terhadap orang-orang yang menggodanya. Buah dada Tuti besarnya bukan main, sering ia merasa risih dengan miliknya sendiri. Tapi ia tahu buah dadanya menjadi buah-bibir baginya. Dan sedikit banyak ia juga bangga dengan buah dadanya yang besar dan kenyal itu. Tuti juga memiliki pantat yang besar dan indah, nungging seperti meminta.. Tubuh Tuti sering menjadi mimpi basah para pemuda dikampungnya.
“Shan, kamu sudah punya pacar belum?” Tiba Tuti berjongkok didepan Shanti dan mulai membantu gadis itu mencuci piriong-piring kotor. Shanti terkikik dan menggeleng.
“Belum tuh”
“Lho? Gadis secantik kamu pasti banyak yang naksir” kata Tuti sambil memandang Shanti. Shanti tertawa lagi.
“Payah.?? semuanya mikir kesitu melulu” Jawab Shanti.
“Memang.?? laki-laki itu kalau melihat perempuan pikirannya langsung ingin ngewe” kata Tuti tanpa merasa risih berkata kasar.
“Ah Mbak, jangan suka ngomong gitu ah” timpal Shanti.
“Kan nggak ada yang dengar ini” Jawab Tuti. Mereka terdiam lama.
“Mbak.. ” suara Shanti menggantung. Tuti terus mencuci.
“Mmm?” Jawab wanita itu.
“Ngg..”
“Ngomong aja susah banget sih” Tuti mulai hilang sabar. Shanti menunduk.
“Ngg.. Anu.. Ngewe itu enak nggak sih?” Akhirnya keluar juga. Tuti memandang gadis itu.
“Yaa.. Enaak banget Shan, apalagi kalo yang ngewein kita pinter” jawab Tuti seenaknya.
“Maksud Mbak?” Shanti penasaran.
“Iya pinter.. Bisa macam-macam dan punya kontol yang keras!” kata Tuti sambil terkikik. Shanti merah padam mendengarnya. Tapi gadis itu makin penasaran.
“Bisa macam-macam apa sih, Mbak?” tanya Shanti.
Tuti memandangnya sambil menimbang. Ah.. Toh nanti gadis kecil ini harus tahu juga. Dan Shanti sungguh cantik sekali, sekilas mata Tuti tertumbuk pada posisi Shanti yang sedang berjongkok. Tuti melihat gadis itu mengangkang dan terlihat celana dalam gadis itu berwarna coklat muda.
“Macam-macam seperti tempik kita diciumin, dijilat bahkan ada yang sampai mau ngemut tempik kita lohh..” jawab Tuti.
Entah kenapa Tuti merasa sangat terangsang dengan jawabannya dan darahnya mendidih melihat selangkangan Shanti yang bersih serta mulus.
“Idiih.. Jorok ihh.. Kok ada yang mau sih?” Shanti sekarang melotot tak percaya.
“Lho.. Banyak yang doyan ngemut memek Shan. Ngemut kontol juga enak banget kok” jawab Tuti masih terus melihat selangkangan Shanti.
“Astaga.. Masak anunya lelaki diemut?” Shanti merasa aneh dan jantungnya berdebar, ia merasa ada aliran aneh menjalar dalam dirinya. Gadis itu tidak mengerti bahwa ia terangsang.
“Oh enak banget Shan, rasanya hangat dan licin, apalagi kalo ehm.. Ehmm.. “
“Kalo apa Mbak?” Shanti makin penasaran. Tuti merasa melihat bagian memek Shanti yang tertutup celana dalam krem itu ada bercak gelap, tapi Tuti tidak yakin.
“Yaa.. Malu ahh..!” Tuti sengaja membuat Shanti penasaran.
“Ayo doong Mbak” rengek Shanti.
Tuti sekarang yakin bahwa memek gadis itu sudah basah sehingga terlihat bercak gelap di celana dalamnya. Tuti sendiri merasa sangat terangsang melihat pemandangan itu.
“Kalo pejuhnya menyembur dalam mulut kita, rasanya panas dan asin, lengket tapi enak banget!” bisik Tuti didekat telinga Shanti. Shanti membelalakkan matanya.
“Apa itu pejuh?” tanyanya. Tuti merasa tidak tahan.
“Pejuh itu seperti santan yang sering bikin memek kita basah lho” Jawab Tuti. Ia melihat bagian memek Shanti makin gelap, wah gadis ini banjir, pikir Tuti.
“Idiihh amit-amit, jorok banget sih”
“Lho kok jorok? Laki-laki juga doyan banget sama santan kita, apalagi kalo memek kita harum, tidak bau terasi”
“Idiihh Mbak saru ah!”
“Tapi aku yakin memek kita pasti wangi, soalnya kita kan minum jamu terus”
“Udah ah, lama-lama jadi saru nih” kata Shanti. Tuti tertawa.
“Kamu udah banjir yaa?” goda Tuti. Shanti memerah, buru-buru ia merapatkan kedua kakinya.
“Ahh.. Mbaakk!!” Tuti tersenyum melihat Shanti melotot.
“Nggak usah malu, aku sendiri juga basah nih” Kata Tuti.
Ia lalu membuka kakinya sehingga Shanti bisa melihat celana dalam putih dengan bercak gelap di tengah, Shanti terbelak melihat bulu-bulu kemaluan Tuti yang mencuat keluar dari samping celana dalamnya, lebat sekali, pikirnya.
“Ihh.. Mbak jorok nih” desis Shanti. Tuti terkekeh.
“Mau merasakan bagaimana tempik kamu diemut?” bisik Tuti. Shanti berdebar.
“Ngaco ah!”
“Aku mau emutin punya kamu, Shan?” Tuti mendekat. Shanti buru-buru bangun dan mundur ketakutan. Tuti tertawa.
“Kamu akan bisa pingsan merasakannya” bisik Tuti lagi.
“Ogah ah.. Udah deh.. Jangan nakut-nakutin akhh” Shanti mundur mendekati pintu kamar mandi dan Tuti makin maju.
“Nggak apa-apa kok.. Cuman diemut aja kok takut?”
“Masak Mbak yang ngemut?”
“Iya.. Supaya kamu tahu rasanya”
“Malu ahh..”
“Nggak apa-apaa..” Tuti mendekat dan Shanti terpojok sampai akhirnya pantatnya menyentuh bibir bak mandi.
Dan Tuti sudah meraba pahanya. Shanti merinding dan roknya terangkat ke atas, Shanti memejamkan matanya. Tuti sudah berjongkok dan mendekatkan wajahnya ke memek Shanti yang tertutup celana dalam. Tuti mencium bau memek Shanti, dan Tuti puas sekali dengan harumnya memek Shanti. Dulu ia sering melakukan hal-hal seperti ini, malah pernah ia bermain-main bersama 4 pelacur sekaligus untuk memuaskan tamunya.
Tubuh Shanti gemetar dan seluruh bulu kuduknya meremang, gadis itu merasa suhu tubuhnya meningkat dan perasaannya aneh. Tuti mulai menciumi memek Shanti yang masih tertutup. Pelan-pelan tangannya menurunkan celana dalam Shanti dan Tuti terangsang melihat cairan lendir bening tertarik memanjang menempel pada celana dalam gadis itu ketika ditarik turun. Tuti menjulurkan lidahnya memotong cairan memanjang itu dan lidahnya merasakan asin yang enak sekali. Memek Shanti sungguh indah sekali, tidak terlihat bibir kemaluannya bahkan bulu-bulunya pun masih halus dan lembut.
Tuti mencium dan mulai melumat memek Shanti. Gadis itu mengerang dan menggeliat-liat ketika lidah Tuti menjalar membelai liang memeknya. Shanti benar-benar shock dengan kenikmatan aneh yang dirasakannya, ada perasaan geli dan jijik, tapi ada perasaan nikmat yang bukan alang kepalang. Gadis itu merasakan keanehan yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Bulu kuduknya berdiri hebat tatkala lidah Tuti menyapu dinding memeknya, Shanti menggeliat-liat menahan perasaan nyeri nikmat bagian bawah perutnya.
“Aahh.. Mbak.. Uuuhh.. Ssshh.. Ja.. Jangan mb.. Mbbak! Ji.. Jijikhh.. Aahh”
Tuti tidak memperdulikan rintihan dan erangan Shanti. Lidahnya bergumul dan menembus liang memek Shanti dengan lembut, Tuti tahu Shanti masih perawan dan ia tak ingin merusak keperawanan Shanti, lidahnya hanya menjulur tidak terlalu dalam, namun Tuti sudah dapat merasakan cairan asin hangat yang mengalir membasahi lidahnya dan Tuti mengendus-endus bau khas memek Shanti dengan sangat menikmatinya. Tuti perlahan-lahan menyelipkan jari-jarinya kesela-sela bokong Shanti, dengan lembut dan dibelai-belainya liang anus Shanti, dan Shanti sedikit tersentak tapi kemudian menggelinjang geli, tapi Shanti membiarkan dirinya pasrah terhadap Tuti. Ia percaya sepenuhnya pada Tuti dan sekarang ia benar-benar merasakan kenikmatan yang selama ini belum pernah ia rasakan bahkan dalam mimpipun!
“Enak Shan?” desah Tuti dengan mulut berlumuran lendir Shanti. Shanti memandang ke bawah dan mengangguk, tubuhnya bergetar hebat, ia tak menyadari bahwa itu yang dinamakan klimaks kenikmatan seorang perempuan. Tuti merasakan liang memeknya berdenyut dan ia meraba serta menusuk-nusukkan jarinya sendiri keliang memeknya dan merasakan cairan licin membasahi jarinya. Ia merintih dengan wajah tersuruk di selangkangan Shanti, lidahnya kini menjulur dan membelai liang dubur Shanti dan membuat gadis itu terlonjak-lonjak kegelian serta terpana mendapatkan perlakuan yang tidak pernah dibayangkannya. Shanti merasa liang duburnya ditekan-tekan oleh benda lunak dan sesekali terselip masuk kedalam dan ia akan terlonjak kaget bercampur geli, tapi lebih banyak merasakan kenikmatannya.
Entah bagaimana awalnya, tapi kenyataannya Shanti dan Tuti telah saling memeluk dalam keadaan telanjang bulat dilantai kamar mandi. Tuti mencium mulut Shanti, mulanya gadis itu menolak tapi permainan jari-jemari Tuti diitilnya membuat gadis itu mabuk kepayang dan kepalanya dipenuhi nafsu berahi yang memuncak dashyat. Tuti melumat mulut Shanti dengan penuh nafsu, Shanti membalasnya dengan malu-malu tapi mereka berdua memang saling melumat juga akhirnya. Terdengar bunyi mulut mereka ketika lidah mereka saling mengait dan saling menghisap. Shanti berkelojotan berkali-kali dan Tuti merasakan memeknya berdenyut-denyut nikmat, ia membayangkan Shanti menjilati dan mengemuti kemaluannya.
Perlahan-lahan Tuti mulai menjilati leher gadis itu dan terus menciumi ketiak Shanti, gadis itu menggelinjang kenikmatan dan makin mengerang keras ketika Tuti mulai menghisap puting tetek Shanti. Perlahan Tuti menggeser posisinya sehingga Shanti dapat membelai memeknya, tapi gadis itu hanya menggeliat saja. Tuti tidak sabar, diambilnya tangan Shanti dan ditaruhnya di memeknya, Shanti mulai membelai dengan canggung. Ketika jarinya tidak sengaja masuk keliang memek Tuti, segera saja wanita itu memajukan pinggulnya dan memompa jari Shanti. Shanti mulai mengerti dan ia mulai memainkan itil Tuti dan membuat wanita itu terlonjak-lonjak nikmat.
Lalu perlahan Tuti sudah mengangkangi Shanti dan ia menciumi memek Shanti kembali, lidahnya kembali menggumuli liang kemaluan gadis itu. Shanti kembali merasakan terjangan gelombang kenikmatan manakala memeknya digumuli Tuti, Shanti membiarkan wajahnya basah karena cairan memek Tuti berjatuhan, menetes dan membentuk lendir panjang, tapi Shanti tidak berani menjilat lendir yang jatuh dibibirnya. Ia memandang liang memek wanita itu dengan heran. Memek Tuti dengan bibir tebal kehitaman, bulu kemaluan yang lebat bukan main tapi tidak menutupi liang itu. Shanti melihat memek Tuti lain dengan miliknya. Dan memek itu makin turun sehingga nyaris menyentuh hidungnya. Shanti mencium bau memek Tuti dan dirasakannya sama baunya dengan memeknya.

Shanti menjerit tertahan ketika mencapai klimak, tanpa sadar ia menarik bokong Tuti sehingga wajahnya terbenam dalam memek wanita itu, Shanti gelap mata, ia menjulurkan lidahnya dan menggumuli liang penuh lendir bening itu. Shanti bahkan menghisap lendir itu seperti kelaparan. Shanti mengemut itil Tuti yang besar dan menonjol. Tubuh Tuti kaku seperti kayu dan bergetar hebat, pinggulnya kejang-kejang merasakan orgasme yang luar biasa ketika itilnya dihisap dan dijilat Shanti.
Tuti menjerit keras dan ia menekan memeknya sehingga ia dapat merasakan hidung Shanti terselip dibelahan liang memeknya dan ia menggoyang-goyangkan pinggulnya maju mundur dan dirasakannya itilnya bergesekan dengan hidung Shanti dan gadis itu malah menambahkan kenikmatan Tuti dengan menjulurkan lidahnya sehingga setiap kali Tuti memajukan atau memundurkan pinggulnya selalu bergesekan dengan lidah serta hidung Shanti. Tuti berkelojotan hebat sekali, ia meliuk-liuk seperti menahan nyeri, matanya berputar sehingga menampakan putihnya saja dan mulutnya mengeluarkan desahan kenikmatan.
“Shantii!! Aaarrgghh!!” Tuti merasakan bagian bawah perutnya nyeri dan ngilu.
Orgasme yang ternikmat yang pernah dirasakannya sejak ia meninggalkan dunia hitamnya. Shanti merasa puas karena berhasil membuat Tuti menjerit-jerit minta ampun karena kenikmatan. Shanti merasa, ternyata ia suka sekali dengan rasa dan bau memek Tuti. Ia berpikir apakah memeknya juga seenak itu. Ia merasakan hangatnya liang memek Tuti dan ia merasakan kasarnya bulu-bulu kemaluan Tuti kala menggesek diwajahnya. Shanti tersenyum lemah karena lelah.
Tuti ambruk diatas tubuhnya dan Shanti membiarkan, dan gadis itu iseng membuka pantat Tuti dan memperhatikan liang anus Tuti. Shanti melihat liang dubur Tuti seperti bintang berwarna kehitaman dan sangat indah. Shanti penasaran, ia mencium serta mengendus liang itu.. Tidak berbau apa-apa. Tuti diam saja membiarkan Shanti berbuat sesukanya. Shanti menjulurkan lidahnya dan menyentuh liang dubur Tuti dengan perlahan, kemudian ia menempelkan hidungnya lagi dan merasakan kehangatan liang itu. Dan Shanti mulai menekan-nekan lidahnya ke liang itu dan membuat Tuti menggelinjang geli.
“Aduh Shan, enak.. Terus Shan.. Jilat.. Jilat terus.. Ya.. Ya.. Aaakkhh..”
Tuti merasakan lidah Shanti kaku menusuk liang duburnya. Tuti bangkit lalu berjongkok diatas wajah Shanti dan ia mulai menurun naikkan bokongnya sehingga lidah Shanti yang kaku dirasakannya menembus sedikit kedalam liang duburnya. Tuti menggeram pelan.. Shanti merasakan perasaan aneh ketika lidahnya melesak masuk kedalam liang dubur Tuti, ia menyukai permainannya itu dan merasa senang dengan apa yang diperbuatnya. Lidahnya tidak merasakan apa-apa, yang dirasakan cuma perasaan anehnya saja.
Tuti tidak ingin Shanti terus melakukan untuknya. Ia menggulingkan Shanti sehingga gadis itu terlentang, lalu kedua kakinya diangkat oleh Tuti sehingga liang dubur gadis itu mencuat keatas wajahnya. Dijilatnya liang dubur Shanti dengan rakus, lalu setelah licin oleh air liurnya dimasukkannya jarinya kedalam liang itu. Shanti menggigit bibir, ia merasa mulas tapi sekaligus nikmat.
Kemudian dilihatnya Tuti mengeluarmasukkan jarinya lalu setelah beberapa lama Tuti menjilati jari itu dengan nikmat, bahkan lidahnya terbenam jauh kedalam liang duburnya. Shanti mengeluh, belum pernah itu membayangkan apalagi merasakan perbuatan seperti itu, gadis itu mabuk kepayang dan sangat terangsang dengan perbuatan Tuti. Ia merasa seolah-olah Tuti adalah pembersihnya, Shanti memejamkan mata dan merasakan memeknya berdenyut mengeluarkan cairan.
Tuti benar-benar tergila-gila dengan perbuatannya itu, ia tidak pernah menjilat liang dubur pria dan ia tak pernah ingin, tapi liang dubur Shanti begitu merangsang, begitu lembut dan begitu nikmat. Tuti tidak mau membayangkan apa yang biasa keluar dari lubang itu, ia cuma ingin merasakan lidahnya terjepit diliang itu dan bagaimana rasanya. Ia tahu Shanti gadis yang sangat bersih, sama dengan dirinya. Tuti tidak kuatir dengan hal itu. Yang diinginkannya saat ini hanyalah membuat Shanti betul-betul puas dan dewasa. Tuti kemudian memompa liang memek Shanti dengan lidahnya dan membuat gadis itu meraung-raung serta kejang-kejang.
“Mbaakk.. Sudah mbaakk.. Ampuunn.. Ooohh!!”
Shanti sudah tidak kuat lagi menanggung kenikmatan yang datangnya bertubi-tubi melanda tubuh dan perasaannya. Ia menjambak rambut Tuti dan berusaha membuat wajah itu jauh dari memeknya. Dan akhirnya mereka berbaring lelah dilantai kamar mandi. Tuti memandang Shanti..
“Bagaimana? Sudah mau pingsan keenakan belum?” tanya Tuti. Shanti membuka matanya dan memandang wanita itu.
“Bisa gila aku Mbak.. Aahh benar-benar bisa gila!” Desah Shanti. Tuti tersenyum.
“Mau lagi?”
“Jangan! Bisa semaput benaran aku nanti.. “
“Ya sudah tak mandikan yuk!” Kata Tuti.
Mereka bangkit dan kemudian saling memandikan. Sejak itu Shanti mengetahui apa yang harus dilakukannya jika berahinya datang melanda. Kejadian pertama itu membuatnya tahu apa sebenarnya yang dapat membuatnya nikmat dan puas. Shanti belajar banyak dari Tuti. Dan ia memuja wanita itu.
Malam itu Shanti tidak dapat memejamkan matanya, ia teringat perbuatannya dengan Tuti. Terbayang olehnya perbuatan Tuti terhadap dirinya, Shanti merasa seluruh bulu ditubuhnya berdiri dan ia merasa agak demam. Ia mengeluh karena merasa ingin sekali mengulangi lagi dengan wanita itu. Shanti bangun dan berjalan kemeja kecil tempat ia biasa merias diri. Dikamar sebelah terdengar suara-suara aneh, itu kamar Supriati, teman sesama kostnya.
Shanti mencoba mendengar, antara kamar dengan kamar hanya dibatasi dinding papan tipis. Shanti kadang suka kesal dengan Supriati yang bekerja di pabrik karena wanita itu suka menendang-nendang dalam tidurnya dan itu membuat Shanti kaget setengah mati ditengah malam. Tapi suara sekarang lain, bukan suara yang keras, suara yang samar-samar dan sepertinya ada suara lain, Shanti menempelkan telinganya dan ia mendengar suara rintihan Supriati. Shanti berdebar, ini malam minggu.. Biasanya pacar wanita itu suka datang menginap. Sedang apa mereka?
Shanti berjingkat keluar kamar. Di luar sepi sekali, sekarang sudah jam 1 pagi, pasti Supriati sedang berasyik-asyik dengan pacarnya. Shanti tegang, ia berjalan k ebalik kamar Supriati yang bersebelahan dengan ruang televisi. Shanti tahu disana dindingnya tidak sampai atas dan dinding itu yang menyekat kamar Supriati. Pelan-pelan Shanti naik keatas bangku, lalu naik lagi keatas lemari pendek dan ia berjongkok disana. Ia ragu hendak berdiri, takut terlihat, tapi keingin tahuannya membuatnya nekad. Dan pelan-pelan kepalanya menyembul dan pandangannya menatap ke dalam kamar Supriati.
Penerangan kamar itu agak redup tapi Shanti bisa melihat dengan jelas Supriati sedang ditindih oleh pacarnya! Supriati mengerang sambil menggeliat-geliat menggoyang pinggulnya, kedua kakinya terlipat dan menekan pantat pacarnya. Pacarnya menggenjot Supriati dengan cepat. Shanti merasa meriang, matanya terbelalak dan tubuhnya gemetar. Laki-laki itu sedang meremas buah dada Supriati dan wajah mereka menempel satu sama lainnya. Mereka sedang berciuman dengan liar. Supriati menggumam dan melihat tangan Supriati meremas-remas pantat pacarnya dengan keras. Shanti terangsang sekali, belum pernah ia melihat pemandangan orang yang sedang bersetubuh dan sekarang ia merasa aneh, ia merasa perutnya ngilu dan dengkulnya gemetar tak keruan.
Pacar Supriati berteriak tertahan dan mengangkat bokongnya. Shanti melihat tangan Supriati masuk kebawah dan terlihatlah kontol yang besar sekali didalam genggaman Supriati dan kontol itu menyemburkan cairan putih ke perut Supriati. Supriati mengocok kontol pacarnya dengan cepat dan laki-laki itu nafasnya mendengus-dengus hebat dengan tubuh bergetar. Shanti merinding melihat benda yang besar dan panjang seperti itu, Shanti ngeri melihat kontol yang begitu besar, ia tahu bahwa itu besar sekali karena sebelumnya Shanti belum pernah membayangkan kontol dapat membesar dan sepanjang itu! Shanti merosot turun dengan lutut lemas, ia berjingkat kembali masuk kedalam kamarnya lalu merebahkan diri diranjang. Mengerikan sekali kontol lelaki, pikirnya. Mana mungkin benda sebesar itu muat dimemeknya? Shanti merinding membayangkan lubang memek Supriati yang pasti luar biasa besar. Dan Shanti akhirnya terlelap.
Seminggu lewat sudah dan Shanti bingung memikirkan Tuti. Wanita itu tidak masuk seminggu sejak pergumulan mereka. Nanti sore ia akan menanyakan pada pemilik warung mengapa Tuti tidak masuk. Selama seminggu ini Shanti tidak bergairan dalam pekerjaan, memeknya basah terus kalau mengingat Tuti atau mengingat pemandangan adegan Supriati dengan pacarnya. Shanti tidak bersemangat, apalagi sehari-hari teman-temannya selalu bergunjing mengenai laki-laki dan mereka tidak segan-segan membicarakan hal-hal yang paling pribadi dan selalu berakhir dengan cekikikan panjang. Shanti merasa terkucil karena teman-taman lainnya semua sudah menikah dan usia mereka jauh diatasnya, sehingga mereka selalu terdiam kalau Shanti mendekat, padahal ia ingin sekali turut mendengar gunjingan mereka. Shanti lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menyibukkan diri didapur membantu pemilik restoran.
Malam itu Shanti merasa tidak bersemangat bekerja, hatinya sedih memikirkan Tuti. Ia sudah menanyakan pada majikannya dan ternyata Tuti telah berhenti bekerja karena mendapatkan pekerjaan di Jakarta. Shanti diam-diam menangis memikirkan Tuti yang tega meninggalkannya tanpa pesan sedikitpun. Akhirnya Shanti hanya pasrah dan menjelang tutup restoran ia pulang kekostnya yang berada tidak jauh dari tempatnya bekerja lalu masuk kedalam kamarnya dan menangis kembali memikirkan Tuti. Ia menangis sampai akhirnya terlelap dan bermimpi bertemu dengan Tuti dan wanita itu membelai rambutnya dengan sayang, Shanti menyusup dalam ketiak Tuti dan menangis sesunggukan, wanita itu mengucapkan kata-kata hiburan padanya dan gadis itu menangis makin keras..
*****
Tidak terbayangkan oleh Shanti ketika memandang wajah wanita itu didepan pintu restoran. Tubuh Shanti bergetar dan jantungnya berdebar keras sekali. Air mata mengambang dipelupuk matanya yang indah. Bibir Shanti terbuka dengan mata terbuka seolah melihat hantu. Wanita itu berjalan masuk dan tersenyum padanya.. Sudah setahun lewat sejak kepergiannya dan Shanti merasa waktu setahun berlalu seperti siput, tiada malam tanpa tangisan dan tiada hari ceria lagi selama setahun itu baginya dan kini wanita itu berdiri dihadapannya dan sungguh cantik bukan main!
Wanita itu mendekat dan Shanti tiba-tiba saja sudah menghambur dalam pelukannya. Semerbak wangi tercium oleh Shanti, wanita itu membelai rambutnya sambil memeluk erat tubuhnya. Shanti merasakan debar jantungnya menghantam dada wanita itu. Tangisan sedih terdengar dari dalam pelukan Tuti. Wanita itu merasakan aliran hangat jatuh dari matanya. Ia berusaha menahan air matanya tapi mengalir juga setetes dan jatuh dirambut Shanti.
“Mbak.. Oh..” Shanti tak kuasa berbicara. Ia menyusupkan wajahnya makin dalam dipelukan Tuti.
“Shan, sudah lama sekali yaa..” Bisik Tuti. Shanti mengangguk-angguk. Shanti merasakan lembutnya buah dada Tuti dan ia tidak ingin melepaskan pelukannya.
“Aku rindu sekali Mbak.. Ja.. Jangan pergi lagi..” Suara tercekat dari Shanti membuat Tuti sangat terharu. Dadanya terasa sesak dan ia ingin menjerit tapi kedewasaannya membuatnya bertahan.
“Aku juga rindu Shan, sudah, sudah..” Wanita itu mendorong Shanti pelan dan membawanya duduk disalah satu kursi.
Restoran itu sedang sepi sekali dan Tuti memang sudah mengamatinya sejak satu jam yang lalu. Ia tidak ingin ada orang yang dikenalnya melihatnya datang dengan penampilan seperti itu, apalagi bermobil.
“Mbak cantik sekali..” Bisik Shanti, ia menatap Tuti kagum.
Tuti memang terlihat cantik dan menawan, make up wajahnya tipis sehingga kehalusan kulitnya terlihat nyata, matanya masih seperti dulu, bersinar nakal dan genit, bibirnya yang penuh juga makin terlihat merangsang. Shanti menelan ludah, ia melihat pakaian Tuti yang sangat indah, ia melihat potongan tubuh Tuti yang juga tidak berubah, montok dan kencang. Hidung peseknya tidak terlihat lagi dan penampilan keseluruhan wanita itu membuat Shanti rindu bukan main.
“Kamu kelihatan makin cantik dan matang Shan..” Bisik Tuti lalu dibelainya pipi Shanti yang kemerahan.
Kulit gadis itu masih betul-betul halus sekali, jari Tuti merayap menyentuh bibir Shanti, Shanti membiarkan jari Tuti menyentuh bibirnya, ia membuka mulutnya dan menjilat jari itu, jantungnya berdegup, Tuti membiarkan jarinya dihisap oleh Shanti.
“Aku rindu sekali Shan dan aku kesini untuk mengajak kamu ikut aku” Kata Tuti. Shanti terkejut.
“Kemana?” Tanya Shanti. Tuti tertawa.
“Ikut saja aku, pokoknya kamu akan hidup enak denganku” Kata Tuti.
Shanti memandang wanita itu, hatinya gundah, apa yang harus dilakukannya? Apakah memang ia akan hidup lebih enak? Tapi kalau sekali ini ia tidak ikut dengan Tuti maka kemungkinan wanita itu tidak akan menemuinya kembali, Shanti sungguh bingung.
“Jangan kuatir Shan, aku nggak bakalan menelantarkan kamu. Justru aku selalu ingat sama kamu, makanya aku nggak tahan lagi untuk mengajak kamu ikut denganku” Kata Tuti sambil membelai tangan Shanti.
“Lagipula kamu dan aku sudah seperti.. Seperti.. Kekasih..” Suara Tuti berbisik dan bibirnya bergetar.
Shanti ingin sekali memangut bibir wanita itu tapi ia agak jengah. Ia menunduk saja. Kemudian dirasakannya belaian tangan Tuti dibawah meja menjamah pahanya dan mengelus serta meremas lembut pahanya, Shanti merinding, ia ingin merintih tapi ia hanya menatap saja wanita itu. Tuti memandangnya sendu dan bibirnya terbuka.
“Baiklah Mbak.. Ka.. Kapan kita berangkat?” Bisik Shanti bergetar.
“Besok kamu temui aku dihotel M, malam ini aku tinggal disana” Jawab Tuti.
“Jangan membawa barang terlalu banyak, nanti aku belikan disana” Shanti mengangguk.
Gadis itu memandang Tuti, ia haus sekali akan belaian wanita itu, tapi Shanti tahu Tuti tidak dapat berlama-lama, lagipula sepertinya wanita itu bukan lagi Tuti yang dulu.
“Jaga diri kamu baik-baik, Shan.. Sampai besok” Bisik Tuti.
Shanti merasa pahanya diremas oleh Tuti dan wanita itu bangkit sambil tersenyum. Shanti memandang kepergian Tuti dan ia merasa ada sesuatu yang terbang meninggalkan jiwanya. Tuti menghilang dalam mobil dan pergi meninggalkan halaman restoran itu.
*****
Shanti memandang pemilik restoran, seorang pria berusia pertengahan. Restoran sudah sepi karena sudah agak malam dan teman-teman Shanti juga sudah pulang, beberapa yang tinggal dibelakang restoran telah masuk dan mungkin sudah tidur. Shanti sengaja memilih waktu setelah semuanya telah sepi, karena ia ingin pamit dan meminta upahnya selama bekerja disana pada sang pemilik restoran. Perjanjiannya memang begitu, semua karyawan wanita hanya dapat mengambil upahnya enam bulan sekali atau sewaktu ia ingin berhenti. Dan sekarang Shanti hendak berhenti karena besok ia sudah akan di Jakarta.
“Mengapa kamu tolol sekali hendak ikut dengan sundal itu?” Sergah Pak Mohan dengan wajah mengeras dan kelihatannya marah betul. Shanti membisu, tubuhnya tegang karena takut.
“Kamu tidak tahu dia itu jadi lonte disana? Hah?” Desis laki laki itu.
Ia memandang Shanti dan terus memandang gadis yang menunduk diam itu. Matanya tertumbuk pada seonggok daging yang membusung di dada Shanti yang ditutupi kaus tipis kumuh berwarna putih kekuningan. Pak Mohan terkesiap merasakan berahinya tiba-tiba memuncak melihat keremajaan gadis itu, laki-laki itu menahan napas dan menelan ludah, matanya tidak lepas dari dada Shanti dan mulutnya terkunci. Shanti tidak tahu majikannya memandangnya seperti seekor serigala yang sedang menatap domba yang tak berdaya.
“Baik, kamu boleh keluar dari sini dan sekarang kamu ikut aku untuk mengambil uangmu!” Suara serak Pak Mohan terdengar aneh di telinga Shanti, tapi gadis itu merasa lega karena tidak ada lagi nada kemarahan dalam suara itu.
Ia mengikuti laki-laki itu menuju kebelakang terus kebelakang berlawanan dengan mess tempat tinggal para karyawan restoran. Shanti tahu ia menuju kantor Pak Mohan, atau tepatnya tempat biasa Pak Mohan membereskan bon-bon dan beristirahat kalau sedang capek. Rumah majikannya itu jauh dari sini jadi ia suka berleha-leha diruang itu kalau sedang capek melayani tamu.
Pak Mohan menyalakan lampu kamar dan Shanti disuruh duduk di dipan yang biasa ditiduri oleh laki-laki itu. Shanti duduk dan Pak Mohan berjalan mendekatinya, tiba-tiba tangan laki-laki setengah baya itu terjulur dan meremas teteknya dengan keras, Shanti menjerit tertahan dan beringsut kesudut, ketakutan.
“Kamu mau uang kamu khan? Kamu akan ke Jakarta khan? Dan kamu toh akan jadi lonte juga nanti, sekarang kamu layani aku dululah, dan kamu akan menjadi lebih pengalaman nanti” bisik Pak Mohan dekat sekali dengan wajahnya. Shanti mencium bau rokok menyembur dari mulut laki-laki itu, sehingga membuatnya ia ingin muntah.
“Saya akan menjerit pak.. Jangan pak.. Malu!” bisik Shanti. Pak Mohan menerkam Shanti dengan tiba-tiba dan Shanti terhimpit oleh tubuh laki-laki itu, Shanti membuka mulutnya hendak menjerit, tapi tangan Pak Mohan dengan sigap menutup mulutnya. Shanti terbelalak, ia benar-benar kalah tenaga dengan laki-laki itu, yang ternyata kuat sekali.
“Sekali kamu bersuara, maka kamu tidak akan bisa menemui sanak saudaramu lagi, kamu bisa tunggu mereka semua di neraka!” Desis Pak Mohan, wajahnya sungguh kejam sekali, membuat gadis itu merasa takut setengah mati.
Perasaannya mengatakan percuma melawan laki-laki itu, ia akan sangat menyesal nanti. Lagi pula siapa yang tidak takut dengan Pak Mohan? Hanya sang isteri yang baik pada karyawan, sedangkan laki-laki ini sudah terkenal suka judi dan membuat onar. Shanti menangis tanpa suara, ia takut sekali, dan sekarang ia merasakan tubuhnya digerayangi oleh tangan lelaki itu.
“Ikuti apa yang aku suruh, maka kamu akan mendapatkan uangmu dan yang penting kamu akan selamat dan bisa jadi lonte di Jakarta, mengerti?” Ancam Pak Mohan, Shanti menggigit bibir menahan sakit ketika teteknya kembali diremas oleh laki-laki itu, ia cepat-cepat menganggukkan kepalanya dalam bisu.
Pak Mohan menarik kaki Shanti sehingga gadis itu terlentang di dipan kayu yang beralaskan tikar. Kemudian Shanti melihat Pak Mohan dengan gugup melepaskan pakaiannya. Shanti memejamkan matanya ketika melihat kontol Pak Mohan bergoyang-goyang seperti ketimun. Ketika ia membuka matanya kembali, Shanti melihat Pak Mohan sudah duduk disampingnya dan tangannya mulai menarik kaus Shanti, gadis itu tidak bergerak.
Tiba-tiba pipinya ditampar oleh Pak Mohan, Shanti menjerit pelan merasakan pipinya panas, tamparan yang tidak begitu keras tapi sangat menyakitkan hatinya. Shanti mengangkat tubuhnya membiarkan kausnya lolos begitu saja dan kemudian membiarkan juga roknya diloloskan dengan mudah oleh Pak Mohan. Shanti bisa merasakan napas panas membara dari hidung laki-laki itu, Pak Mohan berusaha menciumnya tapi Shanti memalingkan wajah, tapi laki-laki itu memaksa dan Shanti terpaksa membiarkan bibirnya dikulum mulut laki-laki itu, Shanti merasa mual..
“Pegang ini, awas jangan macam-macam kamu!” bentak Pak Mohan. Tangan Shanti dituntun untuk menggenggam kontol Pak Mohan. Shanti merasa jijik, kontol yang tidak begitu besar dan dalam keadaan layu, keriput dan hitam.
“Kocok!” perintah Pak Mohan. Shanti belum pernah melakukannya. Ia meremas-remas pelan, kenyal dan licin seperti berlendir, Shanti merasa jijik.
“Kocok seperti ini goblok!” desis laki-laki itu sambil mengocok kontolnya sendiri. Shanti berusaha menurutinya dan Shanti sedikit terkejut mendapati kontol itu bangun perlahan. Pak Mohan tidak sabar, ia harus cepat-cepat karena sang isteri menantinya dirumah. Ia menyodorkan kontolnya kemulut Shanti, gadis itu menghindar.
“Sialan kamu! Cepat hisap dan jilat! Atau kubunuh kau!” bentak Pak Mohan seperti kalap. Shanti menggenggam kontol laki-laki itu dengan tangan gemetar, dipandangnya benda yang lembek dan setengah tegang, ia memejamkan matanya dan sebelum sempat berbuat sesuatu, dirasakannya benda itu menerobos masuk kedalam mulutnya dan bergerak maju mundur.
Shanti ingin muntah tapi ia ketakutan. Laki-laki itu memompa mulut Shanti dengan tergesa-gesa, dari mulutnya keluar lengkuhan-lengkuhan aneh dan tiba-tiba Shanti mendengar Pak Mohan mengerang tertahan lalu mulutnya tiba-tiba terasa asin dan penuh dengan cairan lengket dan berbau aneh. Shanti menahannya supaya tidak tertelan, ia mual sekali, ia berpikir itu pasti yang dikatakan Tuti sebagai pejuh. Jijik sekali, pikirnya. Shanti memejamkan matanya erat-erat dan membiarkan kontol Pak Mohan terus bergerak maju mundur dan makin pelan. Lalu benda itu ditarik keluar dari mulutnya. Dan Shanti segera memuntahkan cairan kental itu, ia memandang Pak Mohan yang kelelahan dengan perasaan benci bukan main.
“Hhh.. Bagus.. Memang punya bakat lonte kau! Ini uangmu dan ini bayaran pertama buat seorang lonte!” Desis Pak Mohan lalu melemparkan lembaran-lembaran uang kewajah Shanti.
Shanti terkulai tak berdaya dan Pak Mohan bergegas hendak keluar tapi sebelumnya sekali lagi laki-laki itu meremas teteknya dan Shanti terbelalak kesakitan. Sekejab kemudian bayangan laki-laki tua itu sudah lenyap dari pandangannya. Shanti menangis pelan, ia tidak berani lebih keras, ia malu dan takut terdengar oleh teman-teman yang tinggal di seberang tempat ini. Lalu pelan-pelan gadis itu bangun, ia meraba teteknya dan meringis nyeri, lalu ia memungut uang-uang yang jatuh berserakan.
Dihitungnya dan ia merasa senang juga menerima lebih dari yang diperkirakannya, ia menerima kelebihan dua puluh ribu rupuah! Jumlah yang lumayan untuknya. Shanti dengan jijik mengusap cairan mani yang menempel di dadanya dengan BHnya. Ia melepaskan benda itu dan memutuskan tidak akan memakainya. Ia memakai rok dan kausnya lalu berjingkat-jingkat keluar dari kamar itu. Diluar gelap dan kelam, sunyi, entah sudah jam berapa sekarang.
Shanti berjingkat masuk kedalam kamar mandi, rumah kostnya sudah sepi dan ia tidak ingin membangunkan semua penghuninya. Ia mulai membersihkan badannya dan ia menggosok teteknya kuat-kuat, ia tak peduli nyeri yang ditimbulkan, ia hendak melenyapkan jejak remasan Pak Mohan. Shanti menangis tanpa suara, ia tidak menyangka malam terakhir merupakan malam jahanam baginya. Ia berkumur dan menusuk-nusuk kerongkongannya sampai muntah, ia tak peduli mulutnya terasa pahit dan ia terus hendak mengeluarkan semuanya, ia tak yakin apakah tadi cairan Pak Mohan tertelan atau tidak dan ia tidak ingin cairan itu berada diperutnya.
Shanti menggosok giginya berkali-kali dan akhirnya dengan pelan ia masuk kedalam kamarnya. Ia telah mencuci bersih BHnya dan pakaiannya juga, ia akan meninggalkan pakaian itu disini saja. Lalu Shanti berbaring berusaha untuk tidur.. Diam-diam ia bersyukur dirinya masih perawan, entah mengapa laki-laki keparat itu tidak menyetubuhinya, Shanti menghela napas dalam lelap.
*****
“Ini kamar kamu Shan, suka?” bisik Tuti sambil memandang gadis itu.
Shanti ter-nganga tidak dapat berkata apa-apa. Keletihan berjam-jam dalam perjalanannya dengan Tuti seakan lenyap begitu saja. Kamar yang untuknya sangat luas, ia membadingkan mungkin 3 kali dari kamar kostnya di kampung. Luar biasa, ranjangnya besar dengan sprei putih bersih, ada radio kaset disamping ranjang lalu ada meja rias dan Shanti heran melihat ada kamar mandi dalam kamar tidur, ia belum pernah tahu mengapa ada orang yang membuat kamar mandi dalam kamar tidur. Sangat membuang uang sekali, pikirnya. Tapi gadis itu sudah dapat membayangkan betapa nikmatnya dengan fasilitas seperti itu, kapan saja ia ingin mandi, ia tidak usah lagi mengantri sambil menimba air, oh menyenangkan sekali, batinnya.
“Ada air panasnya lho Shan..” kata Tuti.
Shanti memandang wanita itu dengan penuh sayang. Ia memeluk Tuti dan berterima kasih padanya dengan air mata mengalir.
“Kamu berhak mendapatkannya sayang..” bisik wanita itu.
“Indah sekali Mbak! Bagaimana aku harus membalas semua ini?” kata Shanti dengan suara serak.
Tuti tersenyum, lalu ia memanggil supir yang membawa mereka tadi untuk memasukkan barang-barang Shanti. Shanti sangat kagum dengan rumah Tuti. Besar, bersih, mewah dan berkesan anggun sekali. Tembok-temboknya dicat dengan warna kuning beras, indah bukan main. Ruang tamu yang besar dengan lantai marmer dan perabotan yang menurut gadis itu tentu sangat mahal harganya, lalu ruang makan dengan meja makan yang besar lengkap dengan kursi-kursi berderet, tirai-tirai yang mewah seperti membuang-buang kain saja. Kemudian Shanti melihat ruang keluarga yang luar biasa besarnya, dengan TV yang juga seperti layar bioskop, seprangkat sofa yang besar pula menghias ruangan itu. Ada kolam renang dipekarangan belakang, kolam yang besar bukan main, Shanti tidak dapat membayangkan berenang di kolam itu, ia belum pernah berenang dikolam renang, ia hanya pernah berenang disungai.
“Kamu istirahat saja dulu Shan. Nanti sore baru kita ngobrol-ngobrol lagi” kata Tuti.
Lalu ia berjalan keluar kamar meninggalkan Shanti. Gadis itu duduk di atas ranjang, wah empuk sekali! Ia tersenyum sendiri membayangkan nasibnya, sungguh beruntung sekali ia disayangi seperti itu oleh Tuti. Ia merebahkan dirinya lalu dalam sekejab ia sudah terlelap..
Shanti terbangun oleh belaian Tuti. Jari-jemari Tuti membelai pipinya, Shanti memegang tangan Tuti kemudian menciumnya dengan lembut.
“Terima kasih Mbak” bisiknya. Tuti tersenyum.
“Ah tidak apa-apa sayang, aku memang selalu teringat akan kamu dan akhirnya aku nggak tahan lagi. Aku berkata pada suamiku bahwa aku tidak dapat merasakan keriangan tanpa kamu Shan” kata Tuti. Shanti mengecup lagi tangan yang membelainya.
“Kok Mbak kawin nggak bilang-bilang sih?” tanya Shanti. Tuti tertawa.
Ia mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir gadis itu dengan lembut. Tuti rindu sekali dengan hembusan napas Shanti dan ia sudah tidak tahan ingin merasakan lidah serta mulut gadis itu. Sudah lama ia rindu pada Shanti, selama ini ia selalu melayani ’suami’nya dengan baik. Dan sang ’suami’ juga kelihatan sangat sayang padanya, maka itu ia memberanikan diri untuk meminta ijin mengajak gadis itu tinggal dengannya. Tuti menceritakan semuanya kepada ’suaminya’ dan tak disangka ’suaminya’ sangat menyetujui..
“Jadi kamu suka bermain dengan cewek juga?” tanya ’suaminya’, yang sebetulnya adalah laki-laki yang bernama Rahman dan selama ini memelihara hidup Tuti dan diam-diam mereka melangsungkan pernikahan tanpa sepengetahuan isteri pertama laki-laki itu. Tuti mengangguk, ia pasrah jika Rahman meledak marah dan mendampratnya. Tapi yang ia lihat hanya pandangan terpesona saja.
“Ya Mas, aku selalu teringat kepadanya, aku sangat mencintainya Mas” Jawab Tuti.
“Jadi selama ini kamu tidak cinta padaku?” Tanya Rahman menyelidik.
“Aku mencintaimu melebihi segalanya, semuanya kuberikan dan semuanya kulakukan. Tapi selama Mas tidak denganku, aku sering merasa sepi dan..”
“Dan apa?”
“Dan membayangkan gadis itu” Tuti menjawab terus terang.
“Boleh saja kamu ajak gadis itu, aku akan sangat senang sekali kalau..” Rahman tidak meneruskan kata-katanya. Tuti tersenyum. Ia tahu apa yang dipikirkan Rahman.
“Aku akan mencobanya sayy.. Aku juga ingin sekali kalau kamu bisa menikmati keperawanan gadis itu” bisik Tuti.
Rahman lega dan merasa tegang sendiri membayangkan ia digumuli oleh dua wanita, wah tentu lebih luar biasa, selama ini saja ia sudah sangat puas dengan pelayanan Tuti yang sampai kemanapun belum pernah dirasakannya. Tutinya yang begitu hebat diatas ranjang, didalam kamar mandi, dimanapun dan kapanpun ia membutuhkannya, wanita itu selalu akan membuatnya terkulai dalam lautan kenikmatan.
“Mbak.. Kok melamun?” bisikan Shanti menyadarkan lamunan Tuti.
Wajahnya dekat sekali dengan Shanti dan gadis itu rupanya menanti dari tadi. Tuti tertawa geli lalu tiba-tiba ia memangut bibir Shanti dan melumatnya. Shanti terengah-engah membalas lumatan gadis itu. Ia merasa tangan Tuti mengelus-elus buah dadanya dan ia pun membalas, ia meremas-remas tetek Tuti dengan gemas dan membuat wanita itu merintih-rintih, tak dibutuhkan waktu lama untuk membuat mereka berdua berbugil ria dalam pergumulan panas.
Shanti tidak tahu bahwa dilangit-langit kamar ada sebuah bintik hitam sebesar uang logam. Dan semua kejadian di kamar itu dapat disaksikan dari lantai dua rumah itu. Diruang kerja Rahman! Dan sekarang Rahman sedang menahan napas memandang kearah layar besar didalam ruang kerjanya. Tubuhnya tegang dan dirasakan daging dicelananya membengkak. Ia bisa melihat Tuti melucuti pakaian Shanti dan ia bisa melihat bagaimana wanita itu menggerayangi tubuh Shanti dengan penuh nafsu.
Rahman tersengal-sengal menahan nafsu, ia melihat Shanti memangut tetek Tuti dan menyedotnya seperti bayi, dan Tuti dengan kalap menyuruk keselangkangan Shanti dan mulai menggumuli memek gadis itu dengan mulutnya. Rahman tak kuasa menahannya, ia juga ingin merasakan bau memek gadis itu dan bagaimana lendir gadis itu lumer dalam mulutnya, lendir perawan! Ia mengendap-endap turun dan menghampiri kamar Shanti, ruangan sepi sekali dan dibukanya pintu itu, dilihatnya wajah Shanti sedang ditindih oleh bagian bawah tubuh Tuti dan Tuti asyik menjilat-jilat memek Shanti, Rahman dapat melihat dengan jelas bagian dalam memek gadis itu yang kemerahan dan berkilat karena lendir.
Ia merangkak masuk dan dengan sebelah tangannya ia mengambil celana dalam Shanti yang tergeletak diujung ranjang. Rahman membawa benda itu kewajahnya dan menciumnya, oohh.. Nikmat sekali baunya, bau pesing bercampur dengan bau khas memek seperti punya Tuti, Rahman menjilat bercak kuning dicelana dalam itu dan merasakan rasa asin, ia menjilat terus sampai bercak itu menjadi licin dan berubah menjadi lendir. Tapi ia takut ketahuan, ia segera melemparkan benda itu dan merangkak mundur keluar dari ruangan. Semuanya dilakukan tanpa mereka mengetahuinya, Rahman berdebar-debar membayangkan kapan Tuti dan Shanti akan siap melayaninya bersama-sama.
“Aduh Mbaakk, aku keluar lagi Mbak.. Aduh duh..” Shanti berkelojotan, memeknya terangkat dan menekan-nekan wajah Tuti, Tuti tidak mau kalah dan mengulek memeknya dengan goyangan yang membuatnya merasa hendak kencing.
“Shaan.. Mati aku Shan.. Ooohh.. Terus Shan, terus!” desah Tuti dan Shanti mempercepat tusukan lidahnya dalam memek Tuti, ia menghujamkan mulutnya dan lidahnya menjulur dalam sekali, berkelana disekitar dinding memek wanita itu dan Shanti merasakan cairan masuk ke dalam mulutnya dengan mudah, Shanti tidak peduli bahwa itu adalah air kencing yang keluar sedikit dari memek Tuti karena gadis itu membuatnya seperti gila dan entah mengapa ia merasa ingin kencing terus setiap Shanti menjalarkan lidahnya didalam memeknya.
Tuti merasa pinggangnya nyeri karena menahan nikmat yang membuatnya tanpa sadar meliuk-liuk seperti ular, apalagi dirasakannya lubang anusnya ditusuk-tusuk juga oleh jari-jemari gadis itu, ternyata gadis itu sekarang pandai sekali memuaskan dirinya. Tuti juga tidak mau kalah dan ia membuat Shanti berguling sehingga gadis itu sekarang yang berada diatasnya dan dengan leluasa Tuti menjilati cairan bening yang jatuh dari liang memek Shanti, cairan lengket dan hangat terasa asin itulah yang selalu dirindukan Tuti.
Enak bukan main rasanya dan Tuti seperti gila menghisap lubang memek gadis itu, lidahnya dengan kaku memasuk kedalam memek Shanti dan membuat gadis itu mengerang, kadang malah Shanti tersentak kesakitan karena lidah Tuti masuk terlalu dalam dan Tuti cepat-cepat mengeluarkan lidahnya, ia lupa bahwa gadis itu masih perawan dan ia ingin Rahman yang memerawani gadis ini, kalau bisa nanti malam.
“Mbakhh.. Aah.. Enak sekali Mbak.. Aaa.. Keluar lagi Mbak.. Aduuhh” Shanti mengerang panjang dan Tuti merasakan cairan bening makin banyak masuk kedalam mulutnya.
Tuti menggosok-gosokkan hidungnya di lubang anus Shanti, ia merasa terangsang sekali melihat liang itu dan dijilatinya lubang anus Shanti, Tuti memasukkan jari telunjuknya, membuat Shanti mengerang lagi. Lalu dikocok-kocoknya telunjuk itu di dalam anus Shanti. Gadis itu tersentak-sentak sambil merintih, Shanti merasa mulas tapi ada perasaan nikmatnya juga. Ia mengejan agar jari Tuti lebih mudah masuk kedalam anusnya, Shanti merasa enak sekali dan ia merasa memeknya banjir besar. Sedangkan Tuti dengan lahap menjilati lubang anus Shanti dan bahkan ia menjilati jarinya yang baru keluar dari dalam anus Shanti, ia mencium bau yang baginya enak sekali dan ia menghisap jari itu.
Shanti melakukan hal serupa, ia memasukkan jarinya dan buat Tuti yang sudah terbiasa, kocokkan jari-jari Shanti di dalam anusnya membuatnya orgasme. Apalagi Shanti dengan tanpa jijik menjilat anusnya dan menusuk-nusuk lubang itu dengan lidahnya, Tuti merasakan kenikmatan yang membuat tubuhnya panas dan gemetar. Dengan rintihan panjang Tuti mencapai orgasme lagi dan terkulai lemas. Shanti juga lemas diatas tubuh Tuti.
Mereka merasa rindu mereka telah terobati sementara dan Shanti diam-diam memohon agar kejadian seperti ini terus akan terjadi, ia tak ingin kehilangan Tuti lagi, ia tak akan kuasa hidup tanpa wanita yang dapat membuatnya merasakan kenikmatan seperti ini. Shanti menyusukkan kepalanya disela-sela ketiak Tuti, ia sangat merindukan kejadian seperti ini dimana ia merasa terlindungi dan Shanti sangat suka sekali bau ketiak Tuti yang sedang berkeringat dan dengan bernafsu Shanti menjilati keringat yang membasahi bulu-bulu ketiak wanita itu. Shanti mengendus dalam dan menikmati bau khas yang sangat disukainnya, bau khas ketiak wanita kampung, tapi baginya bau ketiak Tuti sungguh merangsang.
Tuti cekikikan kegelian karena jilatan lidah Shanti tapi ia merasa nafsunya bangkit kembali. Tuti memandang lidah Shanti membelai ketiaknya dan menjilati keringatnya dengan lahap, ia terangsang sekali melihat bagaimana gadis itu menghisap-hisap bulu ketiaknya yang lebat, seperti dikeramas saja, pikirnya. Tuti menarik wajah Shanti dan melumat mulutnya, dirasakan bau ketiaknya ada dimulut Shanti dan Tuti melumat habis mulut Shanti, gadis itu pasrah membiarkan lidah Tuti menjalar dan menyelusup kemana suka.
Ia merasa jari-jari Tuti mengocok-ngocok didalam liang memeknya dan memeknya licin sekali karena banjir, wanita itu tidak menusuk terlalu dalam dan Shanti merasa nyaman sekali. Tuti membawa jari-jarinya yang berlumuran lendir itu kemulutnya dan kemulut Shanti dan mereka menjilati lendir itu dengan lahap seolah-olah itu adalah tajin yang biasa dimakan bayi. Mereka saling berpelukan dengan mesra dan terlelap dalam rengkuhan kenikmatan.
*****
Ketika bangun, hari sudah senja dan mereka mandi sama-sama dalam kamar Shanti. Tuti mengangumi tubuh Shanti yang benar-benar sedang ranum, matang dan sangat indah, semuanya mulus tanpa cacat. Bulu kemaluannya yang halus, buah dadanya dengan puting merah muda sangat kontras dengan tubuhnya. Tubuhnya sendiri memang masih padat dan serba kencang, tapi ia tak dapat menghindari kegemukan di perutnya, padahal ia sudah senam mati-matian, mungkin inilah karena umur, pikirnya. Sebaliknya Shanti sangat iri melihat tetek Tuti yang begitu besar dan kenyal, walaupun puting susunya juga besar dan kehitaman tapi Shanti tahu banyak sekali laki-laki dikampungnya yang tergila-gila ingin menikmati tubuh Tuti.
“Mbak teteknya besar sekali, kapan aku bisa punya tetek sebesar itu?” Kata Shanti, Tuti tertawa terkekeh-kekeh.
“Ini dulu salah urus, sebenarnya tetekku dulu tidak sebesar ini, tapi ada gara-gara digosok dengan minyak bulus jadi gede kayak gini” Jawab Tuti. Ia tak memberitahu Shanti bahwa dulu germonyalah yang menyuruhnya menggosok teteknya dengan minyak itu.
“Memang bisa?”
“Entahlah, tapi kupikir gara-gara itu sih” mereka terkikik.
“Selesai mandi nanti kita kekamarku yuk” ajak Tuti.
“Ah nanti ada suami Mbak” jawab Shanti.
“Ah mungkin dia pulang malam hari ini” jawab Tuti. Ia tak mau Shanti mengetahui rencananya.
“Wah kamar Mbak hebat sekali!” seru Shanti kagum melihat kemewahan kamar Tuti. Tuti tertawa dan mengajak gadis itu duduk diatas ranjang besar.
“Heh kamu mau nonton film?” tanya Tuti. Shanti menggeleng.
“Film?”
“Iya film yang hebat deh” kata Tuti lalu berjalan ke lemari TV yang terletak pas dikaki ranjang.
Tuti memasukkan sesuatu ke dalam kotak alat dan kembali duduk bersama Shanti. Ia memeluk Shanti dan gadis itu membalas pelukannya. Tiba-tiba Shanti melotot ketika melihat adegan dalam film itu. Ia melihat dua wanita sedang disetubuhi oleh beberapa lelaki. Ia melihat kedua wanita itu sedang disetubuhi sambil menghisap kontol pria lainnya. Shanti menahan napas, jantungnya berdebar kencang, tubuhnya meriang dan hangat. Tuti merasa gadis itu gemetar.
“Lho.. Kok.. Kok.. Ih Mbak! Idiihh besar sekali Mbak!” desis Shanti. Tuti diam.
“Jijik Mbak.. Aduh jijik sekali!” seru gadis itu tatkala melihat salah seorang pria itu menyemprotkan air mani kedalam mulut sang wanita dan wanita itu dengan lahap menjilatnya sambil merengek-rengek manja.
Shanti teringat malam jahanamnya dengan Pak Mohan, ternyata ada wanita yang suka sekali dengan itu.
“Oh enak sekali Shan, wah rasanya luar biasa!” kata Tuti.
Ia membelai tengkuk Shanti. Shanti bergidik melihat wanita itu kembali menjilati kontol yang baru keluar dari memeknya dan kontol itu dengan ganas menyemburkan cairan kental kedalam mulutnya lagi.
“Aduuhh.. Geli amat. Kok mau sih.. ” Suara Shanti bergetar, diam-diam ia merasa ada perasaan aneh merambati tubuhnya. Ia merasa berahinya naik dengan cepat, apalagi Tuti membelai-belai tengkuknya.
“Mbak! Gila ihh!” Shanti melotot melihat laki-laki lain menusuk lubang pantat wanita itu dan laki-laki lainnya lagi menusuk dari bawah dan dimulut wanita itu tetap tertusuk sebuah kontol hitam. Semua lubang ditubuh wanita itu telah terisi.
“Wah itu yang paling enak Shan, kamu harusnya merasakan bagaimana memek kamu dimasuki kontol Shan.. Enaknya luar biasa!” Desis Tuti.
Wanita itu juga merasa terangsang. Ia melirik ke pintu yang dibiarkan tidak terkunci. Di televisi terlihat adegan dua wanita itu saling memangut kontol hitam dan mereka saling menjilat dan menyuapi satu sama lain. Shanti mendesah, ia merasa meriang sekali dan memeknya banjir besar, Shanti merasa terangsang bukan main melihat bagaimana kedua wanita itu saling membagi air mani laki-laki itu dan laki-laki itu bergantian memompa mulut wanita-wanita itu.
“Mbaakk.. Aduh Mbak.. Nggak tahan aku” Bisik Shanti manja sambil menatap Tuti. Tuti melumat bibir gadis itu.

“Nafsu yaa..?” Bisiknya. Shanti mengangguk lalu menyurukkan wajahnya ke ketiak Tuti lagi.
Tiba-tiba pintu terbuka dan.., “Wah ada tamu nih?” Suara besar dan berat menyengat Shanti. Ia melompat berdiri dan membenahi roknya yang tersingkap. Tuti tersenyum manis pada laki-laki itu.
“Oh Mas, lho kok sudah pulang? Ini kenalkan keponakanku Shanti” Kata Tuti sambil mendorong Shanti mendekat kepada laki-laki tinggi besar itu. Laki-laki yang bertampang seram dengan brewok di wajahnya.
“Ini suamiku Shan, kamu panggil saja Oom Rahman” Kata Tuti.
“Oh Haloo! Wah aku tidak menyangka keponakan kamu cantik begini” Kata Rahman sambil menjabat tangan Shanti. Shanti tersipu menundukkan wajahnya. Rahman duduk diatas ranjang dan membuka sepatunya, matanya menatap televisi.
“Lho kok putar film begitu?” Tanyanya berpura-pura. Tuti tersenyum, Shanti tidak berani memandang, ia malu bukan main.
“Ya iseng saja, lagian aku ingin kasih tahu Shanti bagaimana punya laki-laki itu lho!” Kata Tuti manja sambil membantu melepaskan dasi Rahman.
“Mbaakk.. ” Shanti melotot.
“Lho? Nggak apa-apa kok Shan. Mas Rahman orangnya sangat terbuka kok. Lagian kami sudah biasa dengan adegan-adegan seperti di film itu” kata Tuti sambil menarik Shanti supaya mendekat.
Kemudian ia memeluk Shanti dan mencium mulutnya. Shanti merasa malu dengan perlakuan Tuti tapi ia juga tak ingin menghindar, ia takut Tuti marah. Malah sekarang Tuti meremas buah dadanya dengan perlahan.
“Mbaakk.. Malu ah” rengek Shanti.
“Ah tidak apa-apa kok Shan, Oom sudah biasa kok” kata Rahman sambil menelan ludah.
Ia merasa lidahnya kaku dan sepertinya ia sudah merasakan cairan memek Shanti lumer dimulutnya. Lalu Tuti membuka celana Rahman dan sekaligus memelorotkan celana dalamnya, maka meloncat keluar kontol yang sudah agak tegang. Shanti menutup mulutnya melihat kontol yang lumayan besar dan panjang itu. Wajahnya bersemu merah, ia tidak dapat berkata apa karena malu, ia ingin lari tapi ia takut Tuti tersinggung.
“Nih lihat ini Shan. Ini yang namanya kontol enak..” bisik Tuti sambil mengocok pelan kontol Rahman dan Shanti bisa melihat ada lendir bening di kepala kontol itu seperti lendir memeknya.
Lalu ia terbelalak melihat Tuti dengan lahap mengulum kontol itu, bahkan Shanti bingung melihat kontol itu lenyap dalam mulut Tuti. Dan Rahman mendengus-dengus sambil memompanya dalam mulut wanita itu. Shanti gemetar menyaksikan pemandangan yang tidak pernah dibayangkannya. Sungguh mengerikan, pikirnya. Apakah begitu enaknya sampai Tuti mau menghisap kontol itu demikian dengan lahapnya?
“Mau cobain Shan? Enak banget..” Tuti menarik gadis itu supaya berlutut juga.
Rahman berdiri dan tersenyum pada Shanti. Ia menyodorkan kontolnya yang sudah agak keras itu. Tuti mengambil tangan Shanti dan dipaksanya tangan itu menjamah kontol suaminya. Shanti berusaha menahan tangannya dengan setengah hati. Ia bingung dan gundah, ia merasa memeknya seperti hendak meledak karena berahi yang memuncak tapi ia juga malu dan ia tak ingin berselingkuh dengan suami Tuti, tapi sekarang malah Tuti memaksanya menjamah daging yang seperti dodol itu.
“Nggak apa-apa Shan, suamiku milik kamu juga kok..” bisik Tuti.
Kemudian Shanti merasakan daging itu di tangannya, lumayan besar dan kenyal, ada lendir bening keluar dari ujung kontol Rahman, dan Tuti mengusap lendir itu dan memasukkannya ke mulut Shanti, Shanti merasa jijik, tapi ia hanya merasakan asin seperti pejuh Pak Mohan. Lalu Tuti mendekatkan mulut Shanti sambil menekan kepalanya supaya mendekati kontol Rahman. Dan entah bagaimana Shanti pasrah saja ketika kontol itu sudah dalam mulutnya dan bergerak maju mundur. Shanti merasa daging itu hangat dalam mulutnya dan memang kalau dirasa-rasakan enak sekali, seperti mengemut es krim tapi tidak dingin melainkan hangat, hanya sesekali lidahnya merasakan asinnya lendir yang jatuh dalam mulutnya. Tuti juga ikut mengemut kontol Rahman dan sesekali kedua wanita itu saling melumat dan meremas.
“Mmhh.. Enak sekali Mas.. Ayo.. Cepat keluarkan.. Aku sudah tak tahan lagi Mas!” Desah Tuti, tangannya dan tangan Shanti berebut mengocok kontol Rahman.
Bola mata Rahman terbalik dan mulutnya meleguh nikmat seperti kerbau. Kontolnya sungguh keras bukan main dalam maianan kedua perempuan itu. Ia merasakan bagaimanapun jilatan dan kocokan Tuti jauh lebih luar biasa daripada Shanti. Memang ia tak salah memilih gundik, Tuti memang sungguh luar biasa. Dan Rahman menyadari selama ini ia belum pernah bisa tahan lebih dari 3 menit kalau Tuti sudah mengeluarkan keahlian mulut dan tangannya, apalagi kalau kontolnya sudah dalam cengkraman memek wanita itu, maka tak ayal lagi ia akan menyerah sebelum hitungan kedua puluh, padahal dengan isteri tuanya ia tidak pernah bisa keluar dan benar-benar tidak pernah bisa ejakulasi!
Walau bagaimanapun sang isteri melayaninya tetap saja ia tidak dapat puas, bahkan kadang-kadang kontolnya menciut kembali sehingga harus dirangsang lagi. Tapi kalau dengan Tuti, dipegang sebentar saja kontolnya sudah seperti paku baja, terus digoyang sebentar saja, kontolnya sudah meletuskan lahar panasnya, tapi Tuti dapat dengan cepat membangunkan kembali meriamnya walaupun baru meledak. Rahman bersyukur dengan Tuti, ia tak merasa sayang sedikitpun mengeluarkan uang luar biasa besarnya untuk membuat wanita itu mencintainya.
“Oouughh.. Aku.. Aku.. Mau keluar sayy!!” seru Rahman sambil berkelojotan.
Kontolnya dikemot oleh Tuti sedemikian rupa sehingga membuat seluruh otot tubuhnya ngilu menahan gelombang nikmat yang akan segera melanda. Tuti mengeluarkan kontol Rahman dan segera dimasukkannya ke dalam mulut Shanti, gadis itu membiarkan kontol itu menerobos masuk kedalam mulutnya dan ia mengocoknya dengan bibirnya, lidahnya berusaha menjilat kontol yang keluar masuk dalam mulutnya itu.
Sementara Tuti mengemuti pelir Rahman dengan keahliannya, tiba-tiba Rahman mengeluarkan leguhan keras, tubuhnya kaku dan wajahnya tegang bukan main, mulutnya ternganga sedangkan matanya terbelalak dan berputar ketika kontolnya menyemburkan cairan pejuh panas ke dalam mulut Shanti, tubuhnya kejang dan ia membiarkan kontolnya diam dalam mulut gadis itu, Tuti dengan sigap mengurut dan mengocok batang kontolnya, biasanya Tuti akan terus mengocok kontol itu dengan mulutnya sampai Rahman berkelojotan seperti orang sekarat, tapi ia tahu Shanti baru pertama kali dan belum tahu bagaimana membuat seorang laki-laki mengalami ejakulasi dashyat yang dapat membuatnya mati kaku. Jadi Tuti membantu dengan mengurut batang kontol Rahman dan membuat laki-laki itu menggeram dashyat seperti singa.
Shanti merasa mulutnya penuh dengan cairan lengket, ia tak ingin menelannya jadi ia mengeluarkan dari sela-sela bibirnya walaupun ia tahu sebagian sudah tersembur masuk ke dalam kerongkongannya. Jantungnya berdebar melihat Tuti dengan lahap menjilati setiap lelehan pejuh yang keluar dari mulutnya.
“Telan Shan.. Enak kok.. Mmhh.. Sllrrpp.. Mmmhh..” Tuti menjilati cairan kental keputihan itu. Dan Tuti dengan cepat menelanjangi Shanti, sehingga Shanti benar-benar berlutut tanpa selembar benangpun ditubuhnya dan wanita itu juga sudah telanjang bulat dan bahkan kini Tuti berdiri dan menyodorkan memeknya pada Shanti.
Shanti hendak berpindah menggumuli memek Tuti tapi Rahman masih membiarkan kontolnya dalam mulut gadis itu. Shanti mengeluarkan kontol Rahman dan menjilati pejuh yang menempel disana, ia mengemut kontol Rahman, sekarang ia merasa suka dengan rasanya, ternyata untuk menjadi biasa cepat sekali apalagi kalau memang ternyata enak.
Memek Tuti digesek-gesek di wajah Shanti dan Shanti menyelipkan hidungnya di memek Tuti serta mengendusnya, hhmm nikmat sekali baunya, pikir Shanti. Ia menjulurkan lidahnya dan mengorek-ngorek liang memek Tuti yang sudah licin dan banjir. Tangan kanan Shanti sibuk mengocok kontol Rahman, tapi kontol itu lemas tidak bangun kembali. Rahman meringis kesakitan karena kocokan Shanti yang tidak berpengalaman, mulutnya sedang dilumat oleh Tuti, ia tidak mau melepaskan lumatan Tuti hanya untuk meringis, karena semua yang diberikan Tuti padanya adalah istimewa, dan belum pernah seumur hidupnya Rahman mendapatkan wanita seperti Tuti.
Pelan-pelan mereka beringsut dan akhirnya mereka bertiga bergumul di ranjang. Rahman sibuk melumat mulut Shanti, ternyata gadis itu masih tidak berpengalaman sama sekali, lumatan bibirnya masih jauh dibanding Tuti. Tapi kontolnya sudah tegang seperti baja kembali karena Tuti yang mengocoknya.
“Mau cobain rasanya memek Shanti Mas?” desis Tuti.
Rahman mengangguk, ia mengidam-idamkannya dan dari tadi sore serta ia juga memimpikannya. Tuti menyuruh Shanti memberikan memeknya tapi Shanti malu, Tuti menariknya sehingga pelan-pelan Shanti bergeser sampai tubuhnya di atas Rahman dan ia menungging diatas wajah Rahman. Tuti mendorong pantat Shanti supaya turun dan pelan-pelan Shanti menurunkan pantatnya, tiba-tiba ia mengerang ketika lidah kasar Rahman dan berewoknya menyapu memeknya yang sempit menimbulkan sensasi yang tidak terkirakan nikmatnya. Shanti merasa orgasme padahal belum diapa-apakan. Sekarang ia meliuk-liuk seperti penari ular ketika lidah Rahman menjelajahi bibir memeknya dan menyapu itilnya dengan kasar. Geli dan nikmat bukan main.
Tuti melihat lendir memek Shanti berjatuhan seperti tirai air terjun dan ia bersama Rahman menjilati lendir itu, sesekali ia meludah kedalam mulut Rahman dan laki-laki itu segera menikmati air liurnya. Tuti menjilati liang anus Shanti dari atas dan lidahnya menusuk-nusuk lubang itu dengan ganas. Shanti mengerang, merintih, menjerit histeris karena gelombang orgasme melandanya tanpa ampun membuat perutnya mulas serta membuatnya ingin kencing. Shanti merasakan memeknya benar-benar disedot oleh Rahman sehingga mengeluarkan suara keras, lalu ia merasa air kencingnya keluar sedikit, ia malu dan berharap Rahman tidak menyadarinya. Tapi Rahman tahu, Tuti pun tahu bahwa Shanti sampai terkencing-kencing saking nikmatnya.
“Ayo Shan kencing saja Shan.. Mmmhh.. Enak sekali kencing kamu” gerang Rahman sambil memainkan itil Shanti dengan lidahnya. Shanti tidak berdaya, dan ia tak kuasa menahannya lagi, ia hanya punya pilihan menderita karena menahan kencing atau menerima kenikmatan yang sedang diambang perasaannya.
“Aduh nggak kuat! Aaakkhh.. Mbaakk!” Shanti merengek sambil mengocok kontol Rahman yang licin karena lendir.
Air seninya menyemprot keluar dari lubang kencingnya, memancar menyemprot wajah Rahman dan Tuti. Panas dan berbau pesing, Tuti memejamkan matanya dan membuka mulutnya sehingga air kencing Shanti masuk kedalam mulutnya dan keluar lagi jatuh kedalam mulut Rahman. Mereka meminum air kencing Shanti yang masih perawan, air kencing yang tidak banyak dan kekuningan tapi sensasinya membuat Rahman melayang, ia merasakan asin dan pahit ketika air kencing gadis itu membasahi tenggorokannya. Tuti malah dengan liar dan lahap meminum dan menjilati air kencing yang jatuh membasahi wajah Rahman kemudian membasahi ranjang mereka, untung Tuti sudah menjaga-jaga, tadi sore ia sudah memasang karpet karet dalam sprei, ia yakin akan terjadi permainan dashyat malam ini dan sekarang terbukti.
Rahman sangat menyukai cairan memek Shanti, ada bau khas seperti punya Tuti tapi ia tetap berpendapat cairan memek Tuti lebih enak dan lebih asin serta kental dan baunya-pun lebih keras daripada punya perawan ini. Rahman merasa kontolnya sudah tak sabar lagi ingin mencari korban, Tuti ingin mengulumnya tapi ia menghindar, ia tidak akan bertahan lama jika dikulum oleh Tuti dan itu membuat Tuti terkikik kegelian.
“Takut? Hi hi hi..” Rahman tersenyum kecut dengan brewok yang berlumuran lendir memek Shanti.
Ia menarik Tuti agar menggantikan Shanti. Tuti beringsut. Ia berbisik pada Shanti, gadis itu menggeleng.
“Coba saja Shan, enak bukan main. Memang pertama-tama akan perih tapi kamu akan segera merasa enak..” kata Tuti.

Shanti diam dan ia pasrah ketika Tuti pelan-pelan membaringkannya terlentang diatas ranjang yang besar itu. Rahman bangun dan menggumulinya, teteknya dikulum oleh laki-laki itu, tapi remasan Rahman ternyata lembut dan menimbulkan berahi. Padahal tadi Shanti melihat bagaimana laki-laki itu mengulum tetek Tuti, membuat wanita itu meringis. Tapi terhadap dirinya Rahman lembut sekali bahkan Shanti merasa enak sekali teteknya disedot-sedot seperti itu. Lalu ia melihat kebawah dan dilihatnya Tuti merenggangkan pahanya lalu memegang kontol Rahman yang sudah keras seperti kayu.
Perlahan-lahan kontol itu turun, tapi sebelum menyentuh memeknya ia melihat Tuti menyelomoti kontol itu sebentar dan itu membuat Rahman menjerit seperti tersentak, wanita itu terkekeh-kekeh senang, lalu Tuti mulai menempelkan kepala kontol Rahman kebibir memek Shanti yang sudah banjir hebat. Pelan-pelan kontol itu mulai masuk sesenti demi sesenti sampai terdengar raungan Shanti.
“Aaakkhh.. Sakiitt.. Uuuhh Mbaakk.. Ampuunn..” Shanti merintih keras ketika kontol Rahman mendesak terus, ia berkelojotan sambil berontak.
Lalu ia merasa lega ketika kontol itu diam dan pelan-pelan memompa tapi tidak turun lagi, gadis itu meriang mendapati kenikmatan melandanya dengan pompaan yang diberikan Rahman. Shanti mendesis-desis seperti orang kepedasan. Tuti memainkan itil Shanti membuat Shanti kejang-kejang, lalu Rahman kembali menusuk, kali ini dengan cepat dan keras.
“Aduuhh.. Ampuunn!! Sakiitt!! Mati aku mbaakk!!” teriak Shanti histeris ketika merasakan lubang memeknya seolah-olah robek dan meledak, perih bukan main dan panas merayapi tubuhnya.
Matanya terbelalak, keringatnya keluar sebesar butian jagung. Jari-jarinya mencakar punggung Rahman, tapi sang kontol sudah tertanam dalam memek Shanti dan Rahman mulai mengangkat perlahan diiringi jeritan Shanti, gadis itu hendak pingsan, sakit sekali, setiap kali laki-laki itu menusuk atau mencabut dirasakannya kenyerian disekeliling memek dan perutnya.
“Tahan Shan, nanti kamu akan keenakan” bisik Tuti.
Setelah beberapa saat, apa yang dikatakan Tuti ternyata benar. Shanti merintih dan mengerang karena kenikmatan. Rahman merasakan hal yang sama pada kontolnya. Ia merasa kontolnya seperti diremas dan dicengkram oleh gadis itu, Rahman benar-benar merasa beruntung, setua ini ia masih mendapatkan perawan! Rahman menghisapi tetek Shanti bergantian dan ia merasakan pentil kecil itu keras dalam mulutnya.
Rahman merasa menang karena ia membuat Shanti menjerit dan berteriak histeris terus menerus tatkala gadis itu mendapatkan orgasmenya, dengan Tuti ia tidak pernah menang, memang dulu pertama kali Tuti menjerit-jerit seolah-olah orgasme tapi akhirnya Rahman tahu itu hanya pura-pura saja, Tuti hanya bisa orgasme kalau memek dan liang anusnya dijilati atau dikocok dengan sesuatu, seperti kontol-kontolan yang bergetar atau dildo karet yang berbuku-buku dan Rahman melarang Tuti memberikan rintihan palsu sewaktu mereka sedang bersetubuh, ia tak ingin kepalsuan dan dengan ksatria ia mengakui tidak dapat mengalahkan Tuti, selalu saja ia yang terjerambab kalah.
“Oommhh.. Aduh Mbak, aku nggak sanggup lagi Mbaak!” Shanti mengeluh, tubuhnya bersimbah peluh dan ia merasa melayang karena lautan kenikmatan yang terus melandanya.
Tuti tidak mau mendengarkannya karena wanita itu juga sedang dilanda nafsu yang luar biasa, ia menyurukkan kepalanya dan menjilati liang anus Rahman lalu beberapa saat jika ingin keluar ia mencabut kontolnya dan Tuti segera menyelomotinya dengan kasar supaya laki-laki itu tidak orgasme lalu Tuti akan menyuruk kememek Shanti dan menjilati cairan yang menggenang bercampur dengan darah perawan gadis itu sampai bersih, ia juga menjilati cairan yang mengalir ke liang anus Shanti, ia menghisap dan menelan cairan itu dengan penuh nafsu, baru Rahman memasukkan kembali kontolnya dan memompa Shanti kembali. Tuti juga mencapai orgasme karena merasa terangsang dengan ulahnya, ia merasa seperti binatang, ia merasa seperti budak yang harus membersihkan semua cairan berahi Rahman dan Shanti dan itu membuatnya sangat terangsang.
Lalu Tuti mengatur posisi Shanti, ia menyuruh gadis itu menungging dan Rahman menyetubuhinya dari belakang, sedangkan Tuti menyurukkan tubuhnya kebawah Shanti dan mengemut itil gadis itu sementara Rahman memompa dengan irama pelan. Kali ini Shanti terbelalak dan gemetaran karena kenikmatan yang datang jauh lebih dashyat daripada tadi. Mulut Shanti keluar erangan, ia merasakan itilnya diputar-putar didalam mulut Tuti dan ia merasakan daging yang menyesakkan liang memeknya seperti membuatnya ingin kencing lagi, ia menjerit-jerit histeris dengan tubuh berkelojotan seperti gadis yang tengah sekarat. Dan Shanti seperti gila membenamkan wajahnya keselangkangan Tuti, lidahnya dengan liar mengorek-ngorek liang memek wanita itu dan menjilati cairan kental yang berlumuran disana. Mulut Shanti terasa asin dan tubuhnya terasa lengket oleh keringat.
“Sudah Oom.. Ampun.. Aduh.. Nggak kuat lagi akuu!” jerit Shanti dan ia terkulai menindih tubuh Tuti.
Rahman mencabut kontolnya dan dari dalam memek Shanti mengalir cairan encer bening banyak sekali. Tuti dengan lahap menjilati cairan itu bahkan Rahman tak segan-segan menjilati liang anus Shanti dengan penuh nafsu. Kontolnya yang keras bagi baja itu masih tegak perkasa menunggu sesuatu yang dapat dipasaknya. Tuti meremas kontol Rahman sambil menghisap memek Shanti. Kemudian Tuti cepat-cepat mencegah Rahman ketika laki-laki itu hendak mengarahkan kontolnya keliang anus Shanti. Rahman sadar dan buru-buru mengurungkan niatnya. Tuti tidak dapat membayangkan bagaimana Shanti menerima tusukan kontol Rahman diliang duburnya, pasti gadis itu akan meraung-raung kesakitan luar biasa.
“Sekarang giliran aku manis..” desis Tuti. Lalu ia tidur terlentang dan mengangkat kedua kakinya terlipat ke wajahnya sehingga memek dan liang anusnya menghadap keatas.
Shanti segera menyelomoti liang memek Tuti dengan rakus. Ia mengocok memek Tuti dengan jarinya dan membuat wanita itu berkelojotan, Tuti dapat orgasme bila dengan Shanti karena ia sangat menikmati waktunya dengan gadis itu. Shanti mulai menjilati liang anus Tuti sedangkan wanita itu menyelomoti kontol Rahman. Tuti menyelomoti dengan kasar, ia membiarkan sesekali kontol Rahman mengenai giginya dan Rahman senang karena wanita itu tidak akan membuatnya keluar dengan cepat. Ia tahu keinginan Tuti, ia tahu Tuti ingin dipompa dan Rahman senang sekali. Kontolnya tidak lemas karena ia sangat terangsang melihat keliaran Shanti melumat liang anus Tuti dengan rakus, Rahman sekarang makin bersyukur mendapatkan dua perempuan yang punya nafsu besar, semula ia tidak menyangka gadis muda itu akan mudah didapatkan, ternyata memang Tutilah yang memegang peranan.
“Jilat dalamnya Shan, .. Oooh bersihkan.. Terus.. Aduh enak sekali Shan.. Emut terus Shan” desis Tuti, Shanti menusuk-nusukan lidahnya di liang anus wanita itu dan sesekali lidahnya terjepit sampai dalam, kemudian ditusuk-tusukannya dan membuat Tuti tersentak-sentak.
Kemudian Shanti melihat Rahman mendekati dan mengarahkan kontolnya. Tapi Shanti kaget ketika kontol Rahman pelan-pelan menusuk keliang anus Tuti. Shanti memandang Tuti, dan wanita itu mengedipkan matanya. Tuti mengejan sedikit dan blup! Kontol Rahman melesak masuk kedalam liang itu. Shanti terpana ketika melihat Rahman mengayun maju mundur memompa liang anus Tuti, pompaan yang berirama dan ada lendir yang keluar bersama pompaan kontol Rahman.
“Shan, jilat Shan.. Ooohh.. Terus.. Aaakkhh..” Tuti merasa orgasme ketika melihat dengan tanpa merasa jijik Shanti menjilati lendir yang keluar dari liang anusnya dan bahkan Rahman mencabut kontolnya dan Shanti seperti sudah tahu langsung menghisap dan menyelomoti kontol itu.
Shanti sama sekali tidak jijik karena kalau itu liang anus Tuti, apapun diminta Tuti ia akan melakukannya karena Shanti sadar bahwa yang dikatakan Tuti selalu benar. Shanti merasakan cairan asin dan berbau tapi ia menikmatinya. Bahkan beberapa kali ia memaksa kontol Rahman dicabut supaya ia bisa menghisap dan membersihkan cairan lengket keputihan itu. Rahman beberapa kali sudah ingin meledak karena berahi yang mencapai puncak tapi untung setiap kali ada Shanti yang membuatnya mengurungkan ledakan laharnya dan ia tersenyum senang pada Tuti, sedangkan Tuti sudah lebih dari dua kali orgasme karena perbuatan Shanti didepan matanya daripada pompaan kontol Rahman di duburnya.
Ia menarik Shanti dan memaksa melumat mulut gadis itu, Shanti membuka mulutnya dan membiarkan cairan keputihan yang baru saja dijilat di liang anus Tuti mengalir jatuh kedalam mulut Tuti. Tuti merintih dan menikmati cairan itu, kemudian mereka saling membelit dan melumat. Tuti menggoyang berirama dan membuat Rahman menggerung seperti binatang terluka.
“Aaarrgghh.. Gilaa!!” teriak Rahman.
“Cepat, cepat!” teriak Tuti sambil mendorong Shanti.
Seperti sudah mengetahui apa yang harus dilakukannya Shanti segera menyurukkan wajahnya dan sedikit terlambat ketika Rahman memuntahkan pejuhnya didalam anus Tuti tapi laki-laki itu memaksa mencabutnya dan Shanti segera menangkap dengan mulutnya. Rahman memompanya dalam mulut Shanti seperti orang kesetanan dan cairan yang keluar seperti tidak ada habis-habisnya, Shanti kali ini menelan cairan itu, sebagian disekanya dengan tangannya kemudian disodorkan kepada Tuti dan wanita itu menjilat cairan itu dengan lahap.
Rahman berkelojotan seperti akan putus nyawanya, mulutnya mengeluarkan suara seperti orang sekarat. Ia benar-benar puas. Shanti menyelomoti kontolnya dengan ahli sekarang. Ia bisa merasakan jalaran lidah gadis itu menyapu permukaan topi bajanya dan keleher kontolnya yang paling peka, membuatnya melayang-layang dalam perasaan aneh yang membuat tubuhnya panas meriang. Setelah agak lama Rahman tumbang diatas ranjang.
“Aku bisa gila..” desahnya.
Rahman memandang Shanti yang sedang menjilati cairan pejuh di anus Tuti, ia bahkan mengorek-ngorek liang anus Tuti dengan lidahnya dan itu membuat Tuti menjerit-jerit kenikmatan dan kegelian, tapi Shanti seperti kesetanan dengan perbuatan joroknya. Shanti tidak peduli apa yang dijilatnya, ia hanya merasa ada sensasi aneh dengan melakukannya, ia merasa hebat dan ia merasa terangsang bukan main dengan apa yang diperbuatnya.
Shanti betul-betul pembersih, ia membuat liang memek dan anus Tuti berkilat karena jilatannya. Tak ada setetes-pun lendir disana kecuali bekas jilatan-jilatan lidahnya. Shanti puas dengan pekerjaannya. Ia memandang Tuti dengan penuh cinta ketika wanita itu menurunkan kakinya. Tuti merasa kakinya hendak copot karena pegal dan perutnya keram, tapi ia tersenyum letih pada Shanti. Ia membelai kepala gadis itu kemudian mereka saling melumat dan berpelukan dalam senyap, sementara Rahman dengan mulut ter-nganga mendengkur seperti babi.
“Aku cinta sama Mbak” bisik Shanti. Tuti tersenyum lembut.
“Aku juga mencintaimu Shan, kamu segalanya buatku” bisiknya.
“Jangan tinggalkan saya Mbak” Tuti menggeleng dalam diam. Tidak akan, pikirnya. Tidak akan pernah! Shanti menyusupkan kepalanya di payudara Tuti dan tidur lelap dalam kelelahan..
*****
“Wah segar sekali kamu kelihatannya?” kata Tuti sambil duduk disamping Shanti.
Gadis itu sedang melamun diteras belakang rumah Tuti sambil memandang kolam renang. Shanti terkejut sebentar tapi tersenyum manis. Wajahnya bersih dan segar, rambutnya yang panjang dibiarkan terurai dan pagi itu Shanti benar-benar cantik sekali. Ia memakai daster warna kuning dengan bunga-bunga kecil di bagian dada.
“Wah Mbak juga kelihatan cantik sekali!” seru Shanti.
Tak lama kemudian seorang wanita tua yang dikenal dengan mbok Iyem menaruh kopi susu dan roti panggang di meja kecil dihadapan mereka.
“Melamunin semalam ya?” bisik Tuti setelah pembantunya pergi. Shanti mencubit perut Tuti, membuat wanita itu tekikik geli.
“Aaahh Mbak! Malu nih..” rengek Shanti. Tuti tertawa lagi.
“Kok malu? Itu biasa kok, semua orang juga pasti melakukannya” kata Tuti sambil menyerahkan kopi susu kepada gadis itu.
“Tapi kan nggak kayak semalam Mbak. Aku malu dan risih sama Mbak..” kata Shanti.
Ia menghirup kopi susunya. Tuti tersenyum sambil minum juga.
“Aku kan sudah bilang, buat aku sama sekali nggak apa-apa. Malah aku senang sekali kamu juga merasakan kesenangan denganku” jawab Tuti.
“Tetap aku merasa malu, sebab itu kan suami Mbak”
“Jangan berkata seperti itu, yang aku inginkan cuma kebahagiaan dan kesenangan kita berdua Shan. Rahman memang sangat mencintaiku, dan aku juga sangat mencintainya, tapi aku juga sangat mencintaimu, kamu kan tahu itu?”
“Tapii.. Ah pokoknya entah bagaimana aku nanti kata orang. Bersetubuh dengan suami orang dan bersama pula!”
“Ah mana orang yang tahu? Sudahlah, pokoknya aku merasa sangat bahagia” kata Tuti.
Tuti membelai rambut Shanti.
“Apakah kamu tidak bahagia?”
“Aku bukan main bahagianya Mbak dan aku juga bingung bagaimana aku harus berterima kasih pada semua kebaikan Mbak” jawab Shanti.
“Jangan berkata begitu sayang, aku malah takut kamu menjadi marah padaku karena kejadian semalam keperawananmu hilang” kata Tuti sambil memandang Shanti.
“Ah buatku tidak masalah Mbak, yang penting enaakk.. Hi hi hi” Shanti merasa lucu sendiri, ia sama sekali tidak peduli dengan keperawanannya, masa bodo, pikirnya. Aku malah merasa aneh dan sangat ketagihan..
“Masih sakit?” tanya Tuti. Shanti menggeleng.
“Nggak, cuma tadi pagi perih waktu mau kencing. Mbak tidurnya enak sekali ya, tapi kok Oom Rahman udah menghilang sepagi itu?” tanya Shanti.
“Oh itu mah biasa Shan. Bisnisnya terlalu banyak dan seringnya malah jam dua pagi sudah pergi kalau mau keluar negeri” kata Tuti.
“Wah enak dong ya, Mbak pasti sudah sering keluar negeri”
“Yah hanya ke Singapura dan Malaysia saja, lainnya belum ada kesempatan” jawab Tuti tertawa.
“Nanti juga pada saatnya kita akan bisa pergi bersama-sama” lanjutnya.
“Wah tadi pagi mulutku baunya bukan main Mbak! Semalam ketiduran padahal belum gosok gigi” kata Shanti sambil cekikikan. Tuti tertawa juga.
“Aku juga! Uekh, aku pengen muntah saja tadi pagi, hi hi hi..” Tuti membuat wajahnya terlihat lucu.
“Tapi sekarang sudah nggak lagi kan?” lanjutnya sambil membuka mulutnya dan mendekatkan pada Shanti. Shanti mencium mulut Tuti dan melumatnya.
“Mmmhh.. Sedaapp..” desisnya.
“Udah ah, ntar kelihatan sama si Mbok bisa pingsan dia melihat kita ciuman begini” kata Tuti. Mereka tertawa.
“Apakah kamu nggak merasa jijik dengan perbuatan kita semalam?” tanya Tuti ingin tahu. Shanti memandangnya sambil menggeleng.
“Entahlah, aku malah kepengen lagi Mbak. Padahal tadi pagi aku berpikir betapa menjijikkannya perbuatan kita semalam, tapi mengapa aku merasa aneh dan terangsang setiap kali membayangkannya?” Shanti memang merasa bingung.

Tadi pagi ia merasa risih dan malu sekali mendapati dirinya bangun dari tidur dengan tubuh telanjang bulat diatas tubuh Tuti. Dan ia ingin muntah mendapati mulutnya bau sekali, tubuhnya berbercak-bercak putih seperti kerak dan ia yakin itu pejuh atau lendir Tuti atau bahkan miliknya sendiri. Tapi anehnya ia malah tersenyum waktu itu dan merasa jantungnya berdebar ketika membersihkan kerak-kerak itu dan merasakan kerak itu menjadi lendir kembali sewaktu kena air. Ia malah mencicipinya lagi sambil membayangkan apa yang dilakukannya semalam. Mungkin kalau menurut adat kampung perbuatannya semalam sudah termasuk katagori gila atau perempuan laknat, bersetubuh dengan suami orang, menciumi anus sesama jenis bahkan menjilatinya, oh itu sungguh bisa menimbulkan masalah yang luar biasa besarnya jika diketahui orang tuanya. Untung orang tuanya berada jauh sekali dari sini.

“Heh! Melamun lagi!” seru Tuti.
“Oh eh.. Ih Mbak ngagetin melulu!”
“Mikirin apa lagi?” tanya Tuti.
“Mikirin semalam kok Mbak mau saja sih ditusuk di pantat?” tanya Shanti. Tuti mengerling pura-pura marah.
“Kamu ini jorok ya, pagi-pagi sudah ngomong gituan..”
“Aaahh.. Ayo dong Mbak” rengek Shanti. Tuti mencubit pipi gadis itu.
“Ya mau saja, wong buatku enak sekali kok” jawab Tuti.
“Lho? Kan sakit Mbak?”
“Ndak lagi, malah aku sering sekali ngecret kalo dientot pantatku” jawab Tuti seenaknya.
“Dulu pertama kali memang sakit, tapi lama-lama malah enak, seperti mau berak rasanya. Rasanya mulas sewaktu kontol masuk kedalam sana”
“Astaga! Mbak ih, jorok..”
“Enaakk.. Kan kamu dulu yang mulaiin ngomong jorok” Tuti tersenyum genit.
“Sekali-kali aku pengen juga dientot di sana Mbak” kata Shanti tiba-tiba.
“Nanti juga kesampaian, dan kamu bisa ketagihan nanti. Apalagi kalau kita dientot dari depan dan belakang, wah rasanya semua laki-laki jadi budak nafsu kita. Kita bisa mati keenakan Shan!” kata Tuti. Shanti melotot.
“Gila! Masak ditusuk dari depan dan belakang?” Tuti baru mendengarnya lagi.
“Iya, dulu sekali aku pernah dientot 6 laki-laki Shan. Satu menusuk pantatku sambil nungging, sedangkan aku mengentoti kontol laki-laki dibawahku dengan memekku dan mulutku dientot dua kontol, dan dua kontol lagi mengentoti ketekku, wah aku merasa seperti mesin pejuh Shan, mereka semua menyemburkannya dimulutku, dipantatku, di memekku, di ketekku, di tetekku, di perut, di kaki, di paha, di wajah serta di rambutku!” Cerita Tuti kebablasan.

Shanti tegang sekali sehingga napasnya memburu. Ia terkejut mendapati Tuti begitu berpengalaman dengan laki-laki.
“Emang dulu Mbak.. “
“Ya aku dulu pelacur Shan. Pelacur idaman setiap laki-laki, bukan sombong, tapi penghasilanku dulu besar sekali. Karena aku selalu memuaskan setiap laki-laki dan aku selalu menuruti apa yang mereka inginkan. Kamu akan tahu laki-laki itu punya fantasi yang gila Shan. Mereka kebanyakan membayangkan kita-kita ini seperti binatang peliharaan mereka..” cerita Tuti lagi.
Shanti tegang mendengarkan.
“Dan kebetulan aku juga maniak seks, jadi aku juga merasa enak sekali, nafsu berahiku besar sekali Shan. Dulu aku begitu menghayati pekerjaanku, bayangkan saja, sudah dientot enak dapat uang pula!” lanjut Tuti.
“Mbak hebat sekali! Aku tidak pernah membayangkan Mbak jadi pelacur lho!” seru Shanti.
“Ssstt.. Pelan-pelan dong, kedengaran orang mati aku!” desis Tuti. Mereka tertawa.
“Tapi ada juga nggak enaknya, tapi umumnya aku puas dengan apa yang kuhasilkan dulu dan sekarang lebih enak lagi. Mendapatkan suami kaya dan gadis cantik seperti kamu yang..” Tuti menggantung kalimatnya.
“Yang apa?”
“Ah nggak jadi deh..”
“Aaahh ayo doongg..”
“Yang siap dientot dan mengentot!” bisik Tuti.
Shanti menjerit sambil mencubiti Tuti, mereka saling cubit mencubit sambil cekikikan. Tuti memang merasa bersyukur bukan main dengan keadaannya sekarang, tapi Shanti juga sangat bersyukur dengan apa yang didapatnya sekarang. Jadi kurang apa lagi?
“Ehh Mbak, nanti malam kalo Oom Rahman pulang kita lakukan hal yang semalam yuukk..?” kata Shanti memecahkan lamunan Tuti.
“Ahh.. Kamu masa sih tadi malam belum puas??”
“Aaahh.. Ayo doongg.. Mbak khan Shanti mau ngobain dientot lewat anus, seperti Mbak semalam?”
“Memangnya kamu udah siap dientot di pantat?? tanya Tuti meragukan perkataan Shanti.”
“Aku khan mau nyobain Mbak, abis Shanti lihat semalam Mbak sangat keenakkan sihh..?”
“Shan apa kamu engga takut sama kontolnya Oom Rahman? Khan kontolnya Oom Rahman besar sekali. Nanti anusmu bisa jebol lohh..!!?” kata Tuti meyakinkan kesungguhan Shanti.
“Engga aku sama sekali engga takut, masa kontol itu di anus Mbak bisa masuk di anus Shanti engga bisa??”
“Yaa bisa sihh.., tapi pertama-tama musti sedikit dipaksakan, dan lagi waktu pertama kali masuk wahh.. Sakitnya bukan main lohh..?”
“Tapi abis itu enak khan Mbak??”
“Iya sih, yaa kurang lebih sama lah waktu kamu kesakitan semalam, malahan bisa lebih sakit ke anus?”
“Pokoknya Shanti mau nyoba, tapi Mbak ajarin yaa..!!” Shanti memohon ke Tuti.
“Yaa udah bersiaplah nanti malam?”
Waktu terus berlalu, akhirnya malam-pun tiba. Shanti dan Tuti keduanya menunggui Rahman di ruang tamu. Mereka duduk-duduk disana sambil makan kue-kue kecil. Akhirnya pada jam 9.20 terdengar suara klakson mobil.
“Shan itu Oom Rahman pulang?” teriak Tuti.
“Ayu Mbak kita kedepan membukakan pintu?” kata Shanti sambil beranjak dari duduknya.
Lalu Tuti pun mengikutinya dari belakang. Setelah Rahman memarkir mobilnya di garasi, Tuti menutup pagar, lalu mereka bertiga masuk kedalam. Ketiganya langsung menuju ke kamar yang sudah disiapkan oleh Tuti.

Sesampainya disana Rahman langsung mencopot pakaiannya, terus ia beranjak ke kamar mandi untuk mandi. Sementara itu Shanti menunggunya dengan hati berdebar-debar. Sambil menunggu Rahman mandi, Tuti menyetel film biru. Shanti semakin terangsang melihat adegan-adegan pada film tersebut. Ia merasakan itilnya berdenyut-denyut, puting susunya mengeras. Melihat perubahan wajah dari gadis tersebut, Tuti yang sangat berpengalaman langsung saja melumat bibir gadis itu.

Perlahan-lahan Tuti mulai melepaskan pakaian Shanti. Gadis itu malah ikut membantu mengangkat pantatnya ketika Tuti melepaskan pakaiannya. Lalu setelah ia melepaskan pakaian gadis itu, ia-pun segera melepaskan pakaiannya. Akhirnya mereka berdua telanjang diatas ranjang tanpa mengenakan sehelai benang-pun. Bibir mereka saling melumat, tangan mereka saling meraba bagian-bagian sensitif, sehingga membuat mereka lebih terangsang.

Pada saat rangsangan mereka mencapai puncaknya, tiba-tiba Rahman keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk yang menutupi kemaluannya. Segera saja kedua perempuan tersebut menyambut Rahman, mereka melepaskan handuk yang melilit di pinggangnya, lalu Shanti dengan rakus langsung mengemut kontol laki-laki tersebut. Sementara itu Tuti sibut menjilati buah zakarnya. Lalu Tuti mengajak mereka semua pindah keranjang. Kemudian Rahman mencium belakang telinga Shanti dan lidahnya bermain-main di dalam kupingnya. Hal ini menimbulkan perasaan yang sangat geli, yang menyebabkan badan Shanti mengeliat-geliat. Mulut Rahman berpindah dan melumat bibir Shanti dengan ganas, lidahnya bergerak-gerak menerobos ke dalam mulut gadis itu dan menggelitik-gelitik lidahnya.

“Aaahh.., hmm.., hhmm”, terdengar suara menggumam dari mulut Shanti yang tersumbat oleh mulut Rahman. Mulut Rahman sekarang berpindah dan mulai menjilat-jilat dari dagu Shanti turun ke leher, kepala gadis belia itu tertengadah ke atas dan badan bagian atasnya yang terlanjang melengkung ke depan, ke arah Rahman, payudaranya yang kecil mungil tapi bulat kencang itu, seakan-akan menantang ke arah lelaki setengah baya tersebut.

Laki-laki itu langsung bereaksi, tangan kanannya memegangi bagian bawah payudara gadis tersebut, mulutnya menciumi dan mengisap-isap kedua puting itu secara bergantian. Mulanya buah dada Shanti yang sebelah kanan menjadi sasaran mulutnya. Buah dada Shanti yang kecil mungil itu hampir masuk semuanya ke dalam mulut Rahman yang mulai mengisap-isapnya dengan lahap. Lidahnya bermain-main pada puting buah dada Shanti yang segera bereaksi menjadi keras. Terasa sesak napas Shanti menerima permainan Rahman yang lihai itu. Badan Shanti terasa makin lemas dan dari mulutnya terus terdengar erangan,

“Ssshh.., sshh.., aahh.., aahh.., sshh.., sshh.., aduh Mbak aku engga kuat, sshh.., enaak.. Oom”, mulut Rahman terus berpindah-pindah dari buah dada yang kiri, ke yang kanan, mengisap-isap dan menjilat-jilat kedua puting buah dadanya secara bergantian. Badan Shanti benar-benar telah lemas menerima perlakuan ini. Matanya terpejam pasrah dan kedua putingnya telah benar-benar mengeras. Sementara itu Tuti terus bermain-main di paha Shanti yang mulus itu dan secara perlahan-lahan merambat ke atas dan, tiba-tiba jarinya menyentuh bibir kemaluan Shanti.

Segera badan Shanti tersentak dan, “Aaahh.., oohh.., Mbaak..!”.
Mula-mula hanya ujung jari telunjuk Tuti yang mengelus-elus bibir kemaluannya. Muka Shanti yang ayu terlihat merah merona dengan matanya yang terpejam sayu, sedangkan giginya terlihat menggigit bibir bawahnya yang bergetar. Kedua tangan Tuti memegang kedua kaki gadis itu, bahkan dengan gemas ia mementangkan kedua belah pahanya lebar-lebar. Matanya benar-benar nanar memandang daerah di sekitar selangkangan Shanti yang telah terbuka itu.

Nafas perempuan itu terdengar mendengus-dengus memburu. Shanti merasakan badannya amat lemas serta panas dan perasaannya sendiri mulai diliputi oleh suatu sensasi yang mengila, apalagi melihat tubuh Rahman yang besar berbulu dengan kemaluannya yang hitam, besar yang pada ujung kepalanya membulat mengkilat dengan pangkalnya yang ditumbuhi rambut yang hitam lebat terletak diantara kedua paha yang hitam gempal itu. Sambil memegang kedua paha Shanti dan merentangkannya lebar-lebar, Tuti membenamkan kepalanya di antara kedua paha Shanti. Mulut dan lidahnya menjilat-jilat penuh nafsu di sekitar kemaluan gadis belia tersebut yang yang masih rapat, tertutup rambut halus dan tipis itu. Shanti hanya bisa memejamkan mata, “Ooohh.., nikmatnya.., oohh!”, Shanti menguman dalam hati, sampai-sampai tubuhnya bergerak menggelinjang-gelinjang kegelian.
“Ooohh.., hhmm!”, terdengar rintihan halus, memelas keluar dari mulutnya.
“Mbaakk.., aku tak tahan lagi..!”, Shanti memelas sambil menggigit bibir.

Sungguh Shanti tidak bisa menahan lagi, dia telah diliputi nafsu birahi, perasaan nikmat yang melanda di sekujur tubuhnya akibat serangan-serangan mematikan yang dilancarkan Tuti dan Rahman yang telah bepengalaman itu. Namun rupanya mereka berdua itu tidak peduli dengan keadaan Shanti yang telah orgasme beberapa kali itu, bahkan mereka terlihat amat senang melihat Shanti mengalami hal itu. Tangannya yang melingkari kedua pantat Shanti, kini dijulurkan ke atas, menjalar melalui perut ke arah dada dan mengelus-elus serta meremas-remas kedua payudara Shanti dengan sangat bernafsu. Menghadapi serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Rahman dan Tuti ini, Shanti benar-benar sangat kewalahan dan kamaluannya telah sangat basah kuyup. “Mbaakk.., aakkhh.., aakkhh!”, Shanti mengerang halus, kedua pahanya yang jenjang mulus menjepit kepala Tuti untuk melampiaskan derita birahi yang menyerangnya, dijambaknya rambut Tuti keras-keras.

Gadis ayu yang lemah lembut ini benar-benar telah ditaklukan oleh permainan Tuti dan laki-laki setengah baya yang dapat sangat membangkitkan gairahnya. Tiba-tiba Tuti melepaskan diri, kemudian bangkit di depan Shanti yang masih tertidur di tepi ranjang, ditariknya Shanti dari atas ranjang dan kemudian Rahman disuruhnya duduk ditepi ranjang. Kemudian kedua tangan Tuti menekan bahu Shanti ke bawah, sehingga sekarang posisi Shanti berjongkok di antara kedua kaki berbulu lelaki tersebut dan kepalanya tepat sejajar dengan bagian bawah perutnya.

Shanti sudah tahu apa yang diinginkan kedua orang tersebut, namun tanpa sempat berpikir lagi, tangan Rahman telah meraih belakang kepalanya dan dibawa mendekati kontol laki-laki tersebut. Tanpa melawan sedikitpun Shanti memasukkan kepala penis Rahman ke dalam mulutnya sehingga kontol tersebut terjepit di antara kedua bibir mungil Shanti, yang dengan terpaksa dicobanya membuka mulut selebar-lebarnya, Lalu Shanti mulai mengulum alat vital Rahman dalam mulutnya, hingga membuat lelaki itu merem melek keenakan.

Benda itu hanya masuk bagian kepala dan sedikit batangnya saja ke dalam mulut Shanti yang kecil, itupun sudah terasa penuh benar. Shanti hampir sesak nafas dibuatnya. Kelihatan ia bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutnya. Terasa benar kepala itu bergetar hebat setiap kali lidah Shanti menyapu kepalanya. Sementara itu Tuti sibuk menjilati buah peler laki-laki tersebut. Kadang lidahnya menyapu anus suaminya itu.

Beberapa saat kemudian Rahman melepaskan diri, ia mengangkat badan Shanti yang terasa sangat ringan itu dan membaringkan di atas ranjang dengan pantat Shanti terletak di tepi ranjang, kaki kiri Shanti diangkatnya agak melebar ke samping, di pinggir pinggang lelaki tersebut. Kemudian Rahman mulai berusaha memasuki tubuh Shanti. Tangan kanan Rahman menggenggam batang penisnya yang besar itu dan kepala penisnya yang membulat itu digesek-gesekkannya pada klitoris dan bibir kemaluan Shanti, hingga Shanti merintih-rintih kenikmatan dan badannya tersentak-sentak. Rahman terus berusaha menekan kontolnya ke dalam kemaluan Shanti yang memang sudah sangat basah itu, akan tetapi sangat sempit untuk ukuran penis Rahman yang besar itu.

Pelahan-lahan kepala penis Rahman itu menerobos masuk membelah bibir kemaluan Shanti. Ketika kepala penis lelaki setengah baya itu menempel pada bibir kemaluannya, Shanti merasa kaget ketika menyadari saluran vaginanya ternyata panas dan basah. Kemudian Rahman memainkan kepala penisnya pada bibir kemaluannya yang menimbulkan suatu perasaan geli yang segera menjalar ke seluruh tubuhnya.

Dalam keadaan seperti itu, dengan perlahan Rahman menekan pantatnya kuat-kuat ke depan sehingga pinggulnya menempel ketat pada pinggul Shanti, rambut lebat pada pangkal penis lelaki tersebut mengesek pada kedua paha bagian atas dan bibir kemaluan Shanti yang makin membuatnya kegelian, sedangkan seluruh batang penisnya amblas ke dalam liang vagina Shanti.

Dengan tak kuasa menahan diri, dari mulut Shanti terdengar jeritan halus tertahan, “Aduuh!, oohh.., aahh”, disertai badannya yang tertekuk ke atas dan kedua tangan Shanti mencengkeram dengan kuat pinggang Rahman. Perasaan sensasi luar biasa bercampur sedikit pedih menguasai diri Shanti, hingga badannya mengejang beberapa detik.

Melihat keadaan itu, dengan sigap Tuti langsung menuju ke payudara gadis itu. Dikulumnya payudara Shanti yang sebelah kiri dengan mulutnya, lidahnya sibuk menyentik-yentik putingnya yang telah keras dan runcing itu. Sementara tangannya yang kanan sibuk memilin-milin puting susu yang sebelah kiri. Shanti semakin menggeliat. Kemudian Tuti pun berpindah ke puting sebelahnya. Perasaannya campur aduk, antara pedih dan nikmat.

Rahman cukup mengerti keadaan Shanti, ketika dia selesai memasukkan seluruh batang penisnya, dia memberi kesempatan kemaluan Shanti untuk bisa menyesuaikan dengan penisnya yang besar itu. Shanti mulai bisa menguasai dirinya. Beberapa saat kemudian Rahman mulai menggoyangkan pinggulnya, mula-mula perlahan, kemudian makin lama semakin cepat. Seterusnya pinggul lelaki setengah baya itu bergerak dengan kecepatan tinggi diantara kedua paha halus gadis ayu tersebut.

Shanti berusaha memegang lengan pria itu, sementara tubuhnya bergetar dan terlonjak dengan hebat akibat dorongan dan tarikan penis lelaki tersebut pada kemaluannya, giginya bergemeletuk dan kepalanya menggeleng-geleng ke kiri kanan di atas ranjang. Shanti mencoba memaksa kelopak matanya yang terasa berat untuk membukanya sebentar dan melihat wajah lelaki itu yang sedang menatapnya, dengan takjub. Shanti berusaha bernafas dan..

“Ooomm.., aahh.., oohh.., sshh”, erangnya sementara pria tersebut terus menyetubuhinya dengan ganas.
Shanti sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap kali Rahman menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding liang vaginanya, sungguh membuatnya melayang-layang dalam sensasi kenikmatan yang belum pernah dia alami. Setiap kali Rahman menarik penisnya keluar, Shanti merasa seakan-akan sebagian dari badannya turut terbawa keluar dari tubuhnya dan pada gilirannya Rahman menekan masuk penisnya ke dalam vaginanya, maka clitoris Shanti terjepit pada batang penis lelaki itu dan terdorong masuk kemudian tergesek-gesek dengan batang penis lelaki tersebut yang berurat itu. Hal ini menimbulkan suatu perasaan geli yang dahsyat, yang mengakibatkan seluruh badan Shanti menggeliat dan terlonjak, sampai badannya tertekuk ke atas menahan sensasi kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

Lelaki tersebut terus menyetubuhi Shanti dengan cara itu. Sementara tangannya yang lain tidak dibiarkan menganggur, dengan terus bermain-main pada bagian vagina Tuti dan menarik-narik klitorisnya, sehingga membuatnya menggeliat-geliat menahan nikmat. Shanti bisa melihat bagaimana batang penis yang hitam besar dari lelaki itu keluar masuk ke dalam liang kemaluannya yang sempit. Shanti selalu menahan nafas ketika benda itu menusuk ke dalamnya.

Kemaluannya hampir tidak dapat menampung ukuran penis Rahman yang super besar itu. Shanti menghitung-hitung detik-detik yang berlalu, ia berharap lelaki itu segera mencapai klimaksnya, namun harapannya itu tak kunjung terjadi. Ia berusaha menggerakkan pinggulnya, akan tetapi paha, bokong dan kakinya mati rasa. Tapi ia mencoba berusaha membuat lelaki itu segera mencapai klimaks dengan memutar bokongnya, menjepitkan pahanya, akan tetapi Rahman terus menyetubuhinya dan tidak juga mencapai klimaks.

Lalu tiba-tiba Shanti merasakan sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya, rasanya seperti ada kekuatan dahsyat pelan-pelan bangkit di dalamnya, perasaan yang tidak diingininya, tidak dikenalnya, keinginan untuk membuat dirinya meledak dalam kenikmatan. Shanti merasa dirinya seperti mulai tenggelam dalam genangan air, dengan gleiser di dalam vaginanya yang siap untuk membuncah setinggi-tingginya. Saat itu dia tahu dengan pasti, ia akan kehilangan kontrol, ia akan mengalami orgasme yang luar biasa dahsyatnya. Jari-jarinya dengan keras mencengkeram sprei ranjang, ia menggigit bibirnya, dan kemudian terdengar erangan panjang keluar dari mulutnya yang mungil, “Oooh.., ooh.., aahhmm.., sstthh!”.

Gadis ayu itu melengkungkan punggungnya, kedua pahanya mengejang serta menjepit dengan kencang, menekuk ibu jari kakinya, membiarkan bokongnya naik-turun berkali-kali, keseluruhan badannya berkelonjotan, menjerit serak dan.., akhirnya larut dalam orgasme total yang dengan dahsyat melandanya, diikuti dengan suatu kekosongan melanda dirinya dan keseluruhan tubuhnya merasakan lemas seakan-akan seluruh tulangnya copot berantakan. Shanti terkulai lemas tak berdaya di atas ranjang dengan kedua tangannya terentang dan pahanya terkangkang lebar-lebar dimana penis hitam besar Rahman tetap terjepit di dalam liang vaginanya.

Selama proses orgasme yang dialami Shanti ini berlangsung, memberikan suatu kenikmatan yang hebat yang dirasakan oleh Rahman, dimana penisnya yang masih terbenam dan terjepit di dalam liang vagina Shanti dan merasakan suatu sensasi luar biasa, batang penisnya serasa terbungkus dengan keras oleh sesuatu yang lembut licin yang terasa mengurut-urut keseluruhan penisnya, terlebih-lebih pada bagian kepala penisnya setiap terjadi kontraksi pada dinding vagina Shanti, yang diakhiri dengan siraman cairan panas. Perasaan Rahman seakan-akan menggila melihat Shanti yang begitu cantik dan ayu itu tergelatak pasrah tak berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus terkangkang dan bibir kemaluan yang kemerahan mungil itu menjepit dengan ketat batang penisnya yang hitam besar itu.

Tidak sampai di situ, beberapa menit kemudian Rahman membalik tubuh Shanti yang telah lemas itu hingga sekarang Shanti setengah berdiri tertelungkup di pinggir ranjang dengan kaki terjurai ke lantai, sehingga posisi pantatnya menungging ke arah lelaki tersebut. Kemudian Shanti merasakan Rahman menjilati liang anusnya dari atas dan lidahnya menusuk-nusuk lubang itu dengan ganas. Shanti mengerang, merintih, menjerit histeris karena gelombang orgasme melandanya tanpa ampun membuat perutnya mulas. Payudara Shanti yang menggantung itu tidak didiamkan. Segera saja Tuti tidur dibawah Shanti kemudian menyusu pada payudara gadis itu. Gadis itu semakin merasakan nikmat yang tak terbayangkan. Rahman melanjutkan kegiatannya itu dan sekarang dia melihat pantat gadis itu dan bagian anus Shanti sudah basah dengan ludahnya, sementara dengan ibu jarinya yang telah basah dengan ludah, mulai ditekan masuk ke dalam lobang anus Shanti dan diputar-putar di sana. Shanti terus mengeliat-geliat dan mendesah.

“Jaannggaann jaannggaan.. Aaadduuhh.. Aadduuhh.. Saakiitt.. Saakiitt..!” akan tetapi Rahman tidak menanggapinya dan terus melanjutkan kegiatannya.
Selang sesaat setelah merasa cukup membasahinya, Rahman sambil memegang dengan tangan kiri penisnya yang telah tegang itu, menempatkan kepala penisnya tepat di tengah liang masuk anus Shanti yang telah basah dan licin itu. Kemudian Rahman membuka belahan pantat Shanti lebar-lebar.
“Aaaduhh, janggaann! Sakkiit! Aaammpuunn, aammppuunn! Aagkkh.., Sakiitt.. Mbaakk..” Rahman mulai mendorong masuk, kemudian ia berhenti dan membiarkan kontol itu terjepit dalam anus Shanti.
“Tahan Shan, nanti kamu akan keenakan” bisik Tuti.
“Memang pertama-tama sakit, tapi nanti akan enak, tahan yaa.. Sayang..!”
Sementara itu Shanti menjerit-jerit dan menggelepar-gelepar kesakitan. Segera saja Tuti beralih ke klitoris gadis itu, lalu diemutnya klitoris gadis itu, sementara tangannya ia gunakan untuk mengocok di vagina Shanti agar rasa sakitnya hilang.
“Aduuh.. Sakkiit.. Oomm..” ketika kontol itu mulai masuk lagi anusnya.
“Tenang sayang nanti juga enggak sakit” jawab Rahman sambil terus melesakkan bagian kontolnya kepalanya sudah seluruhnya masuk ke pantat Shanti.
“Aduuhh.. Sakiitt..” jerit Shanti.
Bersamaan dengan itu kontol Rahman amblas dalam lobang anusnya yang sempit.
“Tenang Shan, nanti enak deh.. Aku jadi ketagihan sekarang” kata Tuti sambil mengelus rambut kemaluannya dan menggosok klitorisnya.
“Tuuh.. Kan sudah masuk tuh.. Enak kan nanti pantatmu juga terbiasa kok kayak pantatku ini” kata Tuti.
Shanti diam saja. Ternyata sakit kalo dimasukan melalui anus, pikirnya. Rahman mulai mengocok kontolnya di pantat Shanti.
“Pelan-pelan, Oomm.. Masih sakit” kata Shanti pada Rahman.
“Iya sayang enaakk.. Niihh.. Seempiitt..” kata Rahman.
Tuti yang berada di bawah sibuk menyedot klitorisnya dengan mulutnya dan mengocok liang vaginanya dengan tangannya, sehingga membuat Shanti semakin menggelinjang nikmat. Shanti meronta-ronta, sehingga semakin menambah gairah Rahman untuk terus mengocok di anusnya. Shanti terus menjerit, ketika perlahan seluruh penis hitam besar Rahman masuk ke anusnya.

“Aaauugghh..! Saakkiit..!” jerit Shanti ketika Rahman mulai bergerak pelan-pelan keluar masuk anus Shanti.
Akhirnya dengan tubuh berkeringat menahan sakit, Shanti terkulai lemas tertelungkup di atas badan Tuti kelelahan. Secara berirama Rahman menekan dan menarik penisnya dari lobang anus Shanti, dimana setiap kali Rahman menekan ke bawah, penisnya semakin terbenam ke dalam lobang anus gadis itu. Benar-benar sangat menyesakkan melihat penis besar hitam itu keluar masuk di anus Shanti. Terlihat kedua kaki Shanti yang terkangkang itu bergetar-getar lemah setiap kali Rahman menekan masuk penisnya ke dalam lobang anusnya. Dalam kesakitan itu, Shanti telah pasrah menerima perlakuan lelaki tersebut.

Tak lama kemudian mereka bertukar posisi, sekarang Rahman duduk melonjor di ranjang dengan penisnya tetap berada dalam lobang anus Shanti, sehingga badan Shanti tertidur terlentang di atas badan Rahman dengan kedua kakinya terpentang lebar ditarik melebar oleh kedua kaki Rahman dari bawah dan Tuti mengambil posisi di atas Shanti untuk menjilati vaginanya.

Tuti mulai mengocok tangannya keluar masuk kemaluan Shanti, yang sekarang semakin basah saja, cairan pelumas yang keluar dari dalam kemaluan Shanti mengalir ke bawah, sehingga membasahi dan melicinkan lobang anusnya, hal ini membuat penis Rahman yang sedang bekerja pada lobang anusnya menjadi licin dan lancar, sehingga dengan perlahan-lahan perasaan sakit yang dirasakan Shanti berangsur-angsur hilang diganti dengan perasaan nikmat yang merambat ke seluruh badannya.

Shanti mulai dapat menikmati penis besar laki-laki tersebut yang sedang menggarap lobang anusnya. Perlahan-lahan perasaan nikmat yang dirasakannya melingkupi segenap kesadarannya, menjalar dengan deras tak terbendung seperti air terjun yang tumpah deras ke dalam danau penampungan, menimbulkan getaran hebat pada seluruh bagian tubuhnya, tak terkendali dan meletup menjadi suatu orgasme yang spektakuler melandanya. Setelah itu badannya terkulai lemas, Shanti terlentang pasrah seakan-akan pingsan dengan kedua matanya terkatup.

Melihat keadaan Shanti itu semakin membangkitkan nafsu Rahman, lelaki tersebut menjadi sangat kasar dan kedua tangan Rahman memegang pinggul Shanti dan lelaki tersebut menarik pinggulnya keras-keras ke belakang dan “Aduuh.. Aaauugghh..!” keluh Shanti merasakan seakan-akan anusnya terbelah dua diterobos penis laki-laki itu yang besar itu. Kedua mata Shanti terbelalak, kakinya menggelepar-gelepar dengan kuatnya diikuti badannya yang meliuk-liuk menahan gempuran penis Rahman pada anusnya.

Dengan buasnya Rahman menggerakkan penisnya keatas bawah dengan cepat dan keras, sehingga penisnya keluar masuk pada anus Shanti yang sempit itu. Rahman merasa penisnya seperti dijepit dan dipijit-pijit sedangkan Shanti merasakan penis lelaki tersebut seakan-akan sampai pada dadanya, mengaduk-aduk di dalamnya, di samping itu suatu perasaan yang sangat aneh mulai terasa menjalar dari bagian bawah tubuhnya bersumber dari anusnya, terus ke seluruh badannya terasa sampai pada ujung-ujung jari-jarinya. Shanti tidak bisa menggambarkan perasaan yang sedang menyelimutinya, akan tetapi badannya kembali serasa mulai melayang-layang dan suatu perasaan nikmat yang tidak dapat dilukiskan terasa menyelimuti seluruh badannya.

Hal yang dapat dilakukannya pada saat itu hanya mengerang-erang, “Aaahh.. Ssshh oouusshh!” sampai suatu saat perasaan nikmatnya itu tidak dapat dikendalikan lagi serasa menjalar dan menguasai seluruh tubuhnya dan tiba-tiba meledak membajiri keluar berupa suatu orgasme yang dasyat yang mengakibatkan seluruh tubuhnya bergetar tak terkendali disertai tangannya yang menggapai-gapai seakan-akan orang yang mau tenggelam mencari pegangan. Kedua kakinya berkelejotan.

Lihat Juga :  Cerita Dewasa Kisah Seks Gadis Berjilbab

Dari mulut Shanti keluar suatu erangan, “Aaaduhh.. Laagii.. Laagii.. Oohh.. Ooohh..” Hal ini berlangsung kurang lebih 20 detik terus menerus. Sementara itu lelaki itu terus melakukan aktivitasnya, dengan memompa penisnya keluar masuk anus. Tuti yang sedari tadi mengocok kemaluan gadis itu menjadi sangat terangsang melihat ekspresi muka Shanti dan tiba-tiba Tuti merasakan bagian dalam vagina Shanti mulai bergerak-gerak melakukan pijitan-pijitan kuat pada jari-jarinya.

Gerakan kaki Shanti disertai goyangan pinggulnya mendatangkan suatu kenikmatan pada penis lelaki tersebut, terasa seperti diurut-urut dan diputar-putar. Tiba-tiba Rahman merasakan sesuatu gelombang yang melanda dari di dalam tubuhnya, mencari jalan keluar melalui penisnya yang besar itu, dan terasa suatu ledakan yang tiba-tiba mendorong keluar, sehingga penisnya terasa membengkak seakan-akan mau pecah dan..

“Aaaduuh..!” secara tidak sadar tangannya mencengkram erat badan Shanti dan pinggul Rahman terangkat ke atas, pinggulnya mendorong masuk penis terbenam habis ke dalam lobang anus Shanti, sambil menyemburkan cairan kental panas ke dalam lobang anus gadis itu. Menerima semburan cairan kental panas pada lobang anusnya, Shanti merasakan suatu sensasi yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, hanya reaksi badannya yang bergetar-getar dan ekspresi mukanya yang seakan-akan merasakan suatu kengiluan yang tak terbayangkan, diikuti badannya yang tergolek lemas, tanpa dapat bergerak. Shanti terlena oleh kedahsyatan orgasme yang dialami dan diterimanya dari mereka berdua.

Cerita Sex Terbaru Bercak Darah Perawan Gadis

$
0
0

Cerita Sex Terbaru Bercak Darah Perawan Gadis – Suatu hari aku mendapat perintah dari boss untuk mendatangi rumah Ibu Yuli, menurutnya antena parabola Ibu Yuli rusak tidak keluar gambar gara-gara ada hujan besar tadi malam. Dengan mengendarai sepeda motor Yamaha, segera aku meluncur ke alamat tersebut. Sampai di rumah Ibu Yuli, aku disambut oleh anaknya yang masih SMP kelas 2, namanya Anita. Karena aku sudah beberapa kali ke rumahnya maka tentu saja Anita segera menyuruhku masuk. Saat itu suasana di rumah Ibu Yuli sepi sekali, hanya ada Anita yang masih mengenakan seragam sekolah, kelihatannya dia juga baru pulang dari sekolah.

“Jam berapa sich Ibumu pulang, Nit..?”
“Biasanya sih yah, sore antara jam 5-an,” jawabnya.
“Iya, tadi Oom disuruh ke sini buat betulin parabola. Apa masih nggak keluar gambar..?”
“Betul, Oom… sampai-sampai Nita nggak bisa nonton Diantara Dua Pilihan, rugi deh..”
“Coba yah Oom betulin dulu parabolanya…” Lalu segera aku naik ke atas genteng dan singkat kata hanya butuh 20 menit saja untuk membetulkan posisi parabola yang tergeser karena tertiup angin.

Cerita Sex Terbaru Bercak Darah Perawan Gadis – Nah, awal pengalaman ini berawal ketika aku akan turun dari genteng, kemudian minta tolong pada Anita untuk memegangi tangganya. Saat itu Anita sudah mengganti baju seragam sekolahnya dengan kaos longgar ala Bali. Kedua tangan Anita terangkat ke atas memegangi tangga, akibatnya kedua lengan kaosnya melorot ke bawah, dan ujung krahnya yang kedodoran menganga lebar. Pembaca pasti ingin ikut melihat karena dari atas pemandangannya sangat transparan. Ketiak Nita yang ditumbuhi bulu-bulu tipis sangat sensual sekali, lalu dari ujung krahnya terlihat gumpalan payudaranya yang kencang dan putih mulus. Batang kemaluanku seketika berdenyut-denyut dan mulai mengeras. Sebuah pemandangan yang merangsang. Anita tidak memakai BH, mungkin gerah, payudaranya berukuran sedang tapi jelas kelihatan kencang, namanya juga payudara remaja yang belum terkena polusi. Dengan menahan nafsu, aku pelan-pelan menuruni tangga sambil sesekali mataku melirik ke bawah. Anita tampak tidak menyadari kalau aku sedang menikmati keindahan payudaranya. Tapi yah.. sebaiknya begitu. Gimana jadinya kalau dia tahu lalu tiba-tiba tangganya dilepas, dijamin minimal pasti patah tulang. Yang pasti setelah selamat sampai ke bumi, pikiranku jadi kurang konsentrasi pada tugas.

Aku baru menyadari kalau sekarang di rumah ini hanya ada kami berdua, aku dan seorang gadis remaja yang cantik. Anita memang cantik, dan tampak sudah dewasa dengan mengenakan baju santai ketimbang seragam sekolah yang kaku. Seperti biasanya, mataku menaksir wanita habis wajah lalu turun ke betis lalu naik lagi ke dada. Kelihatannya pantas diberi nilai 99,9. Sengaja kurang 0,1 karena perangkat dalamnya kan belum ketahuan.
“Oom kok memandang saya begitu sih.. saya jadi malu dong..” katanya setengah manja sambil mengibaskan majalah ke mataku.
“Wahh… sorry deh Nit… habis selama ini Oom baru menyadari kecantikanmu,” sahutku sekenanya, sambil tanganku menepuk pipinya.
Wajah Anita langsung memerah, barangkali tersinggung, emang dulu-dulunya nggak cakep.
“Idihh… Oom kok jadi genit deh..” Duilah senyumnya bikin hati gemas, terlebih merasa dapat angin harapan.
Setelah itu aku mencoba menyalakan TV dan langsung muncul RCTI Oke. Beres deh, tinggal merapikan kabel-kabel yang berantakan di belakang TV.
“Coba Nit.. bantuin Oom pegangin kabel merah ini…”
Dan karena posisi TV agak rendah maka Anita terpaksa jongkok di depanku sambil memegang kabel RCA warna merah. Kaos terusan Anita yang pendek tidak cukup untuk menutup seluruh kakinya, akibatnya sudah bisa diduga. Pahanya yang mulus dan putih bersih berkilauan di depanku, bahkan sempat terlihat warna celana dalam Anita. Seketika jantungku seperti berhenti berdetak lalu berdetak dengan cepatnya. Dan bertambah cepat lagi kala tangan Anita diam saja saat kupegang untuk mengambil kabel merah RCA kembali. Punggung tangannya kubelai, diam saja sambil menundukkan wajah. Aku pun segera memperbaiki posisi. Kala tangannnya kuremas Anita telah mengeluarkan keringat dingin. Lalu pelan-pelan kudongakkan wajahnya serta kubelai sayang rambutnya.
“Anita, kamu cantik sekali.. Boleh Oom menciummu?” kataku kubuat sesendu mungkin.
Anita hanya diam tapi perlahan matanya terpejam. Bagiku itu adalah jawaban. Perlahan kukecup keningnya lalu kedua pipinya. Dan setengah ragu aku menempelkan bibirku ke bibirnya yang membisu. Tanpa kuduga dia membuka sedikit bibirnya. Itu pun juga sebuah jawaban. Selanjutnya terserah anda.
Segera kulumat bibirnya yang empuk dan terasa lembut sekali. Lidahku mulai menggeliat ikut meramaikan suasana. Tak kuduga pula Anita menyambut dengan hangat kehadiran lidahku, Anita mempertemukan lidahnya dengan milikku. Kujilati seluruh rongga mulutnya sepuas-puasnya, lidahnya kusedot, Anita pun mengikuti caraku.
Pelan-pelan tubuh Anita kurebahkan ke lantai. Mata Anita menatapku sayu. Kubalas dengan kecupan lembut di keningnya lagi. Lalu kembali kulumat bibirnya yang sedikit terbuka. Tanganku yang sejak tadi membelai rambutnya, rasanya kurang pas, kini saat yang tepat untuk mulai mencari titik-titik rawan. Kusingkap perlahan ujung kaosnya mirip ular mengincar mangsa. Karena Anita memakai kaos terusan, pahanya yang mulus mulai terbuka sedikit demi sedikit. Sengaja aku bergaya softly, karena sadar yang kuhadapi adalah gadis baru berusia sekitar 14 tahun. Harus penuh kasih sayang dan kelembutan, sabar menunggu hingga sang mangsa mabuk. Dan kelihatannya Anita bisa memahami sikapku, kala aku kesulitan menyingkap kaosnya yang tertindih pantat, Anita sedikit mengangkat pinggulnya. Wah, sungguh seorang wanita yang penuh pengertian.
“Ahhh.. Ahhh..” hanya suara erangan yang muncul dari bibirnya kegelian ketika mulutku mulai mencium batang lehernya. Sementara tanganku sedikit menyentuh ujung celana dalamnya lalu bergeser sedikit lagi ke tengah. Terasa sudah lembab celana dalam Anita. Tanganku menemukan gundukan lunak yang erotis dengan belahan tepat ditengah-tengahnya. Aku tak kuasa menahan gejolak hati lagi, kuremas gemas gundukan itu. Anita memejamkan matanya rapat-rapat dan menggigit sendiri bibir bawahnya.
Hawa yang panas menambah panas tubuhku yang sudah panas. Segera kulucuti bajuku, juga celana panjangku hingga tinggal tersisa celana dalam saja. Tanpa ragu lagi kupelorotkan celana dalam Anita. Duilah.. Baru kali ini aku melihat bukit kemaluan seindah milik Anita. Luar biasa.. padahal belum ada sehelai bulu pun yang tumbuh. Bukitnya yang besar putih sekali. Dan ketika kutekuk lutut Anita lalu kubuka kakinya, tampak bibir kemaluannya masih bersih dan sedikit kecoklatan warnanya. Anita tidak tahu lagi akan keadaan dirinya, belaianku berhasil memabukkannya. Ia hanya bisa medesah-desah kegelian sambil meremasi kaosnya yang sudah tersingkap setinggi perut. Begitulah wanita. Gam-gam-sus (gampang gampang susah) apa sus-sus-gam (susah susah gampang).
Tidak sabar lagi aku membiarkan sebuah keindahan terbuka sia-sia begitu saja. Aku segera mengarahkan wajahku di sela-sela paha Anita dan menenggelamkannya di pangkal pertemuan kedua kakinya. Mulutku kubuka lebar-lebar untuk bisa melahap seluruh bukit kemaluan Anita. Bau semerbak tidak kuhiraukan, kuanggap semua kemaluan wanita yah begini baunya. Lidahku menjuluri seluruh permukaan bibir kemaluannya. Setiap lendir kujilati lalu kutelan habis dan kujilati terus. Kujilati sepuas-puasnya seisi selangkangan Anita sampai bersih. Lidahku bergerak lincah dan keras di tengah-tengah bibir kemaluannya. Dan ketika lidahku mengayun dari bawah ke atas hingga tepat jatuh di klitorisnya, Kujepit klitorisnya dengan gemas dan lidahku menjilatinya tanpa kompromi. Anita tak sanggup lagi untuk berdiam diri. Badannnya memberontak ke atas-bawah dan bergeser-geser ke kiri-kanan. Segala ujung syarafnya telah terkontaminasi oleh kenikmatan yang amat sangat dashyat. Sebuah kenikmatan yang bersumber dari lidahku mengorek klitorisnya tapi menyebar ke seantero tubuhnya. Anita sudah tidak mengenal lagi siapa dirinya, boro-boro mikir, untuk bernafas saja tidak bisa dikontrol. Aku jadi semakin ganas dan melupakan softly itu siapa.
Batang kejantananku sudah amat sangat besar bergemuruh seluruh isinya. Demi melihat Anita tersenggal-senggal, segera kutanggalkan modal terakhirku, celana dalam. Tanpa ba. bi. bu. be. bo segera kuarahkan ujung kemaluanku ke pangkal selangkangan Anita. Sekilas aku melihat Anita mendelik kuatir melihat perubahan perangaiku. Batang kemaluanku memang kelewatan besarnya belum lagi panjangnya yang hampir menyentuh pusar bila berdiri tegak. Anita kelihatannya ngeri dan mulai sadar ingatannya, kakinya agak tegang dan berusaha merapatkan kedua kakinya.
“Ampun Oom.. jangan Ooommm.. ampun Oommm.jangannn…” Tangan Anita mencoba menghalau kedatangan senjataku yang siap mengarah ke pangkal pahanya.
Merasa mendapat perlawanan, sejenak aku jadi agak bingung, tapi untunglah aku memiliki pengalaman yang cukup untuk menghadapinya. Segera aku meminta maaf sambil tanganku kembali membelai rambutnya yang terurai agak acak-acakan.
“Nita takut Oom. Nanti kalau Mama tahu pasti Nita dimarahin. Dan lagi Nita nggak pernah kayak ginian. Nita juga jadi malu..” Katanya setengah mau menangis dan membetulkan kaosnya untuk menutupi tubuhnya.
“Jangan kuatir Nit. Oom tidak bermaksud jahat terhadap kamu. Oom sayang sekali sama Nita. Dan lagi Nita jangan takut sama Oom. Semua orang cepat atau lambat pasti akan merasakan kenikmatan hubungan ‘beginian’. Jangan takut ‘beginian’ karena ‘beginian’ itu enak sekali.”
“Iya, tapi Nita nggak tahu harus bagaimana dan kenapa tahu-tahu Nita jadi begini..?” Air mata Anita mulai mengalir dari pojok matanya. Melihat itu aku segera memeluknya agar bisa menenangkannya.
Agak lama aku memberi ceramah dan teori edan secara panjang lebar, sampai akhirnya Anita bisa memahami seluruhnya. Dan sesekali senyumnya mulai muncul lagi.
“Coba sekarang Nita belajar pegang ‘anunya’ Oom, bagus khan,” aku meraih tangannya lalu membimbingnya ke batang kejantananku. Tangannya kaku sekali tapi setelah perlahan-lahan kuelus-eluskan pada batang kejantananku, otot tangannya mulai mengendor. Lalu tangannya mulai menggenggam batang kejantananku. Pelan-pelan tangannya kutuntun maju-mundur. Kelembutan tangannya membuat batang kejantananku mulai bergerak membesar, sampai akhirnya tangan Anita tidak cukup lagi menggenggamnya. Dan Anita kelihatan menikmatinya, tanpa kuajari lagi tangannya bergerak sendiri.
“Ahhh.. enak sekali Nit.. aaahhh.. kamu memang anak yang pintar.. ahhhh..” mulutku tak sanggup menahan kenikmatan yang mulai menjalari seluruh syarafku. Sementara itu tangan kiriku mulai meremas payudaranya yang masih tertutup kaos Bali yang tipis. Belum pernah aku meremas payudara sekeras milik Anita. Tangan kananku yang satu meraih kepalanya lalu dengan cepat kulumat bibirnya. Lidahku menjulur keluar menelusuri setiap sela rongga mulutnya. Hingga akhirnya lidah Anita pun mengikuti yang kulakukan. Dari matanya yang terpejam aku bisa merasakan kenikmatan tengah membakar tubuhnya.
Segera aku meminta Anita untuk melepas kaosnya agar lebih leluasa. Dan tanpa ragu-ragu Anita segera berdiri lalu menarik kaosnya ke atas hingga melampaui kepalanya. Batang kejantananku semakin berdenyut-denyut menyaksikan tubuh mungil Anita tanpa mengenakan selembar benang. Tubuhnya yang sintal dan putih bersih membakar semangatku. Betul-betul sempurna. Kedua payudaranya menggelembung indah dengan puting yang mengarah ke atas mengingatkanku pada payudara Holly Hart (itu lho salah satu koleksi Playboy).
“Nit, tubuhmu luar biasa sekali.. Hebat!” Pujianku membuat wajahnya memerah barangkali menahan malu.
“Oomm, boleh nggak Anita mencium ‘itu’nya Oom?” Anita tersipu-sipu menunjuk ke selangkanganku. Rasanya tidak etis kalau aku menolaknya. Lalu sambil duduk di sofa aku menelentangkan kedua kakiku.
“Tentu saja boleh kalau Anita menyukainya..” Kubikin semanis mungkin senyumku. Anita pun mengambil posisi dengan berjongkok lalu kepalanya mendekati selangkanganku. Mulanya hanya mencium dan mengecup seputar kepala batang kejantananku. Pelan-pelan lidahnya mulai ikut berperan aktif menjilat-jilatinya. Anita kelihatan keenakan mendapat mainan baru. Dengan rakus lidahnya menyusuri sekeliling batang kejantananku. Sensasi yang luar biasa membuatku gemas meremasi kedua payudaranya.
“Aaduuhhh… enak sekali Nit.. Teruss.. Nitt, coba ke sebelah sini,” kataku sambil menunjuk ke buah pelirku. Anita segera paham lalu mejulurkan lidahnya ke pelirku. Anita menggerakkan lidahnya ke kanan-kiri atas-bawah.
“Oomm, ke kamar Nita aja yuk biar nggak gerah..” Sahutnya mengajak ke kamarnya yang ber-AC.
“Terserah Nita aja dehh..” balasku.
Begitu Anita merebahkan tubuhnya ke spring bed, aku tidak mau menunggu terlalu lama untuk merasakan tubuh indahnya. Segera kutindih dan kucumbui. Sekujur tubuhnya tak ada yang kusia-siakan. Terutama di payudaranya yang aduhai. Tanganku seakan tak pernah lepas dari liang kewanitaannya. Setiap tanganku menggosok klitorisnya, tubuh Anita menggerinjal entah mengapa. Sementara itu batang kejantananku seperti akan meledak menahan tekanan yang demikian besarnya.
Akhirnya kutuntun batang kejantananku ke arah liang kewanitaan Anita. Liang kewanitaan Anita yang telah kebanjiran sangat berguna sekali, bibir kemaluannya yang kencang memudahkan batang kejantananku menyelinap ke dalam. Sedikit-sedikit kudorong maju. Dan setiap dorongan membuat Anita meremas kain sprei. Kalau Anita merasa seperti kesakitan aku mundur sedikit, lalu maju lagi, mundur sedikit, maju lagi, mundur, maju, mundur, maju, “blesss…” Tak kusangka liang kewanitaan Anita mampu menerima batang kejantananku yang keterlaluan besarnya. Begitu amblas seluruh batang kejantananku, Anita menjerit kesakitan. Aku kurang menghiraukan jeritannya. Kenikmatan yang tak ada duanya telah merasuki tubuhku. Tapi aku tetap menjaga irama permainanku maju-mundur dengan perlahan. Menikmati setiap gesekan demi gesekan. Liang senggama Anita sempit sekali hingga setiap berdenyut membuatku melayang. Denyutan demi denyutan membuatku semakin tak mampu lagi menahan luapan gelora persetubuhan. Terasa beberapa kali Anita mengejankan liang kewanitaannya yang bagiku malah memabukkan karena liang kewanitaannya jadi semakin keras menjepit batang kejantananku. Erangan, rintihan, dan jeritan Anita terus menggema memenuhi ruangan. Rupanya Anita pun menikmati setiap gerakan batang kejantananku. Rintihannya mengeras setiap batang kejantananku melaju cepat ke dasar liang senggamanya. Dan mengerang lirih ketika kutarik batang kejantananku. Hingga akhirnya aku sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi.
Ketika batang kejantananku melaju dengan kecepatan tinggi, meledaklah muatan di dalamnya. batang kejantananku menghujam keras, dan kandas di dasar jurang. Anita pun melengking panjang sambil mendekap kencang tubuhku, lalu tubuhnya bergetar hebat. Sebuah kenikmatan tanpa cela, sempurna
Keesokkan harinya aku mendapat telepon dari Ibu Yuli. Perasaanku mendadak tegang dan kacau, kuatir beliau mengetahui skandalku dengan anaknya. Mulanya aku tidak berani menerimanya, tapi daripada Ibu Yuli nanti ngomongin semua perbuatanku pada teman sekerjaku, terpaksa kuterima teleponnya dengan nada gemetar.
“Hallooo.. apa kabar Bu Yuli.”
“Oh baik, terima kasih lho, parabola Ibu sekarang sudah bagus, dan sekalian Ibu mau nanyakan ongkos servisnya berapa.. ”
“Ah. nggak usah deh, Bu.. Cuman rusak sedikit kok, hanya karena kena angin jadi arahnya berubah.”
“Jangan begitu, nanti Ibu nggak mau nyervis ke tempatmu lagi lho.”
“Wah.. tapi saya cuman sebentar saja kerjanya.”
“Iya, bagaimanapun khan kamu sudah keluar keringat, jadi ibu mesti bayar. Nanti siang yach, kamu ke rumah ibu. Ibu tunggu lho.”
“Iya dech kalau Ibu maunya begitu, tapi sebelumnya terima kasih, Bu.”
Begitulah akhirnya aku nongol lagi di rumah Ibu Yuli. Lagi-lagi Nita yang menerimaku.
“Wah, terlambat Oom. Ibu dari tadi nungguin Oom datang. Barusan saja Ibu pergi arisan ke kantornya. Tapi masuk saja Oom, soalnya ada titipan dari ibu.”
Sampai di dalam, kelihatannya Nita tengah belajar bersama dengan teman-temannya. Ada 3 orang cewek sebayanya lagi asyik membahas soal Fisika. Dan kedatanganku sedikit memecah konsentrasi mereka. Kuamati sekilas teman Nita kok cakep-cakep yach. Aku membalas sapaan mereka yang ramah.
“Kenalin ini Oom gue yang baru datang dari Jawa Tengah.”
Kaget juga aku dikerjain Nita. Satu persatu kusalami mereka, Lusi, Ita, dan Indra. Senyum mereka ceria sekali. Di usia mereka memang belum mengenal kepahitan hidup. Semuanya serba mudah, mau ini tinggal bilang ke mama, mau itu tinggal bilang ke papa. Dasar anak keju. Ketiganya memang jelas kelihatan anak orang kaya. Penampilan, gaya, dan kulit mulus mereka yang membedakan dari orang miskin. Lusi punya lesung pipit seperti aktris Italy. Ita wajahnya mengingatkanku pada seorang aktris sinetron yang lemah lembut, tapi yang ini agak genit. Indra yang berbadan paling besar mirip seorang aktris Mandarin. Persis aktris-aktris lagi makan rujak bareng. Habis aku paling bingung kalau mendeskripsikan wanita cantik, rasanya nggak cukup selembar folio.
Aku menurut saja ketika tanganku di seret ke dalam oleh Nita sambil berpamitan pada temannya mau mengantar Oomnya ke kamar. Dan setelah mengunci pintu kamar, kekagetanku tambah satu lagi. Tubuhku langsung direbahkan ke kasur, lalu menindihku sambil mulutnya menciumiku.
“Oom, Nita mau lagi.” rengeknya manja. Ya, ampun sungguh mati aku nggak bisa menolaknya. Aku pun segera membalas ciumannya. Nafsu birahiku menanjak tajam. Anita yang masih mengenakan seragam SMP-nya terguling ke samping hingga giliranku yang di atas. Kancing bajunya satu demi satu kulepas. Buah dadanya yang terbungkus BH kuremas dengan gemas. Dari leher hingga perutnya kutelusuri agak brutal. Dan Nita yang meronta-ronta tak kuberi ampun sedikitpun. Kakinya mengangkang lebar kala tanganku mulai merambat ke atas pahanya dan berhenti tepat di tengah selangkangan. Gundukan kemaluan yang empuk membuat tanganku gemetar kala meremasnya. Dan jari tengahku mencongkel sebuah liang yang menganga di tengahnya. Celana dalam Nita mulai lembab kelihatannya tak tahan menghadapi serangan yang bertubi-tubi.
Akupun sangat merindukan Nita, hingga rasanya tak sabar lagi untuk segera menancapkan batang kemaluanku. Segera kupeloroti celana dalamnya setelah roknya kusingkap ke atas. Kerinduan akan baunya yang khas membuat kepalaku tertarik ke arah kemaluan Nita, lalu kubenamkan di sela pahanya. Mulutku memperoleh kenikmatan yang tiada tara kala mengunyah dan memainkan bibirku pada bibir kemaluannya. Nita pun semakin menggila gerakannya apalagi bila lidahku mengorek-ngorek isi kemaluannya. Nikmat sekali rasanya. Klitorisnya yang menyembul kecil jadi sasaran bila Nita menghentak badannya ke atas. Sepertinya Nita sudah ‘out of control’ karena tangannya dengan kacau meremas segala yang dapat diraih. Demikian juga halnya denganku, entah berapa cc cairan memabukkan yang telah kureguk.
Batang kemaluanku yang sudah ‘maximal’ kuarahkan ke liang senggama Nita. Sekilas kulihat Nita menggigit bibirnya sendiri menanti kedatangan punyaku. Akupun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang sangat langka ini. Benar-benar kunikmati tiap tahapan batangku melesak ke dalam liang kemaluannya. Sedikit demi sedikit batang kemaluanku kutekan ke bawah. Indah sekali menyaksikan perubahan wajah Nita kala makin dalam kemaluanku menelusuri liang kemaluannnya. Akhirnya, “Blesss..”
Habis sudah seluruh batang kemaluanku terbenam ke liang kenikmatannya. Selanjutnya dengan lancar kutarik dan kubenamkan lagi. Makin lama makin asyik saja. Memang luar biasa kemaluan Nita, begitu lembut dan mencengkeram. Ingin rasanya berlama-lama dalam liang kemaluannya. Semakin lama semakin dahsyat aku menghujamkan batangku sampai Nita menjerit tak kuasa menahan kenikmatan yang menjajahnya. Hingga akhirnya Nita berkelojotan sambil meremas ganas rambutku. Wajahnya tersapu warna merah seakan segenap pembuluh darahnya menegang kencang, hingga mulutnya meneriakkan jeritan yang panjang. Kiranya Nita tengah mengalami puncak orgasme yang merasuki segenap ujung syarafnya.
Menyaksikan pemandangan seperti ini membuatku makin cepat mengayunkan batang kemaluanku. Dan rasanya aku tak bisa menahan lebih lama lagi, lebih lama lagi.., lebih lama lagi. Secepatnya kucabut batang kemaluanku dan segera kuarahkan ke mulut Nita. Nita agak gugup menerima batang kemaluanku. Tapi nalurinya bekerja dengan baik, mulutnya segera menganga dan langsung mengulum batang kemaluanku. Dan kala aku meledakkan lahar, lidahnya menjilati sekujur batang kemaluanku. Tubuhku rasanya langsung luruh, tenagaku terkuras habis-habisan. Beberapa kali batang kemaluanku mengejut dan mengeluarkan lahar. Oh, my God..
Keasyikanku berdua dengan Nita membuat kami tidak merasakan jam yang terus berjalan. Tidak terasa hampir 3 jam kami meninggalkan teman-teman Nita di luar. Sekilas terdengar suara kasak-kusuk, seperti ada orang lagi mengintip perbuatan kami. Tapi saking asyiknya menikmati tubuh Nita, aku jadi tak mempedulikannya. Kulirik Nita masih tergolek tanpa penutup apa-apa dengan tubuh terlentang kelelahan. Wajahnya yang terlihat polos sangat indah dengan paduan tubuh kecil yang mulus. Kakinya masih membuka lebar, seperti sengaja memamerkan keindahan lekukan di selangkangannya. Gundukan kemaluannya memang belum berbulu sehingga jelas kelihatan bibir kemaluannya yang merah muda.
“Nit, teman-temanmu kelihatannya lagi pada ngintip lho.” kataku berbisik di telinganya.
“Hehhh..?” jawabnya sambil segera menutupi tubuhnya dengan selimut.
“Teman-temanmu…” sekali lagi aku meyakinkannya sambil menunjuk ke pintu.
“Wwaduhh, gimana nich.. Oom.”
“Tenang aja, cepat pakai baju lagi dan seakan-akan nggak ada apa-apa, okey?”
“Tapi Nita jadi malu sama mereka dong,” katanya manja dan wajahnya berubah merah sekali.
“Sudah dech jangan dipikirin, anggap aja kita nggak tahu kalau mereka pada ngintip.”
Akhirnya kami keluar kamar juga, dan teman-teman Nita kelihatan sekali pura-pura sibuk mengerjakan soal-soal. Terlebih wajah mereka bertiga tersapu rona merah, dan tampak menahan senyum. Wah agak grogi juga aku untuk menyapa mereka. Sekali lagi aku tertolong oleh usiaku yang jauh di atas mereka. Kata orang langkah awal memang sulit untuk dilakukan.
“Hallo, belum selesai nich soal-soalnya?” kata awal yang akhirnya meluncur juga.
“Iya Oomm..” seperti koor mereka menjawab serentak. Dan makin memperlihatkan kegugupan mereka.
Boleh juga nich. Dan ide-ide cemerlang pun segera bermunculan, barangkali tidak terpikirkan oleh seorang Einstein.
“Sebaiknya istirahat dulu biar fresh pikiran kita, jadi nanti kita akan dengan mudah mengerjakan soal-soal rumit kayak gitu,” Saranku menirukan seorang psikiater. Sebab menurut hematku mereka pasti juga turut terangsang mengintip perbuatan kami. Dengan kata lain mereka menyetujui perbuatan itu, kalau nggak setuju yach jelas nggak mau ngintip. Jadi kesimpulannya kalau mereka mau mengintip berarti juga mau untuk berbuat seperti itu.
“Begini, Oom tahu kalau kalian tadi ngintip Oom di kamar. Tapi kalian tidak perlu kuatir sama Oom. Oom nggak marah kok. Malah senang bisa memberi kalian pelajaran baru. Tapi Oom juga kepingin lihat kalian telanjang juga dong, biar adil namanya. Iya, nggak.?”
Seketika wajah mereka bertambah merah padam, antara malu dan takut.
“Maaf Oom, tadi kami tidak sengaja mengintip.” kata Indra ketakutan sambil merapatkan pahanya.
“Baiklah kalau begitu Oom tidak mau memaksa kalian, Oom juga sayang sama kalian. Kalian semua cantik-cantik. Sekarang daripada kalian ngintip, Oom nggak keberatan untuk nunjukin burung oom. Lihat yach dan kalian semua harus memegangnya. Yang nggak mau megang nanti Oom telanjangin!” Suaraku bertambah nada ancaman. Dan aku pun segera membuka reitsleting celana sekaligus memelorotkannya berikut celana dalam, hingga burungku yang ngaceng melihat kepolosan mereka langsung nyelonong keluar. Serempak Indra, Lusi, dan Ita menutup wajah mereka. Aku acuh saja mendekati mereka satu persatu dan menarik tangannya untuk memegang burungku. Mulanya tangan mereka kaku sekali tapi jadi mengendur kala menempel burungku.
Nita yang sedari tadi hanya menonton langsung memprotes kelakuanku.
“Sudahlah Oom jangan begitu, lebih baik kita semua telanjang bersama saja, itu memang yang paling adil. Lagian kita juga sudah biasa mandi bersama kok, iya khan teman-teman.”
Indra, Lusi, dan Ita diam saja tampak malu-malu mempertimbangkan tawaran Nita.
“Baiklah karena diam berarti kalian setuju. Ayo dong Lus, biasanya kamu yang paling suka membukakan bajuku.” Kata Nita sambil menghampiri lalu merangkul Lusi.
“Iya dech saya setuju, tapi asal yang lain juga setuju lho.” Lusi mengumpan lampu kuning.
“Oke, Saya juga setuju agar konsekuen dengan perbuatan kita.” Ita menimpalinya.
“Demi kalian aku juga boleh-boleh saja.” Akhirnya Indra juga memberi keputusan yang melegakan hatiku.
“Nach begitu baru kompak namanya. Yuk kita bareng-bareng ke kamar aja..” Sahut Nita.
Jantungku bergerak kencang sekali, membuat langkahku limbung. Di depanku berjalan 4 cewek imut-imut alias ABG, Nita dan ketiga temannya, Indra, Lusi, dan Ita, menuju kamar Nita. Mulanya bingung harus bagaimana, tapi situasi yang memaksaku berbuat spontan saja. Mereka semua kusuruh duduk berjejer di tepi ranjang.
“Begini, kalian semua nggak perlu takut sama Oom. Oom nggak mungkin menyakiti kalian, kita sekarang akan bermain dalam dunia yang baru, yang belum pernah kalian rasakan. Kalian tak perlu malu, kalian tinggal menuruti apa saja yang Oom perintahkan. Sekali lagi rileks saja, anggaplah kita sedang menjalani pengalaman yang luar biasa.”
Banyak sekali sambutan pembukaan yang keluar begitu saja dari mulutku, untuk meyakinkan mereka dan agar nanti tidak kacau. Akhirnya mereka menganggukkan kepala satu persatu sebagai tanda setuju. Di wajah mereka mulai muncul senyum-senyum kecil, tetapi jelas tak bisa menyembunyikan rasa malunya. Wajah mereka memerah kala aku mengucapkan kata-kata yang berbau gituan.
Singkat kata kusuruh mereka semua berdiri berhadapan, berpasangan. Nita memilih Indra sebagai pasangannya, sedang Lusi dengan Ita. Padahal batang kejantananku sudah gemetaran ingin segera melabrak mereka, tetapi nalarku yang melarangnya.
“Sekarang kalian coba saling membukakan baju pasangan kalian sampai tinggal BH dan celana dalam saja. Biar nanti sisanya Oom yang bukain.”
Mulanya mereka ragu bergerak, untunglah ada Nita yang berpengalaman dan Ita yang agresif sekaligus paling cantik dan menggiurkan. Ita memang lebih menonjol dari semuanya, badannya yang bagus tergambar dalam baju tipisnya, hingga BH-nya menerawang membentuk gundukan yang sempurna. Nita dan Ita tampak tertawa kecil membuka kancing baju temannya yang tak bisa mengelak lagi. Dan tentu saja Indra membalas perbuatan Nita, demikian pula Lusi. Wah, tak kusangka jadi meriah sekali persis seperti lomba makan krupuk. Hatiku bersorak girang melihat mereka saling berebut melepas baju pasangannya. Sementara itu otakku terus berputar mencari solusi terbaik untuk step berikutnya, selalu saja setiap cara ada kemungkinan terjadi penolakan. Sebaiknya harus selembut mungkin tindakanku.
Pasangan Nita dan Indra kelihatan kompak, hingga tak banyak waktu mereka berdua telah telanjang, hanya BH dan celana dalam saja yang menempel di badannya. Untuk Nita tak perlu kuceritakan lagi, lagian para pembaca juga sudah pernah ikut menikmati keindahan tubuhnya pada episode yang lalu. Sedang Indra yang berbadan putih mulus masih malu-malu saja, sambil menutupi selangkangannya dengan tangan kanan ikut menonton Ita dan Lusi yang belum selesai. Sementara itu, Ita dan Lusi sampai bergulingan di lantai. Kelihatannya Lusi menolak dibuka rok bawahnya, tapi Ita tetap ngotot menelanjanginya. Nita dan Indra turut tertawa menonton pergulatan seru itu. Dan karena gemas melihat Ita kewalahan atas pemberontakan Lusi, Nita dan Indra segera bergerak membantu Ita dengan memegangi kaki Lusi yang tengah menendang-nendang. Secepat kilat Ita memelorotkan rok bawah Lusi sampai terlepas.
“Heehhh.. kalian curanggg.. Nggak mau, Lusi nggak mau sama kalian lagi..” Lusi berteriak dengan sengit dan seperti mau menangis.
“Tenang Lusi, kita kan lagi bersenang-senang sekarang, dan lagi kenapa kamu mesti seperti itu. Bukankah kamu sendiri tadi sudah ikut setuju. Dari tadi kan Oom nggak memaksa kamu. Yang penting kita tidak akan menceritakan kejadian ini pada siapa pun. Hanya kita-kita saja yang tahu. Kalau kamu malu itu salah. Percaya deh sama Oom.”
Untunglah saranku kelihatannya dapat diterima, apalagi melihat Ita segera membuka bajunya sendiri yang kusut sekali. Satu persatu kancing bajunya dibuka, dan sekali melorot sekujur keindahan tubuhnya terpampang. Tak kusangka Ita terus melepas BH-nya, kemudian membungkuk dan melepas celana dalamnya. Seketika jantungku berhenti berdetak, seluruh susunan syarafku mengeras, sampai dada ini seperti mau meledak. Sebuah pemandangan yang menakjubkan terpampang begitu saja di depanku.
“Luar biasa.. Hebat.. Nah dengan begini berarti Lusi nggak boleh ngambek lagi lho. Lihat Ita telah membayar kontan. Yuk kalian semua sekarang duduk lagi di ranjang sini.” Segera mereka sekali lagi menuruti perintahku. Aneh memang, selama ini aku nggak pernah kenal sama ilmu-ilmu gaib seperti di Mak Lampir, tetapi kenyataannya kok bisa mereka begitu saja patuh padaku.
“Nah sekarang kalian semua berbaring,” Mereka patuh lagi. Dengan kaki terjuntai di lantai mereka semua membaringkan tubuhnya.
“Sekarang kalian diam saja, Oom akan memberi sesuatu pengalaman baru seperti yang kalian tonton waktu Oom sama Nita. Kalian tinggal menikmati saja sambil menutup mata kalian biar lebih konsentrasi.” Sengaja aku menjatuhkan pilihan pertama pada Lusi.
Perlahan-lahan kubuka celana dalamnya, kakinya agak menegang. Sedikit demi sedikit terus kutarik ke bawah. Segundukan daging mulai terlihat. Detak jantungku kembali berdegup cepat. Dan lepaslah celana dalamnya tanpa perlawanan lagi. Gundukan bukit kecil yang bersih, dengan bulu-bulu tipis yang mulai tumbuh di sekelilingnya, tampak berkilatan di depanku. Sedikit kurentang kedua kakinya hingga terlihat sebuah celah kecil di balik bukit itu. Lalu dengan kedua jempol kubuka sedikit celah itu hingga terlihat semua isinya. Aku sampai menelan air liurku sendiri demi melihat liang kewanitaan Lusi. Kudekatkan kepalaku agar pemandangannya lebih jelas. Dan memang indah sekali. Aku tak bisa menahan lagi, segera kudekatkan mulutku dan kulumat dengan bibir dan lidahku. Rakus sekali lidahku menjilati setiap bagian liang kewanitaan Lusi, rasanya tak ingin aku menyia-nyiakan kesempatan. Dan tiap lidahku menekan keras ke bagian yang menonjol di pangkal liang kewanitaannya, Lusi mendesis kegelian. Kombinasi lidah dan bibir kubuat harmonis sekali. Beberapa kali Lusi mengejangkan kakinya. Aku tak peduli akan semerbak bau yang khas memenuhi seputar mulutku. Malah membuat lidahku bergerak makin gila. Kutekankan lidahku ke lubang liang kewanitaan Lusi yang sedikit terbuka. Rasanya ingin masuk lebih dalam lagi tapi tak bisa, mungkin karena kurang keras lidahku. Hal ini membuat Lusi beberapa kali mengerang keenakan.
“Aduhhh.. Oommm.. enakkk sekali.. terusss Oomm.. ohhh…” Mulut Lusi mendesis-desis keenakan. Dan setiap lidahku menerjang liang kewanitaannya, Lusi menghentakkan pinggulnya ke atas, seakan ingin menenggelamkan lidahku ke dalam liang kewanitaannya. Banyak sekali cairan kental mengalir dari liang kewanitaannya, dan seperti kelaparan aku menelan habis-habisan. Persis seperti orang sedang berciuman, cuma bedanya bibirku kali ini mengunyah bibir liang kewanitaan Lusi hingga mulutku berlepotan lendir.
Ita yang berbaring di sebelah Lusi tampak gelisah, beberapa kali kulihat dia merapat-rapatkan pahanya sendiri. Rupanya dia ikut hanyut melihat permainanku. Diantara mereka berempat, dia memang yang tercantik. Karena itulah mungkin yang membuatnya sedikit genit, lebih matang, dan lebih ‘berbulu’. Hebat nian, anak SMP liang kewanitaannya sudah selebat itu. Sambil mulutku bermain di liang kewanitaan Lusi, sedari tadi mataku terus memperhatikan liang kewanitaan Ita. Beberapa kali tanganku ingin meremasnya tapi kuatir kelakuanku bisa mengecewakan Lusi. Habis kalau dia ngambek bisa berantakan. Sebagai kompensasinya tanganku meremasi kedua payudara Lusi yang kecil dan nyaris rata dengan dada. Putingnya yang lembut kugosok-gosok dan kupencet.
“Lus, udah dulu yahh, nanti lain kali Oom lanjutin lagi, yahh.” kataku sambil megecup bibirnya. Yang diajak ngomong tidak menjawab, cuma wajahnya jadi merah seperti kepiting rebus. Sekali lagi kukecup di keningnya.
Cerita Dewasa Terbaru Bercak Darah Perawan Lusi Gadis Smp – Segera aku bergeser ke sebelah dan langsung menindih tubuh Ita. Ita yang cantik. Ita yang seksi. Walau tengah terlentang, payudaranya tetap tegak ke atas dan diperindah dengan puting yang besar. Kudekatkan bibirku ke bibirnya, langsung menghindar. Barangkali tak tahan mencium aroma liang kewanitaan Lusi. Wajarlah, memang mulutku seperti habis makan jengkol. Segera kuturunkan mulutku ke lehernya, kucumbui semesra mungkin. Ita kegelian. Lalu turun lagi. Sambil kuremasi, payudaranya segera masuk ke mulutku. Kuhisap dan kujilati putingnya. Karuan saja Ita meronta-ronta. Entah kegelian apa keenakan, aku tak peduli. Bergantian kedua payudaranya kujilati semua permukaannya. Nafsuku rasanya sudah di ujung ubun-ubun. Batang kejantananku telah mendongak perkasa sekali, beberapa kali berdenyut minta perhatian. Kalau saja memungkinkan ingin rasanya segera kumasukkan ke liang kewanitaan Ita. Sekali lagi nalarku terkontrol, karena memang aku sudah berjanji pada mereka. Tidak ada liang kewanitaan yang kumasuki batang kejantanan. Lagian memang aku benar-benar ingin semuanya berjalan mulus sesuai rencana. Coba kalau tiba-tiba ada yang menangis karena menyesal memberikan perawan mereka begitu saja padaku. Nggaklah.
Kaki Ita kurenggangkan sedikit. Bukit Berbunganya indah sekali. Yang namanya labia mayora sebetulnya nggak karuan bentuknya tapi selalu memancarkan keajaiban magnetis bagi setiap pria yang memandangnya (tentu yang normal atau paling tidak seperti aku). Barangkali kalau aku yang bikin daftar keajaiban dunia, Labia Mayora menempati urutan teratas. Siapa setuju kirim email, nanti kubawa berkas dukungannya ke Majelis liang kewanitaan Nasional.
Singkat kata segera mulutku kembali beroperasi di wilayah ajaib itu. Pelan-pelan kutarik dengan bibirku kedua labia mayora kepunyaan Ita secara bergantian. Kemudian, lidahku mencongkel keras ke pangkal pertemuan pasangan labia itu, dan berputar-putar di tonjolan daging kecilnya yang konon paling rawan sentuhan. Memang luar biasa efek sampingnya, seketika sekujur tubuh Ita bergoncang. Makin keras goncangannya, makin gila pula lidahku berayun-ayun. Aroma yang khas muncul lagi seiring mengalirnya lendir encer. Harta terpendam inilah yang kucari. Lidahku terus menyongsong ke dalam liang kewanitaan Ita.
Cerita Dewasa Terbaru Bercak Darah Perawan Lusi Gadis Smp – Ita yang meronta-ronta menahan gejolak penjarahan liang kewanitaannya, berinisiatif mengambil bantal dan meletakkan di bawah pantatnya. Aku sampai heran perawan kecil ini kok sudah punya insting yang baik. Sambil kedua kakinya nangkring di pundakku, Ita membiarkan aku dengan leluasa menjelajahi seisi liang kewanitaannya. Kali ini lidahku berhasil masuk semua ke dalam liang kewanitaan, enak sekali.

Lihat Juga :  Cerita Sex Gairah Janda Setengah Tua

Aku sudah tidak tahan lagi, segera tangan kananku mengocok batang kejantananku sambil segera berpindah ke sebelah lagi. Kali ini giliran Indra yang kelihatannya berdebar-debar menunggu giliran. Itu terlihat dari gerakan matanya yang gelisah. Tanpa basa-basi lagi kuraih sebuah bantal dan kuletakkan di bawah pantatnya, dan kurentangkan kedua kakinya menjepit badanku yang berlutut di lantai. Liang kewanitaannya merekah persis di depan hidungku. Sambil terus mengocok batang kejantanan, segera lidahku menerobos ke lubang senggamanya. Indra sempat berontak. Duilah aku sampai kesurupan, lupa sama teman bermain yang masih yunior. Oke, sofly and gently again maunya.
Sambil menahan nafas yang sebetulnya sudah ngos-ngosan (nggak sempat minum extra joss) kucumbui liang kewanitaan Indra. Liang kewanitaan yang satu ini agak gemuk dan berbulu walau tak selebat milik Ita. Walau tak seindah milik Ita, tapi tetap punya daya tarik tersendiri. Belum lagi aromanya yang semerbak harumnya. Tetap pelan-pelan, kutelusuri tiap lekukan yang ada di liang kewanitaannya. Sedap juga lho bermain slowly seperti ini. Klitorisnya yang agak besar bergoyang mengikuti gerakan lidahku. Entah kata-kata apa saja yang keluar dari mulut Indra. Kurang jelas memang. Tapi kuyakini itu suara erangan dan rintihan wanita yang tengah enjoy dan penuh semangat. Membakar semangatku pula dalam memacu tanganku pada batang kejantanan sendiri. Kedengarannya tragis sekali. Bak peribahasa orang kelaparan dalam lumbung padi.
Pantat Indra yang padat dan besar membuat lubang anusnya ikut terbuka waktu diganjal bantal. Tanpa rasa jijik sedikitpun kujilat-jilat anusnya. Indra makin mengaduh keenakan apalagi kala lidahku mencoba menerobos masuk ke anusnya. Indra pun menunjukkan kerja sama yang baik dengan mengangkat pinggulnya. Aku pun turut meningkatkan speed game-nya. Agak capai juga berlutut terus, aku naik ke atas dan menindih tubuh Indra. Kuciumi sekujur payudaranya yang tak kalah kencang dengan punya Ita. Dan walau kalah besar, keindahannya susah untuk dinilai. Sambil menciumi payudaranya, tanganku makin cepat mengocok batang kejantanan sendiri. Akhirnya aku tak dapat menahan lebih lama lagi, sekujur tubuhku tiba-tiba menegang. Seiring dengan semburan keras yang berapi-api di batang kejantananku, segera aku melumat habis mulut Indra yang mungil. Lidah Indra memberi sambutan hangat dengan mengais-ngais lidahku.
Selepasnya kami bercengkarama, mereka semua kecuali Anita akhirnya minta pamit setelah sebelumnya mereka memakai pakaiannya kembali. Setelah mereka pergi, saya melakukan percintaan dengan Anita kembali hingga 1 jam sebelum jam 6 karena Ibu Yuli akan pulang ke rumah pada jam 6 tepat. Selesai kami bercinta, saya berpura-pura mengerjakan antena parabola itu sambil sekali-kali mengerlingkan mata kepada Anita walaupun ibunya sedang mengerjakan tugas kantor di sisinya.Cerita Dewasa Terbaru Bercak Darah Perawan Gadis
.

Tamat


Cerita Bokep Selingkuh dengan Ami yang Seksi

$
0
0

Cerita Bokep Selingkuh dengan Ami yang Seksi – Aku sedang menonton televisi di kamarku ketika Fay keluar dari kamar mandi mengenakan baju tidur. Hm.. dia pasti habis cuci muka dan bersih-bersih sebelum tidur. Di kamar tidur kami memang terdapat kamar mandi dan televisi, sehingga aku menonton televisi sambil tiduran. Fay berbaring di sampingku, dan memejamkan matanya. Lho? ia langsung mau tidur nih! Padahal aku sejak tadi menunggu dia. Lihat saja, si “ujang” sudah bangun menantikan jatahnya.

“Fay! Kok langsung tidur sih?””Mm..?”Fay membuka matanya. Lalu ia duduk dan menatapku. Kemudian ia tersenyum manis. Woow… burungku semakin mengeras. Fay mendekatkan wajahnya ke wajahku. Tangannya yang lembut halus membelai wajahku. Jantungku berdetak cepat. Kurangkul tubuhnya yang mungil dan hangat. Terasa nyaman sekali. Fay mencium pipiku. “Cupp..!”

“Tidur yang nyenyak yaa…” katanya perlahan.Lalu ia kembali berbaring dan memejamkan matanya. Tidur! Nah lho? Sial benar. Cuma begitu saja? Aku terbengong beberapa saat.”Fay! Faayy..!” aku mengguncang-guncang tubuhnya.”Umm… udah maleem… Fay ngantuk niih…”Kalau sudah begitu, percuma saja. Dia tidak akan bangun. Padahal aku sedang birahi tinggi dan butuh pernyaluran. Si “ujang” masih tegang dan penasaran minta jatah.

Begitulah Fay. Sebagai istri, dia hampir sempurna. Wajah dan fisiknya enak dilihat, sifatnya baik dan menarik. Perhatiannya pada kebutuhanku sehari-hari sangat cukup. Hanya saja, kalau di tempat tidur dia sangat “hemat”. Nafsuku terbilang tinggi. Sedangkan Fay, entah kenapa (menurutku) hampir tidak punya nafsu seks. Tidak heran meskipun sudah lebih setahun kami menikah, sampai saat ini kami belum punya anak. Untuk pelampiasan, aku terkadang selingkuh dengan wanita lain. Fay bukannya tidak tahu. Tapi tampaknya dia tidak terlalu mempermasalahkannya.

Nafsuku sulit ditahan. Rasanya ingin kupaksa saja Fay untuk melayaniku. Tapi melihat wajahnya yang sedang pulas, aku jadi tidak tega. Kucium rambutnya. Akhirnya kuputuskan untuk tidur sambil memeluk Fay. Siapa tahu dalam mimpi, Fay mau memuaskanku? Hehehe… Esoknya saat jam istirahat kantor, aku makan siang di Citraland Mall. Tidak disangka, disana aku bertemu dengan Ami, sahabatku dan Fay semasa kuliah dahulu. Kulihat Ami bersama dengan seorang wanita yang mirip dengannya. Seingatku, Ami tidak punya adik. Ternyata setelah kami diperkenalkan, wanita itu adalah adik sepupu Ami. Fita namanya. Heran juga aku, kok saudara sepupu bisa semirip itu ya? Pendek kata, akhirnya kami makan satu meja.

Sambil makan, kami mengobrol. Ternyata Fita seperti juga Ami, tipe yang mudah akrab dengan orang baru. Terbukti dia tidak canggung mengobrol denganku. Ketika aku menanyakan tentang Joe (suami Ami, sahabatku semasa kuliah), Ami bilang bahwa Joe sedang pergi ke Surabaya sekitar dua minggu yang lalu untuk suatu keperluan.
“Paling juga disana dia main cewek!” begitu komentar Ami. Aku hanya manggut-manggut saja. Aku kenal baik dengan Joe, dan bukan hal yang aneh kalau Joe ada main dengan wanita lain disana. Saat Fita permisi untuk ke toilet, Ami langsung bertanya padaku.”Van, loe ama Fay gimana?””Baek. Kenapa?” “Dari dulu loe itu kan juga terkenal suka main cewek. Kok bisa ya akur ama Fay?” Aku diam saja.

Aku dan Fay memang lumayan akur. Tapi di ranjang jelas ada masalah. Kalau dituruti nafsuku, pasti setiap hari aku minta jatah dari Fay. Tapi kalau Fay dituruti, paling hebat sebulan dijatah empat atau lima kali! Itu juga harus main paksa. Seingatku pernah terjadi dalam sebulan aku hanya dua kali dijatah Fay. Jelas saja aku selingkuh! Mana tahan?
“Kok diem, Van?” pertanyaan Ami membuyarkan lamunanku. “Nggak kok…””Loe lagi punya masalah ya?””Nggaak…””Jujur aja deh…” Ami mendesak.Kulirik Ami. Wuih, nafsuku muncul. Aku jadi teringat saat pesta di rumah Joe. Karena nafsuku sudah sampai ke ubun-ubun, maka akal sehatku pun hilang.

“Cerita doong..!” Ami kembali mendesak.”Mi.., loe mau pesta “assoy” lagi nggak?” aku memulai. Ami kelihatan kaget.”Eh? Loe jangan macem-macem ya Van!” kecam Ami.Aduh.., kelihatannya dia marah.”Sorry! Sorry! Gue nggak serius… sorry yaa…” aku sedikit panik. Tiba-tiba Ami tertawa kecil.”Keliatannya loe emang punya masalah deh… Oke, nanti sore kita ketemu lagi di sini ya? Gue juga di rumah nggak ada kerjaan.”Saat itu Fita kembali dari toilet. Kami melanjutkan mengobrol sebentar, setelah itu aku kembali ke kantor.

Jam 5 sore aku pulang kantor, dan langsung menuju tempat yang dijanjikan. Sekitar sepuluh menit aku menunggu sebelum akhirnya telepon genggamku berdering. Dari Ami, menanyakan dimana aku berada. Setelah bertemu, Ami langsung mengajakku naik ke mobilnya. Mobilku kutinggalkan disana. Di jalan Ami langsung menanyaiku tanpa basa-basi.”Van, loe lagi butuh seks ya?”Aku kaget juga ditanya seperti itu. “Maksud loe?””Loe nggak usah malu ama gue. Emangnya Fay kenapa?”Aku menghela nafas. Akhirnya kuputuskan untuk mengeluarkan uneg-unegku.

“Mi… Fay itu susah banget… dia bener-bener pelit kalo soal begitu. Loe bayangin aja, gue selalu nafsu kalo ngeliat dia. Tapi dia hampir nggak pernah ngerespon. Kan nafsu gue numpuk? Gue butuh penyaluran dong! Untung badannya kecil, jadi kadang-kadang gue paksa dia.”Ami tertawa. “Maksudnya loe perkosa dia ya? Lucu deh, masa istri sendiri diperkosa sih?””Dia nggak marah kok. Lagi gue perkosanya nggak kasar.””Mana ada perkosa nggak kasar?” Ami tertawa lagi. “Dan kalo dia nggak marah, perkosa aja dia tiap hari.””Kasian juga kalo diperkosa tiap hari. Gue nggak tega kalo begitu…”

“Jadi kalo sekali-sekali tega ya?””Yah… namanya juga kepepet… Udah deh… nggak usah ngomongin Fay lagi ya?””Oke… kita juga hampir sampe nih…” Aku heran. Ternyata Ami menuju ke sebuah apartemen di Jakarta Barat.
Dari tadi aku tidak menyadarinya. “Mi, apartemen siapa nih?””Apartemennya Fita. Pokoknya kita masuk dulu deh…” Fita menyambut kami berdua. Setelah itu aku menunggu di sebuah kursi, sementara Fita dan Ami masuk ke kamar. Tidak lama kemudian Ami memanggilku dari balik pintu kamar tersebut. Dan ketika aku masuk, si “ujang” langsung terbangun, sebab kulihat Ami dan Fita tidak memakai pakaian sama sekali. Mataku tidak berkedip melihat pemandangan hebat itu. Dua wanita yang cantik yang wajahnya mirip sedang bertelanjang bulat di depanku. Mimpi apa aku?

“Kok bengong Van? Katanya loe lagi butuh? Ayo sini..!” panggil Ami lembut.Aku menurut bagai dihipnotis. Fita duduk bersimpuh di ranjang.”Ayo berbaring disini, Mas Ivan.”Aku berbaring di ranjang dengan berbantalkan paha Fita. Kulihat dari sudut pandangku, kedua bagian bawah payudara Fita yang menggantung mempesona. Ukurannya lumayan juga. Fita langsung melucuti pakaian atasku, sementara Ami melucuti pakaianku bagian bawah, sampai akhirnya aku benar-benar telanjang. Batang kemaluanku mengacung keras menandakan nafsuku yang bergolak.
“Gue pijat dulu yaa…” kata Ami.Kemudian Ami menjepit kemaluanku dengan kedua payudaranya yang montok itu. Ohh.., kurasakan pijatan daging lembut itu pada kemaluanku. Rasanya benar-benar nyaman. Kulihat Ami tersenyum kepadaku. Aku hanya mengamati bagaimana kedua payudara Ami yang sedang digunakan untuk memijat batang penisku.”Enak kan, Van?” Ami bertanya.Aku mengangguk. “Enak banget. Lembut…”

Fita meraih dan membimbing kedua tanganku dengan tangannya untuk mengenggam payudaranya. Dia membungkuk, sehingga kedua payudaranya menggantung bebas di depan wajahku.”Van, perah susu gue ya?” pintanya nakal.Aku dengan senang hati melakukannya. Kuperah kedua susunya seperti memerah susu sapi, sehingga Fita merintih-rintih.”Ahh… aww… akh… terus.. Van… ahh… ahhh…”Payudara Fita terasa legit dan kenyal. Aku merasa seperti raja yang dilayani dua wanita cantik. Akhirnya Ami menghentikan pijatan spesialnya. Berganti tangan kanannya menggenggam pangkal si “ujang”.

“Dulu diwaktu pesta di rumah gue, kontol loe belum ngerasain lidah gue ya?” kata Ami, dan kemudian dengan cepat lidahnya menjulur menjilat si “ujang” tepat di bagian bawah lubangnya.Aku langsung merinding keenakan dibuatnya. Dan beberapa detik kemudian kurasakan hangat, lembut, dan basah pada batang kemaluanku. Si “ujang” telah berada di dalam mulut Ami, tengah disedot dan dimainkan dengan lidahnya. Tidak hanya itu, Ami juga sesekali mengemut telur kembarku sehingga menimbulkan rasa ngilu yang nikmat. Sedotan mulut Ami benar-benar membuatku terbuai, apalagi ketika ia menyedot-nyedot ujung kemaluanku dengan kuat. Enaknya tidak terlukiskan. Sampai kurasakan alat kelaminku berdenyut-denyut, siap untuk memuntahkan sperma.

“Mi… gue… udah mau.. ke.. luar…” Ami semakin intens mengulum dan menyedot, sehingga akhirnya kemaluanku menyemprotkan sperma berkali-kali ke dalam mulut Ami. Lemas badanku dibuatnya. Tanganku yang beraksi pada payudara Fita pun akhirnya berhenti. Ami terus mengulum dan menyedot kemaluanku, sehingga menimbulkan rasa ngilu yang amat sangat. Aku tidak tahan dibuatnya.
“Aahh… Ami… udahan dulu dong..!””Kok cepet banget keluar?” ledeknya.”Uaah.., gue kelewat nafsu sih.. maklum dong, selama ini ditahan terus.” aku membela diri.”Oke deh, kita istirahat sebentar.”

Ami lalu menindih tubuhku. Payudaranya menekan dadaku, begitu kenyal rasanya. Nafasnya hangat menerpa wajahku. Fita mengambil posisi di selangkanganku, menjilati kemaluanku. Gairahku perlahan-lahan bangkit kembali. Kuraba-raba kemaluan Ami hingga akhirnya aku menemukan daging kenikmatannya. Kucubit pelan sehingga Ami mendesah perlahan. Kugunakan jari jempol dan telunjukku untuk memainkan daging tersebut, sementara jari manisku kugunakan untuk mengorek liang sanggamanya. Desahan Ami semakin terdengar jelas. Kemaluannya terasa begitu basah. Sementara itu Fita terus saja menjilati kemaluanku. Tidak hanya itu, Fita mengosok-gosok mulut dan leher si “ujang”, sehingga sekali lagi bulu kudukku merinding menahan nikmat.

Kali ini aku merasa lebih siap untuk tempur, sehingga langsung saja aku membalik posisi tubuhku, menindih Ami yang sekarang jadi telentang. Dan langsung kusodok lubang sanggamanya dengan batang kemaluanku. Ami mendesis pendek, lalu menghela nafasnya. Seluruh batang kemaluanku terbenam ke dalam rahim Ami. Aku mulai mengocok maju mundur. Ami melingkarkan tangannya memeluk tubuhku. Fita yang menganggur melakukan matsurbasi sambil mengamati kami berdua yang sedang bersatu dalam kenikmatan bersetubuh. Ami mengeluarkan jeritan-jeritan kecil, sampai akhirnya berteriak saat mencapai puncak kenikmatannya, berbeda denganku yang lebih kuat setelah sebelumnya mencapai orgasme.
Kucabut batang kemaluanku dari vagina Ami, dan langsung kuraih tubuh Fita. Untuk mengistirahatkan si “ujang”, aku menggunakan jari-jariku untuk mengobok-obok vagina Fita. Kugosok-gosok klitorisnya sehingga Fita mengerang keras. Kujilati dan kugigit lembut sekujur payudaranya, kanan dan kiri. Fita meremas rambutku, nafasnya terengah-engah dan memburu. Setelah kurasakan cukup merangsang Fita, aku bersedia untuk main course.

Fita nampaknya sudah siap untuk menerima seranganku, dan langsung mengambil doggy style. Vaginanya yang dihiasi bulu-bulu keriting nampak sudah basah kuyup. Kumasukkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya dengan pelan tapi pasti. Fita merintih-rintih keras saat proses penetrasi berlangsung. Setelah masuk seluruh penisku, kudiamkan beberapa saat untuk menikmati kehangatan yang diberikan oleh jepitan vagina Fita. Hangat sekali, lebih hangat dari milik Ami. Setelah itu kumulai menyodok Fita maju mundur.

Fita memang berisik sekali! Saat kami melakukan sanggama, teriakan-teriakannya terdengar kencang. Tapi aku suka juga mendengarnya. Kedua payudaranya bergelantungan bergerak liar seiring dengan gerakan kami. Kupikir sayang kalau tidak dimanfaatkan, maka kuraih saja kedua danging kenyal tersebut dan langsung kuremas-remas sepuasnya. Nafsuku semakin memuncak, sehingga sodokanku semakin kupercepat, membuat Fita semakin keras mengeluarkan suara.”Aaahh… Aaahh… Gue keluaar… Aaah..” teriak Fita dengan lantang.
Fita terkulai lemas, sementara aku terus menyetubuhinya. Beberapa saat kemudian aku merasa mulai mendekati puncak kepuasan.”Fit… gue mau keluar nih…”Fita langsung melepaskan kemaluannya dari kemaluanku, dan langsung mengulum kemaluanku sehingga akhirnya aku memuntahkan spermaku di dalam mulut Fita, yang ditelan oleh Fita sampai habis.
Aku berbaring, capek. Nikmat dan puas sekali rasanya. Ami berbaring di sisiku. Payudaranya terasa lembut dan hangat menyentuh lengan kananku. Fita masih membersihkan batang kemaluanku dengan mulutnya.”Gimana Van? Puas?” Ami bertanya.”Puas banget deh… Otak gue ringan banget rasanya.””Gue mandi dulu ya?” Fita memotong pembicaraan kami.Lalu ia menuju kamar mandi.

Lihat Juga :  Cerita Bokep Sperma Pengobat Mertuaku Yang Sakit

“Gue begini juga karena gue lagi pengen kok. Joe udah dua minggu pergi. Nggak tau baliknya kapan.” Ami menjelaskan.”Nggak masalah kok. Gue juga emang lagi butuh sih. Lain kali juga gue nggak keberatan.””Huss! Sembarangan loe. Gue selingkuh cuma sekali-sekali aja, cuma pengen balas dendam ama Joe. Dia suka selingkuh juga sih! Beda kasusnya ama loe!”Aku diam saja. Ami bangkit dari ranjang dan mengingatkanku.”Udah hampir setengah delapan malem tuh. Nanti Fay bingung lho!”
Aku jadi tersadar. Cepat-cepat kukenakan pakaianku, tanpa mandi terlebih dahulu. Setelah pamit dengan Fita, Ami mengantarku kembali ke Citraland. Disana kami berpisah, dan aku kembali ke rumah dengan mobilku. Di rumah, tentu saja Fay menanyakan darimana saja aku sampai malam belum pulang. Kujawab saja aku habis makan malam bersama teman.
“Yaa… padahal Fay udah siapin makan malem.” Fay kelihatan kecewa.Sebenarnya aku belum makan malam. Aku lapar.”Ya udah, Ivan makan lagi aja deh… tapi Ivan mau mandi dulu.” kataku sambil mencium dahinya.Fay kelihatan bingung, tapi tidak berkata apa-apa.

Tamat

Cerita Dewasa | Pesta Sex Terbaru Anak ABG

$
0
0

Cerita Dewasa | Pesta Sex Terbaru Anak ABG – Baiklah, sekarang kita kembali ke kejadian hari itu yang rencananya mau mengadakan orgy party setelah sekian lama otak kami dijejali bahan-bahan kuliah dan urusan sehari-hari. Waktu itu Verna protes karena aku tidak memperbolehkannya mengajak teman-teman cowok yang biasa diajak, begitu juga Indah yang ikut mendukung Verna karena pacarnya juga tidak boleh diajak.

“Emangnya lu ngundang siapa aja sih Ci, masa si Chevy aja ga boleh ikutan?” kata Indah.

“Iya nih, emangnya kita mau pesta lesbian apa, wah gua kan cewek normal nih” timpal Verna.

“Udahlah, lu orang tenang aja, cowok-cowoknya nanti nyusul, pokoknya yang kali ini surprise deh! dijamin kalian puas sampe ga bisa bangun lagi deh”.

Aku ingin sedikit membuat kejutan agar acara kali ini lain dari yang lain, karena itulah aku merahasiakan siapa pejantannya yang tidak lain adalah penjaga vilaku dan vila tetanggaku, Pak Joko dan Taryo.

Cerita Dewasa – Kemarinnya aku memang sudah mengabari Pak Joko lewat telepon bahwa aku besok akan ke sana dengan teman-temanku yang pernah kujanjikan pada mereka dulu. Pak Joko tentu antusias sekali dengan acara kali ini, kami telah mengatur skenario acaranya agar seru. Beberapa jam kemudian kami sampai di villaku, Pak Joko seperti biasa membukakan pintu garasi, bola matanya melihat jelalatan pada kami terutama Verna yang hari itu pakaiannya seksi berupa sebuah tank top merah berdada rendah dengan rok mini. Dia kusuruh keluar dulu sampai aku memberi syarat padanya, dia menunggunya di villa tetangga yang tidak lain vila yang dijaga si Taryo. Setelah membereskan barang bawaan, kami menyantap makan siang, lalu ngobrol-ngobrol dan istirahat. Indah yang daritadi kelihatan letih terlelap lebih dulu. Kami bangun sore hari sekitar jam 4 sore.

“Eh.. sambil nunggu cowok-cowoknya mendingan kita berenang dulu yuk” ajakku pada mereka.

Aku melepaskan semua bajuku tanpa tersisa dan berjalan ke arah kolam dengan santainya.

“Wei.. gila lo Ci, masa mau berenang ga pake apa-apa gitu, kalo keliatan orang gimana?” tegur Indah.

“Iya Ci, lagian kan kalo si tua Joko itu dateng gimana tuh” sambung Verna.

“Yah kalian, katanya mo party, masa berenang bugil aja ga berani, tenang aja Pak Joko udah gua suruh jangan ke sini sampai kita pulang nanti” bujukku sambil menarik tangan Verna.

Di tepi kolam mereka masih agak ragu melepas pakaiannya, alasannya takut kepergok tetangga, setelah kutantang Verna baru mulai berani melepas satu demi satu yang melekat di tubuhnya, aku membantu Indah yang masih agak malu mempreteli pakaiannya. Akhirnya kami bertiga nyebur ke kolam tanpa memakai apapun.

Perlahan-lahan rasa risih mereka pun mulai berkurang, kami tertawa-tawa, main siram-siraman air, dan balapan renang kesana kemari dengan bebasnya. Mungkin seperti inilah kira-kira gambaran tempat pemandian di istana haremnya para raja. Sesudah agak lama bermain di air aku naik ke atas dan mengelap tubuhku yang basah, lalu membalut tubuhku dengan kimono.

“Ci, sekalian ambilin kita minum yah” pinta Verna.

Akupun berjalan ke dalam dan meminum segelas air.

“Ok, it’s the showtime” gumamku dalam hati, inilah saat yang tepat untuk menjalankan skenario ini. Aku segera menelepon vila sebelah menyuruh Pak Joko dan Taryo segera kesini karena pesta akan segera dimulai.

“Iya neng, kita segera ke sana” sahut Taryo sambil menutup gagang telepon.

Hanya dalam hitungan menit mereka sudah nampak di pekarangan depan vilaku. Aku yang sudah menunggu membukakan pintu untuk mereka.

“Wah udah ga sabaran nih, daritadi cuma ngintipin neng sama temen-temen neng dari loteng” kata Pak Joko.

“Pokoknya yang rambutnya dikuncir itu buat saya dulu yah neng” ujar Taryo merujuk pada Indah.

“Iya tenang, sabar, Pokoknya semua kebagian, ok” kataku “yang penting sekarang surprise buat mereka dulu”.

Setelah beberapa saat berbicara kasak-kusuk, akhirnya operasipun siap dilaksanakan. Pertama-tama dimulai dari Verna. Aku berjalan ke arah kolam membawakan mereka dua gelas air, disana Indah sedang tiduran di kursi santai tanpa busana, sementara Verna masih berendam di air.

“Ver, lu bisa ke kamar gua sebentar ga, gua mo minta tolong dikit nih” pintaku padanya.

“Lu lap badan dulu gih, gua tunggu di sana”.

Aku masuk ke dalam terlebih dahulu dan duduk di pingir ranjang menunggunya. Di balik pintu itu Pak Joko dan Taryo yang sudah kusuruh bugil telah siap memangsa temanku itu, kemaluan mereka sudah mengeras dan berdiri tegak seperti pedang yang terhunus. Tak lama kemudian Verna memasuki kamarku sambil mengelap rambutnya yang masih basah.

“Kenapa Ci, ada perlu apa emang?” tanyanya.

“Ngga, cuma mau ngasih surprise dikit kok” jawabku dengan menyeringai dan memberi aba-aba pada mereka.

Sebelum Verna sempat membalikkan badan, sepasang lengan hitam sudah memeluknya dari belakang dan tangan yang satunya dengan sigap membekap mulutnya agar tidak berteriak. Verna yang terkejut tentu saja meronta-ronta, namun pemberontakan itu justru makin membakar nafsu kedua orang itu.

Pak Joko dengan gemas meremas payudara kirinya dan memilin-milin putingnya. Si Taryo berhasil menangkap kedua pergelangan kakinya yang menendang-nendang. Dibentangkannya kedua tungkai itu, lalu dia berjongkok dengan wajah tepat di hadapan kemaluan Verna.

“Wah jembutnya lebat juga yah, kaya si neng” komentar Taryo sambil menyentuhkan lidahnya ke liang vagina Verna, diperlakukan seperti itu Verna cuma bisa merem melek dan mengeluarkan desahan tertahan karena bekapan Pak Joko begitu kokoh.

“Hei, jangan rakus dong Tar, dia kan buat Pak Joko, tuh jatahlu masih nunggu di luar sana” kataku padanya.

Mengingat kembali sasarannya semula, Taryo menurunkan kembali kaki Verna dan bergegas menuju ke kolam.

“Jangan terlalu kasar yah ke dia, bisa-bisa pingsan gara-gara lu” godaku.

Setelah Taryo keluar tinggallah kami bertiga di kamarku. Pak Joko langsung menghempaskan dirinya bersama Verna ke ranjang spring bed-ku. Tak berapa lama terdengarlah jeritan Indah dari kolam, aku melihat dari jendela kamarku apa yang terjadi antara mereka. Indah terpelanting dari kursi santai dan berusaha melepaskan diri dari Taryo. Dia berhasil berdiri dan mendapat kesempatan menghindar, tapi kalah cepat dari Taryo, tukang kebun itu berhasil mendekapnya dari belakang lalu mengangkat badannya.

“Jangan.. tolong!” jeritnya sambil meronta-ronta dalam gendongan Taryo.

Taryo dengan santai membawa Indah ke tepi kolam, lalu dilemparnya ke air, setelah itu dia ikutan nyebur. Dia air Indah terus berontak saat Taryo menggerayangi tubuhnya dalam himpitannya. Sekuat apapun Indah tentu saja bukan tandingan Taryo yang sudah kesurupan itu. Perlawanan Indah mengendur setelah Taryo mendesaknya di sudut kolam, riak di kolam juga mulai berkurang. Tidak terlalu jelas detilnya Taryo menggerayangi tubuh Indah, tapi aku dapat melihat Taryo memeluk erat Indah sambil melumat bibirnya.

Kutinggalkan mereka menikmati saat-saat nikmatnya untuk kembali lagi pada situasi di kamarku. Aku lalu menghampiri Pak Joko dan Verna untuk bergabung dalam kenikmatan ini. Sama seperti Indah, Verna juga menjerit-jerit, namun jeritannya juga pelan-pelan berubah menjadi erangan nikmat akibat rangsangan-rangsangan yang dilakukan Pak Joko. Waktu aku menghampiri mereka Pak Joko sedang menjilati paha mulus Verna sambil kedua tangannya masing-masing bergerilya pada payudara dan kemaluan Verna.

“Aduh Ci.. tega-teganya lu nyerahin kita ke orang-orang kaya gini.. ahh!” kata Verna ditengah desahannya.

“Tenang Ver, ini baru namanya surprise, sekali kali coba produk kampung dong” kataku seraya melumat bibirnya.

Aku berpagutan dengan Verna beberapa menit lamanya. Jilatan Pak Joko mulai merambat naik hingga dia melumat dan meremas payudara Verna secara bergantian, sementara tangannya masih saja mengobok-obok vaginanya. Desahan Verna tertahan karena sedang berciuman denganku, tubuhnya menggeliat-geliat merasakan nikmat yang tiada tara.

“Hhhmmhh.. tetek Neng Verna ini gede juga ya, lebih gede dari punya Neng” kata Pak Joko disela aktivitasnya.

Memang sih diantara kami bereempat, payudara Verna termasuk yang paling montok. Menurut pengakuannya, cowok-cowok yang pernah ML dengannya paling tergila-gila mengeyot benda itu atau mengocok penis mereka diantara himpitannya. Pak Joko pun tidak terkecuali, dia dengan gemas mengemut susunya, seluruh susu kanan Verna ditelan olehnya.

Puas menetek pada Verna, Pak Joko bersiap memasuki vagina Verna dengan penisnya. Kulihat dalam posisinya diantara kedua belah paha Verna dia memegang penisnya untuk diarahkan ke liang itu.

“Ouch.. sakit Ver, duh kasar banget sih babu lu” Verna meringis dan mencengkram lenganku waktu penis super Pak Joko mendorong-dorongkan penisnya dengan bernafsu.

“Tahan Ver, ntar juga lu keenakan kok, pokoknya enjoy aja” kataku sambil meremasi kedua payudaranya yang sudah basah dan merah akibat disedot Pak Joko.

Pak Joko menyodokkan penisnya dengan keras sehingga Verna pun tidak bisa menahan jeritannya, Verna kelihatan mau menangis nampak dari matanya yang sedikit berair.Pak Joko mulai menggarap Verna dengan genjotannya. Aku merasakan tangan Verna menyelinap ke bawah kimonoku menuju selangkangan, eennghh..aku mendesah merasakan jari-jari Verna menggerayangi kemaluanku.

Aku lalu naik ke wajah Verna berhadapan dengan Pak Joko yang sedang menggenjotnya. Verna langsung menjilati kemaluanku dan Pak Joko menarik tali pinggang kimonoku sehingga tubuhku tersingkap. Dengan terus menyodoki Verna, dia meraih payudaraku yang kiri, mula-mula dibelainya dengan lembut tapi lama-lama tangannya semakin keras mencengkramnya sampai aku meringis menahan sakit. Dia juga menyorongkan kepalanya berusaha mencaplok payudara yang satunya. Aku yang mengerti apa maunya segera mencondongkan badanku ke depan sehingga dadaku pun makin membusung indah. Ternyata dia tidak langsung mencaplok payudaraku, tetapi hanya menjulurkan lidahnya untuk menjilati putingku menyebabkan benda itu makin mengeras saja. Aku merasakan sensasi yang luar biasa, geli bercampur nikmat. Sapuan-sapuan lidah Verna pada vaginaku membuat daerah itu semakin becek, bukan cuma itu saja Verna juga mengorek-ngoreknya dengan jarinya.

Aku mendesah tak karuan merasakan jilatan dan sedotan pada klistoris dan putingku. Ciuman Pak Joko merambat naik dari dadaku hingga hinggap di bibirku, kami berciuman dengan penuh nafsu. Tidak kuhiraukan nafasnya yang bau rokok, lidah kami beradu dengan liar sampai ludah kami bercampur baur.

“Aahh.. oohh.. gua dah mau.. Pak!” erang Verna bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang dan membusur ke atas.

Melihat reaksi Verna, Pak Joko semakin memperdahsyat sodokannya dan semakin ganas meremas dadanya. Aku sendiri tidak merasa akan segera menyusul Verna, dibawah sana seperti mau meledak rasanya. Dalam waktu yang hampir bersamaan aku dan Verna mencapai klimaks, tubuh kami mengejang hebat dan cairan kewanitaanku tumpah ke wajah Verna. Erangan kami memenuhi kamar ini membuat Pak Joko semakin liar.

Setelah aku ambruk ke samping, Pak Joko menindih Verna dan mulai menciuminya, dijilatinya cairan cintaku yang blepotan di sekitar mulut Verna, tangannya tak henti-hentinya menggerayangi payudara montok itu, seolah-oleh tak ingin lepas darinya.

“Hhmmpphh.. sluurrpp.. cup.. cup..” demikian bunyinya saat mereka bercipokan, lidah mereka saling membelit dan bermain di rongga mulut masing-masing. Pak Joko cukup pengertian akan kondisi Verna yang mulai kepayahan, jadi setelah puas berciuman dia membiarkannya memulihkan tenaga dulu. Dan kini disambarnya tubuhku, padahal gairahku baru naik setengahnya setelah orgasme barusan. Tubuhku yang dalam posisi tengkurap diangkatnya pada bagian pinggul sehingga menungging. Dia membuka lebar bibir vaginaku dan menyentuhkan kepala penisnya disitu. Benda itu pelan-pelan mendesak masuk ke vaginaku. Aku mendesah sambil meremas-remas sprei menghayati proses pencoblosan itu.

Permainan Pak Joko sungguh membuatku terhanyut, dia memulainya dengan genjotan-genjotan pelan, tapi lama-kelamaan sodokannya terasa makin keras dan kasar sampai tubuhku berguncang dengan hebatnya. Aku meraih tangannya untuk meremasi payudaraku yang berayun-ayun. Tiba-tiba suara desahan Verna terdengar lagi menjari sahut menyahut dengan desahanku. Gila, penjaga vilaku ini mengerjai kami berdua dalam waktu bersamaan, bedanya aku dikocok dengan penis sedangkan Verna dikocok dengan jari-jarinya. Verna membuka pahanya lebih lebar lagi agar jari-jari Pak Joko bermain lebih leluasa.

“Aduhh.. aahh.. gila Ver.. enak banget!” ceracauku sambil merem-melek.

“Oohh.. terus Pak.. kocok terus” Verna terus mendesah dan meremas-remas dadanya sendiri, wajahnya sudah memerah saking terangsangnya.

“Yak.. dikit lagi.. aahh.. Pak.. udah mau” aku mempercepat iramaku karena merasa sudah hampir klimaks.

“Neng Citra.. Neng Verna.. bapak juga.. mau keluar.. eerrhh” geramnya dengan mempercepat gerakkannya.

Penis itu terasa menyodok semakin dalam bahkan sepertinya menyentuh dasar rahimku. Sebuah rintihan panjang menandai orgasmeku, tubuhku berkelejotan seperti kesetrum. Kemudian dia lepaskan penisnya dari vaginaku dan berdiri di ranjang. Disuruhnya Verna berlutut dan mengoral penisnya yang berlumuran cairan cintaku. Verna berlutut mengemut penis basah itu sambil tangan kanannya mengocok vaginanya sendiri yang tanggung belum tuntas. Aku bangkit perlahan dan ikut bergabung dengan Verna menikmati penis Pak Joko. Verna mengemut batangnya, aku mengemut buah zakarnya, kami saling berbagi menikmati “sosis” itu.

Di tengah kulumannya mendadak Verna merintih tertahan, tubuhnya seperti menggigil, dan kulihat ke bawah ternyata dari vaginanya mengucur cairan bening hasil masturbasinya sendiri. Disusul beberapa detik kemudian, Pak Joko mencabut penisnya dari mulutku lalu mengerang panjang. Cairan kental berbau khas memancar dengan derasnya membasahi wajah kami. Kami berebutan menelan cairan itu, penis itu kupompa dalam genggamanku agar semuanya keluar, nampak pemiliknya mendesah-desah dan kelabakan

“Sabar, sabar dong neng, bisa putus kontol bapak kalo rebutan gini” katanya terbata-bata.

Setelah tidak ada yang keluar lagi Verna menjilati sisanya di wajahku, demikian pula sebaliknya. Mereka berdua akhirnya ambruk kecapaian, wajah Pak Joko jatuh tepat di dada Verna.

Saat mereka ambruk, sebaliknya gairahku mulai timbul lagi. Maka kutinggalkan mereka untuk melihat keadaan Indah dan Taryo. Aku tiba di kolam melihat Taryo sedang menggarap tubuh mungil Indah. Di daerah dangkal Indah dalam posisi berpegangan pada tangga kolam, Taryo dari bawahnya juga dalam posisi berdiri sedang asyik menggenjot penisnya pada vagina Indah. Kedua payudara Indah bergoyang naik turun seirama goyang tubuhnya. Pasti adegan ini membuat para cowok di kampusku sirik pada Taryo yang buruk rupa tapi bisa ngentot dengan gadis seimut itu.

“Belum selesai juga lu orang, udah berapa ronde nih?” sapaku.

“Edan Ci.. gua sampe klimaks tiga kali.. aahh!” desah Indah tak karuan.

“Neng.. temennya enak banget, udah cantik, memeknya seret lagi” komentar Taryo sambil terus menggenjot.

Indah tak kuasa menahan rintihannya setiap Taryo menusukkan penisnya, tubuhnya bergetar hebat akibat tarikan dan dorongan penis penjaga vila itu pada kemaluannya. Kepala Taryo menyelinap lewat ketiak sebelah kirinya lalu mulutnya mencaplok buah dadanya. Pinggul Indah naik turun berkali kali mengikuti gerakan Taryo. Jeritannya makin menjadi-jadi hingga akhirnya satu lenguhan panjang membuatnya terlarut dalam orgasme, beberapa saat tubuhnya menegang sebelum akhirnya terkulai lemas di tangga kolam. Setelah menaklukkan Indah, Taryo memanggilku yang mengelus-ngelus kemaluanku sendiri menonton adegan mereka.

“Sini neng, mendingan dipuasin pake kontol saya aja daripada ngocok sendiri” .

Akupun turun ke air yang merendam sebatas lutut kami, disambutnya aku dengan pelukannya, tangannya mengelusi punggungku terus turun hingga meremas bongkahan pantatku. Sementara tanganku juga turun meraih kemaluannya.

“Gila nih kontol, masih keras juga..udah keluar berapa kali tadi?” tanyaku waktu menggenggam batangnya yang masih “lapar” itu.

“Baru sekali tadi.. abis saya masih nungguin neng sih” godanya saambil nyengir.

Kemudian diangkatnya badanku dengan posisi kakiku dipinggangnya, aku melingkarkan tangan pada lehernya agar tidak jatuh. Diletakkannya aku pada lantai di tepi kolam, disebelah Indah yang terkapar, dia merapatkan badannya diantara kedua kakiku yang tergantung.

Dia mulai menciumiku dari telinga, lidah itu menelusuri belakang telingaku juga bermain-main di lubangnya. Dengusan nafas dan lidahnya membuatku merasa geli dan menggeliat-geliat. Mulutnya berpindah melumat bibirku dengan ganas, lidahnya menyapu langit-langit mulutku, kurespon dengan mengulum lidahnya. Tanganku meraba-raba kebawah mencari kemaluannya karena birahiku telah demikian tingginya, tak sabar lagi untuk dientot. Ketika kuraih benda itu kutuntun memasuki kemaluanku, tangan kanan Taryo ikut menuntun senjatanya menembaki sasaran. Saat kepala penisnya menyentuh bibir kemaluanku, dia menekannya ke dalam, mulutku menggumam tertahan karena sedang berciuman dengannya. Ciuman kami baru terlepas disertai jeritan kecil ketika Taryo mengehentakkan pinggulnya hingga penisnya tertanam semua dalam vaginaku. Pinggulnya bergerak cepat diantara kedua pahaku sementara mulutnya mencupangi pundak dan leher jenjangku. Aku hanya bisa menengadahkan kepala menatap langit dan mendesah sejadi-jadinya.

Kalau dibandingkan dengan Pak Joko, memang sodokan Taryo lebih mantap selain karena usianya masih 30-an, badannya juga lebih berisi daripada Pak Joko yang tinggi kurus seperti Datuk Maringgih itu. Di tengah badai kenikmatan itu sekonyong-konyong aku melihat sesuatu yang bergerak-gerak di jendela kamarku. Kufokuskan pandanganku dan astaga.. ternyata si Verna, dia sedang disetubuhi dari belakang dengan posisi menghadap jendela, tubuhnya terlonjak-lonjak dan terdorong ke depan sampai payudaranya menempel pada kaca jendela, mulutnya tampak mengap-mengap atau terkadang meringis, sungguh suatu pemandangan yang erotis. Adegan itu ditambah serangan Taryo yang makin gencar membuatku makin tak terkontrol, pelukanku semakin erat sehingga dadaku tertekan di dadanya, kedua kakiku menggelepar-gelepar menepuk permukaan air. Aku merasa detik-detik orgasme sudah dekat, maka kuberitahu dia tentang hal ini. Taryo memintaku bertahan sebentar lagi karena dia juga sudah mau keluar.

Susah payah aku bertahan agar bisa klimaks bersama, setelah kurasakan ada cairan hangat menyemprot di rahimku, akupun melepas sesuatu yang daritadi ditahan-tahan. Perasaan itu mengalir dengan deras di sekujur tubuhku, otot-ototku mengejang, tak terasa kukuku menggores punggungnya. Beberapa detik kemudian badanku terkulai lemas seolah mati rasa, begitu juga Taryo yang jatuh bersandar di pinggir kolam. Aku berbaring di pinggir kolam di atas lantai marmer, kedua payudaraku nampak bergerak naik turun seiring desah nafasku. Kugerakkan mataku, di jendela Verna dan Pak Joko sudah tak nampak lagi, di sisi lain Indah yang sudah pulih merendam dirinya di air dangkal untuk membasuh tubuhnya.

Kami beristirahat sebentar, bahkan beberapa diantara kami tertidur. Pesta dimulai lagi sekitar pukul 8 malam setelah makan. Kami mengadakan permainan gila, ceritanya kami bertiga bermain poker dengan taruhan yang kalah paling awal harus rela dikeroyok kedua penjaga villa itu dan diabadikan dalam video klip dengan HP Nokia model terbaru milik Verna, filenya akan disimpan dalam komputer Verna untuk koleksi dan tidak akan boleh dicopy atau dilihat orang lain selain geng kami, mengingat kasus bokep Itenas. Kami duduk melingkar di ranjang, Pak Joko dan Taryo kusuruh menjauh dan kularang menyentuh siapapun sebelum ada yang kalah, mereka menunggu hanya dengan memakai kolor, sambil sebentar-sebentar mengocok anunya sendiri Aku mulai membagikan kartu dan permainan dimulai. Suasana tegang menyelimuti kami bertiga, setelah akhirnya Indah melempar kartunya yang buruk sambil menepuk jidatnya, dia kalah. Kedua orang yang sudah tak sabar menunggu itu segera maju mengeksekusi Indah.

Indah sempat berontak, tapi berhasil dilumpuhkan mereka dengan dipegangi erat-erat dan digerayangi bagian-bagian sensitifnya. Taryo menyusupkan tangannya ke kimono Indah meraih payudaranya yang tak memakai apa-apa di baliknya. Pak Joko menyerang dari bawah dengan merentangkan lebar-lebar kedua paha Indah dan langsung membenamkan kepalanya pada kemaluannya yang terawat dan berbulu lebat itu. Perlakuan ini membuat rontaan Indah terhenti, kini dia malah mengelus-elus penis Taryo yang menegang sambil memejamkan mata menikmati vaginanya dijilati Pak Joko dan dadanya diremas Mulkas. Aku melihat lidah Pak Joko menjalar jari belahan bawah hingga puncak kemaluan Indah, lalu disentil-sentilkan pada klistorisnya. Indah tidak tahan lagi, dia merundukkan badan untuk memasukkan penis Taryo ke mulutnya, benda itu dikulumnya dengan rakus seperti sedang makan es krim. Event menarik itu tidak dilewatkan Verna dengan kamera-HP nya.

Indah terengah-engah melayani penis super Taryo, sepertinya dia sudah tidak peduli keadaan sekitarnya, rasa malunya hilang digantikan dengan hasrat yang besar untuk menyelesaikan gairahnya. Dia mempertunjukkan suatu live show yang panas seperti aktris bokep dan Verna sebagai juru kameranya. Pak Joko yang baru saja melepaskan kolornya menggesek-gesekkan benda itu pada bibir kemaluan Indah, sebagai pemanasan sebelum memasukinya. Kemulusan tubuh Indah terpampang begitu Taryo menarik lepas tali pinggang pada kimononya, sesosok tubuh yang putih mulus serta terawat baik diantara dua tubuh hitam dan kasar, sungguh perpaduan yang kontras tapi menggairahkan. Pak Joko mempergencar rangsangannya dengan menciumi batang kakinya mulai dari betis, tumit, hingga jari-jari kakinya. Indah yang sudah kesurupan “setan seks” itu jadi makin gila dengan perlakuan seperti itu

“Ahh.. awww.. Pak enak banget.. masukin aja sekarang!” rintihnya manja sambil meraih penis Pak Joko yang masih bergesekan dengan bibir vaginanya.

Pak Joko pun mendorong penis itu membelah kedua belahan kemaluan Indah diiringi desahan nikmat yang memenuhi kamar ini sampai aku dibuat merinding mendengarnya. Aku mengeluarkan payudara kiriku dari balik kimono dan meremasnya dengan tanganku, tangan yang satu lagi turun menggesek-gesekkan jariku ke kemaluanku, Verna yang juga sudah horny sesekali mengelus kemaluannya sendiri. Indah nampak sangat liar, kemaluannya digenjot dari depan, dan Taryo yang menopang tubuhnya dari belakang meremasi kedua payudaranya serta memencet-mencet putingnya. Rambutnya yang sudah terurai itu disibakkan Taryo, lalu melumat leher dan pundaknya dengan jilatan dan gigitan ringan. Hal ini menyebabkan Indah tambah menggelinjang dan mempercepat kocokannya pada penis Taryo.

Serangan Pak Joko pada vagina Indah semakin cepat sehingga tubuhnya menggelinjang hebat.

“Aaakhh..aahh!” jerit Indah dengan melengkungkan tubuhnya ke atas.

Indah telah mencapai orgasme hampir bersamaan dengan Pak Joko yang menyemprotkan spermanya di dalam rahimnya. Adegan ini juga direkam oleh Verna, difokuskan terutama pada wajah Indah yang sedang orgasme. Tanpa memberi istirahat, Taryo menaikkan Indah ke pangkuannya dengan posisi membelakangi. Kembali vagina Indah dikocok oleh penis Taryo. Walaupun masih lemas dia mulai menggoyangkan pantatnya mengikuti kocokan Taryo. Taryo yang merasa keenakan hanya bisa mengerang sambil meremas pantat Indah menikmati pijatan kemaluannya. Pak Joko mengistirahatkan penisnya sambil menyusu dari kedua payudara Indah secara bergantian. Aku semakin dalam mencucukkan jariku ke dalam vaginaku saking terangsangnya, sampai-sampai cairanku mulai meleleh membasahi selangkangan dan jari-jariku.

Bosan dengan gaya berpangkuan, Taryo berbaring telentang dan membiarkan Indah bergoyang di atas penisnya. Kemudian dia menyuruh Verna naik ke atas wajahnya agar bisa menikmati kemaluannya. Verna yang daritadi sudah terangsang itu segera melakukan apa yang disuruh tanpa ragu-ragu. Seluruh wajah Taryo tertutup oleh daster transparan Verna, namun aku masih dapat melihat dia dengan rakusnya melahap kemaluannya sambil menyusupkan tangannya dari bawah daster menuju payudaranya. Pak Joko yang anunya sudah mulai bangkit lagi menerkamku, kami berguling-guling sambil berciuman penuh nafsu. Dengan tetap berciuman Pak Joko memasukkan penisnya ke vaginaku, cairan yang melumuri selangkanganku melancarkan penetrasinya. Dengan kecepatan tinggi penisnya keluar masuk dalam vaginaku hingga aku histeris setiap benda itu menghujam keras ke dalam. Aku cuma bisa pasrah di bawah tindihannya membiarkan tangannya menggerayangi payudaraku, mulutnya pun terus menjilati leherku. Aku masih memakai kimonoku, hanya saja sudah tersingkap kesana kemari.

Aku melihat Taryo masih berasyik-masyuk dengan kedua temanku, hanya kali ini Verna sudah bertukar posisi dengan Indah. Sekarang mereka saling berhadapan, Verna bergoyang naik turun diatas penis Taryo sambil berciuman dengan Indah yang mekangkangi wajah Taryo. Indah membuka kakinya lebar-lebar sehingga cairannya semakin mengalir, cairan itu diseruput dengan rakus oleh si Taryo sampai terdengar suara sluurrpp.. sshhrrpp..Ketika aku sedang menikmati orgasmeku yang hebat, dia tekan sepenuhnya penis itu ke dalam dan ini membawa efek yang luar biasa padaku dalam menghayati setiap detik klimaks tersebut, tubuhku menggelinjang dan berteriak tak tentu arah sampai akhirnya melemas kembali. Pesta gila-gilaan ini berakhir sekitar jam 11 malam. Aku sudah setengah sadar ketika Pak Joko menumpahkan maninya di wajahku, tulang-tulangku serasa berantakan. Indah sudah terkapar lebih dulu dengan tubuh bersimbah peluh dan ceceran sperma di dadanya, dari pangkal pahanya yang terbuka nampak cairan kewanitaan bercampur sperma yang mengalir bak mata air.

Sebelum tak sadarkan diri aku masih sempat melihat Taryo menyodomi Verna yang masih dalam gaun transparan yang sudah berantakan, tubuh keduanya sudah mandi keringat. Karena letih dan ngantuk aku pun segera tertidur tanpa kupedulikan jeritan histeris Verna maupun tubuhku yang sudah lengket oleh sperma. Besok paginya aku terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi dan aku hanya mendapati Indah yang masih terlelap di sebelah kiriku. Kuguncang tubuh Indah untuk membangunkannya.

“Gimana Dah.. puas semalem?” tanyaku .

“Gila gua dientotin sampe kelenger, barbar banget tuh dua orang, eh.. omong-omong pada kemana yang lain si Verna juga ga ada?”

“Ga tau juga tuh gua juga baru bangun kok, duh lengket banget mandi dulu yuk.. udah lengket gini” ajakku karena merasa tidak nyaman dengan sperma kering terutama di wajahku, rasanya seperti ada sarang laba-laba menempel di sana.

Baru saja keluar dari kamar, sayup-sayup sudah terdengar suara desahan, kuikuti asal suara itu yang ternyata dari kamar mandi. Kami berdua segera menuju ke kamar mandi yang pintunya setengah terbuka itu, kami tengok ke dalam dan melihat Verna dan kedua penjaga villa itu. Darahku berdesir melihat pemandangan erotis di depan kami, dimana Verna sedang dikerjai oleh mereka di lantai kamar mandi. Taryo sedang enak-enaknya mengocok senjatanya diantara kedua gunung bulat itu, sedangkan Pak Joko berlutut diantara paha jenjang itu sedang menyetubuhinya, air dan sabun membuat tubuh mereka basah berkilauan. Kedatangan kami sepertinya tidak terlalu membuat mereka terkejut, mereka malah menyapa kami sambil terus “bekerja”. Aku dengan tidak terlepas dari live show itu berjalan ke arah shower dan membuka kimonoku diikuti Indah dari belakang. Air hangat mengucur membasuh dan menyegarkan tubuh kami, kuambil sabun cair dan menggosokkannya ke sekujur tubuh Indah. Demikian juga Indah dia melakukan hal yang sama padaku, kami saling menyabuni satu sama lain.

Kami saling mengelus bagian tubuh masing-masing, suatu ketika ketika tanganku sampai ke bawah, iseng-iseng kubelai bibir kemaluannya sekaligus mempermainkan klistorisnya.

“Uuhh.. Ci!” dia menjerit kecil dan mempererat pelukannya padaku sehingga buah dada kami saling berhimpit.

Tangan Indah yang lembut juga mengelusi punggungku lalu mulai turun ke bawah meremas bongkahan pantatku. Darahku pun mengalir makin cepat ditambah lagi adegan panas Verna dengan kedua pria itu membuatku makin naik. Indah mendekatkan wajahnya padaku dan mencium bibirku yang terbuka karena sedang mendesah, selama beberapa menit bibir kami berpagutan. Kemudian aku memutar badanku membelakangi Indah supaya bisa lebih nyaman menonton Verna.

Aku melihat wajah horny Verna yang cantik, dia meringis dan mengerang menikmati tusukan Pak Joko pada vaginanya, sementara Taryo hampir mencapai orgasmenya, dia semakin cepat menggesek-gesekkan penisnya diantara gunung kembar itu, tangannya pun semakin keras mencengkram daging kenyal itu sehingga pemiliknya merintih kesakitan. Akhirnya menyemprotlah spermanya membasahi dada, leher dan mulut Verna. Mataku tidak berkedip menyaksikan semua itu sambil menikmati belaian Indah pada daerah sensitifku. Dengan tangan kanannya dia memainkan payudaraku, putingnya dipencet dan dipilin hingga makin menegang, tangan kirinya meraba-raba selangkanganku. Perbuatan Indah yang mengobok-obok vaginaku dengan jarinya itu hampir membuatku orgasme, sungguh sulit dilukiskan dengan kata-kata betapa nikmatnya saat itu.

Aku masih menikmati jari-jari Indah bermain di vaginaku ketika Taryo yang baru menyelesaikan hajatnya dengan Verna berjalan ke arahku, penisnya agak menyusut karena baru orgasme. Jantungku berdetak lebih kencang menunggu apa yang akan terjadi. Tangannya mendarat di payudara kiriku dan meremasnya dengan lembut sambil sesekali memelintirnya. Lalu dia membungkuk dan mengarahkan kepalanya ke payudara kananku yang langsung dikenyotnya. Aku memejamkan mata menghayati suasana itu dan mengeluarkan desahan menggoda. Lalu aku merasakan kaki kananku diangkat dan sesuatu mendesak masuk ke vaginaku. Sejenak kubuka mataku untuk melihat, dan ternyata yang bertengger di vaginaku bukan lagi tangan Indah tapi penis Taryo yang sudah bangkit lagi. Kembali aku disetubuhi dalam posisi berdiri sambil digerayangi Indah dari belakang. Tubuhku seolah terbang tinggi, wajahku menengadah dengan mata merem-melek merasakan nikmat yang tak terkira.

Hampir satu jam lamanya kami melakukan orgy di kamar mandi. Akhirnya setelah mandi bersih-bersih kami bertiga mencari udara segar dengan berjalan-jalan di kompleks sekalian makan siang di sebuah restoran di daerah itu. Setelah makan kami kembali ke vila dan mengepak barang untuk kembali ke Jakarta. Indah dan Verna keluar dari kamar terlebih dulu meninggalkanku yang masih membereskan bawaanku yang lebih banyak. Cukup lama juga aku dikamar gara-gara sibuk mencari alat charge HP-ku yang ternyata kutaruh di lemari meja rias. Waktu aku menuju ke garasi terdengar suara desahan dan ya ampun.. ternyata mereka sedang bermain “short time” sambil menungguku.

Indah yang celana panjang dan dalamnya sudah dipeloroti sedang menungging dengan bersandar pada moncong mobil, Pak Joko menyodokinya dari belakang sambil memegangi payudaranya yang tidak terbuka. Sementara di pintu mobil, Verna berdiri bersandar dengan baju dan rok tersingkap, paha kirinya bertumpu pada bahu Taryo yang berjongkok di bawahnya. Celana dalamnya tidak dibuka, Taryo menjilati kemaluannya hanya dengan menggeser pinggiran celana dalamnya, tangannya turut bekerja meremasi payudara dan pantatnya.

Lihat Juga :  Cerita Mesum Bercinta Dengan Perawat

“Weleh.. weleh.. masih sempat-sempatnya lu orang, asal jangan kelamaan aja, ntar kejebak macet kita” kataku sambil geleng-geleng kepala.

“Tenang neng ga usah buru-buru, masih pagi kok, ini cuma sebentar aja kok” tanggap Pak Joko dengan terengah-engah.

Akhirnya setelah 15 menitan Pak Joko melepas penisnya dan memanggilku untuk bergabung dengan Indah menjilatinya. Aku tadinya menolak karena tak ingin make upku luntur, tapi karena didesak terus akhirnya aku berjongkok di sebelah Indah.

“Tapi kalo keluar lu yang isep ya Dah, ntar muka gua luntur” kataku padanya yang hanya dijawab dengan anggukan kepala sambil mengulum benda itu.

Sesuai perjanjian tidak lama kemudian Pak Joko menggeram dan cepat-cepat kuberikan penis itu pada Indah yang segera memasukkan ke mulutnya. Pria itu mendesah panjang sambil menekan penisnya ke mulut Indah, Indah sendiri sedang menyedot sperma dari batang itu, sepertinya yang keluar tidak banyak lagi soalnya Indah tidak terlalu lama mengisapnya.

“Yuk cabut, udah ga haus lagi kan Dah?” ujar Verna yang sudah merapikan kembali pakaiannya. Kami naik ke mobil dan kembali ke kota kami dengan kenangan tak terlupakan. Dalam perjalanan kami saling berbagi cerita dan kesan-kesan dari pengalaman kemarin dan membicarakan rencana untuk mengerjai si Ratna yang hari ini absen.

Tamat

Cerita Mesum Diperkosa Guru Sebelum Ujian

$
0
0

Cerita Mesum Diperkosa Guru Sebelum Ujian – Cerita Birahi Pembantu, cerita bokep, CERITA DEWASA, Cerita Dewasa Selingkuh, CERITA HOT, CERITA MESUM, cerita mesum terbaru, CERITA SEKS, cerita sex, cerita sex terbaru 2015 | Namaku Vicki. Aku akan membagi pengalaman seksku dengan para pembaca  Ini merupakan cerita pertamaku, jadi harap maklum apabila tata bahasanya tidak terlalu bagus. ***** Oh ya, sebelumnya aku beritahu ciri-ciri dan perawakanku.

Aku WNI keturunan, berusia 21 tahun saat ini, rambut hitam panjang sampai ke bahu dan agak bergelombang, tinggi 160 cm berat 45 kg. Perawakanku agak kurus, namun payudaraku tergolong besar, 38C. Berhubung tubuhku agak kurus, payudaraku terlihat sangat besar. Apalagi pantatku juga tidak besar, biasa-biasa saja. Ada beberapa teman yang mengatakan potonganku mirip dengan Amy Yip, mantan bintang panas Hongkong.

Sejak kecil aku rajin berolahraga, seperti senam-senam sendiri di kamar dan sering sekali membantu ibuku beres-beres rumah sehingga tubuhku terlihat kencang dan padat. Namun aku tipe cewek yang konservatif, jarang memakai pakaian yang ketat, dan memakai kacamata minus satu, rambut aku kuncir di belakang, sehingga tampaknya tidak terlalu banyak cowok yang mendekatiku. Walaupun saat memakai kaos olahraga pada waktu SMA, para cowok selalu menatap buah dadaku yang menonjol dengan penuh nafsu, sikap dinginku sering membuat mereka malas melakukan pendekatan terhadapku.

Aku kehilangan keperawananku saat SMA kelas 2, berumur 17 tahun oleh pacarku, yang juga WNI keturunan dan merupakan temen kuliah kakak lakiku. Sebetulnya aku tidak berniat pacaran saat itu, namun karena ia sering datang ke rumah dan bercengkerama dengan aku dan kakakku, lama kelamaan kami saling menyukai. Itu merupakan pengalaman pertamaku berpacaran dan karena masih sangat lugu, aku gampang dirayu sehingga mahkotaku direnggutnya. Kemudian selama hampir 3 bulan bermain seks dengan pacarku, aku tidak terlalu menikmatinya, bahkan terkadang sedikit kesakitan saat aku digaulinya. Mungkin karena ia juga tidak terlalu berpengalaman:-) Setelah putus karena pacarku kepergok kakakku berselingkuh, aku kembali bersikap dingin terhadap cowok. Aku pikir apa enaknya orang pacaran dan ngeseks, ya gitu-gitu aja, tidak seperti yang kudengar dari temen-temen cewekku saat kami bergosip.

Aku baru mulai menikmati sampai terjadi peristiwa yang akan kuceritakan di bawah ini. Saat itu aku duduk di kelas 3 SMA, cawu 1, sudah putus dengan pacar, dan berkonsentrasi untuk kelulusan. Tinggi, berat dan perawakanku hanya terpaut sedikit sekali dengan aku yang sekarang, dan ukuran payudaraku juga sudah 38C pada waktu itu. Aku tergolong murid yang rajin dan nilainya cukup baik, namun pada mata pelajaran eksakta seperti matematika, kimia dan fisika, aku sering kesulitan sampai terkadang stres.

Tapi karena dorongan keluargaku yang pas-pasan, aku memilih jurusan IPA karena aku beranggapan jika memilih kuliah seperti di jurusan teknik maka nantinya akan mendapat gaji lumayan bila sudah bekerja. Dan salah satu kekhawatiranku terbukti, dengan nilai2 ulangan kimiaku super jeblok.
bandar bola
Aku khawatir tidak lulus, sehingga pada suatu siang sepulang sekolah, aku memberanikan diri menemui Pak Gatot, guru kimiaku yg juga sekaligus wali kelasku. Pak Gatot berusia 50 tahunan, dari suku Jawa, tingginya sekitar 170-an, dengan perawakan besar dan hitam, wajahnya agak sadis dan tegas, terkenal sebagai guru “killer”, namun kata temen-temen orangnya baik bila ada murid yang minta bantuan. Pak Gatot telah selesai mengajar di satu kelas dan sedang memberes-bereskan barangnya saat kutemui. “Pak Gatot, boleh saya bicara sebentar,” kataku. Pak Gatot hanya melihat sepintas ke arahku, sebelum menjawab cepat dengan nada sedikit membentak, “Ada apa?” Aku mulai menjelaskan permasalahanku dan kekhawatiranku. Aku menyampaikan bahwa aku berniat meminta tugas-tugas tambahan untuk mendongkrak nilaiku. Tapi Pak Gatot menolaknya dan menawarkan les privat seminggu dua kali di rumahnya.

Aku langsung menyetujuinya tanpa berpikiran apa-apa. “Ok, nanti sore kamu ke rumah saya jam 4,” ujar Pak Gatot dengan nada memerintah. “Baik Pak, saya bisa, terima kasih,” jawabku sambil pamit pulang. Tepat jam 4 setelah naik kendaraan umum aku tiba di rumah Pak Gatot yang berlokasi di perumahan cukup elit, baru dibangun dan sepi. Kabarnya Pak Gatot memiliki pekerjaan lain yang cukup memadai, sehingga meskipun guru tapi rumahnya bagus. Setelah melepas sandal dan masuk ke ruang tamu di rumahnya, aku dipersilahkan duduk di sebuah sofa yang besar dan empuk. “Rumahnya bagus juga, tapi kok sepi ya,” pikirku. Aku beranikan diri bertanya, “sendirian di sini Pak?” “Iya, memangnya kenapa?” jawabnya dengan sedikit gusar. “Oh gak apa-apa Pak,” kataku. Pak Gatot kemudian menjelaskan bahwa anak-anaknya kuliah di luar kota, dan istrinya kerja sebagai suster dari sore sampe malam di sebuah rumah sakit.
agen bola piala eropa 2016
Sore itu aku memakai pakaian yang biasa kukenakan. Kemeja berkancing yang agak kebesaran, untuk menutupi menonjolnya payudaraku, serta celana jins yg tidak terlalu ketat, tentu tak lupa juga BH dan celana dalam. Sementara Pak Gatot tampak santai, memakai kaos berlengan dan celana panjang biasa. Pak Gatot langsung duduk di sebelahku, dan menjelaskan kondisiku.

Dengan jebloknya nilai ulangan-ulanganku, mulai sekarang aku harus berusaha sangat keras supaya bisa lulus. “Kamu mengerti situasimu kan?” tanya Pak Gatot. Aku langsung mengiyakan. Pak Gatot meneruskan, “Kalo gitu, kamu harus sering-sering nurut sama Bapak, mengerti Vicki?” Aku mengiyakan lagi tanpa berpikiran macam-macam.
bandar bola piala eropa 2016
Tiba-tiba Pak Gatot langsung menubrukku dari samping dan menindih tubuhku di bawah tubuhnya yg besar dan wajah kami saling berhadapan dekat sekali. Tepat saat aku mau menjerit dan memberontak, Pak Gatot langsung membungkam mulutku dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memegangi kedua pergelangan tanganku sekaligus di atas kepalaku.

Aku berusaha keras memberontak dan menjerit, namun cengkeraman Pak Gatot terlalu kuat. Aku sangat takut pada saat itu melihat pandangan Pak Gatot yang berubah menjadi penuh nafsu, dan aku hanya bisa memelas lewat tatapan mataku. Pak Gatot mulai tersenyum dan terkekeh-kekeh. “Tenang saja Vicki, sebaiknya kamu santai saja. Sudah lama Bapak ingin memerkosamu, tidak disangka hari ini kamu menyerahkan diri,” ujarnya sambil tertawa keras selagi tetap memegangi mulut dan kedua tanganku. “Kamu nggak usah macam-macam, layani saja Bapak, maka kamu nggak perlu mengkhawatirkan nilai-nilaimu yang jeblok itu. Kalo sampai kamu menjerit atau berontak terlalu keras, maka Bapak jamin kamu tidak akan lulus, ok?” tambahnya lagi. Saat itu aku sungguh-sungguh tidak tahu harus berbuat apa karena belum pernah menghadapi situasi seperti ini dalam hidupku.

Tiba-tiba Pak Gatot dengan cepat melepas kacamataku dan menaruhnya di meja sebelah. Kemudian tangan kirinya menarik rambutku dan menciumi bibirku yang mungil dengan kasar, sementara tangan kanannya meremas-remas payudaraku yang sebelah kiri dengan gemasnya sehingga kemejaku mulai awut-awutan. Karena kedua tanganku sudah tidak dipegangi lagi, sempat terlintas di pikiranku untuk memukuli Pak Gatot, namun ancaman tidak lulus membuatku sangat takut dan tidak berani melakukannya.

Aku hanya berusaha melepaskan diri namun sia-sia saja. Kemudian Pak Gatot melepaskan ciumannya, dan kedua tangannya dengan segera memreteli kancing kemejaku satu-persatu. Aku mulai menangis dan memohon untuk dilepaskan, tapi Pak Gatot tidak menghiraukan. Dengan kasar ia menyingkirkan kemejaku dan melemparkannya ke lantai.
taruhan bola
Setelah itu Pak Gatot dengan paksa melucuti celana jinsku. Tubuhku hanya tertutupi BH dan celana dalam saja, buah dadaku yang berukuran 38C terlihat sangat menonjol. Sekali lagi aku diterkamnya sehingga hanya bisa berbaring pasrah di sofa yang besar dan empuk itu. Pak Gatot kembali menciumi bibirku sementara kedua tangannya dengan ganas meremas-remas buah dadaku. Aku selalu mencoba menghindari ciuman Pak Gatot, tapi remasan-remasan tangannya pada payudaraku, yang harus kuakui memang sangat sensitif, membuatku sedikit demi sedikit mulai terangsang.

Tapi karena aku bukan cewek gampangan, tetap saja aku berusaha memberontak. Ironis memang, dalam hati aku berusaha melawan namun tubuhku berkata lain menghadapi serangan-serangan Pak Gatot. Beberapa saat Pak Gatot terus menciumi bibirku dan meremas-remas payudaraku dengan penuh nafsu. Nafasku mulai berat dan saat itu terus terang aku terpaksa pasrah saja. Hanya sesekali aku memelas untuk dilepaskan. “Jangan Pak, tolong Pak,” rintihku. Pak Gatot menyadari perlawananku yang melemah, kemudian dengan cepat sedikit mengangkat punggungku dan melepas tali pengait BH-ku. BH-ku kemudian dilemparkannya. Aku berusaha menutupi buah dadaku dengan lemah namun Pak Gatot mencengkeram kedua pergelangan tanganku dan melebarkannya. Terpampang jelas buah dadaku yang besar, putih mulus, sangat padat, montok dan membusung tegak itu. Serta juga putingku yang berwarna merah muda, kecil namun runcing itu.

Pak Gatot memandangi semua itu dengan mata terbelalak, wajahnya yang menurutku sangat jelek itu menunjukkan kegembiraan seperti baru menang lotere. “Akhirnya kesampaian juga, impian Bapak melihat gunung kembarmu yg indah ini. Putih banget dan besar lagi! Mm.. 38C ya? Tadi Bapak lihat ukuran BH kamu. Kenapa nggak sejak dulu kamu tunjukkan Bapak? Putingmu juga seksi sekali. Pas banget rasanya! Ha.. ha.. ha..”, ujarnya santai sambil matanya tidak pernah lepas dari payudaraku. Aku rasanya mau menangis keras-keras, tapi ketakutanku sekali lagi menyebabkanku pasrah saja. Setelah melepas kedua pergelangan tanganku,
agen bola terpercaya
Pak Gatot memulai serangannya di payudaraku yang sudah tidak tertutupi apa-apa lagi. Kedua telapak tangannya yang hitam dan kuat itu meremas-remas payudaraku yang putih mulus dengan kasar tapi tidak bermaksud melukaiku, sambil matanya yg sadis itu melihat reaksi wajahku. Kontras sekali kasarnya telapak tangan Pak Gatot yang hitam pada kulit buah dadaku yang putih, mulus dan sangat sensitif itu. Meskipun tetap berusaha menjaga harga diriku dengan memohon-mohon kecil untuk dilepaskan, permainan tangan Pak Gatot benar-benar membuatku lupa diri, dan Pak Gatot tahu benar dari ekspresi wajahku yang mulai menikmati.

Pak Gatot mendekatkan mulutnya ke payudaraku dan menjilati kedua putingku bergantian dengan liarnya selagi tangannya tidak pernah berhenti meremas-remas gunung kembarku. Aku mulai melenguh keenakan dan Pak Gatot bertambah semangat. Disedotnya salah satu putingku dengan kuat, secara otomatis aku menjerit terangsang sedikit keras.

Kulihat Pak Gatot tersenyum bangga melihat responku, dan serangannya makin ganas. Kedua putingku yang sudah keras dan tegang sekali bergantian disedotnya. Kemudian Pak Gatot menjilati kedua buah dadaku dengan terampilnya. Lidahnya yang panjang itu seperti kehausan menyapu setiap sentimeter dari payudaraku dan putingku. Tangannya tetap ganas meremas-remas, dan Pak Gatot bergantian mencoba ‘melahap’ masing-masing payudaraku menggunakan mulut dan bibirnya, sementara lidahnya beraksi dengan membuat lingkaran-lingkaran kecil di putingku dan sekitarnya.

Tidak lupa juga digigit-gigit kecil masing-masing payudaraku, membuatku hanya bisa merem melek dan mendesah-desah terangsang. Saat itu barulah aku menyadari bahwa aku 100% takluk terhadap Pak Gatot. Belum pernah aku dibuat senikmat ini, pacarku yang dulu sama sekali tidak berpengalaman dalam ‘foreplay’ seperti yang dilakukan Pak Gatot ini. “Mm.. Pak.. oh..,” rintihku berulang kali saat itu.

Cukup lama Pak Gatot memberikan serangan-serangan dashyat terhadap kedua payudara dan putingku menggunakan telapak tangan, bibir dan lidahnya itu. Tiba-tiba saja aku menjerit cukup keras dan liar. Aku baru menyadari inilah orgasme terhebat yang pernah kurasakan. Tubuhku yang berkeringat itu sedikit terguncang-guncang dalam cengkeraman Pak Gatot. Celana dalamku terasa sangat basah oleh cairan memekku.

Saat aku orgasme, Pak Gatot menyedoti kedua putingku bergantian dan meremas-remas gunung kembarku dengan lebih kuat. Jeritanku bertambah keras dan liar karena merasakan kenikmatan yang amat sangat. Untuk beberapa saat orgasmeku berlangsung, dan selama itu pula Pak Gatot tidak pernah menghentikan serangannya terhadap kedua payudara dan putingku yang super sensitif. Akhirnya orgasmeku usai, dan aku hanya bisa berbaring dengan nafas amat berat dan tersengal-sengal. “Gila bener kamu Vicki, padahal cuma Bapak mainin buah dada dan puting kamu, ternyata kamu udah orgasme segini hebatnya.

Maniak juga kamu ya!” kata Pak Gatot dengan gembira dan bangga. Aku tersenyum malu dan wajahku memerah mendengar kata ‘maniak’. Senyuman Pak Gatot bertambah lebar melihat ekspresi wajahku. “Kamu bener-bener menggemaskan dan seksi abis!” katanya lagi. Kemudian Pak Gatot merangkulku dengan lembut dalam posisi tubuhku masih dibawahnya, keringatku jelas menempel di kaos dan celana panjang Pak Gatot. Aku ingin membalas hangatnya rangkulan Pak Gatot, tapi berhubung masih ‘bau kencur’ dalam urusan seks, aku malu-malu dan hanya diam saja, tapi hatiku berdebar-debar dan ekspresi wajahku menunjukkan kegembiraan. Pak Gatot mulai bercerita bahwa sudah sejak aku kelas satu ia mengincarku saat melihat aku dalam pelajaran olahraga memakai kaos.

Katanya meskipun aku tampak berusaha menggunakan kaos yang agak kelonggaran, ia tahu bahwa payudaraku sangat besar, apalagi porsi tubuhku bisa dibilang agak kurus. Penantian hampir dua tahun tidak sia-sia katanya. Aku sekali lagi hanya bisa tersenyum-senyum kecil dan malu. Pak Gatot juga menambahkan bahwa ia tidak pernah melakukan ‘pemaksaan’ seperti ini terhadap siswi-siswi lainnya. Ia mengaku amat sangat tidak tahan memikirkan kedua buah dadaku ini.

Sejak istrinya menopause juga dua tahun yang lalu itu, bayangan sepasang buah dadaku selalu menjadi inspirasi onaninya yang hampir setiap hari katanya. Aku tambah malu rasanya, tapi tidak bisa menyembunyikan senyumku. Dalam hati aku berpikir, meskipun wajah Pak Gatot tidak tampan, sejak itu aku mulai menyukai wali kelasku sendiri itu. Pak Gatot sempat bertanya apakah aku pernah berhubungan seks.

Aku menjawab bahwa pernah beberapa kali dengan mantan pacarku, tapi aku dengan wajah memerah mengaku belum pernah merasa senikmat ini, bahkan hanya sesekali orgasme dengan mantanku itu. Mungkin ia nggak berpengalaman Pak, kataku. Pak Gatot langsung tersenyum lebar, dan mengutarakan kebanggaannya menjadi orang pertama yang bisa memuaskanku dengan amat sangat. Pak Gatot juga memberitahuku bahwa rumahnya selalu sepi seperti ini, istrinya berangkat kerja dari jam 3 sore sampai sekitar 11 malam, dan sebetulnya tetangga-tetangga sebelah pada perumahan cukup elit seperti ini tidak peduli satu sama lain.

Sehingga walaupun aku menjerit-jerit tidak akan ketahuan, apalagi tembok-tembok rumah Pak Gatot sangat tebal dan kokoh. Saat itu pukul 4:30, udah setengah jam aku di rumah Pak Gatot. “Vicki, kamu bisa pulang malam kan?” tanya Pak Gatot. “Ya.. bisa aja Pak, tapi jangan sampai kemaleman Pak, nanti ortuku bingung,” jawabku.

“Tenang aja, kamu nanti tak antar pulang kalo Bapak udah puas. Oh ya, kamu telepon aja ke rumah bilang pulangnya agak malam,” jawabnya. Setelah itu Pak Gatot bangkit dan melepaskan rangkulannya. Ia mengambil ponselnya dan menyuruh aku telepon.

Kemudian aku duduk, cuma pake celana dalam saja, lalu menelpon ortuku, beralasan bahwa aku belajar kelompok di rumah guruku. Karena selama ini aku cewek yang selalu penurut terhadap ortu dan hampir tidak pernah berbuat nakal, orang rumah percaya-percaya saja. Sesudahnya Pak Gatot duduk di sebelahku, membawakan sebotol minuman air dingin dan minum bersama. Supaya segar katanya. Setelah puas minum, Pak Gatot langsung berkata dengan tatapan nafsu, “Vicki, ayo ke kamar aja, ranjangnya besar, lebih enak, kamu boleh menjerit sepuasnya.”

Aku lagi-lagi tersenyum malu, namun menjawab dengan sedikit khawatir, “Hah? Di kamar? Di ranjang? Apa nanti tidak ketahuan sama istri Bapak? Sofa Bapak ini aja udah basah semua kena keringatku.” “Santai aja, ini kamar untuk tamu kok sebetulnya. Kadang-kadang ada saudara atau famili yang menginap. Biasanya juga Bapak sendiri kok yang bersihkan. Jadi kamu nggak usah takut, pokoknya nurut aja,” ujarnya lagi. Walaupun tetap dengan gayaku yang sedikit ‘malu-malu kucing’, aku menyetujui ajakan Pak Gatot. Dengan tangkas Pak Gatot menggendongku dengan kekuatan kedua tangannya, aku langsung kaget dan menjerit kecil. “Tambah nggemesin aja kamu ini, Vicki,” katanya. Kamar untuk tamu Pak Gatot ternyata sangat rapi meskipun cukup kecil dan lampunya sangat terang.

Hampir sebagian besar ruangan termakan tempatnya oleh sebuah ranjang spring bed besar lengkap dengan ukiran-ukirannya, yang jelas untuk ukuran dua orang. Perabotan sisanya hanya sebuah lemari pakaian besar dan sepasang kursi sofa kecil. Ada satu pintu di sebelah ranjang yang ternyata adalah kamar mandi dalam. Tubuhku yang berukuran mungil dibandingkan tubuh Pak Gatot, langsung dilemparkannya tepat di tengah-tengah ranjang sesudah ia menggendongku masuk. Aku kembali berteriak kecil karena kaget campur perasaan gembira tidak menentu membayangkan apa yang selanjutnya akan dilakukan Pak Gatot terhadapku. “Empuk sekali ranjangnya,” pikirku.

Kemudian Pak Gatot mengambil posisi di atas kedua kakiku, mengangkat pantatku dan memeloroti celana dalamku dengan agak kasar. “Bapak ini bener-bener nggak tahan lihat keseksian tubuhmu, apalagi buah dada kamu, jadi maklum aja kalo Bapak sering agak kasar sama kamu,” godanya saat melepaskan CD-ku. Aku bener-bener telanjang bulat tanpa sehelai benangpun, berbaring di ranjang dengan wajah sedikit memerah mendengar berbagai macam perkataan Pak Gatot yang menggoda. Pak Gatot juga mengaku senang dengan memekku yang bulu-bulunya sejak dulu aku cukur sehingga tinggal tersisa tipis-tipis. “Vicki, kamu bener-bener cewek impian Bapak,” pujinya.

Kemudian dengan sangat cepat Pak Gatot melepas kaos dan celana panjang sambil berdiri di sebelah ranjang. Aku langsung menahan napas panjang melihat tubuh Pak Gatot yang hanya tinggal memakai celana dalam saja. Meski sudah berusia 51 tahun, katanya, tubuh hitam Pak Gatot masih berotot dan tampak tegap. Aku agak merinding melihat sekujur tubuhnya yang agak berbulu dan wajahku hanya bisa melongo melihat tonjolan besar di balik CD Pak Gatot. “Kok bengong?” tegur Pak Gatot sambil tersenyum-senyum. “Um.. anu Pak.. eh..,” reaksiku benar-benar seperti anak kecil yang kebingungan.

“Nggak usah malu-malu, Bapak yakin kamu pasti pengen lihat kontol Bapak ini kan,” ujarnya lagi menggoda. “Ayo sini..” tambahnya. Dengan wajah khasku yang memerah bila malu-malu, aku turun dari ranjang sementara Pak Gatot duduk di tepi ranjang. Pak Gatot membuka pahanya lebar-lebar dan menyuruhku duduk bersimpu lutut di antaranya. “Kamu dulu pernah nyedot kontol mantan pacarmu?” tanya Pak Gatot. Wajahku tambah merah mendengar bahasanya yang kasar, tapi mungkin karena sudah 200% takluk, aku tambah berdebar-debar. “Belum pernah Pak, Vicki nggak berani,” jawabku. “Mm.. jadi kamu bisa belajar pake kontol Bapak,” balasnya.

Wajahku merah padam seperti mati kutu, dan Pak Gatot semakin menjadi-jadi menggodaku. “Tapi kamu pasti pernah nonton BF kan?” tanyanya. Aku langsung mengiyakan dengan mengangguk pelan mengingat-ingat beberapa kali pernah menonton film porno bersama temen-temen cewekku. “Kalo gitu ya kamu pasti bisa Vicki, dan mulai sekarang kamu nggak usah malu-malu, he he he,” balasnya sambil tertawa. Tiba-tiba Pak Gatot memegang belakang kepalaku dan menarik kuncir rambutku yang masih terpasang sebelumnya. Rambut hitam panjangku yang agak bergelombang terurai di bahuku. “Kamu cantik dan seksi sekali Vicki sayang,” katanya sambil memandangi wajahku.

Aku tersenyum sipu sementara Pak Gatot memegang kedua tanganku dan menaruhnya di pinggangnya. Kemudian Pak Gatot sedikit mengangkat pinggulnya. “Ayo diplorotin, kalo pengen lihat kontol Bapak nggak usah sungkan,” candanya lagi. Dengan bantuannya aku mulai menurunkan CD-nya hingga ke paha dan mataku langsung terbelalak lebar ketika senjata Pak Gatot bebas dari sarangnya. Kontol Pak Gatot ternyata begitu indah meski tampak menyeramkan.

Berwarna hitam pekat, begitu besar dengan panjang sekitar 12 cm dan diameter sekitar 6 cm. Kontol yang sudah disunat itu dilengkapi dengan ujungnya yang berwarna coklat keungu-unguan. Sepasang buah zakar hitam besar dengan bulu lebat juga tidak lepas dari pandanganku. Aku hanya bisa memandang takjub dan melongo, mataku seperti terhipnotis oleh kontolnya. “Kenapa sayang, punya pacarmu nggak segede ini dulu?” tanyanya. Aku menjelaskan bahwa panjangnya mungkin hampir sama, tetapi kontol Pak Gatot lebih lebar. “Lho jangan kaget ya, ini masih semi ereksi,” tambahnya. “Hah?” jeritku tambah melongo.

Kemudian Pak Gatot menyuruhku menurunkan CD-nya sampai kedua kakinya, sehingga kami berdua sama-sama telanjang bulat. Sungguh pemandangan yang jarang terlihat, ABG berwajah lugu, berkulit putih mulus dengan payudara besar sedang berjongkok di antara kedua paha pria setengah baya berperawakan menyeramkan dengan kulit hitam pekat yang duduk di tepi ranjang.

Pak Gatot dengan sabar mengamati reaksi wajahku dan menungguku beraksi sementara kedua tangannya berpegangan di tepi ranjang. Dengan sedikit gemetaran namun sudah terkontrol oleh nafsu membara, aku meraih kontol Pak Gatot dan mengocoknya pelan-pelan menggunakan tangan kananku. Jari-jariku yang mungil nyaris tidak bisa melingkari keseluruhan dari diameter kontolnya.

Aku mulai mengocok kontol Pak Gatot naik turun, sambil sesekali melihat wajahnya. Pak Gatot sangat menikmati dan kadang-kadang salah satu tangannya membelai-belai rambutku. Setelah kukocok beberapa saat, dalam sekejap kontol Pak Gatot bertambah panjang, mungkin sekitar 18 cm. “Ini baru kontol Bapak yang sesungguhnya, enak banget kamu ngocoknya Vicki,” desahnya. Aku makin bersemangat dan mulai mengocok kontol Pak Gatot dengan dua tangan, naik turun dan tambah lama tambah cepat. Kemudian pikiranku untuk sesaat terbang ke salah satu film porno yang pernah aku tonton dan berusaha kuingat beberapa adegan oral seks.

Aku melepaskan tangan kiriku dari rudal hitam tersebut, sementara tangan kananku memegangi pangkal kontol Pak Gatot dengan erat sambil kumajukan kepala dan kubuka mulut. Bibirku yang mungil terbuka lebar dan langsung mengulum kepala kontol Pak Gatot. “Mm..” desahku sambil menyedot-nyedot pelan. “Oh Vicki.. hebat bener kamu sayang,” desahnya keenakan. Aku benar-benar sudah seperti gadis liar seperti di film-film BF itu dan sedotanku makin lama makin kuat dan dalam, meskipun ukuran kontol Pak Gatot membuatku hanya bisa memasukkan sekitar setengahnya setiap sedotan. Entah belajar darimana, lidahku juga mulai beraksi dengan menjilati ujung kontolnya.

Kulihat sepintas wajah Pak Gatot menunjukkan ekspresi yang sangat puas dan membuatku berbangga meski ini merupakan oral seks pertamaku. Setelah menyedot dan menjilati kontolnya beberapa saat, aku melepaskannya dari mulutku sampai terdengar suara ‘plop’.

Kupandangi kontol hitam yang sekarang hampir setengahnya mengkilap terkena jilatan lidahku. Seperti kurang puas, gantian kupegangi kepala kontolnya sementara lidahku menjelajahi bagian bawah dan pangkal kontol Pak Gatot. Desahan Pak Gatot tambah panjang. “Kamu lugu-lugu ternyata liar di ranjang ya Vicki, mm..” Aku tersenyum puas saat kupandangi kontol Pak Gatot sudah mengkilap hampir seluruhnya. “Kamu pinter banget Vicki, kamu basahin kontol Bapak kayak gini supaya siap dimasukkan di memek kamu ya?” senyumnya. Sekali lagi wajah merahku dengan senyuman tipis kembali terlihat. Setelah itu Pak Gatot mengangkatku berdiri dan merebahkan tubuhku kembali di tengah-tengah ranjang.

Dibukanya kedua pahaku lebar-lebar dan Pak Gatot mengambil posisi di antaranya sambil memegangi senjatanya. “Pak, pelan-pelan ya? Punya Bapak besar sekali. Saya agak takut,” kataku saat itu. “Ha.. ha.. ha.. nggak usah takut, pokoknya kamu pasti seneng,” jawabnya. Pak Gatot juga memberitahuku nggak usah khawatir hamil, karena nantinya ia tidak akan mengeluarkan air maninya di memekku. “Biar kayak di BF-BF itu Vicki,” katanya. Aku yang berbaring telentang menjawab dengan kepalaku, yang dialasi bantal empuk, mengangguk-angguk.

Aku menahan nafas saat Pak Gatot mulai memasukkan kontolnya ke arah memekku yang sudah basah sedari tadi. “Oh.. Pak..” jeritku kecil. Rasanya bener-bener nikmat meski mungkin baru ujung kontol Pak Gatot saja yang terbenam di memekku. Kulihat Pak Gatot mulai memompa dan memegangi kontolnya keluar masuk dari memekku sehingga menggesek-gesek klitorisku yang makin basah. Aku sungguh-sungguh terbuai, dan kemudian dengan sekali sentakan kulihat separuh kontol Pak Gatot masuk ke memekku. “Oh.. Pak Gatot..” desahku dengan nafas berat. Kemudian Pak Gatot mengarahkan kedua tangannya ke arah gunung kembarku dan mulai meremas-remas dengan agak kasar, sambil memaju mundurkan kontolnya keluar masuk memekku.

“Oh Pak Gatot..” Aku sudah benar-benar lupa diri, yang ada di pikiranku saat itu hanyalah kenikmatan liar ini. Gerakan-gerakan dan respon tubuhku mungkin sudah seperti cewek-cewek dalam film-film porno yang pernah kulihat. Kombinasi dari gesekan-gesekan kontol Pak Gatot di memek dan klitorisku serta remasan-remasan kasar telapak tangannya di buah dadaku yang amat sensitif membuatku menjerit dan mendesah tidak karuan dengan liarnya.

Kemudian sambil tetap meremas-remas sepasang payudaraku, Pak Gatot bergerak maju dan menciumi bibirku. Aku membalas dengan penuh nafsu, bibir dan lidah kami saling bermain satu sama lain. Setelah puas menciumiku, Pak Gatot mulai memompa kontolnya dengan lebih cepat. Sambil tangannya bertumpu dengan meremas-remas buah dadaku, Pak Gatot bergerak maju mundur sangat cepat dan kuat. Pandangan penuh nafsu Pak Gatot di wajahku kubalas dengan reaksi serupa.

Mungkin karena basahnya memekku, kulihat saat itu Pak Gatot bisa memasukkan seluruh kontolnya pada setiap sentakan. Kami berdua sudah sama-sama mandi keringat, apalagi urat-urat dan otot-otot di sekujur tubuh Pak Gatot jelas terlihat. Hanya suara desahan dan lenguhan liar bagaikan binatang dari kami berdua yang terdengar di kamar. Akhirnya aku tidak tahan lagi, orgasmeku yang kedua datang. Aku menjerit sangat keras, dan Pak Gatot justru tambah mempercepat dan memperkuat gerakan serta remasannya. Tubuh mungilku terguncang hebat, sekali lagi dalam cengkeraman Pak Gatot.

Kemudian dipeluknya tubuhku, kubalas pula dengan erat sehingga terasa keringat kami berdua saling bercampur. Pak Gatot tidak pernah berhenti memompa kontolnya saat orgasmeku yang kedua itu berlangsung. Setelah klimaksku selesai beberapa saat kemudian, tubuhku tergolek lemas dalam posisi saling memeluk, sungguh kontras sekali perbedaan warna dari tubuh kami. Memekku dan kontol Pak Gatot yang terbenam seluruhnya terasa sangat basah dan aku kesulitan mengatur nafasku di bawah tindihan tubuh Pak Gatot. “Asyik sekali kamu Vicki,” ujar Pak Gatot sambil tersenyum ke wajahku. Kubalas lemah senyumannya sambil merasakan kenikmatan ini.

Kuberanikan berbisik lemah, “Bapak kok belum keluar?” Sambil tertawa-tawa, Pak Gatot menjawab, “Kan sudah Bapak bilang nggak mungkin tak keluarin di memek kamu. Bapak sudah kepikiran tak keluarin pejuh Bapak di bagian tubuh kamu yang lain.” “Di mana Pak?” tanyaku. Pak Gatot hanya membalas dengan senyuman sambil melepaskan pelukannya dan bangkit dari atas tubuhku dan kemudian mengambil posisi duduk berjongkok di perutku. Terpampang jelas di mataku kontol hitam besar Pak Gatot yang tambah mengkilap akibat cairan dari memekku.

“Sudah dua tahun ini Bapak selalu membayangkan kontol Bapak yang hitam ini dijepit dengan gunung kembarmu yang putih mulus itu lho,” ujar Pak Gatot. Wajahku yang penuh keringat kembali merah padam. “Kenapa? Kamu nggak suka?” tanya Pak Gatot. Aku juga menjelaskan bahwa sejak melihat salah satu adegan di BF barat, di mana seorang cewek yang berpayudara besar menjepit kontol pasangannya, aku amat ingin mencobanya.

Tapi kujelaskan bahwa aku tidak berani dan sungkan mengutarakannya pada mantan pacarku yang dulu. “Ha ha ha.. kalo begitu kita bener-bener cocok Vicki. Ayo sekarang kamu pegangi gunung kembarmu itu!” kata Pak Gatot seperti tidak sabar. Kuturuti dan kupegangi masing-masing payudaraku, sementara Pak Gatot sedikit maju dan meletakkan kontolnya persis di antara sepasang bukit kenyalku. Teringat pada adegan BF, aku langsung menjepit-jepit bukit kembarku itu, terasa sekali kontol Pak Gatot yang keras bergesekkan dengan kulit mulus payudaraku.

Jujur saja aku sangat terangsang melihat kontrasnya warna kontol Pak Gatot dan payudaraku, membuatku makin bersemangat dan mulai memijat-mijat buah dadaku dengan kuat. Sepintas kulihat reaksi wajah Pak Gatot yang menunjukkan kenikmatan tiada tara. Aku sangat senang dengan ekspresinya, meski sekali lagi kutekankan bahwa wajah Pak Gatot boleh dibilang sama sekali tidak tampan.

Pak Gatot yang sedari tadi diam dan menikmati pijatan payudaraku, kemudian mulai memaju mundurkan kontolnya sambil kedua tangannya berpegangan pada ukiran-ukiran tiang ranjangnya yang luks dan eksklusif itu. Campuran keringat dan cairan memekku membuat Pak Gatot dengan mudah menggerakan kontolnya di sepanjang belahan dadaku. Aku tidak pernah berhenti memijat, meremas, dan menjepit payudaraku sehingga kulihat mata Pak Gatot merem melek. “Oh Vicki sayang..!” jerit Pak Gatot sesekali. Gerakan Pak Gatot makin lama makin cepat, sementara aku juga menguatkan pijatan dan remasan. Karena payudaraku yang amat sensitif merasakan kerasnya kontol Pak Gatot, kurasakan ledakan-ledakan kecil di memekku.

Aku juga sering mendesah-desah tidak karuan. Kuperhatikan dorongan kontol besar Pak Gatot membuat ujungnya makin lama makin dekat ke daguku, kurasakan pula buah zakarnya bertabrakan dengan pangkal payudaraku dalam setiap dorongan yang dilakukannya. Dengan beralaskan bantal, kumajukan mulutku dan mulai memberikan jilatan-jilatan cepat liar setiap kali kepala kontol Pak Gatot mendekat. Sekilas kulihat mata Pak Gatot terbelalak dengan keagresifanku ini.

“Kamu makin liar aja Vicki, Bapak bener-bener nggak tahan!” desahnya. Dengan terampil kuberikan kenikmatan pada Pak Gatot, jilatan-jilatan lidahku pada ujung kontolnya serta remasan-remasan payudaraku menggesek kontolnya. Aku betul-betul ingin membalas semua kenikmatan yang sebelumnya diberikan Pak Gatot terhadapku, tidak peduli lagi status dan perbedaan usia kami. Gerakan dan ekspresi kami sudah seperti sepasang kekasih yang tidak mampu lagi menahan nafsunya atau mungkin layaknya dua bintang film porno. “Oh Vicki sayang!” Pak Gatot akhirnya menjerit keras dan menghentikan gerakannya.

Lihat Juga :  Cerita Ngentot Sedarah Ayah Dan Anak Terbaru

Kontol Pak Gatot masih terjepit di antara buah dadaku dan ujungnya persis dekat di depan bibirku yang sedikit menganga. Bersamaan dengan itu, air mani atau pejuh dari kontol Pak Gatot muncrat! Tembakan-tembakan deras pejuh Pak Gatot membasahi dan lengket di sebagian besar wajah dan bibirku. Aku tidak pernah berhenti meremas-remas payudara sambil menelan dan menjilati air mani Pak Gatot yang mengarah ke bibirku dan keluar dengan derasnya. Aku sampai kewalahan dengan banyaknya air mani yang keluar dari kepala kontol Pak Gatot. Kemudian Pak Gatot bergerak maju mundur lagi, sehingga air maninya muncrat dan mendarat tidak beraturan di dagu, leher, dada dan tentunya sepasang payudara dan putingku.

Akhirnya Pak Gatot berhenti bergerak meski kontolnya masih di antara kedua payudaraku. Kulepaskan salah satu cengkeraman tanganku dari buah dadaku, lalu kupegangi kontol Pak Gatot yang masih sedikit keras. Kemudian kugesekkan ujung kontolnya dengan buah dadaku yang ditahan oleh tanganku yang lain. Tak luput juga sesekali kugesek ujung kontol Pak Gatot dengan puting merah mudaku.

Aku juga tidak menyadari dari mana kupelajari gerakan seperti itu, mungkin dari BF-BF itu dan mungkin benar juga kata Pak Gatot bahwa aku maniak. Kuratakan ceceran pejuh Pak Gatot dengan ujung kontolnya bergantian di masing-masing gunung kembarku. Setelah puas, akhirnya kulepaskan genggaman tanganku dari kontolnya dan payudaraku, kemudian kuusap-usap sekujur wajah, bibir, leher dan dadaku yang sebelumnya tersemprot dengan pejuh Pak Gatot, serta kujilat-jilat dan kutelan air maninya seperti binatang kehausan. Dengan wajah, bibir, leher, dada dan sepasang bukit kenyal serta kedua puting merah mudaku masih sedikit belepotan dan lengket dengan air maninya, kuberanikan diri tersenyum menggoda ke arah Pak Gatot yang masih belum beranjak dari posisi duduk berjongkok di atas perutku.

“Oh Vicki! Kamu bener-bener seksi banget! Hebat!” teriak Pak Gatot gembira sambil memandangiku. Setelah itu Pak Gatot berbaring lemas di sebelahku, tubuh kami yang sudah basah dan mandi keringat saling berpelukan. Pak Gatot tampaknya juga tidak jijik dengan air maninya sendiri, terbukti kami saling berciuman dan berpagutan dengan sisa-sisa tenaga yang kami punyai. Kulihat saat itu pukul 1/2 6 sore dan kami berbicara dan bercanda dengan santai sekitar 1 jam-an sambil berbaring. Kami saling bercerita, aku membicarakan kesulitan-kesulitanku dalam menghadapi pelajaran-pelajaran di sekolah, sementara Pak Gatot banyak mengutarakan kesepiannya

karena sejak dulu tiga anak-anaknya kuliah di luar kota dan istrinya bekerja dari sore sampai malam. Meskipun berkecukupan dan hubungan mereka berdua masih harmonis, Pak Gatot masih sering merasa kesepian. Sebelum istrinya menopause ia masih aktif berseks ria meski istrinya agak kewalahan mengimbangi.

Ia mengaku merasa muda lagi setelah berhubungan denganku ini. Pak Gatot juga menjelaskan bahwa mulai sekarang aku tidak perlu khawatir dengan nilai-nilai ulanganku. Tapi Pak Gatot berjanji tetap akan membantuku belajar, jadi aku bukan dianggapnya sebagai ‘pemuas nafsu’ belaka. Lalu kami berdua sama-sama berpakaian dan merapikan diri. Pak Gatot mengajakku makan di rumahnya dan setelah itu ia mulai mengajariku. Ia juga menambahkan bahwa biaya untuk les privatku ini digratiskan aja, aku tidak perlu membayar.

Aku bener-bener berterima kasih padanya. Mungkin karena Pak Gatot sudah menyukaiku, kesadisannya seperti biasa di kelas tidak terlihat, malahan dengan cepat aku dapat menangkap bahan-bahan pelajaran kimia yang diberikannya. Setelah selesai aku diantarnya pulang ke rumah dengan mobil sedannya. Dalam perjalanan Pak Gatot memberitahukan agar kami bersikap biasa-biasa saja di sekolah. Di kelas ia tetap akan memperlakukan sebagaimana murid-murid lainnya. Pak Gatot juga menanyakan apakah aku bisa datang ke rumahnya besok di waktu yang sama jam 4 sore. Aku menyetujuinya dan terus terang berdebar-debar juga memikirkannya.

Aku sampai di rumah sekitar jam 8 malam dan langsung mandi untuk menyegarkan diri. Demikianlah awal petualanganku menjadi ’simpanan’ wali kelasku sendiri dan sangat menyukai seks. Semoga dalam kesempatan selanjutnya bisa aku tuturkan kisah seksku yang lain bersama Pak Gatot.

Tamat

Cerita Ngentot Dengan Teman Suamiku

$
0
0

Cerita Ngentot Dengan Teman Suamiku – Sebut saja nama ku Sinta, wanita umur 28 thn dan orang-orang bilang bentuk tubuhku amatlah proposional, tinggi 170 cm berat 55kg dan ukuran buah dada 34B, ditunjang wajah cantik (itu juga orang-orang yang bilang) dan kulit putih cerah. Sebelumnya aku memang sering bekerja menjadi SPG pada pameran mobil dan banyak orang mengelilingi mobil yang aku pamerkan bukan utk melihat mobil tetapi untuk melihatku.

Menikah dengan Roni, 30 thn, seorang pekerja sukses. Kami memang sepakat utk tidak punya anak terlebih dahulu dan kehidupan seks kami baik-baik saja, Roni dapat memenuhi kebutuhan seks ku yang boleh dibilang agak hyper..sehari bisa minta 2 sesi pagi sebelum Roni berangkat kerja dan malam sebelum tidur.
Dan cerita ini berawal dari kesuksesan Roni bekerja di kantornya dan mendapat kepercayaan dari sang atasan yang sangat baik. Kepercayaan ini membuat dia sering harus bekerja overtime, pada awalnya aku bisa menerima semua itu tetapi kelamaan kebutuhan ini harus dipenuhi juga dan itulah yang membuat kami sering bertengkar karena kadang Roni harus berangkat lebih pagi dan lewat tengah malam baru pulang.
Dan mulailah cerita ini ketika Roni mendapat tanggung jawab untuk menangani suatu proyek dan dia dibantu oleh rekan kerjanya Bram dari luar kota. Pertama diperkenalkan Bram langsung seperti terkesima dan sering menatapku, hal itu membuatku risih. Bram cukup tampan gagah dan kekar.

Karena tuntutan pekerjaan dan efisiensi, kantor Roni memutuskan agar Bram tinggal di rumah kami utk sementara. Dan memang mereka berdua sering bekerja hingga larut malam di rumah kami. Bram tidur di kamar persis di seberang kamar kami.

Sering di malam hari aku berpamitan tidur matanya yang nakal suka mencuri pandang diantara sela-sela baju tidur yang aku kenakan. Aku memang senang tidur bertelanjang agar jika Roni datang bisa langsung bercinta.
Pernah suatu saat ketika pagi hari kami aku dan Roni bercinta di dapur waktu masih pagi sekali dengan posisiku duduk di meja dan Roni dari depan, tiba-tiba Bram muncul dan melihat kami, dia menempelkan telunjuk dimulutnya agar aku tidak menghentikan kegiatan kami, karena kami sedang dalam puncaknya dan Roni yang membelakangi Bram dan aku juga tidak tega menghentikan Roni, akhirnya ku biarkan Bram melihat kami bercinta tanpa Roni sadari hingga kami berdua orgasme. Dan aku tahu Bram melihat tubuh telanjangku ketika Roni melepaskan penisnya dan terjongkok di bawah meja.
Setelah kejadian itu Bram lebih sering memperhatikan tiap lekuk tubuhku.

Sampai suatu waktu ketika pekerjaan Roni benar2 sibuk sehingga hampir seminggu tidak menyentuhku. Di hari Jum’at kantor tempat Roni bekerja mengadakan pesta dinner bersama di rumah atasan Roni . Rumahnya terdiri dari dua lantai yang sangat mewah di lantai 2 ada semacam galeri barang2 antik. Kami datang bertiga dan malam itu aku mengenakan pakaian yang sangat seksi, gaun malam warna merah yang terbuka di bagian belakang dan hanya dikaitkan di belakang leher oleh kaitan kecil sehingga tidak memungkinkan memakai BH, bagian bawahpun terdapat sobekan panjang hingga sejengkal di atas lutut, malam itu saya merasa sangat seksi dan Bram pun sempat terpana melihatku keluar dari kamar. Sebelum berangkat aku dan Roni sempat bercinta di kamar dan tanpa sepengetahuan kami ternya Bram mengintip lewat pintu yang memang kami ceroboh tidak tertutup sehingga menyisakan celah yang cukup untu melihat kami dari pantulan cermin, sayangnya karena letih atau terburu-buru mau pergi Roni orgasme terlebih dahulu dan aku dibiarkannya tertahan. Dan Bram mengetahui hal itu.

Malam itu ketika acara sangat ramai tiba-tiba Roni dipanggil oleh atasannya untuk diperkenalkan oleh customer. Roni berkata padaku untuk menunggu sebentar, sambil menunggu aku ke lantai 2 untuk melihat barang2 antik, di lantai 2 ternyata keadaan cukup sepi hanya 2-3 orang yang melihat-lihat di ruangan yang besar itu. Aku sangat tertarik oleh sebuah cermin besar di pojokan ruangan, tanpa takut aku melihat ke sana dan mengaguminya juga sekaligus mengagumi keseksian tubuhku di depan cermin, tanpa ku sadari di sampingku sudah berada Bram .
“Udah nanti kacanya pecah lho..cakep deh..!”, canda Bram
“Ah bisa aja kamu Bram”,balasku tersipu.
Setelah berbincang2 di depan cermin cukup lama Bram meminta tolong dipegangkan gelasnya sehingga kedua tanganku memegang gelasnya dan gelasku.

“Aku bisa membuat kamu tampak lebih seksi”,katanya sambil langsung memegang rambutku yang tergerai dengan sangat lembut. Tanpa bisa mengelak dia telah menggulung rambutku sehingga menampak leherku yang jenjang dan mulus dan terus terang aku seperti terpesona oleh keadaan diriku yang seperti itu. dan memang benar aku terlihat lebih seksi. Dan saat terpesona itu tiba-tiba tangan Bram meraba leherku dan membuatku geli dan detik berikutnya Bram telah menempelkan bibirnya di leher belakangku, daerah yang paling sensitif buatku sehingga aku lemas dan masih dengan memegang gelas Bram yang telah menyudutkanku di dinding dan menciumi leherku dari depan. “Bram apa yang kamu lakukan..lepaskan aku Bram..lepas..!”,rontaku tapi Bram tahu aku tidak akan berteriak di suasana ini karena akan mempermalukan semua orang.

Bram terus menyerangku dengan kedua tanganku memegang gelas dia bebas meraba buah dadaku dari luar dan terus menciumi leherku, sambil meronta-ronta aku merasakan gairahku meningkat, apalagi saat tiba-tiba tangan Bram mulai meraba belahan bawah gaunku hingga ke selangkanganku. “Bram..hentikan Bram aku mohon..tolong Bram..jangan lakukan itu..”,rintihku, tapi Bram terus menyerang dan jari tengah tangannya sampai di bibir vaginaku yang ternyata telah basah karena serangan itu. Dia menyadari kalau aku hanya mengenakan G-string hitam dengan kaitan di pinggirnya, lalu dengan sekali sentakan dia menariknya dan terlepaslah G-stringku. Aku terpekik pelan apalagi merasakan ada benda keras mengganjal pahaku. Ketika Bram sudah semakin liar dan akupun tidak dapat melepaskan, tiba-tiba terdengar suara Roni memanggil dari pinggir tangga yang membuat pegangan himpitan Bram terlepas, lalu aku langsung lari sambil merapikan pakaian ku menuju Roni yang tidak melihat kami dan meninggalkan Bram dengan G-string hitamku. Aku sungguh terkejut dengan kejadian itu tapi tanpa disadari aku merasakan gairah yang cukup tinggi merasakan tantangan melakukan di tempat umum walau dalam kategori diperkosa.

Ternyata pesta malam itu berlangsung hingga larut malam dan Roni mengatakan dia harus melakukan meeting dengan customer dan atasannya dan dia memutuskan aku untuk pulang bersama Bram. Tanpa bisa menolak akhirnya malam itu aku diantar Bram, diperjalanan dia hanya mengakatakan “Maaf Sinta..kamu sungguh cantik malam ini.” Sepanjang jalan kami tidak berbicara apaun. Hingga sampai dirumah aku langsung masuk ke dalam kamar dan menelungkupkan diri di kasur, aku merasakan hal yang aneh antara malu aku baru saja mengalami perkosaan kecil dan perasaan malu mengakui bahwa aku terangsang hebat oleh serangan itu dan masih menyisakan gairah. Tanpa sadar ternyata Bram telah mengunci semua pintu dan masuk ke dalam kamarku, aku terkejut ketika mendengar suaranya’, “Sinta aku ingin mengembalikan ini”‘ katanya sambil menyerahkan G-stringku berdiri dengan celana pendek saja, dengan berdiri aku ambil G-stringku dengan cepat, tapi saat itu juga Bram telah menyergapku lagi dan langsung menciumiku sambil langsung menarik kaitan gaun malamku, maka bugilah aku diahadapannya. Tanpa menunggu banyak waktu aku langsung dijatuhkan di tempat tidur dan dia langsung menindihku. Aku meronta-ronta sambil menendang-nendang?”Bram..lepaskan aku Bram..ingat kau teman suamiku Bram..jangan..ahh..aku mohon”, erangku ditengah rasa bingung antara nafsu dan malu, tapi Bram terus menekan hingga aku berteriak saat penisnya menyeruak masuk ke dalam vaginaku, ternyata dia sudah siap dengan hanya memakai celana pendek saja tanpa celana dalam.

“Ahhhh?Braam..kau..:’ Lalu mulailah dia memompaku dan lepaslah perlawananku, akhirnya aku hanya menutup mata dan menangis pelan..clok..clok..clok..aku mendengar suara penisnya yang besar keluar masuk di dalam vaginaku yang sudah sangat basah hingga memudahkan penisnya bergerak. Lama sekali dia memompaku dan aku hanya terbaring mendengar desah nafasnya di telingaku, tak berdaya walau dalam hati menikmatinya. Sampai kurang lebih satu jam aku akhirnya melenguh panjang “Ahhh?..” ternyata aku orgasme terlebih dahulu, sungguh aku sangat malu mengalami perkosaan yang aku nikmati. Sepuluh menit kemudian Bram mempercepat pompaannya lalu terdengar suara Bram di telingaku “Ahhh..hmmfff?” aku merasakan vaginaku penuh dengan cairan kental dan hangat sekitar tiga puluh deti kemudian Bram terkulai di atasku.

“Maaf Sinta aku tak kuasa menahan nafsuku..”bisiknya pelan lalu berdiri dan meninggalkanku terbaring dan menerawang. hinga tertidur Aku tak tahu jam berapa Roni pulang hingga pagi harinya.
Esok paginya di hari sabtu seperti biasa aku berenang di kolam renang belakang,, Roni dan Bram berpamitan untuk nerangkat ke kantor. Karena tak ada seorang pun aku memberanikan diri untuk berenang tanpa pakaian. Saat asiknya berenang tanpa disadari, Bram ternyata beralasan tidak enak badan dan kembali pulang, karena Roni sangat mempercayainya maka dia izinkan Bram pulang sendiri. Bram masuk dengan kunci milik Roni dan melihat aku sedang berenang tanpa pakaian. Lalu dia bergerak ke kolam renag dan melepaskan seluruh pakaiannya, saat itulah aku sadari kedatangannya, “Bram..kenapa kau ada di sini?” tanyaku, “Tenang Sinta suaimu ada di kantor sedang sibuk dengan pekerjaannya”, aku melihat tubuhnya yang kekar dan penisnya yang besar mengangguk angguk saat dia berjalan telanjang masuk ke dalam kolam “Pantas sajaku semalam vaginaku terasa penuh sekali”‘pikirku. Aku buru-buru berenang menjauh tetai tidak berani keluar dr dalam kolam karena tidak mengenakan pakaian apapun juga. Saat aku bersandar di pingiran sisi lain kolam, aku tidak melihat ada tanda2 Bram di dalam kolam. Aku mencari ke sekeliling kolam dan tiba-tiba aku merasakan vaginaku hangat sekali, ternyata Bram ada di bawah air dan sedang menjilati vaginaku sambil memegang kedua kakiku tanpa bisa meronta.

Akhirnya aku hanya bisa merasakan lidahnya merayapai seluruh sisi vaginaku dan memasuki liang senggamaku..aku hanya menggigit bibir menahan gairah yang masih bergelora dari semalam. Cukup lama dia mengerjai vaginaku, nafasnya kuat sekali pikirku. Detik berikutnya yang aku tahu dia telah berada di depanku dan penisnya yang besar telah meneyruak menggantian lidahnya? “Arrgghh..” erangku menahan nikmat yang sudah seminggu ini tidak tersentuh oleh Roni. Akhirnya aku membiarkan dia memperkosaku kembali dengan berdiri di dalam kolam renang. Sekarang aku hanya memeluknya saja dan membiarkan dia menjilati buah dadaku sambil terus memasukan penisnya keluar masuk. Bahkan saat dia tarik aku ke luar kolam aku hanya menurutinya saja, gila aku mulai menikamti perkosaan ini, pikirku, tapi ternyata gairahku telah menutupi kenyataan bahwa aku sedang diperkosa oleh teman suamiku. Dan di pinggir kolam dia membaringkanku lalu mulai menyetubuhi kembai tubuh mulusku..”Kau sangat cantik dan seksi Sinta..ahh” bisiknya ditelingaku.

Aku hanya memejamkan mata berpura-pura tidak menikmatinya, padahal kalau aku jujur aku sangat ingin memeluk dan menggoyangkan pantatku mengimbangi goyangan liarnya. Hanya suara eranggannya dan suara penisnya maju mundur di dalam vaginaku, clok..clok..clep..dia tahu bahwa aku sudah berada dalam kekuasaannya. Beberapa saat kemudian kembali aku yang mengalami orgasme diawali eranganku “Ahhh..” aku menggigit keras bibirku sambil memegang keras pinggiran kolam, “Nikmati sayang?”demikian bisiknya menyadari aku mengalami orgasme. Sebentar kemudian Bram lah yang berteriak panjang, “Kau hebat Sinta..aku cinta kau..AAHHH..HHH” dan aku merasakan semburan kuat di dalam vaginaku. Gila hebat sekali dia bisa membuatku menikmatinya pikirku. Setelah dia mencabut penisnya yang masih terasa besar dan keras, aku reflek menamparnya dan memalingkan wajahku darinya. Aku tak tahu apakah tamparan itu berarti kekesalanku padanya atau karena dia mencabut penisnya dari vaginaku yang masih lapar.

Setelah Roni pulang herannya aku tidak menceritakan kejadian malam lalu dan pagi tadi, aku berharap Roni dapat memberikan kepuasan padaku. Dengan hanya menggenakan kimono dengan tali depan aku dekati Roni yang masih asik di depan komputernya di dalam kamar, lalu aku buka tali kimonoku dan kugesekan buah dadaku yang besar itu ke kepalanya dari belakang, berharap da berbalik dan menyerangku. Ternyta yang kudapatkan adalah bentakannya “Sinta..apakah kamu tak bisa melihat kalau aku sedang sibuk? Jangan kau ganggu aku dulu..ini untuk masa depan kita” teriaknya keras. Aku yakin Bram juga mendengar teriakannya. Aku terkejut dan menangis, lalu aku keluar kamar dengan membanting pintu, lalu aku pergi ke pinggir kolam dan duduk di sana merenung dan menahan nafsu. Dari kolam aku bisa melihat bayangan di Roni di depan komputer dan lampu di kamar Bram. Tampak samar-samar Bram keluar dari kamar mandi tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya. Karena di luar gelap tak mungkin dia melihatku.

Tanpa sadar aku mendekat ke jendelanya dan memperhatikan Bram mengeringkan tubuh. Gila kekar sekali tubuhnya dan yang menarik perhatianku adalah penisnya yang besar dan tegang mengangguk-angguk bergoyang sekanan memanggilku. Aku malu sekali mengagumi dan mengaharapkan kembali penis itu masuk ke dalam vaginaku yang memang masih haus. Perlahan aku membelai-belai vaginaku hingga terasa basah, akhirnya aku memutuskan untuk memintanya pada Bram, dengan hati yang berdebar kencang dan nafsu yang sudah menutupi kesadaran, aku nekat masuk ke dalam kamar Bram dan langsung mengunci pintu dari dalam. Bram sangat terkejut “Sinta..apa yang kamu lakukan?”, aku hanya menempelkan telunjuk di bibirku dan memberi isyarat agar tidak bersuara karena Roni ada di kamar seberang. Langsung aku membuka pakaian tidurku dan terpampanglah tubuh putih mulusku tanpa sehelai benagpun di hadapannya, Bram hanya terperangah dan menatap kagum pada tubuhku. Bram tersenyum sambil memperlihatkan penisnya yang semakin membesar dan tampak berotot. Dengan segera aku langsung berlutut di hadapannya dan mengulum penisnya, Bram yang masih terkejut dengan kejadian ini hanya mendesah perlahan merasakan penisnya aku kulum dan hisap dengan nafsuku yang sudah memuncak.

Sambil mulutku tetap di dalam penisnya aku perlahan naik ke atas tempat tidur dan menempatkan vaginaku di mulut Bram yang sudah terbaring, dia mengerti maksudku dan langsung saja lidahnya melahap vaginaku yang sudah sangat basah, cukup lama kami dalam posisi itu, terinat akan Roni yang bisa saja tiba-tiba datang aku langsung mengambil inisiatif untuk merubah posisi dan perlahan duduk di atas penisnya yang sudah mengacung tegang dan besar panjang. Perlahan aku arahkan dan masukan ke dalam lubang vaginaku, rasanya berbeda dengan saat aku diperkosanya, perlahan tapi pasti aku merasaskan suatu sensasi yang amat besar sampai akhirnya keseluruhan batang penis Bram masuk ke dalam vaginaku “Ahh..sssfff..Braaam!” erangku perlahan menahan suara gairahku agar tidak terdengar, aku merasakan seluruh penisnya memenuhi vaginaku dan menyentuh rahimku. Sungguh suatu sensasi yang tak terbayangkan, dan sensasi itu semakin bertambah saat aku mulai menggoyangkan pantatku naik turun sementara tangan Bram dengan puasnya terus memainkan kedua buah dadaku memuntir-muntir putingku hingga berwarna kemerahan dan keras “ahh..ahh..” demikian erangan kami perlahan mengiringi suara penisnya yan keluar masuk vaginaku clok..clok..clok? Tak tahan dengan nafsunya mendadak Bram duduk dan mengulum buah dadaku dengan rakusnya bergantian kiri kanan bergerak ke leher dan terus lagi. Aku sungguh tak dapat menahan gairah yang selama ini terpendam.

Mungkin karena nafsu yang sudah sangat tertahan atau takut Roni mendengar tak kuasa aku melepaskan puncak gairahku yang pertama sambil mendekap erat Bram dan menggigit pundaknya agar tidak bersuara, kudekap erta Bram seakan tak dapat dilepaskan mengiringi puncak orgasmeku. Bram merasakan penisnya disiram cairan hangat dan tahu bahwa aku mengalami orgasme dan membiarkanku mendekapnya sangat erat sambil memelukku dengan belaian hangatnya. Selesai aku orgasme sekiat 30 detik, Bram membalikan aku dengan penisnya masih tertancap di dalam vaginaku. Bram mulai mencumbuku dengan menjilati leher dan putingku perlahan, entah mengapa aku kembali bernafsu dan membalas ciumannya denga mesra, lidah kami saling berpagutan dan Bram merasakan penisnya kembali dapat keluar masuk dengan mudah karena vaginaku sudah kembali basah dan siap menerima serangan berikutnya. Dan Bram langsung memompa penisnya dengan semangat dan cepat membuat tubuhku bergoyang dan buah dadaku bergerak naik turun dan sungguh suara yang timbul antara erangan kami berdua yang tertahan derit tempat tidur dan suara penisnya keluar masuk di vaginaku kembali membakar gairahku dan aku bergerak menaik turunkan pantatku untuk mengimbangi Bram.

Dan benar saja 10 menit kemudian aku sampai pada puncak orgasme yang kedua, dengan meletakan kedua kakiku dan menekan keras pantatnya hingga penisnya menyentuh rahimku. Kupeluk Bram dengan erat yang membiarkan aku menikmati deburan ombak kenikmatan yang menyerangku berkali-kali bersamaan keluarnya cairanku. Kugigit bibirku agar tidak mengeluarkan suara, cukup lama aku dalam keadaan ini dan anehnya setelah selesai aku berada dalam puncak ternyata aku sudah kembali mengimbangi gerakan Bram dengan menaik turunkan pantatku. Saat itulah kudengar pintu kamarku terbuka dan detik berikutnya pintu kamar Bram diketuk Roni, “Bram..kau sudah tidur?”, demikian ketuk Roni. Langsung saja Bram melepaskan pelukannya dan menyuruhku bersembunyi di kamar mandi. Sempat menyambar pakaian tidurku yang tergeletak di lantai aku langsung lari ke kamar mandi dan mengunci dari luar. Sungguh hatiku berdebar dengan kerasnya membayangkan apa jadinya jika aku ketahuan suamiku.

Bram dengan santai dan masih bertelanjang membuka pintu dan mengajak Roni masuk, Roni sempat terkejut melihat Bram telanjang,”Sedang apa kamu Bram” tanpa curiga dengan tempat tidur yang berantakan yang kalau diperhatikan dari dekat ada cairan kenikmatanku. Bram hanya tersenyum dan mengatakan,”Mau tau aja..” Dasar Roni dia langsung membicarakan suatu hal pekerjaan dan mereka terlibat pembicaraan itu. Kurang lebih sepuluh menit mereka berbicara dan sepuluh menit juga hatiku sungguh berdebar-debar tapi anehnya dengan keadaan ini nafsuku sungguh semakin menjadi-jadi. Setelah Roni keluar, Bram kembali mengunci pintu kamar dan mengetuk kamar mandi perlahan,”Sinta buka pintunya..sudah aman”. Begitu aku buka pintunya Bram langsung menarik aku dan mendudukanku di meja dekat kamar mandi, langsung saja dibukanya kedua kakiku dan bless penisnya kembali memenuhi vaginaku “Ahhh..ahh..” erangan kami berdua kembali terdengar perlahan sambil terus menggoyangkan pantatnya maju mundur Bram melahap buah dadaku dan putingku.

Sepuluh menit berlalu dan goyang Bram semakin cepat sehingga aku tahu dia akan mencapai puncaknya, dan akupun merasakan hal yang sama “Braaam lebih cepat sayang aku sudah hampir keluar..” desahku “Tahan sayang kita bersamaan keluarnya”, dan benar saja saat kurasakan maninya menyembur deras dalam vaginaku aku mengalami orgasme yang ketiga dan lebih hebat dari yang pertama dan kedua, kami saling berpelukan erat dan menikmati puncak gairah itu bersamaan. “Braaammm..,” desahku tertahan. “Ahhh Sinta..kau hebat..” demikian katanya. Akhirnya kami saling berpelukan lemas berdua, sungguh suatu pertempuran yang sangat melelahkan. Saat kulirik jam ternyata sudah dua jam kami bergumul. “Terima kasih Bram..kau hebat..” kataku dengan kecupan mesra dan langsung memakai pakaian tidurku kembali dan kembali ke kamarku. Roni tidak curiga sama sekali dan tetap berkutat dengan komputernya dan tidak menghiraukanku yang langsung berbaring tanpa melepas pakaianku seperti biasanya karena aku tahu ada bekas ciuman Bram di sekujur buah dadaku. Malam itu aku merasa sangat bersalah pada Roni tapi di lain sisi aku merasa sangat puas dan tidur dengan nyenyaknya.

Esoknya seperti biasa di hari Minggu aku dan Roni berenang di pagi hari tetapi mengingat adanya Bram, kami yang biasanya berenang bertelanjang akhirnya memutuskan memakai pakaian renag, aku syukuri karena hal ini dapat menutupi buah dadaku yang masih memar karena gigitan Bram. Saat kami berenang aku menyadari bahwa Bram sedang menatap kami dari kamarnya. Dan saat Roni sedang asyik berenang kulihat Bram memanggilku dengan tangannya dan yang membuat aku terkejut dia menunjukan penisnya yang sudah mengacung besar dan tegang. Seperti di hipnotis aku nekat berjalan ke dalam.”Ron aku mau ke dalam ambil makanan ya..!” kataku pada Roni, dia hanya mengiyakan sambil terus berenang, Roni memang sangat hobi berenang bisa 2 jam nonstop tanpa berhenti.

Lihat Juga :  CERITA DEWASA PUNCAK KENIKMATAN ORGASME

Aku dengan tergesa masuk ke dalam dan menuju kamar Bram. Di sana Bram sudah menunggu dan tak sabar dia melucuti pakain renangku yang memang hanya menggunakan tali sebagai pengikatnya. “Gila kamu Bram..bisa ketahuan Roni lho,” protesku tanpa perlawanan karena aku sendiri sangat bergairah oleh tantangan ini. dan dengan kasar dia menciumi punggungku sambil meremas buah dadaku “Tapi kamu menikmatinya khan?!,” goda Bram sambil mencium leher belakangku. Dan aku hanya mendesah menahan nikmat dan tantangan ini. Yang lebih gila Bram menarikku ke jendela dan masih dari belakang dia meremas-remas buah dadaku dan meciumi punggung hingga pantatku, “Gila kau Bram, Roni bisa melihat kita,” tapi anehnya aku tidak berontak sama sekali dan memperhatikan Roni yang benar-benar sangat menikamti renangnya. Di kamar Bram pun aku sangat menikmati sentuhan Bram. “Sinta kamu suka ini khan?” tanyanya sambil dengan keras menusukan penisnya ke dalam vaginaku dari belakang. “AHH..Bram..” teriakku kaget dan nikmat, sekarang aku berani bersuara lebih kencang karena tahu Roni tidak akan mendengarnya. Langsung saja Bram memaju mundurkan penisnya di vaginaku..”Ahh.. Bram lebih kencang..fuck me Bram..puaskan aku Bram..penismu sungguh luar biasa..Bram aku sayang kamu..” teriakku tak keruan dengan masih memperhatikan Roni.

Bram mengimbangi dengan gerakan yang liar hingga vaginaku terasa lebih dalam lagi tersentuh penisnya dengan posisi ini,”Sinta..khhaau hhebat..” desahnya sambil terus menekanku, kalau saja Roni melihat sejenak ke kamar Bram maka dia akn sangat terkejut meilhat pemandangan ini, istrinya sedang bercinta dengan rekan kerjanya. Ternyata kami memang bisa saling mengimbangi, kali ini dalam waktu 20 menit kami sudah mencapai puncak secara bersamaan “Teruuus Bram lebih khheeenncang..ahhhh aku keluar Braaaaam”, teriaku. “Aaakuu juga Tyyaaasss..nikkkkmat ssekali mmmeemeekmu..aahhhhh.” teriaknya bersamaan dengan puncak kenikmatan yang datang bersamaan. Setelah itu aku langsung mencium bibirnya dan kembali mengenakan pakaian renangku dan kembali berenang bersama Roni yang tidak menyadari kejadian itu.

Setelah itu hari-hari berikutnya sungguh mendatangkan gairah baru dalam hidupku dengan tantangan bercinta bersama Bram. Pernah suatu saat ketika akhirnya Roni mau bercinta denganku di suatu malam hingga akhirnya dia tertidur kelelahan, aku hendak mengambil susu di dapur dan karena sudah larut malam aku nekat tidak mengenakan pakaian apapun. Saat aku membungkuk di depan lemari es sekelebat ku lihat bayangan di belakangku sebelum aku menyadari Bram sudah di belakangku dan langsung menubruku dari belakang. Penisnya langsung menusuk vaginaku yang membuatku hanya tersedak dan menahan nikmat tiba-tiba ini. Kami bergumul di lantai dapur lalu dia mengambil kursi dan duduk di atasnya sambil memangku aku, “Bram kamu nakal” desahku yang juga menikmatinya dan kami bercinta hingga hampir pagi di dapur. Sungguh bersama Bram kudapatkan gairah terpendamku selama ini.

Akhirnya ketika proyek kantor Roni selesai Bram harus pergi dari rumah kami dan malam sebelum pergi aku dan Bram menyempatkan bercinta kembali.

Tamat

Cerita Seks Diajari Ngentot sama Tante

$
0
0

Cerita Seks Diajari Ngentot sama Tante – Aku Sony, berumur 23 tahun. Ini cerita mengenai pengalamanku. Pertama-tama aku mau cerita soal diriku. Aku saat ini kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Malang. Di Malang aku tinggal dengan tanteku. Tanteku orangnya masih muda, umurnya hanya selisih 3 tahun denganku. Itulah mengenai diriku, dan selanjutnya silakan ikuti pengalamanku ini.

Saat itu aku baru saja pulang kuliah, langsung saja kumasuk ke kamar. Ketika baru sampai di depan pintu kamar, samar-samar kudengar tante sedang bicara dengan temannya di telpon. Aku orangnya memang suka jahil, kucoba menguping dari balik pintu yang memang sedikit terbuka. Kudengar tante mau mengadakan pesta seks di rumah ini pada hari Sabtu. Aku gembira sekali mendengarnya. Untuk memastikan berita itu, langsung saja aku masuk ke kamar tante. Setelah selesai telpon, tante kaget melihatku sudah masuk ke kamarnya.

“Lho Son, Kamu udah pulang rupanya. Kamu ada perlu ama Tante, ya..?” katanya.
Aku langsung saja to the point, “Tante, Sony mau nanya.., boleh khan..?” kataku.
“Boleh aja keponakanku sayang, Kamu mau nanya apa..?” sambungnya sambil menyubit pipiku.
“Tapi sebelumnya Sony minta maaf Tante, soalnya Sony tadi nggak sengaja nguping pembicaraan Tante di telpon.”
“Aduhh.. Kamu nakal ya Son, awas nanti Aku bilangin ama Mama Kamu lho. Tapi.. Oke dech nggak apa-apa. Terus apa yang mau Kamu tanyakan, ayo bilang..!” katanya agak jengkel.
“Sony tadi dengar Tante ama teman Tante mau ngadain pesta seks disini, benar itu Tante..?” kataku pelan.
“Idihh.. jorok ach Kamu. Masak Tante mau ngadain pesta seks disini, itu nggak benar Son.”
“Tapi tadi Sony dengar sendiri Tante bicara ama teman Tante, please donk Tante, jangan bohongin Sony. Nanti Sony bilangin ama Om kalau Tante mau ngadain pesta disini.” kataku agak mengancam.
“Apaa..! Aduhh.., Son, please jangan bilang ama Om Kamu. Iya dech Tante ngaku.” katanya agak memohon.
“Nah, khan ketahuan Tante bohongin Sony.” kataku senang.
“Terus Kamu mau apa kalau Tante ngadain pesta..?” katanya penasaran.
“Gini Tante, anuu.., anuu.., Sony.., pengen.. anuu..”
“Anu apa sih Son..? Ngomong donk terus terang..!” katanya tambah penasaran.
“Boleh nggak, Sony ikutan pestanya Tante..?”
Aduh tante melotot lagi sambil berkata, “Udah, ah, Kamu ini kayak orang kurang kerjaan aja.”
Terus kurayu lagi, “Yaa.. Tante.. ya.. please..!”
“Tapi ini khan untuk orang dewasa lagi, Kamu ngaco dech. Lagian khan Kamu masih kecil.” katanya agak kesal.
“Tapi Tante, Sony khan udah gede, masak nggak boleh ikut. Kalau nggak percaya, Tante boleh lihat punya Sony..!”
Lalu kulepaskan celana dan CD-ku. Lalu terlihatlah batang kemaluanku yang lumayan besar, kira-kira panjangnya 17 cm dengan diameter 10 cm.
Tante kaget sekali melihat ulahku lalu, “Wowww.., Sony sayang.., punya Kamu besar dan panjang sekali. Punya Kamu lebih besar dari Om Kamu. Hhhmm.., boleh nggak Tante pegang kepala yang besar itu Sayang..?” katanya dengan genit.
“Tante boleh ngobok-ngobok kontolku, tapi Tante harus ngijinin Sony ikut pesta nanti..!” kataku agak mengancam.
“Ya dech, Sony nanti boleh ikut. Tapi Tante mau nanya ama kamu, Sony udah pernah ngeseks belom..?” tanyanya.
Lalu kukatakan saja kalau aku belum pernah melakukan seks dengan cewek, tapi kalau raba sana, raba sini, cium sana, cium sini sih aku pernah melakukannya.
“Mau nggak Tante ajarin..?” katanya dengan genit.
Aku hanya terdiam. Lalu tiba-tiba tante meletakkan tangannya di pahaku. Aku begitu terkejut.
“Kenapa Kamu terkejut..? Tante hanya memegang paha Kamu aja kok..!”
Kemudian tante mengambil tanganku, lalu dia mulai menciumi tanganku. Aku merasakan barangku mulai bangun.
Tanteku mulai menciumi leherku, kemudian bibirku dilumat juga. Dia masukkan lidahnya ke dalam mulutku, tanpa kusadari aku mengulum lidahnya. Nafasnya mulai tidak beraturan kudengar. Sementara kami asyik berciuman, tangannya mulai meraba-raba batang kemaluanku. Dia meremas-remas pelan. Aku pun jadi mulai berani. Kumasuki tanganku ke dalam bajunya untuk meraba payudaranya. Kumasukkan tanganku ke dalam bra-nya, terus kuremas-remas.
“Aaahh..” dia mulai mendesah.
Tidak lama aku disuruh duduk di tepi ranjang, sementara tante melepaskan bajunya step-by-step. Mataku tidak berkedip sedetik pun. Aku tidak mau melepaskan pemandangan yang indah itu dari mataku. Kelihatan bra-nya yang berwarna hitam transparan, sehingga payudaranya yang putih dengan putingnya yang merah kecoklatan samar terlihat. CD-nya ternyata berwarna hitam transparan berenda. Kulihat belahan vaginanya yang tidak ada bulunya itu. Lalu dia melepaskan bra-nya, payudaranya yang lumayan besar itu seperti loncat keluar dan mulai berayun-ayun, membuatku tambah tegang saja. Kemudian dia melepaskan CD-nya. Kelihatan vaginanya begitu menarik, agak kecoklatan warnanya. Lalu tante jalan menghampiriku yang duduk di tepi ranjang.
“Tante buka baju Kamu yaa.., Son..?” katanya genit.
Aku hanya mengangguk. Setelah aku telanjang total, tante langsung jongkok di depanku dan menyuruhku membuka kaki lebar-lebar. Batang kejantananku yang sudah tegang itu tepat di depan wajahnya. Lalu dia mulai menjilati kakiku mulai dari jempol kakiku dan yang lainnya. Dia naik ke betisku yang berbulu lebat, persis hutan di Kalimantan. Kemudian dia naik lagi ke pahaku, dielusnya dan dijilatinya, setelah itu dia berpindah ke lubang anusku yang juga dicium dan dijilatinya. Tidak hanya itu, ternyata dia memasukkan jari tengahnya ke lubang anusku. Ohh.., nikmatnya. Lalu dia mulai mengelus-elus batang kejantananku dan tangan satunya memijat-mijat my twins egg-ku.
“Aaahh..!” aku mengerang kenikmatan.
Kemudian dia memasukkan batang kejantananku ke mulutnya, dia hisap penisku, terus diemut-emutnya senjata kejantananku. Dia gerakkan kepalanya naik-turun dengan batang kejantananku masih di dalam mulutnya. Terasa penis saya menyentuh tenggorokannya dan masih terus dia tekan. Masih dia tekan terus sampai bibirnya menyentuh badanku. Semua batang penisku ditelan oleh tanteku, lidahnya menjilat bagian bawah penisku dan bibirnya dibesar-kecilkan, sebuah rasa yang tidak pernah kubayangkan. Penisku kemudian dikeluar-masukkan, tapi tetap masuk seluruhnya ke tenggorokannya.
Setelah beberapa lama dihisap dan dikeluar-masukkan, terasa batang penisku sudah mau mengeluarkan cairan.
Sambil memeras biji kemaluanku dan tangan yang satu lagi dimasukkannya ke dalam lubang pantatku, kubilang sama tante, “Tante.., Aku mau keluar, ohh..!”
Dia keluarkan penisku dan bilang, “Go on come in My mouth. I want to taste and drink your cum, Sony. Hhhmm..”
Penisku dimasukkan lagi, dan sekarang dia memasukkan dengan lebih dalam dan dihisap lebih keras lagi. Setelah beberapa kali keluar masuk, kukeluarkan spermaku di dalam mulut tante, dan langsung ke dalam tenggorokannya. Terasa tengorokannya mengecil dan jari di lubang pantatku lebih ditekan ke dalam lagi sampai semuanya masuk. Aku benar-benar merasakan nikmat yang sulit dikatakan.
Perlahan-lahan dia mengeluarkan batang penisku sambil berkata, “Punya Kamu enak Son.., Tante suka,” katanya, “Sekarang giliran Kamu yaahh..!” pintanya.
Kemudian dia berbaring di tempat tidur dan kakinya dikangkanginya lebar-lebar. Tante menyuruhku menjilat vaginanya yang kelihatan sudah basah. Baru pertama kali itu kulihat vagina secara langsung. Dengan agak ragu-ragu, kupegang bibir vaginanya.
“Jangan malu-malu..!” katanya.
Kugosok-gosok tanganku di bibir kemaluannya itu. Mmmhh.., dia mulai mengerang. Lama-lama klitorisnya mulai mengeras dan menebal.
“Kamu jilat dong..!” pintanya.
Kemudian aku menunduk dan mulai menjilati liang senggamanya yang sudah merah itu.
“Mmmhh.., enak juga..” kupikir.
Aku semakin bersemangat menjilati vagina tanteku sendiri. Sedang asyik-asyiknya aku menjilati liang senggama, tiba-tiba badan tanteku mengejang.
Desahannya semakin keras, “Aaahh.., aahh..!”
Lalu muncratlah air maninya dari lubang senggamanya banyak sekali. Langsung saja kutelan habis cairan itu. Mmmhh.., enak juga rasanya.
Kemudian dia bilang, “Ohh.., God.. bener-bener hebat Kamu Son.. lemes Tante.. nggak kuat lagi dech untuk berdiri.., ohh..!”
Lalu dengan perlahan kutarik kedua kakinya ke tepi ranjang, kubuka pahanya lebar-lebar dan kujatuhkan kakinya ke lantai. Vaginanya sekarang sudah terbuka agak lebar. Nampaknya dia masih terbayang-bayang atas peristiwa tadi dan belum sadar atas apa yang kulakukan sekarang padanya. Begitu tante sadar, batang kejantananku sudah menempel di bibir kemaluannya.
“Tante, Sony udah nggak tahan nich..!” kataku memohon.
Dia mengangguk lemas, lalu, “Ohh..!” dia hanya bisa menjerit tertahan.
Lalu selanjutnya aku tak tahu bagaimana cara memasukkan penisku ke dalam liang senggamanya. Lubangnya agak kecil dan rapat. Tiba-tiba kurasakan tangan tante memegang batang kejantananku dan membimbing senjataku ke liang kenikmatannya.
“Tekan disini Son..! Pelan-pelan yaa.., punya Kamu gede buanget sih..!” katanya sambil tersenyum.
Lalu dengan perlahan dia membantuku memasukkan penisku ke dalam lubang kemaluannya. Belum sampai setengah bagian yang masuk, dia sudah menjerit kesakitan.
“Aaa.., sakit.. oohh.., pelan-pelan Son, aduhh..!” tangan kirinya masih menggenggam batang kemaluanku, menahan laju masuknya agar tidak terlalu keras.
Sementara tangan kanannya meremas-remas rambutku. Aku merasakan batang kejantananku diurut-urut di dalam liang kenikmatannya. Aku berusaha untuk memasukkan lebih dalam lagi, tapi tangan tante membuat penisku susah untuk memasukkan lebih dalam lagi.
Aku menarik tangannya dari penisku, lalu kupegang erat-erat pinggulnya. Kemudian kudorong batang kejantananku masuk sedikit lagi.
“Aduhh.., sakitt.., ohh.. sshh.. aacchh..” kembali tante mengerang dan meronta.
Aku juga merasakan kenikmatan yang luar biasa, tak sabar lagi kupegang erat-erat pinggulnya supaya dia berhenti meronta, lalu kudorong sekuatnya batang kemaluanku ke dalam lagi. Kembali tante menjerit dan meronta dengan buasnya.
Aku berhenti sejenak, menunggu dia tenang dulu lalu, “Lho kok berhenti, ayo goyang lagi donk Son..,” dia sudah bisa tersenyum sekarang.
Lalu aku menggoyang batang kejantananku keluar masuk di dalam liang kenikmatannya. Tante terus membimbingku dengan menggerakkan pinggulnya seirama dengan goyanganku.
Lama juga kami bertahan di posisi seperti itu. Kulihat dia hanya mendesis, sambil memejamkan mata. Tiba-tiba kurasakan bibir kemaluannya menjepit batang kejantananku dengan sangat kuat, tubuh tante mulai menggelinjang, nafasnya mulai tak karuan dan tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.
“Ohh.., ohh.., Tante udah mo keluar nich.., sshh.. aahh..” goyangan pinggulnya sekarang sudah tidak beraturan, “Kamu masih lama nggak, Son..? Kita keluarin bareng-bareng aja yuk.. aahh..!”
Tidak menjawab, aku semakin mempercepat goyanganku.
“Aaahh.., Tante keluar Son..! Ohh ennaakk..!” dia mengelinjang dengan hebat, kurasakan cairan hangat keluar membasahi pahaku.
Aku semakin bersemangat menggenjot. Aku juga merasa bahwa aku juga akan keluar tidak lama lagi.
Dan akhirnya, “Ahh.., sshh.. ohh..!” kusemprotkan cairanku ke dalam liang kewanitaannya.
Lalu kucabut batang kejantananku dan terduduk di lantai.
“Kamu hebat..! Sudah lama Tante nggak pernah klimaks.., oohh..!” katanya girang.
“Ohh.., Sony cape.., Tante!” kataku sambil tersenyum kelelahan.
Kami tidak lama kemudian tertidur dalam posisi kaki tante melingkar di pinggangku sambil memeluk dan berciuman. Aku sudah tidak ingat jam berapa kami tertidur. yang kutahu, ada yang membersihkan penisku dengan lap basah tapi hangat. Ternyata tante yang membersihkan batang kejantananku dan dia sudah terlihat bersih lagi. Setelah selesai membersihkan penisku, dia langsung menjilatinya lagi. Dengan tetap semangat, batang kejantananku dihisap dan dimasukkan ke dalam mulutnya. yang ini terasa lebih dalam dan lebih enak, mungkin posisi mulut lebih cocok dibandingkan waktu aku berdiri.
Dengan cepat batang keperkasaanku menjadi keras lagi dan dia bilang, “Son, sekarang Kamu kerjain Tante dari belakang ya..!”
Dia kemudian membelakangiku, pantat serta vaginanya terlihat merekah dan basah, tapi bekas-bekas spermaku sudah tidak ada. Sebelum kumasukkan batang kejantananku, kujilat dulu bibir vaginanya dan lubang pantatnya. Tercium bau sabun di kedua lubangnya dan sangat bersih. Cairan dari liang senggamanya mulai membasahi bibir kemaluannya, ditambah dengan ludahku. Di ujung kemaluanku terlihat cairan menetes dari lubang kepala kejantananku. Kuarahkan batang kemaluanku ke lubang vaginanya dan menekan ke dalam dengan pelan-pelan sambil merasakan gesekan daging kami berdua. Suara becek terdengar dari batang kejantananku dan vaginanya, dan cukup lama aku memompanya dengan posisi ini.

Lihat Juga :  Cerita Sex Terbaru Bercak Darah Perawan Gadis

Tante kemudian berdiri dan bersandar ke dinding di atas tempat tidur sambil membuka pahanya lebar-lebar. Satu dari kakinya diangkat ke atas. Dari bawah, kemaluannya terlihat sangat merah dan basah.
“Ayo masukin lagi sekarang, Son..!” pintanya tak sabar.
Aku dengan senang hati berdiri dan memasukkan batang kejantananku ke liang senggamanya. Dengan posisi ini, kumasuk-keluarkan batang kejantananku. Setiap kali aku mendorong batang penisku ke liang senggamanya, badan tante membentur dinding.
Sambil memelukku dan sambil berciuman, dia bilang, “Son, Tante mo keluar nich..!”
Kemudian kurasakan lubang senggamanya diperkecil dan memijat batang keperkasaanku dan bersamaan kami keluar dan orgasme. Aku masih bisa juga keluar, walaupun tadi sudah keluar dua kali. Dan yang kali ini sama enaknya.
Kami terus rebahan di kasur sambil berpelukan. Kepala tante di dadaku dan tangannya memainkan penisku yang masih basah oleh sperma dan cairan vaginanya. Dengan nakal tante menaruh jari-jarinya ke wajahku dan mengusap ke seluruh wajahku. Bau sperma dan vaginanya menempel di wajahku. Dia tertawa waktu aku pura-pura mau muntah. Untuk membalasnya, kuraba-raba vaginanya yang masih banyak sisa spermaku dan seluruh telapak tanganku basah oleh sperma dan cairan dia. Pelan-pelan kutaruh di wajahnya, dan wajahnya kuolesi dengan cairan itu. Dia tidak mengeluh tapi justru jari-jariku dijilat satu persatu. Setelah jari dan tanganku bersih, dia mulai menjilati wajahku, semua bekas sperma dan cairannya dibersihkan dengan lidahnya. Selesai dengan kerjaannya, dia bilang, “Son, sekarang giliran Kamu yaahh..!”
Wow, tidak disangka aku harus menjilat spermaku sendiri. Karena tidak punya pilihan, aku mulai menjilati cairan di wajahnya, dimulai dari bibirnya sambil kukulum keras-keras. Nafas tante terasa naik lagi dan tangannya mulai memainkan batang kejantananku. Tidak disangka kalau aku bisa juga membersihkan wajahnya dan menjilat spermaku sendiri. Tanganku diarahkan ke liang senggamanya dan digosok-gosokkan ke klit-nya. Kami saling memegang kira-kira 30 menit. Terus kami berdua mandi untuk membersihkan badan kami.

Tamat

CERITA BOKEP KUPERKOSA CEWEK SMA SAMPAI HAMIL

$
0
0

CERITA BOKEP KUPERKOSA CEWEK SMA SAMPAI HAMIL – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Mesum Terbaru – Cerita Sex: Ngentotin Cewek Hamil – Aku adalah seorang eksekutif muda yang baru diangkat menjadi manajer di sebuah perusahaan swasta di Surabaya. Sebut saja namaku Aldi, tinggi 175 cm kata orang aku mirip pemain bulu tangkis Ricky S. Kisah ini terjadi hampir setahun yang lalu. Umurku saat itu 30 tahun. Aku sudah beristri dan beranak 2, berumur 3 tahun dan yang bungsu baru 1 bulan. Isteri dan anakku masih tinggal di Malang karena saat melahirkan anak kedua tinggal di rumah orang tuanya dan belum pulang ke Surabaya.

Kisah ini terjadi saat pulang dari kerja lembur sekitar pukul 11:00 malam. Dengan mobil Baleno kesayanganku, aku menyusuri Jalan di kawasan perumahan elit yang mulai sepi karena kebetulan hujan gerimis. Ditengah perjalanan aku melihat perempuan setengah baya berdiri di bawah pohon di pinggir jalan. Aku merasa kasihan lalu aku menghentikan mobil dan menghampirinya.
Aku bertanya, “Ibu sedang menunggu apa?”
Dia memandangku agak curiga tapi kemudian tersenyum. Dalam hati aku memuji, Manis juga ibu ini walaupun umurnya kelihatannya di atasku sekitar 34 -36 tahun kalau digambarkan seperti artis Misye Arsita dan saat itu perutnya agak membuncit kecil kelihatan sedang hamil muda.
“Kalau ke manukan naik angkot apa ya Dik?”
“Wah jam segini sudah habis Bu angkotnya, Gimana kalo saya antar?”
Dia kelihatan gembira. “Apa tidak merepotkan?”
“Kebetulan rumah saya juga satu arah dari sini, mari naik!”

Setelah dia ikut mobilku, Ibu itu bercerita bahwa dia berasal dari Jawa Tengah, dia sedang mencari suaminya yang kebetulan baru 2 minggu kerja sebagai sopir bis jurusan Semarang-Surabaya, keperluannya ke sini hendak mengabarkan kalau anaknya yang pertama yang berumur 15 tahun kecelakaan dan dirawat di rumah sakit sehingga butuh uang untuk perawatan anaknya. Kebetulan alamat yang di tulis oleh suaminya tidak ada nomer teleponnya.
Sesampainya di alamat yang dituju kami berhenti. Setelah di depan rumah ketika akan mengetuk pintu ternyata pintunya masih digembok, lalu kami bertanya pada tetangga sebelah yang kebetulan satu profesi.

“Suami Ibu paling cepat 2 hari lagi pulangnya. Baru saja sore tadi bisnya berangkat ke Semarang. Kebetulan kami satu PO.”
Kemudian kami permisi pergi. Kelihatan di dalam mobil dia sedih sekali.
“Terus sekarang Ibu mau ke mana?” tanyaku.
“Sebenarnya saya pengin pulang tapi.. pasti saya nanti di marahi mertua saya kalau pulang dengan tangan kosong, lagian uang saya juga sudah nggak cukup untuk pulang.”
“Begini saja, Ibu kan rumahnya jauh, capek kan baru nyampek trus pulang lagi.. apalagi kelihatanya ibu sedang hamil, berapa bulan?”
“Empat bulan ini Dik, trus saya harus gimana?”

“Dalam dua hari ini Ibu tinggal saja di rumah saya, kan nggak jauh dari manukan nanti setelah dua hari ibu saya antar ke sini lagi, gimana?”
“Yah terserah adik saja yang penting saya bisa istirahat malam ini.”
“Oh ya, boleh kenalan.. nama Ibu siapa dan usianya sekarang berapa?”
“Panggil saja aku Mbak Menik, dan sekarang aku 35 tahun.”
Malam itu, dia kusuruh tidur di kamar samping yang biasanya dipakai untuk kamar tamu yang mau menginap. Rumahku terdiri dari 3 kamar, kamar depan kupakai sendiri dan isteriku, sedang yang belakang untuk anakku yang pertama. Malam itu aku tidur nyenyak sekali, kebetulan malam sabtu dan di kantorku hanya berlaku 5 hari kerja jadi sabtu dan minggu aku libur. Sebenarnya aku ingin pergi ke Malang tapi karena ada tamu, kutangguhkan kepergianku minggu depan.

Sekitar jam 8 pagi aku bangun, kulihat sudah ada kopi yang sudah agak dingin di meja makan serta beberapa kue di piring. Mungkinkah ibu itu yang menyajikan semua ini. Lalu setelah kuteguk kopi itu aku bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka dan kencing. Karena agak ngantuk aku kurang mengawasi apa yang terjadi, saat aku selesai kencing aku tidak sadar kalau di bathup Mbak Menik sedang telanjang dan berendam di dalamnya. Matanya melotot melihat kemaluanku yang menjulur bebas, ketika aku membalik ke samping aku kaget dan sempat tertegun melihat tubuh telanjang Mbak Menik, tubuh yang kuning langsat dan mulus itu terlihat mengkilat karena basah oleh air dan buah dadanya.. wow besar juga ternyata, 36B. Pasti empunya gila seks. Lalu mataku berpindah ke sekitar pusarnya, di atas liang senggamanya tumbuh bulu kemaluannya yang lebat. Tak sadar kemaluanku tegak berdiri dan aku lupa kalau belum mengancingkan celana, Dan Mbak Menik sempat tertegun melihat kejantananku yang lumayan besar, panjangnya 17 cm tapi kemudian.. “Aouuww, Dik itunyaa!” kata Mbak Menik sambil menutup buah dadanya dengan tangan serta mengapitkan kakinya. Aku baru sadar lalu buru-buru keluar.

Di kamar aku masih membayangkan keindahan tubuh Mbak Menik. Andai saja aku bisa menikmati tubuh itu… aku malah berpikiran ngeres karena memang sudah lama aku tidak mendapat jatah dari isteriku, ditambah lagi situasi di rumah itu hanya kami berdua. Lalu timbul niat isengku untuk mengintip lagi ke kamar mandi, ternyata dia sudah keluar lalu kucari ke kamarnya. Saat di depan pintu samar-samar aku mendengar ada suara rintihan dari dalam kamar samping, kebetulan nako jendela kamar itu terbuka lalu kusibakkan tirainya perlahan-lahan. Sungguh pemandangan yang amat syur. Kulihat Mbak Menik sedang masturbasi, kelihatan sambil berbaring di ranjang dia masih telanjang bulat, kakinya dikangkangkan lebar, tangan kirinya meremas liang kewanitaannya sambil jarinya dimasukkan ke dalam lubang senggamanya, sedang tangan kanannya meremas buah dadanya bergantian. Sesekali pantatnya diangkat tinggi sambil mulutnya mendesis seperti orang kepedasan, wajahnya kelihatan memerah dengan mata terpejam. Cerita Bokep

“Ouuuhh… Hhhmm… Ssstt…” Aku semakin penasaran ingin melihat dari dekat, lalu kubuka pintu kamarnya pelan- pelan tanpa suara aku berjingkat masuk. Aku semakin tertegun melihat pemandangan yang merangsang birahi itu. Samar-samar kudengar dia menyebut namaku, “Ouhhh Aldiii.. Sss Ahhh..” Ternyata dia sedang membayangkan bersetubuh denganku, kebetulan sekali rasanya aku sudah tidak tahan lagi ingin segera menikmati tubuhnya yang mulus walau perutnya agak membuncit, justru menambah nafsuku. Lalu pelan-pelan kulepaskan pakaianku satu-persatu hingga aku telanjang bulat. Batang kemaluanku sudah sangat tegang, kemudian tanpa suara aku menghampiri Mbak Menik, kuikuti gerakan tangannya meremasi buah dadanya. Dia tersentak kaget lalu menarik selimut dan menutupi tubuhnya.

“Sedang apa Anda di sini!, tolong keluar!” katanya agak gugup.
“Mbak nggak usah panik.. kita sama-sama butuh.. sama-sama kesepian, kenapa tidak kita salurkan bersama,” kataku merajuk sambil terus berusaha mendekatinya tapi dia terus menghindar.
“Ingat Dik, saya sudah bersuami dan beranak tiga,” Dia terus menghiba.
“Mbak, saya juga sudah beristri dan punya anak, tapi kalau sekarang terus terang saya sangat terpesona oleh Mbak.. Nggak ada orang lain di sini.. cuma kita berdua.. pasti nggak ada yang tahu.. Ayolah saya akan memuaskan Mbak, saya janji nggak akan menyakiti Mbak, kita lakukan atas dasar suka sama suka dan sama-sama butuh, mari Mbak!”
“Tapi saya sekarang sedang hamil, Dik.. kumohon jangan,” pintanya terus.

Aku hanya tersenyum, “Saya dengar tadi samar-samar Mbak menyebut namaku, berarti Mbak juga inginkan aku.. jujur saja.” Dan aku berhasil menyambar selimutnya, lalu dengan cepat kutarik dia dan kujatuhkan di atas ranjang dan secepat kilat kutubruk tubuhnya, dan wajahnya kuhujani ciuman tapi dia terus meronta sambil berusaha mengelak dari ciumanku. Segera tanganku beroperasi di dadanya. Buah dadanya yang lumayan besar itu jadi garapan tanganku yang mulai nakal.
“Ouughh jangaan Diik.. Kumohon lepaskaan..” rintihnya.

Tanganku yang lain menjalari daerah kewanitaannya, bulu-bulu lebatnya telah kulewati dan tanganku akhirnya sampai di liang senggamanya, terasa sudah basah. Lalu kugesek-gesek klirotisnya dan kurojok-rojok dinding kemaluannya, terasa hangat dan lembab penuh dengan cairan mani. “Uhhh… ssss..” Akhirnya dia mulai pasrah tanpa perlawanan. Nafasnya mulai tersengal-sengal. “Yaahhh… Ohhh… Jangaaann Diik, Jangan lepaskan, terusss…” Gerakan Mbak Menik semakin liar, dia mulai membalas ciumanku bibirku dan bibirnya saling berpagutan. Aku senang, kini dia mulai menikmati permainan ini. Tangannya meluncur ke bawah dan berusaha menggapai laras panjangku, kubiarkan tangannya menggenggamnya dan mengocoknya. Aku semakin beringas lalu kusedot puting susunya dan sesekali menjilati buah dadanya yang masih kencang walaupun sudah menyusui tiga anaknya. “Yahh… teruuuss, enaakkk…” katanya sambil menggelinjang.

Kemudian aku bangun, kulebarkan kakinya dan kutekuk ke atas. Aku semakin bernafsu melihat liang kewanitaannya yang merah mengkilat. Dengan rakus kujilati bibir kewanitaan Mbak Menik. “Aaahh.. Ohhh.. enaakkk Diik.. Yaakh.. teruusss..” Kemudian lidahku kujulurkan ke dalam dan kutelan habis cairan maninya. Sekitar bulu kemaluannya juga tak luput dari daerah jamahan lidahku maka kini kelihatan rapi seperti habis disisir. Klirotisnya tampak merah merekah, menambah gairahku untuk menggagahinya. “Sudaahhh Dikk.. sekarang.. ayolah sekarang.. masukkan.. aku sudah nggak tahan..” pinta Mbak Menik. Tanpa buang waktu lagi kukangkangkan kedua kakinya sehingga liang kewanitaannya kelihatan terbuka. Kemudian kuarahkan batang kejantananku ke lubang senggamanya dan agak sempit rupanya atau mungkin karena diameter kemaluanku yang terlalu lebar.

“Pelan-pelan Dik, punya kamu besar sekali.. ahhh…” Dia menjerit saat kumasukkan seluruh batang kemaluanku hingga aku merasakan mentok sampai dasar rahimnya. Lalu kutarik dan kumasukkan lagi, lama-lama kupompa semakin cepat. “Oughhh.. Ahhh.. Ahhh.. Ahhh..” Mbak Menik mengerang tak beraturan, tangannya menarik kain sprei, tampaknya dia menikmati betul permainanku. Bibirnya tampak meracau dan merintih, aku semakin bernafsu, dimataku dia saat itu adalah wanita yang haus dan minta dipuaskan, tanpa berpikir aku sedang meniduri istri orang apalagi dia sedang hamil.

“Ouuhh Diik.. Mbak mau kelu.. aaahhh…” Dia menjerit sambil tangannya mendekap erat punggungku. Kurasakan, “Seerrr… serrr..” ada cairan hangat yang membasahi kejantananku yang sedang tertanam di dalam kemaluannya. Dia mengalami orgasme yang pertama. Aku kemudian menarik lepas batang kejantananku dari kemaluannya. Aku belum mendapat orgasme. Kemudian aku memintanya untuk doggy style. Dia kemudian menungging, kakinya dilebarkan. Perlahan-lahan kumasukkan lagi batang kebanggaanku dan, “Sleeep..” batang itu mulai masuk hingga seluruhnya amblas lalu kugenjot maju mundur. Mbak Menik menggoyangkan pinggulnya mengimbangi gerakan batang kejantananku. “Gimaa.. Mbaak, enak kan?” kataku sambil mempercepat gerakanku. “Yahhh.. ennakk.. Dik punyaa kamu enak banget.. Aahhh.. Aaah.. Uuuhh.. Aaahh.. ehhh..” Dia semakin bergoyang liar seperti orang kesurupan. Tanganku menggapai buah dadanya yang menggantung indah dan bergoyang bersamaan dengan perutnya yang membuncit. Buah dada itu kuremas-remas serta kupilin putingnya. Akhirnya Aku merasa sampai ke klimaks, dan ternyata dia juga mendapatkan orgasme lagi. “Creeett.. croottt.. serrr..” spermaku menyemprot di dalam rahimnya bersamaan dengan maninya yang keluar lagi.

Kemudian kami ambruk bersamaan di ranjang. Aku berbaring, di sebelah kulihat Mbak Menik dengan wajah penuh keringat tersenyum puas kepadaku.
“Terima kasih Dik, saya sangat puas dengan permainanmu,” katanya.
“Mbak, setelah istirahat bolehkah saya minta lagi?” tanyaku.
“Sebenarnya saya juga masih pengin, tapi kita sarapan dulu kemudian kita lanjutkan lagi.”

Lihat Juga :  Cerita Bokep Selingkuh dengan Ami yang Seksi

Akhirnya selama 2 hari sabtu dan minggu aku tidak keluar rumah, menikmati tubuh montok Mbak Menik yang sedang hamil 4 bulan. Berbagai gaya kupraktekkan dengannya dan kulakukan di kamar mandi, di dapur dan di meja makan bahkan sempat di halaman belakang karena rumahku dikelilingi tembok. Di tanah kubentangkan tikar dan kugumuli dia sepuasnya. Pada istriku kutelepon kalau aku ada tugas luar kota selama 2 hari, pulangnya hari Senin. Mbak Menik bilang selama 2 hari itu dia betul-betul merasakan seks yang sesungguhnya tidak seperti saat dia bersetubuh dengan suaminya yang asal tubruk lalu KO. Dan Dia berjanji kalau sedang mengunjungi suaminya, dia akan menyempatkan meneleponku untuk minta jatah dariku.

Minggu malam kuantarkan dia ke kost suaminya tapi hanya sampai ujung gang dan tidak lupa kuberi dia uang sebesar Rp 500.000,- sebagai bantuanku pada anaknya yang sedang di rumah sakit. Setelah istriku balik ke rumah, dia menghubungiku lewat telepon di kantor dan ketemu di terminal. Kami melakukan persetubuhan disalah satu hotel murah di Surabaya atau kadang di Pantai Kenjeran kalau malam hari. Hingga kehamilannya menginjak usia 7 bulan kami berhenti, hingga sekarang dia belum memberi kabar, kalau dihitung anaknya sudah lahir dan berusia 6 bulan. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Mesum Terbaru

Tamat

Cerita Dewasa Dijilatin Sampai Basah

$
0
0

Cerita Dewasa Dijilatin Sampai Basah – Baru sekali ini aku memegang punya laki-laki. Ternyata liat dan keras. Kontol Dino sudah berdiri tegang rupanya. “Ayo dong Rima sayang “pinta Dino lagi. Dengan ragu kumasukkan kontol itu ke mulutku, aku diamkan kontol itu sambil kurasa-rasa.Ih, kenyal “Hisap dong sayang seperti kamu makan permen “Dino mengajariku. Aku seorang pelajar SMP kelas II, namaku Rima. Kata orang aku cantik, kulitku kuning, hidungku bangir, sepintas aku mirip Indo. Tinggiku 160cm, ukuran Bhku 34, cukup besar untuk seorang gadis seusiaku. Aku punya pacar, Dino namanya. Dia kakak kelasku, kami sering ketemu di sekolah.

Dino seorang siswa yang biasa-biasa saja, dia tidak menonjol di sekolahku. Prestasibelajarnyapun biasa saja. Aku tertarik karena dia baik padaku. Entah kebaikan yang tulus atau memang ada maunya. Dia juga mencoba mendekatiku. Di sekolah, aku tergolong populer. Banyak siswa cowok mencari perhatian padaku. Tapi entah mengapa aku memilih Dino. Singkatnya, aku pacaran dengan Dino. Banyak teman-teman cewekku menyayangkannya, padahal masih ada si Anto yang bapaknya pejabat, Si Danu yang juara kelas, Si Andi yang jago basket, dan lainnya. Entah mengapa aku tidak menaruh perhatian pada mereka-mereka itu.Aku dan Dino telah berjalan kurang lebih 6 bulan. Pacaran kami sembunyi-sembunyi, ya karena kami masih SMP jadi kami masih takut untuk pacaran secara terang-terangan. Orang tuaku sebenarnya melarangku untuk berpacaran, masih kecil katanya. Tetapi apabila cinta telah melekat, apapun jadi nikmat.

Hari Sabtu sepulang sekolah aku janjian sama Dino. Aku mau nemanin dia ke rumah temannya. Aku bilang ke orang tua bahwa hari Sabtu aku pulang telat karena ada les tambahan. Aku berbohong. Di tasku. telah kusiapkan kaos dan celana panjang dari rumah. Sepulang sekolah, aku ke wc dan mengganti seragamku dengan baju yang kubawa dari rumah. Dinopun begitu. Dari sekolah kami yang berada di perbatasan Jakarta Timur dan Selatan, kami naik bis kearah Cipinang, Jakarta Timur, rumah teman Dino. Sesampai disana, aku diperkenalkan dengan teman Dino, Agus namanya. Rumahnya sepi, karena orang tua Agus sedang ke luar kota. Agus juga bersama pacarnya, Anggi. Pembantunyapun pulang kampung, sesekali kakak Agus yang telah menikah, datang ke rumah sekalian menengok Agus dan membawakannya makanan. Kakaknya hari ini sudah datang tadi pagi dan akan datang lagi besok, demikian kataAgus. Jadi hanya kami berempat di rumah itu. Kami ngobrol bersama ngalor ngidul.

Tak lama kemudian, Agus dan Dino pergi ke dapur dan menyiapkan minuman untuk kami. Aku ngobrol dengan Anggi. Dari Anggi, aku tahu bahwa Agus telah berhubungan selama kurang lebih 1 tahun. Keduanya satu sekolah, juga di SMP hanya berlainan dengan sekolahku. 10 menit kemudian, Agus dan Dino kembali dengan membawa 4 gelas sirup dan dua toples makanan kecil. Setelah memberikan minuman dan makanan itu, Agus berdiri dan memutar VCD.Film baru katanya. Aku enggak ngerti, aku pikir film bioskop biasa. Agus menyilakan kami minum. Aku minum sirup yang diberikannya. 10 menit berlalu, kepalaku pusing sekali, bersamaan dengan itu ada rasa aneh menyelimuti tubuhku. Rasa..hangat merinding di tv tampak adegan seorang wanita bule yang sedang dientot oleh 2 laki-laki, satu negro dan satu lagi bule juga.

Aku berniat untuk pulang, tetapi entah mengapa dorongan hatiku untuk tetap menyaksikan film itu. Mungkin karena aku baru pertama kali ini nonton blue film. Badanku makin enggak karuan rasanya kepalaku serasa berat dan ah rangsangan di badanku semakin menggila .Aku lihat Agus dan Anggi sudah saling melepaskan baju mereka telanjang bulat di hadapan aku dan Dino.Mereka saling berpelukan, berpagutan tampak Agus menciumi tetek Anggi yang mungil Agus lalu mengisep-isep pentilnya tampaknya keduanya sudah sering melakukannya . Mereka tampak tidak canggung lagi Anggi mengisep-isep peler Agus persis seperti kejadian di film blue itu . Anggi juga sepertinya telah terbiasa Kontol Agus bak permen, diisep, dikulum oleh Anggi Dino merapatkan tubuhnya kepadaku.

“Rim .kamu sayang aku enggak?”tanyanya padaku. “Eh..emang kenapa, Din ?”kataku kaget karena aku masih asyik menyaksikan Agus dan Anggi “Aku pengen kayak gitu .”kata Agus sambil menunjuk pada Agus dan Anggi yang semakin hot. Tampak Agus mulai menindih Anggi, dan memasukkan batang kontolnya ke nonok Anggi. Dengan diikuti teriakan kecil Anggi, batang kontol itu masuk seluruhnya ke nonok Anggi. Gairahku melonjak-lonjak entah kenapa?Seluruh badanku merinding .”Rima?”kata Dino lagi. “Eh enggak ah enggak mau malu .”kataku. “Malu sama siapa?”kata Dino. Tangannya mulai merayapi dadaku. Kutepis pelan tangannya. “Malu sama Agus dan Anggi tuh “kataku. “Ah mereka aja cuek ayo dong Rima aku sudah enggak tahan nih “kata Dino. “Ah..jangan ah “kataku. Gairahku makin tidak keruan mendengar erangan dan rintihan Agus dan Anggi.

Tak terasa tangan Dino mulai membuka kancing bajuku. Entah kenapa aku membiarkannya sehingga bajuku terbuka. Aku hanya mengenakan BH dan celanapanjang jeans. Adegan di TV makin hot tampak sekarang seorang wanita asia di entot tiga orang bule dua orang memasukkan kontolnya ke memek dan pantatnya sedangkan yang satunya kontolnya lagi diisep oleh si wanita. Keempatnya terlihat sedang merasakan kenikmatan Tangan Dino mulai merayapi dan meremas-remas buah dadaku yang masih kencang dan belum pernah disentuh oleh siapapun. Aku menggelinjang, geli nikmat ah..baru pertama kali aku merasakan ini .”Buka Bhnya, ya sayang “pinta Dino. Aku mengangguk, aku jadi inginmerasakan lebih nikmat lagi Dengan cekatan Dino membuka Bhku.. aku sekarang benar-benar telanjang dada.

Dino mengisepi pentilku memencet-memencet buah dadaku yang masih kenyal dan bagus “Tetekmu enak bener, sayang belum pernah ada yang pegang yaa”kata Dino sambil terus meremas tetekku dan mengisepi pentilku “Belum Din ahhh enak Din terus terus..jangan berhenti .”kataku. Kenikmatan itu baru kali ini aku rasakan. Kulirik Agus dan Anggi, merekasekarang bermain doggy style. Anggi berposisi nungging dan Agus menusuknya dari belakang terdengar erangan dan eluhan mereka Gairahku makin menggila “Buka celanamu ya sayang aku udah pengen nih “pinta Dino. “Jangan Din takut .”kataku. “Takut apa sayang?”kata Dino. “Takut hamil “kataku. “Enggak Din, aku nanti keluarnya di luar memekmu sayang kalo hamilpun aku akan tanggung jawab, percayalah “katanya.

Aku diam saja Dino mulai membuka ristleting celanaku, aku diamkan saja .tak lama kemudian, dia memerosotkan celanaku tampak memekku yang menggumpal dengan jembut yang lumayan tebal. Dino pun memerosotkan celana dalamku Aku benar-benar polos bugil. Dinopun membukaseluruh bajunya, kami berdua telanjang bulat .Tangan Dino tetap meremas-remas tetekku Kulirik Agus dan Anggi, eh mereka bersodomi Anggi sudah biasa bersodomi rupanya kulihat kontol Agus maju mundur di pantat Anggi sedangkan tangan kiri Anggi mengucek-ucek memeknya sendiri yang sudah basah Erangan mereka terdengar makin sering .Dino terus mengerjaiku, tangannya mulai merayapi jembutku. Salah satu jarinya dimasukkan ke nonokku”Ah..sakit, pelan-pelan, Din..”teriakku ketika jari itu memasuki nonokku. Dino agak sedikit mengeluarkan jari itu dan bermain di bibir kemaluanku tak lama kemudian nonokku basah . “Din, isep dong punyaku “pinta Dino sambil menyodorkan kontolnya ke mukaku. “Ah..enggak ah “kataku menolak. “Jijik ya? Punyaku bersih kok ayo dong Anggi saja berani tuh “pinta Dino memelas.

Dengan ragu aku pegang kontol Dino. Baru sekali ini aku memegang punya laki-laki. Ternyata liat dan keras. Kontol Dino sudah berdiri tegang rupanya. “Ayo dong Rima sayang “pinta Dino lagi. Dengan ragu kumasukkan kontol itu ke mulutku, aku diamkan kontol itu sambil kurasa-rasa. Ih, kenyal “Hisap dong sayang seperti kamu makan permen “Dino mengajariku. Pelan-pelankuisap-isap, kujilati bolong kontol itu dengan lidahku lama kelamaan aku merasa senang mengisapnya kuisep keras-keras..kusedot-sedot, kujilati .kumaju mundurkan kontol itu di dalam mulutku terdengar berulang kali erangan Dino. “Ah ah .uuuhhh enak sayang teruskan ..” erang Dino. Tangan Dino terus mengucek-ucek nonokku.

Sudah tidak sakit lagi sekarang, mungkinsudah basah Aku jadi senang mengisap kontol Dino terus kulomoh kuisap..kujilati kusedot-sedot ih..enak juga, pikirku Tiba-tiba Dino menarik kontolnya dan mengarahkannya ke nonokku Aku pasrah, dimasukkannya kontolnya ternyata meleset, Dino melumuri tangannya dengan ludahnya kemudian tangannya itu diusapkan ke kontolnya dan mencoba lagi memasukkan kontolnya ke liang nonokku, ketika kepalanya masuk ke nonokku, aku berteriak”Aduuh sakit Din pelan-pelan dong ” Gairah semakin meninggi .aku ingin merasakan kenikmatan lebih .Dino melesakkan kontolnya ke nonokku pelan kurasakan sesak nonokku ketika kepala kontol itu masuk ke dalamnya Dino lagi menghentakkan kontolnya sehingga amblas semuanya ke dalam nonokku .”Ahhh perih Din “kataku. Dino diam sebentar memberikan waktu kepadaku untuk menenangkan diri.

“Tenang Din, sebentar lagi kamu akan terbiasa kok “katanya. Pelan-pelan Dino mengocokkontolnya di nonokku. Masih terasa perih sedikit kocokkan Dino semakin kencang Aneh, perih itu sudah tidak terasa lagi, yang ada hanya rasa nikmat nikmat sekali “Terus Din Terus ahhhh ah .enak .”kataku. Sempat kulirik Agus dan Anggi masih terus bersodomi. Gimana rasanya disodomi ya, pikirku Agus semakin menggencarkan kocokkanyya Aku semakin menggelinjang .ah ternyata ngentot itu nikmat .surga dunia coba dari dulu.. kataku dalam hati .”Din ah.ah .aku aku .”entah apa yang aku ingin ucapkan. Ada sesuatu yang ingin kukeluarkan dari nonokku entah apa “Keluarkan saja sayang kamu mau keluar .”kata Dino. “Ahh iya Din aku mau keluar ..”tak lama kemudian terasa cairan hangat dari nonokku .

Dino terus mengocok kontolnya kuat juga pacarku ini, pikirku. “Satu nol, sayang”kata Dino tersenyum. Dino mencopot kontolnya, aku sedikit kecewa “Kenapa dicopot Din..”tanyaku. “Kita coba doggy style, sayang “jawabnya sambil membimbingku berposisi seperti anjing. Dino menusukan kontolnya lagi sekarang badanku terguncang-guncang keras terdengar erangankeras dari Anggi dan Agus, mereka ternyata telah mencapai puncaknya kulihat peluh bercucuran dari kedua tubuh mereka, dan akhirnya mereka terkapar kenikmatan tampak wajah puas dari mereka berdua Aku sudah hampir tiga kali keluar Dino tampak belum apa-apa dia terus mengocok kontolnya di memekku. Sudah hampir ¾ jam aku dientot Dino, tapi tampaknya Dino belum menunjukkan akan selesai.

Kuat juga aku lemes sekali lalu Dino mencopot lagi kontolnya dan mengambil baby oil yang tersedia dekat kakinya. Aku ingat baby oil itudipakai untuk melumuri pantat Anggi ketika mau disodomi .eh apakah aku mau disodomi Dino? “Mau ngapain Din “tanyaku penasaran .”Seperti Anggi dan Agus lakukan, Rima aku ingin menyodomimu sayang “jawabnya. Sebenarnya aku takut, tapi terdorong rasa gairahku yang melonjak-lonjak dan keingin tahuanku rasanya disodomi, maka aku mendiamkannya ketika Dino mulai mengolesi lubang pantatku dengan baby oil.

Tak lama kemudian, kontol Dino yang masih keras itu diarahkan ke pantatku meleset dicoba lagi kepala kontol Dino tampak mulai merayapi lubang pantatku “Aduuuh sakit Din “kataku ketika kontol itu mulai masuk pantatku. “Tenang sayang nanti juga enggak sakit “jawab Dino sambil melesakkan bagian kontolnya kepalanya sudah seluruhnya masuk ke pantatku “Aduuuhh sakiiiitt “kataku lagi. “Tenang Rim, nanti enak deh..aku jadi ketagihan sekarang “kata Anggi sambil mengelus rambutku dan menenangkanku. “Kamu sudah sering disodomi, Nggi?”tanyaku. “Wah bukan sering lagi hampir tiap hari kadang aku yang minta abis enak sih udah tenang saja ayo Dino coba lagi nanti pacarmu pasti ketagihan ayo..”kata Anggi sambil menyuruh Dino mencoba lagi.

Dino mendesakkan lagi kontolnya sehingga seluruhnya amblas ke pantatku. Terasa perih di pantatku .”Tuuh kan sudah masuk tuh enak kan nanti pantatmu juga terbiasa kok kayak pantatku ini enak kan jadi enggak ada hari libur, kalo lagi mens-pun tetap bisa dientot hi hihi “kata Anggi. Aku diam saja. Ternyata sakit kalo disodomi .Dino mulai mengocok kontolnya di pantatku. “Pelan-pelan, Din masih sakit “pintaku pada Dino. “Iya sayang enak nih sempit”katanya. Anggi ke belakang pantatku dan mengucek-ucek nonokku dengan tangannya aku semakin menggelinjang nikmat “Anggi ah .enak “kataku. “Ayo Din, kocok terus, biar aku mengucek nonoknya, biar rasa sakit itu bercampur rasa nikmat”kata Anggi pada Dino.

Benarsekarang rasa sakit itu tidak muncul lagi hanya nikmat .”Hai sayang ini ada lobang nganggur mau pake? Boleh kan Dino? Lubang yang satu ini dipake pacarku Agus “kata Anggi. “Tanya Rima saja deh, aku lagi asyik nih”jawab Agus sambil terus mengocok kontolnya di pantatku. “Gimana Rima? Bolehkan? Enak lo di dobelin aku sering kok “pinta Anggi. “Ah..jangan deh “kataku.”Sudahlah Rima, kasih saja aku rela kok”kata Dino. Tiba-tiba Agus merayap di bawahku dan menciumi tetekku. Kontolnya dipegang oleh Anggi dan diarahkan ke nonokku. Dengan sekali hentakan, kontol itu masuk ke nonokku. “Jaang “kataku hendak berteriak jangan tetapi terlambat, kontol itu sudah masuk ke nonokku. Jadilah aku dientot dan disodomi . ½ jam Agus dan Dino mengocok kontolku. Aku lemes sekali baru sekali dientot sudah diduain tanganku sudah tidak kuat menopang badanku. Kakiku lemes sekali. Kenikmatan itu sendiri tidak adaduanya .aku sebenarnya jadi senang dientot berdua begini tapi mungkin kali ini kurang siap.

Aku keluar 2 kali sebelum Agus mencopot kontolnya dan memasukkan kontolnya ke mulut Anggi. Anggi menghirup peju yang keluar dari kontol Agus dengan nikmat. Kemudian Dino melakukan hal yang sama, tadinya aku ragu untuk menghirupnya, tapi lagi-lagi rasa penarasan pada diriku membuatku ingin rasanya menikmati pejunya Dino. Dino memuntahkan pejunya dimulutku akupun menelannya. Ah..rasanya asin dan agak amis setelah kontolnya bersih, Dino mencopot kontolnya dan menciumku yang sudah KO di kasur. “Terima kasih sayang aku puas dan sayang sama kamu “katanya lembut. Aku diam saja sambil merasakan kenikmatan yang baru pertama kali aku rasakan. Badanku lemes sekali Kulihat di seprai ada bercak merah..darah keperawananku dan mungkin bercampur dengan sedikit darah dari pantatku yang mungkin juga sobek karena dirasuki kontol Dino. Aku mencoba duduk, ah masih terasa sakit di kedua lubangku itu, lalu aku menangis di pelukan Dino .”Din, aku sudah enggak perawan lagi sekarang jangan tinggalkan aku yaa .”kataku pada Dino. Kulihat Anggi dan Agus sudah tidur berpelukan dalam keadaan telanjang bulat.

“Iya sayang aku makin cinta sama kamu aku janji enggak akan meninggalkanmu tapi kamu harus janji yaa “katanya. “Bener Din? Kamu enggak ninggalin aku? Tapi janji apa ?”kataku balik bertanya. “Janji, kita akan mengulangi ini lagi aku bener-bener ketagihan sekarang sama nonokmu dan juga pantatmu, sayang “kata Dino sambil mengelus rambutku.Aku diam saja, aku juga ingin lagi..aku juga ketagihan kataku dalam hati. “Janji ya sayang “katanya lagi mendesakku. Aku hanya mengangguk. “Sudah jangan nangis sekarang kamu mau langsung pulang atau mau istirahat dulu?”tawar Dino. Aku pilih istirahat dulu lalu akupun tertidur berpelukan dengan Dino. Hari ini baru pertama kali aku berkenalan dengan sex. Ternyata enak dan nikmat.

Lihat Juga :  Cerita Dewasa | Pesta Sex Terbaru Anak ABG

Tamat


Cerita Mesum | Ngentot sama Tante Tuti

$
0
0

Cerita Mesum | Ngentot sama Tante Tuti – Kenalin namaku Ananto, mahasiswa di salah satu PTN d Jogjakarta. Saat ini umurku 21 tahun tinggi badanku 165 dengan badan yag lumayan layaknya cowok seumuranku. Kisah terlarang ini terjadi waktu aku masih duduk di bangku smp sekitar umur 13 tahun. Saat itu karena ibuku bekerja sebagai TKW di arab dan ayahku pergi merantau ke kalimantan maka aku dititipkan ke Budheku yang tinggal d magelang. Aku pindah sekolah di Magelang tempat tanteku tinggal. Aku diantar oleh ibuku sebelum keberangkatannnya ke Arab Saudi. Sebelum berangkat ibuku memeluku dan menitipkan pesan pada Budheku.

Ibu : Tolong jaga anaku yah Mba, ajari dia biar jadi pinter.
Tante Tuti : Yo mesti lah Ran, anto akan ku anggep anaku sendiri kok…
Ibu : makasih yo mba..
Tante Tuti : alah nda usah dipikirin lah itung nemenin Raka disini…

Ibu : jaga diri yah nak
Aku : iyah bu…

Ibu pun pergi bersama tetanggaku yang mengantarkan ke Jakarta akupun di tinggal ibu untuk waktu yang cukup lama.

Budhe Tuti adalah kakak kandung ibuku umurnya pada saat itu ialah 42 tahun, dia janda beranak 3. Anak pertamanya mas Tino sudah bekerja dan hijrah ke Jakarta. Anak keduanya Mba Inah sudah menikah dan ikut bersama suaminya di Surabaya. Dan anak terakhirnya Raka pada saat itu masih duduk d kelas 5 SD.

Walau sudah berumur dan sudah janda, budhe boleh di bilang masih sangat cantik dan tubuhnya sangat menawan. Tingginya 172 cm dengan berat sekitar 78 kg, yah budheku ini memang agak gemuk, tetapi pada masa mudanya dia dikenal sebagai bunga desa di kampungnya. Oh ya pada saat itu tinggiku masih 138 cm, yah namanya juga masih kls 2 smp.

Sebelum kedatanganku ke magelang, budhe sudah mengurus surat kepindahanku di salah satu SMP d magelang. Jadi keesokan harinya aq sudah mulai bersekolah d sekolah baru.

Keesokannya aq diantar budhe bersama raka pergi bersekolah. Budhe mengantarku terlebih dahulu karena sekolahku lebih dekat dengan rumahnya. Baru setelah itu dia mengantar raka. Waktu pun cepat berlalu dan tanpa terasa aku sudah tinggal di rumah budhe selama 3 bulan. Selama tiga bulan itu budhe sudah sangat baik kepadaku, setiap hari memberikan sarapan, membelikan aku pakaian, dan segala benuk kebutuhannku budhe yang mengurus.

Pada saat itu aku adalah seorang anak yang masih sangat polos, jangan kan berpacaran, mengenal perempuan saja belum pernah sampai kejadian itu terjadi. Suatu saat anaknya terpilih untuk mengikuti jamboree pramuka di semarang selama 4 hari. Alhasil di rumah itu hanyaaku dan budheku saja. Suatu malam budheku menghampiriku dan bertanya :

Budhe : Leh…
Aku : nggeh bude …
Budhe : kamu sudah maem?
Aku : sampun budhe..
Budhe : gimana perasaannya tinggal sama budhe,
Aku : wah seneng budhe, budhe tuh baik banget.
Budhe : yow is klo gtu. Oh ya An, kamu besok sekolah?
Aku : iyo budhe. Kenapa toh?
Budhe : nda papa, gimana kalau besok bolos ajah….
Aku : loh kenapa toh budhe.
Budhe : budhe mau ngajakin kamu ke suatu tempat.
Aku : kemana toh budhe?
Budhe : wis toh nurut ae, pokoknya kamu bakalan seneng dan ini akan menjadi pengalamnmu seumur hidup.. (budhepun pergi ke kamarnya sambil tersenyum padaku) Yo wis sana tidur…

Wadu mau diajak kemana yah aku ini. Aku sama sekali tidak menduga budhe mau mengajakku kemana, hingga membuatku tidak bisa tidur. Jujur pada saat itu aku belum membayangkan budheku yang macam2 karena memang saat itu aku memang polos.

Akupun tertidur sambil memikirkan besok hendak di ajak kemana oleh budhe. Aku pun tertidur hingga ada suara yang memanggilku.
“An An sini leh…” oh ternyata budhe yang memanggil, “ ada apa budhe?” jawabku. “Bobo sama budhe yuh budhe sendirian nih takut “pinta budhe. Akupun menghampiri budhe yang berdiri d depan kamarku. “ mangkenapa toh budhe? “
“ yah gak apapa, mang nda boleh budhe kamu bobo bareng sama kamu?
“Eeee… iya deh budhe” jawabku
“ gtu donk, hayuu”

Saat itu aku melihat jam, dan menunjukan angka 1 ternyata aku sudah tertidur selama 3 jam, dan alhasil aku sudah tidak mengantuk. Aku lalu menuju kamar budhe bersamanya/

“ayo sini ann bobo disini” kan klo disini enak bias bbo bareng budhe” sapa budhe dengan nada genit..
“ ohh iya budhe, kamar budhe luas sih jadi anget” jawabku polos
“kamu ini loh polos betul jawabnya’’
‘’ ehh aan dah punya pacar d sekolah”
“Belom budhe gak berani” jawabku. “Loh kenapa” Tanya budhe balik.
“gak boleh sama ibu, budhe katanya aku gak boleh pacaran dulu sebelom sma.” Jawabku.
“ ohh, kasihan yah kamu, berarti kamu belom pernah menyentuh tubuh perempuan?”
“ maksud budhe” jawabku kaget?

“giniloh maksud bude” sambil memegang tanganku dan menaruhnya d dadanya yang berukuran besar. Mungkin sekitar 38.

Aq langsung kaget dan gemetaran, baru kali ini aku memegang dada perempuan dan lebih parahnya dada budeku sendrir.
“ ndak udah malu An, ini kan budhemu sendiri, budhe gak bakalan bilang ke ibu kok”
“tapi budhe” sanggahku”

“Anto mau nolongin budhe gak?” bisiknya ditelingaku.
“ nolongin a[pa budhe?” jawbku gemetaran
“dah pokoknya kamu nurut aja sama budhe”
“ eh eh eh iya budhe “ jawabku terbata bata..

Saat aku menjawab iya sekejab budhe langsung menciumku.. much. Aq langsung kaget dan tidak bias berbuat apa apa. Aku terdiam dan tak membalas apapa.
“oala kamu ini benar polos ternyata yah an. Sampe ciuman aja gak tahu.Ya dah Budhe ajarin yah biar kamu pinter “

“coba kamu julurin lidah kamu”
Aku pun menjulurkan lidah ku sesuai pinta budhe.
“ an gini nih caranya ciuman “ langsung budheku menyedot lidahku, budhe menyedot lidahkua cukup lama, sedotannya sangat kencang sampai aku kehabisan nafas. Tak lama aku mulai terbiasa dan membalas menyedot lidahnya

“wah sudah mulai pintar yah kamu”

Budhe langsung membuka bajuku dan sekejam menjilati putingku, ya ampun aku sungguh merasakan geli segeli gelinya, aku tak bias berontak, semakin aku berontak budhe malam memeluku, budhe pun mengelus2 celanaku dan memegangi burung kecilku.

“ahhh budhe geli”
“ndak papa nanti kamu juga suka’’ budepun melepas celana dan celana dalamku
“oala burung mu iki loh leh? Kecil banget, koyo cacing uget2” hihihi ledek budhe sambil terwa..
“yo namanya juga masih kecil budhe”

Saat itu kontolkua mungkin hanya sebesar jari telunjukku saja. Budhekua terheran2 lalu tak lama dia memegang kontolku dan memainkannya.
Sungguh ini adalah kali pertama ada orang memegang kontolku, aku saja tidak pernah memeganggnya kecuali saat pipis, bakan saat itu aku belum mengenal onani.

“sini biar burungnya budhe jadiin gede ya”
Ehhh iya budhe “

Budhepun mengocokkan kontolku. Kocokannya sangat kecang mungkin Karena hasrat yang lama tak terbalas karena di tinggal suaminya 6 tahun lalu.

Tak lama aku merasakan ada yang hendak keluar dari kontolku aku pikir aku mau pipis ternyata bukan”
“budhhe aku mau pipis nih “
“wah cepat sekali yah”
Budhepun langsung mengulum kontol kecilku, tidak hanya itu dia bahkan menyedotnya, aku pun mengeluarkan spermaku di dalam mulutnya. Karena kali pertama spermaku keluar, maka yang keluar cuku banyak dan kental

“budhe kok yang keluar kental yah?” tanyaku bingung
“ oala kamu baru pertama kali yah, o pantes akeh banget, budhe sampe belepotan gini.”
Budhepun membersihkan sisa sperma yang masih tersisa di ujung kontolku, sungguh aku lemas sekali dan tak bias bergerak, budheku masih saja mengulum dan mengocok kontolku walau dia tahu kontolku sudah tidak tegang lagi.

Lalu budhe menyuruhku istirahat dan memberikanku segelas teh hangat.

“gimana rasanya enak nda” Tanya budhe dengan genit
“ enak sih budhe, tapi apa budhe ndak jijik minum pipinya anto?” jawabku bengong
“Anto, itu tuh namanya bukan pipis, itu tuh namanya sperma”
Sperma ntu opo budhe” tanyaku lagi..
“ yowislah nanti kamu juga bakal tahu “
“ sekarang kamu yang gentian yah yang jilatin pepeknya budhe”
“opo meneh tu budhe” tanyaku lagi

Tantpa menjawa dia langsung membuka daster batiknya yang sedari tadi masih dia kenakan. Dan terpampanglah tubuh sintal dan dada yang menjulang. Budhe pun membuka bhanya dan menaruhnya di pinggiran kasur…

“kamu nenenin susunya budhe yah”
Tanpa menjawab budhe langsung mengarahkan kepalaku ke susunya yang super besar tanpa diajari aku langsung mengulum pentil budhe yang agak kecoklatan. Aku menyedotnya. Lalu terdengarlah rintihan dari budhe yang sekakan menikmati aksi dari keponakannya ini.. “ terus ann, hisap susu budhe ann, dah lama budhe gak di nenenin”

“slruuppp slruup, 5 menit aku menyedot susu budheku, sungguh nikmat susu budheku ini dia pun mengerang kenikmatan.
“achhh achhhh , kamu pintar aann… achhhhh”
Slruuppp aku terus saja menyedotnya bergantian antara kanan dan kiri.

Tak lama budheku menciumku kembali, dan kami berciuman cukup lama.. sluurppp bunyi ceplak ceplok pun terdengar.

“ahhh budhe dah gak tahan lagi nih an” kmu jilatin pepek budhe yah”
Budhe pun membuka celana dalamnya. Dan tak disangaka aku melihat kelamin perempuan untuk pertama kalinya pada malam itu. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Memek budheku sungguhlah indah bulunya sangat lebat bahkan dinding memeknyapun tidak terluahat. Jembutnya tumbuh mulai dari bahaw pusar hingga ke lubang anuspun ditumbuhi oleh bulu hitam halus. Beda dengan ku yang saat itu belum di tumbuhi bulu sehelaipun.

Lihat Juga :  Cerita Mesum Diperkosa Guru Sebelum Ujian

“An ini yang namanya pepek, kamu baru pertama kali ngelihatnya juga kan?”
“iya budhe” jawabku sambil terpana melihat memek budheku itu
“ nih kamu jilatin yah seperti yang budhe lakuin ke burung kamu”

Aku ragu2 untuk melakukannya, tetapi akhirnya memberanikan diri mendekatkan kepalaku kedepan liang kewanitaan budeku ini. Setelah cukup dekat, aku sungguh kaget, ternyata memek wanita itu baunya cukup has dan sangat menyeruak hidung, awalnya aku jijik karena baunya, tetapi aku mencoba untuk menjilatnya, ledahku pun aku masukan kedalam belahan daging yang di tumbuhi oleh hutan rimba. Aku langsung terbatuk dan hendak muntah.

“jijik yah ann, gak papa emang baunya seperti itu” tapi enak kok cobain aja”
“iya budhe” lalu aku menjilatinya, perlahan aku mulai memberanikan diri untuk memeganya, lalu aku menyibak belahan memeknya menggunakan tanganku. Lalu tersibaklah belahan memek budheku, tak seseram penampilan luarnya, ternyata bagian dalam memek budhekua berwarna merah muda tetapi agak kehitaman di pinggirnya

Aq pun menjilati bagian dalam memek budheku cukup lama hingga ia mengerang dan menggencetnya dengan pahanya yang montok

“terus anto, kamu pintar saying, rintihan kecil itu membuatku semakin cepat menjilatinnya, ternyata tak sesuai duagaanku, ternyta lama kelamaan memek budheku ini rasanya sungguh nikmat dan membuatki ketagihan,

Budhe tidak tinggal diam, dia pun mengulum kontol kecil ku yang sudah mengeras.
“ahhh budhe enak budeh, anto suka”
“bagus sekarang kamu mulai pintar” jawab budhe

“an bude mau keluar nih”
“achhh annn achhh
Enak banget ann”

Crooooooorttt….
Budheku mengeluarkan cairannya di dalam mulutku, terasa sekali cariran kental agak asin menyeruak didalam tenggorokanku.
“ahh enak banget ann, kamu cepet belajar yah”
“kan diajarin sama budhe” hehehe
Sejenak kami tertawa bersama. Tak terasa kami sudah melakukan ini selama 2 jam, lalu tanpa di sadari kami berduapun tertidur dengan keadaan telanjang.

Tamat

Cerita Ngentot ML Sama ABG di Tempat Dugem

$
0
0

Cerita Ngentot ML Sama ABG di Tempat Dugem – Kenakalan remaja di tempat dugem – Perkenalkan Nama Saya Bernard.. Seperti cerita – cerita lainnya.. saya adalah salah satu mahasiswa Ilmu Komputer Semester 4 di perguruan tinggi swasta di daerah jakarta barat.. Terserah cerita ini mao di bilang hayalan,karangan, inspirasi… atau pengalaman.. yang jelas saya hanya ingin menumpahkan pikiran saya kedalam cerita ini..

2 Tahun yang lalu..
2 tahun yang lalu ialah masa2 SMA saya akan berakhir.. yah.. itu kelas 3.. dan kata orang masa – masa SMA itu masa yang paling indah… . Mungkin memang paling indah… masa SMA masa dimana seorang beranjak dewasa.. mulai mengenal dunia luar… dunia gelap.. dunia gemerlap.. narkotika.. kejam.. memang kejam.. tapi sangat mengasyikan..

Saya adalah orang yang cukup di bilang.. seminggu sekali untuk datang ke salah satu diskotik di jakarta.. awalnya saya pun di ajak oleh salah satu teman saya.. tapi lama2 ketagihan.. cukup sedikit menghilangkan stresss…

Singkat saja.. kami ber 5.. merupakan teman atau team dugem.. hohoho.. adi,dani,dono,dan cicil.. yahh… kami ber 5 memang cukup dekat dalem pertemanan..seperti biasa.. malam minggu pun tiba.. dan mulai mempersiapkan untuk pesta tar malem… dari permen karet, minyak angin, minyak sayurr dann segala jenis macam nya… katanya si biar “kenceng” on nya..
Setelah siap… saya pun mulai menjemput sisil.. wow… Dengan Rok Mini Putih.. yang menurut saya super pendekk… dan tengktop putih… dengan menggunakan topi putih.. dia siap bergoyang.. dalam hatiku.. “wahh nti malam bakal panaz ni..”

Singkat cerita kami sudah sampai table.. nice.. ntah sisil kemana.. biasa wanita slalu berkeliaran mencarii barangnya sendiri.. akhirnya kami mulai party… ON… kenceng… dan pada jam 01.00 sisil dateng ke table.. dengan sempoyongan.. ku papah dia.. sambil ku pegang pantat nya untuk memapahnya.. “bitch! Ternyata make g-string” dalem hatiku.. karena tidak ada belahan tali kolor saat ku pegang pantat nya.. Setelah ku papah agar dia duduk di tempatku.. ternyata dia tidak mao.. dan inggin bergoyang.. sambil bergoyang pantatnya yang sekel itu… nempel ke Torpedo ku..

Kata orang kalo lagi ON.. Torpedo gak bakal bisa berdiri.. ternyata salah.. kalo kebawa nafsu.. tetep aja berdiri.. ON ku mulai tak sehat.. memikirkan nafsu.. nafsu kepada temannya sendiri.. Jam menunjukan pukul 03.00.. Mulai sepi.. karena pada waktu itu bulan puasa.. diskotik tutup lebih awal… akhirnya.. aku mengajak teman2ku untuk bermalam di kost-ku.. sambil melanjutkan acara tripingnya.. Sampai di kost.. ternyata semua sudah lelah.. tidak ingin melanjutkan tripingnya..

Akhirnya memilih untuk tidur.. ke 3 temanku tidur di lantai.. dan aku yg punya kost tidur di atas beserta sisil… karena kamar ku ini sangat sempit.. AC kost sengaja ku kecilkan ke 26 drajat.. biar pada mrasa dingin.. Sisil pun mulai kedinginan.. dan aku menawarkan masuk ke dalam badcover ku… Dia pun masuk… jadi kami tidur di dalam badcov er yg sama.. ohh!! Pikiranku melayang.. bukan tidur… malah nafsu yang ada di benaku.. Ku lihat dia mulai terlelap… Akhirnya ku coba memeluk pinggang dia.. ternyata diam saja.. lalu pelan2 tanganku kunaek-an ke atas.. sehingga tangan kiri ku menindih payudara dia.. Dia masi diam saja.. jantungku terus berdetak cepat.. tiba2 dia membalik.. menghadap ke arahku… mungkin karena dingin… ohh… mukanya menghadapku… ku cium keningnya perlahan.. uh… temanku yg seksi.. akhirnya bisa menciumnya.. lalu ku turun kan kebibir… ehmm… dia masi tetap diam.. ntah neken berapa dia malam..

Tangaknku mulai turun… meraba pantatnya.. aku sengaja… karena ingin menjalajahi tubuhnya perhalah2.. Rok mininya ku naekan.. ku masukan tanganku ke dalam rok mininya.. ku raba pantatnya perlahan2.. Setelah puas.. Aku mulai naek keatas.. tanganku masuk ke dalam tangktopnya.. mencari pengait Branya.. dan membuknya.. jantungku berdetak cepat…. Dan akhirnya… terbuka juga bra nya.. stlh itu ku dorong dirinya.. agar dia telentang.. lalu perlahan2.. tanganku mulai masuk dari perutnya.. pelan2 tanpa menyentuh perutnya.. dan akhirnya…. Ku pegang payudaranya.. ohh.. begitu pas dengan tanganku.. di dalam badcoverku,, ku terus melakukan aksiku.. stlah puas meraba payudara sisil… tanganku mulai nekat.. turun ke bawah.. begitu mudahnya karena dia hanya menggunakan rok mini.. langsung tersingkap begitu saja.. ku raba langsung ke pintu surganya… oh…. Botakkk… aku suka vagina botak… stlh ku tarik g-stringnya.. ku dapati vaginanya basah.. aku berpikir apa dia sadar.. atau tidak… lalu ku coba menghisap putingnya dari balik tengktop putihnya.. slurpp..
Ohh…. Ku gesek2an ***** di kakinya… sambil tanganku mencoba mencari celah klitorisnya..pikiranku mulai melayang.. takut2 dia bangun.. dan teman2ku bangun.. rusak semua pertemananku.. Rasanya ingin ku masukan jariku ke dalam vaginannya.. tapi takut dia terbangun..
Aku terus menggesekkk jari2ku di klitorisnya.. sambil menghisap putting susunya dari balik tengtop putihnya.. dan sesekali ku cium bibirnya saat tiba2 terbuka.. ohh…
Tapi tiba2.. Tanganku di tepakk dia…
Sisil : “Ngapain lu nard!! Kurang ajarr siall!!”
Sorry2..!! gw kebawa nafsu.. barangnya bkin horny..
(sambil berisik.. karena takut ke tiga temanku bangun…)
Sisil : “ horny si horny.! Tp masa temen lu sendiri lu embad.! Gila apa..!!”
Iyah2!! Sorry2.. dah2 tidur…
Akhirnya sisil kembali tidur.. tapi kali ini menghadap ke tembok.. dan pantatnya menghadapku.. 1 jam berlalu.. aku mulai gelisah.. ku coba peluk dia dr belakang.. tidak ada perlawanan..
Ku coba berbisik ke dia.. “gw peluk lu boleh yah sil..” yah dah gw jg masi dingin ni.!
Akhirnya ku peluk dirinya lalu aku berkata… “maafin gw yah sil.. gw kebawa nafsu., “ sambil ngmg di dekat telinganya.. iyah2 udah tidur sana… karena ku pikir lampu hijao… akhirnya ku cium lehernya…
Sisil : “apaan si lu!!”
Sorry2..!! Cuma ciuman biasa sie..!!
Sengaja torpedoku, ku tempelkan dengan pantatnya.. pasti dia merasakan betapa tegaknya torpedoku..
Sisil : “barang lu awasin tuh! Ganjel tau!” (sambil tetap berbisik)
Gw : “gpp gini aja.. gw gk ngapa2in de..”
SiSil : “yah udah! Awas lu macem2..!”
Akhirnya sisil tidur lagi.. tapi kali ini nafsuku makin menjadi..
Ku raba dada dia.. (bra nya masi blm di kaitkan..) uhh.. lalu ku tarik rok blakangnya..
Karena sudah kepalang tanggung.. ku keluarkan torpedoku.. ku jepit di antar kedua kakinya.. lalu mulai ku gesekan pelan2.. ! sambil ku cium lehernya…
Dan “sisil..! : ahh…! Luu begitu terus lama2 gw jd ikutan horny..”
Masukin sekarang aja udah!! Dah ngantuk gw.!
Wahhh!! Hatiku bersorak… ku masukan torpedoku ke dalam vaginanya..
“ouchh!! Pelan2 nard..!! ughh gede juga titid lu.. “
Dah msk blm sil..
“udah2.. dah mentok ini.. goyang pelan2 nard.. takut pada bangun..”
Lalu ku goyangkan pantatku.. sambil ku cium bibir sisil.. ternyata dia membalas ciumanku… sambil tanganku memilin putting susunya..
“ouchh nard..!!’
Sstt..! tar pada bangun sil.!
“uhhh… cpt… !
“ouchhh nard… gw mw keluar!!”
“sabarrr… gw juga… gw keluarin dmn ni…”
“ di luar lah bego..!! lu mao gw hamilll hah..??”
Ups..! sorry.. kirain lu dah makan pil apa gitu!
“pala lu!! Uhhh.. ahhh ouch…. Gw… samp…pe…”
Ku rasakan basah di palkon ku.. ternyata dia dah keluar..
Dann..
“gwww jugaaa sil…”
Lalu ku keluarkann dan ku arahkan ke atas.. sehingga spermaku nempel di tengktopnya..
Sisil : “udah puas..??”
Gw : “udah2.. thanks yah!
Sisil : “skrg boleh tidur gw.??”
Gw : “boleh2!”
Sisil : “awas lu blg anak2.. jaga tuh bacot yah! Tar pada nagih mati gw.!”
Gw : ok2!

-pagii hariii-
Semua dah pada bangun.. tinggal aku.. sisil juga dah bangun.. lagi merokok di teras kostku..
Gw : “ yg laen pada kemana sil..”
Sil : “noh di bawah.! Lg pada makan mie..”
Gw : oh.. (wahhh! Keqnya dia lupa sama semalam nie..
Sil : “ gw pinjem anduk donk..mw mandi nie..”
Gw : “ohh noh ambil aj di lemari gw..

Dia pun mandi dalam kamar kostku…
(kamar kost ku memiliki kamar mandi dalam..)
Saat dia mandi ku coba ketuk pintunya..
Gw : “sil..”
Sisil.. : “ kenapa.. sambil buka pintu..”
Gw : “ gw… horny… tolong coliin aja dnk.. “
Sisil : “coliin aja yah! Gk macem2..! yah dah! Konci sono pintu lu tar pada masuk gaswat..”
Gw : ok..!
Akhirnya di coliin.. stlh.. di kocok 10 menit tidak keluar2…
Sisil :”lama amat siii!! Keluarnya..!”
Gw : “gw pegang badan lu yah biar cpt keluarnya.”
Sisil : “ haduh!! Okeh2..!! toket aja! Gk pake bawah..”
Akhirnya gw memegang toketnya.. gw pilin2 putingnya…
Gw : “isep donk sill..!”
Sisil : “yah dah!..”
Akhirnya ku isap putingnya.. sambil menunduk menghisap payudaranya.. dan dia tetap mengocok torpedoku.. uhhh.. oh…hh.. terus sil… ehmm…
Ternyata sisil juga horny.. karena dia tidak mw ML lagi… dia masukan ke dalam mulutnya..
“my god!! Ohh!! Terus sil2…” ohhh…!!
5 menit blm keluar2.. ternyata sisil mulai merasa lelah…
Dan akhirnya dia berikan vagina nya sekali lagi di pagi itu..

Lihat Juga :  Cerita Ngentot Dengan Teman Suamiku

Tamat

Cerita Sex Naksir Rita Dapat Ibunya

$
0
0

Cerita Sex Naksir Rita Dapat Ibunya – Cerita sex terbaru dan Saat itu aku Ronny masih kuliah dan saya mempunyai teman karib namanya Mona, dari Sumatera, dia menumpang di rumah tantenya. Kebetulan antara saya dan Mona mempunyai hoby yang sama, naik gunung, lintas alam, atletik, lempar lembing. Saya sering bertandang ke rumahnya, makin lama makin sering.

Karena saya juga naksir sama Rita, adik sepupu Mona atau anak tantenya. Walau saya sudah menjadi akrab dengan keluarganya, tapi Rita tak kunjung kupacari. Setelah selesai SMA Mona melanjutkan studi di Kota lain, tapi aku mencoba untuk bertandang ke rumah Rita, tapi jarang ketemu. Namun perjalanan waktu menentukan lain bagi Rita, ayahnya yang wakil rakyat itu meninggal. Sekarang ini ibunya mencari nafkah sendiri dengan memegang beberapa perusahaannya yang memang sudah dirintis cukup lama,

Sebelum terpilih menjadi wakil rakyat. Harapanku memacari Rita tetap ada di dada, walaupun saat aku berkunjung, justru bu Ita (ibunya Rita/tantenya Mona) yang sering menemuiku. karena Rita ada kesibukan di Jakarta, sehubungan dengan keikutsertaannya dalam sekolah presenter di sebuah stasion teve swasta di sana. Tapi sebenarnya kalau mau jujur Rita masih kalah dengan ibunya. Bu Ita lebih cantik.,kulitnya lebih putih bersih, dewasa dan tenang pembawaannya. Sementara Rita agak sawo matang, nurun ayahnya kali? Seandainya Rita seperti ibunya: tenang pembawaannya, keibuan dan penuh perhatian, baik juga. Sekarang, di rumah yang cukup mewah itu hanya ada bu Ita dan seorang pembantu. Mona sudah tidak di situ,

sementara Rita sekolah di ibukota, paling- paling seminggu pulang. Akhirnya saya di suruh bu Ita untuk membantu sebagai karyawan tidak tetap mengelola perusahaannya. Untungnya saya memiliki kemampuan di bidang komputer dan manajemennya, yang saya tekuni sejak SMA. Setelah mengetahui manajemen perusahaan bu Ita lalu saya menawari program akuntansi dan keuangan dengan komputer, dan bu Ita setuju bahkan senang. Merencanakan kalkulasi biaya proyek yang ditangani perusahaannya, dsb. Saya menyukai pekerjaan ini. Yang jelas bisa menambah uang saku saya, bisa untuk membantu kuliah, yang saat itu baru semester dua. Bu Ita memberi honor lebih dari cukup menurut ukuran saya.

Pegawai bu Ita ada tiga cewek di kantor, tambah saya, belum termasuk di lapangan. Saya sering bekerja setelah kuliah, sore hingga malam hari, datang menjelang pegawai yang lain pulang. Itupun kalau ada proyek yang harus dikerjakan. Part time begitu. Bagi saya ini hanya kerja sambilan tapi bisa menambah pengalaman. Karena hubungan kerja antara majikan dan pegawai, hubungan saya dengan bu Ita semakin akrab. Semula sih biasa saja, lambat-laun seperti sahabat, curhat, dan sebagainya. Aku sering dinasehati, bahkan saking akrabnya, bercanda, saya sering pegang tangannya, mencium tangan, tentu saja tanpa diketahui rekan kerja yang lain. Dan rupanya dia senang.

Tapi aku tetap menjaga kesopanan. Pengalaman ini yang mendebarkan jantungku, betapapun dan siapapun bu Ita, dia mampu menggetarkan dadaku. Walaupun sudah cukup umur wanita ini tetap jelita. Saya kira siapapun orangnya pasti mengatakan orang ini cantik bahkan cantik sekali. Dasar pandai merawat tubuh, karena ada dana untuk itu, rajin fitnees, di rumah disediakan peralatannya. Kalau sedang fitnees memakai pakaian fitnees ketat sangat sedap dipandang. Ini sudah saya ketahui sejak saya SMA dulu, tapi karena saya kepingin mendekati Rita, hal itu saya kesampingkan. Data-data pribadi bu Ita saya tahu betul karena sering mengerjakan biodata berkaitan dengan proyek-proyeknya.

Tingginya 161 cm, usianya saat kisah ini terjadi 37 tahun, lima bulan dan berat badannya 52 kg. Cukup ideal. Pada suatu hari saya lembur, karena ada pekerjaan proyek dan paginya harus didaftarkan untuk diikutkan tender. Pukul 22.00 pekerjaan belum selesai, tapi aku agak terhibur bu Ita mau menemaniku, sambil mengecek pekerjaanku. Dia cukup teliti. Kalau kerja lembur begini ia malah sering bercanda. Bahkan kalau minumanku habis dia tidak segan-segan yang menuang kembali, aku malah menjadi kikuk. Dia tak enggan pegang tanganku, mencubit, namun aku tak berani membalas. Apalagi bila sedang mencubit dadaku aku sama sekali tidak akan membalas. Dan yang cukup surprise tanpa ragu memijit-pijit bahuku dari belakang. “Capek ya..? Saya pijit, nih”, katanya.

Aku hanya tersenyum, dalam hati senang juga, dipijit janda cantik. Apalagi yang kurasakan dadanya, pasti teteknya menyenggol kepalaku bagian belakang, saya rasakan nyaman juga. Lama-lama pipiku sengaja saya pepetkan dengan tangannya yang mulus, dia diam saja. Dia membalas membelai-belai daguku, yang tanpa rambut itu. Aku menjadi cukup senang. Hampir pukul 23.00 baru selesai semua pekerjaan, saya membersihkan kantor dan masih dibantu bu Ita. Wah wanita ini betul-betul seorang pekerja keras, gumanku dalam hati. Saya bersiap-siap untuk pulang, tapi dibuatkan kopi, jadi kembali minum. “Kamu sudah punya pacar Ron?” “Belum Bu”, jawabku “Masa.., pasti kamu sudah punya.

Cewek mana yang tak mau dengan cowok ganteng”, katanya “Belum Bu, sungguh kok”, kataku lagi. Kami duduk bersebelahan di sofa ruang tengah, dengan penerangan yang agak redup. Entah siapa yang mendahului, kami berdua saling berpegangan tangan saling meremas lembut. Yang jelas semula saya sengaja menyenggol tangannya… Mungkin karena terbawa suasana malam yang dingin dan suasana ruangan yang syahdu, dan terdengar suara mobil melintas di jalan raya serta sayup-sayup suara binatang malam, saya dan bu Ita hanyut terbawa oleh suasana romantis. Bu Ita yang malam itu memakai gaun warna hitam dan sedikit motif bunga ungu. Sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Wanita pengusaha ini makin mendekatkan tubuhnya ke arahku.

Dalam kondisi yang baru aku alami ini aku menjadi sangat kikuk dan canggung, tapi anehnya nafasku makin memburu, kejar-kejaran dan bergelora seperti gemuruh ombak di Pelabuhan Ratu. Saya menjadi bergemetaran, dan tak mampu berbuat banyak, walau tanganku tetap memegang tangannya. “Dingin ya Ron..?!”, katanya sendu. Sementara tangan kiriku ditarik dan mendekap lengan kirinya yang memang tanpa lengan baju itu. “Ya, Bu dingin sekali”, jawabku. Terasa dingin, sementara tangannya juga merangkul pinggangku. Bau wewanginan semerbak di sekitar, aku duduk,

menambah suasana romantis “Kalau ketahuan Darti (pembantunya), gimana Bu?”, kataku gemetar. “Darti tidak akan masuk ke sini, pintunya terkunci”, katanya. Saya menjadi aman. Lalu aku mencoba mengecup kening wanita lincah ini, dia tersenyum lalu dia menengadahkan wajahnya. Tanpa diajari atau diperintah oleh siapapun, kukecup bibir indahnya. Dia menyambut dengan senyuman, kami saling berciuman bibir saling melumat bibir, lidah kami bertemu berburu mencari kenikmatan di setiap sudut-sudut bibir dan rongga mulut masing-masing. Tangankupun mulai meraba-raba tubuh sintal bu Ita, diapun tidak kalah meraba- raba punggungku dan bahkan menyusup dibalik kaosku.

Aku menjadi semakin terangsang dalam permainan yang indah ini. Sejenak jeda, kami saling berpandangan dia tersenyum manis bahkan amat manis, dibanding waktu-waktu sebelumnya. Kami berangkulan kembali, seolah-olah dua sejoli yang sedang mabuk asmara sedang bermesraan, padahal antara majikan dan pegawainya. Dia mulai mencumi leherku dan menggigit lembut semantara tanganku mulai meraba-raba tubuhnya, pertama pantatnya, kemudian menjalar ke pinggulnya. “Sejak kamu kesini dengan Mona dulu, saya sudah berpikir: “Ganteng banget ini anak!””, katanya setengah berbisik. “Ah ibu ada-ada saja”, kataku mengelak walaupun saya senang mendapat sanjungan. “Saya tidak merayu, sungguh”, katanya lagi. Kami makin merangsek bercumbu, birahiku makin menanjak naik, dadaku semakin bergetar, demikian juga dada bu Ita. Diapun nampak bergetaran dan suaranya agak parau. Kemudian saya beranjak,

berdiri dan menarik tangan bu Ita yang supaya ikut berdiri. Dalam posisi ini dia saya dekap dengan hangatnya. Hasrat kelakianku menjadi bertambah bangkit dan terasa seakan membelah celana yang saya pakai. Lalu saya bimbing dia ke kamarnya, bagai kerbau dicocok hidungnya bu Ita menurut saja. Kami berbaring bersama di spring bed, kembali kami bergumul saling berciuman dan becumbu. “Gimana kalau saya tidur di sini saja, Bu”, pintaku lirih. Ia berpikir sejenak lalu mengangguk sambil tersenyum. Kemudian dia beranjak menuju lemari dan mengambil pakaian sambil menyodorkan kepada saya.

“Ini pakai punyaku”, dia menyodorkan pakaian tidur. Lalu aku melorot celana panjangku dan kaos kemudian memakai kimononya. Aku menjadi terlena. Dalam dekapannya aku tertidur. Baru sekitar setengah jam saya terbangun lagi. Dalam kondisi begini, jelas aku susah tidur. Udara terasa dingin, saya mendekapnya makin kencang. Dia menyusupkan kaki kanannya di selakangan saya. Penisku makin bergerak-gerak, sementara cumbuan berlangsung, penisku semakin menjadi-jadi kencangnya, yang sesungguhnya sejak tadi di sofa. Aku berpikir kalau sudah begini bagaimana? Apakah saya lanjutkan atau diam saja? Lama aku berfikir untuk mengatakan tidak! Tapi tidak bisa ditutupi bahwa hasrat, nafsu birahiku kuat sekali yang mendorong melonjak-lonjak dalam dadaku bercampur aduk sampai kepada ubun-ubunku. Walaupun aku diamkan beberapa saat, tetap saja kejaran libido yang terasa lebih kuat. Memang saya sadar, wanita yang ada didekapanku adalah majikanku,

tantenya Mona, mamanya Rita, tapi sebagai pria normal dan dewasa aku juga merasakan kenikmatan bibir dan rasa perasaan bu Ita sebagai wanita yang sintal, cantik dan mengagumkan. Sedikitnya aku sudah merasakan kehangatannya tubuhnya dan perasaannya, meski pengalaman ini baru pertama kali kualami. Aku tak kuasa berkeputusan, dalam kondisi seperti ini aku semakin bergemetaran, antara mengelak dan hasrat yang menggebu-gebu. Aku perhatikan wajahnya di bawah sorot lampu bed, sengaja saya lihat lama dari dekat, wajahnya memancarkan penyerahan sebagai wanita, di depan lelaki dewasa. Pelan-pelan tanganku menyusup di balik gaunnya, meraba pahanya dia mengeliat pelan,

saya tidak tahu apakah dia tidur atau pura-pura tidur. Aku cium lembut bibirnya, dan dia menyambutnya. Berarti dia tidak tidur. Ku singkap gaun tidurnya kemudian kulepas, dia memakai beha warna putih dan cedenya juga putih. Aku menjadi tambah takjub melihat kemolekan tubuh bu Ita, putih dan indah banget. Ku raba- raba tubuhnya, dia mengeliat geli dan membuka matanya yang sayu. Jari-jari lentiknya menyusup ke balik baju tidur yang kupakai dan menarik talinya pada bagian perutku, lalu pakaianku terlepas. Kini akupun hanya pakai cede saja. “Kamu ganteng banget, Ron, tinggi badanmu berapa, ya?”, bisiknya. Saya tersenyum senang. “Makasih. Ada 171.

Bu Ita juga cantik sekali”, mendengar jawabanku, dia hanya tersenyum. Aku berusaha membuka behanya dengan membuka kaitannya di punggungnya, kemudian keplorotkan cedenya sehingga aku semakin takjub melihat keindahan alam yang tiada tara ini. Hal ini menjadikan dadaku semakin bergetar. Betapa tidak?! Aku berhadapan langsung dengan wanita tanpa busana yang bertubuh indah, yang selama ini hanya kulihat lewat gambar-gambar orang asing saja. Kini langsung mengamati dari dekat sekali bahkan bisa meraba-raba. Wanita yang selama ini saya lihat berkulit putih bersih hanya pada bagian wajah, bagian kaki dan bagian lengan ini, sekarang tampak seluruhnya tiada yang tersisa.

Menakjubkan! Darahku semakin mendidih, melihat pemandangan nan indah itu. Di saat saya masih bengong, pelan-pelan aku melorot cedeku, saya dan bu Ita sama-sama tak berpakaian. Penisku benar-benar maksimal kencangnya. Kami berdua berdekapan, saling meraba dan membelai. Kaki kami berdua saling menyilang yang berpangkal di selakangan, saling mengesek. Penisku yang kencang ikut membelai paha indah bu Ita. Sementara itu ia membelai-belai lembut penisku dengan tangan halusnya, yang membawa efek nikmat luar biasa. generasi Tanganku membela-belai pahanya kemudian kucium mulai dari lutut merambat pelan ke pangkal pahanya. Ia mendesah lembut. Dadaku makin bergetaran karena kami saling mencumbu, aku meraba selakangannya, ada rerumputan di sana, tidak terlalu lebat jadi enak dipandang. Dia mengerang lembut, ketika jemariku menyentuh bibir vaginanya.

Mulutku menciumi payudaranya dengan lembut dan mengedot puntingnya yang berwarna coklat kemerah-merahan, lalu membenamkan wajahku di antara kedua susunya. Sementara tangan kiriku meremas lembut teteknya. Desisan dan erangan lembut muncul dari mulut indahnya. Aku semakin bernafsu walau tetap gemetaran. Tanganku mulai aktif memainkan selakangannya, yang ternyata basah itu. Saya penasaran, lalu kubuka kedua pahanya, kemudian kusingkap rerumputan di sekitar kewanitaannya. Bagian-bagian warna pink itu aku belai-belai dengan jemariku. Klitorisnya, ku mainkan, menyenangkan sekali. Bu Ita mengerang lembut sambil menggerakkan pelan kaki-kakinya. Lalu jariku kumasukkan keterowongan pink tersebut dan menari-nari di dalamnya. Dia semakin bergelincangan. Kelanjutannya ia menarikku.

“Ayo Ron”aku tak tahan”, katanya berbisik Dan merangkulku ketat sekali, sehingga bagian yang menonjol di dadanya tertekan oleh dadaku. Aku mulai menindih tubuh sintal itu, sambil bertumpu pada kedua siku-siku tanganku, supaya ia tidak berat menompang tubuhku. Sementara itu senjataku terjepit dengan kedua pahanya. Dalam posisi begini saja enaknya sudah bukan main, getaran jantungku makin tidak teratur. Sambil menciumi bibirnya, dan lehernya, tanganku meremas-remas lembut susunya. Penisku menggesek- gesek sekalangannya, ke arah atas (perut), kemudian turun berulang-ulang Tak lama kemudian kakinya direnggangkan, lalu pinggul kami berdua beringsut, untuk mengambil posisi tepat antara senjataku dengan lubang kewanitaannya. Beberapa kali kami beringsut, tapi belum juga sampai kepada sasarannya. Penisku belum juga masuk ke vaginanya

“Alot juga”, bisikku. Bu Ita yang masih di bawahku tersenyum. “Sabar-sabar”, katanya. Lalu tangannya memegang penisku dan menuntun memasukkan ke arah kewanitaannya. “Sudah ditekan… pelan-pelan saja”, katanya. Akupun menuruti saja, menekan pinggulku… “Blesss”, masuklah penisku, agak seret, tapi tanpa hambatan. Ternyata mudah! Pada saat masuk itulah, rasa nikmatnya amat sangat. Seolah aku baru memasuki dunia lain, dunia yang sama sekali baru bagiku. Aku memang pernah melihat film orang beginian, tetapi untuk melakukan sendiri baru kali ini. Ternyata rasanya enak, nyaman, mengasyikkan. Wonderful! Betapa tidak, dalam usiaku yang ke 23, baru merasakan kehangatan dan kenikmatan tubuh wanita. Gerakanku mengikuti naluri lelakiku, mulai naik-turun,

naik-turun, kadang cepat kadang lambat, sambil memandang ekspresi wajah bu Ita yang merem- melek, mulutnya sedikit terbuka, sambil keluar suara tak disengaja desah- mendesah. Merasakan kenikmatannya sendiri. “Ah… uh… eh… hem”” Ketika aku menekankan pinggulku, dia menyambut dengan menekan pula ke atas, supaya penisku masuk menekan sampai ke dasar vaginanya. Getaran- getaran perasaan menyatu dengan leguhan dan rasa kenikmatan berjalan merangkak sampai berlari-lari kecil berkejar-kejaran. Di tengah peristiwa itu bu Ita berbisik “Kamu jangan terlalu keburu nafsu, nanti kamu cepat capek, santai saja, pelan- pelan, ikuti iramanya”, ketika saya mulai menggenjot dengan semangatnya. “Ya Bu, maaf”, akupun menuruti perintahnya. Lalu aku hanya menggerakkan pinggulku ala kadarnya mengikuti gerakan pinggulnya yang hanya sesekali dilakukan.

Ternyata model ini lebih nyaman dan mudah dinikmati. Sesekali kedua kakinya diangkat dan sampai ditaruh di atas bahuku, atau kemudian dibuka lebar-lebar, bahkan kadang dirapatkan, sehingga terasa penisku terjepit ketat dan semakin seret. Gerak apapun yang kami lakukan berdua membawa efek kenikmatan tersendiri. Setelah lebih dari sepuluh menit , aku menikmati tubuhnya dari atas, dia membuat suatu gerakan dan aku tahu maksudnya, dia minta di atas. Aku tidur terlentang, kemudian bu Ita mengambil posisi tengkurap di atasku sambil menyatukan alat vital kami berdua. Bersetubuhlah kami kembali.Ia memasukkan penisku rasanya ketat sekali menghujam sampai dalam. Sampai beberapa saat bu Ita menggerakkan pinggulnya, payudaranya bergelantungan nampak indah sekali, kadang menyapu wajahku. Aku meremas kuat-kuat bongkahan pantatnya yang bergoyang-goyang. Payudaranya disodorkan kemulutku, langsung kudot.

Gerakan wanita berambut sebahu ini makin mempesona di atas tubuhku. Kadang seperti orang berenang, atau menari yang berpusat pada gerakan pinggulnya yang aduhai. Bayang-bayang gerakan itu nampak indah di cermin sebelah ranjang. Tubuh putih nan indah perempuan setengah baya menaiki tubuh pemuda agak coklat kekuning-kuningan. Benar-benar lintas generasi! Adegan ini berlangsung lebih dari lima belas menit, kian lama kian kencang dan cepat, gerakannya. Nafasnya kian tidak teratur, sedikit liar. Kayak mengejar setoran saja. Tanganku mempererat rangulanku pada pantat dan pinggulnya, sementara mulutku sesekali mengulum punting susunya. Rasanya enak sekali. Setelah kerja keras majikanku itu mendesah sejadi-jadinya” “Ah… uh, eh… aku, ke.. luaar..Ron..”, rupanya ia orgasme. Puncak kenikmatannya diraihnya di atas tubuhku, nafasnya berkejar-kejaran, terengah-engah merasakan keenakan yang mencapai klimaknya. Nafasnya berkejar-kejaran, gerakannya lambat laun berangsur melemah,

akhirnya diam. Ia menjadi lemas di atasku, sambil mengatur nafasnya kembali. Aku mengusap-usap punggung mulusnya. Sesekali ia menggerak-gerakkan pinggulnya pelan, pelan sekali, merasakan sisa-sisa puncak kenikmatannya. Beberapa menit dia masih menindih saya. Setelah pulih tenaganya, dia tidur terlentang kembali, siap untuk saya tembak lagi. Kini giliran saya menindihnya, dan mulai mengerjakan kegiatan seperti tadi. Gerakan ku pelan juga, dia merangkul aku. Naik turun, keluar masuk. Saat masuk itulah rasa nikmat luar biasa, apalagi dia bisa menjepit-jepit, sampai beberapa kali.
Sungguh aku menikmati seluruhnya tubuh bu Ita. Ruaar biasa! Tiba-tiba suatu dorongan tenaga yang kuat sampai diujung senjataku, aliran darah, energi dan perasaan terpusat di sana, yang menimbulkan kekuatan dahsyat tiada tara. Energi itu menekan-nekan dan memenuhi lorong-lorong rasa dan perasaan, saling memburu dan kejar- kejaran. Didorong oleh gairah luar biasa, menimbulkan efek gerakan makin keras dan kuat menghimpit tubuh indah, yang mengimbangi dengan gerakan gemulai mempesona. Akhirnya tenaga yang menghentak-hentak itu keluar membawa kenikmatan luar biasa”, suara tak disengaja keluar dari mulut dua insan yang sedang dilanda kenikmatan. Air maniku terasa keluar tanpa kendali, menyemprot memenuhi lubang kenikmatan milik bu Ita.

“Ahh… egh… egh… uhh”, suara kami bersaut-sahutan. Bibir indah itu kembali kulumat makin seru, diapun makin merapatkan tubuhnya terutama pada bagian bawah perutnya, kuat sekali. Menyatu semuanya, “Aku” keluar Bu”, kataku terengah- engah. “Aku juga Ron”, suaranya agak lemah. “Lho keluar lagi, tadi kan sudah?! Kok bisa keluar lagi?!”, tanyaku agak heran. “Ya, bisa dua kali”, jawabnya sambil tersenyum puas. Kami berdua berkeringat, walau udara di luar dingin. Rasanya cukup menguras tenaga, bagai habis naik gunung saja, lempar lembing atau habis dari perjalanan jauh, tapi saya masih bisa merasakan sisa-sisa kenikmatan bersama. Selang beberapa menit, setelah kenikmatan berangsur berkurang, dan terasa lembek, saya mencabut senjataku dan berbaring terlentang di sisinya sambil menghela nafas panjang. Puas rasanya menikmati seluruh kenikmatan tubuhnya.

Perempuan punya bentuk tubuh indah itupun terlihat puas, seakan terlepas dari dahaganya, yang terlihat dari guratan senyumnya. Saya lihat selakangannya, ada ceceran air maniku putih kental meleleh di bibir vaginanya bahkan ada yang di pahanya. Pengalaman malam itu sangat menakjubkan, hingga sampai berapa kali aku menaiki bu Ita, aku lupa. Yang jelas kami beradu nafsu hampir sepanjang malam dan kurang tidur. Keesokan harinya. Busa-busa sabun memenuhi bathtub, aku dan bu Ita mandi bersama, kami saling menyabun dan menggosok, seluruh sisi-sisi tubuhnya kami telusuri, termasuk bagian yang paling pribadi. Yang mengasyikkan juga ketika dia menyabun penisku dan mengocok-kocok lembut.

Saya senang sekali dan sudah barang tentu membawa efek nikmat. “Saya heran barang ini semalaman kok tegak terus, kayak tugu Monas, besar lagi. Ukuran jumbo lagi?!”, katanya sambil menimang-nimang tititku. “Kan Ibu yang bikin begini?!”, jawabku. Kami tersenyum bersama. Sehabis mandi, kuintip lewat jendela kamar, Darti sedang nyapu halaman depan, kalau aku keluar rumah tidak mungkin, bisa ketahuan. Waktu baru pukul setengah enam. Tetapi senjata ini belum juga turun, tiba-tiba hasrat lelakiku kembali bangkit kencang sekali. Kembali meletup-letup, jantung berdetak makin kencang. Lagi-lagi aku mendekati janda yang sudah berpakaian itu, dan kupeluk, kuciumi. Saya agak membungkuk, karena aku lebih tinggi. Bau wewangian semerbak disekujur tubuhnya,

rasanya lebih fresh, sehabis mandi. Lalu ku lepas gaunnya, ku tanggalkan behanya dan kuplorotkan cedenya. Kami berdua kembali berbugil ria dan menuju tempat tidur. Kedua insan lelaki perempuan ini saling bercumbu, mengulangi kenikmatan semalam. Ia terbaring dengan manisnya, pemandangan yang indah paduan antara pinggul depan, pangkal paha, dan rerumputan sedikit di tengah menutup samara-samar huruf “V”, tanpa ada gumpalan lemaknya. Aku buka dengan pelan kedua pahanya. Aku ciumi, mulai dari lutut, kemudian merambat ke paha mulusnya. Sementara tangannya mengurut-urut lembut penisku. Tubuhku mulai bergetaran, lalu aku membuka selakangannya,

Lihat Juga :  Cerita Seks Diajari Ngentot sama Tante

Menyibakkan rerumputan di sana. Aku ingin melihat secara jelas barang miliknya. Jariku menyentuh benda yang berwarna pink itu, mulai bagian atas membelai-belainya dengan lembut, sesekali mencubit dan membelai kembali. Bu Ita bergelincangan, tangannya makin erat memegang tititku. Kemudian jariku mulai masuk ke lorong, kemudian menari-nari di sana, seperti malam tadi. Tapi bibir, dan terowongan yang didominasi warna pink ini lebih jelas, bagai bunga mawar yang merekah. Beberapa saat aku melakukan permainan ini, dan menjadi paham dan jelas betul struktur kewanitaan bu Ita,

yang menghebohkan semalam. Gelora nafsu makin menggema dan menjalar seantero tubuh kami, saling mencium dan mencumbu, kian memanas dan berlari kejar-kejaran. Seperti ombak laut mendesir-desir menerpa pantai. Tiada kendali yang dapat mengekang dari kami berdua. Apalagi ketika puncak kenikmatan mulai nampak dan mendekat ketat. Sebuah kejutan, tanpa aku duga sebelumnya penisku yang sejak tadi di urut-urut kemudian dikulum dengan lembutnya. Pertama dijilati kepalanya, lalu dimasukkan ke rongga mulutnya. Rasanya saya diajak melayang ke angkasa tinggi sekali menuju bulan. Aku menjadi kelelahan. Sesi berikutnya dia mengambil posisi tidur terlentang,

sementara aku pasang kuda-kuda, tengkurap yang bertumpu pada kedua tangan saya. Saya mulai memasukkan penisku ke arah lubang kewanitaan bu Ita yang tadi sudah saya “pelajari” bagian-bagiannya secara seksama itu. Benda ini memang rasanya tiada tara, ketika kumasukkan, tidak hanya saya yang merasakan enaknya penetrasi, tetapi juga bu Ita merasakan kenikmatan yang luar biasa, terlihat dari ekpresi wajahnya, dan desahan lembut dari mulutnya. “Ah”, desahnya setiap aku menekan senjataku ke arah selakangannya, sambil menekankan pula pinggulnya ke arah tititku. Kami berdua mengulangi mengarungi samodra birahi yang menakjubkan, pagi itu. Semuanya sudah selesai, aku keluar rumah sekitar pukul setengah delapan, saat Darti mencuci di belakang.

Dalam perjalanan pulang aku termenung, Betapa kejadian semalam dapat berlangsung begitu cepat, tanpa liku-liku, tanpa terpikirkan sebelumnya. Sebuah wisata seks yang tak terduga sebelumnya. Kenikmatan yang kuraih, prosesnya mulus, semulus paha bu Ita. Singkat, cepat dan mengalir begitu saja, namun membawa kenikmatan yang menghebohkan. Betapa aku bisa merasakan kehangatan tubuh bu Ita secara utuh, orang yang selama ini menjadi majikanku. Menyaksikan rona wajah bu Ita yang memerah jambu, kepasrahannya dalam ketelanjangannya, menunjukkan kedagaan seorang wanita yang mebutuhkan belaian dan kehangatan seorang pria. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, si kumbang muda makin sering mendatangi bunga untuk mengisap madu. Dan bunga itu masih segar saja, bahkan rasanya makin segar menggairahkan. Memang bunga itu masih mekar dan belum juga layu, atau memang tidak mau layu.

Tamat

Cerita Bokep Perawan Bidan Cantik Buaaangeeet

$
0
0

Cerita Bokep Perawan Bidan Cantik Buaaangeeet – Perkenalkan nama aku tony lengkapnya tony azuar,temen2 akrab ku biasa memanggil nama aku dengan panggilan tony, umur aku sekarang baru 20 tahun, saat ini aku masih duduk di bangku perkuliahan dan sekarang baru menginjak semester ke tiga(3) pada suatu hari pas mau perjalanan pulang dari kampus.

Aku tak sengaja melintas di depan rumah bu bidan yg berada di jalan Gatot sukoco’ pada malam itu waktu menunjukkan baru jam 21.00 malam, sekilas aku melihat ada bu bidan yang cantik itu’ dia sedang melayani pasiannya didalam ruangan kerjanya , aku pikir usianya baru di atas umurku sedikit paling 23 an sih,kiranya dia juga baru lulus dari ilmu kebidanan D3 Deplomatika’’, Rambutnya yang panjang hitam terurai lurus tubuhnya yg begitu mungil dan montok pantatnya yg seksi dengan belah dadanya yg besar sedang membungkuk sehinggan sedikit terlihat gundukan2 besar yg agak tembus/trasparan dari baju Tidurnya yg ketat itu yg berwarna putih,sedikit samar samar sih tapi nampak jelas kalo buah dadanya itu sangat besar dan kulitnya yang putih mulus langsat itu. Ditambah senyumannya yg manis, membuat hatiku tak kuasa membayangkan betapa nikmatnya kalau bu bidan itu aku setubuhi, aku pun langsung menyetop motorku diam diam aku berdiri di depan rumah bu bidan sambil memandanginya ,sebenernya dia uda tau sih tapi dianya pura pura gak tau karna sibuk mengurus pasienya dan tiba tiba dia datang menghampiri aku ,… a a a,..

Cerita Bokep. Aku pun kaget waduh mau kesini lagi tu bidan cantik, di tanya lah aku’(bu bidan): ada apa mas berdiri di depan rumah praktek ku dan kenapa terus terus mandangi ku seperti itu , apa ada yang bisa saya bantu’ (aku): dengan mata melotot memandangi buah dada nya yg besar itu dengan takjub besar sekali semakin mendekat semakin besar,,,.h he he kata benak fikir ku’ aku pun balik jawab sapaannya itu,enggak ada apa apa mbak bidan dg tergesa gesa aku jawab mbak cantik bak bidadari yg di turunkan dr langit’(Bu.bidan) ah bisa aja si mas ini’’ dgn seyuman lembut,,,’ dan karna aku rasa dia baru di atas aku sedikit jadi aku manggilnya mbak, hehehe’

Ini aku mau berkonsultasi sama mbak bidan,.. (bu bidan):ah jangan panggil begitu aku kan punya nama mas… (aku); siapa.? (bu bidan); lihat aja itu di papan nama tulisannya besar gitu masa endak bisa baca’ dengn tersenyum…. (aku);waduh senyumanya , dalam fikirku aku kan sengaja pura pura enggak tau sebenernya aku juga udah tau namanya itu yg jadi mbak bidan namanya mbak Lia panjangnya lia novita sari, biar aja aku kan maunya kenalannya bersalaman… hehehe maunya sih? Tiba tiba dia menyaut tanganku,aku seneng banget telapak tangannya halus sehalus busa sabun,,, terbayang dari fikiran jorok ku gimana ya kalo telapak tangannya di buat ngocok2 penisku…..

Pasti enak….. hem apalagi vaginanya tuh pasti enak banget kalo di masukin, pasti warna vaginanya putih dan agak kemerah kemerahan/merah jambu, dengan berande ande..hehe aku dengan otak ngeres’;’mbak bidan itu memperkenalkan namanya dengan suara lembut halus, nama aku lia aku di sini baru satu bulan dan sekaligus aku di sini di tugaskan untuk melayani semua masayarakat di desa ini,(aku) o ternyata dia disini lagi praktek dan tugasin dari pusat untuk bertugas masyarakat di kampung ku ini..

Jadi mbak bidan ini emang asalnya dari mana, aku asli dari jakarta;’ Ooo dr jakarta, oh iya td katanya mau konsultasi mau konsultasi apa emangnya’’ ya udah sana masuk dulu katanya mau konsultasi, dan pasienya ibu-ibu yg sedang mengandung itu pun keluar dari rumah prakteknya’ dan dengan sigapnya aku langsung masuk ke ruangan prakteknya ‘’( mbak bidan): silakan duduk ,, (aku):terimakasih mbak (mbak bidan):eh jangan panggil mbak kalo lagi sepi kaya gini aku rasa umur kita tak terpaut jauh dr umur kamu..oh iya,,. Ya udah ayo sekarang mau konsultasi apa… .!waduh lampu ijo nih’’kata ku’’ ini nov? aku memanggil dia dg panggilan nov’ini alat vitalku kog aku rasa tak seperti lelaki laki pada umumnya ,emang itu penisnya kamu kenapa ada kelainan kah . enggak tau nov..

Tapi penisku sedikit mbengkong ke kiri apa bisa nanti kalu udah punya istri apa aku bisa mempunyai keturunan karna penisku yg begitu,, berharap biar di periksa penisku yang udah ngaceng ini atau menegang..(bu.bidan lia menjawab) penis yg seperti itu udah banyak kog tapi udah terbukti penis yg bengkong pun masih bisa mempunyai keturunan tergantung tingkat kesuburannya,,(aku) oh ternyata begitu? setelah berbicara lebar kesana kesitu bla…bla..bla.

Akhirnya yang aku tunggu tunggu ? . sudah sana berbaring di atas tempat tidur biar aku lihat penis kamu ,aku seneng banget, dan aku sesekali bertanya pada novi,novi udah punya cwok (belum) dia dengan tersenyum menjawab ( belum) kenapa emangnya,aku buka ya resleting kamu aku dengan mlongo Ho. Aku diem..dan dia sambil membuka resleting celanaku dikit demi sedikit,aku tanya,novi udah sering iya nanganin yang gini ginian kog keliatanya uda nyante banget aku dengan sedikit becanda menjahilinya,,

Udah resiko kan mas jd bidan cwex, klo ada yg mau konsultasi beginian, tapi baru satu yg minta begini ,,emangnya siapa ,, novi menjawab Cuma kamu mas tony,, aku Ooo,.masa’’iya ,,’’terus pertanyaan mas tadi apa maksutnya,ouh,,.. enggak ada apa apa, masa cwex se cantik kamu blum punya cwok apa jangan jangan kamu uda punya suami kali,,boro boro mas punya suami mikir punya cwok aja gak (jawabnya),, kenapa, dia jawab takut di slingkuhin…? Ooo?aku berfikir lagi padahal baru pertama kali bertemu udah curhat panjang lebar layaknya udah saling kenal deket, aku berfikir enak juga ni novi kalo di jadiin pacar aku’ kliatannya orangnya baik dan setia…..

Aku dengan sigap bertanya mau enggak kalo novi jadi pacar aku, aku pasti akan setia dan sayang selalu sama novi ,,dia tersenyum memandangi ku dngan tangannya yg mau membuka resletingku,, apaan sih baru kenal udah nyatain cinta,, di coba dulu atu novi kalo cocok yuk kita terusin kalo gak cocok kita gak lanjut,hehe, ibarat cinta itu suka itu tidak memandang waktu , tapi cinta ini begitu saja mengalir..

Dia tersipu dngn perkataanku tadi. aku sungguh suka kamu,,,, dia lagi2 tersenyum malu sambil keluar menutup pintu rumah prakteknya karna udah sepi’,,,tinggal kita berdua yang ada di dalam dan sampai akhirnya celanaku sudah di buka dan aku lihat dari arah rok mininya yg pendek se paha atasnya yg mulus itu dan roknya yg berwarna putih’ terawang/trasparan jadi keliatan CD nya(celana dalam) terlihat agak ada cairan2 gitu mrembes dari CD nya yg berwarna ping itu,ternyata dia udah masturbasi,,

Aku begitu ngaceng saat melihat Cdnya yg uda basah dgn rayu rayuan ku tadi apalagi dia udah meraba raba penisku yg udah ngaceng pasti dia juga sudah memikirkan yg jorok jorok seperti aku dan aku tau pasti dia juga menginginkan penisku , aku jadi tambah semangat apalagi aku belum pernah ngentot sama sekali paling Cuma onani doang di kamar habis itu udah dan sekarang aku berada di sini di samping cewex yg cantik apalagi bidan pasti pengalamanya udah banyak walau umurnya bru 23,,

Dan ternyata dia juga belum pernah ngentot sama sekali alias masih perawan beruntungnya aku dalam hati berkata..,dan tidak lama kemudian dia membuka celana dalam ku dan dia melolong seakan takjub melihat penisku yg sudah ngaceng di kelilingi otot2 yg besar , dia bertanya padaku,boleh ndak barang kamu ini aku mainkan, boleh asal kamu mau jadi cwex aku, iya aku mau karna kamu juga ganteng kog tony ,aku tersenyum ya udah silahkan jawabku ,dan setelah udah mendapat ijin dari ku,, novi udah tak sabar langsung memegang kepala penisku yg sudah mengkilap dan udah mebesar dari tadi dia mengocok ngocokkan penisku ah.. uh… ah… uh.?

Rintihku ke enakan di kocok kocok dan kemudian aku meminta dia untuk memasukan penisku ke dalam lubang mulutnya yg sexsi itu perlahan lahan penisku mulai di masukkan kedalam liang mulutnya di maju mundurkan,, aku tak kuat menahan permainannya di dalam mulutnya itu ahirnya ku tumpahkan mani pertama ku kedalam mulutnya novi,, dia bilang udah keluar mas iya nov aku sambil mendesih ah..uh…ah..uh…yeh..oyeh,,. habis permainanmu enak banged makasih nov, ah itu belum apa apa dia berkata’ baru permainan mulut belum juga permainan sebenarnya ntar kalu penis kamu udah masuk vagina ku itu baru permainan yg sebenarnya,, aku suka tuh kan dia pengalaman banget dalam hati brkata ok kita lanjut,,,’ .

Dan aku juga meminta kepadanya boleh ndak aku juga minta keperawanan mu ,boleh asal kamu juga bisa setia sama aku untuk selamanya,, iya aku pasti setia dan selalu akan menyayangimu nov ,’lalu aku membuka roknya sekarang lebih jelas CD nya yang udah basah aku memainkan di permukaan CD nya yang halus kliatan sedikit vaginanya di dalam CD nya yg berwarna pink itu dan udah basah ketika dia udah masturbasi pertama tadi dan agak licin aku pegang aku gesek gesekan telapak tanganku ke pusat lubang klistorilnya dia ke enakaan kamu pintar banged mas tanpa aku hiraukan aku terus menggesek gesekan telapak tanganku ke seluruh bagian vagina keperawanannya ahirnya ke dua kalinya ia masturbasi ah ,..ah..erangan yg panjang, enak mas,.. ,

Lalu kubuka semua yg masih nempel di tubuhnya, dan aku pun juga, pakainku di klucuti oleh novi kini kita berdua tanpa sehelai kain pun, aku mulai lagi mengulum bibir merahnya yang sexsi itu dan memainkan kedua puting susunya aku remas remas ke dua susunya yg super besar itu putingnya yg kemerah merahan pink itu dan buah dada yg besar putih mulus sungguh membuat aku semakin liar aku emut pentilnya aku remas2 payudara nya, dan lidah ku mulai liar menuju bawah dari puting ke pinggang dari pinggang ke paha dan aku jilati pahanya dari paha ke kaki dia kegelian ke-enakan sudah setengah tak sadar aku kembali ke atas sedikit yaitu pas berada di vaginanya yg tanpa tumbuh rambut di situ keliatanya sih abis di cukur keliatanya dia juga suka merawat diri yaiyalah dia kan bidan dalam benakku berfikir,,

Oh indah nya surga ini Vagina yg begitu empuk kenyal besar kulit luar vaginanya berwarna putih mulus dan dalam vaginanya berwarna kemerah merahan pink (atau merah jambu)dan kedua pahanya yang putih mulus itu aku renggangkan ke kiri dan ke kanan kini keliatan semua dalam vaginanya aku jilati klistorilnya dia sungguh merangsang ku sodok sodok kan lidahku ke liang vaginanya maju mundur,, ah., uh.. ah,. Uh,. Ah,.

Kumainkan jari tengah ku dan kumasukan ke kedalam vaginanya ku maju mundurkan terasa jari ku basah banged di dalam liang keperawanannya ku cari G-Spot nya tak jauh dari luar vaginanya Cuma bejarak 3-4 centi, saat ku sentuh dengan jari tengahku dan ku mainkan pas pada G-Spot nya novi Merangrang mengglijang tak karuan beberapa kali aku mainkan dan mejilati klistoris dan mengelus elus pas tepat G-Spot nya itu tak lama kemudian novi marstubasi kesekian kalinya ahhhhhhh erang panjang dengan desahan tak beraturan,,,dia bilang jangan siksa aku begini mas tony ‘enak banget,,,ahhhhhhh,uhhhh….,, cepat masukkan penis kamu kedalam vagina aku dan tanpa aku hiraukan dia juga udah ke enakkan dengan permainan tangan ku ini.

Dia tarik penisku dia masukkan penis aku kedalam vaginanya yang sudah bener bener basah penuh cairan maninya itu dikit demi sedikit aku masukkan ternyata masih sempit banged ku ulangi lg dikit demi sedikit aku coba masukkan lagi dia agak merintih sakit tapi karna labidonya itu udah basah banged kini penisku udah tertanam sepenuhnya kedalam vaginanya saat itu di menjerit keras aaaahhhhhhaaaahhhh…..,sakit dan aku rasa ada sesuatu yg mengalir menempel di ujung kepala penisku ternyata itu darah keperawanan novi,’ku cabut sebentar penisku ke luar dia elap penisku yg penuh dengan darah keperawanannya aku juga bersihin vaginanya novi dari darah keperawanannya itu,dan aku bilang ke novi aku sungguh cinta dan sayang kamu nov,, dia juga bilang aku juga.. maaf nov keperawananmu sudah aku ambil ‘’iya enggak apa janji dan pasti yah kalo kamu setia dan sayang novi sampai kapanpun hingga ahir menjemput kita ….

Pasti mas akan selalu setia dan sayang ama novi sampai mati sambil mendekam dan memeluk tubuh novi dan sedikit sedikit aku coba masukkan lagi penis aku yg udah besar ini kini dia berganti posisi dengan bantal aku taruh di bawah pinggulnya dan sedikit di atasnya sedikit demi sedikit aku masukan Mr M ku lagi ke dalam vaginanya kini sudah lebih lancar memasukkannya karna darah keperawanannya dan masturbashi tadi yg mengalir deras jd itu yg membuat aku sedikit lancar mengoyak ke dalam vaginanya kini permainanku yang sesunggunhnya aku maju mundurkan Mr M ku.. ah ,,uh…

Dia mendesah lagi enak banget mas penis kamu aku sungguh nyaman sama kamu ingin selalu di dekat kamu’ dia berbisik di telingaku,, iya sama sama’jawabku’ aku kulum bibirnya yang mungil merah itu sambil meremas remas payu daranya aku me maju mundurkan penis (peli)(mr M)atau (gathel) ke dalam vaginanya yang basah dan licin itu dia merangsang lagi dan mererang lagi ahhh ahhhh ahhh erangan yang panjang? dan aku pun juga mulai ingin keluar cairan maniku,, aku bilang aku mau keluar aku keluarin kemana nov , dia jawab ke dalam aja aku juga mau keluar,,

Ok, penis aku semakin aku genjot maju mundur ke dalam vaginanya semakin cepat dan cepat pluk pluk sura penisku dan vaginanya yang nempel tidak nempel tidak,,,,,,,ahhhhhhahirnya kenikmatan ini berakhir dengan sama sama mengeluarkan hasrat percintaan nafsu kita berdua 1 2 3 , novi aku keluar mas,ahhhhhh cairan mani dalam vaginanya berkali kali membentur kepala penisku Crut crut crut dan aku tabrak juga dengan air mani dariku menembus dinding rahimnya Crut crut crut ah ah ah ah novi begitu menikmati persetubuhan sex ini begitupun aku… kita berdua mengerang panjang aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhh?,. Aku juga nov..ah uh ah uh auh ahhhhh,…’’’’’’’’,,,..kita berdua berbaring dia di bawah dan aku masih di atas dengan keadaan sekarang penis aku masih menancap di dalam vaginanya novi.

Sambil beristirahat sejenak merenungi apa yang sudah kita perbuat malam yang sunyi ini tanpa ada gangguan’’ terasa dunia ini milik kita berdua kita tertidur lelap dalam keadaan penisku masih menancap di vaginanya,. Dan pagi pun menyapa kita dengan keadaan penis aku masih menacap keliang senggamanya dan aku tarik sedikit keluar dan aku cabut dari dalam vaginanya perlahan ku tarik keluar. Tapi seakan novi tak mau melepaskan penis aku.

Lihat Juga :  CERITA BOKEP KUPERKOSA CEWEK SMA SAMPAI HAMIL

Dia memasukkan lagi penis aku kedalam liang vaginanya,aku bilang nov, dia bilang udah diem ternyata dia masih terangsang sebenernya aku juga masih terangsang ya udah lah aku jabani aja permainannya itu lagi dan beberapa detik kemudian aku dan novi mulai menglinjang dan mengerang lagi ternyata kami berdua masturbasi lagi ahhhhhahhhhhahhhhhh nov aku keluar aku juga mas, karna belum makan jadi cepet dah masturbasinya tapi aku dan novi satu sama lain sangat terpuaskan : simbiosismutualisme(sama sama menguntungkan)?

Dan aku cabut perlahan penisku lagi dan sebenernya novi masih menginginkan itu dan aku bilang nov udah dulu apa enggak kerja hari ini Besok juga ada hari hari lagi nov buat sex kita’ dia pun akhirnya mengerti iya udah kalo gitu dengan sedikit lemes dia menjawab sedikit ngambek sih sepertinya hehehe.. karna hasratnya tak terpenuhi hari ini..?dan aku janji ntar malam aku kesini lagi pasti akan puaskan kamu tunggu iya/ iya mas dengan senangnya,.. ? dan aku bilang makasih iya sayang kau telah memberi kenikmatan yang sebelumnya belum pernah aku rasakan, novi menjawab iya sama sama sayang kamu juga udah memuaskan aku. Sambil aku mencium keningnya bibirnya dan vaginanya… sekali lagi terimakasih sayang novi… novi pun tersenyum,,,,,,? Iya.

Dan hari hari kita sekarang di penuhi making love(ml) setiap kencan diner atau lain halnya pasti kita selalu making love… atau ngentot’ entah itu pagi atau siang dan juga entah tu malam . kita berdua selalu tak pernah henti menyalurkan hasrat kita,.kini sex jadi jalan alternatif kita untuk selalu setia dan untuk menyayangi dan ini lah cara kami untuk saling setia dan sayang sampai ajal menjemput.

Karna kita berdua sudah ada komit ,,maka mulailah awal ngentot pertamaku itu dan pertama kali juga aku punya cwex karna slama ini aku blum pernah punya cwex,, awalnya mau pura2 konsultasi eh malah bener2 dapat apa yg aku mau,terima kasih tuhan,,,jd dapet dua duanya vaginanya dapet orangnya juga aku dapet.. dalam sehari kita langsung jadian di tempat tugas praktenya itu.memang benar keberuntungan pasti bisa kita dapat di mana saja ntah itu jodoh dll. Ini pengalamanku apa pengalaman kalian…. sampai jumpa?

tamat

Cerita Dewasa | Tante Semok Lagi Ngentot

$
0
0

Cerita Dewasa | Tante Semok Lagi Ngentot – Sejak setelah menikah, ibu tinggal di rumah kecil kami beberapa  bulan sambil menunggu bangunan rumah baru mereka selesai. Lagi-lagi,  rumah baru mereka tidak jauh dari bengkel ayah. Ayah menolak tinggal di  rumah tante Tina karena alasan pribadi ayah. Setelah banyak process yang  dilakukan antara ayah dan ibu, akhirnya bengkel tempat ayah bekerja,  kini menjadi milik ayah dan ibu sepenuhnya.

Ayah pernah memohon  kepada ibu agar dia ingin tetap dapat bekerja di bengkel, dan terang  saja bengkel itu langsung ibu putuskan untuk dibeli saja. Maklum ibu  adalah ‘business-minded person’. Aku semakin sayang dengan ibu, karena  pada akhirnya cita-cita ayah untuk memiliki bengkel sendiri terkabulkan.  Kini bengkel ayah makin besar setelah ibu ikut berperan besar di sana.  Banyak renovasi yang mereka lakukan yang membuat bengkel ayah tampak  lebih menarik.

Pelanggan ayah makin bertambah, dan kali ini  banyak dari kalangan orang-orang kaya. Ayah tidak memecat  pegawai-pegawai lama di sana, malah menaikkan gaji mereka dan  memperlakukan mereka seperti saat dia diperlakukan oleh pemilik bengkel  yang lama.

Kehidupan dan gaya hidupku & ayah benar-benar  berubah 180 derajat. Kini ayah sering melancong ke luar negeri bersama  ibu, dan aku sering ditinggal di rumah sendiri dengan pembantu. Alasan  aku ditinggal mereka karena aku masih harus sekolah.

Ibu sering  mengundang teman-teman lamanya bermain di rumah. Salah satu temannya  bernama tante Ani. Tante Ani saat itu hanya 15 tahun lebih tua dariku.  Semestinya dia pantas aku panggil kakak daripada tante, karena wajahnya  yang masih terlihat seperti orang berumur 20 tahunan. Tanti Ani adalah  pelanggan tetap salon kecantikan ibu, dan kemudian menjadi teman baik  ibu.

Wajah tante Ani tergolong cantik dengan kulitnya yang putih  bersih. Dadanya tidak begitu besar, tapi pinggulnya indah bukan main.  Maklum anak orang kaya yang suka tandang ke salon kecantikan. Tante Ani  sering main ke rumah dan kadang kala ngobrol atau gossip dengan ibu  berjam-jam. Tidak jarang tante Ani keluar bersama kami sekeluarga untuk  nonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall.

Aku pernah  sempat bertanya tentang kehidupan pribadi tante Ani. Ibu bercerita bahwa  tante Ani itu bukanlah janda cerai atau janda apalah. Tapi tante Ani  sempat ingin menikah, tapi ternyata pihak dari laki-laki memutuskan  untuk mengakhiri pernikahan itu. Alasan-nya tidak dijelaskan oleh ibu,  karena mungkin aku masih terlalu muda untuk mengerti hal-hal seperti  ini.

Pada suatu hari ayah dan ibu lagi-lagi cabut dari rumah.  Tapi kali ini mereka tidak ke luar negeri, tapi hanya melancong ke kota  Bandung saja selama akhir pekan. Lagi-lagi hanya aku dan pembantu saja  yang tinggal di rumah. Saat itu aku ingin sekali kabur dari rumah, dan  menginap di rumah teman. Tiba-tiba bel rumah berbunyi dan waktu itu  masih jam 5:30 sore di hari Sabtu. Ayah dan ibu baru 1/2 jam yang lalu  berangkat ke Bandung. Aku pikir mereka kembali ke rumah mengambil barang  yang ketinggalan.

Sewaktu pintu rumah dibuka oleh pembantu,  suara tante Ani menyapanya. Aku hanya duduk bermalas-malasan di sofa  ruang tamu sambil nonton acara TV. Tiba-tiba aku disapanya.

“Bernas kok ngga ikut papa mama ke Bandung?” tanya tante Ani.
“Kalo ke Bandung sih Bernas malas, tante. Kalo ke Singapore Bernas mau ikut.” jawabku santai.
“Yah kapan-kapan aja ikut tante ke Singapore. Tante ada apartment di sana” tungkas tante Ani.
Aku  pun hanya menjawab apa adanya “Ok deh. Ntar kita pigi rame-rame aja.  Tante ada perlu apa dengan mama? Nyusul aja ke Bandung kalo penting.”.
“Kagak  ada sih. Tante cuman pengen ajak mamamu makan aja. Yah sekarang tante  bakalan makan sendirian nih. Bernas mau ngga temenin tante?”.
“Emang tante mau makan di mana?”
“Tante sih mikir Pizza Hut.”
“Males ah ogut kalo Pizza Hut.”
“Trus Bernas maunya pengen makan apa?”
“Makan di Muara Karang aja tante. Di sono kan banyak pilihan, ntar kita pilih aja yang kita mau.”
“Oke deh. Mau cabut jam berapa?”
“Entaran aja tante. Bernas masih belon laper. Jam 7 aja berangkat. Tante duduk aja dulu.”

Kami  berdua nonton bersebelahan di sofa yang empuk. Sore itu tante Ani  mengenakan baju yang lumayan sexy. Dia memakai rok ketat sampai 10 cm di  atas lutut, dan atasannya memakai baju berwarna orange muda tanpa  lengan dengan bagian dada atas terbuka (kira-kira antara 12 sampai 15cm  kebawah dari pangkal lehernya). Kaki tante Ani putih mulus, tanpa ada  bulu kaki 1 helai pun. Mungkin karena dia rajin bersalon ria di salon  ibu, paling tidak seminggu 2 kali. Bagian dada atasnya juga putih mulus.  Kami nonton TV dengan acara/channel seadanya saja sambil menunggu  sampai jam 7 malam. Kami juga kadang-kadang ngobrol santai, kebanyakan  tante Ani suka bertanya tentang kehidupan sekolahku sampai menanyakan  tentang kehidupan cintaku di sekolah. Aku mengatakan kepada tante Ani  bahwa aku saat itu masih belum mau terikat dengan masalah percintaan  jaman SMA. Kalo naksir sih ada, cuma aku tidak sampai mengganggap  terlalu serius.

Semakin lama kami berbincang-bincang, tubuh tante  Ani semakin mendekat ke arahku. Bau parfum Chanel yg dia pakai mulai  tercium jelas di hidungku. Tapi aku tidak mempunyai pikiran apa-apa saat  itu.

Tiba-tiba tante Ani berkata, “Bernas, kamu suka dikitik-kitik ngga kupingnya?”.
“Huh? Mana enak?” tanyaku.
“Mau tante kitik kuping Bernas?” tante Ani menawarkan/
“Hmmm…boleh aja. Mau pake cuttonbud?” tanyaku sekali lagi.
“Ga usah, pake bulu kemucing itu aja” tundas tante Ani.
“Idih jorok nih tante. Itu kan kotor. Abis buat bersih-bersih ama mbak.” jawabku spontan.
“Alahh  sok bersihan kamu Bernas. Kan cuman ambil 1 helai bulunya aja. Lagian  kamu masih belum mandi kan? Jorok mana hayo!” tangkas tante Ani.
“Percaya tante deh, kamu pasti demen. Sini baring kepalanya di paha tante.” lanjutnya.

Seperti  sapi dicucuk hidungnya, aku menurut saja dengan tingkah polah tante  Ani. Ternyata memang benar adanya, telinga ‘dikitik-kitik’ dengan bulu  kemucing benar-benar enak tiada tara. Baru kali itu aku merasakan  enaknya, serasa nyaman dan pengen tidur aja jadinya. Dan memang benar,  aku jadi tertidur sampe sampai jam sudah menunjukkan pukul 7 lewat.  Suara lembut membisikkan telingaku.

“Bernas, bangun yuk. Tante dah laper nih.” kata tante.
“Erghhhmmm … jam berapa sekarang tante.” tanyaku dengan mata yang masih setengah terbuka.
“Udah  jam 7 lewat Bernas. Ayo bangun, tante dah laper. Kamu dari tadi asyik  tidur tinggalin tante. Kalo dah enak jadi lupa orang kamu yah.” kata  tante sambil mengelus lembut rambutku.
“Masih ngantuk nih tante … makan di rumah aja yah? Suruh mbak masak atau beli mie ayam di dekat sini.”
“Ahhh ogah, tante pengen jalan-jalan juga kok. Bosen dari tadi bengong di sini.”
“Oke oke, kasih Bernas lima menit lagi deh tante.” mintaku.
“Kagak boleh. Tante dah laper banget, mau pingsan dah.”

Sambil  malas-malasan aku bangun dari sofa. Kulihat tante Ani sedang  membenarkan posisi roknya kembali. Alamak gaya tidurku kok jelek sekali  sih sampe-sampe rok tante Ani tersingkap tinggi banget. Berarti dari  tadi aku tertidur di atas paha mulus tante Ani, begitulah aku berpikir.  Ada rasa senang juga di dalam hati.

Setelah mencuci muka, ganti  pakaian, kita berdua berpamitan kepada pembantu rumah kalau kita akan  makan keluar. Aku berpesan kepada pembantu agar jangan menunggu aku  pulang, karena aku yakin kita pasti bakal lama. Jadi aku membawa kunci  rumah, untuk berjaga-jaga apabila pembantu rumah sudah tertidur.

“Nih kamu yang setir mobil tante dong.”
“Ogah  ah, Bernas cuman mau setir Baby Benz tante. Kalo yang ini males ah.”  candaku. Waktu itu tante Ani membawa sedan Honda, bukan Mercedes-nya.
“Belagu banget kamu. Kalo ngga mau setir ini, bawa itu Benz-nya mama.” balas tante Ani.
“No way … bisa digantung ogut ama papa mama.” jawabku.
“Iya udah kalo gitu setir ini dong.” jawab tante Ani sambil tertawa kemenangan.

cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas
Mobil  melaju menyusuri jalan-jalan kota Jakarta. Tante Ani seperti bebek  saja, ngga pernah stop ngomong and gossipin teman-temannya. Aku jenuh  banget yang mendengar. Dari yang cerita pacar teman-temannya lah, sampe  ke mantan tunangannya. Sesampai di daerah Muara Karang, aku memutuskan  untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor di sana. Untung tante Ani tidak  protes dengan pilihan saya, mungkin karena sudah terlalu lapar dia.

Setelah  makan, kita mampir ke tempat main bowling. Abis main bowling tante Ani  mengajakku mampir ke rumahnya. Tante Ani tinggal sendiri di apartemen di  kawasan Taman Anggrek. Dia memutuskan untuk tinggal sendiri karena  alasan pribadi juga. Ayah dan ibu tante Ani sendiri tinggal di Bogor.  Saat itu aku tidak tau apa pekerjaan sehari-hari tante Ani, yang tante  Ani tidak pernah merasa kekurangan materi.

Apartemen tante Ani  lumayan bagus dengan tata interior yang classic. Di sana tidak ada  siapa-siapa yang tinggal di sana selain tante Ani. Jadi aku bisa maklum  apabila tante Ani sering keluar rumah. Pasti jenuh apabila tinggal  sendiri di apartemen.

“Anggap rumah sendiri Bernas. Jangan malu-malu. Kalau mau minum ambil aja sendiri yah.”
“Kalo begitu, Bernas mau yang ini.” sambil menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih disegel.
“Kagak boleh, masih dibawah umur kamu.” cegah tante Ani.
“Tapi Bernas dah umur 17 tahun. Mestinya ngga masalah” jawabku dengan bermaksud membela diri.
“Kalo kamu memaksa yah udah. Tapi jangan buka yang baru, tante punya yang sudah dibuka botolnya.”.

Tiba-tiba  suara tante Ani menghilang dibalik master bedroomnya. Aku menganalisa  ruangan sekitarnya. Banyak lukisan-lukisan dari dalam dan luar negeri  terpampang di dinding. Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan  wajah-wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang berbobot tinggi, dan  aku yakin pasti bukan barang yang murahan.

“Itu tante beli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun lalu” kata tante Ani memecahkan suasana hening sebelumnya.
“Bagus tante. High taste banget. Pasti mahal yah?!” jawabku kagum.
“Ngga  juga sih. Tapi tante tidak pernah menawar harga dengan seniman itu,  karena seni itu mahal. Kalo tante tidak cocok dengan harga yang dia  tawarkan, tante pergi saja.”

Aku masih menyibukkan diri mengamati  lukisan-lukisan yang ada, dan tante Ani tidak bosan menjelaskan arti  dari lukisan-lukisan tersebut. Tante Ani ternyata memiliki kecintaan  tinggi terhadap seni lukis.

“Ok deh. Kalo begitu Bernas mau pamit pulang dulu tante. Dah hampir jam 11 malam. Tante istirahat aja dulu yah.” kataku.
“Ehmmm … tinggal dulu aja di sini. Tante juga masih belum ngantuk. Temenin tante bentar yah.” mintanya sedikit memohon.

Aku  juga merasa kasihan dengan keadaan tante Ani yang tinggal sendiri di  apartemen itu. Jadi aku memutuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi,  sampai nanti tante Ani sudah ingin tidur.

“Kita main UNO yuk?!” ajak tante Ani.
“Apa itu UNO?!” tanyaku penasaran.
“Walah kamu ngga pernah main UNO yah?” tanya tante Ani. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala.
“Wah kamu kampung boy banget sih.” canda tante Ani. Aku hanya memasang tampak cemburut canda.

Tante  Ani masuk ke kamarnya lagi untuk membawa kartu UNO, dan kemudian masuk  ke dapur untuk mempersiapkan hidangan bersama minuman. Tante Ani membawa  kacang mente asin, segelas wine merah, dan 1 gelas Hennessy V.S.O.P on  rock (pake es batu). Setelah mengajari aku cara bermain UNO, kamipun  mulai bermain-main santai sambil makan kacang mente. Hennesy yang aku  teguk benar-benar keras, dan baru 2 atau 3 teguk badanku terasa panas  sekali. Aku biasanya hanya dikasih 1 sisip saja oleh ayah, tapi ini skrg  aku minum sendirian.

Kepalaku terasa berat, dan mukaku panas.  Melihat kejadian ini, tante Ani menjadi tertawa, dan mengatakan bahwa  aku bukan bakat peminum. Terang aja, ini baru pertama kalinya aku minum 1  gelas Hennessy sendirian.

“Tante, anterin Bernas pulang yah. Kepala ogut rada berat.”
“Kalo gitu stop minum dulu, biar ngga tambah pusing.” jawab tante Ani.

Aku  merasa tante Ani berusaha mencegahku untuk pulang ke rumah. Tapi  lagi-lagi, aku seperti sapi dicucuk hidung-nya, apa yang tante Ani  minta, aku selalu menyetujuinya. Melihat tingkahku yang suka menurut,  tante Ani mulai terlihat lebih berani lagi. Dia mengajakku main kartu  biasa saja, karena bermain UNO kurang seru kalau hanya berdua. Paling  tepat untuk bermain UNO itu berempat.

Tapi permainan kartu ini  menjadi lebih seru lagi. Tante mengajak bermain blackjack, siapa yang  kalah harus menuruti permintaan pemenang. Tapi kemudian tante Ani ralat  menjadi ‘Truth & Dare’ game. Permainan kami menjadi seru dan terus  terang aja tante Ani sangat menikmati permainan ‘Truth & Dare’, dan  dia sportif apabila dia kalah. Pertama-tama bila aku menang dia selalu  meminta hukuman dengan ‘Truth’ punishment, lama-lama aku menjadi semakin  berani menanyakan yang bukan-bukan. Sebaliknya dengan tante Ani, dia  lebih suka memaksa aku untuk memilih ‘Dare’ agar dia bisa lebih leluasa  mengerjaiku. Dari yang disuruh pushup 1 tangan, menari balerina, menelan  es batu seukuran bakso, dan lain-lain. Mungkin juga tidak ada pointnya  buat tante Ani menanyakan the ‘Truth’ tentang diriku, karena kehidupanku  terlihat lurus-lurus saja menurutnya.

Ini adalah juga kesempatan  untuk menggali the ‘Truth’ tentang kehidupan pribadinya. Aku pun juga  heran kenapa aku menjadi tertarik untuk mencari tahu kehidupannya yang  sangat pribadi. Mula-mula aku bertanya tentang mantan tunangannya,  kenapa sampai batal pernikahannya. Sampai pertanyaan yang menjurus ke  seks seperti misalnya kapan pertama kali dia kehilangan keperawanan.  Semuanya tanpa ragu-ragu tante Ani jawab semua pertanyaan-pertanyaan  pribadi yang aku lontarkan.

Cerita Dewasa. Kini permainan kami semakin wild dan  berani. Tante Ani mengusulkan untuk mengkombinasikan ‘Truth & Dare’  dengan ‘Strip Poker’. Aku pun semakin bergairah dan menyetujui saja usul  tante Ani.

“Yee, tante menang lagi. Ayo lepas satu yang menempel di badan kamu.” kata tante Ani dengan senyum kemenangan.
“Jangan  gembira dulu tante, nanti giliran tante yang kalah. Jangan nangis loh  yah kalo kalah.” jawabku sambil melepas kaus kakiku.

Selang  beberapa lama … “Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … lepas lagi … lepas  lagi.”. Tante Ani kelihatan gembira sekali. Kemudian aku melepas kalung  emas pemberian ibu yang aku kenakan.

“Ha ha ha … two pairs, punya tante one pair. Yes yes … tante kalah sekarang. Ayo lepas lepas …” candaku sambil tertawa gembira.
“Jangan gembira dulu. Tante lepas anting tante.” jawab tante sambil melepas anting-anting yang dikenakannya.

Aku makin bernapsu untuk bermain. Mungkin bernapsu untuk melihat tante Ani bugil juga. Aku pengen sekali menang terus.

“Full house … yeahhh … kalah lagi tante. Ayo lepas … ayo lepas …”. Aku kini menari-nari gembira.
Terlihat tante Ani melepas jepit rambut merahnya, dan aku segera saja protes “Loh, curang kok lepas yang itu?”.
“Loh,  kan peraturannya lepas semuanya yang menempel di tubuh. Jepit tante kan  nempel di rambut dan rambut tante melekat di kepala. Jadi masih  dianggap menempel dong.” jawabnya membela.

Aku rada gondok mendengar pembelaan tante Ani. Tapi itu menjadikan darahku bergejolak lebih deras lagi.

“Straight  … Bernas … One Pair … Yes tante menang. Ayo lepas! Jangan malu-malu!”  seru tante Ani girang. Aku pun segera melepas jaket aku yang kenakan.  Untung aku selalu memakai jaket tipis biar keluar malam. Lihatlah  pembalasanku, kataku dalam hati.

“Bernas Three kind … tante … one  pair … ahhh … lagi-lagi tante kalah” sindirku sambil tersenyum. Dan  tanpa diberi aba-aba dan tanpa malu-malu, tante melepas baju atasannya.  Aku serentak menelan ludah, karena baju atasan tante telah terlepas dan  kini yang terlihat hanya BH putih tante. Belahan payudara-nya terlihat  jelas, putih bersih. Bernas junior dengan serentak langsung menegang,  dan kedua mataku terpaku di daerah belahan dadanya.

“Hey, lihat kartu dong. Jangan liat di sini.” canda tante sambil menunjuk belahan dadanya. Aku kaget sambil tersenyum malu.

“Yes  Full House, kali ini tante menang. Ayo buka … buka”. Tampak tante Ani  girang banget bisa dia menang. Kali ini aku lepas atasanku, dan kini aku  terlanjang dada.
“Ck ck ck … pemain basket nih. Badan kekar dan hebat. Coba buktikan kalo hokinya juga hebat.” sindir tante Ani sambil tersenyum.
Setelah  menegak habis wine yang ada di gelasnya, tante Ani kemudian beranjak  dari tempat duduknya menuju ke dapur dengan keadaan dada setengah  terlanjang. Tak lama kemudian tante Ani membawa sebotol wine merah yang  masih 3/4 penuh dan sebotol V.S.O.P yang masih 1/2 penuh.
“Mari kita bergembira malam ini. Minum sepuas-puasnya.” ucap tante Ani.
Kami saling ber-tos ria dan kemudian melanjutkan kembali permainan strip poker kami.

“Yesss … ” seruku dengan girangnya pertanda aku menang lagi.
Tanpa  disuruh, tante Ani melepas rok mininya dan aduhaiii, kali ini tante Ani  hanya terliat mengenakan BH dan celana dalam saja. Malam itu dia  mengenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak  tampak ada bulu-bulu pubis disekitar selangkangannya. Aku sempat  berpikir apakah tante Ani mencukur semua bulu-bulu pubisnya.

Muka  tante Ani sedikit memerah. Kulihat tante Ani sudah menegak abis gelas  winenya yang kedua. Apakah dia berniat untuk mabuk malam ini? Aku kurang  sedikit perduli dengan hal itu. Aku hanya bernafsu untuk memenangkan  permainan strip poker ini, agar aku bisa melihat tubuh terlanjang tante  Ani.

“Yes, yes, yes …” senyum kemenangan terlukis indah di wajahku.

Tante  Ani kemudian memandangkan wajahku selang beberapa saat, dan berkata  dengan nada genitnya “Sekarang Bernas tahan napas yah. Jangan sampai  seperti kesetrum listrik loh”. Kali ini tante Ani melepaskan BH-nya dan  serentak jatungku ingin copot. Benar apa kata tante Ani, aku seperti  terkena setrum listrik bertegangan tinggi. Dadaku sesak, sulit bernapas,  dan jantungku berdegup kencang. Inilah pertama kali aku melihat  payudara wanita dewasa secara jelas di depan mata. Payudara tante Ani  sungguh indah dengan putingnya yang berwarna coklat muda menantang.

“Aih  Bernas, ngapain liat susu tante terus. Tante masih belum kalah total.  Mau lanjut ngga?” tanya tante Ani. Aku hanya bisa menganggukkan kepala  pertanda ‘iya’.
“Pertama kali liat susu cewek yah? Ketahuan nih.  Dasar genit kamu.” tambah tante Ani lagi. Aku sekali lagi hanya bisa  mengangguk malu.

Aku menjadi tidak berkonsentrasi bermain, mataku  sering kali melirik kedua payudaranya dan selangkangannya. Aku  penasaran sekali ada apa dibalik celana dalam pinknya itu. Tempat di  mana menurut teman-teman sekolah adalah surga dunia para lelaki. Aku  ingin sekali melihat bentuknya dan kalo bisa memegang atau meraba-raba.

Akibat  tidak berkonsentrasi main, kali ini aku yang kalah, dan tante Ani  meminta aku melepas celana yang aku kenakan. Kini aku terlanjang dada  dengan hanya mengenakan celana dalam saja. Tante Ani hanya  tersenyum-senyum saja sambil menegak wine-nya lagi. Aku sengaja menolak  tawaran tante Ani untuk menegak V.S.O.P-nya, dengan alasan takut pusing  lagi.

Karena kami berdua hanya tinggal 1 helai saja di tubuh  kami, permainan kali ini ada finalnya. Babak penentuan apakah tante Ani  akan melihat aku terlanjang bulat atau sebaliknya. Aku berharap malam  itu malaikat keberuntungan berpihak kepadaku.

Ternyata harapanku  sirna, karena ternyata malaikat keberuntungan berpihak kepada tante Ani.  Aku kecewa sekali, dan wajah kekecewaanku terbaca jelas oleh tante Ani.  Sewaktu aku akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, tiba-tiba  tante Ani mencegahnya.
“Tunggu Bernas. Tante ngga mau celana dalam mu  dulu. Tante mau Dare Bernas dulu. Ngga seru kalo game-nya cepat habis  kayak begini” kata tante Ani.
Setelah meneguk wine-nya lagi, tante  Ani terdiam sejenak kemudian tersenyum genit. Senyum genitnya ini lebih  menantang daripada yang sebelum-sebelumnya.
“Tante dare Bernas untuk … hmmm … cium bibir tante sekarang.” tantang tante Ani.
“Ahh, yang bener tante?” tanyaku.
“Iya bener, kenapa ngga mau? Jijik ama tante?” tanya tante Ani.
“Bukan karena itu. Tapi … Bernas belum pernah soalnya.” jawabku malu-malu.
“Iya udah, kalo gitu cium tante dong. Sekalian pelajaran pertama buat Bernas.” kata tante Ani.

cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas
Tanpa  berpikir ulang, aku mulai mendekatkan wajahku ke wajah tante Ani. Tante  Ani kemudian memejamkan matanya. Pertamanya aku hanya menempelkan  bibirku ke bibir tante Ani. Tante Ani diam sebentar, tak lama kemudian  bibirnya mulai melumat-lumat bibirku perlahan-lahan. Aku mulai merasakan  bibirku mulai basah oleh air liur tante Ani. Bau wine merah sempat  tercium di hidungku.

Aku pun tidak mau kalah, aku berusaha  menandinginya dengan membalas lumatan bibir tante Ani. Maklum ini baru  pertama, jadi aku terkesan seperti anak kecil yang sedang melumat-lumat  ice cream. Selang beberapa saat, aku kaget dengan tingkah baru tante  Ani. Tante Ani dengan serentak menjulurkan lidahnya masuk ke dalam  mulutku. Anehnya aku tidak merasa jijik sama sekali, malah senang  dibuatnya. Aku temukan lidahku dengan lidah tante Ani, dan kini lidah  kami kemudian saling berperang di dalam mulutku dan terkadang pula di  dalam mulut tante Ani.

Kami saling berciuman bibir dan lidah  kurang lebih 5 menit lamanya. Nafasku sudah tak karuan, dah kupingku  panas dibuatnya. Tante Ani seakan-akan menikmati betul ciuman ini. Nafas  tante Ani pun masih teratur, tidak ada tanda sedikitpun kalau dia  tersangsang.

“Sudah cukup dulu. Ayo kita sambung lagi pokernya” ajak tante Ani.

Aku  pun mulai mengocok kartunya, dan pikiranku masih terbayang saat kita  berciuman. Aku ingin sekali lagi mencium bibir lembutnya. Kali ini aku  menang, dan terang saja aku meminta jatah sekali lagi berciuman  dengannya. Tante Ani menurut saja dengan permintaanku ini, dan kami pun  saling berciuman lagi. Tapi kali ini hanya sekitar 2 atau 3 menit saja.

“Udah ah, jangan ciuman terus dong. Ntar Bernas bosan ama tante.” candanya.
“Masih belon bosan tante. Ternyata asyik juga yah ciuman.” jawabku.
“Kalo  ciuman terus kurang asyik, kalo mau sih …” seru tante Ani kemudian  terputus. Kalimat tante Ani ini masih menggantung bagiku, seakan-akan  dia ingin mengatakan sesuatu yang menurutku sangat penting. Aku  terbayang-bayang untuk bermain ‘gila’ dengan tante Ani malam itu.

Aku  semakin berani dan menjadi sedikit tidak tau diri. Aku punya perasaan  kalo tante Ani sengaja untuk mengalah dalam bermain poker malam itu.  Terang aja aku menang lagi kali ini. Aku sudah terburu oleh napsuku  sendiri, dan aku sangat memanfaatkan situasi yang sedang berlangsung.

“Bernas menang lagi tuh. Jangan minta ciuman lagi yah. Yang lain dong …” sambut tante Ani sambil menggoda.
“Hmm … apa yah.” pikirku sejenak.
“Gini aja, Bernas pengen emut-emut susu tante Ani.” jawabku tidak tau malu.

Ternyata  wajah tante Ani tidak tampak kaget atau marah, malah balik tersenyum  kepadaku sambil berkata “Sudah tante tebak apa yang ada di dalam pikiran  kamu, Bernas.”.
“Boleh kan tante?!” tanyaku penasaran. Tante Ani hanya mengangguk pertanda setuju.

Kemudian  aku dekatkan wajahku ke payudara sebelah kanan tante Ani. Bau parfum  harum yang menempel di tubuhnya tercium jelas di hidungku. Tanpa  ragu-ragu aku mulai mengulum puting susu tante Ani dengan lembut. Kedua  telapak tanganku berpijak mantap di atas karpet ruang tamu tante Ani,  memberikan fondasi kuat agar wajahku tetap bebas menelusuri payudara  tante Ani. AKu kulum bergantian puting kanan dan puting kiri-nya.  Kuluman yang tante Ani dapatkan dariku memberikan sensasi terhadap tubuh  tante Ani. Dia tampak menikmati setiap hisapan-hisapan dan  jilatan-jilatan di puting susu-nya. Nafas tante Ani perlahan-lahan  semakin memburu, dan terdengar desahan dari mulutnya. Kini aku bisa  memastikan bahwa tante Ani saat ini sedang terangsang atau istilah  modern-nya ‘horny’.

“Bernasss … kamu nakal banget sih! … haahhh …  Tante kamu apain?” bisik tante Ani dengan nada terputus-putus. Aku  tidak mengubris kata-kata tante Ani, tapi malah semakin bersemangat  memainkan kedua puting susunya. Tante Ani tidak memberikan perlawanan  sedikitpun, malah seolah-olah seperti memberikan lampu hijau kepadaku  untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap dirinya.

Aku  mencoba mendorong tubuh tante Ani perlahan-lahan agar dia terbaring di  atas karpet. Ternyata tante Ani tidak menahan/menolak, bahkan tante Ani  hanya pasrah saja. Setelah tubuhnya terbaring di atas karpet, aku  menghentikan serangan gerilyaku terhadap payudara tante Ani. Aku  perlahan-lahan menciumi leher tante Ani, dan oh my, wangi betul leher  tante Ani. Tante Ani memejamkan kedua matanya, dan tidak  berhenti-hentinya mendesah. Aku jilat lembut kedua telinganya,  memberikan sensasi dan getaran yang berbeda terhadap tubuhnya. Aku tidak  mengerti mengapa malam itu aku seakan-akan tau apa yang harus aku  lakukan, padahal ini baru pertama kali seumur hidupku menghadapi suasana  seperti ini.

Kemudian aku melandaskan kembali bibirku di atas  bibir tante Ani, dan kami kembali berciuman mesra sambil berperang lidah  di dalam mulutku dan terkadang di dalam mulut tante Ani. Tanganku tidak  tinggal diam. Telapak tangan kiriku menjadi bantal untuk kepala  belakang tante Ani, sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara kiri  tante Ani.

Tubuh tante Ani seperti cacing kepanasan. Nafasnya  terengah-engah, dan dia tidak berkonsentrasi lagi berciuman denganku.  Tanpa diberi komando, tante Ani tiba-tiba melepas celana dalamnya  sendiri. Mungkin saking ‘horny’-nya, otak tante Ani memberikan instinct  bawah sadar kepadanya untuk segera melepas celana dalamnya.

Aku  ingin sekali melihat kemaluan tante Ani saat itu, namun tante Ani  tiba-tiba menarik tangan kananku untuk mendarat di kemaluannya.
“Alamak  …”, pikirku kaget. Ternyata kemaluan/memek tante Ani mulus sekali.  Ternyata semua bulu jembut tante Ani dicukur abis olehnya. Dia menuntun  jari tengahku untuk memainkan daging mungil yang menonjol di memeknya.  Para pembaca pasti tau nama daging mungil ini yang aku maksudkan itu.  Secara umum daging mungil itu dinamakan biji etil atau biji etel atau  itil saja. Aku putar-putar itil tante Ani berotasi searah jarum jam atau  berlawanan arah jarum jam. Kini memek tante Ani mulai basah dan licin.

“Bernasss … kamu yah … aaahhhh … kok berani ama tante?” tanya tante Ani terengah-engah.
“Kan tante yang suruh tangan Bernas ke sini?” jawabku.
“Masa sihhh … tante lupa … aahhh Bernasss … Bernasss … kamu kok nakal?” tanya tante Ani lagi.
“Nakal tapi tante bakal suka kan?” candaku gemas dengan tingkah tante Ani.
“Iyaaa … nakalin tante pleasee …” suara tante Ani mulai serak-serak basah.

Aku  tetap memainkan itil tante Ani, dan ini membuatnya semakin menggeliat  hebat. Tak lama kemudian tante Ani menjerit kencang seakaan-akan terjadi  gempa bumi saja. Tubuhnya mengejang dan kuku-kuku jarinya sempat  mencakar bahuku. Untung saja tante Ani bukan tipe wanita yang suka  merawat kuku panjang, jadi cakaran tante Ani tidak sakit buatku.

“Bernasss  … tante datangggg uhhh oohhh …” erang tante Ani. Aku yang masih hijau  waktu itu kurang mengerti apa arti kata ‘datang’ waktu itu. Yang pasti  setelah mengatakan kalimat itu, tubuh tante Ani lemas dan nafasnya  terengah-engah.

Dengan tanpa di beri aba-aba, aku lepas celana  dalamku yang masih saja menempel. Aku sudah lupa sejak kapan batang  penisku tegak. Aku siap menikmati tubuh tante Ani, tapi sedikit ragu,  karena takut akan ditolak oleh tante Ani. Keragu-raguanku ini terbaca  oleh tante Ani. Dengan lembutnya tante Ani berkata, “Bernas, kalo pengen  tidurin tante, mendingan cepetan deh, sebelon gairah tante habis. Tuh  liat kontol Bernas dah tegak kayak besi. Sini tante pegang apa dah  panas.”.

Aku berusaha mengambil posisi diatas tubuh tante. Gaya  bercinta traditional. Perlahan-lahan kuarahkan batang penisku ke mulut  vagina tante Ani, dan kucoba dorong penisku perlahan-lahan. Ternyata  tidak sulit menembus pintu kenikmatan milik tante Ani. Selain mungkin  karena basahnya dinding-dinding memek tante Ani yang memuluskan jalan  masuk penisku, juga karena mungkin sudah beberapa batang penis yang  telah masuk di dalam sana.

“Uhhh … ohhh … Bernasss … ahhh …” desah tante Ani.
Aku  coba mengocok-kocok memek tante Ani dengan penisku dengan  memaju-mundurkan pinggulku. Tante Ani terlihat semakin ‘horny’, dan  mendesah tak karuan.
“Bernasss … Bernasss … aduhhh Bernasss … geliiii tante … uhhh … ohhhh …” desah tante Ani.
Di  saat aku sedang asyik memacu tubuh tante Ani, tiba-tiba aku disadarkan  oleh permintaan tante Ani, sehingga aku berhenti sejenak.
“Bernasss … kamu dah mau keluar belum … ” tanya tante Ani.
“Belon sih tante … mungkin beberapa saat lagi … ” jawabku serius.
“Nanti  dikeluarin di luar yah, jangan di dalam. Tante mungkin lagi subur  sekarang, dan tante lupa suruh kamu pake pengaman. Lagian tante ngga  punya stock pengaman sekarang. Jadi jangan dikeluarin di dalam yah.”  pinta tante Ani.
“Beres tante.” jawabku.
“Ok deh … sekarang jangan diam … goyangin lagi dong …” canda tante Ani genit.

Tanpa  menunda banyak waktu lagi, aku lanjutkan kembali permainan kami. Aku  bisa merasakan memek tante Ani semakin basah saja, dan aku pun bisa  melihat bercak-bercak lendir putih di sekitar bulu jembutku.

cerita sex,cerita dewasa,cerita mesum,cerita ngentot, ngentot artis, cerita bokep, Cerita panas
Aku  mulai berkeringat di punggung belakangku. Muka dan telingaku panas.  Tante Ani pun juga sama. Suara erangan dan desahan-nya makin terdengar  panas saja di telingaku. Aku tidak menyadari bahwa aku sudah berpacu  dengan tante Ani 20 menit lama-nya. Tanda-tanda akan adanya sesuatu yang  bakalan keluar dari penisku semakin mendekat saja.

“Bernasss …  ampunnn Bernasss … kontolnya kok kayak besi aja … ngga ada lemasnya dari  tadi … tante geliii banget nihhh …” kata tante Ani.
“Tante … Bernasss dah sampai ujung nih …” kataku sambil mempercepat goyangan pinggulku.

Puting  tante Ani semakin terlihat mencuat menantang, dan kedua payudara pun  terlihat mengeras. Aku mendekatkan wajahku ke wajah tante Ani, dan bibir  kami saling berciuman. Aku julur-julurkan lidahku ke dalam mulutnya,  dan lidah kami saling berperang di dalam. Posisi bercinta kami tidak  berubah sejak tadi. Posisiku tetap di atas tubuh tante Ani.

Aku percepat kocokan penisku di dalam memek tante Ani. Tante Ani sudah menjerit-jerit dan meracau tak karuan saja.

“Bernasss  … tante datangggg … uhhh … ahhhhhh …” jerit tante Ani sambil memeluk  erat tubuhku. Ini pertanda tante Ani telah ‘orgasme’.

Aku pun  juga sama, lahar panas dari dalam penisku sudah siap akan menyembur  keluar. Aku masih ingat pesan tante Ani agar spermaku dilepas keluar  dari memek tante Ani.

“Tante … Bernassss datangggg …” jeritku  panik. Kutarik penisku dari dalam memek tante Ani, dan penisku  memuncratkan spermanya di perut tante Ani. Saking kencangnya, semburan  spermaku sampai di dada dan leher tante Ani.

“Ahhh … ahhhh … ahhhh …” suara jeritan kepuasanku.
“Idihhh  … kamu kecil-kecil tapi spermanya banyak bangettt sih …” canda tante  Ani. Aku hanya tersenyum saja. Aku tidak sempat mengomentari candaan  tante Ani.

Setelah semua sperma telah tumpah keluar, aku  merebahkan tubuhku di samping tubuh tante Ani. Kepalaku masih  teriang-iang dan nafasku masih belum stabil. Mataku melihat ke  langit-langit apartment tante Ani. Aku baru saja menikmati yang namanya  surga dunia.

Tante Ani kemudian memelukku manja dengan posisi kepalanya di atas dadaku. Bau harum rambutku tercium oleh hidungku.

“Bernas puas ngga?” tanya tante Ani.
“Bukan puas lagi tante … tapi Bernas seperti baru saja masuk ke surga” jawabku.
“Emang memek tante surga yah?” canda tante Ani.
“Boleh dikata demikian.” jawabku percaya diri.
“Kalo tante puas ngga?” tanyaku penasaran.
“Hmmm  … coba kamu pikir sendiri aja … yang pasti memek tante sekarang ini  masih berdenyut-denyut rasanya. Diapain emang ama Bernas?” tanya tante  Ani manja.
“Anuu … Bernas kasih si Bernas Junior … tuh tante liat  jembut Bernas banyak bercak-bercak lendir. Itu punya dari memek tante  tuh. Banjir keluar tadi.” kataku.
“Idihhh … mana mungkin …” bela tante Ani sambil mencubit penisku yang sudah mulai loyo.

Lihat Juga :  Cerita Dewasa Dijilatin Sampai Basah

“Bernas sering-sering datang ke rumah tante aja. Nanti kita main poker lagi. Mau kan?” pinta tante Ani.
“Sippp tante.” jawabku serentak girang.

Malam  itu aku nginap di rumah tante Ani. Keesokan harinya aku langsung pulang  ke rumah. Aku sempat minta jatah 1 kali lagi dengan tante Ani, namum  ajakanku ditolak halus olehnya karena alasan dia ada janji dengan  teman-temannya.

Sejak saat itu aku menjadi teman seks gelap tante  Ani tanpa sepengetahuan orang lain terutama ayah dan ibu. Tante Ani  senang bercinta yang bervariasi dan dengan lokasi yang bervariasi pula  selain apartementnya sendiri. Kadang bermain di mobilnya, di motel kilat  yang hitungan charge-nya per jam, di ruang VIP spa kecantikan ibuku  (ini aku berusaha keras untuk menyelinap agar tidak diketahui oleh para  pegawai di sana). Tante Ani sangat menyukai dan menikmati seks. Menurut  tante Ani seks dapat membuatnya merasa enak secara jasmani dan rohani,  belum lagi seks yang teratur sangatlah baik untuk kesehatan. Dia pernah  menceritakan kepadaku tentang rahasia awet muda bintang film Hollywood  tersohor bernama Elizabeth Taylor, yah jawabannya hanya singkat saja  yaitu seks dan diet yang teratur.

Tante Ani paling suka ‘bermain’  tanpa kondom. Tapi dia pun juga tidak ingin memakai sistem pil sebagai  alat kontrasepsi karena dia sempat alergi saat pertama mencoba minum pil  kontrasepsi. Jadi di saat subur, aku diharuskan memakai kondom. Di saat  setelah selesai masa menstruasinya, ini adalah saat di mana kondom  boleh dilupakan untuk sementara dulu dan aku bisa sepuasnya berejakulasi  di dalam memeknya. Apabila di saat subur dan aku/tante Ani lupa  menyetok kondom, kita masih saja nekat bermain tanpa kondom dengan  berejakulasi di luar (meskipun ini rawan kehamilannya tinggi juga).

Hubungan  gelap ini sempat berjalan hampir 4 tahun lamanya. Aku sempat memiliki  perasaan cinta terhadap tante Ani. Maklum aku masih tergolong  remaja/pemuda yang gampang terbawa emosi. Namun tante Ani menolaknya  dengan halus karena apabila hubunganku dan tante Ani bertambah serius,  banyak pihak luar yang akan mencaci-maki atau mengutuk kami. Tante Ani  sempat menjauhkan diri setelah aku mengatakan cinta padanya sampai aku  benar-benar ‘move on’ dari-nya. Aku lumayan patah hati waktu itu (hampir  1.5 tahun), tapi aku masih memiliki akal sehat yang mengontrol perasaan  sakit hatiku. Saat itu pula aku cuti ‘bermain’ dengan tante Ani.

Saat  ini aku masih berhubungan baik dengan tante Ani. Kami kadang-kadang  menyempatkan diri untuk ‘bermain’ 2 minggu sekali atau kadang-kadang 1  bulan sekali. Tergantung dari mood kami masing-masing. Tante Ani sampai  sekarang masih single. Aku untuk sementara ini juga masih single. Aku  putus dengan pacarku sekitar 6 bulan yang lalu. Sejak putus dengan  pacarku, tante Ani sempat menjadi pelarianku, terutama pelarian seks.  Sebenarnya ini tidak benar dan kasihan tante Ani, namun tante Ani  seperti mengerti tingkah laku lelaki yang sedang patah hati pasti akan  mencari seorang pelarian. Jadi tante Ani tidak pernah merasa bahwa dia  adalah pelarianku, tapi sebagai seorang teman yang ingin membantu  meringkankan beban perasaan temannya.

Tamat

Viewing all 212 articles
Browse latest View live