Quantcast
Channel: Janda Mesum Telanjang
Viewing all 212 articles
Browse latest View live

CERITA DEWASA | GAIRAH LIAR REKAN BISNIS BERHIJAB

$
0
0

CERITA DEWASA | GAIRAH LIAR REKAN BISNIS BERHIJAB – Peristiwa indah itu tak pernah kuduga sedikit pun. Karena Bu Ivy tidak menampakkan gejala-gejala nakal sedikit pun. Apalagi kalau mengingat bahwa dia sudah mengenal istriku dan sering ngobrol berdua kalau datang ke rumahku. Istriku pun kelihatan percaya penuh, tak pernah mencucurigai kalau aku bepergian bersama Bu Ivy. Lagian kalau ada niat mau selingkuh, masa Bu Ivy berani menginjak rumahku dan berlama-lama ngobrol dengan istriku? Apalagi kalau mengingat bahwa Bu Ivy kelihatannya taat beribadah. Tiap hari selalu mengenakan jilbab.

Baik aku maupun istriku sama-sama berwiraswasta, tapi dalam lapangan yang berbeda. Aku sering jadi mediator, begitu juga Bu Ivy. Sementara istriku membuka toko kebutuhan sehari-hari, jadi bisnisnya cukup dengan menunggui toko saja, karena rumahku ada di belakang toko itu. Dan di belakang rumah, istriku punya bisnis lain….beternak ribuan burung puyuh yang rajin bertelur tiap hari.

Pada suatu pagi, waktu aku baru mau mandi, istriku menghampiriku, “Ada Bu Ivy, Bang.”

“Oh, iya….emang sudah janjian mau ketemu sama pemilik tanah yang mau dijadikan perumahan itu,” sahutku, “Suruh tunggu sebentar, aku mau mandi dulu.”

Istriku mengangguk lalu pergi ke depan. Sementara aku bergegas masuk ke kamar mandi.
Setelah mandi dan berdandan, aku melangkah ke ruang tamu. Bu Ivy sedang ngobrol dengan istriku.

“Barusan istri Herman datang, Bang,” kata istriku waktu aku baru duduk di sampingnya, “Herman sakit, kakinya bengkak, asam uratnya kambuh, jadi gak bisa kerja hari ini.”

“Penyakit langganan,” sahutku dengan senyum sinis. Dengan hati kesal, karena itu berarti aku harus nyetir sendiri hari ini. Herman adalah nama sopirku.

“Acaranya hari ini nggak jauh kan?” tanya istriku, “Sekali-sekali nyetir sendiri kan nggak apa-apa.”

“Iya…ada sopir atau nggak ada sopir, kegiatanku takkan terhambat,” kataku, lalu menleh ke arah Bu Ivy yang saat itu mengenakan baju hijau pucuk daun dan kerudung putih, “Berangkat sekarang Bu?”

“Baik Pak,” Bu Ivy memegang tali tas kecilnya yang tersimpan di pangkuannya.

Tak lama kemudian Bu Ivy sudah duduk di sampingku, di dalam sedan yang kukemudikan sendiri (merek sedanku takkan kusebut, enak aja jadi iklan gratis…hehehe…).

Obrolan kami di perjalanan menuju lokasi, hanya menyangkut masalah-masalah bisnis yang ada kaitannya dengan Bu Ivy. Tidak ada sesuatu yang menyimpang. Bahkan setelah tiba di lokasi yang 25 km dari pusat kota, aku tak berpikir yang aneh-aneh. Bahkan aku jengkel juga ketika pemilik tanah itu tidak ada di tempat, harus dijemput dulu oleh keponakannya yang segera meluncur di atas motornya.

Kami duduk saja di dalam mobil yang diparkir menghadap ke kebun tak terawat, yang rencananya akan dijadikan perumahan oleh kenalanku yang seorang developer. Suasana sunyi sekali. Karena kami berada di depan kebun yang mirip hutan. Pepohonan yang tumbuh tidak dirawat sedikit pun.

Tapi suasana yang sunyi itu…entah kenapa…tiba-tiba saja membuatku iseng…memegang tangan Bu Ivy sambil berkata, “Bisa dua jam kita harus menunggu di sini, Bu.”

“Iya Pak,” sahutnya tanpa menepiskan genggamanku, “Sabar aja ya Pak….di dalam bisnis memang suka ada ujiannya.”

Aku terdiam. Tapi tanganku tidak diam. Aku mulai meremas tangan wanita 30 tahunan itu, yang makin lama terasa makin hangat. Dia bahkan membalasnya dengan remasan. Apakah ini berarti……..ah…..pikiranku mulai melayang-layang tak menentu.

Mungkin di mana-mana juga lelaki itu sama seperti aku. Dikasih sejengkal mau sedepa. Remas-remasan tangan tidak berlangsung lama. Kami bukan abg lagi. Masa cukup dengan remas-remasan tangan?

Sesaat kemudian, lengan kiriku sudah melingkari lehernya. Tangan kananku mulai berusaha membuka jalan agar tangan kiriku bisa menyelusup ke dalam bajunya yangb sangat tertutup dan bertangan panjang. Bu Ivy diam saja. Dan akhirnya aku berhasil menyentuh payudaranya. Tapi dia menepiskan tanganku sambil berkata, “Duduknya di belakang saja Pak…di sini takut dilihat orang…”

O, senangnya hatiku. Karena ucapannya itu mengisyaratkan bahwa dia juga mau !

“Kenapa mendadak jadi begini Pak?” tanya wanita berjilbab itu ketika kami sudah duduk di jok belakang, pada saat tanganku berhasil menyelinap ke baju tangan panjangnya dan ke balik behanya.

“Gak tau kenapa ya?” sahutku sambil meremas payudaranya yang terasa masih kencang, mungkin karena rajin merawatnya.

“Tapi Pak…uuuuhhhh…..kalau saya jadi horny gimana nih?” wanita itu terpejam-pejam sambil meremas-remas lututku yang masih berpakaian lengkap.

“Kita lakukan saja…asal Bu Ivy gak keberatan….” tanganku makin berani, berhail menyelinap ke balik rok panjangnya, lalu menyelundup ke balik celana dalamnya. Tanganku sudah menyentuh bulu kemaluannya yang terasa lebat sekali. Kemudian menyeruak ke bibir kemaluannya…bahkan mulai menyelinap ke celah vaginanya yang terasa sudah membasah dan hangat.

“Masa di mobil?” protesnya, “kata orang mobil jangan dipakai gituan, bisa bikin sial…”

“Emang siapa yang mau ngajak begituan di mobil? Ini kan perkenalan aja dulu….” kataku pada waktu jemariku mulai menyelusup ke dalam liang kemaluan Bu Ivy yang terasa hangat dan berlendir…

Wanita itu memelukku erat-erat sambil berbisik, “Duh Pak…saya jadi kepengen nih….kita cari penginapan aja dulu yuk. Bilangin aja sama orang-orang di sini kalau kita mau datang lagi besok.”

“Iya sayang,” bisikku, “Sekarang ini memiliki dirimu lebih penting daripada ketemuan dengan pemilik tanah itu…”

“Ya sudah dulu dong,” Bu Ivy menarik tanganku yang sedang mempermainkan kemaluannya, “Nanti kalau saya gak bisa nahan di sini kan berabe. Nanti aja di penginapan saya kasih semuanya…”

Aku ketawa kecil. Lalu pindah duduk ke belakang setir lagi.

Tak lama kemudian mobilku sudah meluncur di jalan raya. Persetan dengan pemilik tanah itu. Sekarang ini yang terpenting adalah tubuh Bu Ivy, yang jelas sudah siap diapakan saja.

Dengan mudah kudapatkan hotel kecil di luar kota, sesuai dengan keinginan Bu Ivy, karena kalau di dalam kota takut kepergok oleh orang-orang yang kami kenal. Soalnya aku punya istri, Bu Ivy pun punya suami.

Hotel itu cuma hotel sederhana. Tapi lumayan, kamar mandinya pakai shower air panas. Tidak pakai AC, karena udaranya cukup dingin, rasanya tak perlu pakai AC di sini. Yang penting adalah wanita berjilbab itu…yang kini sedang berada di dalam kamar mandi, mungkin sedang cuci-cuci dulu…sementara aku sudah tak sabaran menunggunya.

Ketika ia muncul di ambang pintu kamar mandi, aku terpana dibuatnya. Rambutnya yang tak ditutupi apa-apa lagi, tampak tergerai lepas….panjang lebat dan ikal. Jujur…ia tampak jauh lebih seksi, apalagi kalau mengingat bahwa ia 5 tahun lebih muda adaripada istriku. Rok bawahnya tidak dikenakan lagi, sehingga pahanya yang putih mulus itu tampak jelas di mataku.

Aku bangkit menyambutnya dengan pelukan hangat, “Bu Ivy kalau gak pake jilbab malah tampak lebih cantik….muuuahhhhh…” kataku diakhiri dengan kecupan hangat di pipinya.
Ia memegang pergelangan tanganku sambil tersenyum manis. Dan kuraih pinggangnya, sampai berada di atas tempat tidur yang lumayan besar.

Lalu kami bergumul mesra di atas tempat tidur itu. Bu Ivy tidak pasif. Berkali-kali dia memagut bibirku. Aku pun dengan tak sabar menyingkapkan baju lengan panjangnya. Dan…ah…rupanya tak ada apa-apa lagi di balik baju lengan panjang itu selain tubuh Bu Ivy yang begitu mulus. Payudaranya tidak sebesar payudara istriku. Tapi tampak indah di mataku. Tak ubahnya payudara seorang gadis belasan tahun. Dan ketika pandanganku melayang ke bawah perutnya…tampak sebentuk kemaluan wanita yang berambut tebal, sangat lebat….

Aku pun mulai beraksi. Mencelucupi lehernya yang hangat, sementara tanganku mulai mengelus jembut (bulu kemaluan) yang lebat keriting itu. Bu Ivy pun tidak tinggal diam, mulai melepaskan kancing kemejaku satu persatu, lalu menanggalkan kemejaku. Untuk mempermudah, aku pun menanggalkan celana panjang dan celana dalamku. Sehingga batang kemaluanku yang sudah tegak kencang ini tak tertutup apa-apa lagi.

Bu Ivy melotot waktu melihat batang kemaluanku yang sudah tak tertutup apa-apa lagi ini.

“Iiiih…punya Bapak kok panjang gede gitu….mmm….si ibu pasti selalu puas ya …” desisnya.

“Emang punya suami Bu Ivy seperti apa?” tanyaku.

“Jauh lebih pendek dan kecil,” bisik Bu Ivy sambil merangkulku dengan ketat, seperti gemas.

Kembali kuciumi lehernya yang mulai keringatan, lalu turun…mencelucupi puting payudaranya. Kusedot-sedot seperti anak kecil sedang menetek, sambil mengelus-eluskan ujung lidahku di putting payudara yang terasa makin mengeras ini. Sementara tanganku tak hanya diam. Jemariku mulai mengelus bibir kemaluan wanita itu, bahkan mulai memasukkan jari tengahku ke dalam liang kemaluannya.

Bu Ivy sendiri tak cuma berdiam diri. Tangannya mulai menggenggam batang kemaluanku. Meremasnya dengan lembut. Mengelus-elus puncak penisku, sehingga aku makin bernapsu. Tapi aku sengaja ingin melakukan pemanasan selama mungkin, supaya meninggalkan kesan yang indah di kemudian hari.

Maka setelah puas menyelomoti puting payudara wanita itu, bibirku turun ke arah perutnya. Menjilati pusarnya sesaat. Lalu turun ke bawah perutnya.

“Pa jangan ke situ ah…malu…” Bu Ivy berusaha menarik kepalaku agar naik lagi ke atas. Tapi aku bahkan mulai menciumi kemaluanya yang berbulu lebat itu. Lalu jemariku menyibakkan bulu kemaluan wanita itu, mengangakan bibirnya dan mulai menjilatinya dengan gerakan dari bawah ke atas….

“Aduh Pak…ini diapain? Aaah…kok enak sekali Pak…..” Bu Ivy mulai menceracau tak menentu. Lebih-lebih ketika aku mulai mengarahkan jilatanku di clitorisnya, terkadang menghisap-hisapnya sambil menggerak-gerakkan ujung lidahku.

“Oooh Pak…oooh….Pak….iiiih….saya udah mau keluar nih….duuuhhhhhh” celotehnya membuatku buru-buru mengarahkan batang kemaluanku ke belahan memeknya yang sudah basah. Dan kudesakkan sekaligus….blessss…..agak mudah membenam ke dalam liang surgawi yang sudah banyak lendirnya itu.

“Aduuuduuuhhhh…sudah masuk Paaakk…..oooohhhh….” Bu Ivy menyambutku dengan pelukan erat, bahkan sambil menciumi bibirku sambil menggerak-gerakkan pantatnya, “Sa…saya gak bisa nahan lagi…langsung mau keluar Paaak…tadi sih terlalu dienakin…oooh…”

Lalu terasa tubuh wanita itu mengejang dan mengelojot seperti sekarat. Rupanya dia tak bisa menahan lagi. Dia sudah orgasme….terasa liang kemaluannya berkedut-kedut, lalu jadi becek.

“Barusan kan baru orgasme pertama,”bisikku yang mulai gencar mengayun batang kemaluanku, maju mundur di dalam celah kemaluan Bu Ivy.

Beberapa saat kemudian wanita itu merem melek lagi, bahkan makin gencar menggoyang-goyang pinggulnya, sehingga batang kemaluanku serasa dibesot-besot oleh liang surgawi Bu Ivy. Aku tahu goyangan pantatnya itu bukan sekadar ingin memberikan kepuasan untukku, tapi juga mencari kepuasan untuknya sendiri. Karena pergesekan penisku dengan liang kemaluannya jadi makin keras, kelentitnya pun berkali-kali terkena gesekan penisku.

“Adduuuh, duuuh….Pak…kok enak sekali sih Pak…..aaah…saya bisa ketagihan nanti Pak…..” celotehnya dengan napas tersengal-sengal.

“Aku juga bisa ketagihan,” sahutku setengah berbisik di telinganya, sambil merasakan enaknya gesekan dinding liang kemaluannya, “memekmu enak sekali, sayang…..duuuuh….benar-benar enak sekaliii….”

Aku memang tidak berlebihan. Entah kenapa, rasanya persetubuhanku kali ini terasa fantastis sekali. Mungkin ini yang disebut SII (Selingkuh Itu Indah). Padahal posisi kami cuma posisi klasik. Goyangan pantat Bu Ivy juga konvensional saja. Tapi enaknya luar biasa. Dalam tempo singkat saja keringatku mulai bercucuran.

Bu Ivy pun tampak sangat menikmati enjotan batang kemaluanku. Sepasang kakinya diangkat dan
ditekuk, lalu melingkari pinggangku, sementara rengekan-rengekannya tiada henti terlontar dari mulutnya, “Ooooh….oooh…hhhh….aaaaahhhhh…oooh…aaaaah….aduuuh Paaak….enak Pak….duuuuh….mmmmhhhhh saya mau keluar lagi nih Paaak….” “Kita barengin keluarnya yok….” bisikku sambil mempergencar enjotan batang kemaluanku, maju mundur di dalam liang kewanitaan Bu Ivy.

“I…iya Pak….bi…bi…biar nikmat…..” sahutnya sambil mempergencar pula ayunan pinggulnya, meliuk-liuk cepat dan membuat batang kemaluanku seperti dipelintir oleh dinding liang kemaluan wanita yang licin dan hangat itu.

Sampai pada suatu saat…kuremas-remas buah dada wanita itu, mataku terpejam, napasku tertahan…batang kemaluanku membenam sedalam-dalamnya….lalu kami seperti orang-orang kesurupan….sama-sama berkelojotan di puncak kenikmatan yang tiada taranya …..

Air maniku terasa menyemprot-nyemprot di dalam liang memek Bu Ivy. Liang yang terasa berkedut-kedut….lalu kami sama-sama terkapar, dengan keringat bercucuran.

“Ini yang pertama kalinya saya digauli oleh lelaki yang bukan suami saya…” kata Bu Ivy sambil membiarkan batang kemaluanku tetap menancap di dalam memeknya.

Kujawab dengan ciuman hangat di bibirnya yang sensual, “Sama…saya juga baru sekali ini merasakan bersetubuh dengan wanita yang bukan istri saya. Terimakasih sayang….mulai saat ini Bu Ivy jadi istri rahasiaku…”

“Dan Bapak jadi suami kedua saya….iiih…kenapa tadi kok enak sekali ya Pak?”

“Mungkin kalau dengan pasangan kita sendiri sudah terlalu biasa, nggak ada yang aneh lagi. Tapi barusan dilepas di dalam…nggak apa-apa ?”

“Nggak apa-apa,” sahutnya dengan senyum manis, mata bundar beningnya pun bergoyang-goyang manja, “Saya kan ikut KB sejak kelahiran anak kedua…”

“Asyik dong, jadi aman….”

“Saya pasti ketagihan Pak….soalnya punya Bapak panjang gede gitu…..”

Kata-kata Bu Ivy itu membuat napsuku bangkit lagi. Dan batang kemaluanku yang masih terbenam di dalam memeknya, terasa mengeras lagi. Maka kucoba menggerak-gerakkannya…ternyata memang bisa dipakai “bertempur” lagi.

Batang kemaluanku sudah mondar mandir lagi di dalam liang vagina Bu Ivy yang masih banyak lendirnya tapi tidak terlalu becek, bahkan lebih mengasyikkan karena aku bisa mengentot dengan gerakan yang sangat leluasa tanpa kehilangan nikmatnya sedikit pun. Bahkan ketika aku menggulingkan diri ke bawah, dengan aktifnya Bu Ivy action dari atas tubuhku. Setengah duduk ia menaik turunkan pinggulnya, sehingga aku cukup berdiam diri, hanya sesekali menggerakkan batang kemaluanku ke atas, supaya bisa masuk sedalam-dalamnya.

Posisi di bawah ini membuatku leluasa meremas-remas payudara Bu Ivy yang bergelantungan di atas wajahku. Terkadang kuremas-remas juga pantatnya yang lumayan besar dan padat.

Tapi mungkin posisi ini terlalu enak buat Bu Ivy, karena moncong penisku menyundul-nyundul dasar liang vaginanya. Dan itu membuatnya cepat orgasme. Hanya beberapa menit ia bisa bertahan dengan posisi ini. Tak lama kemudian ia memeluk leherku kuat-kuat, seperti hendak meremukkannya. Lalu terdengar erangan nikmatnya, “Aaaahhhh….saya keluar lagi Paaaak…..”
Kemudian ia ambruk di dalam dekapanku.

Tapi aku seolah tak peduli bahwa Bu Ivy sudah orgasme lagi. Butuh beberapa saat untuk memulihkan vitalitasnya kembali. Tak perlu vitalitas. Yang jelas batang kemaluanku sedang enak-enaknya mengenjot memek teman bisnisku ini. Lalu aku menggulingkan badannya sambil kupeluk erat-erat, tanpa mencabut batang kemaluanku dari dalam memeknya yang sudah orgasme kesekian kalinya.

Bu Ivy memejamkan matanya waktu aku mulai mengentotnya lagi dengan posisi klasik, dia di bawah aku di atas. Tapi beberapa saat kemudian ia mulai aktif lagi. Mendekapku erat-erat sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya dengan gerakan meliuk-liuk …..

Aku pun makin ganas mengentotnya. Tapi ia tak mau kalah ganas. Gerakan pantatnya makin lama makin dominan. Membuatku berdengus-dengus dalam kenikmatan yang luar biasa.
“Oooh…enak banget Paaak….sa…saya mau keluar lagi ….kita barengin lagi Pak…ta…tadi juga enak sekali….” celotehnya setelah batang kemaluanku cukup lama mengentot liang memeknya.

Aku setuju. Kuenjot batang kemaluanku dengan kecepatan tinggi, maju-mundur, maju-mundur….sampai akhirnya kami sama-sama berkelojotan lagi Saling cengkram, saling lumat….seolah ingin saling meremukkan….dan akhirnya air maniku menyemprot-nyemprot lagi di puncak kenikmatanku, diikuti dengan rintihan lirih Bu Ivy yang sedang mencapai orgasme pula.

“Kita kok bisa tiba-tiba begini ya?” cetus bu Ivy waktu sudah mengenakan pakaiannya lagi.

“Iya…dari rumah aja gak ada renana….tapi tadi mendadak ada keinginan…untunglah Bu Ivvy gak menolak…terimakasih ya sayang,” sahutku dengan genggaman erat di pergelangan tangannya, kemudian kukecup mesra bibirnya yang tipis mungil itu.

Wanita itu tersenyum. Memeluk pinggangku sambil berkata perlahan, “Kita harus berterimakasih pada pemilik tanah itu, ya Pak. Gara-gara dia gak ada di tempat, kita jadi ada acara mendadak begini.”

Aku mengangguk dengan senyum. Sementara hatiku berkata, “Gara-gara sopirku gak masuk pula, aku jadi punya kisah seperti ini. Kalau ada dia, aku tentu takkan sebebas ini.”
Sore itu kami pulang ke rumah masing-masing, dengan perasaan baru. Bahkan malamnya, ketika istriku sudah tertidur pulas, aku masih sempat smsan dengan bu Ivy. Salah satu smsnya berbunyi:
“Puas banget…punya saya sampe terasa seperti jebol….punya bapak kegedean sih…kapan kita ketemuan lagi?”

Kujawab singkat, “Kapan pun aku siap..”

Lihat Juga :

Cerita Dewasa Gara-Gara Kunci Kamar Dibawa Teman


Cerita Seks ABG Kasir Swalayan Cantik

$
0
0

Cerita Seks ABG Kasir Swalayan – Desy yang masih berumur 25 tahun tidak menyadari bahayanya bekerja sebagai kasir di sebuah toko serba ada di Jakarta. Dengan semangat dan keinginan untuk mandiri membuat dirinya tidak mempedulikan nasehat orang tuanya yang merasa risau melihat putriya sering mendapat giliran jaga dari malam hingga pagi. Desy lebih memilih bekerja pada shift tersebut, karena dari saat tengah malam sampai pagi, jarang sekali ada pembeli, sehingga Desy bisa belajar untuk kuliahnya siang nanti.

Sampai akhirnya pada suatu malam, Desy mendapati dirinya ditodong oleh sepucuk pistol tepat di depan matanya. Yang berambut Gondrong, dan yang satu lagi berkumis tebal. Mereka berdua, menerobos masuk membuat Desy yang sedang berkonsentrasi pada bukunya terkejut.“Keluarin uangnya!” perintah si Gondrong, sementara si Kumis memutuskan semua kabel video dan telepon yang ada di toko itu. Tangan Desy gemetar berusaha membuka laci kasir yang ada di depannya, saking takutnya kunci itu sampai terjatuh beberapa kali. Setelah beberapa saat, Desy berhasil membuka laci itu dan memerikan semua uang yang ada di dalamnya, sebanyak 100 ribu kepada si Gondrong, Desy tidak diperkenankan menyimpan uang lebih dari 100 ribu di laci tersebut. Karena itu setiap kelebihannya langsung dimasukan ke lemari besi. Setelah si Gondrong merampas uang itu, Desy langsung mundur ke belakang, ia sangat ketakutan kakinya lemas, hampir jatuh.

“Masa cuma segini?!” bentak si Gondrong.

“Buka lemari besinya! Sekarang!” Mereka berdua menggiring Desy masuk ke kantor manajernya dan mendorongnya hingga jatuh berlutut di hadapan lemari besi. Desy mulai menangis, ia tidak tahu nomor kombinasi lemari besi itu, ia hanya menyelipkan uang masuk ke dalam lemari besi melalui celah pintunya.

“Cepat!” bentak si Kumis, Desy merasakan pistol menempel di belakang kepalanya. Desy berusaha untuk menjelaskan kalau ia tidak mengetahui nomor lemari besi itu. Untunglah, melihat mata Desy yang ketakutan, mereka berdua percaya. “Brengsek! Nggak sebanding sama resikonya! Iket dia, biar dia nggak bisa manggil polisi!” Desy di dudukkan di kursi manajernya dengan tangan diikat ke belakang. Kemudian kedua kaki Desy juga diikat ke kaki kursi yang ia duduki. si Kumis kemudian mengambil plester dan menempelkannya ke mulut Desy.

“Beres! Ayo cabut!”

“Tunggu! Tunggu dulu cing! Liat dia, dia boleh juga ya?!”.

“Cepetan! Ntar ada yang tau! Kita cuma dapet 100 ribu, cepetan!”.

“Gue pengen liat bentar aja!”.

Mata Desy terbelalak ketika si Gondrong mendekat dan menarik t-shirt merah muda yang ia kenakan. Dengan satu tarikan keras, t-shirt itu robek membuat BH-nya terlihat. Payudara Desy yang berukuran sedang, bergoyang-goyang karena Desy meronta-ronta dalam ikatannya.

“Wow, oke banget!” si Gondrong berseru kagum.

“Oke, sekarang kita pergi!” ajak si Kumis, tidak begitu tertarik pada Desy karena sibuk mengawasi keadaan depan toko.

Tapi si Gondrong tidak peduli, ia sekarang meraba-raba puting susu Desy lewat BH-nya, setelah itu ia memasukkan jarinya ke belahan payudara Desy. Dan tiba-tiba, dengan satu tarikan BH Desy ditariknya, tubuh Desy ikut tertarik ke depan, tapi akhirnya tali BH Desy terputus dan sekarang payudara Desy bergoyang bebas tanpa ditutupi selembar benangpun.

“Jangan!” teriak Desy. Tapi yang tedengar cuma suara gumaman. Terasa oleh Desy mulut si Gondrong menghisapi puting susunya pertama yang kiri lalu sekarang pindah ke kanan. Kemudian Desy menjerit ketika si Gondrong mengigit puting susunya.

“Diem! Jangan berisik!” si Gondrong menampar Desy, hingga berkunang-kunang. Desy hanya bisa menangis.

“Gue bilang diem!”, sembari berkata itu si Gondrong menampar buah dada Desy, sampai sebuah cap tangan berwarna merah terbentuk di payudara kiri Desy. Kemudian si Gondrong bergeser dan menampar uang sebelah kanan. Desy terus menjerit-jerit dengan mulut diplester, sementara si Gondrong terus memukuli buah dada Desy sampai akhirnya bulatan buah dada Desy berwarna merah.

“Ayo, cepetan cing!”, si Kumis menarik tangan si Gondrong.

“Kita musti cepet minggat dari sini!” Desy bersyukur ketika melihat si Gondrong diseret keluar ruangan oleh si Kumis. Payudaranya terasa sangat sakit, tapi Desy bersyukur ia masih hidup. Melihat sekelilingnya, Desy berusaha menemukan sesuatu untuk membebaskan dirinya. Di meja ada gunting, tapi ia tidak bisa bergerak sama sekali.

“Hey, Roy! Tokonya kosong!”.

“Masa, cepetan ambil permen!”.

“Goblok lo, ambil bir tolol!”.

Tubuh Desy menegang, mendengar suara beberapa anak-anak di bagian depan toko. Dari suaranya ia mengetahui bahwa itu adalah anak-anak berandal yang ada di lingkungan itu. Mereka baru berusia sekitar 12 sampai 15 tahun. Desy mengeluarkan suara minta tolong.

“sstt! Lo denger nggak?!”.

“Cepet kembaliin semua!”.

“Lari, lari! Kita ketauan!”.

Tiba-tiba salah seorang dari mereka menjengukkan kepalanya ke dalam kantor manajer. Ia terperangah melihat Desy, terikat di kursi, dengan t-shirt robek membuat buah dadanya mengacung ke arahnya.

“Buset!” berandal itu tampak terkejut sekali, tapi sesaat kemudian ia menyeringai.

“Hei, liat nih! Ada kejutan!”

Desy berusaha menjelaskan pada mereka, menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berusaha menjelaskan bahwa dirinya baru saja dirampok. Ia berusaha minta tolong agar mereka memanggil polisi. Ia berusaha memohon agar mereka melepaskan dirinya dan menutupi dadanya. Tapi yang keluar hanya suara gumanan karena mulutnya masih tertutup plester. Satu demi satu berandalan itu masuk ke dalam kantor. Satu, kemudian dua, lalu tiga. Empat. Lima! Lima wajah-wajah dengan senyum menyeringai sekarang mengamati tubuh Desy, yang terus meronta-ronta berusaha menutupi tubuhnya dari pandangan mereka. Berandalan, yang berumur sekitar 15 tahun itu terkagum-kagum dengan penemuan mereka.

“Gila! Cewek nih!”.

“Dia telanjang!”.

“Tu liat susunya! susu!”.

“Mana, mana gue pengen liat!”.

“Gue pengen pegang!”.

“Pasti alus tuh!”.

“Bawahnya kayak apa ya?!”.

Mereka semua berkomentar bersamaan, kegirangan menemukan Desy yang sudah terikat erat. Kelima berandal itu maju dan merubung Desy, tangan-tangan meraih tubuh Desy. Desy tidak tahu lagi, milik siapa tanga-tangan tersebut, semuanya berebutan mengelus pinggangnya, meremas buah dadanya, menjambak rambutnya, seseorang menjepit dan menarik-narik puting susunya. Kemudian, salah satu dari mereka menjilati pipinya dan memasukan ujung lidahnya ke lubang telinga Desy.

“Ayo, kita lepasin dia dari kursi!” Mereka melepaskan ikatan pada kaki Desy, tapi dengan tangan masih terikat di belakang, sambil terus meraba dan meremas tubuh Desy. Melihat ruangan kantor itu terlalu kecil mereka menyeret Desy keluar menuju bagian depan toko. Desy meronta-ronta ketika merasa ada yang berusaha melepaskan kancing jeansnya. Mereka menarik-narik jeans Desy sampai akhirnya turun sampai ke lutut. Desy terus meronta-ronta, dan akhirnya mereka berenam jatuh tersungkur ke lantai. Sebelum Desy sempat membalikkan badannya, tiba-tiba terdengar suara lecutan, dan sesaat kemudian Desy merasakan sakit yang amat sangat di pantatnya. Desy melihat salah seorang berandal tadi memegang sebuah ikat pinggang kulit dan bersiap-siap mengayunkannya lagi ke pantatnya!

“Bangun! Bangun!” ia berteriak, kemudian mengayunkan lagi ikat pinggangnya. Sebuah garis merah timbul di pantat Desy. Desy berusaha berguling melindungi pantatnya yang terasa sakit sekali. Tapi berandal tadi tidak peduli, ia kembali mengayunkan ikat pinggang tadi yang sekarang menghajar perut Desy.

“Bangun! naik ke sini!” berandal tadi menyapu barang-barang yang ada di atas meja layan hingga berjatuhan ke lantai. Desy berusaha bangun tapi tidak berhasil. Lagi, sebuah pukulan menghajar buah dadanya. Desy berguling dan berusaha berdiri dan berhasil berlutut dan berdiri. Berandal tadi memberikan ikat pinggang tadi kepada temannya. “Kalo dia gerak, pukul aja!”

Langsung saja Desy mendapat pukulan di pantatnya. Berandal-berandal yang lain tertawa dan bersorak. Mereka lalu mendorong dan menarik tubuhnya, membuat ia bergerak-gerak sehingga mereka punya alasan lagi buat memukulnya. Berandal yang pertama tadi kembali dengan membawa segulung plester besar. Ia mendorong Desy hingga berbaring telentang di atas meja. Pertama ia melepaskan tangan Desy kemudian langsung mengikatnya dengan plester di sudut-sudut meja, tangan Desy sekarang terikat erat dengan plester sampai ke kaki meja. Selanjutnya ia melepaskan sepatu, jeans dan celana dalam Desy dan mengikatkan kaki-kaki Desy ke kaki-kaki meja lainnya. Sekarang Desy berbaring telentang, telanjang bulat dengan tangan dan kaki terbuka lebar menyerupai huruf X.

“Waktu Pesta!” berandal tadi lalu menurunkan celana dan celana dalamnya. Mata Desy terbelalak melihat penisnya menggantung, setengah keras sepanjang 20 senti. Berandal tadi memegang pinggul Desy dan menariknya hingga mendekati pinggir meja. Kemudian ia menggosok-gosok penisnya hingga berdiri mengacung tegang.

“Waktunya masuk!” ia bersorak sementara teman-teman lainnya bersorak dan tertawa. Dengan satu dorongan keras, penisnya masuk ke vagina Desy. Desy melolong kesakitan. Air mata meleleh turun, sementara berandal tadi mulai bergerak keluar masuk. Temannya naik ke atas meja, menduduki dada Desy, membuat Desy sulit bernafas. Kemudian ia melepaskan celananya, mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya. Plester di mulut Desy ditariknya hingga lepas. Desy berusaha berteriak, tapi mulutnya langsung dimasuki oleh penis berandal yang ada di atasnya. Langsung saja, penis tadi mengeras dan membesar bersamaan dengan keluar masuknya penis tadi di mulut Desy. Pandangan Desy berkunang-kunang dan merasa akan pingsan, ketika tiba-tiba mulutnya dipenuhi cairan kental, yang terasa asin dan pahit. Semprotan demi semprotan masuk, tanpa bisa dimuntahkan oleh Desy. Desy terus menelan cairan tadi agar bisa terus mengambil nafas.

Berandal yang duduk di atas dada Desy turun ketika kemudian, berandal yang sedang meperkosanya di pinggir meja bergerak makin cepat. Ia memukuli perut Desy, membuat Desy mengejang dan vaginanya berkontraksi menjepit penisnya. Ia kemudian memegang buah dada Desy sambil terus bergerak makin cepat, ia mengerang-erang mendekati klimaks. Tangannya meremas dan menarik buah dada Desy ketika tubuhnya bergetar dan sperma pun menyemprot keluar, terus-menerus mengalir masuk di vagina Desy. Sementara itu berandal yang lainnya berdiri di samping meja dan melakukan masturbasi, ketika pimpinan mereka mencapai puncaknya mereka juga mengalami ejakulasi bersamaan. Sperma mereka menyemprot keluar dan jatuh di muka, rambut dan dada Desy.

Desy tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, ketika tahu-tahu ia kembali sendirian di toko tadi, masih terikat erat di atas meja. Ia tersadar ketika menyadari dirinya terlihat jelas, jika ada orang lewat di depan tokonya. Desy meronta-ronta membuat buah dadanya bergoyang-goyang. Ia menangis dan meronta berusaha melepaskan diri dari plester yang mengikatnya. Setelah beberapa lama mencoba Desy berhasil melepaskan tangan kanannya. Kemudian ia melepaskan tangan kirinya, kaki kanannya. Tinggal satu lagi.

“Wah, wah, wah!” terdengar suara laki-laki di pintu depan. Desy terkejut dan berusaha menutupi dada dan vaginanya dengan kedua tangannya.

“Tolong saya!” ratap Desy.

“Tolong saya Pak! Toko saya dirampok, saya diikat dan diperkosa! Tolong saya Pak, panggilkan polisi!”

“Nama lu Desy kan?” tanya laki-laki tadi.

“Bagaimana bapak tahu nama saya?” Desy bingung dan takut.

“Gue Roy. Orang yang kerjaannya di toko ini lo rebut!”.

“Saya tidak merebut pekerjaan bapak. Saya tahu dari iklan di koran. Saya betul-betul tidak tahu pak! Tolong saya pak!”.

“Gara-gara lo ngelamar ke sini gue jadi dipecat! Gue nggak heran lo diterima kalo liat bodi lo”.

Desy kembali merasa ketakutan melihat Roy, seseorang yang belum pernah dilihat dan dikenalnya tapi sudah membencinya. Desy kembali berusaha melepaskan ikatan di kaki kirinya, membuat Raoy naik pitam. Ia menyambar tangan Desy dan menekuknya ke belakang dan kembali diikatnya dengan plester, dan plester itu terus dilitkan sampai mengikat ke bahu, hingga Desy betul-betul terikat erat. Ikatan itu membuat Desy kesakitan, ia menggeliat dan buah dadanya semakin membusung keluar.

“Lepaskan! Sakit! aduuhh! Saya tidak memecat bapak! Kenapa saya diikat?”

“Gue tadinya mau ngerampok nih toko, cuma kayaknya gue udah keduluan. Jadi gue rusak aja deh nih toko”.

Ia kemudian melepaskan ikatan kaki Desy sehingga sekarang Desy duduk di pinggir meja dengan tangan terikat di belakang. Kemudian diikatnya lagi dengan plester.

Kemudian Roy mulai menghancurkan isi toko itu, etalase dipecahnya, rak-rak ditendang jatuh. Kemudian Roy mulai menghancurkan kotak pendingin es krim yang ada di kanan Desy. Es krim beterbangan dilempar oleh Roy. Beberapa di antaranya mengenai tubuh Desy, kemudian meleleh mengalir turun, melewati punggungnya masuk ke belahan pantatnya. Di depan, es tadi mengalir melalui belahan buah dadanya, turun ke perut dan mengalir ke vagina Desy. Rasa dingin juga menempel di buah dada Desy, membuat putingnya mengeras san mengacung. Ketika Roy selesai, tubuh Desy bergetar kedinginan dan lengket karena es krim yang meleleh.

“Lo keliatan kedinginan!” ejek Roy sambil menyentil puting susu Desy yang mengeras kaku.

“Gue musti kasih lo sesuatu yang anget.”

Roy kemudian mendekati wajan untuk mengoreng hot dog yang ada di tengah ruangan. Desy melihat Roy mendekat membawa beberapa buah sosis yang berasap. “Jangaann!” Desy berteriak ketika Roy membuka bibir vaginanya dan memasukan satu sosis ke dalam vaginanya yang terasa dingin karena es tadi. Kemudian ia memasukan sosis yang kedua, dan ketiga. Sosis yang keempat putus ketika akan dimasukan. Vagina Desy sekarang diisi oleh tiga buah sosis yang masih berasap. Desy menangis kesakitan kerena panas yang dirasakannya.

“Keliatannya nikmat!” Roy tertawa.

“Tapi gue lebih suka dengan mustard!” Ia mengambil botol mustard dan menekan botol itu. Cairan mustard keluar menyemprot ke vagina Desy. Desy menangis terus, melihat dirinya disiksa dengan cara yang tak terbayangkan olehnya.

Sambil tertawa Roy melanjutkan usahanya menghancurkan isi toko itu. Desy berusaha melepaskan diri, tapi tak berhasil. Nafasnya tersengal-sengal, ia tidak kuat menahan semua ini. Tubuh Desy bergerak lunglai jatuh.”

“Hei! Kalo kerja jangan tidur!” bentak Roy sambil menampar pipi Desy.

“Lo tau nggak, daerah sini nggak aman jadi perlu ada alarm.”

Desy meronta ketakutan melihat Roy memegang dua buah jepitan buaya. Jepitan itu bergigi tajam dan jepitannya keras sekali. Roy mendekatkan satu jepitan ke puting susu kanan Desy, menekannya hingga terbuka dan melepaskannya hingga menutup kembali menjepit puting susu Desy. Desy menjerit dan melolong kesakitan, gigi jepitan tadi menancap ke puting susunya. Kemudian Roy juga menjepit puting susu yang ada di sebelah kiri. Air mata Desy bercucuran di pipi.

Kemudian Roy mengikatkan kawat halus di kedua jepitan tadi, mengulurnya dan kemudian mengikatnya ke pegangan pintu masuk. Ketika pintu itu didorong Roy hingga membuka keluar, Desy merasa jepitan tadi tertarik oleh kawat, dan membuat buah dadanya tertarik dan ia menjerit kesakitan.

“Nah, udah jadi. Lo tau kan pintu depan ini bisa buka ke dalem ama keluar, tapi bisa juga disetel cuma bisa dibuka dengan cara ditarik bukan didorong. Jadi gue sekarang pergi dulu, terus nanti gue pasang biar pintu itu cuma bisa dibuka kalo ditarik. Nanti kalo ada orang dateng, pas dia dorong pintu kan nggak bisa, pasti dia coba buat narik tuh pintu, nah, pas narik itu alarmnya akan bunyi!”

“Jangan! saya mohoon! mohon! jangan! jangan! ampun!”

Roy tidak peduli, ia keluar dan tidak lupa memasang kunci pada pintu itu hingga sekarang pintu tadi hanya bisa dibuka dengan ditarik. Desy menangis ketakutan, puting susunya sudah hampir rata, dijepit. Ia meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan. Tubuh Desy berkeringat setelah berusaha melepaskan diri tanpa hasil. Lama kemudian terlihat sebuah bayangan di depan pintu, Desy melihat ternyata bayangan itu milik gelandangan yang sering lewat dan meminta-minta. Gelandangan itu melihat tubuh Desy, telanjang dengan buah dada mengacung.

Gelandang itu mendorong pintu masuk. Pintu itu tidak terbuka. Kemudian ia meraih pegangan pintu dan mulai menariknya.

Desy berusaha menjerit “Jangan! jangan! jangan buka! jangaann!”, tapi gelandangan tadi tetap menarik pintu, yang kemudian menarik kawat dan menarik jepitan yang ada di puting susunya. Gigi-gigi yang sudah menancap di daging puting susunya tertarik, merobek puting susunya. Desy menjerit keras sekali sebelum jatuh di atas meja. Pingsan.

Desy tersadar dan menjerit. Sekarang ia berdiri di depan meja kasir. Tangannya terikat ke atas di rangka besi meja kasir. Sedangkan kakinya juga terikat terbuka lebar pada kaki-kaki meja kasir. Ia merasa kesakitan. Puting susunya sekarang berwarna ungu, dan menjadi sangat sensitif. Udara dingin saja membuat puting susunya mengacung tegang. Memar-memar menghiasi seluruh tubuhnya, mulai pinggang, dada dan pinggulnya. Desy merasakan sepasang tangan berusaha membuka belahan pantatnya dari belakang. Sesuatu yang dingin dan keras berusaha masuk ke liang anusnya. Desy menoleh ke belakang, dan ia melihat gelandangan tadi berlutut di belakangnya sedang memegang sebuah botol bir.

“Jangan, ampun! Lepaskan saya pak! Saya sudah diperkosa dan dipukuli! Saya tidak tahan lagi.”

“Tapi Mbak, pantat Mbak kan belon.” gelandangan itu berkata tidak jelas.

“Jangan!” Desy meronta, ketika penis gelandangan tadi mulai berusaha masuk ke anusnya. Setelah beberapa kali usaha, gelandangan tadi menyadari penisnya tidak bisa masuk ke dalam anus Desy. Lalu ia berlutut lagi, mengambil sebuah botol bir dari rak dan mulai mendorong dan memutar-mutarnya masuk ke liang anus Desy.

Desy menjerit-jerit dan meronta-ronta ketika leher botol bir tadi mulai masuk dengan keadaan masih mempunyai tutup botol yang berpinggiran tajam. Liang anus Desy tersayat-sayat ketika gelandangan tadi memutar-mutar botol dengan harapan liang anus Desy bisa membesar.

Setelah beberapa saat, gelandangan tadi mencabut botol tadi. Tutup botol bir itu sudah dilapisi darah dari dalam anus Desy, tapi ia tidak peduli. Gelandang itu kembali berusaha memasukan penisnya ke dalam anus Desy yang sekarang sudah membesar karena dimasuki botol bir. Gelandang tadi mulai bergerak kesenangan, sudah lama sekali ia tidak meniduri perempuan, ia bergerak cepat dan keras sehingga Desy merasa dirinya akan terlepar ke depan setiap gelandangan tadi bergerak maju. Desy terus menangis melihat dirinya disodomi oleh gelandangan yang mungkin membawa penyakit kelamin, tapi gelandangan tadi terus bergerak makin makin cepat, tangannya meremas buah dada Desy, membuat Desy menjerit karena puting susunya yang terluka ikut diremas dan dipilih-pilin. Akhirnya dengan satu erangan, gelandang tadi orgasme, dan Desy merakan cairan hangat mengalir dalam anusnya, sampai gelandangan tadi jatuh terduduk lemas di belakang Desy.

“Makasih ya Mbak! Saya puas sekali! Makasih.” gelandangan tadi melepaskan ikatan Desy. Kemudian ia mendorong Desy duduk dan kembali mengikat tangan Desy ke belakang, kemudian mengikat kaki Desy erat-erat. Kemudian tubuh Desy didorongnya ke bawah meja kasir hingga tidak terlihat dari luar.

Sambi terus mengumam terima kasih gelandangan tadi berjalan sempoyongan sambil membawa beberapa botol bir keluar dari toko. Desy terus menangis, merintih merasakan sperma gelandangan tadi mengalir keluar dari anusnya. Lama kemudian Desy jatuh pingsan kelelahan dan shock. Ia baru tersadar ketika ditemukan oleh rekan kerjanya yang masuk pukul 6 pagi.

Desy yang masih berumur 25 tahun tidak menyadari bahayanya bekerja sebagai kasir di sebuah toko serba ada di Jakarta. Dengan semangat dan keinginan untuk mandiri membuat dirinya tidak mempedulikan nasehat orang tuanya yang merasa risau melihat putriya sering mendapat giliran jaga dari malam hingga pagi. Desy lebih memilih bekerja pada shift tersebut, karena dari saat tengah malam sampai pagi, jarang sekali ada pembeli, sehingga Desy bisa belajar untuk kuliahnya siang nanti.

Sampai akhirnya pada suatu malam, Desy mendapati dirinya ditodong oleh sepucuk pistol tepat di depan matanya. Yang berambut Gondrong, dan yang satu lagi berkumis tebal. Mereka berdua, menerobos masuk membuat Desy yang sedang berkonsentrasi pada bukunya terkejut.“Keluarin uangnya!” perintah si Gondrong, sementara si Kumis memutuskan semua kabel video dan telepon yang ada di toko itu. Tangan Desy gemetar berusaha membuka laci kasir yang ada di depannya, saking takutnya kunci itu sampai terjatuh beberapa kali. Setelah beberapa saat, Desy berhasil membuka laci itu dan memerikan semua uang yang ada di dalamnya, sebanyak 100 ribu kepada si Gondrong, Desy tidak diperkenankan menyimpan uang lebih dari 100 ribu di laci tersebut. Karena itu setiap kelebihannya langsung dimasukan ke lemari besi. Setelah si Gondrong merampas uang itu, Desy langsung mundur ke belakang, ia sangat ketakutan kakinya lemas, hampir jatuh.

“Masa cuma segini?!” bentak si Gondrong.

“Buka lemari besinya! Sekarang!” Mereka berdua menggiring Desy masuk ke kantor manajernya dan mendorongnya hingga jatuh berlutut di hadapan lemari besi. Desy mulai menangis, ia tidak tahu nomor kombinasi lemari besi itu, ia hanya menyelipkan uang masuk ke dalam lemari besi melalui celah pintunya.

“Cepat!” bentak si Kumis, Desy merasakan pistol menempel di belakang kepalanya. Desy berusaha untuk menjelaskan kalau ia tidak mengetahui nomor lemari besi itu. Untunglah, melihat mata Desy yang ketakutan, mereka berdua percaya. “Brengsek! Nggak sebanding sama resikonya! Iket dia, biar dia nggak bisa manggil polisi!” Desy di dudukkan di kursi manajernya dengan tangan diikat ke belakang. Kemudian kedua kaki Desy juga diikat ke kaki kursi yang ia duduki. si Kumis kemudian mengambil plester dan menempelkannya ke mulut Desy.

“Beres! Ayo cabut!”

“Tunggu! Tunggu dulu cing! Liat dia, dia boleh juga ya?!”.

“Cepetan! Ntar ada yang tau! Kita cuma dapet 100 ribu, cepetan!”.

“Gue pengen liat bentar aja!”.

Mata Desy terbelalak ketika si Gondrong mendekat dan menarik t-shirt merah muda yang ia kenakan. Dengan satu tarikan keras, t-shirt itu robek membuat BH-nya terlihat. Payudara Desy yang berukuran sedang, bergoyang-goyang karena Desy meronta-ronta dalam ikatannya.

“Wow, oke banget!” si Gondrong berseru kagum.

“Oke, sekarang kita pergi!” ajak si Kumis, tidak begitu tertarik pada Desy karena sibuk mengawasi keadaan depan toko.

Tapi si Gondrong tidak peduli, ia sekarang meraba-raba puting susu Desy lewat BH-nya, setelah itu ia memasukkan jarinya ke belahan payudara Desy. Dan tiba-tiba, dengan satu tarikan BH Desy ditariknya, tubuh Desy ikut tertarik ke depan, tapi akhirnya tali BH Desy terputus dan sekarang payudara Desy bergoyang bebas tanpa ditutupi selembar benangpun.

“Jangan!” teriak Desy. Tapi yang tedengar cuma suara gumaman. Terasa oleh Desy mulut si Gondrong menghisapi puting susunya pertama yang kiri lalu sekarang pindah ke kanan. Kemudian Desy menjerit ketika si Gondrong mengigit puting susunya.

“Diem! Jangan berisik!” si Gondrong menampar Desy, hingga berkunang-kunang. Desy hanya bisa menangis.

“Gue bilang diem!”, sembari berkata itu si Gondrong menampar buah dada Desy, sampai sebuah cap tangan berwarna merah terbentuk di payudara kiri Desy. Kemudian si Gondrong bergeser dan menampar uang sebelah kanan. Desy terus menjerit-jerit dengan mulut diplester, sementara si Gondrong terus memukuli buah dada Desy sampai akhirnya bulatan buah dada Desy berwarna merah.

“Ayo, cepetan cing!”, si Kumis menarik tangan si Gondrong.

“Kita musti cepet minggat dari sini!” Desy bersyukur ketika melihat si Gondrong diseret keluar ruangan oleh si Kumis. Payudaranya terasa sangat sakit, tapi Desy bersyukur ia masih hidup. Melihat sekelilingnya, Desy berusaha menemukan sesuatu untuk membebaskan dirinya. Di meja ada gunting, tapi ia tidak bisa bergerak sama sekali.

“Hey, Roy! Tokonya kosong!”.

“Masa, cepetan ambil permen!”.

“Goblok lo, ambil bir tolol!”.

Tubuh Desy menegang, mendengar suara beberapa anak-anak di bagian depan toko. Dari suaranya ia mengetahui bahwa itu adalah anak-anak berandal yang ada di lingkungan itu. Mereka baru berusia sekitar 12 sampai 15 tahun. Desy mengeluarkan suara minta tolong.

“sstt! Lo denger nggak?!”.

“Cepet kembaliin semua!”.

“Lari, lari! Kita ketauan!”.

Tiba-tiba salah seorang dari mereka menjengukkan kepalanya ke dalam kantor manajer. Ia terperangah melihat Desy, terikat di kursi, dengan t-shirt robek membuat buah dadanya mengacung ke arahnya.

“Buset!” berandal itu tampak terkejut sekali, tapi sesaat kemudian ia menyeringai.

“Hei, liat nih! Ada kejutan!”

Desy berusaha menjelaskan pada mereka, menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berusaha menjelaskan bahwa dirinya baru saja dirampok. Ia berusaha minta tolong agar mereka memanggil polisi. Ia berusaha memohon agar mereka melepaskan dirinya dan menutupi dadanya. Tapi yang keluar hanya suara gumanan karena mulutnya masih tertutup plester. Satu demi satu berandalan itu masuk ke dalam kantor. Satu, kemudian dua, lalu tiga. Empat. Lima! Lima wajah-wajah dengan senyum menyeringai sekarang mengamati tubuh Desy, yang terus meronta-ronta berusaha menutupi tubuhnya dari pandangan mereka. Berandalan, yang berumur sekitar 15 tahun itu terkagum-kagum dengan penemuan mereka.

“Gila! Cewek nih!”.

“Dia telanjang!”.

“Tu liat susunya! susu!”.

“Mana, mana gue pengen liat!”.

“Gue pengen pegang!”.

“Pasti alus tuh!”.

“Bawahnya kayak apa ya?!”.

Mereka semua berkomentar bersamaan, kegirangan menemukan Desy yang sudah terikat erat. Kelima berandal itu maju dan merubung Desy, tangan-tangan meraih tubuh Desy. Desy tidak tahu lagi, milik siapa tanga-tangan tersebut, semuanya berebutan mengelus pinggangnya, meremas buah dadanya, menjambak rambutnya, seseorang menjepit dan menarik-narik puting susunya. Kemudian, salah satu dari mereka menjilati pipinya dan memasukan ujung lidahnya ke lubang telinga Desy.

“Ayo, kita lepasin dia dari kursi!” Mereka melepaskan ikatan pada kaki Desy, tapi dengan tangan masih terikat di belakang, sambil terus meraba dan meremas tubuh Desy. Melihat ruangan kantor itu terlalu kecil mereka menyeret Desy keluar menuju bagian depan toko. Desy meronta-ronta ketika merasa ada yang berusaha melepaskan kancing jeansnya. Mereka menarik-narik jeans Desy sampai akhirnya turun sampai ke lutut. Desy terus meronta-ronta, dan akhirnya mereka berenam jatuh tersungkur ke lantai. Sebelum Desy sempat membalikkan badannya, tiba-tiba terdengar suara lecutan, dan sesaat kemudian Desy merasakan sakit yang amat sangat di pantatnya. Desy melihat salah seorang berandal tadi memegang sebuah ikat pinggang kulit dan bersiap-siap mengayunkannya lagi ke pantatnya!

“Bangun! Bangun!” ia berteriak, kemudian mengayunkan lagi ikat pinggangnya. Sebuah garis merah timbul di pantat Desy. Desy berusaha berguling melindungi pantatnya yang terasa sakit sekali. Tapi berandal tadi tidak peduli, ia kembali mengayunkan ikat pinggang tadi yang sekarang menghajar perut Desy.

“Bangun! naik ke sini!” berandal tadi menyapu barang-barang yang ada di atas meja layan hingga berjatuhan ke lantai. Desy berusaha bangun tapi tidak berhasil. Lagi, sebuah pukulan menghajar buah dadanya. Desy berguling dan berusaha berdiri dan berhasil berlutut dan berdiri. Berandal tadi memberikan ikat pinggang tadi kepada temannya. “Kalo dia gerak, pukul aja!”

Langsung saja Desy mendapat pukulan di pantatnya. Berandal-berandal yang lain tertawa dan bersorak. Mereka lalu mendorong dan menarik tubuhnya, membuat ia bergerak-gerak sehingga mereka punya alasan lagi buat memukulnya. Berandal yang pertama tadi kembali dengan membawa segulung plester besar. Ia mendorong Desy hingga berbaring telentang di atas meja. Pertama ia melepaskan tangan Desy kemudian langsung mengikatnya dengan plester di sudut-sudut meja, tangan Desy sekarang terikat erat dengan plester sampai ke kaki meja. Selanjutnya ia melepaskan sepatu, jeans dan celana dalam Desy dan mengikatkan kaki-kaki Desy ke kaki-kaki meja lainnya. Sekarang Desy berbaring telentang, telanjang bulat dengan tangan dan kaki terbuka lebar menyerupai huruf X.

“Waktu Pesta!” berandal tadi lalu menurunkan celana dan celana dalamnya. Mata Desy terbelalak melihat penisnya menggantung, setengah keras sepanjang 20 senti. Berandal tadi memegang pinggul Desy dan menariknya hingga mendekati pinggir meja. Kemudian ia menggosok-gosok penisnya hingga berdiri mengacung tegang.

“Waktunya masuk!” ia bersorak sementara teman-teman lainnya bersorak dan tertawa. Dengan satu dorongan keras, penisnya masuk ke vagina Desy. Desy melolong kesakitan. Air mata meleleh turun, sementara berandal tadi mulai bergerak keluar masuk. Temannya naik ke atas meja, menduduki dada Desy, membuat Desy sulit bernafas. Kemudian ia melepaskan celananya, mengeluarkan penisnya dari celana dalamnya. Plester di mulut Desy ditariknya hingga lepas. Desy berusaha berteriak, tapi mulutnya langsung dimasuki oleh penis berandal yang ada di atasnya. Langsung saja, penis tadi mengeras dan membesar bersamaan dengan keluar masuknya penis tadi di mulut Desy. Pandangan Desy berkunang-kunang dan merasa akan pingsan, ketika tiba-tiba mulutnya dipenuhi cairan kental, yang terasa asin dan pahit. Semprotan demi semprotan masuk, tanpa bisa dimuntahkan oleh Desy. Desy terus menelan cairan tadi agar bisa terus mengambil nafas.

Berandal yang duduk di atas dada Desy turun ketika kemudian, berandal yang sedang meperkosanya di pinggir meja bergerak makin cepat. Ia memukuli perut Desy, membuat Desy mengejang dan vaginanya berkontraksi menjepit penisnya. Ia kemudian memegang buah dada Desy sambil terus bergerak makin cepat, ia mengerang-erang mendekati klimaks. Tangannya meremas dan menarik buah dada Desy ketika tubuhnya bergetar dan sperma pun menyemprot keluar, terus-menerus mengalir masuk di vagina Desy. Sementara itu berandal yang lainnya berdiri di samping meja dan melakukan masturbasi, ketika pimpinan mereka mencapai puncaknya mereka juga mengalami ejakulasi bersamaan. Sperma mereka menyemprot keluar dan jatuh di muka, rambut dan dada Desy.

Cerita Sex - Keperawananku Hilang Saat Pesta Sex

Cerita Sex – Keperawananku Hilang Saat Pesta Sex

 

 

Desy tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, ketika tahu-tahu ia kembali sendirian di toko tadi, masih terikat erat di atas meja. Ia tersadar ketika menyadari dirinya terlihat jelas, jika ada orang lewat di depan tokonya. Desy meronta-ronta membuat buah dadanya bergoyang-goyang. Ia menangis dan meronta berusaha melepaskan diri dari plester yang mengikatnya. Setelah beberapa lama mencoba Desy berhasil melepaskan tangan kanannya. Kemudian ia melepaskan tangan kirinya, kaki kanannya. Tinggal satu lagi.

“Wah, wah, wah!” terdengar suara laki-laki di pintu depan. Desy terkejut dan berusaha menutupi dada dan vaginanya dengan kedua tangannya.

“Tolong saya!” ratap Desy.

“Tolong saya Pak! Toko saya dirampok, saya diikat dan diperkosa! Tolong saya Pak, panggilkan polisi!”

“Nama lu Desy kan?” tanya laki-laki tadi.

“Bagaimana bapak tahu nama saya?” Desy bingung dan takut.

“Gue Roy. Orang yang kerjaannya di toko ini lo rebut!”.

“Saya tidak merebut pekerjaan bapak. Saya tahu dari iklan di koran. Saya betul-betul tidak tahu pak! Tolong saya pak!”.

“Gara-gara lo ngelamar ke sini gue jadi dipecat! Gue nggak heran lo diterima kalo liat bodi lo”.

Desy kembali merasa ketakutan melihat Roy, seseorang yang belum pernah dilihat dan dikenalnya tapi sudah membencinya. Desy kembali berusaha melepaskan ikatan di kaki kirinya, membuat Raoy naik pitam. Ia menyambar tangan Desy dan menekuknya ke belakang dan kembali diikatnya dengan plester, dan plester itu terus dilitkan sampai mengikat ke bahu, hingga Desy betul-betul terikat erat. Ikatan itu membuat Desy kesakitan, ia menggeliat dan buah dadanya semakin membusung keluar.

“Lepaskan! Sakit! aduuhh! Saya tidak memecat bapak! Kenapa saya diikat?”

“Gue tadinya mau ngerampok nih toko, cuma kayaknya gue udah keduluan. Jadi gue rusak aja deh nih toko”.

Ia kemudian melepaskan ikatan kaki Desy sehingga sekarang Desy duduk di pinggir meja dengan tangan terikat di belakang. Kemudian diikatnya lagi dengan plester.

Kemudian Roy mulai menghancurkan isi toko itu, etalase dipecahnya, rak-rak ditendang jatuh. Kemudian Roy mulai menghancurkan kotak pendingin es krim yang ada di kanan Desy. Es krim beterbangan dilempar oleh Roy. Beberapa di antaranya mengenai tubuh Desy, kemudian meleleh mengalir turun, melewati punggungnya masuk ke belahan pantatnya. Di depan, es tadi mengalir melalui belahan buah dadanya, turun ke perut dan mengalir ke vagina Desy. Rasa dingin juga menempel di buah dada Desy, membuat putingnya mengeras san mengacung. Ketika Roy selesai, tubuh Desy bergetar kedinginan dan lengket karena es krim yang meleleh.

“Lo keliatan kedinginan!” ejek Roy sambil menyentil puting susu Desy yang mengeras kaku.

“Gue musti kasih lo sesuatu yang anget.”

Roy kemudian mendekati wajan untuk mengoreng hot dog yang ada di tengah ruangan. Desy melihat Roy mendekat membawa beberapa buah sosis yang berasap. “Jangaann!” Desy berteriak ketika Roy membuka bibir vaginanya dan memasukan satu sosis ke dalam vaginanya yang terasa dingin karena es tadi. Kemudian ia memasukan sosis yang kedua, dan ketiga. Sosis yang keempat putus ketika akan dimasukan. Vagina Desy sekarang diisi oleh tiga buah sosis yang masih berasap. Desy menangis kesakitan kerena panas yang dirasakannya.

“Keliatannya nikmat!” Roy tertawa.

“Tapi gue lebih suka dengan mustard!” Ia mengambil botol mustard dan menekan botol itu. Cairan mustard keluar menyemprot ke vagina Desy. Desy menangis terus, melihat dirinya disiksa dengan cara yang tak terbayangkan olehnya.

Sambil tertawa Roy melanjutkan usahanya menghancurkan isi toko itu. Desy berusaha melepaskan diri, tapi tak berhasil. Nafasnya tersengal-sengal, ia tidak kuat menahan semua ini. Tubuh Desy bergerak lunglai jatuh.”

“Hei! Kalo kerja jangan tidur!” bentak Roy sambil menampar pipi Desy.

“Lo tau nggak, daerah sini nggak aman jadi perlu ada alarm.”

Desy meronta ketakutan melihat Roy memegang dua buah jepitan buaya. Jepitan itu bergigi tajam dan jepitannya keras sekali. Roy mendekatkan satu jepitan ke puting susu kanan Desy, menekannya hingga terbuka dan melepaskannya hingga menutup kembali menjepit puting susu Desy. Desy menjerit dan melolong kesakitan, gigi jepitan tadi menancap ke puting susunya. Kemudian Roy juga menjepit puting susu yang ada di sebelah kiri. Air mata Desy bercucuran di pipi.

Kemudian Roy mengikatkan kawat halus di kedua jepitan tadi, mengulurnya dan kemudian mengikatnya ke pegangan pintu masuk. Ketika pintu itu didorong Roy hingga membuka keluar, Desy merasa jepitan tadi tertarik oleh kawat, dan membuat buah dadanya tertarik dan ia menjerit kesakitan.

“Nah, udah jadi. Lo tau kan pintu depan ini bisa buka ke dalem ama keluar, tapi bisa juga disetel cuma bisa dibuka dengan cara ditarik bukan didorong. Jadi gue sekarang pergi dulu, terus nanti gue pasang biar pintu itu cuma bisa dibuka kalo ditarik. Nanti kalo ada orang dateng, pas dia dorong pintu kan nggak bisa, pasti dia coba buat narik tuh pintu, nah, pas narik itu alarmnya akan bunyi!”

“Jangan! saya mohoon! mohon! jangan! jangan! ampun!”

Roy tidak peduli, ia keluar dan tidak lupa memasang kunci pada pintu itu hingga sekarang pintu tadi hanya bisa dibuka dengan ditarik. Desy menangis ketakutan, puting susunya sudah hampir rata, dijepit. Ia meronta-ronta berusaha melepaskan ikatan. Tubuh Desy berkeringat setelah berusaha melepaskan diri tanpa hasil. Lama kemudian terlihat sebuah bayangan di depan pintu, Desy melihat ternyata bayangan itu milik gelandangan yang sering lewat dan meminta-minta. Gelandangan itu melihat tubuh Desy, telanjang dengan buah dada mengacung.

Gelandang itu mendorong pintu masuk. Pintu itu tidak terbuka. Kemudian ia meraih pegangan pintu dan mulai menariknya.

Desy berusaha menjerit “Jangan! jangan! jangan buka! jangaann!”, tapi gelandangan tadi tetap menarik pintu, yang kemudian menarik kawat dan menarik jepitan yang ada di puting susunya. Gigi-gigi yang sudah menancap di daging puting susunya tertarik, merobek puting susunya. Desy menjerit keras sekali sebelum jatuh di atas meja. Pingsan.

Desy tersadar dan menjerit. Sekarang ia berdiri di depan meja kasir. Tangannya terikat ke atas di rangka besi meja kasir. Sedangkan kakinya juga terikat terbuka lebar pada kaki-kaki meja kasir. Ia merasa kesakitan. Puting susunya sekarang berwarna ungu, dan menjadi sangat sensitif. Udara dingin saja membuat puting susunya mengacung tegang. Memar-memar menghiasi seluruh tubuhnya, mulai pinggang, dada dan pinggulnya. Desy merasakan sepasang tangan berusaha membuka belahan pantatnya dari belakang. Sesuatu yang dingin dan keras berusaha masuk ke liang anusnya. Desy menoleh ke belakang, dan ia melihat gelandangan tadi berlutut di belakangnya sedang memegang sebuah botol bir.

“Jangan, ampun! Lepaskan saya pak! Saya sudah diperkosa dan dipukuli! Saya tidak tahan lagi.”

“Tapi Mbak, pantat Mbak kan belon.” gelandangan itu berkata tidak jelas.

“Jangan!” Desy meronta, ketika penis gelandangan tadi mulai berusaha masuk ke anusnya. Setelah beberapa kali usaha, gelandangan tadi menyadari penisnya tidak bisa masuk ke dalam anus Desy. Lalu ia berlutut lagi, mengambil sebuah botol bir dari rak dan mulai mendorong dan memutar-mutarnya masuk ke liang anus Desy.

Desy menjerit-jerit dan meronta-ronta ketika leher botol bir tadi mulai masuk dengan keadaan masih mempunyai tutup botol yang berpinggiran tajam. Liang anus Desy tersayat-sayat ketika gelandangan tadi memutar-mutar botol dengan harapan liang anus Desy bisa membesar.

Setelah beberapa saat, gelandangan tadi mencabut botol tadi. Tutup botol bir itu sudah dilapisi darah dari dalam anus Desy, tapi ia tidak peduli. Gelandang itu kembali berusaha memasukan penisnya ke dalam anus Desy yang sekarang sudah membesar karena dimasuki botol bir. Gelandang tadi mulai bergerak kesenangan, sudah lama sekali ia tidak meniduri perempuan, ia bergerak cepat dan keras sehingga Desy merasa dirinya akan terlepar ke depan setiap gelandangan tadi bergerak maju. Desy terus menangis melihat dirinya disodomi oleh gelandangan yang mungkin membawa penyakit kelamin, tapi gelandangan tadi terus bergerak makin makin cepat, tangannya meremas buah dada Desy, membuat Desy menjerit karena puting susunya yang terluka ikut diremas dan dipilih-pilin. Akhirnya dengan satu erangan, gelandang tadi orgasme, dan Desy merakan cairan hangat mengalir dalam anusnya, sampai gelandangan tadi jatuh terduduk lemas di belakang Desy.

“Makasih ya Mbak! Saya puas sekali! Makasih.” gelandangan tadi melepaskan ikatan Desy. Kemudian ia mendorong Desy duduk dan kembali mengikat tangan Desy ke belakang, kemudian mengikat kaki Desy erat-erat. Kemudian tubuh Desy didorongnya ke bawah meja kasir hingga tidak terlihat dari luar.

Sambi terus mengumam terima kasih gelandangan tadi berjalan sempoyongan sambil membawa beberapa botol bir keluar dari toko. Desy terus menangis, merintih merasakan sperma gelandangan tadi mengalir keluar dari anusnya. Lama kemudian Desy jatuh pingsan kelelahan dan shock. Ia baru tersadar ketika ditemukan oleh rekan kerjanya yang masuk pukul 6 pagi.

Cerita Bokep | Dapat Memek dirumah Makan

$
0
0

Cerita Bokep | Dapat Memek dirumah Makan – Seperti biasa, malam hari sekitar jam 19:00, sepulang kerja aku selalu mencari tempat untuk makan (maklum bosenan), dan aku teringat oleh kata temanku yang baru siang tadi makan di WP. Karena jarak antara kantor dan lok agak jauh maka aku segera buru-buru melarikan kudaku. Sesampainya di sana aku agak bingung, karena begitu banyak kuda dan buaya yang parkir. Tanpa pikir panjang kuparkir di tempat yang agak jauh. Kuda yang parkir di situ rata-rata adalah kuda luar kota, kebanyakan plat L dan W. Ketika memasuki lok, di sana ada banyak meja yang kosong, sempat aku berpikir, “Apakah aku salah tempat?”

“Dut..” kulihat seorang teman memanggil diriku.
Aku biasa dipanggil endut oleh teman karena perut yang agak-agak buncit dikit, mungkin karena terlalu banyak minum x yach.
“Don, ngapain di sini?” tanyaku ke Doni, karena kulihat di mejanya hanya ada sebotol Fanta.
“Lagi nunggu,” sahutnya.
“Nunggu apa? Makanan?” tanyaku penasaran.
“Lagi nunggu servis,” balasnya yang membuatku penasaran.
“Servis apa? Kuda?” tanyaku semakin penasaran.
“Lha kamu mau apa?” Doni balik bertanya.
“Makan,” jawabku polos.
“Wah kuno kamu, di sini ada servis selain makan dan minum,” balas Doni sambil menyeringai.

“Mas, mau pesan apa?” tanya seorang cewek yang sempat membuatku terkejut.
“Eh.. di sini ada apa aja?” jawabku.
“Di sini ada cewek,” sahut Doni seraya mengerlipkan sebelah mata kepada cewek tadi.
“Ah.. Mas Doni ini, genit ah.. kan pelanggan baru kalau nggak mau bagaimana?” jawab si cewek agak manja.
“Saya pesan nasi campur dan es jeruk yang lainnya nanti saja,” jawabku sambil memperhatikan cewek yang akhirnya kutahu namanya adalah Mimin.

Mimin adalah pegawai di warung itu, selain cantik juga mempunyai tubuh yang lumayan, tinggi; sekitar 170 cm, kulit; putih mulus, dada; sekitar 36, pinggul; seksi (apalagi kalau berjalan). Sambil makan dan berbincang, baru kutahu kalau si Doni ini sering ke sini, makanya dia berani menggoda Mimin. Selesai makan Doni mengajakku ke sebuah ruangan di dalam warung itu, ruangan itu tidak terlalu lebar tapi sangat panjang dan memiliki banyak kamar dan hanya ada satu pintu untuk masuk dan keluar. Kulihat Doni memasuki kamar pertama, dan ternyata di situ adalah tempat receptionis dan seorang wanita yang sedang menulis-nulis sebuah buku (sepertinya buku administrasi).

“Mbak, ada yang kosong?” tanyanya.
“Ada, ehm.. mau dua atau satu Don, atau.. masing-masing dua?” sambil melihat ke arahku.
“Masing-masing satu aja, ini temanku baru pertama kali ke sini,” katanya.
“Oke, mau yang mana?” tanya wanita itu sambil memberikan foto-foto cewek lengkap dengan nama dan umur mereka di balik foto-foto itu.
“Eh.. kamu mau yang mana?” tanya Doni kepadaku.
Kemudian aku melihat separuh foto-foto itu karena yang separuhnya sedang dilihat Doni. Tak lama setelah kami bertukar foto, aku memilih sebuah foto yang dibaliknya ada nama Putri dan berumur 20 tahun.
“Oke, silakan tunggu di kamar 30 dan 31!” jawab wanita itu sambil memberikan kunci kamar nomor 30 kepadaku.

Sambil berjalan menuju kamar 30, aku sempat mendengar suara desahan nafas yang sangat kuhafal karena sering menonton film biru. Ketika aku sampai di depan pintu kamar seorang cewek cantik berusia sekitar 18 tahun menghampiriku dan bertanya,
“Mau sama Mbak Putri ya Mas?” tanyanya.
“Iya..” jawabku sambil mengamati wajah dan tubuh yang hanya mengenakan kaos ketat tipis tanpa BH dan celana ketat pendek (sepertinya celana untuk senam).
“Mas baru pertama ya ke sini?” tanyanya menyelidik.
“Iya.. kok tahu?” sahutku.
“Iya, tahu dong kan yang masuk sini selalu saya perhatikan dan kebanyakan hanya om-om. Oh iya nama saya Nani. Situ siapa?” tanyanya.
“Aku Choly. Masuk yuk, di dalam kan lebih enak!” sambil membuka pintu kamar dan menutup setelah Nani masuk.

Setelah berbincang dengan dia baru kutahu kalau dia anak pemilik warung yang tidak diperhatikan oleh orangtuanya karena sibuk dengan urusan warung, makanya dia berada di ruangan itu tanpa sepengetahuan orangtuanya. Tak berapa lama kemudian pintu kamar terbuka, ternyata Putri yang kupesan tadi.

“Maaf, lama menunggu ya,” kata putri.
“Udah dulu ya Mas, Mbak putri sudah datang, silakan bersenang-senang,” kata Nani.
“Lho, Nani nanti kalau ibu tahu kamu bisa dimarahi lho,” kata Putri.
“Cuek aja, yang penting bisa happy (sambil keluar dari kamar),” kata Nani.
“Mas sudah lama nunggu ya?” tanya Nani.
“Ah enggak kok, lagian kan ada Nani,” kataku.
“Saya ke kamar mandi dulu ya, Mas buka saja dulu pakaiannya supaya lebih rileks,” kata Putri.

Setelah Putri masuk kamar mandi, kubuka baju dan celana sampai telanjang bulat. Sambil menunggu kuperhatikan kamar itu, ternyata itu adalah kamar Putri, di sana banyak foto Putri sedang in action. “Wah Mas kok nafsu banget, nggak pakai pemanasan?” tanya Putri menyadarkanku dari lamunan. Ternyata Putri sudah tidak memakai apa-apa kecuali handuk yang hanya mampu menutupi dadanya yang kalau dilihat dia berukuran 35D itu, dan daerah liang senggamanya hanya tertutupi oleh bulu kemaluan yang tidak terlalu lebat.
“Mas, kok ngelamun?” tanya dia lagi.
“Wah tubuhmu bagus sekali,” jawabku.
Tanpa basa-basi kutarik tubuh itu dan kuciumi bibir tipis yang membuat wajahnya menjadi cantik. Putri tidak membalas ciuman pada menit pertama, tapi lama kelamaan dia mulai membalas ciumanku dengan sangat buas. “Mas rebahan di kasur ya! biar bisa isep itu,” sambil menunjuk ke arah kemaluanku yang tak terasa sudah mulai menegang.

Aku langsung saja tiduran dan dia membuka handuk yang menempel tadi dan menjatuhkannya di lantai. Ternyata aku salah menilai susu yang besar itu, ternyata berukuran 36D. Setelah menaiki kasur dia langsung menciumi bibirku dan perlahan mulai turun dan akhirnya dia mengulum batang kemaluanku yang berukuran sekitar 15 cm itu. Aku pun menikmati permainan itu, secara perlahan dia mulai menaikiku dan mengarahkan batang kemaluanku yang sudah siap perang ke arah lubang kemaluannya. “Bless..” dan, “Ah..” Putri mendesah sambil memejamkan matanya. Agak lama dia terdiam dan aku merasakan sesuatu yang memijit batang kemaluanku di dalam lubang kemaluannya. Dia mulai membuka mata dan menaik-turunkan pinggulnya.

“Ah.. ah.. ah.. Mass.. ah.. ennaaknyaa.. ah..” sambil terus menaik-turunkan pinggulnya. Sampai akhirnya dia menjerit “Mass.. aku.. mauu.. keluuarr.. ah..” kurasakan ada cairan yang menyemprot kemaluanku dengan derasnya. Namun aku masih belum bisa menerima perlakuan ini, aku ganti posisi sehingga aku berada di atas dan dia membuka kakinya lebar-lebar seakan menyambut kedatangan kemaluanku. “Ayo Mas, puaskan Mas, basahi memek ini Mas.” Tanpa ba bi bu, aku langsung menggenjot dia sehingga dia mengalami klimaks yang kedua kalinya.

“Aaah.. aah.. aah.. Maass..”
“Puutt.. aku.. su.. dah.. nggak.. kuaat.. ah..”

Kuakhiri kata-kata terakhir sambil memuncratkan spermaku ke dalam lubang kemaluannya. “Mas ini kuat sekali ya, aku belum pernah seperti ini,” katanya sambil lubang kemaluannya memijit batang kemaluanku yang masih tegang di dalam. “Aku juga Put, belum pernah merasakan yang seperti ini (hanya alasan supaya senang).” Dan kami melakukannya sekali lagi karena kemaluanku masih tegang dan dipijat terus oleh lubang kemaluannya, jadinya tidak bisa tidur walau sudah keluar. Setelah selesai aku membersihkan diriku di kamar mandi. Selesai mandi aku keluar kamar dan melihat Putri tertidur, aku langsung saja keluar kamar, eh.. ternyata Doni sudah lama menungguku dan dia sudah membayar ongkos service tadi. Aku pun pamit dan berterima kasih pada Doni karena sudah malam dan besok masih ada pekerjaan yang menunggu di kantor.

Pada hari Sabtu sore aku berjalan-jalan di sebuah pertokoan di dekat alun-alun. Kulihat jam sudah menunjukan pukul 18.00 dan perutku sudah mulai lapar. Ketika mencari sebuah rumah makan aku melihat ada seorang gadis yang duduk sendiri membelakangiku dan tampaknya gadis itu adalah Nani anak dari yang punya WP, dan kusapa dia.

“Hi, Nan..” sapaku.
“Oh, Mas Choly..” kata Nani.
“Sendiri?” tanyaku.
“Nggak, sama teman,” jawabnya.
“Sama pacar?” tanyaku lagi.
“Pacar? belum punya tuh,” katanya.

Tak lama kemudian ada sepasang muda-mudi yang bergandengan tangan ke arah kami.

“Mas kenalin ini teman saya Erika dan Budi,” kata Nani.
“Hai saya choly,” kataku memperkenalkan diri.
“Saya Erika,” kata Erika.
“Budi,” kata Budi.
“Kok lama banget sih, kamu lagi pesan atau buat masakan?” tanya Nani.
“Kan antri non,” kata Erika.
“Cho, kamu nggak pesan?” tanya Budi.
“Sudah tadi (ketika sedang berduaan),” kataku.
“Nan, kamu nanti ikut kami nggak? Berempat kan asyik,” kata Erika.
“Tanya dulu dong, masa langsung angkut. Mas Choly ada acara nggak?” tanya Nani.
“Nggak ada,” kataku.
“Mau ikut kami?” tanya Nani.
“Ke mana?” tanyaku.
“Ada deh,” kata Nani.
“Boleh, lagian besok libur kantor, nganggur,” kataku.

Sambil makan aku memperhatikan Erika yang tak kalah cantik dibanding Nani, tingginya sekitar 160 cm, dadanya sekitar 34, kulitnya coklat, pinggulnya agak kecil (lumayan). Setelah makan kami menuju ke areal parkir. Karena masing-masing bawa kuda (aku dan Budi) maka aku satu kuda sama Nani karena dia yang tahu mau ke mana. Saat di dalam mobil dia banyak cerita tentang temannya yang akhirnya kutahu kalau mereka itu sedang berpacaran dan sudah bertunangan. Ketika akan melewati sebuah hotel Nani menyuruhku untuk masuk ke dalam hotel itu.

“Mau nginap?” tanyaku.
“Ya ke sini ini tujuan kita,” kata Nani.

Sambil mencari tempat parkir aku berpikir kalau aku sedang mendapat kejutan akan berkencan dengan seorang gadis yang cantik dan gratis karena dia yang mengajak. Setelah menemukan tempat yang aman dari teman sekantor, kami masuk ke dalam dan teman Nani sudah memesan sebuah kamar VIP. Kami pun berjalan mengikuti belboy yang menunjukkan di mana kamar kami. Sesampainya di kamar, Budi memberi tip kepada belboy dan menutup pintu kamar. Kamar yang unik menurutku (karena belum pernah masuk), ada dua kasur besar di dalam dua ruangan tanpa pintu yang berseberangan, sebuah ruang tamu lengkap dengan TV, kulkas, AC dan sebuah meja kecil dengan telepon. Kami berempat duduk berpasangan di ruang tamu, aku dengan Nani dan Budi dengan Erika. Tanpa menunggu aba-aba Budi langsung menciumi Erika, dan kurasakan tangan Nani mulai membelai pahaku. Aku pun langsung memeluk Nani dan menciumi bibir sensualnya. Nani pun membalas ciuman itu dengan buas dan liar bagai singa sedang memakan mangsanya. Kemudian Erika bertanya,
“Nan, kamu kamar yang mana?”
“Terserah deh, pokoknya ada kasurnya,” kata Nani.
“Aku masuk dulu ya,” kata Erika.
“Aku juga ah.. nggak enak di sini,” kata Nani.

Sambil menarikku ke dalam kamar dan membaringkan aku dengan sedikit mendorong.
“Mas, aku akan servis kamu lebih dari yang pernah kamu alami,” kata Nani.
“Boleh aja, asal bisa tahan lama,” kataku.

Nani membuka pakaiannya sambil melenggak-lenggokkan pinggul layaknya seorang penari striptease. Setelah pakaiannya habis dia berjongkok sambil menciumi batang kemaluanku yang sudah tegak di dalam celana. Sambil menciumi dia membuka celana dan aku membuka baju sampai telanjang bulat. Dia langsung menciumi dan menjilati kemaluanku yang sudah tegak berdiri dengan gagahnya.
“Mas besar sekali?” tanya Nani.
“Tapi enakkan..” kataku.
“Iya..” katanya.
Kemudian kutarik tubuhnya sehingga aku dapat menciumi lubang kemaluannya dan dia tetap dapat mengulum kemaluanku.
“Mas.. lidahnya.. nakal.. auw.. ah..” katanya sambil mendesah.
“Kamu juga pintar mainin lidah,” kataku.
“Mas.. masukin.. aja.. ya.. aku.. pingin.. ini..” kata Nani.

 

Cerita Bokep Ngentot dengan Sepupu Jauh

Cerita Bokep Ngentot dengan Sepupu Jauh

 

 

 

Sambil memutar tubuhnya, sayub-sayub aku mendengar jeritan nikmat dari kamar seberang.
“Ah.. Mas.. nikmat.. Mas.. ah..” katanya ketika batang kemaluanku masuk dan sambil menaik-turunkan pinggulnya aku merasakan batang kemaluanku mendapat hisapan yang sangat kuat.
“Mas.. oh.. ah.. Mas.. enak.. ah..” desah Nani.
“Ka.. muu.. juga..” selang agak lama dia mulai mempercepat genjotannya dan akhirnya dia orgasme.
“Ah.. Mas.. ah.. enak..”
Aku tahu dia sudah lemas, maka aku membalikkan tubuhnya sambil batang kemaluanku tetap di dalam dan mulai menggenjot tubuhnya.
“Oh.. Mas.. yang keras.. Mas.. ah..” dia berkata sambil mengangkat kedua kakinya sehingga aku dapat menciumi betisnya.

Tak berapa lama, “Mas.. aku.. mau kegh.. luar.. ah.. Mas.. nggak.. kuat..” teriaknya.
“Ta.. han.. sebentar ya.. aku.. juga.. hmmff,” aku mempercepat gerakan dan akhirnya..
“Mas.. ah.. aku.. keluar.. Mas.. aagh.. hmmff.. hmmff..”
“Ah.. ah.. oh..”
Kami mengeluarkan secara bersamaan dan aku mencium keningnya dan dia pun membalas mencium dadaku sambil sedikit menggenjot secara halus untuk mengeluarkan sisa sperma yang belum keluar. “Plok, plok, wah hebat bener sampai Nani harus dua kali keluar,” kata Erika yang sedang memperhatikan kami, ternyata dia dan Budi sudah lama menonton pertandingan kami dan kami tidak menyadarinya.

Setelah membersihkan diri kami berkumpul di ruang tamu sambil berbincang tanpa sehelai benang yang menempel.
“Gimana Nan enak?” tanya Erika.
“Luar biasa Er, aku belum pernah seperti ini,” kata Erika.
“Kalau sama aku?” tanya Budi.
“Kamu sih nggak ada apa-apanya sama dia?” kata Nani sambil menyandarkan kepalanya di dadaku.
“Masa?” tanya Budi.
“Iya, punya dia kan lebih besar dan lebih lama,” kata Nani.
“Kalau lama aku mungkin bisa kan biasanya melayani kalian berdua jadinya capek kan,” kata Budi.
“Gimana kalau nanti kita tukar, aku sama Choly dan kamu (Nani) sama Budi,” kata Erika.
“Wah rugi aku dapat Budi,” kata Nani.
“Menghina ya,” kata Budi.
“Nggak pa-pa Nan, aku kan juga pingin ngerasain,” kata Erika.
“Kamu mau nggak Mas?” tanya Nani kepadaku.
“Boleh, tapi biasanya yang kedua lebih lama,” kataku.
“Waduh, rugi dua kali nih,” kata Nani.
“Kamu kan kapan-kapan bisa berduaan lagi, kalau aku kan mau menikah,” kata Erika.
“Iya deh,” kata Nani.

Setelah itu Erika dan Nani bertukar tempat dan sekarang Erika berada dalam pelukanku sedangkan Nani bersama Budi. Selang agak lama berbincang-bincang Erika mulai meraba-raba dadaku dan memberikan ciuman kecil pada pentilku. Aku pun membalas dengan membelai lembut buah dada yang tampak menggairahkan itu. Tak lama kemudian Budi menggendong Nani dan membawanya memasuki kamar tempat Erika dan Budi bermain pada mulanya. Sedangkan Erika semakin buas dan segera mengulum batang kejantananku yang masih tidur dengan nyenyaknya. Aku pun menikmati perlakuan yang diberikan Erika kepada batang kejantanan yang sekarang setengah tiang itu. Tampaknya Erika sangat ahli dalam hal mengulum, buktinya tidak lama kemudian adik kesayanganku itu terbangun dalam keadaan siap tempur. Aku menjadi tidak sabar dengan keadaan itu maka dengan nafsu yang besar kugendong tubuh Erika menuju ke kamar yang satunya lagi.

Di dalam kamar langsung kulempar tubuh itu ke atas kasur dan aku pun mulai menciumi daerah liang senggama Erika yang sudah terlihat sangat merangsang. “Emh.. emh.. ahh..” tampaknya Erika mulai merasakan rangsangan yang aku berikan. “Mas.. aku.. pingin.. Mas.. ah..” setelah berkata, dia langsung membalikkan badannya dan sekarang posisi kami saling berhadapan dengan dia di atas dan aku di bawah. Dia mulai mengarahkan batang kemaluanku ke arah kemaluannya dan.. “Ahh..” amblaslah batang kemaluan yang lumayan besar itu. Tanganku pun tak mau tinggal diam, meremas-remas buah dada yang sedang mengayun-ayun di atas dadaku. “Emh.. ah..” dia pun mulai memainkan pantatnya. Tak berapa lama dia mengejang dan menurunkan pantatnya sampai batang kemaluanku amblas tak terlihat, rupanya dia sudah orgasme, tapi dia tidak seperti habis orgasme tetap menaik-turunkan pantatnya malah semakin cepat. Aku pun merasa nikmat dan dalam waktu singkat aku pun orgasme. Kami pun tertidur kecapaian sambil kemaluanku tetap di dalam liang senggamanya dan kepalanya berada di dadaku. Keesokan harinya kami pulang ke rumah masing-masing, dan sejak kejadian itu aku tidak pernah bertemu dengan Erika lagi, begitu juga Nani, entah kemana mereka, seolah hilang ditelan bumi. Maka aku pun hanya bisa membayangkan tidur bersama mereka berdua. Dan aku semakin sering datang ke lok barangkali bisa bertemu Nani, kalaupun tidak bertemu masih ada keistimewaan dari warung itu, makan sambil ngeseks

Cerita Dewasa | Basah-Basahan Dengan Tanteku

$
0
0

Cerita Dewasa | Basah-Basahan Dengan Tanteku – Cerita dewasa sedarah dengan tanteku ini bermula saat aku masih duduk dikelas 3 smu. Oh ya Namaku Wawan, umurku sekarang 26 tahun. Ada sebuah Cerita Dewasa Seks yang sampai saaat ini masih saja terus kukenang dan selalu kuingat. yaitu sebuah kejadian cerita dewasa yang masih terus kuingat sampai saat ini. Saat sma aku dititipkan kepada seorang tanteku. Tanteku ini cantik dan tubuhnya mulus aduhai bikin semua pria yang liat pasti pengen segera berhubungan tubuh dengannya.

Tanteku namanya Yuni, dia ini seorang “Single parent” dengan tiga orang anak; dua perempuan dan satu laki-laki. Suaminya sudah meninggal karena kecelakaan mobil.
Suaminya ini memang seorang pembalap lokal yang tidak terkenal namanya. Dengan tiga orang anak dan umurnya yang sudah 37 tahun, tanteku ini masih saja kelihatan seksi. Tubuhnya terawat, karena dengan kondisi keuangannya yang mapan, tanteku secara teratur senam. Hasilnya, walaupun dengan tiga orang anak, tubuhnya tetap terawat dengan baik. Pantatnya besar dengan pinggul yang juga besar tapi pahanya selain putih dan mulus juga singset tanpa ada tumpukan lemak sedikitpun. Payudaranya lumayan besar, entah kira-kira berapa ukurannya akupun tidak tahu tapi yang jelas masih sekal tidak kendor layaknya seorang Ibu yang sudah melahirkan tiga orang anak.

Kejadiannya berawal pada saat yang tidak diduga sama sekali. Saat itu di rumah sedang tidak ada orang hanya ada tanteku yang sedang asyik memasak untuk hidangan makan siang, kebetulan hari itu jadwal mengajar tanteku hanya satu mata kuliah saja. Sepulang sekolah, aku menemukan tanteku didapur sedang asyik memasak. Dengan langkah gontai karena kecapekan, aku langsung menghampiri meja makan.

“Tante Yun, belum siap yah makanannya?” tanyaku kelaparan.
“Belum Wan, sabar yah. Ini lo si Suti (pembantu tanteku) pulang tadi pagi, jadinya ya gini nih repot sendiri” keluh tanteku.
Di dahinya terlihat cucuran keringat, belum lagi tangannya yang belepotan dengan berbagai macam bumbu yang sedang diraciknya. Kelihatan sekali kalau tanteku tidak pernah kerja “Sekeras” ini. Walaupun begitu, entah kenapa terlihat sekali wajah tanteku semakin cantik. Saat itu dia hanya menggunakan daster pendek yang sebenarnya tidak ketat tapi karena bentuk pantat dan pinggulnya yang besar, daster itu jadi kelihatan agak ketat dan memetakan garis dari celana dalamnya kalau dia sedang membungkukkan badannya.
“Ah, seksi sekali” pikirku kotor.

“Wawan bantuin ya Tante?” tawarku.
“Boleh Wan, sini!” ternyata tanteku tidak keberatan.
Tidak ada angin tidak ada hujan, belum sampai aku mendekat, entah karena apa tiba-tiba kran air di cucian piring copot dari pangkalnya. Otomatis air yang langsung dari tandon air yang penuh menyembur dengan derasnya mengenai tanteku yang kebetulan ada didepannya.
“Aduh Wan, tolong.., gimana ini?” tanteku dengan paniknya berusaha menutupi saluran air yang menyembur dengan tangannya.

Karena tubuh tanteku tidak terlalu tinggi, untuk mencapai saluran itu dia harus sedikit membungkuk. Terlihat sekali dasternya yang sudah basah kuyup itu sekali lagi memetakan pantatnya yang besar. Garis celana dalamnya kini terlihat lebih jelas. Dengan tergesa-gesa, tanpa pikir-pikir lagi aku segera mendekat dan membantunya menutup saluran air itu dengan tanganku juga. Tanpa aku sadari ternyata posisi tubuhku saat itu seperti memeluk tubuhnya dari belakang. Bisa di bayangkan, tanpa sengaja juga kontolku mengenai belahan pantatnya yang sekal. Keadaan ini bertahan beberapa lama. Hingga menimbulkan sesuatu yang kotor dipikiranku.

“Aduh Wan gimana ini?” tanya tanteku tanpa bisa bergerak.
“Duh gimana ya Tante, aku juga bingung.” kataku mengulur waktu.
Saat itu, karena gesekan-gesekan yang berlebihan di kontolku, aku jadi tidak bisa menahan gairah untuk merasakan tubuhnya. Pelan-pelan aku melepas satu tanganku dari saluran air itu, pura-pura meraba-raba disekitar cucian piring, mencari sesuatu untuk menutup saluran air itu sementara. Tanpa sepengetahuannya aku justru melepas celanaku berikut juga celana dalamku. Memang agak susah tapi akhirnya aku berhasil dan dengan tetap pada posisi semula kini bagian bawahku sudah tidak tertutup apa-apa lagi.

“Wah, nggak ada yang bisa buat nutup Tante. Sebentar Wawan carikan dulu yah” Kini niatku sudah tidak bisa ditahan lagi, pelan-pelan aku melepas peganganku di saluran air.
“Pegang dulu Tante” kataku sedikit terengah menahan gairah.
“Yah, gih sana cepetan, Tante sudah pegal nih” sungut tanteku.
Kemudian tanpa pikir panjang, secepat kilat aku menyingkap dasternya, kemudian secepat kilat juga berusaha untuk melorotkan celana dalamnya yang entah warnanya apa, karena sudah basah kuyup oleh air, warna aslinya jadi tersamar.
“Ehh.. apa-apan ini Wan, jangan gitu dong!?” tanpa sadar tanteku melepas pegangannya disaluran air untuk menahan tanganku yang masih berusaha melepaskan celana dalamnya. Air menyembur lagi.

“Auhh.. ohh” suara tanteku jadi tidak jelas karena mulutnya kemasukan air.
Tanpa sadar juga tanteku berusaha untuk menutup saluran air dengan tangannya lagi, otomatis tanganku sudah tidak ada yang menahan lagi.
“Kesempatan” pikirku, dengan satu sentakan celana dalam tanteku melorot sampai diujung kakinya.
“Auwch.. duh Wan jangan, aku ini tantemu, jangann..” Mohon tanteku.
Kepalang tanggung, aku langsung jongkok. Aku lalu menyibak pantatnya yang besar dan mencari liang senggamanya. Kudekatkan kepalaku, kujulurkan lidahku untuk mencapai vaginanya.
“Auwchh.. Wan.. ahh..” jilatan pertamaku ternyata membuatnya bergetar tanpa bisa beranjak dari tempat semula, kalau bergerak air pasti akan menyembur lagi.

Lidahku semakin leluasa merasakan aroma dari vaginanya, semakin kedalam membuat tanteku bergetar hebat. Entah kenapa sudah tidak ada lagi bahasa tubuhnya yang menunjukkan penolakan, yang ada kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak keruan. Kecari klitorisnya, memang agak sulit, setelah dapat kuhisap habis, dua jariku juga ikut menusuk liang vaginanya. Tidak terkira jumlah lendir yang keluar, tak lama kemudian, terasa pantatnya bergetar hebat.

“Ahh..hh Wann.. ahh aouhh..” dengan erangan keras, rupanya tanteku sudah mencapai orgasme.
Tubuhnya langsung lunglai tapi tanpa melepas pengangannya dari saluran air.
“Aduh aku belum apa-apa” pikirku.
Langsung aku berdiri, kusiapkan senjataku yang sudah mengacung dengan keras. Dengan dua tanganku aku coba menyibakkan kedua belahan pantatnya sambil kudekatkan kontolku kevaginanya. Kudorongkan sedikit demi sedikit. Begitu sudah betul-betul tepat dimulut liang kenikmatannya, tanpa ba-bi-bu langsung kulesakkan dengan kasar.

“Ahh sakit Wan.. pelan.. auh” kepala tanteku langsung melonjak keatas, tanpa sengaja pegangannya di saluran air terlepas.
Air menyembur dengan deras. Kepalang basah, begitu mungkin pikir tanteku karena selanjutnya dia hanya berpegangan dipinggiran cucian piring. Sudah tidak ada penolakan pikirku.

Kudiamkan sebentar kontolku yang sudah masuk hingga pangkalnya didalam vagina tanteku, ku nikmati benar-benar bagaimana ternyata vagina yang sudah mengeluarkan tiga orang manusia ini masih saja nikmat menggigit. Sensasi yang sangat luar biasa sekali. Pelan-pelan kutarik, kemudian kudorong lagi.

“Oohh.. Wan enak, terus sayang..yang cepat aouhh.. ahh.. terus sayang” pantatnya bergoyang melawan arah dari kocokanku.
“Nah gitu Wan, ouhh.. ya gitu teruuss..” Pinta tanteku.
Aku terus mengocokkan kontolku dengan cepat. Sebentar kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat.
“Yang cepat Wan, Tante sudah mau keluar lagi.. ouhh.. terus” kepalanya semakin menggeleng-geleng tidak karuan.
“Cepatt.. cepatt truss.. ouchh.. Tante kelluaarr.. aghh”
Orgasmenya telah sampai dibarengi dengan kepalanya yang melonjak naik, tangannya mencengkeram pinggiran cucian piring dengan erat.
“Cabut dulu Wan.. Tante linuu..” pinta tanteku, karena merasakan aku yang masih mengocoknya dari belakang.
“Akan wawan cabut, tapi janji nanti diteruskan ya Tante?” kataku.
“Iya, tapi sekarang dari depan aja yah” janji tanteku.

CERITA DEWASA - MERTUAKU YANG BAHENOL DAN SEXY

CERITA DEWASA – MERTUAKU YANG BAHENOL DAN SEXY

 

Tubuhnya kemudian berbalik. Wajahnya sudah awut-awutan dan basah kuyup. Kemudian dia duduk diatas cucian piring sambil menghadapku. Aku mendekat, langsung kucari bibirnya dan kemudian kami berpagutan lama. Sambil kami berciuman, satu tangannya membimbing kontolku kearah liang vaginanya. Tanpa disuruh dua kali kudorongkan pantatku dibarengi dengan masuknya juga kontolku.

“Ahh.. oohh..” erang tanteku, ciuman kami terlepas.
“Kocokkan yang cepatt wann..” pinta tanteku sambil pahanya semakin dilebarkan.
“Begini Tante..” Kataku sambil mengocokkan kontolku dengan cepat.
“Gila kamu Wann.. kuaatt sekalii kamuu..” sambil satu tangannya menarik satu tanganku, kemudian ditaruhnya di bagian atas vaginanya. Aku tahu mau maksudnya.
“Yahh yang ituu.. teruss Wann.. ohh enakk.. Wan teeruss..” rintih tanteku ketika sambil kontolku mengocok vaginanya tanganku juga memelintir klitorisnya.
“Ohh Wan, Tante hampir sampai..” tubuhnya mulai bergetar agak keras.
“Aku juga hampir sampai Tante.. ohh punya Tante eenakk..” aku mulai tidak bisa mengendalikan lagi, orgasmeku tinggal sebentar lagi.
“Dikeluarin dimana Tante?” tanyaku minta ijin.
“Udah nggak usah mikirin itu, ayoo teruss.. didalemm jugaa nggakk Papa”
“Ayoo..Tante udah diujung nihh wann..”
“Ouhh.. enakk.. cepatt Wann.. yangg cepatt” rintih tanteku.

“Goyang Tante, kita barengan ajaa.. oghh” orgasmeku sudah diujung.
Semakin kupercepat kocokanku, tanteku juga mengimbangi dengan menggoyang pantatnya. Sambil berpegangan pada belakang pantatnya, kukeluarkan air maniku.
“Aku keluarr tantee.. aughh..” sambil kubenamkan dalam-dalam.
“Tante juga Wann.. oughh akhh.. gilaa.. uenakknya..” erangnya sambil jemarinya mencengkeram bahuku.
Akhirnya kami berdua terkulai lemas. Kudiamkan dulu kontolku yang masih ada didalam vaginanya. Kulirik ada sedikit lelehan air mani yang keluar dari vaginanya. Seperti tersadar dari dosa, tanteku mendorong badanku.
“Kamu nakal Wan, berani sekali kamu berbuat ini” sungut tanteku.
“Tapi Tante juga menikmatinya kan?” belaku.
Tanpa berkata apa-apa, dia kemudian turun, meraih celana dalamnya kemudian berlalu kekamar mandi. Aku berusaha mengejarnya tapi dia sudah lebih dulu masuk kamar mandi kemudian menguncinya.

“Tante air di tandon tadi sudah habis loh” candaku dari luar kamar mandi tapi tidak ada balasan dari dalam.

Cerita Mesum | Ng3nt0t Anak Masih SMP Terbaru

$
0
0

Cerita Mesum | Ng3nt0t Anak Masih SMP Terbaru – Cerita Mesum | Ingat Sobat sebelum membaca cerita ini adalah sebuah cerita untuk hiburan saja jika menurut anda kurang hot dan bagus jangan di caci oke sbat selamat membaca. Aku mempunyai tetengga belakang rumahku yang bernama Ita dan Anggi.Ita orangnya manis,tinggi,dan bongsor mirip anak yang berumur 16 tahun.Dia masih kelas 6 SD sedangkan Anggi adik Ita yang sedang kelas 4 SD.Dia juga bongsor sama dengan Ita tetepi bedanya dia agak pendek dan juga Anggi lebih putih,cantik serta lincah juga.Ita anaknya montok dan yang membikin aku tidak tahan adalah pentilnya yang besar itu berukuran 32B.

Cerita Dewasa | Dia suka memakai celana pendek dan atasannya hanya memekai kaos tipis dalamnya memakai kaos dalam yang longgar tanpa Bh atau Bh saja sehingga pentilnya yang berwarna coklat muda kelihatan sedikit membayang bila memakai kaos dalam saja.Kalau Anggi orangnya suka memakai rok mini yang minim banget atau sebatas pertengahan paha sehingga paha mulus Anggi kelihatan dan atasannya memakai kaos tipis tanpa memakai pakaian dalam sama sekali sehingga pentilnya yang berukuran 32A kelihatan tercetak jelas.Dia juga senang menggodaku dengan memakai celana ketat sepangkal paha milik Ita tanpa celana dalam dan atasannya memakai tengtop tanpa miniset(dia suka memakai miniset) bila aku bermain kerumahnya kalau tidak ada orang tuanya sehingga semua tubuhnya terbayang jelas dibalik pakaiannya yang serba tipis membuat aku tak tahan.Dan bila dia sudah begitu aku langsung mendekatinya dan memeluk serta meraba raba pentil dan tempiknya yang membukit dibalik celana ketatnya.

Kalau Ita suka menggoda aku bila bermain kerumahnya dengan memakai rok Anggi yang mini didalamnya tanpa celana dalam dan atasanya hanya memakai kaos dalem putih/coklat tipis banget hingga pentilnya seperti dia pamerkan kepadaku.

Aku menyetubuhinya pertama kali saat aku,Ita,dan Anggi berenag dikolam renang rumah Ita.Ceritanya begini:

Saat itu hari Minggu(12 Februari 2003)aku main kerumah Ita dan Anggi yang kelihatannya lagi sepi.Saat aku tanya ke Anggi papa dan mamanya lagi kemana dia mengatakan kalau papa dan mamanya lagi keSemarang dan pulangnya lusa dan dirumah hanya ada mereka berdua dan pembantu perempuan yang berumur 22tahun bernama mbak Asih.Lalu aku mengajaknya berenang dirumahnya yang ada kolam renangnya dibelakang rumahnya.Anggi langsung senang dan mengajak Ita kakaknya.Ita langsung keluar dan saat itu dia hanya memakai kimono tidur dan kelihatanya dia tidak memakai apa apa didalamnya dia mengiyakan ajakan adiknya.Aku langsung masuk kerumahnya yang sedang sepi itu dan mencuri curi pandang kearah tempik dan paha Ita yang kelihatan saat Ita duduk didepan ruang keluarga.Saat itu aku memakai celana ¾ yang dari bahan parasut atasanya kaos junkies.Aku meminjam celana Ita agar bajuku tidak basah.

“Ita aku pinjam dong celana kamu biar bajuku tidak basah”kataku

“Sebentar yah aku ambilin”katanya dan dia meminjamiku celana yang ketat tapi bisa mengembang berwarna kuning

“Bentar yah aku ganti baju dulu”katanya dan masuk kekamar Anggi.Aku langsung mengganti bajuku dengan celana Ita didepan Tv karena Anggi dan Ita sedang berganti baju dikamar Ita.Saat itu aku sedang telanjang tanpa memakai apapun dan Anggi keluar tanpa aku sadari karena posisiku didepanya membelakanginya.Ita dari tadi memperhatikanku dari belakang.Tau tau dia sudah memegang kontolku yang sedikit ngaceng karena melihat paha dan tempik Ita.

“Eh kok menganggu angguk ini apa sih,ada rambutnya lagi?”tanyanya sambil memegang kontolku

“Eh Anggi kamu sudah ganti baju”tanyaku gugup tapi tanpa menepis tangan Anggi yang memegangi kontolku karena Anggi meremas remasnya sehingga kontolku geli geli nikmat rasanya.

“Ya sudah dong”katanya sambil tetap meremas kontolku.Dia memakai baju renang yang sangat sexy banget bawahnya celana dalam nilon tipis berwarna pink terusanya seperti tengtop tipis banget dari kaos berwarna kuning sehingga semua bentuk tubuh Anggi kelihatan sekali menambah ketegangan kontolku apalagi ditambah remasan Anggi.

“Lepasin dong kan sakit tititku”kataku pura pura tapi didalam hati aku berkata nanti aja kalau kita udah berenang.Dia melepaskan kontolku aku langsung memakai celana Ita.Kontolku membayang jelas dibalik celana nilon tipis Ita mirip ulat yang melintang keatas.Lalu aku ikutan duduk dan memeluk Anggi yang sedang duduk dikursi ruang keluarga itu.Aku memeluknya dari belakang karena Anggi duduknya membelakangiku.Tanganku langsung hinggap dipentil Anggi dan meremasnya pelan pelan.

“Ah geli,eh…tapi kok enak yah”katanya sambil memegang tanganku tanpa menariknya.

“Enakkan,tadi tititku juga keenakan kayak gini”kataku sambil berusaha memasukan tanganku kedalam pakaian renang Anggi dan menarik tali pakaian renangnya yang berbentuk tengtop itu hingga terlepas sedikit tapi sudah memperlihatkan pentil Anggi yang sebesar tutup teko itu.

“Nggi balik sini dong”kataku sambil menariknya agar menghadap ke aku.Dia langsung berbalik dan saat itu juga pentil indah milik gadis kecil terlihat jelas dihadapanku.Pentil cewek kecil dengan puting merah muda menggemaskan

“Eh diliatin terus”katanya sambil menarik kembali tali bajunya keatas dan aku hanya senyum saja.Saat itu Ita keluar.Pakaian Ita tak kalah sexynya dengan adiknya.Dia memakai tengtop dengan terusan rok sebatas lutut dari bahan nilon berwarna hitam dan kelihatanya dia tak memakai apa apa didalamnya karena pentilnya jelas tercetak dibalik tengtopnya yang tipis.

“Wah kamu cantik banget lho Ta”kataku.Pandangan Ita kebawah bagian kontolku.

“Ih lucu apaan tuh yang panjang”katanya menunjuk kontolku

Dasar anak anak kataku dalam hati.”Ini namanya titit”kataku sambil ngeluarin kontolku yang sejak tadi ngaceng.

“Ta aku nggak pakai ini aja deh,kesempitan”kataku sambil melepas celana Ita memperlihatkan kontolku yang berjembut lebat lalu mengembalikanya.Aku sengaja melepasnya karena aku ingin Anggi dan Ita melihat kontolku dan supaya kontolku bebas bergerak.

“Ya udah sini aku kembaliin”katanya sambil meraba kontolku.Seeerrrr tangan halusnya menyentuh kontolku yang mengangguk angguk ngaceng.

Lalu kami keluar dan kekolam renang dibelakang rumah dan tak lupa menutup pintu depan rumah Ita agar tak ada tamu yang datang.Aku berenang dengan mereka dengan telanjang bulat tanpa malu malu karena mereka belum mengerti apa apa.Saat aku tidak berenang dan tiduran di pinggir kolam sambil mengelus elus kontolku yang aku biarkan tegang Ita mendekatiku lalu disusul Anggi dibelakangnya.

“Eh lucu kayak burung”kata Ita sambil memegang dan meremas kuat kontolku karena gemes.Aku yang diremes jadi sedikit kesakitan

“Ukhh sakit Ta jangan diremes tapi diginiin”kataku sambil menaik turunkan kontolku.Lalu Ita memegangnya dan menaik turunkan kontolku.

“Begini”katanya

“Shhhh….ahhhh Taa mmhhh”kataku sambil memegangi pundaknya.

“Kenapa sakit ya tititnya”tanyanya menghentikan kocokanya

“Nggak kok terusshhh enak kok”kataku lalu tanganku memegang pentil Ita yang basah tercetak dipakaiannya.

“Jangan pegang basah nih”katanya sambil terus mengocokku.Aku tak peduli dan terus meremas pentilnya malah menurunkan tali tengtop yang ada di bahunya hingga pentilnya yang putih mulus dengan puting coklat muda kelihatan menggiurkan.

“Shhhh terusss”kata Ita mulai merasa keenakan pentilnya aku remas remas.

“Kak ikutan dong Anggi dari belakang lalu duduk menghadapku.

“Stop,berhenti dulu aku ajarin yang enak mau nggak?”tanyaku

“Apaan sih”kata Ita

“Iya,apaan”sahut Anggi

Wah kebetulan nih pikirku.

“Kita main ibu dan bapak”kataku

“Gimana?”tanya keduanya hampir bersamaan

“Gini,biar aku buka pakaian renang kalian lalu kita main”kataku sambil berusaha melepas pakaian Ita

“Iya deh”jawab Ita.Lalu aku melepas tengtop Ita hingga Ita telanjang dan pakaian atas Anggi lalu cawet nilon Anggi dan membuang semua itu sembarangan.

“Nah sekarang Anggi dulu”kataku mendekati Anggi dan menidurkan Anggi dikursi pantai panjang yang didekat kolam renang.

“Kamu tiduran ya terus nikmati aja”kataku sambil membelai belai pentil Anggi yang putih mulus dan putingnya yang berwarna merah muda itu.Lalu aku mencium bibir Anggi dan melumat bibirnya.Mulanya dia hanya diam tapi lama lama dia membalasnya dan lidahku masuk kedalam mulutnya.Emhhhh…manisnya ludah milik Anggi.Kami berciuman lama sambil tanganku meremasi pentil serta memelintir putingnya.Ita hanya memperhatikan kami.

“Eh seperti yang difilm yang ditonton papa sama mama”katanya.Aku terus saja melanjutkan permainanku dengan Anggi hingga ciumanku turun kedaerah pentil.Disana mulut dan lidahku mengulum dan menciumi pentil Anggi yang kiri dan tanganku yang kiri meremas pentilnya yang kanan.

“Shhh akhhh…kak Ita enak kak,Anggi sukaaa”katanya diiringi rintihan keenakan.Lalu ciumanku turun keperut dan kebawah terus hingga sampai didaerah tempiknya yang belum ada bulunya sama sekali.Tempiknya putih banget dengan bukit melintang indah kebawah serta ada sesuatu seperti mengintip sebesar kacang.Aku hirup aroma tempiknya dalam dalam…mhhh haruuuum banget melebihi semua madu.Lalu aku menciumnya dan memainkan bibirku di tempiknya yang basah terus lama lama lidahku sudah menyusuri tempiknya.

“Kakhhh Ita gawukku diapain kok enak sihhh”teriaknya

Ita hanya mnonton karena juga tidak mengerti.Lalu aku memasukkan lidahku kedalam tempik Anggi hingga masuk dan menjilati tempiknya yang sudah basah cairan kenikmatannya sampai kedaerah itilnya.

“sluuup sruupp sllluuuupp amhhh”suara lidahku memainkan tempik Anggi

“Shhhh miaahhhhh kak Itaaa Nikmat sekali kak,Anggi nggak tahan”katanya sambil tangannya meremas rambutku hingga acak acakan.Kedua tanganku bermain di pentilnya yang terbebas.Hingga tiba tiba Anggi berteriak.

“Kak,Anggi mau pipis kak…akhhhhh…serrr…sserrrr…sseerrr..seeerrrr”4 kali tempiknya mengeluarkan cairan pejuh.Aku langsung menghabiskan cairan itu hingga habis karena rasanya sangat enak,gurih,manis.Dia kelihatan lemes banget dengan nafas memburu.

“Kok enak banget,Anggi keenakan sekali”katanya

“Sekarang aku ajarin ngulumin tititku ya”katak

“Sekarang kamu gantian diatas terus masukin tititku kemulutmu dan emutin Nggi”kataku sambil membaringkan tubuhku dikursi.Lalu Anggi memegang kontolku dan meremasnya lalu menjilat helmku yang berwarna merah tegang sekali.

“Ayo Nggi emut seperti kamu ngemut es”kataku sambil mendorong kepala Anggi kebawah kontolku.Lalu Anggi mengulum kontolku tapi hanya 1/4nya saja karena kontolku besar(panjang 17 cm dan berdiameter 5 cm).Dia mengulumnya dengan kasar maklum baru pertama sampai kena giginya.Rasanya sakit sakit,geli,nikmat,enak bercampur jadi satu.Kontolku kena gigi tapi justru itu yang menambah nikmat bagiku.

“Sluurrrppp…slurrpp….nyot..nyoot”bunyi kulumannya pada kontolku.

“Shhh…yahhhh terus Anggi,kamu pintar banget”kataku

“Ita kamu sini dong deket aku biar kamu enak juga”kataku agar Ita mendekat.Setelah Ita mendekat tanganku langsung menyambar pentilnya dan meremas remasnya

“Ehhh…shhhhh tetekku sakit tau”katanya tapi tak berusaha menyingkirkan tanganku.Jadinya kontolku dikulumin cewek kecil dan tanganku meremasi pentil cewek cantik juga,sungguh pas dan nikmat sekali.Hingga aku akan segera akan keluar.

“Ssshhhhh mhhhh…croottt…crrooottt…crrooott”3 kali panjang panjang aku menembakkan air pejuhku kemulut Anggi

“kamu pipis kok nggak bilang sih”kata Anggi sambil mengelap pejuh yang meleleh keluar sampai dipipinya

“Tapi kok enak yah rasanya”katanya lagi

“Nggi kamu tiduran lagi dong biar aku ajaring yang lain”kataku.Lalu aku bangun digantikan Anggi yang ganti tiduran dikursi.

“Apa lagi sih”tanya Ita

“Enak deh liat aja”kataku brsiap siap naik kekursi lagi lalu aku menyuruh Ita kockin kontolku yang mengecil.

“Ta kocokin dong biar ngaceng lagi nih”kataku sambil memegangi kontolku.Lalu Ita memgang dan mengocoknya hingga ngaceng kembali.Setelah ngaceng aku siap siap akan memasukkan kontolku kedalam tempiknya Anggi.Aku menggenggam kontolku dan mengarahkan kelobang tempik Anggi.

“Nggi tahan dikit yah aku mau masukin kontolku”kataku sambil memegangi kontolku

“Masukin aja aku pingin rasain kaya papa sama mama main ginian”katanya sambil jarinya menyentuh helmku

“Ita kamu bantuin aku dong,tarik gawuknya Anggi biar agak lebar Ta”kataku lalu Ita menarik tempik Anggi kekiri dan kekanan dan aku lalu mendorong kontolku.

Susah banget masuknya dan baru 3 kali sodokan helmku mulai masuk…bleeeshhh…

“Kaaakhhh Ita sakit kak”teriak Anggi

“Tahan sedikit Nggi”kataku lalu mendorong kontolku hingga ½ masuk kontolku sudah menabrak selaput dara Anggi.Aku berhenti sebentar lalu menaik turunkan kontolku hingga Anggi kembali mendesah desah tanda dia merasa keenakan lagi.Lalu tiba tiba…bleessss…prett kontolku merobek selaput daranya dan masuk semua hingga amblas ketempik Anggi yang sempit.Kontolku seperti diremes remes dengan karet hingga sakit sakit tapi enak.

“Aaaaakkkhhhhh kak Ita,gawukku perih”teriak Anggi dan aku terus diatas Anggi.Saat Anggi sudah sedikit tenang aku kembali menggerakkan pantatku naik turun.Pertama Anggi meringis ringis.

“Shhhh sakiiit…udah dong gawukku sakit”rintihnya tapi aku tak peduli karena aku sudah gatel banget.Tapi lama lama rintihanya berubah jadi erangan dan desahan kenikmatan.

“Shhh…ahhhhh aakkhhhh….yaahhhh kak Ita kok enak ya kak sakit tapi nikmat”katanya tak beraturan

“Anggi gawukmu nikmat banget Nggi aku suka banget deh shhhh…aakhhhh”kataku keenakan juga sambil bergerak turun naik diatas tubuh mulus Anggi

Gerakanku makin lama makin cepat hingga akhirnya.

“Kak Ita Anggi pipis lagi kakhh…shhh..aaahhhhh….ssshhhhhh..aahhh”teriakanya membuatku makincepat menggenjot tempiknya hingga akhirnya

“Akhhh sseeerrr…sseerrr.sseeerr…seerr”kali ini lebih banyak pejuh yang keluar dari tempik Anggi lalu aku mencabut kontolku yang belum keluar dan belum puas.Lalu aku menjilati tempik Anggi.Kulihat ditempiknya ada cairan putih dan ada darah yang meleleh tanda dia sudah tidak perawan lagi.Lalu aku menjilatinya sampai semua darah dan pejuh habis bersih dan aku telan semua.Rasanya enak,asin,gurih,amis darah bercampur jadi satu.

Kontolku masih kokoh tegang dan basah mengkilap oleh pejuh dan sedikit darah Anggi.

“Nggi sekarang kamu istirahat aja deh lihat giliran kak Ita”kataku

“Iya deh,Anggi juga lemes kok dan gawukku sedikit sakit”katanya sambil membelai tempiknya yang bentuknya berubah menjadi tebal dan tembem menggelembung karena sudah kumasukin kontol.Bentuknya jadi sedikit keluar bibir tempiknya.

“Sakit ya,tapi nikmat kan?”tanyaku

“Iya sakit tapi enak kaya gimana gitu”katanya sambil tersenyum.

Aku lalu mendekati Ita yang merabai tempiknya karena kegatalan sepertinya

“Ta sekarang giliran kamu”kataku sambil menelakupkan telapakku kepentil Ita lalu meremasnya.

“Sakit nggak sih nanti”tanyanya takut sakit

“Nggak deh,malah enaaak sekali”kataku

“Tuh tititku sudah tegang ingin dimasukin kegawukmu itu”kataku sambil meremas tempiknya.Ita lalu menutupkan pahanya agar aku tidak menggodanya lagi.

“Iya tapi pelan pelan aja yah”katanya

“Iya deh nikmatin aja kamu bakalan ketagihan”kataku lalu aku mendekati Ita dan menyodorkan kontolku kearahnya.

“Ta remasin,kocok dan kulumin dong tititku biar lebih ngaceng”kataku sambil memegang tangan Ita.Ita lalu memegang dan meremas kontolku yang sudah ngaceng basah.

“Teruushhh…Ta kocokin Taaa,enaaakhhhh”kataku menikmati remasan dan kocokan Ita pada kontolku.

“Taaa emutin dong kaya Anggi tadi”kataku sambil menarik kepala Ita kearah kontolku.Ita lalu membuka mulutnya dan menjilati lubang kontolku yang kemerah merahan.Rasanya seperti digesekin kekondom(kalau aku ml sama Siska pacarku yang ada dalam cerita Senandung Masa puber aku kadang memakai kondom biar aman,kadang Siska ngocokin kontolku yang mesih berkondom….Enaaaknya si Siska).Sekarang Ita ngulumin kontolku.Hanya 1/4nya kontolku yang masuk karena panjangnya kontolku.Mhhhh….slluuuuupp…cleeep suaranya bikin aku melayang.

“Taaaa nikamatnya,kamu lebih enakan dari Anggi emutan kamu”kataku melirik Anggi yang sedang merabai tempiknya yang membengkak merah dia meringis aja.Tiba tiba ada yang akan keluar dari kontolku.

“Shhh akhh teruushhh ttaaaa”kataku lalu…croot croot crot crot pejuhku menyembur dalam mulut Ita.

Ita menelan semua pejuhku karena dia tau kalau rasanya enak.Aku lalu bangun dari kursi dan menidurkan Ita kekursi.

“Ta sekarang kamu gantian yang rasain”kataku lalu aku mencium tempiknya lalu aku jilat bibir tempiknya(tempiknya putih bersih belum ada bulunya sama sekali dan berbau sedap cairan kewanitaanya).Aku menjilat,mencium,melumat sampai cairan Ita jadi habis semua.

“Akhhh shhhh…mhhhhh…shhhh…akhhh”rintihan Ita semakin indah.Setelah beberapa saat akhirnya dia sampai juga.

“Aaahhhh…aku pipis enakhhhh sekali…ssuuuurrr…suurrr..ssuuurrrrr”Ita menyemburkan pejuh panjang panjang sampai mengenai mukaku lalu aku menjilatinya sampai bersih serta meratakan pejuhnya dimukaku.

“Ukhhh enak sekali aku sampai lemas”katanya sambil berbaring terlentang.

“Gimana enakan?,sekarang kamu rasain kaya Anggi tadi yah”kataku sambil memegangi pentilnya yang mengeras dan mencuat tegang puting coklatnya.Lalu aku menaikin tubuh Ita yang telentang siap.

“Ta tahan dikit yah kalau perih”kataku sambil memegangi kontolku kerah tempiknya Ita

“Nggi bukain dong gawuk kak Ita”kataku pada Anggi lalu Anggi menarik tempik Ita kekanan dan kekiri membukanya.Terlihat bagian dalam tempik perawan Ita basah,merah muda dan berkedut kedut.Aku mendorong kontolku berkali kali tapi susah dan baru yang kelima kalinya aku berhasil,sepertinya tempi Ita malah lebih sempit dari punya Anggi.Sleeep….kepala kontolku baru masuk tapi Ita sudah teriak kesakitan.

“Ukhhh…periiihh…sakiiit banget”katanya sambil tangannya mencengkeram pinggangku agar tidak masuk lagi.Setelah Ita agak tenang aku kembali menekan kontolku masuk lagi…sleeep..”Akhhhh”teriak Ita.Setelah ½ lebih kontolku seperti menyentuh selaput tipisnya.

“Kamu muncul lagi yah,ntar kamu aku robek”kataku dalam hati alu aku dengan tiba tiba menekan kontolku sekuat tenaga.

“Slup…Brett akhhhh sakiiit”teriak ita mencengkeram pinggangku kuat kuat.Aku diam aja sambil menikmati jepitan dinding tempik ita yang kuat seperti mau menghancurkan kontol tegangku.Setelah nafas Ita agak teratur aku kembali menaik turunkan kontolku mengobok obok tempik perawan Ita.

“Akhhh shhhh sakiiit pelan pelan dong periiih nih”teriaknya tapi aku tidak peduli.

“Aku kenthu kamu Ta biar tempikmu perih”kataku dalam hati kegemesan

“Sleep…sleep…cleep…cleeep”genjotanku naik turun makin lama makin cepat

“Akhhh…shhhh….akhhhh sakiit”teriak Ita kesakitan tapi pinggangnya malah bergerak kekanan dan kekiri.Lama lama teriakannya berubah menjadi desahan nikmat.

“Shhh..akhhhh…skhhh…akhhh enak bangethh siih kalau gini terus Ita mau dong”katanya sambil menekan pinggulku.

“Akhhh taaa gawukmu sempit nikmat banget taaa”kataku sambil menggenjot tempiknya yang lama lama menjadi lancar nggak seret lagi dan basah oleh cairan kenikmatannya.

“Sleep…sleepp..cluup…cluup”irama kanthuku membuat Anggi masturbasi dengan memasukkan dua jari mungilnya ketempiknya yang sekarang telah membesar itu

“Kak Ita,Anggi gateeel”kata Anggi sambil mengeluar masukkan jarinya secara cepat

Aku agak bosan dengan posisi itu lalu mencabut kontolku dari tempik Ita.

“Kenapa dicabut sih gatel nih”kata Ita sambil menarik kontolku agar masuk kembali

“Bentar Ta kita ganti posisi”kataku lalu menunggingkan Ita

“Nah kamu terus gini aja ntar kamu lebih enak lagi”kataku sambil mendorong kontolku ketempiknya.Ternyata kontolku masih saja kesulitan masuknya karena tempiknya memeng sempit sekali.Bleeeeeesss….kontolku masuk pelan pelan.

“Akhhhh teruushh masukin dong lagi”katanya.Aku lalu memaju mundurkan pantatku secepatnya biar Ita kesakitan(tujuanku agar aku mendapat variasi “Sleep…sleep.sleep…sleep…cplok…cplok…cplok”suara selakanganku menabrak pantat bulat Ita

“Akhhh…shhhh….akhhh terus dong enak nih”katanya.Lama lama aku sudah merasakan akan keluar sesuatu dari kontolku dan Ita sepertinya juga begitu

“Akhh aku mau pipis lagi”katanya

“Aku juga Ta kita sama sama yuuuk”ajakku lalu aku memeluknya erat erat karena biar semua pejuhku masuk dalam rahim Ita

“Crott…croot…croot..suurrr…surr..suurr”kami sama sama memuntahkan pejuh kami.Aku memeluk Ita erat sekali hingga kontolku mengecil dalam tempiknya.Rasanya enaak sekali melebihi Siska dulu pertama aku kenthu.

Kami sama sama lelah,karena udah panas udaranya kami segera masuk kerumah Ita.Ita dan Anggi hanya membawa pakaian renangnya dan tidak memakainya karena malas.Kami masuk kedalam dan saat sampai di dapur kami kepergok mbak Asih yang lagi duduk membaca majalah Aneka.

“Ehh kalian sedang renang ya”katanya sambil memandangi kontolku yang bebas terlihat olehnya

“Iya mbak(aku kalau memanggilnya mbak)kami berenang dikolam tadi”kataku

“kok pakaian renang dik Ita dan dik Anggi dilepas”katanya lagi

“Kami tadi main ayah dan ibu”kata Ita menyahut

“Ooooo kalian main ginian yah”kata Bi Asih sambil mengeluar masukkan jarinya kedalam ibu jari dan telunjuknya yang dikaitkannya.

“Iya mbak Ehhh…kami”kataku gugup

“Kenapa sih mbak nggak diajak,mbak kan mau ikutan”kata mbak Asih sambil mendekatiku dan merabai kontolku otomatis kontolku ngaceng lagi

“Tadi enak nggak dik?”tanya mbak Asih

“Enaak banget mbak”kata Anggi

“Tapi kok periih banget ya mbak?”kata Ita

“Tapi enak kan”kataku membiarkan tangan mbak Asih bermain dikontolku yang sudah ngaceng lagi

“mbak kalau mau ikutan dikamar Ita aja tapi berdua aja yah kami kecapaian”kata Ita lalu kami masuk kekamar Ita.Saat itu mbak Asih memakai rok kolor hitam atas lutut atasannya memakai kaos oblong ketat tipis menampakkan Bhnya yang berukuran 36C berwarna pink(aku tau ukurannya setelah aku kenthu dengan bi Asih,bahkan aku menyimpannya untuk kenang kenangan bila aku ingin kenthu dengannya atau bila aku ngocok sendiri).

Setelah dikamar Ita aku mengunci kamar hingga didalam kamar hanya ada aku dan mbak Asih sedang Ita dan Anggi nggak ikut karena kecapaian katanya.

“uh besarnya kontolmu Ndra mbak jadi ingin rasain”katanya sambil menggerakkannya naik turun.

“Shhhh mbak enak mbak kocokanmu”kataku sambil merabai pentil mbak Asih yang masih memakai pakaiannya.Lalu aku mengangkat kaos mbak Asih keatas dan melapasnya hingga terlihatlah Bh pink mbak Asih yang kelihatan sexy.

“Mbak Bhnya lepasin ya,Indra pingin lihat susumu ini”kataku sambil meraba susunya yang kencang montok dan menantang.Aku memang sudah lama ingin mengenthu mbak Asih tetapi aku nggak enak mengajak dan baru sekarang

“Iya Ndra susuku juga ingin kamu lumatin”katanya tetap remesin kontolku.Bhnya aku epas dan aku taruh diranjangnya Ita.Sekarang Bhnya lepas dan mbak Asih telanjang dada.

Pentilnya besar,montok dan putingnya merah mencuat keatas membuat mataku melotot tak puas memandang

“Mbak indah banget mbak”kataku lalu meremasnya kegemasan

“Mhhh akhhh terus remes Ndra susu mbak As gatel”katanya lalu aku mencium bibirnya dan mbak Asih membalas ciumanku serta melumat bibirku lalu kami bermain lidah(ludah mbak Asih rasanya manis banget nggak kalah sama Ita dan Anggi)sambil tetep remasin susunya.Setelah puas ciuman aku menurunkan ciumanku kelehernya dan menggigiti lehernya sampai memerah lalu turun sampai kepentilnya.Disana aku melumat susunya lalu lama lama aku melumat putingnya yang mencuat indah.

“Mhhh yahh Ndra teruus sayang”katanya sambil meremas belakang kepalaku

Aku melumat pentil mbak Asih kiri kanan gantian,bila aku lumat kiri tanganku meremas yang kanan tapi bila aku lumat yang kanan tanganku meremas yang kiri.

Aku lalu menarik rok kolor mbak Asih kebawah sampai lepas hingga tempik mbak Asih telihat bebas.Ternyata mbak Asih nggak pakai celana dalam pantesan tadi duduknya didapur kakinya ditutupin handuk.Tempik mbak Asih menggunduk tebal dengan jembut lebat menghiasi bukit tempiknya.

Cerita Dewasa | Aku langsung memandang keindahan hutan mbak Asih tak berkedip.Mbak Asih yang masih muda(boleh dibilang remaja)mirip cewek cina karena putihnya mbak Asih,susunya putih montok dengan puting merah mencuat sedangkan tempiknya tebal membukit dengan bulu jembut yang rimbun idah pasti semua cowok akan langsung onani bila melihatnya telanjang.

“Udah Ndra kok dipandang terus”katanya mengaitkan pahanya dan duduk ditepi ranjang.Aku hanya senyum saja lalu mendorong mbak Asih telentang lalu menjilat tempiknya yang sudah sangat basah dan berbau enak.Jilatanku naik turun terus melumat lumat hingga mbak Asih kelojotan keenakan.

“Akhh Ndraa kamu nakal sayang,teruuusshhhh”katanya sambil meremas remas bantal.Aku terus saja mengerjai tempiknya sampai mbak Asih mengangkat kepalaku dan berkata

“Udah Ndra masukin aja kontol kamu itu aku sudah ingin rasain”katanya sambil mengangkangkan paha mulusnya lalu aku menaiki tubtuhnya dan mengarahkan kontolku ketempik rimbunnya.Ternyata susah banget hingga 4 kali usaha bru masuk.Slleep kepala kontolku baru masuk.

“Akshhh pelan pelan yah Ndra”kata mbak Asih lalu aku menekan lagi pantatku masuk hingga 3/4nya kontolku seperti menekan sesuatu selaput.

Ternyata mbak Asih masih perawan.

“Mbak asih perawan ya?”tanyaku

“Iya,mbak baru main ini”katanya

“Nggak apa apa mbak aku mengambil perawan mbak?”kataku

“Nggak apa apa kok,malah mbak senang bisa ngasih kepada orang yang mbak cintai”ternyata mbak asih suka padaku.Lalu aku menekan lagi pantatku hingga Bless….preet sleput itu telah sobek.

“Akh sakit Ndra terusin aja kok mbak nggak apa apa”katanya.Aku lalu mendiamkan kontolku didalam tempik mbak asih menikmati pijatan sexynya

“Shhh mbak makasih yah enak sekali,aku kapan kapan mau lagi”kataku meremasi pentilnya yang sudah keras.

“Iya sayang”katanya membelai bibirku sambil menitikka air matanya.Ternyata mbak Asih benar benar mencintaiku.Lalu aku menaik turunkan pantatku pelan pelan makin lama makin cepat.Dari seret sampai lancr keluar masuknya

“Sleep..sleepp..cleep..cleep….akhhhh….shhh…akhhh..mbaakkk….enak…Indraa aku sayang kamu”teriakan kami sungguh indah.Kami tetap pada posisi itu hingga akhirnya mbak Asih mendorong tubuhku hingga kontolku terlepas dari tempiknya dan menyuruhku dibawah.

“Sayang kamu dibawah yah biar aku rasain diatas”katanya lalu dia menduduki kontolku yang basah mengkilat.Sleeeeepp kontolku masuk pelahan lahan.

“Aahh…”desahannya memulai gerakannya naik turun.Slee…cleep…cleep..seeepp irama kenthu kami yang indah.

Kami tak hentinya bergerak,mbak Asih naik turun sedang aku meremas remas pentilnya yang bergerak naik turun seirama gerakan pinggul sexynya hingga akhirnya…

Cerita Sex Dengan Ibu Kandung

Cerita Sex Dengan Ibu Kandung

“Mbak aku sampai…”kataku

“Ahhh aku juga sayang kita keluarin sama sama yuuukkkhhhh”teriaknya

Sleep..cleep..cleepp…akhhh…shhh..akhhh ..shhh lalu serrrr…serrrr…serrrrr kami sampai hampir bersama sama tapi aku hanya mengeluarkan pejuh sedikit banget karena sudah terkuras tadi.Mbak Asih lalu rebah diatas tubuhku kelelahan dan kontolku masih didalam tempiknya sampai mengecil lagi.

“Indra aku cinta kamu Ndra”katanya sambil menitikan air matanya diatas tubuhku

“Tapi aku sudah menjadi pacar Siska”kataku sambil menghapus air matanya

“Aku nggak peduli asal kamu juga sayang aku,kamu mau kan menyayangiku?”katanya lagi

“Iya sayang aku akan mencintai kamu walau kamu yang kedua”kataku memeluknya keharuan

“Ohh…Ndra aku sayang kamu dan aku nggak peduli walau kamu milik Siska yang penting aku memiliki kamu”kata cintanya tulus padaku

“Aku cinta kamu yang”sambil mencium bibirnya dari bawah tubuhnya aku berkata.Aku sungguh terharu sampai aku ikutan menangis(aku orangnya romantis dan sangat sentimen).Aku menurunkan tubuh indah sayangku yang kedua setelah aku kehabisan nafas keberatan.Lalu kami tertidur kelelahan dan aku memeluknya penuh kasih sayang karena aku diam diam juga menyayanginya.

Sejak saat itu aku resmi jadi pacarnya walau dia rela menjadi yang kedua setelah Siskaku.Aku juga sering menemui Ita dan Anggi sampai saat ini bila aku lagi gatel ingin kenthu atau ingin rasain air pejuhnya.Saat dia pulang sekolah sekolah dengan jalan aku membolos sekolah karena aku ingin kenthu dengannya dialam terbuka(aku suka berexperimen dengan sex).

Cerianya begini:

Saat aku tau kalau jam 11 siang Ita pulang dari SDnya aku langsung menunggunya digardu ronda dekat sekolahnya karena aku tau jalan itu satu satunya jalan bila dia pulang sekolah.saat dia sampai digardu aku langsung memanggilnya dan kebetulan dia jalan sendirian tidak sama temennya.

Dia kupanggil langsung saja kearahku karena tau aku yang memanggil.

“Ada apa sih,kamu bolos yah”katanya sambil senyum

“Iya nih kangen sama kamu yang”kataku

“Yuk jalan kesana yuk”kataku mengajaknya kearah persawahan(sekolahan Ita dekat persawahan yang luas)

“Yuk deh”katanya menggandeng tanganku mesra.

“Ita aku kangen kamu sama permainan kita”kataku memeluk pundaknya dari samping setelah mendapatkan tempat yang agak terlindung dan sepi.

“Yang bener aja deh”katanya memegang tanganku yang dipundaknya.

“Iya,sampe sampe aku bolos begini”kataku lalu tanganku yang satunya meraba kakinya hingga terus sampai kepahanya.

“Kamu nakal deh”katanya membiarka aku menyingkap rok merah seragamnya

“Kita main yuk”kataku lalu aku menciumnya dan dia membalas lumatanku pada mulutnya karena dia sudah terbiasa aku lumatin.Tanganku meremas pentilnya setelah aku menidurkannya dirumput yang tempatnya terhalang semak rimbun.Kami ciuman lama banget sampai mulutku basah oleh ludahnya.

lalu aku membuka kancing seragam putih SDnya dan melepasnya serta meletakakn disamping kami.Ita memakai kaos dalam putih dan aku segera mengangkatnya keatas hingga terlepas dan dia hanya tersenyum kepadaku tanganya mengelusi kontol tegangku yang sudah tadi dia keluarin dari celana panjangku(aku sengaja nggak pakai celana dalam karena aku sudah ada rencana) hingga tampak miniset putih yang masih menghalangi pentilnya.

“Kok kamu pakai miniset sih kmau nggak sexy dong”kataku menggodanya

“Aku malu kok teteku udah gede nih”katanya menutupi pentilnya yang terhalang miniset kecil putih.Aku lalu menaikkan minisetnya danmelepasnya dari tubuh kecilnya.

“Ta kamu pakai lagi dong kaos dalemu sama seragammu”kataku menyodorkan baju seragamnya

“Kok di pakai lagi?”katanya

“Pokoknya kamu pakai aja deh”kataku lalu dia memakai semuanya tanpa miniset putihnya.Setelah selesai aku melepaskan celana panjangku,mendekatinya dan memangkunya sehingga dia diatasku.Aku menyingkapkan rok merahnya keatas dan dia hanya diam saja meremasin kontolku yang mengacung keatas.Kusingkap roknya hingga terbuka sampai pangkal pahanya,terlihatlah celana dalam hijau ada bunga bunga kecil miliknya.

“Ta aku lepasin yah”kataku sambil menarik cawet hijaunya kebawah dan Ita hanya mengangguk.Setelah lepas tangan kananku meraba raba tempiknya yang masih gundul itu naik turun sedang tangan kiriku masuk kedalam kaos dan seragam putihnya meremas susunya yang berukuran 32B itu

“Ahhhh kamu”desahnya mulai keenakan sambil mengocok kontol itemku.Kami bermain pegang pegangan hingga kami puas lalu aku menyuruhnya tidur dan aku menindihnya terbalik(posisi 69)lalu aku menjilati,mengulum serta mengerjai tempiknya hingga basah cairan kenikmatan dan dia mengemut kontolku hingga kami sama sama mengeluarkan pejuh.Setelah keluar aku menyruhnya bangun dan berdiri menungging.

Aku lalu menyingkap rok merahnya keatas sampai pantat dan tempiknya mengintip serta mendekatkan konotlku siap aku masukkan.Sleeeeeeppp kontolku masuk dengan mudah karena Ita sudah sering aku kenthuin.

“Ta enak nggak?”kataku mendiamkan kontolku didalam tempiknya dan memegangi pinggang rampingnya

“Ahhhh Ndra kontolmu nakal sekali”katanya sambil nungging dan pegangan pada pohon kelapa.Aku lalu mulai memaju mundurkan pantatku agar kontolku keluar masuk tempik Ita.Gerakanku mulanya lambat tapi lama lama mulai cepat dan lebih cepat.

“Shhhh….akkhhhh…mhhhh akhhhh…akhhhh nikmaaat”teriak Ita

“Taa enak,nikmat taaa”teriakku tertahan.Clep..clep…sleep…sleep irama monoton kenthu kami tapi indah.

Aku mulai bosan dengan posisi nungging lalu aku mencabut kontolku dari tempiknya.

“Ta sini aku gendong”kataku lalu menaikkan tubuh Ita dan mengarahkan kontolku lagi kedalam tempiknya.Sleeepp kontolku masuk dengan mantap

Aku berdiri telanjang dan Ita diatasku lalu bergoyang naik turun semakin lama semakin cepat sampai rok dan seragamnya kusut.Aku memeluknya dan bibirku berciuman dengannya saling melumat dan menjilat.

Hingga akhirnya aku akan sampai

“Taa aku pipis Taaa”teriaku lagi

“Ndraa aku juga Akhhhh…”desahnya tertahan lalu Serrr…serrrr.serrr….croottt…croottt…crroooottt kami sampai hampir bersamaan dan saling memeluk erat erat.Aku menyandarkan tubuhnya dipohon kelapa sampai beberapa saat kontolku juga didalam tempiknya.Air pejuh kami kebanyakan sampai meleleh keluar membasahi rok seragam Ita.Sungguh nikmat kenthu sambil sembunyi ditempat terbuka seperti ini.

Aku menurunkan Ita saat nafas kami kembali teratur dan mencabut kontolku dari tempiknya

“Uhhhh..ta nikmat ya tadi”kataku membelai rambut Ita yang kusut serta merapikannya

“Iya lain kali lagi yah Ndra”katanya.Aku memekai lagi celanaku dan mengambil miniset dan celana dalam hijau Ita serta menyimpannya

“Ta buat aku yah cawet dan Bh minimu”kataku sambil mengantongi pakaian dalamnya

“Buat apa?”tanyanya lalu tertawa kegelian

“Buat kenang kenangan aja”kataku

“Terus aku gimana nih”katanya sambil menyingkap roknya keatas memperlihatkan tempiknya yang tidak pakai celana dalam

“Nggak usah pakai dulu hingga kamu sampai rumah baru kamu ganti terus tetekmu itu kan agak tertutup,nggak kelihatan kok tetekmu”kataku membela belai pentilnya yang tertutup seregam dan kaos dalam.Kami lalu pulang dan berpisah dijalan karena aku pulang jam 2 siang dan saat itu baru jam setengah satu jadi aku tadi kenthu sama Ita selama 1 ½ jam lebih.Aku dijalan sepi menciumi celana dalam Ita dan minisetnya yang berbau tubuh serta keringatnya.Baunya kecut kecut segar tapi aku bener benar suka malah bila aku sedang terangsang dan tidak ada penyaluran aku lalu menjilat serta menyedot aroma wangi pakaian itu sambil mengocok kontolku sampai puas.

Aku juga pernah menemui Anggi secara sembunyi ketika Anggi membeli sesuatu diwarung sebelah rumahku.Saat itu Anggi membeli rokok yang disuruh oleh papanya dan aku menemuinya serta menyuruhnya kembali menemuiku setelah dia mengembalikan rokok papanya.Setelah dia mengembalikan rokok papanya dia menemuiku lagi dan langsung aku ajak dia pergi kesawah deket rumahku yang tempatnya sepi.

“Kenapa ajak aku kemari sih?”tanyanya sambil tangannya menggandeng tananku

“Nggak kok,aku pingin main aja dengan kamu”kataku lalau aku memeluk pundaknya dan telapak tanganku langsung meraba susu kanannya karena posisiku ada dikirinya.Dia malah semakin memelukku erat karena dia memang suka aku remesin susu mininya

“Eh,remasin dong teteku…kan lama nggak kamu remesin”katanya centil lalu aku memasukkan tanganku kekaos dan kaos dalamnya yang longgar lalu mencari susu mini yang aku sukai.Aku meremas remas dengan lembut karena Anggi suka diremesin lembut.

Terasa sekali susu Anggi belum keras dan lembut karena belum ada rangsangan.

“Enak terusin yah”katanya lalu kami berjalan beriringan kegubuk yang agak tersembunyi.Setelah sampai aku segera mendudukan Anggi di tikar lusuh yang ada digubuk itu lalu aku membuka kancing kaosnya karena kaos Anggi memakai kancing didadanya.

“Nggi main lagi yuk,tititku gatel nih Nggi”kataku sambil menidurkannya dan menindih tubuh kecil Anggi setelah membuka kancing kaos Anggi

Cerita Dewasa | “Iya yuk aku juga sudah lama nggak main lagi sama kamu”katanya lalu tangan Anggi meraba kontolku yang mulai ngaceng sejak sampai digubuk tadi.Lalu aku melumat bibir Anggi dan dia membalasnya tak kalah ganas karena sudah sering aku lumatun bibir merahnya.Tanganku langsung meremas susunya yang mulai mengeras dan pentilnya mencuat tegang.Saat kami sedang ciuman aku menaikkan kaosnya sampai terlepas lalu kaos dalamnya sekalian hingga Anggi telanjang dada terlihat susunya mengeras dengan pentil coklat muda tegak mengacung menantang.Aku lalu melepaskan lumatanku pada bibir mungil Anggi dan mulai melumati pentil kirinya yang tegang mengacung sambil tangan kiriku meremas susu kanannya yang bebas.

“Aaahhh….ssshhhhh enaaak teruuss ya…”katanya sambil merabai kontolku yang ngaceng.Setelah agak lama aku mengerjai susunya secara bergantian lalu tanganku mulai melorotkan celana selutut ketat hitam Anggi hingga Anggi telanjang bulat karena Anggi tidak memakai celana dalam(biasanya Anggi memakai celana ketat itu sebagai ganti celana dalam).Tanganku segera menggosok gosok tempiknya yang mulai membasah pertanda Anggi sudah terangsang.Tempik Anggi sekarang kelihatan tebal dan dikanan kiri bibir tempiknya ada daging yang menyelaput tapi daging itu justru membuat enak jika disetubuhi.2 Jari tanganku aku masukkan kedalam lubang tempiknya lalu mengeluar masukkannya secara cepat seperti menyetubuhinya.

“Aahhh…shhhhh sakiiit jangan pakai jari dong”katanya sambil tangannya memegangi lenganku kesakitan.Aku tak peduli hingga tempiknya berdarah menganai jariku.Setelah sadar tempik Anggi berdarah aku menghentikan jariku dan melihat Anggi menangis sambil tiduran.

Aku segera saja naik ketubuh Anggi dan mengarahkan kontolku yang tegak mengacung acung kearah tempiknya yang merah merekah segar sekali kelihatannya.Sleeeepp..kontolku masuk perlahan lahan

“Ukhhh pelan pelan aja yah”katanya lalu aku mulai menggerakan pantatku maju mundur memompa tempiknya.

Terasa nikmat,licin,geli bercampur jadi satu menjadi sensasi setubuh anak anak yang membuat kami ketagihan.Kami bertahan pada posisi itu sampai kami sama sama melepaskan pejuh kami.

“Akhhh…Anggi samapi nih..serr…serr..serrrr…seerr”teiakan Anggi nyaring dan kurasa ada aliran hangat melumuri kontolku.Lalu aku merasa kontolku semakin mengeras dan ingin memuncratkan air surga.

“Nggiiiii….emut kontolku aku mau pipis sayang”kataku lalu mencabut kontolku dari tempiknya.Crroootttt….crrootttt….croottt lalu Anggi melumat ½ kontolku hingga pejuhku habis keluar.

“mhhh enak sekali pejuhmu”katanya sambil mengocok ngocok kontolku mencari sisa air pejuhku.

“Udah dong Nggi”kataku lalu memasukkan lagi kontolku ketempiknya dan memangku Anggi ditikar gubuk duduk berpangkuan karena kontolku belum juga melemas.

“Belum lemes ya”katanya lalu mengambil kaosnya menutupi daerah kemaluan kami yang masih menyatu.

“Kenapa ditutup,kan nggak ada orang”kataku memakaikan kaosku ketubuhnya.

“Biar nggak saru”katanya kegenitan.Kami tetap menyatukan kelamin kami hingga Anggi tertidur dalam pelukanku tapi kontolku nggak mau lemes juga akhirnya aku diam menikmati remesan remesan lembut tempik Anggi pada kontolku.

Kami juga sering main bersama,berdua atau bertiga.Kadang dirumah Ita kadang dirumahku kadang dirumah Siska pacar kesatuku.

Aku dan Siska juga sering main seks diluar ruangan karena kami juga menyukai petualangan yang seru.Kami main di sekolahan juga pernah.

Dulu Siska dan aku bolos jam pelajaran berdua lalu kami sembunyi dikamar mandi yang letaknya memang agak tersembunyi dan tertutup.Pada saat dikamar mandi aku memeluk Siska dari belakang dan memasukkan tanganku kebaju seragamnya lalu meremas remas susunya dari luar kaos dalamnya dan diluar Bh mini Siska setelah puas aku membuka 3 kancing atas baju seragam Siska lalu aku mengangkat kaos Siska dan membuka kancing Bhnya lalu talinya aku tarik kekanan dan kekiri melewati bahu dan tangannya kemudian melepasnya singkatnya susu Siska tertutup tetapi hanya seragam dan kaos dalamnya.Lalu tanyanku menurunkan semua celanaku hingga celana dalamku sekalian menampakkan kontolku yang tegang mengangguk angguk minta dimasukin.Kemudian aku menurunkan celana dalam merah Siska tanpa melepas rok Siska.

Kemudian aku mendekati Siska dari belakang dan mengarahkan kontolku dari belakang(kami sudah sama sama nafsu).Sleeeepp…blesss aku langsung memasukkan kontolku terburu buru karena sempit waktu membuat kesakitan Siska.

“Aduuh pelan pelan dong Ndra,Siska sakit nih”katanya agak merintih

“Sorry Sayang aku terlalu nafsu nih”kataku lalu tanganku menyambar susunya yang menggelantung indah dibalik seragam dan kaos dalamnya.

Lalu aku mulai memaju mundurkan pantatku sambil tanganku berpegangan pada susunya dan meremasnya.

“Shhhh…ahhhh…shhhh…Ndraaaa aku sayang kamuuuu”kata Siska setengah merintih kenikmatan

“Siskaaaa aku juga,tempikmu sempiitt…nikmat Kaaaa”teriaku mengiringi kenikmatanku pada kemaluan kami.Sleeep…bleess…cplok..cplok…cplok irama persetubuhan kami sungguh indah hingga aku ketagihan.Kami melakukan posisi nungging itu lama sekali hingga kami sama sama sampai hampir bersamaan.

“Shhh…ahhh Ndra Siska sampai nih”katanya sambil kepalanya mendongak kebelakang.

“Iya Siska sayang aku juga sampai nih,didalam yah yaaaang”kataku lalu menghunjamkan kontolku dalam dalam ditempik Siska.

Seerr…serr..serr…croot…croot…croot kami keluar hampir bersamaan lalu aku mencabut kontolku dari tempik Siska.

Kontolku terlihat basah dari air mani kami dan air kenikmatan Siska.

“Ugh…Ndra enaak banget ya”katanya sambil membenahi bajunya tetapi Siska tidak memakai kembali Bh dan celana dalamnya tetapi dia menyuruhku menyimpanya lalu aku menyimpanya disaku celanaku.

“Iya yang aku sampai ketagihan,omong omong kamu kok nggak pakai kembali celana dalammu dan Bhmu yang”kataku sambil memakai celanaku kembali.

“Nggak ah panas nih yang lagi pula aku malas lepas seragamku”katanya

Lalu kami duduk beristirahat ditepian sisi kamar mandi sambil menunggu jam pelajaran selesai sambil saling membelai kemaluan kami menikmati sisa kenikmatan yang tadi kami lalui.Setelah bel pelajaran kami masuk kekelas berdua kembali mengikuti pelajaran seperti biasa.Siska tidak banyak bergerak dari tempat duduknya karena dia tidak pakai celana dalam dan Bh dan aku segera menyimpan pakaian dalam Siska ketasku takut ketahuan.

Cerita Dewasa – Memek Sempit Pembantuku

$
0
0

Cerita Dewasa – Memek Sempit Pembantuku. Cerita panas dengan seorang pembantu ini, di mulai ketika aku mengalami kesusahan ketika menerima tamu di apartement baruku, dan melihat hal ini akhirnya aku meminta bantuan seorang cewek yang kebetulan sudah aku kenal lama untuk mencarikan pembantu. Namun yang di tugaskan mencarikan pembantu malah menawarkan dirinya untuk menjadi pembantu di apartementku tersebut dan tanpa pikir panjang aku terima saja di sebagai pembantu apartement tersebut.

Dari sinilah di mulai cerita dewasa tersebut ketika suatu siang aku hendak mengecek persiapan untuk menjamu teman-temanku di apertement aku mendengar suara aneh seperti seorang wanita yang sedang masturbasi, dan ternyata suara itu adalah Laili Mahfudhoh pembantuku anak desa tersebut, dan berikut cerita panas lengkapnya:

Kira-kira empat bulan lalu, aku pindah dari rumah kontrakanku ke rumah yang aku beli. Rumah yang baru ini hanya beda dua blok dari rumah kontrakanku. Selain rumah aku pun mampu membeli sebuah apartemen yang juga masih di lingkungan aku tinggal, dari rumahku sekarang jaraknya 3 km. Selama aku tinggal di rumah kontrakan, aku mengenal seorang pembantu rumah tangga, sebut saja Laili Mahfudhoh/leli.

Dia juga pelayan di toko milik majikannya, jadi setiap aku atau istriku belanja, Leli-lah yang melayani kami. Dia seorang gadis desa, kulit tubuhnya hitam manis namun bodinya seksi untuk ukuran seorang pembantu rumah tangga di daerah kami tinggal, jadi dia sering digoda oleh para supir dan pembantu laki-laki, tapi aku yang bisa mencicipi kehangatan tubuhnya. Inilah yang kualami dari 3 bulan lalu sampai saat ini. ( cerita panas lainnya Guru matematika seksi )

Suatu hari ketika aku mau ambil laundry di rumah majikan Leli dan kebetulan dia sendiri yang melayaniku.

“Leli, bisa tolong saya cariin pembantu…”
“Untuk di rumah Bapak…?”
“Untuk di apartemen saya, nanti saya gaji 1 juta.”
“Wah gede tuh Pak, yach nanti Leli cariin… kabarnya minggu depan ya Pak.”
“Ok deh, makasih yah ini uang untuk kamu, jasa cariin pembantu…”
“Wah.. banyak amat Pak, makasih deh..”

Kutinggal Leli setelah kuberi 500 ribu untuk mencarikan pembantu untuk apartemenku, aku sangat perlu pembantu karena banyak tamu dan client-ku yang sering datang ke apartemenku dan aku juga tidak pernah memberitahukan apartemenku pada istriku sendiri, jadi sering kewalahan melayani tamu-tamuku.

Dua hari kemudian, mobilku dicegat Leli ketika melintas di depan rumah majikannya.

“Malam Pak…”
“Gimana Leli, sudah dapat apa belum temen kamu?”
“Pak, saya aja deh.. habis gajinya lumayan untuk kirim-kirim ke kampung.”
“Loh, nanti Ibu Ina, marah kalau kamu ikut saya.”
“Nggak.. apa-apa deh Pak, nanti saya yang bilang sama Ibu.”
“Ya, sudah kalau ini keputusanmu, besok pagi kamu saya jemput di ujung jalan sini lalu kita ke apartemen.”
“Ok… Pak.”

Keesokan pagi kujemput Leli di ujung jalan dan kuantarkan ke apartemenku. Begitu sampai Leli terlihat bingung karena istriku tidak mengetahui atas keberadaan apartemenku.

“Tugas saya apa Pak…?”

“Kamu hanya jaga apartemen ini, ini kunci kamu pegang satu, saya satu dan ini uang, kamu belanja dan masak yang enak untuk lusa karena temen-temen saya mau main ke sini.”
“Baik Pak…”

Dengan perasaan agak tenang kutinggalkan Leli, aku senang karena kalau ada tamu aku tidak akan capai lagi karena sudah ada Leli yang membantuku di apartemen.

Keesokannya sepulang kantor, aku mampir ke apartemen untuk mengecek persiapan untuk acara besok, tapi aku jadi agak cemas ketika pintu apartemen kuketuk berkali-kali tidak ada jawaban dari dalam. Pikiranku khawatir atas diri Leli kalau ada apa-apa, tapi ketika kubuka pintu dan aku masuk ke dalam apartemenku terdengar suara dari kamar mandiku yang pintunya terbuka sedikit. Kuintip dari sela pintu kamar mandi dan terlihatlah dengan jelas pemandangan yang membuat diriku terangsang. Leli sedang mengguyur badannya yang hitam manis di bawah shower, satu tangannya mengusap payudaranya dengan busa sabun sedangkan satu kakinya diangkat ke closet dimana tangan satunya sedang membersihkan selangkangannya dengan sabun.

Cerita panas terbaru Liburan nikmat bersama janda montok

Pemandangan yang luar biasa indah membuat nafsu birahiku meningkat dan kuintip lagi, kali ini Leli menghadap ke arah pintu dimana tangannya sedang meremas-remas payudaranya yang ranum terbungkus kulit sawo matang dan putingnya sesekali dipijatnya, sedangkan bulu-bulu halus menutupi liang vaginanya diusap oleh tangannya yang lain, hal ini membuat dia merem-melek. Pemandangan seorang gadis kira-kira 19 tahun dengan lekuk tubuh yang montok nan seksi, payudara yang ranum dihiasi puting coklat dan liang vagina yang menonjol ditutupi bulu halus sedang dibasahi air dan sabun membuat nafsu birahi makin meningkat dan tentu saja batangku mulai mendesak dari balik celana kantorku.

Melihat nafsuku mulai berontak dengan cepat kutanggalkan seluruh pakaian kerjaku di atas sofa, dengan perlahan kubuka pintu kamar mandiku, Leli yang sudah kembali membelakangiku, perlahan kudekati Leli yang membasuh sabun di bawah shower. Secara tiba-tiba tubuhnya kupeluk dan kuciumi leher dan punggungnya. Leli yang terkaget-kaget berusaha melepaskan tanganku dari tubuhnya. “Akh.. jangan Pak.. jangan.. tolong Pak…” Karena tenaganya lemah sementara aku yang makin bernafsu, akhirnya Leli melemaskan tenaganya sendiri karena kalah tenaga dariku. Bibir tebal dan merekah sudah kulumatkan dengan bibirku, tanganku yang satu membekap tubuhnya sambil menggerayangi payudaranya, sedangkan tanganku yang satunya telah mendarat di pangkal pahanya, vaginanya pun sudah kuremas.

“Ahhh.. ahhh.. . jangan.. Pak…”
“Tenang sayang.. nanti juga enak…”

Aku yang sudah makin buas menggerayangi tubuhnya bertubi-tubi membuat Leli mengalah dan Leli pun membalas dengan memasukkan lidahnya ke mulutku sehingga lidah kami bertautan, Leli pun mulai menggelinjang di saat jariku kumasukan ke liang vaginanya. “Arghh.. arghh… enak.. Pak.. argh…” Tubuh Leli kubalik ke arahku dan kutempelkan pada dinding di bawah shower yang membasahi tubuh kami. Setelah mulut dan lehernya, dengan makin ke bawah kujilati akhirnya payudaranya kutemukan juga, langsung kuhisap kukenyot, putingnya kugigit. Payudaranya kenyal sekali seperti busa. Leli makin menggelinjang karena tanganku masih merambah liang vaginanya. “Argh.. akkkhh… akhh… terus.. Pak… enak… terus…” Aku pun mulai turun ke bawah setelah payudara, aku menjilati seluruh tubuhnya, badan, perut dan sampailah ke selangkangannya dimana aku sudah jongkok sehingga bulu halus yang menutupi vaginanya persis di hadapanku, bau harum tercium dari vaginanya.

Aku pun kagum karena Leli merawat vaginanya sebaik-baiknya. Bulu halus yang menutupi vaginanya kubersihkan dan kumulai menjilati liang vaginanya. “Ssshh.. sshh.. argh.. aghh… aw… sshhh.. trus… Pak.. sshh… aakkkhh…” Aku makin kagum pada Leli yang telah merawat vaginanya karena selain bau harum, vagina Leli yang masih perawan karena liangnya masih rapat, rasanya pun sangat menyegarkan dan manis rasa vagina Leli. Jariku mulai kucoba dengan sesekali masuk liang vagina Leli diselingi oleh lidahku. Rasa manis vagina Leli yang tiada habisnya membuatku makin menusukkan lidahku makin ke dalam sehingga menyentuh klitorisnya yang dari sana rasa manis itu berasal. Leli pun makin menggelinjang dan meronta-ronta keenakan tapi tangannya malah menekan kepalaku supaya tidak melepaskan lidahku dari vaginanya.

“Auwwwhhh… aahhh… terus.. sedappp… Pakkkh…”
“Leli… vaginamu sedap sekali… kalau begini… setiap malam aku pingin begini terus…”
“Mmm.. yah.. Pak.. terus.. Pak… oohhh…”

Leli makin menjerit keenakan dan menggelinjang karena lidahku kupelintir ke dalam vaginanya untuk menyedot klitorisnya. Setelah hampir 30 menit vagina Leli kusedot-sedot, keluarlah cairan putih kental dan manis serta menyegarkan membanjiri vagina Leli, dan dengan cepat kujilat habis cairan itu yang rasanya sangat sedap dan menyegarkan badan.

“Ooohhh… ough… arghhh… sshh.. Pak, Leli… keluar.. nihhh… aahhh… sshh…”
“Yar… cairanmu… mmmhh… sedap.. sayang… boleh.. saya masukin sekarang… batang saya ke vagina kamu? mmhh.. gimana sayang…”
“Hmmm… boleh Pak.. asal.. Ibu nggak tahu…”

Leli pun lemas tak berdaya setelah cairan yang keluar dari vaginanya banyak sekali tapi dia seakan siap untuk dimasuki vaginanya oleh batangku karena dia menyender dinding kamar mandi tapi kakinya direnggangkan. Aku pun langsung mendempetnya dan mengatur posisi batangku pada liang vaginanya. Setelah batangku tepat di liang vaginanya yang hangat, dengan jariku kubuka vaginanya dan mencoba menekan batangku untuk masuk vaginanya yang masih rapat.

“Ohhh… Leli.. vaginamu rapat sekali, hangat deh rasanya… saya jadi makin suka nih…”
“Mmmmhh… mhhh.. Pak.. perih.. Pak… sakit…”
“Sabar.. sayang.. nanti juga enak kok, sabar ya…”

CERITA DEWASA | GAIRAH LIAR REKAN BISNIS BERHIJAB

CERITA DEWASA | GAIRAH LIAR REKAN BISNIS BERHIJAB

Berulang kali kucoba menekan batangku memasuki vagina Leli yang masih perawan dan Leli pun hanya menjerit kesakitan, setelah hampir 15 kali aku tekan keluar-masuk batangku akhirnya masuk juga ke dalam vagina Leli walaupun hanya masuk setengahnya saja. Tapi rasa hangat dari dalam vagina Leli sangat mengasyikan dimana belum pernah aku merasakan vagina yang hangat melebihi kehangatan vagina Leli membuatku makin cepat saja menggoyangkan batangku maju-mundur di dalam vagina Leli.

“Leli, vaginamu hangat sekali, batangku rasanya di-steam-up sama vaginamu…”
“Iya.. Pak, tapi masih perih Pak…”
“Sabar ya sayang…”

Kukecup bibirnya untuk menahan rasa perih vagina Leli yang masih rapat alias perawan sedang dimasuki batangku yang besarnya 29 cm dan berdiameter 5 cm, wajar saja kalau Leli menjerit kesakitan. Payudaranya pun sudah menjadi bulan-bulanan mulutku, kujilat, kukenyot, kusedot dan kugigit putingnya. “Ahh.. ahhh.. aah.. aww… Pak… iya Pak.. enak deh.. rasanya ada yang nyundul ke dalam memek Leli.. aahh…” Leli yang sudah merasakan kenikmatan ikut juga menggoyangkan pinggulnya maju-mundur mengikuti iramaku. Hal ini membuatku merasa menemukan kenikmatan tiada tara dan membuat makin masuk lagi batangku ke dalam vaginanya yang sudah makin melebar.

Kutekan batangku berkali-kali hingga rasanya menembus hingga ke perutnya dimana Leli hanya bisa memejamkan mata saja menahan hujaman batangku berkali-kali. Air pancuran masih membasahi tubuh kami membuatku makin giat menekan batangku lebih ke dalam lagi. Muka Leli yang basah oleh air shower membuat tubuh hitam manis itu makin mengkilat sehingga membuat nafsuku bertambah yaitu dengan menciumi pipinya dan bibirnya yang merekah. Lidahku kumasukan dalam mulutnya dan membuat lidah kami bertautan, Leli pun membalas dengan menyedot lidahku membuat kami makin bernafsu. “Mmmhh… mmmhhh… Pak.. batangnya nikmat sekali, Leli jadi.. mmauu… tiap malam seperti ini.. aaakh… aakkhh.. Paaakkhh.. Leli keeluuaarrr.. nniihh…”

Akhirnya bobol juga pertahanan Leli setelah hampir satu jam dia menahan seranganku dimana dari dalam vaginanya mengeluarkan cairan kental yang membasahi batangku yang masih terbenam di dalam vaginanya, tapi rupanya selain cairan, ada darah segar yang menetes dari vaginanya dan membasahi pahanya dan terus mengalir terbawa air shower sampai ke lantai kamar mandi dan lemaslah tubuhnya, dengan cepat kutahan tubuhnya supaya tidak jatuh. Sementara aku yang masih segar bugar dan bersemangat tanpa melihat keadaan Leli, dimana batangku yang masih tertancap di vaginanya. Kuputar tubuhnya sehingga posisinya doggy style, tangannya kutuntun untuk meraih kran shower, sekarang kusodok dari belakang. Pantatnya yang padat dan kenyal bergoyang-goyang mengikuti irama batangku yang keluar-masuk vaginanya dari belakang.

Vagina Leli makin terasa hangat setelah mengeluarkan cairan kental dan membuat batangku terasa lebih diperas-peras dalam vaginanya. Hal itu membuatku merasakan nikmat yang sangat sehingga aku pun memejamkan mata dan melenguh. “Ohhh… ohhh.. Yar.. vaginamu sedap sekali, baru kali ini aku merasakan nikmat yang sangat luar biasa… aakkh.. aakkhh… sshhh…” Yarmi tidak memberi komentar apa-apa karena tubuhnya hanya bertahan saja menerima sodokan batangku ke vaginanya, dia hanya memegangi kran saja. Satu jam kemudian meledaklah pertahanan Leli untuk kedua kalinya dimana dia mengerang, tubuhnya pun makin merosot ke bawah dan cairan kental dengan derasnya membasahi batangku yang masih terbenam di vaginanya. “Akhhh… aakkhh… Pak… Pakkhh… nikmattthhh…”

Setelah tubuhnya mengelepar dan selang 15 menit kemudian gantian tubuhku yang mengejang dan meledaklah cairan kental dari batangku dan membasahi liang vagina Leli dan muncrat ke rahim Leli, yang disusul dengan lemasnya tubuhku ke arah Leli yang hanya berpegang pada kran sehingga kami terpeleset dan hampir jatuh di bawah shower kamar mandi. Batangku yang sudah lepas dari vagina Leli dan masih menetes cairan dari batangku, dengan sisa tenaga kugendong tubuh Leli dan kami keluar dari kamar mandi menuju kamar tidur dan langsung ambruk ke tempat tidurku secara bersamaan.

Aku terbangun sekitar jam 10.30 malam, itupun karena batangku sedang dikecup oleh Leli yang sedang membersihkan sisa-sisa cairan yang masih melekat pada batangku, Leli layak anak kecil menjilati es loli. Aku usap kepalanya dengan lembut. Setelah agak kering Leli bergeser sehingga muka kami berhadapan. Dia pun menciumi pipi dan bibirku.

“Pak.. Leli puas deh… batang Bapak nikmat sekali pada saat menyodok-nyodok memek Leli, Leli jadi kepingin tiap hari deh, apalagi di saat air hangat mengalir deras di rahim Leli… kalau Bapak gimana? Puas nggak.. sama Leli…?”

“Yar.. Bapak pun puas sekali.. Bapak senang bisa ngebongkar vagina Leli yang masih rapat.. terus terang… baru kali ini Bapak puas sekali bermain, sejak dulu sama istriku aku belum pernah puas seperti sekarang… makanya saya mau Leli siap kalau saya datang dan siap jadi istri kedua saya… gimana..?”

“Saya mah terserah Bapak aja.”
“Sekarang saya pulang dulu yach.. Leli… besok aku ke sini lagi…”
“Oke… Pak.. janji yach… vagina Leli maunya tiap hari nich disodok punya Bapak…”
“Oke.. sayang…”

Kukecup pipi dan bibir Leli, aku mandi dan setelah itu kutinggal dia di apartemenku. Sejak itu setiap sore aku pasti pulang ke tempat Leli terlebih dahulu baru ke istriku, sering juga aku beralasan pergi bisnis keluar kota pada istriku, padahal aku menikmati tubuh Leli pembantuku yang juga istri keduaku, hal ini sudah kunikmati dari tiga bulan yang lalu dan aku tidak tahu akan berakhir sampai kapan, tapi aku lebih senang kalau pulang ke pangkuan Leli.

Cerita Dewasa / Cerita Sex / Cerita ABG / Cerita Dewasa Hot / Cerita Dewasa SMA / Cerita Ngentot / Kumpulan Cerita Dewasa

Cerita Sex Ayah Tolong Puaskan Aku

$
0
0

Cerita Sex Ayah Tolong Puaskan Aku ~ Namaku Virni, saat ini usiaku 22 tahun. Aku merupakan anak pertama dari dua bersaudara, adikku laki-laki, usianya 2 tahun di bawahku. Kata orang aku orangnya cantik, kulitku putih bersih dengan bulu halus di seluruh tubuhku dan payudaraku berukuran 36B sedangkan tinggiku 165 cm. Kalau laki-laki lihat tubuhku, jakunnya naik-turun. Ini karena aku sering merawat tubuhku atas anjuran ibuku sendiri yang juga sangat cantik dan seksi. Karena kecantikankulah aku bermain nafsu seks dengan ayah dan kakekku sendiri.

Awal kejadiannya di saat ibuku sakit kira-kira satu tahun yang lalu. Ibuku harus masuk rumah sakit karena kanker rahim yang dideritanya sejak melahirkan adikku. Sudah 2 bulan, ibuku di rumah sakit, karena kami hanya bertiga maka untuk menjaga ibu kami bergantian. Ayah, aku dan adikku. Malam itu aku sehabis makan malam, bersiap mau tidur, adikku berangkat ke rumah sakit untuk menggantikan ayahku menjaga ibu. Setelah adikku berangkat karena belum terlalu mengantuk, iseng aku ke kamar adikku, kutemukan buku-buku gambar porno punya adikku dan kubawa ke kamarku, setelah iseng melihat gambarnya aku mulai terangsang.

Sekitar jam 10.00 malam, ayahku datang dari rumah sakit. Selesai makan, ayah mengunjungi kamarku.

“Vir.. kamu sudah tidur..?” kata ayahku sambil mengetuk pintu kamarku.

“Masuk.. Yah.. Vir belum tidur,” teriakku dari dalam kamar sementara aku sudah berbaring di tempat tidur.

Pintu kamar terbuka, kulihat ayahku menatapku di depan pintu dari raut mukanya seakan mau menanggis.

“Ayah.. kenapa.. Mama.. baik-baik aja khan? kataku sambil berusaha duduk di tempat tidur.

Ayahku masuk ke kamarku lalu duduk di sampingku, dia memelukku sambil meneteskan air mata.

“Ibumu makin parah saja sayang, rasanya Ibu tidak akan bertahan lama lagi kalau melihat kondisi ibumu,” tangis ayahku yang mambasahi dasterku.
Aku pun mulai terisak.

“Ayah.. kalau ada apa-apa sama Ibu, Ayah nggak perlu merasa kehilangan, Ayah harus pasrah, lagi khan ada kami berdua yang akan menemani Ayah.”
Ayah menatapku lalu diciumnya keningku dan berkata,

“Iya.. Ayah harus tegar yach.. Ayah sayang sama kamu berdua.”

Lalu ayah mencium kedua pipiku, tetapi ketika akan berpaling secara tidak sengaja bibir ayahmenyentuh bibirku. Aku tiba-tiba ada perasaan aneh pada diriku, aku merasa terangsang lebih-lebih aku terbayang buku porno adikku yang tadi aku lihat. Kubalas kecupan ayahku, kukecup bibirnya dengan dalam dan lidahku kucoba masukkan ke mulut ayahku, ayahku yang agak gelagapan dan mulai terangsang, mengikuti dengan balasan lidahnya sehingga lidah kami bertautan.

Rupanya ayahku makin terangsang, disibaknya selimut yang masih menutup tubuhku sehingga aku yang memakai daster mulai digerayangi ayahku. Lidah kami masih bertautan membuat makin bergelora nafsu seks kami. Aku biarkan saja ketika tangan ayahku mulai merayap di paha putihku yang semakin naik sehingga menyentuh celana dalamku. Jari tengahnya mulai menggaruk vaginaku yang masih tertutup celana dalam. Aku mulai mengelinjang.

Ayahku mulai menurunkan tali daster dari bahuku sehingga payudaraku yang mancung dengan puting berwarna kecoklatan kini terpampang di depan muka ayah. Aku terbiasa tidur hanya menggunakan daster dan CD saja, aku tidak pernah pakai BH. Ayahku mulai menelusuri leher jenjangku sampai ke payudara dengan mulutnya. Ketika putingku mulai digigitnya, aku semakin menggelinjang, “Ah.. ah.. sshh.. ah..” Karena aku sudah makin terangsang yang disebabkan oleh buku porno itu, aku menganggap ayahku adalah seorang lelaki yang harus memuaskan nafsu birahiku.

Tanganku mulai ikut berkerja dengan memegangi batang ayahku yang masih bersembunyi di balik celana panjang. Kugosokkan tanganku pada celananya yang membuat ayahku semakin ganas menggigit putingku dan dasterku disibaknya sehingga CD-ku dengan satu tarik telah merosot yang membuat vaginaku yang setiap hari kurawat dengan baik terpampang jelas serta mengeluarkan bau yang sangat harum menyerbak di ruang tidurku.

“Bau.. apa.. ini.. Vir? harum sekali,” tanya ayahku.

“Bau dari vagina Virni, Ayah,” kataku.

“Vir.. baunya harum sekali, Ayah suka baunya.”

“Ayah, vagina Virni boleh kok kalau mau dijilatin, dimasukkin punya Ayah juga boleh,” kataku lagi.

“Bener nih, Vir?” tanya ayahku.

“Iya,” kataku.

Dengan nafsunya dimana ayah yang sedang mengemut dan menggigit payudaraku langsung menurunkan tubuhnya sehingga sekarang vaginaku sudah tepat di depan muka ayahku. Lidahnya yang halus menyapu vaginaku. Dijilatnya vaginaku bagian luar.

Aku mulai belingsatan. Aku makin bergelinjang ketika lidah ayahku menemukan biji klitorisku. “Ah.. ah.. ssh.. argh.. argh..” kataku sambil menggelengkan kepalaku. Rupanya ayahku senang memainkan klitorisku dengan lidahnya yang hampir 15 menit lamanya. Aku pun makin memuncak nafsuku dan meminta pada ayahku,

“Ayah, bo.. boleh nggak kalau Virni nyoba.. batang kemaluan Ayah?”

“Oh.. kamu mau?” tanya ayahku.

“Iya Yah..” kataku lagi.

Sementara lidah ayah masih di klitorisku, ayah melepas semua yang melekat di tubuhnya dan langsung menindihku sehingga batang kemaluan ayahku persis di depan hidungku, posisikami seperti angka 69. Batang kemaluan ayahku panjang, besar dan hitam, kira-kira 25 cm. Aku langsung berpikir ayah harus memuaskan diriku.

Batang ayah yang besar, hitam dan panjang kucoba kumasukkan dalam mulutku, tetapi karena bibirku yang mungil batang itu hanya masuk kepalanya saja dan lidahku mulai menjilatinya. Ayahku mulai belingsatan. Hampir 15 menit aku jilat dan kuhisap batang kemaluan ayahku, ada sesuatu yang mendesak dari dalam vaginaku yang langsung keluar yaitu berupa cairan kental yang membasahi vaginaku dan muka ayahku, tetapi ayah lebih dulu menangkap cairanku ke dalam lidahnya lalu ditelan ke mulut ayah.

“Ah.. argh.. argh.. ssh.. Ayahh..” kataku sambil tubuhku ambruk, terlepaslah batang ayah dari mulutku. Ayahku berdiri dan berkata,

“Vir.. boleh vaginamu Ayah tusuk sekarang?”

“Iya.. Yah..” kataku lirih.

Ayah lalu menindihku, batang kemaluan ayahku ditempelkan tepat di depan vaginaku. Jari ayahku mengorek vaginaku yang masih rapat sehingga aku jadi menggelinjang. “Ah.. ah.. ssh..”

Setelah vaginaku agak lebar dan besar, batang kemaluan ayahku dicobanya untuk memasuki vagina milikku. Karena masih agak sempit lubangnya maka baru kepala batang kemaluan ayah yang bisa masuk, ayah lalu memberi tekanan yang membuatku merem melek. “Vir.. sakit ya,” kata ayahku. “Ah.. nggak apa-apa koq.. Yah, nanti juga nggak sakit kalau batang kemaluan ayah sudah masuk semua.”

Ayah pun kembali menekan batang kemaluannya ke vaginaku. Tapi karena batang kemaluan ayah yang memang besar sekali, pada tekanan yang ke-10 kalinya keluar-masuk, hanya bisa masuk setengahnya saja batang kemaluan ayah ke vaginaku. Aku pun menjerit,

“Aaawww..”

“Sakit yach.. Vir..” kata ayah.

“Ah.. nggak Yah, terus.. Yah.. nekennya, biar vagina Vir.. jadi lebar!” kataku.
Ayahku pun lalu menekan lagi batang kemaluannya keluar-masuk vaginaku.

Ayah agak membungkuk sehingga payudaraku kembali jadi bulan-bulanan mulut dan lidah ayahku. Aku mengusap kepala ayahku yang menetek pada payudaraku dan menghujamkan batang kemaluannya di vaginaku, seperti mengelus anak kecil. Hampir satu jam aku mengikuti permainan nafsu buas ayahku yang membuatku orgasme.

Cairan putih kental bercampur darah mendesak keluar dari vaginaku yang masih dihujam batang kemaluan ayah sehingga membasahi pahaku dan kakiku serta keringat yang mengucur deras dari pori-pori tubuhku. “Agh.. agh.. arg.. awww.. agh.. Vir.. keluar.. nih.. Yah.. agh.. ssh,” kataku dengan tubuh menggelepar seperti cacing kepanasandan lemaslah tubuhku. Sementara ayahku masih kuat berpacu dengan semakin cepat memasuk-keluarkan batang kemaluannya dari vaginaku yang sudah becek. Batang kemaluan ayah dicabut dari vaginaku.

Badanku yang loyo diputar oleh ayahku dari terlentang sekarang tengkurap, posisi pantatku diangkat sehingga vaginaku kembali menantang lalu ditempelkan batang kemaluan ayahku pada vaginaku, lalu ditekannya supaya masuk kembali.

Vaginaku yang masih becek dibersihkan oleh dasterku lalu jari ayah menusuk lagi ke vaginaku untuk melebarkan vaginaku agar memudahkan batang kemaluan ayah masuk. Kali ini batang kemaluan ayah bisa masuk ke dalam vagina semuanya sampai berasa di rahimku. Satu jam lamanya vaginaku disodok batang kemaluan ayah dari belakang yang membuatku orgasme kedua kalinya.

“Argh.. argh.. aahh.. sshh.. agh.. Ayah.. nikmat sekali.. argh..” Basahlah batang kemaluan ayah oleh cairanku, tetapi 5 menit kemudian ayah sampai juga mencapai titik orgasmenya.

“Vir.. Ayah.. juga.. mau.. keluar.. nih.. argh.. argh..” kata ayahku tersengal-sengal. “Yah.. keluarin aja di dalam rahim.. Vir..” pintaku pada ayah, dimana sebenarnya aku sudah setengah sadar karena kecapaian.

“Crot.. crot.. ser.. ser.. argh.. argh..” suara cairan ayah yang menyembur deras ke vagianku disertai suara lenguhan ayah yang langsung ambruk di atas tubuhku. Aku merasakan kehangatan yang sangat di dalam vaginaku di saat cairan batang kemaluan ayah menyembur yang membuatku pun langsung tertidur.

Jam 05.00 pagi aku terbangun dalam keadaan bugil yang sedang dipeluk ayahku yang masih tertidur. Aku lalu bangkit ketika melihat batang kemaluan ayahku yang loyo, aku mencoba menjilat sisa-sisa cairan yang rasanya agak manis asin, kujilat sampai habis dan ayahku terbangun.

“Virni.. maafin Ayah yach, Ayah nggak sadar berbuat ini kepadamu, Ayah khilaf karena 5 bulan ayah tidak menyentuh Ibumu, maafin Ayah yach,” kata ayah.

“Tidak apa-apa kok Yah.. Vir senang dapat memuaskan Ayah yang sudah 5 bulan tidak menyentuh Mama, Virni juga senang sudah merasakan kehangatan Ayah, Vir juga senang dan menikmati saat batang kemaluan Ayah yang gede itu menyemburkan isinya di dalam vagina Vir, Vir jadi mau lagi kapan-kapan,” kataku dengan perasaan senang. Ayah sebenarnya agak bingung melihat Aku yang senang, tapi setelah itu ayah tersenyum dan memelukku dan menciumku.

“Ya.. kapan-kapan lagi,” gumam ayahku.

Dan memang setelah kejadian malam yang indah itu, setiap adikku ke rumah sakit untuk jaga mama, aku dan ayah pasti melakukan perbuatan berburu nafsu lagi. Hal itu terjadi hingga 3 bulan kemudian dan terhenti disaat mama meninggal dunia, sampai hari ke-7.

Sejak kematian mamaku, kakekku, ayah dari mamaku yang tinggal di luar kota menginap di rumah kami, usia kakekku 63 tahun, dia seorang duda yang sudah 7 tahun ditinggal mati nenekku. Hari ini adalah hari ke-7 meninggalnya mama, saudara mama sedang sibuk untuk mengurus acara malam nanti, waktu itu jam 10.00 pagi, aku ada di kamarku, karena sudah 7 hari ayah tidak menyentuh nafsu birahiku, aku mencoba orgasme sendiri. Kuangkat rokku, vaginaku yang terbuka bebas karena aku tidak pakai CD sedang kumainkan dengan jariku, saking asyiknya mataku pun ikut kupejamkan, aku tidak tahu kalau kakekku sudah di dalam kamarku.

“Vir.. kamu lagi ngapain? Kakek pinjam sarung yach, adikmu lagi pergi sih, jadi Kakek kesini.”

Aku tersentak kaget, kubelalakan mataku dan buru-buru rokku kuturunkan menutupi vaginaku.

“Ah.. Kakek ngagetin Vir aja nih, kenapa nggak ketuk pintu dulu.”

“Kakek sudah ketuk pintu, tapi kamu lagi asyik, kayaknya jadi Kakek masuk aja, nggak taunya kakek melihat pemandangan yang indah,” kata kakek seakan menyangkal kataku.

“Ah Kakek bisa aja,” kataku pucat pasi.

“Vir.. boleh.. kakekmu melihatnya lagi punyamu.. sudah 8 tahun kakek tidah pernah melihatnya lagi.”

Sebenarnya aku agak malu untuk memperlihatkannya pada kakekku, tapi karena sudah 7 hari ayah tidak menyentuhku dan aku lagi onani maka kuijinkan.

“Boleh Kek!”

Kuangkat rokku dan terpampanglah dengan jelas vagina milikku di depan kakekku yang langsung berkomentar.

“Virni.. luar biasa sekali vaginamu, bagus banget bentuknya lagi mengeluarkan bau yang harum, wah.. wah.. wah, boleh Kakek memegangnya?” pinta kakekku.

“Boleh.. Kek, malah tidak hanya memegang, kalau Kakek mau coba jilat juga boleh,” kataku yang mulai naik nafsuku.

Dengan cepatnya kakek menundukkan badannya, saat itu juga vaginaku sudah tepat di depan muka kakekku, lidah kakekku langsung menjulur untuk menjilat vaginaku sementara pahaku sudah diraba dengan lembutnya oleh tangan kakek yang mulai keriput. Seperti anak muda, kakekku dengan cepat mengusap pahaku dan kedua jempol sudah ditempelkan ke vaginaku, bulu halus yang menutup vaginaku disibak dengan jempolnya dan dimasukkan ke dalam lubang vaginaku agar lebih lebar, kemudian lidah kakekku mulai menyapu bibir vaginaku yang membuatku panas dingin.

Cerita Seks ABG Kasir Swalayan Cantik

Cerita Seks ABG Kasir Swalayan Cantik

“Aaahh.. aahh.. sshh.. aargh..” aku pun mulai berceracau ketika biji klitorisku tersentuhlidah dengan lembutnya. Klitorisku sudah mulai dijilat, dihisap dan digigit oleh kakekku, yang membuatku makin menggelinjang.

“Aaawwhggh..” Pantatku kuangkat menahan rasa nikmat itu, mataku merem melek, sementara tanganku mengelus kepala kakekku yang sudah membotak, yang membuat kakekku makin rakus menjilat dan menggigit klitorisku. Kedua tangannya mulai merambah ke dalam kaos yang menutupi tubuhku. Ketika BH-ku terpegang langsung disobeknya sehingga payudaraku dan putingnya menjadi bulan-bulanan tangan kakekku. Tangannya meremas payudara sedangkan jarinya memelintirkan putingku.

Hampir 15 menit berlalu yang tiba-tiba badanku mengejang dan sampailah aku pada puncak orgasme. Kutekan kepala kakekku di selangkanganku lalu keluarlah cairan kental yang membasahi vaginaku.

“Argh.. argh.. sshh.. Kek.. Virni.. keluuarr niih.. argh.. sshh..” Tapi kakekku dengan cepat dan tangkas menangkap cairan kental yang keluar dengan derasnya dengan lidahnya yanglangsung menelannya.

“Virni.. luar biasa.. klitorismu rasanya manis, tapi cairan kentalmu lebih manis lagi.. wahh.. Kakek jadi lebih segar sekarang ini,” kata kakekku sementara aku sudah terbaring lemas.

“Vir.. boleh nggak.. kalau vaginamu dimasukkin oleh batang kemaluan Kakek?” tanya kakekku. Dengan setengah sadar kukatakan, “Boleh.. Kek..”

Kakek dengan sigap melepaskan semua yang dipakainya hingga bugil lalu baju kaosku juga ditanggalkannya. Kulirik kakekku yang sudah agak membungkuk, naik ke tempat tidur. Direnggangkannya kakiku dan diangkatnya sedikit. Kakek menindihku, dipegangnya batang kemaluannya lalu ditempelkan pada bibir vaginaku yang masih agak becek, setelah itu dengan sekali hentakan batang itu masuk ke dalam vaginaku.

“Bleess.. jeb.. jeb..” batang kemaluan kakekku langsung menusuk sampai ke dalam vaginaku yang sudah lebar sejak dimainkan ayahku tetapi batang kemaluan kakekku rasanya lebih besar dan lebih panjang dari punya ayahku.

“Heehhkk,” aku menahan nafasku karena sembulan batang kemaluan kakekku ke dalam vaginaku yang berasa sampai ke dalam dadaku.

“Kenapa Vir.. sakit.. yah?” tanya kakekku.

“Ah.. nggak Kek.. nggak apa-apa, punya kakek gede banget sih, berapa sih.. Kek panjangnya?” tanyaku dengan tersengal.

“Kamu.. pasti puas.. deh.. ini panjangnya 30 cm, nenekmu aja puas.. makanya ibumu punya enambersaudara,” kata kakekku membanggakan batang kemaluannya sendiri.

“Tapi.. Vir.. memekmu.. luar biasa uueennaak buuangeett.. punya nenekmu.. mah kalah.”Dalam hatiku membenarkan bahwa batang kemaluan kakekku lebih enak dari punya ayahku. Dan benar juga perkiraanku rupanya selain lebih enak, lebih panjang, kakekku tenaganya tenaga kuda, hampir 4 jam lamanya aku menjadi bulan-bulanan kakekku.

Setelah satu jam cara pertama, kami merubah posisi kami yaitu aku menungging, kakek menyodokkudari belakang, setelah satu jam posisi kami pun berubah lagi, kakek terlentang, aku naik di atasnya seperti naik kuda, posisi ini kami lakukan selama 2 jam.

Setiap berubah posisi, aku pasti sampai orgasme, hingga aku 3 kali orgasme, kakekku hanya 1 kali itu pun pada posisi terakhir. Tubuhku sudah lemas sekali ketika posisi kami, aku di atas, kakek terlentang di bawah dimana aku sudah 3 kali dan kakekku akhirnya sampai juga puncak orgasmenya.

“Vir.. argh.. argh.. Kakek.. nggak kuat lagi.. nigh.. Kakek mau keluar nih..” kata kakekku. Cepat-cepat kulepaskan vaginaku dari batang kemaluan kakekku yang langsung menyemburkan cairan kentalnya deras sekali, tapi batang itu sempat kutangkap dan kubimbing ke mulutku sehingga sebagian cairan kakekku sempat kutelan dan sebagian lagi membasahi mukaku oleh lendir kakekku.

Kami pun langsung ambruk ketika kulihat jam menunjukkan pukul 14.00 siang. Ketika kami terbangun waktu sudah menunjukkan pukul 04.30 sore, kakekku langsung membersihkan sisa-sisa lendir di batangnya dan meninggalkanku yang masih tergeletak di tempat tidur.

Sebelum kakek kupergi dia sempat mengatakan bahwa dia senang bisa memerawaniku dan ingin sekali bisa mengulanginya. Memang sejak saat itu, aku selalu melayani ayahku di saat adikku tidak di rumah dan melayani kakekku jika setiap akhir bulan kakekku mengunjungiku atau aku yang mengunjunginya.

TAMAT

Cerita Bokep “Ngentot Mama Di Hotel”

$
0
0

Cerita Bokep “Ngentot Mama Di Hotel” – Jumat siang, sepulang dari kuliah, saya diajak ibu kepesta perkawinan keluarga di luar kota, yang jaraknya kurang lebih 200 km atau 4 jam perjalanan mobil kalau tidak lagi macet melewati Puncak. Pesta keluarga rencananya dilangsungkan sebentar Malam jam 19.00. sampai selesai. dan diperkirakan jam 22.00 akan selesai dan langsung pulang lagi ke rumah di Jakarta. Sesampai di tempat Pesta.. para sahabat dan keluarga banyak yang mengagumi kecantikan Ibu. Malah ada yang bercanda bahwa pasangan Kami (saya dan Ibu Kandungku) adalah ibarat pasangan suami isteri yang sangat serasi. Pokoknya diantara Keluarga dan sahabat , kami lah yang menjadi fokus pandang . Lebih wow… dibandingkan mereka yang sementara duduk dipelaminan malam itu.

Memang Kecantikan ibu tidak ada duannya, melebihi kecantikan tamu2 sebayanya yang hadir malah masih lebih cantik dan seksi dibandingkan Ibu-Ibu 10 tahun lebih mudah dari Ibu, walau pun sebenarnya Ibuku sudah terbilang umur 40 tahun. Ibu selalu menjaga kesehatan dan tidak pernah melupakan senam, Kalau dirumah selalu merawat tubuhnya, agar tetap fit , cantik dan seksi.

Tepat jam 22.00 , kami pamitan untuk pulang, maklum rumah sangatlah jauh dan bila tidak ada halangan mungkin sampainya dirumah sudah tengah malam atau jam 02 Pagi….. tepatnya setengah jam kemudian pk 22.30, kami telah meninggalkan tempat pesta dan saya langsung menancap mobil untuk pulang. dalam perjalanan tiba ibu mengingatkanku.. hati2 .. jangan terlalu kencang .. sayang !!!, jalannya sangat licin”, betul kata Mama, karena hujan yang turun mulai deras, mana lagi mendekati puncak semakin berkabut. Beberapa saat kemudian, Tiba2 stir mobil kurasakan sangat berat, ” Aduh Mamai…, Ban Mobilnya Kempes…”, secara refleks Ibuku menjawwabnya ” Cepat pinggirkan mobil kehalaman hotel terdekat … ntar nggak keburu … bisa —bisa kita ngadat di jalan .. mana hujan deras lagi”… iya Mam “jawabku singkat … sambil berbelok memasuki salah satu hotel berbintang yang ada di Kaki Lereng …Puncak.

Sebelum kami keluar dari mobil, Ibuku berkata, .. ” Sayang, kalau Ban Mobilnya Kempes dan gak bisa ditolong lagi…, kita harus menginap di Hotel ini, Besok pagi aja perjalanan kita lanjutkan”, dan memang keadaan yang mengharuskan kami untuk singgah bermalam…di hotel berdua dengan mama

Kami berdua dijemput dan diantar ke Resepsionis… , dan untuk mengurangi kecurigaan ,Ibuku langsung mencatat identitas kami berdua sebagai suami isteri , Ibu mengerling kepadaku.. sambil mengeluarkan Credite Cardnya untuk digesek sebagai jaminan nginap hotel 1 Malam.

Setiba di Kamar, .. mama langsung tersenyum manis dan berkata..” Sayang… jangan macam2 yah!!!, walaupun ditempat pesta tadi malam , mereka bercanda katakan kita seperti pasangan suami isteri dan di resepsionis , mama juga mengatakan kita suami isteri , tetapi kamu tetap anak mama.. nggak boleh macam2 sama mama. yah !! .. spontan saya menjawab ” OK!! Mam.., sayang yang cantik ” . Entah dari mana datangnya keberanianku untuk merayu Ibuku, walaupun itu saya sampaikan secara bercanda … tetapi kalau dipikir, wah bisa berabe juga .. sekamar di Hotel dengan Ibu Kandung yang cantik dan seksi.. pasti dugaan orang kalau bukan Suami Isteri yang kemalaman pastilah peselingku yang kaya , dan yang jelas pastilah mereka memanfaatkan waktu yang sangat panjang untuk bersetubuh.., atau bersanggamah atau ngentot.. sepuas-puasnya, tidak ada dugaan ketiganya…

Pikir2 praduga orang, tak terasa Yuniorku menegang..makin kencang .. kayaknya setan setan berahi mulai menguasai fikiranku…membuatku hampir salah tingkah…, tiba2 Ibuku berkata ” Mama Mau Mandi dulu yah.., tolong bukakan korset mama”, wowww.. setan penggoda makin kuat, ” iya.. iya.. Mam” sahutku agak bergetar, sambil membuka korset Mama dan entah kenapa, saya mencoba melirik ke buah dadanya dari samping belakang, dalam hatiku berkata, walaupun mama tidak menggunakan korset tetapi cetakan tubuhnya sangat sempurna, Pinggang yang ramping bak pinggang anak perawan yang diikuti dengan pinggul lebar yang sangat serasi dengan tonjolan buah dada yang masih tegak menantang kedepan, ditambah lagi kulit Mama putih tak bernoda sangat halus dan harum…, Pastilah semua laki-laki ingin menikmati keindahan dan kesempurnaan alam yang ada pada Mama…tanpa kecuali termasuk saya, anak kandungnya….

Sewaktu mama di kamar mandi..terdengar sayup sayup riak air di Bak Mandi yang bersentuhan dengan tubuh montok mama yang telanjang bulat, tak terasa tanganku mulai memegan siyunior yang mulai tidak dapat dikendalikan dan tiba2 terdengar teriakan perlahan Mama ” sayang… kamu juga mandi ya !! airnya Nyaman dan hangat “ jawabku ” ntar Mam ” , ” Iya donk , masa sih mandi bareng ?” lalu senyap…, pikirku.. apa ini signyal plus dari mama???, atau hanya karena canda Mama ???, tak terasa.. genggaman pada Yuniorku makin kencang, “Sabar yah yunior.. kamu ntar saya masukan di memeknya mama ” gumanku dengan fikiran mulai kurang ajar dan kotor…

Selang beberapa saat , Mama keluar dari kamar mandi, dan tubuh mama hanya dililit ketat oleh selembar handuk sebatas setengah buah dada mama ke bawah sampai sejengkal diatas lutut, Karena suhu kamar sangat sejuk , sambil berlari kecil.. Mama menuju spring bed langsung masuk dalam selimut yang tebal, lalu mama berkata ” Gantian mandinya… mama mau tidur duluan “, dan saya langsung menjawabnya ” gak jadi mandi Mam.., pagi aja sekalian…” jawabku singkat, karena jawaban ini sudah saya persiapkan agar cepat2 bisa tidur alias lebih cepat tidur di samping Mamaku, ” Terserah kamu aja… tapi kalau bau jangan baring disamping Mama ya??”

Saya lewatkan kira-kira 10 menit setelah nafas mama seperti mulai teratur alias tidur… perlahan lahan saya naik ke pembaringan disamping kiri mama, maksud saya untuk ikut juga masuk dibalik selimut, saya tarik dan simak sedikit selimut yang satu-satunya akan kami pakai berdua, tetapi tiba2 mama mengeliat mungkin terasa hembusan dingin akibat selimut yang menutupi tubuhnya tersinkap sedikit.., tampak mama tidur dibawah selimut tanpa mengenakan sehelai kain alias telanjang bulat ,karena kami memang tidak mempersiapkan pakaian tidur , mama tidur miring membelakan disebelah kanan, perlahan saya masuk dibalik selimut disamping kiri mama yang telanjang , dan selang beberapa saat kemudian, mama membalikan tubuhnya dan wajahnya hampir menyentuh wajahku, kutatap matanya yang tertutup indah, bibir yang tipis merekah menantang, hidung kecil yang mancung.., kuberanikan dan kucoleng perlahan hidung mama, tetapi tak ada reaksi, kulanjutkan untuk menarik kebawah bibir mama yang tipis, agar tampak gigi yang putih rapi berjajar, juga tak ada reaksi dari mama, dan akhirnya dengan berdebar-debar kurapatkan mulutku dan kukecup bibir mama, mulai desak nafas mama sedikit terganggu, mungkin terhalang dengan hidungku akhirnya mama membuka sedikit mulutnya, tanpa kuberi kesempatan menutupnya , kusedot lidahnya, dan rupanya mamaku dalam tidurnya juga membalas ciumanku…, dan selanjutnya kualitas keberanianku kutambah dengan mulai memeluk dan melingkari badan mama dengan lenganku, reaksipun datang dengan makin merapatnya tubuh mama yang mungil dan telanjang ini kedadaku, paha mama mulai menyerang dan menyentuh yuniorku yang berubah menjadi Yunior yang kenyal dan berdiameter sebesar pergelangan tangan mama, pelukan mama mulai mengencang, mungkin bermaksud menarik obyek yang lebih hangat yang ada pada badanku, keadaan ini membuatku makin kesurupan, tangan kiriku mulai mengerayangi pingul mama, turun kebawah bagian bokongnya, terus turun dan berputar kedepan lebih kebawah lagi, dan akhirnya sampai kebulu pubis mama yang sangat halus, kutelusuri bibir vagina mama dan akhirnya jari telunjukku mengelitik klitorisnya…,

Mama mulai berekasi , kedua paha mama menjepit , tangan kanannya mencakar punggungku dengan kuku mama yang tajam, mungkin ini dalah refleks akibat sesutu yang memasuki vaginanya, hanya mama yang tahu, tubuh mama saya dorong agar sedikit terlentang dan mulailah saya menindis setengah tubuh mama terutama buah dada kiri mama dengan tubuhku, paha kiri mama dengan paha kiriku, dan tangan kananku mulai saya aktifkan dari belakan leher mama untuk mengerayangi buah dada kanan mama, bibir mama dan bibirku membentuk satu ruang dan kedua lidah kami saling menggelitik, nafas mama makin memburu , saya makin kesurupan dan menyerang , akibat makin kerasnya remasan tangan kananku ditetek kanan mama dan jari telunjuk kiriku yang mengelitik klitoris mama yang mulai memanas dan mengeluarkan lendir membasahi vagina mama, akhirnya mama tersentak ” Hey… kamu ngapain Mama…ini gak boleh Ar… !!, “kata Mama kaget dan marah, jawabku sambil gemetar dan bernafsu campur aduk, ” saya tidak bisa tidur mam…, apalagi seranjang dengan mama yang lagi telanjang bulat” ” ohw.. begitu yach … mama terdiam agak lama lalu membalik membelakangiku , sambungnya “tetapi Jangan kasar gitu donk !!” lalu Mama terdiam lagi…namun napasnya masih memburu dan bergetar , inilah kata-kata mama yang kurang saya mengerti , apakah perbuatan saya tadi dibenarkan tetapi nggak boleh kasar atau ??? apa yach…. Saya tidak berani lagi ngomong macam2.. dan jawabku singkat “Maaf Mama” sambil menatap punggung mama yang masih agak bergetar, entah beberapa lama kami terdiam berdua tiba2 Mama Membalik sambil berkata ..”kalau kamu pingin bercinta dengan mama harus lembut dan perlahan-lahan aja.. kan masih banyak waktu”, sambungnya lagi “Kamu Anak Nakal boleh peluk dan mencium Mama , pokoknya tubuh mama malam ini kuserahkan semuanya kepadamu kecuali yang satu ini, yaitu Yuniormu yang gede ini dilarang keras memasuki vaginanya mama”, sambil mama memegang Yuniorku dan menarik dan menyapu kepermukaan vaginannya. ” tapi justru cuma yang satu ini milik mama yang paling nikmat ” selaku protes, dan mulai berani , “siapa yang bilang anak goblok ” , Mama mulai menindih tubuhku dan menciumku, Kubalas ciuman Mama , wow… sangat nikmat dibandingkan waktu saya mencium mama dalam keadaan tertidur, tetapi kali ini dengan sadar sesadarnya, justru mama memulai meransang, sambil melemparkan selimut kelantai, jadinya kami betul – betul telanjang bulat di udara kamar yang sejuk diatas ranjang .

Kami berciuman dan berpelukan telanjang bulat dengan Mama , sangat lembut dan perlahan-lahan, rupanya mama juga sangat menikmatinya, Napas Kami mulai memburu , terkadang Mama mengeram dan menggeliat apabila kusentuh dan kupelintir halus putting teteknya .. Auhh!!, jangan disitu Ar..!!, Mama nggak tahan… sayannngggg, keluh Mama panjang…, “tetapi enak kan Mam!!” Aiii!!!…Mama makin kesurupan..dan berupaya meraup Yuniorku..yang makin kaku dan membesar Maksimal…

Sewaktu Mama menggenggam Yuniorku ,Tubuh Mama kudorong menjadi terlentang dan dan kutindih dengan badanku ..Mulut Kami makin bersatu , kupeluk erat tubuh Mama yang mungil , dan Yuniorku kuarahkan ke Vagina Mama, tetapi Mama tetap menggenggam yuniorku, hanya menggosok-gosokan kepala yuniorku ke Mulut Vaginanya yang juga mulai berlendir. Terkadang Kepalanya sudah masuk setengah tetapi Mama , mengeluarkan nya lagi… Karena saya tidak tahan lagi perlakuan Mama seperti ini…Kutarik Tangan Mama yang menggenggam yuniorku agar terlepas..rupanya usahaku ini cukup berhasil dan dengan cepat kuselipkan kedalam Vagina Mama, Terasa Vaginanya sangat licin, menggesek dan berlendir serta berdenyut menjepit…Aowww…!!! Teriak Mama, Kugocok Vagina Mama dan mama mengimbanginya dengan goyangan pinggulnya yang tak karuan… tetapi baru 2-3 kali gocokan, tiba2 Mama dengan kekuatan penuh… menaikan bokongnya tinggi-tinggi dan menggessernya jauh kesamping akhirnya yuniorku terlepas dari vaginannya ..clukppp …”Aiii!!!…kenapa dikeluarin Mam…”, “Nggak… boleh sayang..”.

Tiba tiba Mama mulai bangun kemudian membawa selangkangnya ke wajahku persis mulut vaginanya berhadapan dengan mulutku , mama mulai menunduk dan meraih Yuniorku dan memasukan ke mulutnya dan melumutnya , terkadang Yuniorku digigitnya perlahan2 sambil bergantian dengan bibir yang lembut dan hangat, yang paling mengasikan kalau kepala Yuniorku digelitik dengan lidah mama, begitu juga klitoris mama , saya gelitik dengan ujung lidahku, terkadang mama hilang kontrol , mendengus menambah gocokan dan lilitan lidahnya di kepala Yuniorku, terkadang sangkin bernafsunya juga mama , tangannya ikut pula meramas biji pelirku… dan semuanya berlangsung saling kerja sama membantu masing masing mencapai puncak birahi yang membuat lupa segala-galanya bahwa berbuatan bersanggamah dengan ibu kandung yang orang katakan sangat tabu, tetapi justru sangat mengasikkankan dan jauh lebih nikmat dengan memek manapun….di dunia ini.

Mama makin gila mengocok Yuniorku, dan akhirnya , saya tak tahan lagi…cepat donk mama… masukkin kedalam memek mama.., aowww…cret…. cret.. sabar sayang…kata mama kesurupan mempermainkan air maniku sambil menggosokkannya di-kedua buah dadanya…

Mama juga tidak tahan sayang….,Tidak berapa lama kemudian mama berganti posisi, duduk persis diatas selangkangku persis posisi Yuniorku berhadapan langsung dengan vagina mama, mama menuntunnya dengan sangat gampang memasuki liang sanggamanya dan menjepitnya…wow…wow…. suatu kenikmatan yang sangat sulit dilukiskan dengan kata2, tidak ada lagi kenikmatan yang melebihi kenikmatan sewaktu Yuniorku dijepit dan dikocok oleh vagina mama, pinggul mama naik turun menyebabkan Yuniorku masuk makin kedalam dasar vagina mama,…, saya tidak ingin kenikmatan ini berlangsung cepat, saya turun dari pembaringan, menggendong mama sampil masih melekatkan Yuniorku kedalam vagina mama, kugoyang2 tubuh mama yang mungil, mama makin kesurupan…dan juga merasakan kenikmatan yang tiada tarnya…mata mama mulai terpejam… sambil berdengus ach–ach… mama tidak tahan lagi, minta diturunkan untuk mengakhiri permainan ini…” sayang… turunkan mama..tancapkan Yuniormu sayang lebih dalam..”, kubaringkan tubuh mama, kuperberat tekanan Yuniorku masuk ke vagina mama, mama menjepit makin kencang..vagina mama makin berdenyut2… dan akhirnya pelukan kami berdua makin kencang, mama seakan akan menggantung ditubuhku lekat dan sangat erat …cret–cret… dan rintihan kenikmatan mama bercampur aduk dangan geramanku… semuanya berakhir membawa kami berdua ke langit ketujuh…

Setelah ledakan kenikmatan birahi bersanggamah dengan mama yang menghamburkan air mani kami berdua tercecer kemana-mana membuat kami berpelukan lemas dan penuh kebahagian… dan akhirnya jam didinding hotel telah menunjukan pukul 03 pagi. yang akhirnya kami berdua tertidur kelelahan dalam keadaan telanjang bulat berpelukan bagai bayi yang baru lahir…

Keesokan harinya Mama dan Yuniorku keduluan terjaga… , Mama sambil memelukku ,menjepit hidungku sehingga saya sulit bernafas dan akhirnya saya juga terbangun…, Selamat Pagi Anak Nakal…sambut Mama sambil tersenyum manis…, tidak kusiasiakan Kesempatan ini , kutarik tubuh Mama persis menindih tubuhku, Kuraih wajah Mama dan kulemut bibirnya yang tipis…, Mama pun bereaksi menyambut ..malah dalam posisi tubuhnya menindih tubuhku… berusaha memasukan Yuniorku ke Vaginanya…

Nampaknya Napsu Birahi Mama makin menjadi jadi setelah bersanggama , tidur istirahat semalam .. kusambut kebinalan Mama dan tiba –tiba Mama menghentikan gerakannya sambil berkata.. Ar, Kamu belajar dari mana kurang ajar setubuhi Mama . sebelum saya menjawab , Mama mengencangkan otot Vaginanya..membuat yuniorku makin kelelap..“Kan Mama yang ajarin…” jawabku singkat sambil membalikan tubuh Mama menjadi tertelungkup.., kuangkat pinggul Mama sedikit meninggi dan kuarahkan yuniorku ke Vagina Mama dari belakang.. Kembali terdengar geraman Mama.. “Jangan gini Ar..oww!!, tetapi goyangan Maya justru mendukung dan menyambut .. Kugocok Vagina Mama dari belakang…agar tidak terepas kedua tanganku menggenggam pinggulnya..Mama makin menggelapar.., dan kocokanku makin kencang …, tubuh Mama terangkat menyebabkan buah dadanya bergelantungan bergoyang seirama tumbukan Yuniorku ke Vaginanya, tiba-tiba mama meraih kedua tanganku dan membawa ke gundukan buah dadanya…dan Mama mengeram histeris tetapi suaranya teredam karena Wajah mama dibenamkan dikasur..Dalam beberapa saat kemudian , kami berdua mengambil posisi duduk berhadapan..tepanya Mama duduk diatas selanggkangku..dengan Vaginanya masih tetap menjepit yuniorku…, Mama menaik-turunkan bokongnya sambil mendengus dan saya menjilat leher Mama sambil meremas kedua buah dadanya…. Dan akhirnya kami mengalami orgasme dalam posisi duduk ..

Cerita Bokep | Dapat Memek dirumah Makan

Cerita Bokep | Dapat Memek dirumah Makan

Kami duduk terdiam , berpelukan , saling menatap , mama tersenyum manis… , sambil kukecup bibir mama , kubaringkan tubuh Mama perlahan-lahan… dengan tidak melepas yuniorku didalam vagina Mama dan pelukanku… “ Mama..!!, ada satu permintaan Anakmu yang Nakal ini”, “apa sayang !!” sela mama, “ Saya sayang Mama dan saya sangat mencintai Mama, …Maukah Mama menjadi isteriku selama-lamanya??” Gila Kamu Ar.. Mana Ada Anak memperisteri Ibu Kandungnya” jawab Mama sambil tersenyum “, “tetapi kamu boleh setubuhi Mama kapan kamu mau, asalkan Ayahmu tidak tau” sambungnya..

Selama hamper sejam, kami berdua masih berbaring dan bercinta dengan keadaan telanjang bulat, saya berbaring terlentang sambil membelai rambut Mama yang acak2akan, Mama berbaring tertelungkup dengan kepala bersandar didadaku, wajahnya menengadah keatas sangat dekat dengan wajahku, sehingga nafas kami berdua saling menyatu, tangan kiriku membelai tubuh Mama yang mungil, sampai kepinggang , terkadang kuelus buluh pubis Mama yang halus dan pahanya yang sangat Mulus, Mamapun tidak henti2nya mengelus yuniorku, seakan akan tidak rela apabila benda yang bulat panjang ini yang telah membuatnya menjadi setan histeris akan mengkerut. Cerita kami kami berdua dipenuhi dengan kata-kata cinta birahi dan model atau gaya bersetubuh, dan akhirnya Mama meminta ”Gendong Mama ke Kamar Mandi Sayang”

Dikamar Mandi , tubuh kami berdua saling melekat terus …, Mama tidak pernah melepaskan ciumannya, sewaktu Mandipun kami bersetubuh berdiri, suatu kenikmatan tersendir yang mama belum pernah merasakannya yaitu Badan kami lumuri sabun cair sehingga sangat licin, Mama mencapai orgasme sewaktu saya menggendong dan menyetubuhinya sambil berdiri..tawa cekikan dan teriakan kenikmatan serta kebahagian birahi mama mengaun dikamar mandi. Dibak Mandi yang sempitpun Kami Mandi berdua melanjutkan babak berikut..dan akhirnya Mama pun orgasme kedua kalinya di Bak Mandi. Didalam air yang dipenuhi busa sabun dan birahi.

Sangking Gilanya Kami berdua, Kami keluar dari kamar mandi masih dalam keadaan telanjang bulat dan berpelukan, berciuman, kemudian saya duduk disopa, mama saya dudukan diatas selangkangku…, Yuniorku yang tak kunjung mengalah tetap berkubang di Vagina Mama.. sampai akhirnya Jam 11 lewat 30 menit..kami bersiap-siap check out dari hotel.

Sewaktu kami hendak mengambil kunci Mobil diresepsionis, Kami disapa “Selamat Siang , terima kasih atas kunjungannya dan semoga Bapak dan Ibu menikmati Kebahagian di Hotel Kami”, Mama hanya tersenyum dan berjalan menggantung di Bahuku menuju ke Mobil Kami yang telah disiapkan.


Cerita Dewasa | Arisan Ibu Ibu Kaya

$
0
0

Cerita Dewasa | Arisan Ibu Ibu Kaya – Arisan ibu-ibu selalu saja memiliki gosip yang berbagai ragam. Mulai dari gosip berlian, gosip hutan piutang, bahkan gosip seks. Kali ini aku terkejut sekali, ketika seorang teman membisikkan padaku, kalau Ibu Wira itu, suka rumput muda. Justru yang dia sukai adalah laki- laki belasan tahun. Rasanya aku kurang percaya. Apa ia? Bu Wira yang sudah berusia lebih 50 tahunmasih doyan laki-laki belasan tahun?

“Woalaaah…Bu Tuty masya enggak percaya sih?” kata Bu Lina lagi. Aku sudah janda hampir 10 tahun, sejak perkimpoian suamiku dengann istri mudanya. Aku tak nuntut apa-apa, keculi Julius putra tunggalku harus bersamaku dan rumah yang kami benagun bersama, menjadi milikku. Aku sakit hati sekali sebenarnya. Justru perkimpoian suamiku, karena katanya aku tidak bisa melahirkan lagi, sejak peranakanku diangkat, ketika aku dinyatakan terkena tumor rahim. Suamiku mengakui, kalau permainan seksku masih sangat Ok. Dalam usia 37 tahun, aku masih keliahatan cantik dan seksi.

“Lihat tuh, Bu Tuty. Matanya asyik melirik anak bu Tuty terus tuh,” kata Bu Salmah tetanggaku itu. Kini aku jadi agak percaya, ketika aku melihat dengan jelas, Bu Wira mengedipkan matanya ke putra tunggalku Julius. Rasanya aku mau marah, kenapa Bu Wira mau mengincar putraku yang masih berusia hampir 15 tahun berkisar 12 hari lagi.

Sepulang dari arisan, aku sengaja mendatangi tetangga yang lain dan secara lembut menceritakan apa yang diceritakan Bu Salmah kepadaku. Tetanggaku itu tertawa cekikikan. Dari ceritanya, suami bu Wira sudah tak sanggup lagi, bahkan suaminya sudah tahu kelakuannya itu. Bu Wira memang suka burung muda, kata mereka. Bahkan putra tetanggaku titu pernah digarap oleh Bu Wira. Karean malu ribut- ribut, lagi pula anaknya yang sudah berusia 18 tahun dibiarkan saja.

“Laki-laki kan enggak apa-apa bu. Kalau anak perempuan, mungkin perawannya bisa hilang. Kalau anak laki-laki, siapa tahu perjakanya hilang,” kata tetanggaku pula. Bulu kudukku berdiri, mendengarkan celoteh tetanggaku itu. Aku kurang puas denga dua informasi itu. Aku bertandang lagi ke tetanggaku yang lain masih di kompleks perumahan …..(Dirahasiakan) Indah. Tetangku itu juga mengatakan, kalau itu soal biasa sekarang ini. Malamnya aku ngobrol-ngobrol dengan putraku Julius. Julius mengatakan, kalau Tante Wira sudah mengodanya. Bahkan sekali pernah menyalaminya dan mempermainkan jari telunjuknya di telapak tangan putraku. Pernah sekali juga, kata putraku, Tante Wira mengelus burung putraku dari balik celananya, waktu putraku bermain ke rumah Tante Wira.

Aku sangat terkejut sekali mendengar pengakuan putraku Julius menceritakan tingkah laku Bu Wira. Tapi tetanggaku mengatakan, itu sudah rahasia umum, dan kini masalah itu sudah biasa. Bahkan tetanggaku mengajakku untuk berburu burung muda bersama-sama.

Malamnya aku tak bisa tidur. AKu sangat takut, kalau putraku akan menjadi korban dari ibu-ibu di kompleks itu. Sudah sampai begitu? Semua sudah menjadi rahasia umum dan tak perlu dipermasalahkan? Lamat-lamat aku memperhatikan putraku. Trnyata dia memang ganteng seperti ayahnya. Persis fotocopy ayahnya. Walau masih 15 tahun, tubuhnya tinggi dan atletis, sebagai seorang pemain basket. Gila juga pikirku.

Rasa takutku marah-marah kepada Bu Wira, karean aku juga mungkin pernah dia lihat berselingkuh dengan teman sekantorku. Mungkin itu akan jadi senjatanya untuk menyerangku kembali, pikirku. Hingga aku harus menjaga anak laki-lakiku yang tunggal, Julius.

Ketika Julius pergi naik sepeda mootr untuk membeli sesuatu keperluan sekolahnya, aku memasuki kamarnya. Aku melihat majalah- majalah porno luar negeri terletak di atas mejanya. Ketika aku menghidupkan VCD, aku terkejut pula, melihat film porno yang terputar. Dalam hatiku, aku haru semnyelamatkan putraku yang tunggal ini.

Sepulangnya dari toko, aku mengajaknya ngobrol dari hati ke hati.

“Kamu kan sudah dewasa, nak. Mami tidak marah lho, tapi kamu harus jawab sejujurnya. Dari mana kamu dapat majalah-majalah porno dan CD porno itu,” kataku. Julius tertunduk. Lalu menjawab dengan tenang dan malu-malu kalau itu dia peroleh dari teman-temannya di sekolah.

“Mama marah?” dia bertanya. AKu menggelengkan kepalaku, karena sejak awal aku mengatakan, aku tidak akan marah, asal dijawab dengan jujur. AKu harus menjadikan putra tunggalku ini menjadi teman, agar semuanya terbuka.

“Kamu sudah pernah gituan sama perempuan?” tanyaku. “Maksud mami?” “Apa kamu sudah pernah bersetubuh dengan perempuan?” tanyaku lagi. Menurutnya secara jujur dia kepingin melakukan itu, tapi dia belum berani. Yang mengejutkan aku, katanya, minggu depan dia diajak kawan- kawannya ke lokalisasi PSK, untuk cari pengalaman kedewasaan. Aku langsung melarangnya secara lembut sebagai dua orang sahabat. Aku menceritakan bagaimana bahaya penyakit kelamin bahkan HIV-AIDS. Jika sudah terkena itu, maka kiamatlah sudah hidup dan kehidupannya.

“Teman-teman Julius, kok enggak kena HIV, MI? Padahal menurut mereka, merekaitu sudah berkali-kali melakukannya?’ kata putraku pula. Ya ampun….begitu mudahnya sekarang untuk melakukan hal sedemikian, batinku. “Pokoknya kami tidak boleh pergi. Kalau kamu pergi, Mami akan mati gantung diri,” ancamku. “Tapi Mi?” “Tapi apa?” “Julius akan kepingin juga. Katanya nikmat sekali Mi. Lalu bagaimana dong? Julius kepingin Mi. Katanya kalau belum pernah gituan, berarti belum laki-laki dewasa, Mi?” putraku merengek dan sangat terbuka. Aku merangkul putraku itu. Kuciumi keningnya dan pipinya denga penuh kasih sayang. Aku tak ingin anakku hancur karean PSK dan dipermainkan oleh ibu-ibu atau tante girang yang sering kudengar, bahkan oleh Bu Wira yang tua bangka itu.

Tanpa terasa airmataku menetes, saat aku menciumi pipi putraku. Aku memeluknya erat-erat. Aku akan gagal mendidiknya, jika anakku semata wayang ini terbawa arus teman-temannya ke PSK sana.

“Kamu benar-benar merasakannya, sayang?” bisikku. “Iya Mi,” katanya lemah. Aku merasakan desahan nafasnya di telingaku. Yah…malam ini kita akan melakukannya sayang. Asal kamu janji, tidak mengikuti teman-temanmu mencari PSK, kataku tegas. “Berarti aku sama dengan Tony dong, Mi?” “Tony? Siapa Tony?” tanyaku ingin tahu, kenapa dia menyamakan dirinya dengan Tony. Menurut cerita Julius putraku, Tony juga dilarang mamanya mengikuti teman-temannya pergi mencari PSK, walau Tony sudah sempat juga pergi tiga kali bersama teman-teman sekelasnya. Untuk itu, secara diam-diam Tony dan mamanya melakukan persetubuhan. Katanya, Tony memakai kondom, agar mamanya tidak hamil. Aku terkejut juga mendengarnya.

“Kamu tidak perlu memakai kondom, sayang. Mami yakin, kalau mami tidak akan hamil,” kataku meyakinkannya. Seusai makan malam, Julius tak sabaran meminta agar kami melakukannya. AKu melihat keinginan putra begitu mengebu-gebu. Mungkin dia sudah pengalaman melihat CD Porno dan majalah porno pikirku. AKu secepatnya ke kamar mandi mencuci paginaku dan membuka BH dan CD ku. AKu memakai daster miniku yang tipis. Di kamar mandi aku menyisiri rambutku serapi mungkin dan menyemprotkan parfum ke bagian-bagian tubuhku. Aku ingin, putraku mendapatkan yang terbaik dariku, agar dia tidak lari ke PSK atau tante girang. Putraku harus selamat. Ini satu-satunya cara, karea nampaknya dia sudah sulit dicegah, pengaruh teman-temannya yang kuat. Jiwanya sedang labil-labilnya, sebagai seorang yang mengalami puberitas. Begitu aku keluar dari kamar mandi, putraku sudah menanti di kamar. Dia kelihatan bingung melihat penampilanku malam ini. Tidak seperti biasanya.

“Kamu sudah siap sayang,” kataku. Putraku mengangguk. Kudekati dia. Kubuka satu persatu pakaiannya. Kini dai telanjang bulat. AKua melapaskan dasterku. Aku juga sudah telanjang bulat. Aku melihat putraku melotot mengamati tubuhku yang telanjang. Mungkin dia belum pernah melihat perempuan telanjang sepertiku di hadapannya. Aku duduk di tempat tidur. Kutarik tangannya agar berdiri di sela-sela kedua kakiku. Aku peluk dia. Aku kecip bibirnya dengan mesara. Pantatnya kusapu-sapu dengan lembut, juga punggungnya. Dengan cepat terasa burungnya bergerak-gerak di perutku. Kujilati lehernya. dia mendesah kenikmatan. Liodahku terus bermain di pentil teteknya. Lalu menjalar ke ketiaknya dan sisi perutnya. Aku merasakan tangan anakku mulai mem****g kepalaku. Kuperintahkan dia untuk duduk di pangkal pahaku. Kini dia duduk di pangkal pahaku, dengan kedua kakinya bertumpu ke pinggir tempat tidur. Tiba-tiba aku merebahkan diriku ke tempat tidur. dia sudah berada di atasku. Kuminta agar dia mengisap puting susuku. Mulutnya mulai beraksi. Sementara burungnya terasa semakin keras pada rambut paginaku. Dengan cepat pula, kurebahkan dirinya. Kini aku yang balik menyerangnya. Kujilati sekujur tubuhnya. Batang burungnya, telur yang menggantung di pangkal burungnya. Ku kulum burungnya dan kupermainkan lidahku pada burung itu.

“Mami…geli,” putraku mendesah. “Tapi enakkan, wayang,” tanyaku. “Enak sekali Mi,” katanya. Aku meneruskan kocokanku pada burungnya. Dia menggelinjang-gelinjang. Kuteruskan kucokanku. Kedua kakinya menjepit kepalaku dan…croot.croot.crooooooot! Spermanya keluar. Kutelan sepermanya dan kujilati batangnya agar spermanya tak tersisa. Aku senagaja memperlihatkannya kepadanya.

Kini dia menjadi lemas. Terlalu cepat dia keluar. Mungkin sebagai pemula, dia tak mampu mengontrol diri. Kuselimuti dirinya. 20 menit kemudian, setelah nafasnya normal, aku memberinya air minum segelas. Lalu aku membimbingnya ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kusabuni burungnya dan kulap pakai handuk. Kini kami sudah terbaring berdua di tempat tidur.

“Enak sayang?” tanyaku. Dia menagngguk. “Tapi Mi, kita kan belum begituan. Katanya kalau begituan, burung Julius masuk ke lubang mem*k Mami,” katanya polos. Aku menganguk. Kamu harus segar dulu. Nanti kita ulangi lagi. Nanti kamu boleh memasukkannya ke lubang Mami, kataku. “Kenapa nanti Mi? Kenapa tidak sekarang?” dia mendesak. Dia sudah begitu menginginkannya pikirku. Langsung kulumat bibirnya. Kujulurkan lidahku ke dala mulutnya. Dia langsung meresponsnya. Kini dia berganti memberikan lidahnya padaku. Aku mengemutnya dengan lembut. Tanganku terus membelai-belai tubuhnya dan burungnya kuelus- elus. Sebentar saja burung itu bangkit.

“Naiki Mami, sayang,” kataku. Dia naik ke tubuhku. “Masukkan,” pintaku. Dia mencari-cari lubangku. Kuarahkan burungnya dengan tanganku. Setelah burung itu terasa di tengah bibir paginaku, kuminta dia menekannya. Dia menakan burungnya dan langsung masuk, karean paginaku sudah basah. Aku memang sudah sangat lama merindukan ada burung memasuki paginaku. Setelah terhenti 5 tahun perselingkuhanku dengan seorang duda teman sekantorku (sejak dia pindah) aku tak pernah lagi selingkuh. Burung yang besarnya cukup itu, terasa sudah mengganjal di liang paginaku. KUkangkangkan kedua kakiku. Aku membiarkan burung itu tenggelam di dalamnya. Tak lama kemudian, aku merasakan putraku sudah mulai menarik-cucuk burungnya. Aku biarkan saja, walaupun sebenarnya aku sudah agak gatal ingin meresponsnya. Lama kelamaan, aku tak tahan juga. Aku pun meresponnya dengan hati-hati, seakan aku hanya melayaninya saja, bukan karean kebutuhanku. Sambil memompa burungnya, kuarahkan mulutnya untuk mengisap-isap pentil payudaraku. Dia melakukannya. AKu sudah melayang di buatnya. Sudah lama sekali aku tidak merasakan kenikmatan itu, sementara usia yang 37 tahun, masih membutuhkannya. Kujepit kedua kakiku ke tubuh putraku. Aku orgasme dengan cepat. Aku tidak memperlihatkan, kalau aku sudah orgasme. Perlahan-lahan aku tetap meresponsnya, sampai aku normal kembali.

Cerita Dewasa | Basah-Basahan Dengan Tanteku

Cerita Dewasa | Basah-Basahan Dengan Tanteku

“Jangan digenjot dulu, sayang. Mami Capek. Isap saja tetek mami, sayang,” pitaku. Aku tak ingin dia sudah orgasme, sementara aku masih jauh. Dia menjilati tetekku dan mengisap-isapnya. Atas permintaanku, sekali-sekali dia juga menggigit putingku. Libidoku bangkit. Aku mulai melayang. Aku mulai menggoyang tubuhnya dari bawah. Dia merespons dengan kemabli menggejotku, menarik dan mencucuk burungnya ke dalam liang paginaku. Aku mendengar, suara begitu becek pada paginaku. Aku sedikit malu, karena selama ini, aku sudah tidak merawat lagi paginaku. Tapi dia semakin semangat mengocokkan burungnya.

“Mami…aku sudah mau keluar nih…” katanya. Saat itu aku juga sudah mau muncrat. Aku percepat goyanganku, agar aku lebih dulu sampai pada puncak kenikmatan itu. Dan…dia memelukku erat sekali. Bahuku digigitnya dan sebelah tangannya mencengkeram rambutku. Ternyata kami bisa sama-sama sampai. Aku masih mampu mengatur irama permainan ini, pikirku.

Aku keringat dan putraku juga berkeringat. Perlahan dia ku baringkan ke sisiku dan aku menyelimuti tubuh kami dengan selimut tipis, sekaligus melap tubuh kami dari keringat. Setelah 15 menit aku bangkit dan meneguk segelas air putih. Segelas kuberikan kepdanya. Julius berjanji untuk merahasiakan ini kepada siapa saja, termasuk kepada teman dekatnya. Walau menurut Julius, temannya sudah berhubungan dengan beberapa wanita di lokalisasi PSK, namun behubungan dengan ibunya jauh lebih nikmat. Aku juga memberi yang terbaik buat putraku, demi keselamatan hidupnya, terhidar dari PSK dan tante girang.

Aku menyangupi, memberinya cara lain bermain seks, seperti yang dia lihat di CD porno dan majalah-majalah, seperti doggystyle dan sebagainya. Malam itu, Julius juga bersumpah, tidak akan pergi mencari PSK, walau pun teman-temannya menuduhnya laki-laki Kuper dan ketinggalan zaman, karea dia sudah mendapatkannya dariku dengan baik. Sejak saat itu, kami selalu melakukannya secara teratur, tidak serampangan. Tenatu saja di tempat tidur, di dapur, di sofa dan tempat-tempat lai di rumah kami dengan suasana yang indah. Bahkan kami pernah juga melakukannya di hotel, ketika kami wisata ke bogor. Semua orang memuji kegantengan putraku yang wajahnya imut-imut dan manja itu.

Kini putraku sudah SMA, AKu sudah persis 40 tahun. Orang bilang aku masih tetap cantik, karean aerobik. Sebeanranya, selain aerobik, aku juga melakukan hubungan seks yang sangat teratur.

Cerita Mesum Cewek Berjilbab Penjaga Counter

$
0
0

Cerita Mesum Cewek Berjilbab Penjaga Counter | Cerita Mesum – Indri adalah seorang ibu rumah tangga berwajah cantik yang berkulit putih bersih baru berusia 25 tahun. Wanita cantik ini terlihat alim dengan jilbab lebar serta jubah panjang dan kaus kaki sebagai ciri Muslimah yang taat, apabila dia keluar rumah atau bertemu laki-laki yang bukan mahromnya. Dalam kehidupan seharinya wanita berjilbab ini bekerja sebagai karyawan counter HP yang cukup ternama di Karanganyar. Karena kesibukannya mengurus rumah tangganya, maka indri memohon agar ditempatkan di tawangmangu yang notabene dekat dengan rumahnya. Dalam counter TZN ditawangmangu tersebut hanya dikelola oleh indri dan 2 orang laki-laki rekan kerjanya.

Pagi hari sekitar pukul 8.00 pagi, suasana counter TZN ditawangmangu sangat sepi, tidak seperti hari biasanya banyak yang beli pulsa atau transaksi jual beli HP. Dengan jilbab putih yang lebar warna putih, serta pakaian panjang sampai diatas lutut berwarna biru dipadu dengan celana panjang warna hitam serta kaus kaki berwarna krem membuat indri tampak sangat cantik dan alim. Kebetulan hari itu indri tidak memakai jubah yang biasa dikenakannya. Indri duduk dibelakang etalase bersama teman laki-lakinya yang bernama nanda karena kebetulan hari itu jatahnya temannya yang bernama nanang libur. Nanda sudah beristri yang juga berjilbab yangditempatkan di TZN pusat di karanganyar.
Pagi itu suasana counter TZN tawangmangu memang sangat sepi. Belum ada satupun pelanggan yang beli pulsa atau sekedar melihat-lihat HP baru.

Sebentar kemudian Nampak mendung tebal bergayut diatas kota kecamatan yang terletak dilereng lawu tersebut. Jarum jam menunjukkan jam 8.30 pagi, tiba-tiba saja terlihat kilat disertai Guntur kemudian disusul hujan yang lebat. Air hujan bagai tercurah dari langit diatas bumi tawangmangu. Suasana tersebut menambah sepi suasana counter tersebut, karena jam segitu adalah jam kerja dan jam sekolah. Sementara orang yang tidak beraktifitasmenjadi malas keluar karena hujan deras.

Tak sengaja Indri menoleh kesamping, Ups..hati Indri tergetar ketika menyadari nanda ternyata juga sedang memperhatikanya.Laki-laki tersebut terlihat gugup ketika mata Indri memergokinya. Segera aja dia membuang muka, di mata Indri nanda terlihat cukup baik dan santun, usianya mungkin sekitar 29 tahunan. Indri hanya tersenyum melihat kegugupannya.

“Malah hujan mas?’ Indri mengawali pembicaraan.
Nanda menoleh dan tersenyum,lantas mengangguk. Entah mengapa kemudian Indri menjadi sangat akrab dengan teman kerjanya tersebut,padahal Indri bukan seorang wanita yang mudah akrab dengan laki-laki lain.

Dalam perbincangan itu,entah mengapa diam-diam Indri membandingkan Nanda dengan suaminya. Indri melihat tubuhnya lebih tinggi dibanding dengan suaminya, nanda lebih atletis dan tegap. Dengan dada berdesir,Indri akhirnya menyadari kalau wajah Nanda mirip sekali dengan suaminya. Wanita berusia 25 tahun ini bagaikan lupa keadaan dirinya ketika berbincang kian akrab dengan Nanda. Ketika berulangkali laki – laki ini memuji kecantikan wajahnya, Indri menjadi salah tingkah. Ibu rumah tangga yang aktif ikut pengajian salah satu ormas besar disolo ini merasa tersanjung dengan pujian laki-laki tersebut.
“Ah mas Nanda..”desis Indri dengan wajah terasa panas mendengar pujian itu walaupun dalam hati Indri merasa senang.
“Bener kok mbak..mbak begitu cantik, manis apalagi pakai jilbab seperti ini,jadi kian anggun beruntung deh yang jadi suami Mbak..”kata Nanda seraya lekat memandang wajah wanita berjilbab lebar ini.

“Aihh..mas Nanda..udah..udah”seru Indri gemas,dan tanpa sadar jemari wanita berjilbab ini mencubit lengannya yang membuat Nanda meringis.
Namun sesaat Indri kemudian tersadar,kalau dia adalah seorang wanita bersuami, apalagi dia adalah seorang wanita muslimah yang mengenakan jilbab. Wajah Indri terasa memanas ketika wanita berjilbab ini melihat Nanda tersenyum-senyum setelah dicubit.
“Jari mbak Indri…halus..lentik..”desisnya sambil tersenyum, namun ibu muda satu anak ini tak lagi menanggapinya. Indri mulai merasa dia mendapat pengaruh aneh dari laki – laki di sampingya itu, sehingga dia begitu mudahnya akrab dengannya, atau mungkin kemiripan wajah Nanda dengan suaminya yang membuat Indri bagaikan hanyut.

Pukul 9.30 pagi menjelang siang, suasana counter HP TZN dan sekitarnya semakin sepi. Hujan begitu deras di luar counter menimbulkan suara deru yang cukup keras. Wanita berjilbab ini melihat jalan raya tawangmangu yang menjadi sepi kecuali mobil yang berseliweran. Indri melirik ke sebelah, Indri kembali terhanyut wajah rekan kerjanya yang mirip sekali dengan suaminya. Baru sejenak pikiran Indri menerawang, mendadak wanita berjilbab ini dikejutkan oleh elusan yang merayap di pahanya. Indri bagai tersengat arus listrik karena terkejutnya, namun sedetik kemudian Wanita berjilbab lebar ini membeku bagaikan menjadi patung es, ketika menyadari tangan yang merayap dipahanya adalah tangan laki – laki di sampingnya. Tubuh wanita muda ini menjadi kejang ketika tangan kanan Nanda mengelus perlahan pahanya yang masih tertutup baju dan celana panjang warna hitam yang dikenakannya. Entah kenapa, Indri hanya mampu menggigit bibir ketika tangan Nanda mulai nakal melepas kancing baju yang dikenakannya pada bagian dada, ,sehingga beberapa kancing baju yang dikenakan ibu muda berjilbab inipun terlepas bagian dadanya.

Badan Indri kian menggigil,ketika tangan Nanda mulai menyusup di balik baju yang kenakannya. Perlahan wanita berjilbab ini merasakan tangan laki – laki itu mengelus dan meremas buah dadanya beberapa kali. Lantas wanita berjilbab lebar ini merasakan tangan laki – laki ini baju bagian bawahnya kemudian bergerak mengelus bagian bawah perutnya. Sesaat kemudian kedua tangan nanda membuka pengait celana panjang yang dikenakan oleh indri dan membuka restling celananya sekaligus kemudian mulai mengelus elus bagian selangkangannya yang masih terbungkus celana dalam warna putih.

Ingin rasanya Indri menepis tangan laki-laki kurang ajar yang tengah menggerayangi daerah terlarang miliknya itu,namun entah mengapa semuanya terasa beku, tubuhnya hanya mampu menggigil menahan birahi ketika tangan Nanda mengelus-elus selangkangannya yang masih terbungkus celana dalam hingga ke duburnya..beberapa kali Indri merasakan kemaluannya yang masih terbungkus celana dalam itu dielus- elus tangan Nanda dan diremas-remasnya lembut.Tanpa sadar Indri justru membuka kedua pahanya kian lebar sehingga tangan Nanda kian leluasa menggerayangi kemaluannya beberapa saat.

Indri mulai mendesah perlahan, ketika tangan Nanda terasa menyusup ke balik celana dalam yang dikenakannya lantas menarik-narik rambut kemaluannya yang tumbuh lebat tak tercukur. Jemari tangan Nanda menyusuri gundukan bukit kemaluan wanita berjilbab ini kian ke bawah hingga sampai celah lubang kemaluannya. Wanita berjilbab lebar ini nyaris histeris menahan nikmat ketika bibir lubang kemaluannya itu diusap pelan oleh jemari tangan Nanda. Rasa birahi ternyata telah membutakan kenyataan bahwa tangan laki-laki yang tengah menyentuh kemaluannya bukanlah suaminya.

Indri mulai menggelinjang saat jemari tangan Nanda mengelus-elus perlahan bibir kemaluannya beberapa
saat lantas wanita berjilbab ini merasakan bibir kemaluannya itu dibuka dan jemari tangan Nanda pun segera melesak ke dalam lubang kemaluan yang telah mengeluarkan satu orang anak tersebut. Tubuh Indri gemetaran dan mulutnya mendesah saat kemudian kelentit dalam kemaluannya disentuh oleh jemari tangan Nanda lantas dipilinnya lembut membuat wanita berjilbab lebar ini nyaris terlonjak dari tempat duduknya.
“Ohh..aahhhh…mmhhh…enghhh..sshhh”‘desah Indri lirih dengan tubuh menggelinjang, menahan nikmat di daerah selangkangannya.

Indri tak lagi menghiraukan keadaan counter yang pintunya terbuka lebar apabila tiba-tiba ada pelanggan yang masuk. Yang dirasakan wanita berjilbab lebar ini adalah kenikmatan yang menjalar ke
sekujur tubuhnya, oleh jemari tangan Nanda di lubang kemaluannya.
“Ahh..sshh…mas Nandaa..jangaaan”rintih Indri lirih namun terasa nikmat luar biasa.
Tubuhnya menggelinjang di kursi counter yang kecil tersebut. Untunglah hujan begitu deras, sehingga desahan dan rintihan wanita berjilbab ini tertelan gemuruh oleh hujan di luar.
Sembari menggeliat menahan kenikmatan yang dirasakannnya, mata Indri
melirik ke wajah Nanda. Namun betapa terkejutnya indri ketika melihat ternyata laki – laki ini sedang tersenyum-senyum memandangnya penuh birahi dengan nafas yang memburu.

“Mas Nanda!!”pekik Indri lirih karena kaget.
”jangaan..ohhh..mas nanda..jangaan” Namun Nanda tak menghiraukan pekikan wanita berjilbab lebar ini. Wanita ini merasakan jari-jari tangan Nanda kian dalam memasuki lubang kemaluannya. Indri menjadi semakin kian gila,ketika dirasakannya jari-jari tangan Nanda menyentuh dinding lubang kemaluannya itu. Rasa nikmat yang luar biasa terasa di sekujur tubuh Wanita berjilbab lebar ini yang membuatnya kian tersengal. Indri merasakan bagian terlarangnya kian berdenyut- denyut seiring gerakan pinggulnya yang menggeliat penuh nikmat.

“ohh ..jangaaaan… jangaan..mas…”desah Indri lirih.
Wanita berjilbab lebar ini masih menyadari bahwa dia berada di counter yang pintunya terbuka lebar sehingga Indri khawatir jika tiba-tiba ada pelanggan yang masuk meskipun diluar hujan justru bertambah deras. Namun derasnya hujan dan posisi tempat duduk mereka yang tertutup oleh etalase HP , membuat kekurang ajaran Nanda ini leluasa dinikmatinya. Wanita berjilbab lebar ini hanya pasrah dalam kenikmatan, ketika bagian terlarangnya itu diobok-obok Nanda dengan tangannya. Mata wanita berjilbab ini merem melek menahan kenikmatan yang luar biasa pada kemaluannya itu. Hanya desahan lirih penuh nikmat dan gelinjangan tubuh yang kian liar di atas kursi kecil dalam counter tersebut, Indri hampir mencapai puncak kenikmatannya , ketika mendadak sebuah sepeda motor yang parkir didepan counterTZN. Kemudian Nampak seorang pemuda melepas jas hujan kemudian masuk kedalam counter nya.

“monggo mas…” ujar indri dalam bahasa jawa ketika pemuda tersebut masuk kedalam counter.
Sementara nanda bergeser ke belakang lemari kasir yang tertutup kaca tinggi, membersihkan jari tangannya yang penuh lendir kewanitaan indri setelah hampir 30 menit lebih mengobok obok kemaluan wanita berjilbab lebar tersebut.

“Pulsa mbak, XL 5000” Jawab pemuda tersebut sambil memandang aneh wajah indri karena masih membayang diraut wajah wanita berjilbab lebar ini seperti habis menahan perasaan sesuatu.
“oh ya ini silahkan ditulis nomornya mas” Balas indri sambil meraih HP server pengisi pulsa.
Beberapa saat kemudian pemuda tersebut minta diri setelah membayar pulsa yang dibelinya , sementara hujan diluar masih tercurah dari langit justru semakin deras. Bahkan beberapa saat kemudian jalan raya tawangmangu tersebut tergenang oleh banjir akibat curah hujan yang cukup deras. Indri berniat untuk duduk dikursi semula ketika tiba-tiba kedua tangan nanda melingkar dipinggang wanita berjilbab lebar ini.
“Udah mas… malu nanti jika ada pembeli masuk secara tiba-tiba” Ujar indri sembari tangannya mencoba melepas tangan nanda yang melingkari pinggangnya.
“Gak usah khawatir mbak, hujannya tambah deras kok. Orang males akan keluar, mending kita menikmati hari ini dengan puas mumpung ada kesempatan mbak” Balas nanda sambil menarik tubuh indri agak ke belakang etalase.
“mas … jangaan” desah indri ketika nanda mengajaknya duduk dilantai bawah yang beralaskan karpet warna hijau.

Indri pun akhirnya menyerah ketika nanda membantunya duduk dengan kedua kaki diselonjorkan dengan posisi mengangkang sedikit ditekuk pada lututnya sementara kepala dan tubuh indri bersandar pada etalase yang agak tinggi.. Nanda kemudian menarik celana panjang yang dikenakan indri hingga terlepas, sehingga kelihatan kemaluan yang masih tertutup celana dalam serta paha mulus dan kaki wanita berjilbab lebar ini.
“Aih .. masss..jangann ..!!”jerit Indri spontan ketika celana panjangnya dilepas oleh nanda. Badan Indri menggigil melihat rekan kerjanya tersebut mulai mengelus-elus kemaluannya yang terbungkus celana dalam.
“mas.. bagaimana nanti jika ada yang datang..malu…” Desah wanita berjilbab lebar ini ketika menyaksikan tangan nanda melepas celana dalamnya. Beberapa saat kemudian nanda tersenyum lebar menyaksikan kemaluan rekan kerja wanitanya yang berjilbab tersebut terpampang bebas memamerkan bulu-bulu kemaluannya yang lebat.

Nanda kemudian menggeser duduknya bersandar lemari kasir yang besar dan tinggi, kemudian menarik tubuh indri yang sudah telanjang bagian bawahnya. Diletakkannya tubuh indri disela kedua kakinya yang terjulur terbuka, sehingga pantat indri melekat pada selangkangan nanda. Indri pun pasrah apa yang dilakukan oleh rekan kerjanya tersebut, disandarkan kepalanya di dada nanda sementara tangannya bertumpu pada paha nanda yang mengangkangi pantatnya.
“Mas…” desah indri ketika sesaat kemudian,Tubuh ibu muda berjilbab yang alim ini mengejang ketika kemudian dia merasakan, tangan kiri Nanda itu menyusup ke balik jilbab lebarnya,meremas-remas lembut kedua payudaranya yang tertutup BH. Lantas salah satu tangan nanda turun ke arah selangkangannya, meremas-remas kemaluannya yang telah terbuka.

“Jangaan.. mas Nandaa..”desah Indri dengan cemas dan khawatir jika ada pembeli yang datang. Namun laki- laki ini tak perduli, kedua tangannya kian bernafsu meremas-remas buah dada serta selangkangan wanita alim berusia 25 tahun ini. Indri menggeliat-geliat menerima remasan laki-laki yang bukan
suaminya ini dalam posisi duduk membelakangi laki-laki itu.

“Jangaan.. mas Nandaa….sebentar lagi hujan reda..” desah Indri masih dengan wajah cemas.
Nanda terpengaruh dengan kata-kata Indri, diliriknya suasana didepan counter. Memang hujan mulai surut tidak sederas satu setengah jam yang lalu. Indri menggigil dengan tubuh kejang ketika kemudian wanita berjilbab lebar ini merasakan tangan lelaki rekan kerjanya itu semakin dalam mengobok obok lubang kemaluannya. selama ini memang Nanda selalu melihat Indri dalam keadaan memakai pakaian panjang tertutup rapat dan jilbab yang lebar, namun Nanda dapat membayangkan kesintalan tubuh wanita ini melalui tonjolan kemontokan buah dadanya dan kemontokan pantatnya yang terlihat. Nanda tidak menyangka kalau bagian tubuh Indri yang selama ini tersembunyi, pagi ini dapat dinikmatinya. Celana panjang dan celana dalam yang dipakai wanita berjilbab ini kini teronggok di disamping etalase. Di pangkal paha wanita berjilbab ini tumbuh rambut kemaluannya yang cukup lebat. Nanda kagum melihat kemaluan Indri yang begitu montok dan indah, beda sekali dengan kemaluan istrinya.

“Jangaan..mass..hentikaaan… “ pinta Indri dengan suara bergetar menahan nikmat , ketika wanita alim ini merasakan tangan Nanda meremas-remas bongkahan pantatnya yang telanjang. Mulut Indri mulai merintih dan tubuh ibu muda berjilbab ini mengejang ketika wanita ini merasakan tangan kanan rekan kerjanya tersebut mengelus-elus dan menelusuri celah di pangkal pahanya. Dengan bernafsu Nanda menguakkan bibir kemaluan Indri yang berwarna merah jambu dan lembab. Tubuh wanita berjilbab lebar ini mengejang hebat saat tangan kanan lelaki itu menyeruak ke lubang kemaluannya. Tubuhnya bergetar ketika jari tangan laki-laki tersebut menyentuh klitorisnya. Semakin lama wanita berjilbab berusia 25 tahun ini tak kuasa menahan erangannya ketika tangan lelaki itu menyentuh dan mengorek-orek klitorisnya,dan menit-menit selanjutnya Indri semakin mengerang jalang .

“Hmmm…, bagaimana Mbak Indri….enak kan..” kata Nanda itu sambil terus menusuk-nusukkan jarinya kedalam kemaluan wanita berjilbab lebar rekan kerjanya tersebut.

“Mmmfff…enak kan Mbak ….nnghhh…” kata Nanda di belakangnya sambil menggerakkan jari tangannya keluar masuk lubang kemaluan wanita berjilbab lebar ini dengan napas terengah-engah. Tangan kiri lelaki itu membekap pangkal paha Indri, lalu jari tengahnya mulai menekan klitoris ibu muda berjilbab itu lantas dipilinnya dengan lembut, membuat wanita berjilbab lebar yang alim ini menggigit bibirnya.
Indri tak kuasa menahan sensasi yang menekan dari dasar kesadarannya.Wanita berjilbab lebar ini mulai mendesah, apalagi tangan kanan lelaki itu kini kembali menyusup ke balik baju panjangnya, lalu ke balik cup BH-nya dan memilin-milin puting susunya yang peka.

“Ayo Mbak Indri….ahhhh… …nikmati…oohhhh….nikmat sekali kan….?” Nanda terus menggerakkan jari tangannya yang terjepit lubang kemaluan wanita muda yang alim ini.
Indri menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba melawan terpaan kenikmatan di tengah tekanan rasa nikmat dan malu. Tapi ia tak mampu, Indri mendesah dan mengerang dengan tubuh menggelinjang jalang dan akhirnya dalam waktu beberapa menit kemudian wanita berjilbab lebar ini menjerit tertahan saat ia meraih puncak kenikmatan, sesuatu yang cair kental menyembur keluar dari dalam rahimnya sehingga meleleh melalui lubang kemaluannya dan menetesi karpet dibawahnya.Tubuh Indri langsung lunglai, tapi lelaki di belakangnya terus mengaduk lubang kemaluannya dengan jari tangannya. Indri kembali mendesah, saat perlahan Nanda menarik keluar jari tangannya yang digunakan mengobok-obok kemaluan wanita berjilbab lebar ini.

Sesaat kemudian nanda berdiri dan berjalan keluar untuk melihat suasana, ternyata hujan kembali deras mengguyur tawangmangu. Jalanan masih banjir , sementara jam menunjukkan pukul 11.45.
“Mbak kita istirahat bentar, kemudian makan trus sholat kemudian nanti kita lanjutkan lagi. Mumpung sepi dan hujan deras mbak, jadi gak ada yang mengganggu.” Ujar nanda sambil tersenyum.
“Lanjutkan apa mas…?” Tanya indri tergagap
“He..he… saya kan belum merasakan nikmatnya kemaluan saya menyodok kemaluanmu mbak, tanggung mbak mumpung ada kesempatan…” kata nanda sambil meremas remas buah dada indri, sementara indri menjadi bingung.

“Nanti kita melakukannya di kamar belakang itu aja mbak..” kata nanda sambil menunjuk kamar kecil dibelakang etalase yang hanya muat untuk tidur 2 orang tersebut. Kamar tersebut sebenarnya digunakan untuk sholat dan tidur nanang dimalam hari jika tidak libur.

Indri pun hanya bisa pasrah, sesaat kemudian indri keluar counter seperti biasa untuk beli makan siang para pegawai counter. Sementara indri pergi, nanda segera menyiapkan minuman yang sudah ditaburi obat perangsang sex. Sepuluh menit kemudian indri kembali ke counter membawa 2 bungkus nasi. Mereka berdua pun segera makan, kemudian bergantian sholat dzuhur.

Hujan masih turun justru semakin deras seolah memberi kesempatan laki laki dan ibu muda berjilbab tersebut untuk melanjutkan perselingkuhan. Setelah sholat nanda menengok keluar memastikan suasana aman dan mendukung, karena nanda berniat menikmati tubuh montok rekan kerjanya tersebut sampai puas. Setelah merasa aman nanda masuk dan melihat indri sedang menghitung stok vhoucer, tanpa berkata sepatah katapun nanda langsung memeluk indri dari belakang.
Tubuh ibu muda berjilbab yang alim ini mengejang ketika kemudian dia merasakan,kedua tangan Nanda itu menyusup ke balik jilbab lebarnya,meremas-remas lembut kedua payudaranya yang tertutup baju
dan bra. Lantas salah satu tangan lalu turun ke arah selangkangannya, meremas-remas kemaluannya dari luar baju panjang yang dipakainya.

“Masss.. ahh,,hh..”desah Indri sambil menghentikan pekerjaannya menghitung stok voucher.
Nanda tersenyum, kedua tangannya kian bernafsu meremas-remas buah dada serta selangkangan wanita alim berusia 25 tahun ini. Indri menggeliat-geliat menerima remasan laki-laki yang bukan
suaminya ini dalam posisi berdiri membelakangi laki-laki itu.

“Aahhh.. enghh….mmhh.. .ohhh” desah Indri merasakan kenikmatan pada kemaluan dan buah dadanya .
Nanda berlutut di belakang pantat Indri, sementara kedua tangan indri berpegangan pada lemari khusus kasir tersebut. Indri menggigil dengan tubuh kejang ketika kemudian wanita berjilbab lebar ini merasakan tangan lelaki rekan kerjanya itu menarik turun celana panjang sekaligus celana dalamnya. Tubuh Indri gemetar oleh rasa malu dan nikmat ketika tanpa diduganya, Nanda menyingkap bagian bawah baju birunya ke atas sampai ke pinggang. Ibu muda berjilbab lebar ini terpekik dengan wajah yang merah padam ketika menyadari bagian bawah tubuhnya kini telanjang bulat karena dirinya sudah tidak memakai celana dalam lagi. Nanda kembali merasa takjub melihat istri rekan kerjanya ini dalam keadaan telanjang bagian bawah tubuhnya. Sungguh, laki-laki ini tidak pernah menyangka kalau sore ini akan melihat kemulusan tubuh indri yang selalu dilihatnya dalam keadaan berpakaian rapat. Pertama kali Nanda melihat Indri, laki-laki ini memang sudah tergetar dengan kecantikan wajah wanita berkulit putih ini walaupun sebenarnya Nanda juga sudah beristri, tapi apabila dibandingkan
dengan Indri wajah istrinya tidak ada apa-apanya.

Namun kealiman wanita yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar membuatnya merasa segan juga disamping Indri adalah istri teman
pemilik TZN. Tetapi seringkalinya dia bertemu membuat Nanda semakin terpikat dengan kecantikan
wanita berjilbab lebar ini. selama ini memang Nanda selalu melihat Indri dalam keadaan memakai pakaian panjang dan jilbab yang lebar, namun Nanda dapat membayangkan kesintalan tubuh wanita ini
melalui tonjolan kemontokan buah dadanya dan kemontokan pantatnya yang terlihat. Nanda tidak menyangka kalau bagian tubuh Indri yang selama ini tersembunyi, hari ini dapat dinikmatinya.
Muka Indri merah padam ketika diliriknya, mata Nanda masih melotot melihatnya yang setengah telanjang. Celana dalam dan celana panjang yang dipakai wanita berjilbab ini kini teronggok di bawah
kakinya setelah ditarik turun oleh Nanda. Bentuk pinggul dan pantat wanita alim yang sintal ini sangat jelas terlihat oleh Nanda. Belahan pantat Indri yang telanjang terlihat sangat bulat, padat serta
putih mulus tak bercacat membuat birahi laki-laki yang telah menggelegak sedari tadi kian menggelegak. Diantara belahan pantat indri terlihat belahan bibir kemaluan wanita rekan kerjanya yang kemerahan terlihat menggiurkan.

“Mbak Indri..Kakimu direnggangkan. Aku ingin melihat memekmu lagi …” desis Nanda sambil berjongkok menahan birahinya melihat bagian kehormatan wanita rekan kerjanya.
Wanita berjilbab lebar ini pasrah, ia merenggangkan kakinya. Dari bawah, lelaki itu menyaksikan pemandangan indah menakjubkan. Di pangkal paha wanita berjilbab ini tumbuh rambut kemaluannya yang cukup lebat namun terlihat rapi. Nanda kagum melihat kemaluan Indri yang begitu montok dan indah, beda sekali dengan kemaluan istrinya.

“Masss..ohhh..emmmhh…sudah mas… “ pinta Indri dengan suara bergetar menahan nikmat, ketika wanita alim ini merasakan tangan Nanda meremas-remas bongkahan pantatnya yang telanjang.
Namun Nanda seolah tak mendengarnya justru tangan lelaki itu menguakkan bongkahan pantat Indri lantas mendekatkan wajahnya menciumi pantat mulus yang montok itu. Indri menggeliat ketika lidah Nanda mulai menyentuh anusnya. Mulut Indri mulai merintih dan tubuh ibu muda berjilbab ini
mengejang ketika wanita ini merasakan lidah lelaki itu menyusuri belahan pantatnya lantas menyusuri celah di pangkal pahanya. Dengan bernafsu Nanda menguakkan bibir kemaluan Indri yang berwarna merah jambu dan lembab. Tubuh wanita berjilbab lebar ini mengejang hebat saat lidah lelaki
itu menyeruak ke lubang kemaluannya. Tubuhnya bergetar ketika lidah itu menyapu klitorisnya. Semakin lama wanita berjilbab berusia 25 tahun ini tak kuasa menahan erangannya ketika bibir lelaki itu mengatup dan menyedot-nyedot klitorisnya, dan menit-menit selanjutnya Indri semkin mengerang jalang oleh birahi ketika nanda seakan mengunyah- ngunyah kemaluannya. Seumur hidupnya, Indri belum pernah diperlakukan seperti ini oleh suaminya.
“Hmmm…, nikmat sekali kan Mbak Indri….?” kata Nanda sambil berdiri setelah puas menyantap kemaluan istri wanita berjilbab lebar tersebut. Sementara itu tangan kirinya terus mengucek-ngucek kelamin wanita berjilbab lebar tersebut.

“Aihhhh…eungghhhh….” Indri mengerang dengan mata mendelik, ketika beberapa saat kemudian sesuatu yang besar,panjang dan hangat mulai menusuk kemaluannya melalui belakang.
Tubuh wanita berjilbab ini mengejang ketika menyadari kemaluannya tengah dimasuki penis Nanda sementara wanita berjilbab lebar ini hanya bisa pasrah. Hingga sekejap kemudian Indri merasakan batang penis Nanda yang jauh lebih besar dan panjang di banding milik suaminya, telah bersarang di lubang kemaluannya hingga menyentuh rahimnya. Tubuh Indri hanya mampu menggelinjang ketika Nanda mulai menggerakan penisnya dalam jepitan kemaluannya.

“Mmmfff…enak juga bersetubuh sambil berdiri….nnghhh…oohhh ” kata Nanda di belakangnya sambil menggerakkan pinggangnya maju mundur dengan napas terengah-engah.
Indri dapat merasakan penis Nanda yang kini tengah menusuk-nusuk lubang kemaluannya, jauh lebih besar dan panjang dibanding penis suaminya. Indri tak kuasa menahan sensasi yang menekan dari dasar
kesadarannya.Wanita berjilbab lebar ini mulai mendesah, apalagi tangan kanan lelaki itu kini menyusup ke balik bajunya, lalu ke balik cup BH-nya dan memilin-milin puting susunya yang peka.

“Ayo Mbak Indri….ahhhh… …nikmati…ahh….nikmati….” Nanda itu terus memaju mundurkan penisnya yang terjepit lubang kemaluan wanita muda yang alim ini. Indri memejamkan matanya, menikmati terpaan kenikmatan di tengah tekanan rasa nikmat dan malu. Indri mendesah dan mengerang dengan tubuh menggelinjang jalang dan akhirnya dalam waktu beberapa menit kemudian wanita berjilbab lebar
ini menjerit saat ia meraih puncak kenikmatan. Tubuh Indri langsung lunglai, tapi lelaki di belakangnya
selangkah lagi sampai ke puncak. Nanda terus mengaduk lubang kemaluan indri dengan kecepatan penuh. Lalu, dengan geraman panjang, ia menusukkan penisnya sejauh mungkin ke dalam kemaluan ibu muda berjilbab ini. Kedua tangannya mencengkeram payudara Indri yang padat dan montok dengan
kuat. Sesaat kemudian nanda menyingkap dan melepas semua kancing baju yang dikenakan indri hingga terlihat bra yang dikenakan indri, kemudian kembali diremas-remasnya buah dada yang ranum tersebut hingga indri meintih-rintih dan mendesah.
“Ohhh …mmhhh …enghhh”desah indri ketika sekali cairan kemaluannya menyembur menyiram penis nanda yang sedang mengaduk aduk kemaluannya.

Indri yang masih dibuai gelombang kenikmatan, kembali merasakan sensasi aneh saat bagian dalam lubang kemaluannya gantian disembur cairan hangat mani dari penis Nanda yang terasa banyak membanjiri lubang lubang kemaluannya. Indri kembali merintih, saat perlahan Nanda menarik keluar penisnya yang lunglai.
Sementara hujan diluar turun semakin deras disertai dengan Guntur.
Rupanya nanda belum puas setelah menyetubuhi tubuh montok wanita berjilbab lebar yang menjadi rekan kerjanya tersebut. Sesaat kemudian nanda meremas remas buah dada indri yang menegang seperti dua buah gunung kembar.

“mas sudah mas… aku lelah banget” pinta indri sambil menoleh kebelakang
“satu ronde lagi aja mbak… tanggung nih..” kata nanda sambil meremas buah dada wanita berjilbab lebar tersebut. Kemudian sambil terus meremas remas buah dada indri dari belakang, nanda mengajak indri berjalan ke kamar belakang tanpa memperhatikan celana panjang dan celana dalam milik indri yang masih teronggok di samping lemari kasir. Setelah sampai di kamar belakang etalase tersebut, Nanda menelentangkan indri dalam keadaan hanya memakai jilbab lebar warna putih dan baju panjang warna biru yang sudah terbuka hampir semua kancing bajunya. Sekejap kemudian tangan nanda terulur kembali meremas-remas kedua susu mengkal milik wanita berjilbab lebar tersebut.

Tanpa membuang waktu nanda kemudian melucuti baju panjang dan BH yang dipakai indri sekaligus. Mata nanda melotot buas ketika memperhatikan lubang kemaluan indri yang tampak membukit. Gundukan di tengah selangkangan yang tampak menonjol membuat penis nanda terasa kian keras menegang oleh birahi dan nanda tak tahan mengulurkan tangannya meremas-remas bukit kemaluan yang montok milik Indri. Indri tersentak ketika tangan nanda meremas-remas bagian selangkangannya yang masih berlepotan cairan kewanitaannya, namun pengaruh obat perangsang sex yang diminumnya membuat wanita berjilbab lebar ini hanya bisa mendesah.

Tubuh ibu muda yang alim ini hanya menggeliat-geliat saat selangkangannya diremas remas oleh tangan nanda tanpa jemu. Mulutnya mendesah-desah dengan ekspresi yang membuat libido nanda kembali semakin terangsang. Nanda terkekeh melihat gelinjangan ibu muda berjilbab yang alim ini saat bagian selangkangannya diremas remas-remas. Puas meremas-remas tonjolan bukit kemaluan wanita berjilbab lebar tersebut, mata nanda kembali memandang wanita berjilbab lebar ini yang terlentang di atas kasur ini dari ujung
kepalanya yang masih terbalut jilbab hingga ke kakinya.

Sungguh sebuah pemandangan yang menakjubkan dan muncul sebuah sensasi sendiri saat nanda berhasil melihat bagain kemaluan wanita berjilbab lebar yang cantik seperti Indri. Tangan nanda memang telah merasakan kekenyalan bukit kemaluan Indri, saat meremas-remas sebelumnya.
Tetapi ketika melihat bentuknya pada saat terlentang dalam keadaan telanjang ternyata sangat merangsang birahi. Nanda memperhatikan wajah Indri yang terlentang di depannya, wajah ayu berbalut jilbab lebar itu terlihat semakin ayu menggemaskan.

Wajah wanita berjilbab lebar tersebut memperlihatkan ekspresi wanita yang tengah terlanda birahi. Nanda menyeringai sejenak sebelum kemudian membenamkan wajahnya di tengah
selangkangan Indri yang terasa hangat. Hidungnya mencium bau kewanitaan Indri yang segar dan wangi, jauh sekali perbedaannya dibanding bau kewanitaan istrinya. Nanda semakin mendekatkan wajahnya ke
arah bukit kemaluan Indri, bahkan hidungnya telah menyentuh kelentit pada kemaluan indri. Dengan nafas yang terengah-engah menahan birahi, lidahnya terjulur menjilati kelentit yang menonjol di antara bibir kemaluan wanita berjilbab lebar tersebut. Saat lidahnya mulai menyapu kelentit Indri, tiba-tiba pinggul wanita berjilbab ini menggelinjang dibarengi desahan ibu muda berjilbab ini.

“Ahh…ahhhhh..ahhh”desah Indri yang membuat libido nanda semakin menggelegak.
Nanda semakin bernafsu menjilati dan menciumi bukit kemaluan Indri yang semakin becek oleh cairan kemaluannya. Setiap kali lidahnya menyapu permukaan kemaluan Indri atau bibir nanda menciumnya dengan penuh nafsu, wanita berjilbab berkulit putih ini menggelinjang dan mendesah- desah penuh birahi. Lidah dan bibir nanda seakan berebut merambah sekujur permukaan bukit kemaluan Indri .
“Ouhhhh….Mbak Indri……”desis nanda melihat gundukan bukit kemaluan Indri yang kini tak lagi tertutup celana dalam tersebut.

Bibir kemaluan Indri terlihat merekah kemerahan dengan kelentit menonjol kemerahan di tengahnya.
Bulu-bulu kemaluan yang lebat, tampak kontras dengan putihnya bukit kemaluan wanita berjilbab tersebut. Nanda melihat kemaluan Indri sudah basah oleh rangsangan sebelumnya, bahkan ketika nanda menguakkan bibir kemaluan wanita PKS ini cairan kenikmatan nya jatuh menetes membasahi kasur. Nanda menjadi sangat terangsang melihat hal ini. Dengan birahi yang kian menggelegak lidah nanda menyapu kemaluan telanjang di antara paha wanita alim ini. Nanda merasa paha Indri bergetar lembut ketika lidahnya mulai menjalar mendekati selangkangan wanita berjilbab lebar ini. Indri menggeliat kegelian ketika akhirnya lidah nanda sampai di pinggir bibir kemaluannya yang telah terasa menebal. Ujung lidah nanda menelusuri lepitan-lepitan di situ, menambah becek kemaluan yang
memang telah basah itu.

Terengah-engah Indri mencengkeram kasur menahan nikmat yang tiada tara. Indri menggelinjang hebat ketika lidah dan bibir nanda menyusuri sekujur kemaluan ibu muda ini. Mulut wanita berjilbab ini mendesah-desah dan merintih-rintih saat bibir kemaluannya di kuak lebar-lebar dan lidah nanda terjulur masuk menjilati bagian dalam kemaluannya. Bahkan ketika lidah nanda menyapu kelentit Indri yang telah mengeras itu, kemudian di teruskan dengan menghisapnya dengan lembut Indri merintih hebat. Tubuhnya mengejang sampai punggungya melengkung bagaikan busur panah membuat dadanya yang montok membusung.

“Ahhhhh….ahhhhhh….ahhhhh”rintih Mbak Indri dengan jalangnya disertai tubuh yang menggelinjang.
Kembali cairan kenikmatan membasahi kemaluan wanita berjilbab ini, hal ini lidah dan bibir nanda makin liar menjilati di daerah paling pribadi milik Indri yang kini sudah membengkak kemerahan. Gundukan kemaluan yang putih kemerah- merahan itu menjadi berkilat-kilat basah dan bulu-bulu kemaluan wanita berjilbab ini pun menjadi basuh kuyup oleh jilatan nanda. Lidah nanda menyusuri belahan kemaluan yang telah membengkak lantas ke sekujur permukaan kemaluan yang membukit
montok hingga ke sela-sela kedua pahanya, kemudian menyusuri ke bawah hingga ke belahan pantat yang tampak montok.

Nanda menjadi semakin gemas melihat belahan pantat Indri yang terlihat sebagian, sehingga dengan bernafsu nanda membalikkan tubuh wanita berjilbab yang terlentang menjadi tengkurap. Mata nanda melotot liar melihat pemandangan indah setelah wanita berjilbab lebar tersebut tengkurap. Pantat wanita berjilbab yang montok dan telanjang tampak menggunung menggiurkan. Nanda terengah penuh birahi memandang kemontokan pantat bundar
Indri yang putih mulus itu. Dengan gemas nanda meremas-remas bukit pantat wanita alim tersebut dengan tangan lantas nanda mendekatkan wajahnya pada belahan pantat wanita berjilbab tersebut . Lidahnya terjulur menyentuh belahan pantatnya kemudian dengan bernafsu nanda mulai menjilati belahan pantatnya yang putih mulus tersebut. Indri mendesah-desah dengan tubuh menggelinjang
menahan birahinya, saat lidah nanda menyusuri belahan pantatnya hingga belahan kemaluannya yang kemerahan. Belahan pantat mulus Indri yang putih dalam sekejap menjadi basah berkilat oleh jilatan lidah nanda.

Kemudian bibir dan lidah nanda secara bergantian menyusuri sekujur pantat montok wanita berjilbab tersebut. Tangannya juga menguak belahan pantat ibu muda tersebut dan selanjutnya lidahnya menyapu daerah anus dan sekitarnya yang membuat wanita berjilbab lebar tersebut mengerang penuh birahi. Puas menikmati pantat Indri yang montok, nanda kembali menelentangkan ibu muda berjilbab lebar ini. Mata nanda terarah pada sepasang payudara montok yang seperti gunung hendak meletus. Tangan nanda dengan lincah jari-jari tangannya meremas remasbuah dada indri yang tegak bagai gunung kembar tersebut.

Buah dada Indri nampak sangat montok dan indah. Buah dada yang putih mulus dengan puting susu yang kemerahan membuat nanda tak sabar untuk meremas dan menyedot putting susunya. Sedetik kemudian, payudara wanita berjilbab ini telah berada dalam mulut nanda yang menyedot dengan nafsu secara bergantian. Puting susu yang telah tegak mengeras tersebut di hisap dan diremas-remas membuat Indri terpekik kecil menahan kenikmatan birahinya. Payudara Indri yang
putih mulus itu dalam sekejap basah oleh liur nanda. Nanda sudah tak tahan menahan nafsunya.
Nanda tidak menyangka kalau saat ini nanda berhasil menelanjangi wanita rekan kerjanya yang tampak alim ini dengan jilbab dan pakaian yang tertutup rapat. Birahinya sudah menggelegak di ubun-ubun dengan penis yang tegang mengeras. Nanda melihat ibu muda berjilbab ini mempunyai tubuh yang
indah dan terlihat masih kencang.Nanda menyusuri keindahan tubuh telanjang wanita muda rekan kerjanya tersebut dari wajah yang terbalut jilbab hingga ke kakinya. Kemudian mata nanda kembali menatap kemaluan Indri yang indah itu, tangan nanda kembali terulur menjamah bagian kewanitaan wanita alim yang telanjang ini. Nanda merasakan kewanitaan indri berdenyut liar, bagai memiliki
kehidupan tersendiri. Warnanya yang merah basah, kontras sekali dengan rambut-rambut lebat di sekitarnya. Dari jarak yang sangat dekat, nanda dapat melihat betapa lubang kewanitaan wanita berjilbab lebar tersebut membuka-menutup dan dinding-dindingnya berdenyut-denyut, sepertinya jantung Indri telah pindah ke bawah. Nanda juga bisa melihat betapa otot-otot di pangkal paha Indri menegang seperti sedang menahan sakit.

Begitu hebat puncak birahi melanda indri, sampai dua menit lamanya perempuan yang menggairahkan ini bagai sedang dilanda ayan. Ia menjerit tertahan , lalu mengerang, lalu menggumam, lalu hanya
terengah-engah. Batang kejantanan nanda segera terlihat tegak bergerak-gerak seirama jantungnya yang berdegup keras. Indri masih menggeliat-geliat dengan mata terpejam, menampakkan
pemandangan sangat seksi di atas kasur ini.
Tangan ibu muda berjilbab ini mencengkram kasur bagai menahan sakit, kedua pahanya yang indah terbuka lebar, kepalanya yang terbalut jilbab mendongak menampakkan ekspresi wajah menggairahkan, jilbabnya bagai membingkai wajahnya yang sedang berkonsentrasi menikmati puncak birahi. Nanda menempatkan dirinya di antara kedua kaki Indri, lalu mengangkat kedua paha wanita berjilbab ini, membuat kemaluan indri semakin terbuka.

Sesaat kemudian dengan cepat penis nanda yang tegang segera melesak ke dalam tubuh Indri melalui
lubang kemaluannya. Nandapun segera menunaikan tugasnya dengan baik, mendorong, menarik kejantanannya dengan cepat. Gerakannya begitu ganas dan liar, seperti hendak meluluh-lantakkan tubuh Indri yang sedang menggeliat-geliat kegelian itu. Tak kenal ampun, batang penis nanda menerjang-nerjang, menerobos dalam sekali sampai ke dinding belakang yang sedang berkontraksi menyambut orgasme. Wanita alim ini merintih dan mengerang penuh kenikmatan. Nanda mengerahkan seluruh tenaganya menyetubuhi wanita yang alim ini. Otot-otot bahu dan lengannya terasa menegang dan terlihat berkilat-kilat karena keringat. Pinggang nanda bergerak cepat dan kuat
bagai piston mesin-mesin di pabrik.

Cerita Mesum | Ng3nt0t Anak Masih SMP Terbaru

Cerita Mesum | Ng3nt0t Anak Masih SMP Terbaru

Suara berkecipak terdengar setiap kali tubuhnya membentur tubuh Indri, di sela-sela desah dan erangan indri. Indri merintih dan mengerang begitu
jalang merasakan kenikmatan yang ganas dan liar. Seluruh tubuhnya terasa dilanda kegelian, kegatalan yang membuat otot-ototnya menegang. Kewanitaannya terasa kenyal menggeliat-geliat, mendatangkan
kenikmatan yang tak terlukiskan. Dengan mata merem melek, Indri mengerang dan merintih penyerahan sekaligus pengesahan atas datangnya puncak birahi yang tak terperi. Nanda merasakan batang kejantanannya bagai sedang dipilin dan dihisap oleh sebuah mulut yang amat kuat sedotannya.

Nanda tak mampu menahan lagi, Kenikmatan yang didapatkan dari jepitan kemaluan wanit alim ini tidak mungkin dilukiskan. Dengan geraman liar nanda memuncratkan seluruh isi penisnya dalam lubang kemaluan Indri, bercipratan membanjiri seluruh rongga kewanitaan wanita berjilbab lebar yang sedang megap-megap dilanda orgasme. Indri mengerang merasakan siraman birahi panas dari ujung penis nanda ke dalam dasar kemaluannnya. Nanda merasakan jepitan Indri kian ketat berdenyut-denyut pada batang penisnya dan cairan kewanitaan wanita alim ini terasa mengguyur batang penisnya yang datang bergelombang. Nanda menggeram liar disusul Indri yang mengerang dan mengerang lagi, sebelum akhirnya terjerembab dengan tubuh bagai lumat di atas kasur.

Nanda menyusul roboh menimpa tubuh motok Indri yang licin oleh keringat itu. Nafas nanda tersengal-sengal ditingkahi nafas Indri
yang juga terengah bagai perenang yang baru saja menyelesaikan pertandingan di kolam renang. Tubuh nanda lunglai di atas tubuh telanjang Indri yang juga lemas.
“Oh, nikmat sekali. Betul-betul ganas…” kata Indri akhirnya, setelah ia berhasil mengendalikan nafasnya yang memburu.

“bagaimana mbak indri… nikmat kan? Bagaimana jika sekali lagi mbak…” ujar nanda sambil terengah-engah sementara kedua tangan sibuk meremas – remas buah dada indri.
“jangan mas… aku dah gak kuat… kapan-kapan lagi aja mas” sahut indri diantara nafasnya yang memburu. Sementara tubuhnya sudah bagaikan kehilangan tulang.
Tetapi nanda yang tengah asyik meremas-remas payudara indri seolah tak mendengar keluhan indri, nanda justru tersenyum buas sambil tangan kanannya bergerak mengelus-elus paha dan kemaluan indri yang berlepotan sperma. Diperlakukan seperti itu indri hanya bisa pasrah, matanya merem melek sementara tubuhnya sudah tak berdaya.

Nanda menjadi tak tahan. Laki – laki ini segera menindih Indri yang tengah pasrah. Indri sempat melirik penis besar Nanda sebelum penis besar dan panjang itu mulai melesak ke dalam lubang kemaluannya untuk yang ketiga kalinya. Wanita alim ini mengerang dan merintih kenikmatan saat dirasakannya penis nanda menyusuri lubang kemaluannya kian dalam, dan wanita ini terpaksa kembali membuka pahanya lebar-lebar untuk menerima sodokan penis yang besar dan panjang sperti milik Nanda. Tak berapa lama kemudian, Nanda menaik turunkan pantatnya diatas kemaluan Indri. Kini Nanda mulai menggerak-gerakkan penisnya naik-turun perlahan di dalam lubang kamaluan wanita alim yang hangat itu. Lubang yang sudah sangat becek itu berdenyut- denyut, seperti mau melumat kemaluannya. Rasanya nikmat sekali. Nanda mendekatkan mulutnya menciumi wajah ayu indri. Tangan Nanda juga menggerayangi payudara putih mulus yang sudah mengeras bertambah liat itu. Diremas- remasnya perlahan, sambil sesekali dipijit-pijitnya bagian putting susu yang sudah mencuat ke atas. Pinggul wanita alim yang besar ini ikut bergoyang-goyang sehingga Nanda merasakan kenikmatan di dalam selangkangannya. Sementara lubang kemaluannya sendiri semakin berlendir dan gesekan alat kelamin kedua manusia lain jenis ini itu menimbulkan bunyi yang seret-seret basah.

“Prrttt… prrrttt… prrttt.. ssrrrtt… srrrttt… srrrrttt… ppprttt… prrrttt…”
Penis besar Nanda memang terasa sekali, membuat kemaluan Indri seperti mau robek. Lubang kemaluan wanita berusia 25 tahun ini menjadi semakin membengkak besar kemerah-merahan seperti baru melahirkan. Membuat syaraf-syaraf di dalam lubang senggamanya menjadi sangat sensitif terhadap sodokan kepala penis laki – laki ini. Sodokan kepala penis itu terasa mau membelah bagian selangkangannya. Belum lagi urat-urat besar seperti cacing yang menonjol di sekeliling batang kemaluan Nanda membuat Indri merasakan nikmat yang luar biasa. Meski agak pegal dan nyeri Karen sudah ketiga kalinya disetubuhi oleh nanda tapi rasa enak di kemaluannya lebih besar. Lendirnya kini makin banyak keluar membanjiri kemaluannya, karena rangsangan hebat pada wanita alim ini. Ketika Nanda membenamkan seluruh batang kemaluannya,Indri merasakan seperti benda besar dan hangat berdenyut- denyut itu masuk ke rahimnya. Perutnya kini sudah bisa menyesuaikan diri tidak mulas lagi ketika saat pertama tadi laki – laki ini menyodok- nyodokkan penisnya dengan keras.

Indri kini mulai menuju puncak orgasme. Lubang kemaluannya kembali menjepit-jepit dengan kuat penis Nanda. Kaki wanita berjilbab ini diangkat menjepit kuat pinggang Nanda dan tangannya mencengkram kasur. Dengan beberapa hentakan keras pinggulnya, Indri memuncrakan cairan dari dalam lubang kemaluannya menyiram dan mengguyur kemaluan Nanda disertai erangan panjang penuh kenikmatan. Setelah itu Indri terkulai lemas di bawah tubuh berat Nanda. Kaki wanita berjilbab lebar tersebut mengangkang lebar lagi pasrah menerima tusukan-tusukan kemaluan Nandai yang semakin cepat.

Tanpa merasa lelah Nanda terus memacu penisnya dan sesekali menggoyang-goyangkan pinggulnya. Sepertinya ia ingin mengorek-ngorek setiap sudut kemaluan wanita alim ini. Suara bunyi becek makin keras terdengar karena lubang kemaluan Indri itu kini sudah dibanjiri lender kental yang membuatnya agak lebih licin. Indri mulai merasakan pegal di kemaluannya karena gerakan Nanda yang bertambah liar dan kasar. Tubuhnya ikut terguncang-guncang ketika nanda menghentak-hentakkan pinggulnya dengan keras dan cepat.

“Plok.. plokk… plok.. plookk…
crrppp… crrppp… crrrppp… srrrpp… srrppp…” Bunyi keras terdengar dari persenggamaan ketiga kalinya oleh nanda dan indri .
“Mas Nanda….. ouhhh pelan, …!” desis Indri sambil meringis kesakitan.
Kemaluannya terasa nyeri dan pinggulnya pegal karena agresivitas Nanda yang seperti kuda liar. Akhirnya Nanda mulai mencapai orgasme. Dibenamkannya wajah nanda pada buah dada Indri
dan ditekankannya badannya kuat-kuat sambil menghentakkan pinggulnya keras berkali-kali membuat tubuh Indri ikut terdorong. Muncratlah air mani dari penisnya mengguyur rahim dan kemaluan wanita berjilbab lebar tersebut. Karena banyaknya sampai-sampai ada yang keluar membasahi permukaan kasur

Kedua mata indri terpejam dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Nanda Cuma menggumam, menenggelamkan kepalanya di antara dua payudara Indri yang lembut. Begitu gelombang kenikmatan berlalu, kesadaran kembali memenuhi ruang pikiran wanita alim ini. Indri hanya bisa terlentang tak berdaya, meskipun hanya sekedar memakai pakaiannya kembali. Melihat tersebut nanda tersenyum puas karena niatnya menyetubuhi wanita rekan kerjanya tersebut terbayar sudah. Nanda kemudian bangkit berdiri memakai pakaiannya kembali dan pergi ke kamar mandi dibagian belakang. Beberapa saat kemudian kekuatan indri sudah mulai pulih, tapi indri jadi bingung karena celana panjang, celana dalam dan BHnya tergeletak diluar kamar. Mau keluar indri tidak berani karena takut jika ada pembeli yang masuk. Lima belas menit kemudian nanda masuk kedalam kamar dan menyerahkan celana panjang indri tanpa BH dan celana dalamnya.

“BH dan celana dalammu tak cuci di kamar mandi mbak, tadi kotor kepakai ngelap sepermaku tadi….” Ujar nanda sambil tersenyum.

Cerita Ngentot | Antara Aku Mama dan Tanteku

$
0
0

Cerita Ngentot | Antara Aku Mama dan Tanteku – Waktu itu hari aku tidak masuk kuliah. Aku diam di rumah bersama mama dan tante Rina. Pagi itu, jam 10, kulihat mama baru selesai mandi. Mama keluar dari kamar mandi memakai handuk menutupi dada dan setengah pahanya yang putih mulus. Mama berusia 38 tahun. Sangat cantik.

Saat itu entah secara tidak sengaja aku melihat mama membetulkan lilitan handuknya sebelum masuk kamar. Terlihat buah dada mama walau tidak terlalu besar tapi masih bagus bentuknya. Yang terutama jadi perhatian aku adalah memek mama yang dihiasi bulu hitam tidak terlalu lebat berbentuk segitiga rapi. Mungkin karena mama rajin merawatnya.

Mama sepertinya tidak sadar kalau aku sedang memperhatikannya. Mama langsung masuk kamar. Hati berdebar dan terbayang terus pemandangan tubuh mama tadi. Aku dekati pintu, lalu aku intip dari lubang kunci. Terlihat mama sedang membuka lilitan handuknya lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk tersebut. Terlihat tubuh mama sangat menggairahkan. Terutama memek mama yang aku fokuskan. Secara otomatis tangan aku meraba kontol dari luar celana, lalu meremasnya pelan-pelan sambil menikmati keindahan tubuh merangsang mama. Karena sudah tak tahan lagi, aku segera ke kamar mandi dan onani sambil membayangkan menyetubuhi mama. Sampai akhirnya.. Crot! Crot! Crot! Aku orgasme.

Sore harinya, waktu aku sedang tiduran sambil membaca majalah, tiba-tiba terdengar suara mama memanggil aku.

“Roy..!” panggil mama.

“Ya, Ma…” sahut aku sambil bergegas ke kamar mama.

“Ada apa, Ma?” tanya aku.

“Pijitin badan mama, Roy. Pegal rasanya…” kata mama sambil tengkurap.

“Iya, Ma…” jawab aku.

Waktu itu mama memakai daster. Aku mulai memijit kaki mama dari betis. Terus sampai naik ke paha. Mama tetap diam merasakan pijitan aku. Karena daster mama agak mengganggu pijitan, maka aku bertanya pada mama, “Ma, dasternya naikin ya? mengganggu nih…” tanya aku.

“Emang kamu mau mijitan apa aja, Roy?” tanya mama.

“Seluruh badan mama,” jawab aku.

“Ya sudah, mama buka baju saja,” kata mama sambil bangkit, lalu melepas dasternya tanpa ragu.

“Ayo lanjutkan, Roy!” kata mama sambil kembali tengkurap. Darah aku berdesir melihat mama setengah telanjang di depan mata.

“Mama tidak malu buka baju depan Roy?” tanya aku.

“Malu kenapa? Kan anak kandung mama.. Biasa sajalah,” jawab mama sambil memejamkan mata.

Aku berdebar. Tanganku mulai memijit paha mama. Sebetulnya bukan meimijit, istilah yang tepat adalah mengusap agak keras. Aku nikmati usapan tangan aku di paha mama sambil mata terus memandangi pantat mama yang memakai celana dalam merah. Setelah selesai “memijit” paha, karena masih ragu, aku tidak memijit pantat mama, tapi langsung naik memijit pinggang mama.

“Kok dilewat sih, Roy?” protes mama sambil menggoyangkan pantatnya.

“Mm.. Roy takut mama marah…” jawab aku.

“Marah kenapa? Kamu kan emang mama pinta mijitin.. Ayo teruskan!” pinta mama.

Karena sudah mendapat angin, aku mulai meraba dan agak meremas pantat mama dari luar celana dalamnya. Nyaman rasanya memijit dan meremas pantat mama yang bulat dan padat. Kontol aku sudah mulai mengeras. Mama tetap terpejam menikmati pijitan aku. Karena birahi aku sudah naik, aku sengaja memasukkan tangan aku ke celana dalam mama dan terus meremasnya. Mama tetap diam. Aku makin berani.

Jari tengah aku mulai menyusuri belahan pantat mama sampai ke belahan memek mama. Jari aku diam disana. Aku takut mama marah. Tapi mama tetap diam sambil memejamkan mata. Aku mulai menggerakan jari tengah aku di belahan memek mama. Mama tetap diam. Terasa memek mama mulai basah. Dan aku tahu kalau mama agak menggoyang-goyangkan pantatnya, mungkin mama merasa enak menikmati jari aku di belahan memeknya. Itu perkiraan aku.

Karena sudah basah, aku nekad masukkan jari aku ke lubang memek mama. Mama tetap memejamkan mata, tapi pantatnya mulai bergoyang agak cepat.

“Roy, kamu ngapain?” tanya mama sambil membalikkan badannya. Aku kaget dan takut mama marah.

“Maaf, Ma…” kataku tertunduk tidak berani memandang mata mama.

“Roy tidak tahan menahan nafsu…” kataku lagi.

“Nafsu apa?” kata mama dengan nada lembut.

“Sini berbaring dekat mama,” kata mama sambil menggeserkan badannya. Aku diam tidak mengerti.

“Sini berbaring Roy,” ujar mama lagi.

“Tutup dulu pintu kamar,” kata mama.

“Ya, Ma…” kataku sambil berdiri dan segera menutup pintu. Kemudian aku berbaring di samping mama.

Mama menatapku sambil membelai rambut aku.

“Kenapa bernafsu dengan mama, Roy,” tanya mama lembut.

“Mama marahkah?” tanya aku.

“Mama tidak marah, Roy.. Jawablah jujur,” ujar mama.

“Melihat tubuh mama, Roy tidak tahu kenapa jadi pengen, Ma…” kataku. Mama tersenyum.

“Berarti anak mama sudah mulai dewasa,” kata mama.

“Kamu benar-benar mau sayang?” tanya mama.

“Maksud mama?” tanya aku.

“Dua jam lagi Papa kamu pulang…” hanya itu yang keluar dari mulut mama sambil tangannya meraba kontol aku dari luar celana.

Aku kaget sekaligus senang. Mama mencium bibir aku, dan akupun segera membalasnya. Kami berciuman mesra sambil tangan kami saling meraba dan meremas.

“Buka pakaian kamu, Roy,” kata mama. Aku menurut, dan segera melepas baju dan celana.

Mama juga melepas BH dan celana dalamnya. Mama duduk di tepi tempat tidur, sedangkan aku tetap berdiri.

“Kontol kamu besar, Roy…” kata mama sambil meraih kontol aku dan meremas serta mengocoknya. Enak rasanya.

“Kamu udah pernah maen dengan perempuan tidak, sayang?” tanya mama.

Sambil menikmati enaknya dikocok kontol aku menjawab, “Belum pernah, Ma.. Mmhh..”. Mama tersenyum, entah apa artinya.

Lalu mama menarik pantat aku hingga kontol aku hampir mengenai wajahnya. Lalu mama mulai menjilati kontol aku mulai dari batang sampai ke kepalanya. Rasanya sangat nikmat. Lebih nikmat lagi ketika mama memasukkan kontolku ke mulutnya. Hisapan dan permainan lidah mama sangat pandai. Tanganku dengan keras memegang dan meremas rambut mama dengan keras karena merasakan kenikmatan yang amat sangat. Tiba-tiba mama menghentikan hisapannya, tapi tangannya tetap mengocok kontolku perlahan.

“Enak sayang?” tanya mama sambil menengadah menatapku.

“Iya, Ma.. Enak sekali,” jawabku dengan suara tertahan.

“Sini sayang. Kontolmu udah besar dan tegang. Sekarang cepat masukkan…” ujar mama sambil menarik tanganku.

Mama lalu telentang di tempat tidur sambil membuka lebar pahanya. Tanpa ragu aku naiki tubuh mama. Aku arahkan kontolku ke lubang memeknya. Tangan mama membimbing kontolku ke lubang memeknya.

“Ayo, Roy.. Masukkan…” ujar mama sambil terus memandang wajahku.

Aku tekan kontolku. Lalu terasa kepala kontolku memasuki lubang yang basah, licin dan hangat. Lalu batang kontolku terasa memasuki sesuatu yang menjepit, yang entah bagaimana aku menjelaskan rasa nikmatnya.. Secara perlahan aku keluarmasukkan kontolku di memek mama. Aku cium bibir mama. Mamapun membalas ciuman aku sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi goyangan aku.

“Enak, Roy?” tanya mama.

“Sangat enak, Ma…” jawabku sambil terus menyetubuhi mama. Setelah beberapa menit, aku hentikan gerakan kontol aku.

“Kenapa mama mau melakukan ini dengan Roy?” tanyaku. Sambil tersenyum, mata mama kelihatan berkaca-kaca.

“Karena mama sayang kamu, Roy…” jawab mama.

“Sangat sayang…” lanjutnya.

“Lagipula saat ini mama memang sedang ingin bersetubuh…” lanjutnya lagi.

Aku terdiam. Tak berapa lama aku kembali menggerakan kontol aku menyetubuhi mama.

“Roy juga sangat sayang mama…” ujarku.

“Ohh.. Roy.. Enakk.. Mmhh…” desah mama ketika aku menyetubuhinya makin keras.

“Mama mau keluar…” desah mama lagi.

Tak lama kurasakan tubuh mama mengejang lalu memeluk aku erat-erat. Goyangan pinggul mama makin keras. Lalu..

“Ohh.. Enak sayangg…” desah mama lagi ketika dia mencapai orgasme.

Aku terus menggenjot kontolku. Lama-lama kurasakan ada dorongan kuat yang akan keluar dari kontol aku. Rasanya sangat kuat. Aku makin keras menggenjot tubuh mama..

“Ma, Roy gak tahann…” ujarku sambil memeluk tubuh mama lalu menekan kontolku lebih dalam ke memek mama.

“Keluarin sayang…” ujar mama sambil meremas-remas pantatku.

“Keluarin di dalam aja sayang biar enak…” bisik mama mesra.

Akhirnya, crott.. Crott.. Crott.. Air maniku keluar di dalam memek mama.

“Mmhh…” desahku. Lalu tubuh kami tergolek lemas berdampingan.

“Terima kasih ya, Ma…” ujar aku sambil mencium bibir mama.

“Lekas berpakaian, Papa kamu sebentar lagi pulang!” kata mama.

Lalu kamipun segera berpakaian. Setengah jam kemudian Papa pulang. Mama dan aku bersikap seperti biasa dan terlihat normal.

Malam harinya, sekitar jam 11 malam, ketika mama dan Papa sudah tidur, aku dan tante Rina masih nonton TV. Tante Rina memakai kimono. Sesekali aku lihat paha mulusnya ketika kimononya tersingkap. Tapi tidak ada perasaan apa-apa. Karena sudah biasa melihat seperti itu.

Tiba-tiba tante Rina bertanya sesuatu yang mengejutkan aku,”ngapain kamu tadi sore lama-lama berduaan ama mama kamu di kamar?” tanya tante Rina.

“Hayo, ngapain..?” tanya tante Rina lagi sambil tersenyum.

“Tidak ada apa-apa. Aku mijitin mama, kok…” jawabku.

“Kok lama amat. Sampe lebih dari satu jam,” tanyanya lagi.

“Curigaan amat sih, tante?” kataku sambil tersenyum.

“Tante hanya merasa aneh saja waktu tante denger ada suara-suara yang gimanaa gitu…” ujar tante Rina sambil tersenyum.

“Kayak suara yang lagi enak…” ujar tante Rina lagi.

“Udah ah.. Kok ngomongnya ngaco ah…” ujarku sambil bangkit.

“Maaf dong, Roy. Tante becanda kok…” ujar tante Rina.

“Kamu mau kemana?” tanya tante Rina.

“Mau tidur,” jawabku pendek.

“Temenein tante dong, Roy,” pinta tante.

Aku kembali duduk dikursi di samping tante Rina.

“Ada apa sih tante?” tanyaku.

“Tidak ada apa-apa kok. Hanya butuh temen ngobrol saja,” jawab tante Rina.

“Kamu sudah punya pacar, Roy?” tanya tante Rina.

“Belum tante. Kenapa?” aku balik bertanya.

“Kamu tuh ganteng, tinggi. Tapi kenapa belum punya pacar?” tanya tante lagi.

“Banyak sih yang ngajak jalan, tapi aku tidak mau,” jawabku.

“Apa kamu pernah kissing dengan perempuan, Roy?” tanya tante Rina pelan sambil wajahnya didekatkan ke wajahku.

Bibir kami hampir bersentuhan. Aku tak menjawab.

“Ni tante lagi horny kayaknya…” pikir aku.

Tanpa banyak kata, aku cium bibir tante Rina. Tante Rinapun langsung membalas ciumanku dengan hebat. Permainan lidah dan sedotan bibir kami main mainkan.. Sementara tanganku segera masuk ke balik kimono tante Rina. Lalu masuk lagi ke dalam BH-nya. Lalu ku remas-remas buah dadanya dengan mesra sambil ujung jari aku memainkan puting susunya.

“Mmhh..”

Suara tante Rina mendesah tertahan karena kami masih tetap berciuman. Tangan tante Rinapun tidak diam. Tangannya meremas kontolku dari luar celana kolorku. Kontolku langsung tegang.

“Roy, pindah ke kamar tante, yuk?” pinta tante Rina.

“Iya tante…” jawabku. Lalu kami segera naik ke loteng ke kamar tante Rina.

Setiba di kamar, tante Rina dengan tak sabar segera melepas kimono dan BH serta CD-nya. Akupun segera melepas semua pakaian di tubuh aku.

“Ayo Roy, tante sudah gak tahan…” ujar tante Rina sambil senyum, lalu merebahkan badannya di kasur.

Aku segera menindih tubuh telanjang tante Rina. Aku cium bibirnya, pindah ke pipi, leher, lalu turun ke buah dadanya. Aku jilat dan hisap puting susu tante Rina sambil meremas buah dada yang satu lagi.

“Ohh.. Mmhh.. Royy.. Kamu pinter amat sih.. Mmhh…” desah tante Rina sambil tangannya memegang kepala aku.

Lalu lidahku turun lagi ke perut, lalu ketika mulai turun ke selangkangan, tante Rina segera melebarkan kakinya mengangkang. Memek tante Rina bersih tidak berbau. Bulunya hanya sedikit sehing nampak jelas belahan memeknya yang bagus. Aku segera jilati memek tante Rina terutama bagian kelentitnya.

“Ohh.. Sayang.. Enakkhh.. Mmhh.. Terus sayang…” desah tante Rina sambil badannya mengejang menahan nikmat.

Tak berapa lama tiba-tiba tante Rina mengepitkan kedua pahanya menjepit kepalaku. Tangannya menekan kepalaku ke memeknya.

“Oh, Roy.. Tante keluar.. Nikmat sekali.. Ohh…” desah tante Rina.

Aku bangkit, mengusap mulut aku yang basah oleh air memek tante Rina, lalu aku tindih badannya dan kucium bibirnya. Tante Rina langsung membalas ciumanku dengan mesra.

“Isep dong kontol Roy, tante…” pintaku.

Tante Rina mengangguk sambil tersenyum. Lalu aku kangkangi wajah tante Rina dan ku sodorkan kontolku ke mulutnya. Tante Rina langsung menghisap dan menjilati kontolku dan mengocok dengan tangannya sambil memejamkan matanya. Sangat enak rasanya. Cara menghisap dan menjilat kontolnya lebih pintar dari mama.

“Udah tante, Roy udah pengen setubuhi tante…” kataku.

Tante Rina melepaskan genggamannya, lalu aku arahkan kontol aku ke memeknya.

“Ayo, Roy.. Tante sudah tidak tahan…” bisik tante Rina.

Lalu, bless.. sleb.. sleb.. sleb.. Kontolku keluar masuk memek tante Rina.

“Roy kamu pinter menyenangkan perempuan. Kamu pandai memberikan kenikmatan…” kata tante ditengah-tengah persetubuhan kami.

“Ah, biasa saja, tante…” ujarku sambil tersenyum lalu ku kecup bibirnya.

Selang beberapa lama, tiba-tiba tante Rina mempercepat gerakannya. Kedua tangannya erat mendekap tubuhku.

“Roy, terus setubuhi tante.. Mmhh.. Ohh.. Tante mau keluar.. Ohh.. Ohh. Ohh…” desahnya.

Tak lama tubuhnya mengejang. Pahanya erat menjepit pinggulku. Sementara akau terus memompa kontolku di memeknya.

“Tente udah keluar, sayang…” bisik tante Rina.

“Kamu hebat.. Kuat…” ujar tante Rina.

“Terus setubuhi tante, Roy.. Puaskan diri kamu…” ujarnya lagi.

Tak lama akupun mulai merasakan kalo aku akan segera orgasme. Kupertcepat gerakanku.

“Roy mau keluar, Tante…” kataku.

“Jangan keluarkan di dalam, sayang…” pinta tante Rina.

“Cabut dulu…” ujar tante Rina.

“Sini tante isepin…” katanya lagi.

Aku cabut kontolku dari memeknya, lalu aku arahkan ke mulutnya. Tante Rina lalu menghisap kontolku sambil mengocoknya. Tak lama, crott.. crott.. crott.. crott.. Air maniku keluar di dalam mulut tante Rina banyak sekali. Aku tekan kontolku lebih dalam ke dalam mulut tante Rina. Tante Rina dengan tenang menelan air maniku sambil terus mengocok kontolku. Lalu dia menjilati kontolku untuk membersihkan sisa air mani di kontolku. Sangat nikmat rasanya besetubuh dengan tante Rina.

Cerita Ngentot Dewi 4 Some Dengan Teman Anaknya

Cerita Ngentot Dewi 4 Some Dengan Teman Anaknya

Aku segera berpakaian. Tante Rina juga segera mengenakan kimononya tanpa BH dan CD.

“Kamu hebat, Roy.. Kamu bisa memuaskan tante,” ujar tante Rina.

“Kalo tante butuh kamu lagi, kamu mau kan?” tanya tante sambil memeluk aku.

“Kapan saja tante mau, Roy pasti kasih,” kataku sambil mengecup bibirnya.

“Terima kasih, sayang,” ujar tante Rina.

“Roy kembali ke kamar ya, tante? Mau tidur,” kataku.

“Iya, sana tidur,” katanya sambil meremas kontolku mesra. Kukecup bibirnya sekali lagi, lalu aku segera keluar.

Besoknya, setelah Papa pergi ke kantor, mama duduk di sampingku waktu aku makan.

“Roy, semalam kamu ngapain di kamar tante Rina sampe subuh?” tanya mama mengejutkanku.

Aku terdiam tak bisa berkata apa-apa. Aku sangat takut dimarahi mama. Mama tersenyum. Sambil mencium pipiku, mama berkata,”Jangan sampai yang lain tahu ya, Roy. Mama akan jaga rahasia kalian. Kamu suka tante kamu itu ya?” tanya mama. Plong rasanya perasaanku mendengarnya.

“Iya, Ma.. Roy suka tante Rina,” jawabku.

“Baiklah, mama akan pura-pura tidak tahu tentang kalian…” ujar mama.

“Kalian hati-hatilah…” ujar mama lagi.

“Kenapa mama tidak marah,” tanya aku.

“Karena mama pikir kamu sudah dewasa. Bebas melakukan apapun asal mau tanggung jawab,” ujar mama.

“Terima kasih ya, Ma…” kataku.

“Roy sayang mama,” kataku lagi.

“Roy, tante dan Papa kamu sedang keluar.. Mau bantu mama gak?” tanya mama.

“Bantu apa, Ma?” aku balik tanya.

“Mama ingin…” ujar mama sambil mengusap kontolku.

“Roy akan lakukan apapun buat mama…” kataku. Mama tersenyum.

“Mama tunggu di kamar ya?” kata mama. Aku mengangguk..

Sejak saat itu hingga saat ini aku menikah dan punya 2 anak, aku tetap bersetubuh dengan tante Rina kalau ada kesempatan. Walau sudah agak berumur tapi kecantikan dan kemolekan tubuhnya masih tetap menarik. Baik itu di rumah tante Rina kalau tidak ada Om, di rumah aku sendiri, ataupun di hotel.

Sedangkan dengan mama, aku sudah mulai jarang menyetubuhinya atas permintaan mama sendiri dengan alasan tertentu tentunya. Dalam satu bulan hanya 2 kali. Itulah pengalaman kisah nyata aku. Aku tuliskan dengan sebenarnya.

Cerita Dewasa Jadi Gigolo Anak SMA

$
0
0

Cerita Dewasa Jadi Gigolo Anak SMA – Kumpulan Cerita – kali ini akan Memberikan Cerita Dewasa Tentang Jadi Gigolo Anak SMA,langsung saja kita simak – Cerita Dewasa ini terjadi karena kenakalan Gadis Remaja anak majikanku. Ia gadis ranum, Siswi SMA. Namun rupanya telah memiliki fantasi dan pengalaman cukup. Sekali kupenuhi permintaannya untuk menyetubuhi dirinya, ia malah ketagihan, dan aku bak dijadikan gigolo. Digilir bersama sesama Siswi SMA lainnya. Tapi yang jelas, aku senang, dapat memek gadis dan dapat uang untuk kuliah.
“Biar saya yang buka mas”, katanya.

Tangannya yang mungil melepas kancing celana jeansku, dan membantuku membukanya. Kemudian tangannya meremas-remas penisku dari luar CD-ku. Dijilatinya CD-ku sambil tangannya meremas-remas pantatku. Akupun sudah tak tahan lagi, langsung aku buka CD-ku sehingga penisku yang sudah tegak, bergelantung ke luar.
“Ih, wowww…!!!”, desis Non Juliet, sambil tangannya mengelus-elus penisku.

Aku bekerja sebagai seorang sopir di Malang. Namaku Sony, umurku 24 tahun, dan berasal dari Jember. Aku sudah bekerja selama 2 tahun pada juraganku ini, dan aku sedang menabung untuk melanjutkan kuliahku yang terpaksa berhenti karena kurang biaya. Wajahku sih kata orang ganteng, ditambah dengan tubuh lumayan atletis. Banyak teman SMA-ku yang dulu bilang, seandainya aku anak orang kaya, pasti sudah jadi playboy kelas super berat. Memang ada beberapa teman cewekku yang dulu naksir padaku, tetapi tidak aku tanggapi.

Mereka bukan tipeku.
Juraganku punya seorang anak tunggal, gadis berumur 18 tahun, kelas 3 SMA favorit di Malang. Namanya Juliet. Tiap hari aku mengantarnya ke sekolah. Aku kadang hampir tidak tahan melihat tubuh Juliet yang seksi sekali. Tingginya kira-kira 168 cm, dan payudaranya besar dan kelihatannya kencang sekali. Ukurannya kira-kira 36C. Ditambah dengan penampilannya dengan rok mini dan baju seragamnya yang tipis, membuatku ingin sekali menyetubuhinya.

Setiap kali mengantarnya ke sekolah, ia duduk di bangku depan di sampingku, dan kadang-kadang aku melirik melihat pahanya yang putih mulus dengan bulu-bulu halus atau pada belahan payudaranya yang terlihat dari balik seragam tipisnya itu. Tapi aku selalu ingat, bahwa dia adalah anak juraganku. Bila aku macam-macam bisa dipecatnya aku nanti, dan angan-anganku untuk melanjutkan kuliah bisa berantakan. Siang itu seperti biasa aku jemput dia di sekolahnya. Mobil BMW biru metalik aku parkir di dekat kantin, dan seperti biasa aku menunggu Non-ku di gerbang sekolahnya.

Tak lama dia muncul bersama teman-temannya.
“Siang, Non…, mari saya bawakan tasnya”.
“Eh…, Mas, udah lama nunggu?”, katanya sambil mengulurkan tasnya padaku.
“Barusan kok Non..”, jawabku.
“Jul…, ini toh supirmu yang kamu bicarain itu. Lumayan ganteng juga sih…, ha…, ha..”, salah satu temannya berkomentar. Aku jadi rikuh dibuatnya.
“Hus..”, sahut Non-ku sambil tersenyum. “Jadi malu dia nanti..”.
Segera aku bukakan pintu mobil bagi Non-ku, dan temannya ternyata juga ikut dan duduk di kursi belakang.
“Kenalin nih mas, temanku”, Non-ku berkata sambil tersenyum. Aku segera mengulurkan tangan dan berkenalan.
“Sony”, kataku sambil merasakan tangan temannya yang lembut.
“Niken”, balasnya sambil menatap dadaku yang bidang dan berbulu.
“Mas, antar kita dulu ke rumah Niken di Tidar”, instruksi Non Juliet sambil menyilangkan kakinya sehingga rok mininya tersingkap ke atas memperlihatkan pahanya yang putih mulus.
“Baik Non”, jawabku. Tak terasa penisku sudah mengeras menyaksikan pemandangan itu. Ingin rasanya aku menjilati paha itu, dan kemudian mengulum payudaranya yang padat berisi, kemudian menyetubuhinya sampai dia meronta-ronta…, ahh.

Tak lama kitapun sampai di rumah Niken yang sepi. Rupanya orang tuanya sedangke luar kota, dan merekapun segera masuk ke dalam. Tak lama Non Juliet ke luar dan menyuruhku ikut masuk.
“Saya di luar saja Non”.
“Masuk saja mas…, sambil minum dulu…, baru kita pulang”.
Akupun mengikuti perintah Non-ku dan masuk ke dalam rumah. Ternyata mereka berdua sedang menonton VCD di ruang keluarga.
“Duduk di sini aja mas”, kata Niken menunjuk tempat duduk di sofa di sebelahnya.
“Ayo jangan ragu-ragu…”, perintah Non Juliet melihat aku agak ragu.
“Mulai disetel aja Nik…”, Non Juliet kemudian mengambil tempat duduk di sebelahku.
Tak lama kemudian…, film pun dimulai…, Woww…, ternyata film porno. Di layar tampak seorang pria negro (Senegal) sedang menyetubuhi dua perempuan bule (Prancis & Spanyol) secara bergantian. Napas Non Juliet di sampingku terdengar memberat, kemudian tangannya meremas tanganku. Akupun sudah tidak tahan lagi dengan segala macam cobaan ini. Aku meremas tangannya dan kemudian membelai pahanya. Tak berapa lama kemudian kamipun berciuman. Aku tarik rambutnya, dan kemudian dengan gemas aku cium bibirnya yang mungil itu.
“Hmm… Eh”, Suara itu yang terdengar dari mulutnya, dan tangankupun tak mau diam beralih meremas-remas payudaranya.

Cerita Dewasa Jadi Gigolo Anak SMA Kubuka kancing seragamnya satu persatu sehingga tampak bongkahan daging kenyal yang putih mulus punya Non-ku itu. Aku singkap BH-nya ke bawah sehingga tampaklah putingnya yang merah muda dan kelihatan sudah menegang.
“Ayo…, hisap dong mas…, ahh”. Tak perlu dikomando lagi, langsung aku jilat putingnya, sambil tanganku meremas-remas payudaranya yang sebelah kiri. Aku tidak memperhatikan apa yang dilakukan temannya di sebelah, karena aku sedang berkonsentrasi untuk memuaskan nafsu birahi Non Juliet. Setelah puas menikmati payudaranya, akupun berpindah posisi sehingga aku jongkok tepat di depan selangkangannya. Langsung aku singkap rok seragam SMA-nya, dan aku jilat CD-nya yang berwarna pink. Tampak bulu vaginanya yang masih jarang menerawang di balik CD-nya itu.
“Ayo, jilatin memekku mas”, Non Juliet mendesah sambil mendorong kepalaku. Langsung aku sibak CD-nya yang berenda itu, dan kujilati kemaluannya.
“Ohh…, nikmat sekali…”, erangan demi erangan terdengardari mulut Non-ku yang sedang aku kerjai. Benar-benar beruntung aku bisa menjilati kemaluan seorang gadis kecil anak konglomerat. Tanganku tak henti mengelus, meremas payudaranya yang besar dan kenyal itu.
“Aduh, cepetan dong, yang keras…, aku mau keluar.., ehhmm ohh..”. Tangan Non Juliet meremas rambutku sambil badannya menegang. Bersamaan dengan itu keluarlah cairan dari lubang vaginanya yang langsung aku jilat habis. Akupun berdiri dan membuka ritsluiting celanaku. Tapi sebelum sempat aku buka celanaku, Non Juliet telah ambil alih.
“Biar saya yang buka mas”, katanya.

Tangannya yang mungil melepas kancing celana jeansku, dan membantuku membukanya. Kemudian tangannya meremas-remas penisku dari luar CD-ku. Dijilatinya CD-ku sambil tangannya meremas-remas pantatku. Akupun sudah tak tahan lagi, langsung aku buka CD-ku sehingga penisku yang sudah tegak, bergelantung ke luar.
“Ih, wowww…!!!”, desis Non Juliet, sambil tangannya mengelus-elus penisku. Tak lama kemudian dijilatinya buah pelirku terus menyusuri batang kemaluanku. Dijilatinya pula kepala penisku sebelum dimasukkannya ke dalam mulutnya. Aku remas rambutnya yang berbando itu, dan aku gerakkan pantatku maju mundur, sehingga aku seperti menyetubuhi mulut anak juraganku ini. Rasanya luar biasa…, bayangkan…, penisku berwarna hitam sedang dikulum oleh mulut seorang gadis manis. Pipinya yang putih tampak menggelembung terkena batang kemaluanku.
“Punyamu besar sekali mas Son…, Jul suka.., ehmm..”, katanya sambil kemudian kembali mengulum kemaluanku.

Setelah kurang lebih 15 menit Non Juliet menikmati penisku, dia suruh aku duduk di sofa. Kemudian dia menghampiriku sambil membuka seluruh pakaiannya sehingga dia tampak telanjang bulat. Dinaikinya pahaku, dan diarahkannya penisku ke liang vaginanya.
“Ayo.., masukkin dong mas… Jul udah nggak tahan nih…”, katanya memberi instruksi, aku tahu dia ingin merasakan nikmatnya penisku. Diturunkannya pantatnya, dan peniskupun masuk perlahan ke dalam liang vaginanya.

Kemaluannya masih sempit sekali sehingga masih agak sulit bagi penisku untuk menembusnya. Tapi tak lama masuk juga separuh dari penisku ke dalam lubang kemaluan anak juraganku ini.
“Ahh…, yeah…, sekarang masukin deh penis mas yang besar itu di memekku”, katanya sambil naik turun di atas pahaku. Tangannya meremas dadanya sendiri, dan kemudian disodorkannya putingnya untukku.
“Yah, begitu dong mas”, Tak perlu aku tunggu lebih lama lagi langsung aku lahap payudaranya yang montok itu. Sementara itu Non Juliet masih terus naik turun sambil kadang-kadang memutar-mutar pantatnya, menikmati penis besar sopirnya ini.
“Sekarang setubuhi Jul dalam posisi nungging… ya mas Son…?”, instruksinya. Diapun turun dan menungging menghadap ke sofa.
“Ayo dong mas…, masukkin dari belakang”, Non Juliet menjelaskan maksudnya padaku. Akupun segera berdiri di belakangnya, dan mengelus-elus pantatnya yang padat.

Kemudian kuarahkan penisku ke lubang vaginanya, tetapi agak sulit masuknya. Tiba-tiba tak kusangka ada tangan lembut yang mengelus penisku dan membantu memasukkannya ke liang vagina Non Juliet. Aku lihat ke samping, ternyata Niken, yang membantuku menyetubuhi temannya. Dia tersenyum sambil mengelus-elus pantat dan pahaku.
Aku langsung menyetubuhi Non Juliet dari belakang. Kugerakkan pantatku maju mundur, sambil memegang pinggul Nonku.
“Ahh…, Mas…, Mas…, Terus dong…, nikmat sekali”, Non Juliet mengerang nikmat. Tubuhnya tampak berayun-ayun, dan segera kuremas dari belakang. Kupilin-pilin puting susunya, dan erangan Non Juliet makin hebat.

Niken sekarang telah berdiri di sampingku dan tangannya sibuk menelusuri tubuhku. Ditariknya rambutku dan diciumnya bibirku dengan penuh nafsu. Lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku. Sambil berciuman dibukanya kancing baju seragamnya sehingga tampak buah dadanya yang tidak terlalu besar, tetapi tampak padat.
“Ohh.., terus dong mas… yang cepat dong ahhh… Jul keluar mas… ohhh…”, Non Juliet mengerang makin hebat. Tak berapa lama terasa cairan hangat membasahi penisku.
“Non…, saya juga hampir keluar..”, kataku.
“Tahan sebentar mas…, keluarin dimulutku…”, kata Non Juliet.

Cerita Sex Ayah Tolong Puaskan Aku

Cerita Sex Ayah Tolong Puaskan Aku

Non Juliet dan Niken berlutut di depanku, dan Niken yang sejak tadi tampak tak tahan melihat kami bersetubuh di depannya, langsung mengulum penisku di mulutnya. Sementara itu Non Juliet menjilat-jilat buah pelirku. Mereka berdua bergantian mengulum dan menjilat penisku dengan penuh nafsu. Akupun sibuk membelai rambut kedua remaja ini, yang sedang memuaskan nafsu birahi mereka.
“Ayo, goyang yang keras dong mas…”, Non Juliet memberiku instruksi sambil menelentangkan tubuhnya di atas karpet ruang keluarga.
“Ayo penisnya taruh di sini mas…”, kata Non Juliet lagi. Akupun segera menaruh berlutut di atas dada Non-ku dan menjepit penisku di antara dua bukit kembarnya. Segera aku maju mundurkan pantatku, sambil tanganku mengapitkan buah dadanya.
“Oh, nikmat sekali…”.
Sementara Niken sibuk mengelap tubuhku yang basah karena keringat. Tak berapa lama kemudian, akupun tak tahan lagi. Kuarahkan penisku ke dalam mulut Non Juliet, dan dikulumnya sambil meremas-remas buah pelirku.
“Ahh…, Non…, ahh”, jeritku dan air manikupun menyembur ke dalam mulut mungil Non Juliet. Akupun tidur menggelepar kecapaian di atas karpet, sementara Non Juliet dan Niken sibuk menjilati bersih batang kemaluanku.
Setelah itu kamipun sibuk berpakaian, karena jam sudah menunjukkan pukul 15.00. Orang tua Juliet termasuk orang tua yang strict pada anaknya, sehingga bila dia pulang telat pasti kena marah. Di mobil dalam perjalanan pulang, Juliet memberiku uang Rp 1.000.000,-.
“Ambil mas, buat uang lelah, Tapi janji jangan bilang siapa-siapa tentang yang tadi ya”, katanya sambil tersenyum. Akupun mengangguk senang.
“Besok kita ulangi lagi ya mas…, soalnya Niken minta bagian”.
Demikian kejadian ini terus berlanjut. Hampir setiap pulang sekolah, Non Juliet akan pura-pura belajar bersama temannya. Tetapi yang terjadi adalah dia menyuruhku untuk memuaskan nafsu birahinya dan juga teman-temannya, Niken, Linda, Nina, Mimi, Etik, dll.
Tapi akupun senang karena selain mendapat penghasilan tambahan dari Non Juliet, akupun dapat menikmati tubuh remaja mereka yang putih mulus.

Demikian Cerita Dewasa Jadi Gigolo Anak SMA,Semoga anda dapat terhibur atas posting kami kali ini,ikuti terus update kami selanjutnya di kumpulan Cerita,Terimakasih

Cerita Ngentot Bercinta Dengan Tante Girang

$
0
0

Cerita Ngentot Bercinta Dengan Tante Girang – Cerita Seks Bugil ini merupakan pengalaman cerita seks aku saat masih di Kota Kembang dulu, memang saat itu aku masih duduk disalah satu perguruan tinggi dan bekerja di salah satu perusahaan untuk menambah uang jajanku. Kadang aku kerja pagi sampai jam 2 dan sore sampai malam aku kuliah mengambil Hukum. Cerita sex ini merupakan pengalaman yang saat indah karena aku bercinta dengan dua tante tante girang sekaligus wah mungkin ini merupakan sebuah keinginan semua cowok bercinta dengan dua wanita sekaligus. Begini ceritanya berenang adalah salah satu olahraga rekreasi favoritku selama aku kuliah di Bandung.

Tapi pada masa itu sebagai mahasiswa yang masih mengandalkan kiriman orang tua, aku harus berhemat dan tidak bisa sering-sering berenang. Paling-paling aku hanya berenang 2 atau 3 kali dalam sebulan. Kadang aku berenang bersama teman-teman kampus, tapi lebih sering berenang sendiri karena tidak banyak teman-temanku yang mau meluangkan waktu untuk berenang secara rutin. Aku sering berenang di daerah Setiabudi, di sana ada kolam air hangatnya sehingga aku bisa berenang sampai malam tanpa takut kedinginan oleh udara malam kota Bandung.
Hari Jumat itu aku seperti biasa berenang sendiri. Setelah melakukan gaya bebas bolak-balik beberapa kali aku beristirahat sambil tetap berendam di tepi kolam. Hari itu agak sepi, paling hanya 15 orang saja yang ada di kolam renang. Langit sudah mulai gelap dan lampu-lampu di sekitar kolam renang sudah mulai dinyalakan. Tapi aku masih ingin berlama-lama menikmati kolam renang, maklum besok hari Sabtu tidak ada kegiatan kuliah.
Tidak berapa lama kulihat seorang wanita berrambut ikal yang berumur sekitar 40-an masuk ke area kolam renang. Meskipun sudah tidak muda lagi badannya terlihat sangat terawat dan sexy. Payudaranya tampak agak menggantung tapi masih cukup kencang dan menurutku tidak kalah dengan wanita-wanita yang lebih muda. Kulitnya putih dan wajahnya juga masih tampak cantik…ah.. rasanya aku kenal wanita itu… Kalau tidak salah dia Tante Anis, teman klub aerobik Tante Nita bekas ibu kosku di Dago yang pernah kuceritakan kisahnya beberapa waktu yang lalu. Pantas saja tubuhnya sexy…. Setelah meletakkan barang-barang bawaannya wanita itu mulai menceburkan diri ke kolam renang, tepat di seberangku. Lalu perlahan ia mulai berenang mengelilingi kolam renang. Saat ia berenang di depanku, kuberanikan memanggil namanya, “Tante Anis…” Wanita itu berhenti dan berbalik menatapku.
“Hey… Novan ya… sama siapa berenang?” tanya Tante Anis sambil mencubit lenganku.
“Biasa tante… sendirian aja, tante sama siapa?”
“Oh, sama Dewi teman kantor tante… tapi kayaknya dia masih di kamar ganti tuh…soalnya tadi tasnya ketinggalan di mobil… nah itu dia baru datang, tante kenalin yaaa…”
Tampak seorang wanita, terlihat masih muda dan lumayan manis mungkin umurnya sekitar 25-an, berjalan ke arah kolam renang. Rambutnya lurus melewati bahu, tubuhnya terkesan atletis dengan buah dada montok berisi seperti Pamela Anderson di film serial TV “Bay Watch”. Tante Anis lalu naik ke pinggir kolam dan bergegas menghampiri wanita tersebut. Tak lama kemudian kedua wanita itu kembali masuk ke kolam renang.
“Wi.. ini kenalin… Novan, Van… ini kenalin..Dewi, teman kantor tante,” Sambil mengulurkan tangannya Dewi tersenyum dan menyebutkan namanya, senyumnya manis sekali. Akupun menyebutkan namaku sambil menikmati kehalusan tangannya. Setelah berbasa-basi sebentar Dewi berpamitan untuk berenang beberapa keliling, lalu aku dan Tante Anis mengikutinya. Sebenarnya aku sudah cukup lelah setelah berenang sebelumnya, tapi kebersamaan dengan Tante Anis dan Dewi kayaknya sayang kalau dilewatkan begitu saja hanya karena rasa capai yang tidak seberapa. Setelah berenang beberapa keliling kamipun akhirnya berhenti.
“Novan.. kok udah lama tante nggak pernah lihat kamu jemput Tante Nita lagi?”
“Lho… saya khan sudah nggak kos di tempat Tante Nita…”
“Tapi tante dengar kamu masih suka ketemu dengan Tante Nita, iya khan..?” Tante Anis mulai menggodaku dengan senyumnya yang nakal. Aku tidak menjawab, hanya tertawa ringan.
“Tante Nita suka cerita tentang kamu lho…hmm.. bikin kita-kita penasaran deh,” Tante Anis menggoda lagi, kini tangannya mencubit perutku.
“Aduh… sakit tante…,” kataku pura-pura kesakitan. Dewi yang tidak tahu arah pembicaraan kami tampak agak bingung.
Tante Anis merapatkan badannya ke sampingku dan melingkarkan tangannya di pinggangku.
“Dewi, kamu kenal dengan Nita teman aerobikku khan..? Novan ini dulu kos di tempat Nita dan semenjak itu si Nita bisa jadi betah banget di rumah kalau Novan lagi nggak kuliah, nggak tau ngapain aja dia dengan si Novan ini,” Tante Anis tertawa genit sambil melirikku. Dewi hanya tersenyum-senyum saja memandangku.
“Ah… ati-ati Teh Anis… mahasiswa sekarang memang nakal-nakal….!!”
Udara malam makin dingin, tapi suasana kami justru mulai menghangat. Aku merasa kegenitan Tante Anis sedang menantikan tanggapanku. Aku mulai memberanikan diri memegang dan meremas-remas pantat Tante Anis dengan lembut. Jantungku berdegup-degup menanti reaksi Tante Anis… syukurlah dia diam saja dan membiarkan tanganku terus beraksi. Hanya aku dan Tante Anis yang tahu persis apa yang kami lakukan. Suasana kolam renang tidak begitu terang dan kami berendam sebatas leher sehingga apapun yang diperbuat tangan-tangan kami di bawah air tidak akan terlihat siapapun. Meskipun demikian Dewi kelihatannya mengerti apa yang terjadi, tapi dia pura-pura tidak tahu dan dengan sengaja berenang menjauhi kami.
Melihat kegenitannya mendapat tanggapanku dan tidak ada lagi orang lain di dekat kami, Tante Anis semakin berani. Tangannya mulai dengan sengaja menyentuh penisku yang mulai menegang. Melihat aku tidak menolak perlakuannya Tante Anis mulai berani meremas-remas penisku sehingga membuatnya mengeras. Tante Anis tersenyum nakal.
“Oh, ini rupanya yang bikin Tante Nita lupa sama suaminya.” Aku tidak mau ketinggalan, kuraba dan kuremas-remas kedua buah dada Tante Anis sehingga membuatnya memekik perlahan. Kami saling meraba dan berpandang-pandangan penuh nafsu. Perlahan-lahan kuarahkan tangan kananku ke selangkangan Tante Anis dan kurasakan gundukan yang lembut dan hangat di antara kedua pahanya. Mulut Tante Anis sedikit terbuka, nafasnya mulai terasa berat dan matanya mulai sayu, tampaknya dia mulai terangsang.
“Ssstop Novan… jangan disini… kita ke hotel aja… mau?” kata Tante Anis setengah berbisik dengan nafas mulai berat menahan birahi. Aku mengangguk setuju.
“Tapi Dewi gimana tante…. masak ditinggal?”
“Tenang aja, itu urusan tante… kamu naik dulu… tante mau bicara sama Dewi.”
Aku bergegas naik dan mengambil handuk serta sabun untuk mandi. Saat aku kembali ke kolam renang tampak Dewi dan Tante Anis sudah duduk di kursi sambil mengenakan handuk.
“Novan, keberatan nggak kalau Dewi ikutan acara kita?” tanya Tante Anis sambil mengedipkan sebelah mata kepadaku.
“Terserah Dewi aja, Novan sih nggak keberatan tante…” kataku. “Iiih… emangnya acara apaan sih…?” tanya Dewi, entah dia cuma pura-pura atau memang tidak tahu aku tidak peduli, yang jelas malam ini aku akan menikmati tubuh Tante Anis yang sexy. Belum terbayang bagiku bagaimana kalau nanti Dewi ikut bergabung, aku belum pernah ML dengan lebih dari satu wanita sekaligus.
Kutitipkan motorku di kantor Satpam, kebetulan karena sudah sering berenang di situ aku jadi kenal dengan mereka. Kami bertiga lalu meluncur pergi ke arah Lembang dengan mobil Tante Anis. Tidak berapa lama kemudian kami sampai di Lembang dan Tante Anis lalu mengajak kami untuk makan malam di sebuah rumah makan. Setelah selesai makan Tante Anis membeli beberapa kaleng bir, softdrink dan makanan kecil, “Untuk bekal sampai pagi cukup nggak…” tanya Tante Anis sambil tersenyum nakal. Aku mengangguk setuju sementara Dewi masih pura-pura tidak tahu apa yang terjadi.
Akhirnya kami meluncur ke sebuah hotel kecil yang cukup bagus di sekitar Lembang, lokasinya enak dan aman untuk berselingkuh karena mobil bisa langsung parkir di garasi yang tersedia di sebelah kamar. Mungkin hotel itu sejak semula sudah dirancang untuk tempat perselingkuhan, entahlah…..
“Eh.. seperti yang aku bilang tadi…. kalau kalian mau ML aku nggak ikutan yaa… aku cuma nunggu kalian di mobil aja.”
“Aduh Dewi… kami nggak tega ninggalin kamu di mobil. Kita bakalan di sini sampai pagi lho, ikutan aja deh ke kamar. Kalau nggak mau ikutan kami ML juga nggak apa-apa, that’s your choice honey… kamu bisa nunggu di ruang tamu sambil minum bir. Atau kalau perlu bisa kami pesankan “extra-bed”. Gimana..?” tanya Tante Anis. Dewi akhirnya mengangguk setuju.
“OK aku di ruang tamunya aja… tapi kalian jangan ribut ya…. nanti aku nggak bisa tidur.”
Aku pikir Dewi ini cuma pura-pura saja tidak mau ikut ML, kalau dia benar-benar tidak mau ikutan kenapa dia tadi tidak minta diantar pulang saja. Itu jauh lebih baik dari pada tidur di mobil ataupun di kamar sementara kami asyik bercinta sampai pagi. Aku rasa Dewi ini sebenarnya mau tapi malu karena baru kenal denganku beberapa jam yang lalu, jadi kupikir bagus juga kalau aku sengaja memancing-mancing dan mengambil inisiatif supaya dia mau ikut. Setidaknya dengan cara itu dia tidak harus merasa malu kalau “terpaksa” ikut bergabung. Hmm… kalau Dewi mau ikutan, ini bakal menjadi pengalaman pertamaku ML dengan dua wanita sekaligus.
Kamar hotel yang dipesan Tante Anis cukup besar, sebenarnya hanya satu ruangan tapi antara tempat tidur dan ruang tamu dipisahkan oleh tirai pembatas. Dengan kondisi seperti itu apapun yang terjadi di tempat tidur pasti akan terdengar di ruang tamu. Dewi merebahkan dirinya di kursi sofa.
“Selamat ML yaa… aku mau disini aja menikmati bir dan tidur nyenyak.”
Sampai di kamar Tante Anis mematikan lampu kamar dan hanya menyisakan lampu tidur yang nyalanya remang-remang saja sementara aku langsung merebahkan diri di tempat tidur. Tante Anis lalu mengikuti dan berbaring di sebelahku. Tanpa menunggu komando aku langsung memeluk dan mencumbu Tante Anis, bibir kami saling memagut dan lidah kami saling melilit penuh nafsu. Tangan-tangan kamipun mulai saling meraba dan meremas daerah sensitif masing-masing. Kuselipkan tanganku ke balik bajunya, oh… rupanya Tante Anis sudah tidak mengenakan BH lagi sehingga tanganku dengan mudah langsung meremas payudaranya. Sementara itu tangan Tante Anis dengan ganas berusaha masuk ke celana dalamku untuk meremas penisku yang sudah menegang sejak tadi. Setelah beberapa saat kami bergumul dan saling meremas dengan panas, aku mulai melepaskan t-shirt dan celana jeansku sementara Tante Anis juga mulai melepas pakaiannya satu per satu.
Akhirnya kami berdua berbaring di atas tempat tidur tanpa sehelai busanapun.
“Tante Anis… tante sexy sekali…,” kataku memuji sambil meraba payudara dan putingnya. Sengaja aku berbicara tanpa berbisik supaya Dewi bisa ikut mendengar.
“Ah… kamu bisa aja,” tampak wajah Tante Anis memerah, mungkin merasa bangga mendapat pujian dari anak muda. Tante Anis juga tampaknya mengerti maksudku sehingga diapun tidak berusaha mengecilkan suaranya.
“Tante, Novan mau menikmati tubuh Tante Anis malam ini sepuas-puasnya… lampunya Novan nyalain aja yaa…”
“Iihh… tante malu ah… khan udah nggak muda lagi…”
“Tapi tante masih sexy banget lho… swear deh…. Novan betul-betul terangsang.”
“Terserah Novan kalau gitu… emangnya Novan mau liat apa sih kok pake nyalain lampu segala…”
“Novan mau menikmati tubuh Tante Anis yang sexy ini sampai puas, Novan mau menikmati buah dada tante yang indah, Novan mau menikmati seluruh bagian vagina tante yang tertutup bulu-bulu lebat itu, Novan mau liat klitoris tante, Novan pengen liat semua bagian dalam vagina tante. Boleh khan…?” kataku merayu sambil menyalakan lampu kamar.
“Tentu boleh aja sayang…., malam ini tante jadi milik kamu. Novan boleh liat apapun yang Novan mau, boleh pegang apapun… pokoknya boleh ngapain aja… sesuka kamu sayang….. Tapi sebaliknya Novan juga jadi milik tante malam ini yaa…. Sekarang tante mau pegang dan isep pisangnya Novan…gimana?” tanya Tante Anis sambil mendorongku ke tempat tidur.
Mulailah Tante Anis menjilati dan mengulum penisku. Rupanya Tante Anis cukup ahli dalam ber-oral, diremasnya buah pelirku sementara penisku dimasukkan ke dalam mulutnya untuk dihisap.
“Hmm dasar anak muda, penisnya keras banget kalau berdiri… tante udah lama nggak ngerasain penis yang keras seperti ini. Tante nggak sabar pengen ngerasain ini di dalam punya tante….” kata Tante Anis sambil terus menjilati kepala penisku. Dimasukkannya kembali penisku ke dalam mulutnya dan sesekali lidahnya menjilati lubang penisku, wow… rasanya membuat tubuhku bergetar menahan nikmat.
“Oohh… tante… enak banget tante….mmhh… isep terus tante…,” aku sengaja mengekspresikan setiap rasa nikmat yang kurasakan dengan harapan supaya Dewi terpancing untuk ikut bergabung.
Aku memutar posisiku sedikit supaya tanganku bisa meraba dan meremas payudara Tante Anis sementara dia tetap mengulum penisku. Dengan lembut kuremas payudaranya dan kupilin-pilin pentilnya. Ini membuat Tante Anis makin bernafsu dan bersemangat mengulum penisku. “Mmhh….mmhh…..” Tante Anis mulai mendesah-desah menahan nikmat. Seranganku kulanjutkan lagi, kali ini tanganku mulai mengarah ke vaginanya. Kurasakan bulu-bulu kemaluannya yang lebat agak basah oleh lendir yang licin. Jari tanganku mulai menyibak bulu-bulu vagina Tante Anis dan masuk ke dalam belahan bibir vaginanya. Akhirnya dengan perlahan kumasukkan jari tengahku ke dalam lubangnya yang basah oleh lendir. Kugosok-gosokkan jariku dengan lembut ke dalam dinding-dinding vagina Tante Anis sementara ibu jariku mempermainkan klitorisnya sehingga Tante Anis menggelinjang keenakan.
“Ah… Novan…. mhh…. masukin sekarang sayang… tante udah kepengen ngerasain penis Novan di dalam vagina tante,” katanya sambil melepaskan penisku dari mulutnya.
Tante Anis lalu merebahkan dirinya di tempat tidur sambil membuka kedua pahanya untuk mempersilahkan penisku masuk. Tapi aku tidak ingin langsung memainkan partai puncak, aku harus menyimpan tenaga karena bukan tidak mungkin akan ada partai tambahan dengan Dewi. “Sabar dulu ya tante… Novan pengen banget jilat vagina tante…Novan nggak tahan liat vagina tante terbuka seperti itu… boleh….?” “Terserah Novan sayaang…. tante udah kepengen banget sampai puncak….” Pantat Tante Anis kuganjal dengan bantal sehingga aku tidak perlu terlalu membungkuk untuk menikmati vaginanya. Perlahan kubuka bibir vaginanya yang sedikit menggelambir dengan kedua jempolku, terlihat bagian dalam vagina Tante Anis begitu merah dan merangsang. Lubangnya masih terlihat lumayan sempit meskipun sudah punya dua anak, sementara klitorisnya tampak menyembul bulat di bagian atas bibir vaginanya.
Tidak tahan melihat pemandangan yang begitu membangkitkan birahi akhirnya aku membenamkan lidahku ke dalam liang vaginanya. Dengan penuh nafsu kujilati seluruh bagian vagina Tante Anis, mulai dari klitoris, bibir vagina, hingga lubang vaginanya tidak luput dari sapuan lidahku yang ganas. Tante Anis meremas rambutku dan terus mendesah menahan nikmat.
“Oohh… oohh… mmhh… Novan…. mmhh… adduhh….” Suara Tante Anis makin membuatku bersemangat, aku terus menjilati seluruh bagian vaginanya seperti seorang bocah sedang menikmati es krim coklat yang begitu nikmat. Jari-jariku mulai ikut ambil bagian untuk masuk ke dalam liang vagina Tante Anis, sementara itu bibirku mengulum klitorisnya dan lidahku terus menjilati serta mempermainkannya dengan penuh nafsu.
“Aaahh… Novan… tante nggak tahan Van…. adduuh…” desahannya makin tak terkendali dan tangannya mulai meremas rambutku dengan keras sementara itu otot-otot kedua kakinya mulai menegang. Tampaknya tidak berapa lama lagi Tante Anis akan mengalami orgasme.
Sementara itu samar-samar kulihat bayangan di ruang tamu mulai bergerak, ah… rupanya Dewi mulai terpancing untuk melihat apa yang kami lakukan di atas tempat tidur.
“Novan… Novan… mmhh… tante nggak tahan lagi… tante udah mau keluar…. mmhh…. ahh…aahh…,” akhirnya seluruh tubuh Tante Anis menegang selama beberapa saat dan kemudian terkulai lemas. Kulitnya yang putih tampak berubah agak memerah, Tante Anis mengalami orgasmenya yang pertama malam itu. Dia tergolek lemas dengan mata terpejam dan mulut terbuka sementara itu vaginanya yang merah seperti daging mentah tampak masih berdenyut-denyut mengeluarkan sisa-sisa kenikmatan. Tante Anis perlahan-lahan mulai pulih kesadarannya setelah beberapa saat terbuai oleh kenikmatan orgasme.
“Novan… enak sekali orgasmenya… mmhh… tante sampe lemes…. rasanya belum apa-apa tulang-tulang tante rontok semua….”
Aku hanya tersenyum. “Gimana tante… udah siap lagi….,” tanyaku menggoda.
“Bentar lagi ya Van… badan tante masih lemes…. dan lagi rasa enaknya masih belum hilang….”
Sementara itu kulihat Dewi sudah berdiri di samping tirai pembatas ruangan, ikut menikmati apa yang kami lakukan.
“Dewi, kalau mau gabung kesini aja… nggak apa-apa kok,” kataku memancing-mancing.
“Iih… enggak ah, aku cuma pengen ngeliat kalian ML aja kok, soalnya suaranya seru banget sih… sampe Dewi nggak bisa tidur.”
“Iya Dewi… sini aja lah…, ngapain kamu berdiri di situ… duduk aja di dekat tempat tidur biar bisa liat lebih jelas kalau emang mau liat kita ML,” Tante Anis ikut menimpali. Dewi kelihatan masih malu-malu, aku lalu berdiri menghampirinya dan menariknya ke sisi tempat tidur.
“Tapi kalian nggak apa-apa kalau Dewi ikutan ngeliat di sini…?” tanyanya sambil duduk di kursi.
“Ah nggak apa-apa Wi, malah kami lebih senang lagi kalau kamu juga mau ikutan ML dengan kami, iya khan Van…… Ikutan ajalah sekalian, aku nggak akan bilang sama suamimu asal kamu juga nggak cerita ke suamiku,” kata Tante Anis sambil melirikku dan aku mengangguk mengiyakan. Wajah Dewi tampak merah, “Ah.. Dewi cuma mau liat kalian aja dulu….” Betul dugaanku, sebenarnya Dewi mau ikut bergabung hanya saja ia masih malu-malu. Yang dibutuhkannya cuma sebuah alasan yang pas.
Sementara itu Tante Anis tampaknya sudah pulih sepenuhnya, tangannya mulai meraih penisku dan menuntunnya ke arah liang hangat di selangkangannya.
“Ayo sayang… kita lanjutin lagi…. sekarang punya kamu harus dimasukkin ke sini ya…tante dari tadi pengen ngerasain punya kamu…” Aku hanya tersenyum, sementara itu aku mulai menjilati payudara Tante Anis dan mempermainkan putingnya diantara kedua bibirku. Tubuh Tante Anis mulai menggeliat-geliat kembali.
“Ah… Novan… tante jadi konak lagi… punya kamu masukin ya…. sekarang sayang… sekarang… tante udah kepengen banget ngerasain penismu yang keras ini…” Tante Anis terus merengek-rengek meminta aku memasukkan penis ke vaginanya sementara itu tangannya terus meremas-remas penisku sehingga membuatnya makin mengeras. Akhirnya perlahan-lahan kubuka paha Tante Anis sehingga bibir vaginanya membelah dan menampakkan liangnya yang bisa mengundang nafsu birahi setiap lelaki.
Dengan perlahan-lahan kutuntun penisku menuju lubang vagina Tante Anis yang sudah siap menanti sejak tadi, dan… blesss… dengan sekali sentakan ringan penisku masuk ke dalam vaginanya. “Aahh…” teriak Tante Anis sambil menaikkan pinggulnya untuk menyambut penisku. Rupanya Tante Anis sudah sangat terangsang dan bernafsu sehingga sekalipun dia berada di posisi bawah justru dia yang lebih aktif menggerak-gerakkan pinggulnya. Aku tidak mau kalah ganas dengan tante berumur 40-an ini, kugerakkan pinggulku turun naik dengan sentakan-sentakan yang kuat sehingga penisku terasa masuk ke dalam dengan mantap.
“Aduhh.. Novan… penismu sampai ke ujung… enak banget….mmhh… terus sayang… tusuk yang kuat sayang… tante suka…. mmhh… mmhh…. mmhh… mmhh …mmhh ..” Tante Anis terus mendesah berulang-ulang seirama dengan tusukan penisku. Suara kecipak beradunya penisku dengan vagina Tante Anis dan suara derit ranjang yang bergoyang menyertai desah persetubuhan kami yang ganas. Aku rasa dengan cara seperti ini Tante Anis tidak akan bertahan lama.
Beberapa saat kemudian Tante Anis minta ganti posisi, dia ingin berada di atas. Akhirnya aku berbaring pasrah sementara Tante Anis memposisikan dirinya berjongkok di atasku. Tangannya meraih penisku dan membimbingnya menuju liang vaginanya yang basah kuyup oleh lendirnya sendiri. Begitu penisku masuk, Tante Anis lalu mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas. Gerakannnya makin lama makin cepat dan desahannya makin keras, “Mhh… mmhh.. mmhh….” aku belum pernah merasakan goyangan pinggul seorang wanita seganas Tante Anis. Saking keras dan semangatnya goyangan Tante Anis, beberapa kali penisku sempat terlepas dari cengkeraman vaginanya tapi Tante Anis dengan sigap memasukkan kembali. Dan akhirnya tidak sampai tiga menit Tante Anis di posisi atas iapun mulai mengalami orgasme yang kedua kali….
“Aduh… tante mau keluar lagi sayang… aduuh… mmhh… mmhh… mmhh… aahh!” Tante Anis menjerit keras berbarengan dengan orgasmenya yang kedua. Kedua tangannya mencengkeram erat dadaku dan kepalanya mendongak ke atas sementara itu vaginanya menelan habis penisku sampai aku bisa merasakan ujungnya.
Baru kali ini kurasakan orgasme seorang wanita yang begitu ganas dan intens. Seganas-ganasnya Tante Nita, rasanya masih kalah ganas dibandingkan Tante Anis. Tidak berapa lama kemudian Tante Anis terkulai lemas di dadaku. Aku melirik ke arah Dewi, kulihat dia mulai terangsang hebat melihat “live-show” di depan matanya… Duduknya serba gelisah dan tangannya meremas-remas ujung bajunya. Aku sendiri sebenarnya belum orgasme, tapi rasanya juga tidak lama lagi. Permainan liar Tante Anis mau tidak mau membuatku makin dekat menuju puncak orgasme juga. Kalau aku sekarang mengajak Dewi untuk ML pasti aku tidak akan sanggup bertahan lama, jadi kuputuskan untuk menyelesaikan ronde pertamaku dengan Tante Anis saja. Setelah Tante Anis mulai pulih dari orgasmenya, aku balikkan tubuhnya sehingga dia kembali dalam posisi terlentang. Tanpa basa-basi langsung aku menancapkan penisku ke dalam vaginanya.
“Novan… tante masih lemes… sabar sayang…. sebentar lagi…. mmhh… mmhh…” Tante Anis mencoba mendorongku. Tapi tenaganya tidak cukup kuat, lagi pula hanya berselang beberapa detik kemudian tampaknya Tante Anis sudah mulai terangsang lagi. Apalagi setelah telinga dan lehernya kujilati dengan lidahku. Maklum kaum wanita dalam hal persetubuhan sebenarnya jauh lebih hebat dari pria, mereka bisa mengalami orgasme berkali-kali dalam waktu yang singkat kalau mendapatkan rangsangan yang tepat.
Aku terus menusukkan penisku berulang-ulang ke dalam vagina Tante Anis.
“Novan… kamu nakal sekali… mmhh… mmhh …. dasar anak muda….. mmhh… adduuh sayang… nanti tante bisa keluar lagi…. mmhh… Novan… aduuhh…mmhh… tante jadi konak lagi… aahh… kamu ganas sekali….” kurasakan pinggul Tante Anis yang semula diam pasrah kini mulai mengikuti gerakan pinggulku. Setiap kali aku menusukkan penisku, pinggul Tante Anis menyentak ke atas sehingga penisku masuk semakin dalam. Gerakannya yang kembali ganas membuat ketahananku hampir jebol. Perlahan-lahan kuatur posisiku agar bisa menusukkan penis sedalam-dalamnya.
“Tante… udah mau keluar belum…..?”
“Mmhh… iya sayang…. tante udah mau keluar lagi…. mmhh …mmhh…”
“Sekarang kita barengan ya… Novan juga udah mau keluar….” “Hmmhh……. keluarin aja sayang… keluarin semuanya di dalam…. tante siap menampung…. tante udah nggak tahan sayaang.. … tusuk tante yang kuat……. mmhh…. uuh… rasanya penis kamu makin besar….. dorong yang kuat sayang….. iya… seperti itu sayang… iya… masukin yang dalam…mmhh… adduuh… tante keluar lagi…. aahh…aagh….!!”
“Tante… mmhh… aduuh… Novan udah nggak tahan lagii….. aahh…aahh..aagghh…!!” Akhirnya sebuah semburan sperma yang dahsyat ke dalam vagina Tante Anis menyertai kenikmatan orgasmeku. Sementara itu tubuh Tante Anis juga kembali menegang dan berkedut-kedut menahan nikmat orgasmenya yang ketiga malam itu. Tidak lama kemudian tubuh kami saling berpelukan dengan lemas, kami tidak bergerak ataupun berkata-kata untuk beberapa saat karena rasa nikmat orgasme yang bersamaan tadi seolah meluluhkan semua kekuatan dan keinginan kami selama beberapa saat.
Aku dan Tante Anis hanya ingin diam berpelukkan dan saling menikmati hangatnya tubuh masing-masing, sementara penisku yang terasa makin melemah masih tertancap di dalam vagina Tante Anis…. Tidak berapa lama kemudian aku membaringkan tubuhku di samping Tante Anis. Penisku tergolek lemah kelelahan, basah kuyup oleh campuran lendir vagina Tante Anis dan spermaku sendiri. Sementara itu dari celah vagina Tante Anis lelehan sisa spermaku yang berwarna putih kental tampak mengalir keluar bercampur dengan lendir Tante Anis. Aku yakin spermaku banyak sekali yang masuk ke vaginanya karena sudah hampir dua minggu aku belum mengeluarkannya. Tante Anis memiringkan badannya dan mengelus-elus penisku.
“Gila kamu Novan….. belum-belum tante udah keluar tiga kali… kayaknya tante nggak bakalan kuat nih kalau ML sampai pagi….”
“Ah nggak apa-apa tante… khan ada Dewi, dia bisa gantiin tante kalau tante udah capek… iya nggak,” kami tertawa cekikikan melirik Dewi yang dari tadi tampak duduk gelisah menahan gejolak nafsu.
“Iya Dewi, ayo kamu ikutan sini dong… bantuin aku ngerjain Novan… aku nggak bakalan kuat kalau sendiri,” kata Tante Anis ikut memanaskan suasana.
“Ah… kayaknya aku nggak perlu bantuin Teh Anis…, tuh liat… Novan punya udah lemes… kelihatannya dia juga udah bakal nggak kuat lagi main dengan Dewi….,” kata Dewi yang mulai menanggapi ajakan kami dengan setengah menantang.
“Tapi kalau punyaku bisa berdiri lagi Dewi mau ikutan nggak…?” pancingku.
“Boleh aja… tapi buktiin dong kalau Novan punya masih sanggup berdiri lagi seperti tadi,” kata Dewi. Tampaknya Dewi sudah mendapatkan alasan yang pas untuk ikut bergabung.
“Ok… aku akan buktikan kalau sebentar lagi punyaku akan bangun dan keras seperti tadi tapi syaratnya harus Dewi yang bangunin yaa…” kataku tersenyum.
“Iya… tapi dibersihin dulu dong… Dewi nggak mau bekas Teh Anis… he… he.. he…” Aku lalu bangkit ke kamar mandi untuk membersihkan penisku dari sisa-sisa cairan hasil persetubuhan dengan Tante Anis. Saat keluar dari kamar mandi tampak Dewi sudah duduk di tepi tempat tidur. Sementara itu Tante Anis gantian duduk tanpa busana di kursi sambil menenggak sekaleng bir hitam dan menghisap rokok.
“Ayo sini anak muda…. kita buktikan apa kamu masih sanggup bertempur lagi…” kata Dewi sambil tersenyum nakal. Setelah mendapat alasan yang pas, Dewi yang sebelumnya tampak malu-malu mulai menampakkan nafsu sex yang tidak kalah dengan Tante Anis. Aku lalu membaringkan tubuhku di tempat tidur.
Tanpa banyak basa-basi lagi Dewi langsung mengelus-elus penisku yang masih terkulai lemas akibat kelelahan setelah bertempur hebat dengan Tante Anis. Diremas-remasnya biji pelirku dan kemudian Dewi mulai menjilat-jilat batang penisku. Aku mulai merasakan kenikmatan lidah Dewi dan remasan lembut tangannya, akibatnya penisku perlahan-lahan mulai menunjukkan tanda kehidupan. Dewi mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya, dikulumnya kepala penisku dan dikocok-kocoknya batang penisku dengan tangannya. Tentu saja tidak berapa lama kemudian penisku mengeras kembali. Merasakan penisku kembali membesar dan mengeras, Dewi semakin bernafsu menghisap dan menjilatinya. Perlahan-lahan kulepaskan mulutnya dari penisku.
“Nah, sudah terbukti bisa bangun lagi khan… sekarang giliran Dewi memenuhi janji untuk ikut bergabung… gimana?” Dewi cuma tersenyum sambil dengan sukarela melepaskan pakaiannya satu per satu dan berbaring di sisiku. Karena sejak awal aku sudah tertarik dengan payudara Dewi yang montok seperti punya Pamela Anderson, aku langsung meremas payudaranya dengan lembut dan mempermainkan putingnya dengan lidahku. Dewi yang sebenarnya dari tadi sudah terangsang mulai mendesah-desah keenakan. Berbeda dengan Tante Anis, meskipun sudah 3 tahun menikah Dewi belum memiliki anak jadi puting susunya masih mungil dan berwarna terang seperti puting susu gadis perawan.
Setelah puas menjilati dan meremas buah dadanya, aku mulai menjelajahi bagian bawah. Perlahan-lahan kujilati bagian perut Dewi dan kemudian akhirnya sampai ke daerah “Segitiga Bermuda”. Bulu kemaluan Dewi tidak selebat Tante Anis sehingga belahan vaginanya sudah tampak jelas tanpa harus menyibakkan bulu-bulunya. Setelah puas menjilati daerah lipatan paha dan daerah bagian atas bulu vagina Dewi, aku membuka bibir vaginanya dan terlihatlah liang vagina yang berwarna merah muda dan sangat indah. Ingin rasanya segera membenamkan penisku ke dalamnya. Mungkin karena belum memiliki anak, kedua bibir vaginanya masih tampak kencang dan tidak menggelambir seperti punya Tante Anis. Secara refleks jari-jari tanganku langsung masuk menggerayangi lubang vaginanya dan membuatnya melenguh keras, “Oohh……..” Langsung lidahku menjilati bibir vagina dan klitorisnya dengan lembut. Setiap kali lidahku menjilati klitorisnya, pinggul Dewi bergerak maju seolah tidak menginginkan lidahku terlepas dari klitorisnya. Setelah kurasa cukup, akhirnya kulepaskan lidahku dari bagian vaginanya dan aku mulai membuka kedua pahanya. Aku benar-benar sudah tidak sabar ingin segera merasakan kenikmatan vagina seorang Dewi.
Dengan lembut kubelai lembut rambutnya, dari matanya kulihat Dewipun sudah tidak sabar ingin menerima penisku. Tapi dia bukan Tante Anis yang secara ekspresif dan terang-terangan mengumbar nafsunya dengan ganas. Dewi hanya menatapku penuh harap sambil nafasnya berdesah-desah tak teratur. Kuposisikan diriku diantara kedua pahanya, lalu perlahan-lahan kubuka bibir vaginanya dan kuarahkan penisku ke liang vagina yang tampak masih sempit. Kuletakkan kepala penisku tepat di depan lubang vaginanya. Lalu dengan lembut tapi pasti kugerakkan pinggulku ke depan sehingga penisku masuk ke dalam vaginanya. Gila….nih cewek… vaginanya masih sempit sekali, benar-benar seperti seorang perawan. Untung saja Dewi sudah cukup terangsang sehingga penisku tidak begitu kesulitan menembus liang vaginanya yang sempit dan basah. Dewi tampak menggigit bibir bawahnya dan tangannya meremas pinggangku. Aku sempat berpikir mungkin Dewi merasa kesakitan akibat perbuatanku, gerakanku kuhentikan sejenak.

Cerita Bokep "Ngentot Mama Di Hotel"

Cerita Bokep “Ngentot Mama Di Hotel”

“Sakit sayang…?” tanyaku. Dewi menggeleng perlahan.
“Enak sayang….?” kataku lagi. Dewi hanya mengangguk sambil tersenyum. Sedikit demi sedikit kupercepat gerakanku, vagina Dewi terasa makin basah dan gerakan penisku terasa mulai lancar.
Setelah merasakan persetubuhan yang ganas dengan Tante Anis, persetubuhan dengan Dewi terasa begitu lembut dan indah. Kontras sekali bedanya, namun kedua-duanya sama-sama memiliki kenikmatannya yang khas sehingga sulit untuk mengatakan mana yang lebih enak. Kubelai rambut Dewi dan kucumbu bibirnya dengan hangat, kami sungguh menikmati persetubuhan yang indah ini. Sesekali aku melepaskan diri dan meminta Dewi untuk bergantian di posisi atas. Diapun melakukannya dengan lembut namun penuh energi, digerak-gerakkannya pinggulnya maju mundur dengan berirama dan penuh tenaga sementara aku meremas-remas buah dadanya yang indah. Aku rasakan dinding-dinding vaginanya begitu kuat mencengkeram penisku sehingga membuatku makin terangsang. Sementara itu gerakan pinggul Dewi makin cepat dan desahannya makin kuat serta tidak beraturan. Dewi mulai sulit mengontrol gerakannya sendiri….
“Oohh… mmhh….mmhh… uuhh..” tampaknya Dewi mulai dekat menuju orgasme.
“Ahh… Novan… mmhh… Dewi di bawah aja ya… Dewi takut keluar duluan…..”
“Nggak apa-apa sayang, keluarin aja….”
“Enggak ah… Dewi mau keluar barengan sama Novan….” Akhirnya Dewi kembali berbaring disebelahku. Aku langsung mengambil posisi diantara selangkangan Dewi dan kembali membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Di posisi ini tampaknya Dewi lebih bisa mengatur nafsunya sehingga desahannya kembali teratur seirama dorongan penisku. Kami kembali bercumbu dengan hangat sambil tanganku meremas-remas buah dadanya dan pinggulku turun-naik sehingga kedua tubuh kamipun mulai dibasahi oleh peluh.
Sekarang giliranku mulai merasakan dorongan kenikmatan orgasme mulai menjalari seluruh tubuhku. Rasanya tidak lama lagi pertahananku akan bobol. Gerakanku makin kuat dan Dewi juga merasakannya sehingga diapun mulai agak mengganas. Aku mulai melepaskan bibirku dari bibirnya dan mulai mengatur posisi agar bisa menancapkan penisku dengan maksimal ke dalam vagina Dewi. Rasanya tidak lama lagi kami berdua akan sampai ke puncak kenikmatan….
“Dewi… aku udah mau keluar sayaang…. mmh…. sshh… sshh… mmhh…” aku mencoba sekuat tenaga mengontrol orgasmeku agar bisa bertahan sedikit lagi.
“Dewi juga mau keluar sayang… adduhh… penis kamu tambah besar… Dewi nggak tahan lagi… mmhh… aaah……mmhh…” Gerakan kami berdua makin cepat dan makin ganas, akhirnya….
“Aahh…. Novan….. mmhh…. aahh…. Dewi nggak tahan lagi sayang… aahh… aahh…!”
“Dewiii…. aduuh….. Novan keluaar………… aahh…!” Tubuh kami menggelinjang dan bergetar hebat dalam sebuah orgasme bersama yang indah, akhirnya kami berpelukan lemas. Setelah beberapa saat kami berpelukan, aku kembali mencumbu Dewi dengan lembut. Kemudian aku merebahkan diriku di sampingnya, kami diam dan saling berpandangan. “Wow… keren…. hebat….” tiba-tiba kudengar Tante Anis bertepuk tangan memberi “applaus” untuk persetubuhan kami yang cukup lama dan menggairahkan. Kami berdua cuma tersenyum saja, sudah terlalu lelah untuk berkomentar.
Mungkin lebih dari setengah jam aku dan Dewi saling bergumul sebelum akhirnya kami tenggelam dalam kenikmatan orgasme. Tampak Dewi tergolek kelelahan disampingku, dia hanya sebentar menoleh tersenyum penuh arti ke Tante Anis lalu kembali memejamkan matanya. Sementara itu sisa-sisa spermaku tampak mulai menetes dari celah vagina Dewi meskipun tidak sebanyak Tante Anis. Akupun hanya bisa terbaring lemas, penisku tampak tak berdaya. Tiba-tiba aku merasa sangat haus dan lapar. Aku bangkit lalu mengambil sekaleng bir dan menyantap sebungkus roti untuk mengembalikan tenagaku yang nyaris terkuras habis oleh dua wanita bersuami ini.
“Nanti kalau sudah siap, giliran tante lagi ya… melihat kalian ML tante jadi kepengen lagi lho…. Novan masih kuat khan…?”
“Ok tante,…. Novan masih kuat kok… liat nih… sebentar juga bangun lagi…” kataku menanggapi tantangan Tante Anis. Kutunjukkan pada Tante Anis penisku yang perlahan-lahan mulai agak membesar. Melihat aku mulai segar lagi Tante Anis merebahkan aku ke tempat tidur di samping Dewi yang masih tergolek kelelahan. Tanpa merasa perlu membersihkan penisku dari sisa-sisa persetubuhanku dengan Dewi, Tante Anis langsung mengulum dan mengkocok-kocok penisku hingga perlahan-lahan kembali mengeras dengan sempurna.
Begitu melihat penisku kembali berdiri sempurna langsung Tante Anis mengambil posisi jongkok dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Seperti sebelumnya, dengan ganas Tante Anis menggerak-gerakkan pinggulnya sambil mulutnya terus berdesah-desah merasakan nikmat. Dewi yang terbaring disampingku lalu membuka mata dan menggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan kami,
“Ah.. keterlaluan deh Teh Anis ini, si Novan belum sempat istirahat udah diembat lagi…. nggak kasian sama anak orang…” Tante Anis cuma tertawa kecil dan meneruskan goyangan mautnya. Tak berapa lama kemudian Tante Anis melepaskan penisku dari vaginanya dan meminta aku untuk berganti posisi, dia ingin ditusuk dari arah belakang.
“Novan… tante kepengen kamu masukin dari belakang ya…?” Tante Anis lalu mengambil posisi menungging di sebelah Dewi sambil tangannya meraba-raba payudara Dewi sambil sesekali lidahnya menjilati putingnya. Sementara itu aku langsung memasukkan penisku lagi ke dalam vagina Tante Anis yang sudah merah merekah dari belakang. Merasakan apa yang dilakukan Tante Anis pada mulanya Dewi tampak risih, mungkin dia belum pernah dengan sesama wanita, tapi lama kelamaan dia membiarkan Tante Anis melakukan aksinya bahkan tampaknya Dewi mulai menikmati ulah tangan dan lidah Tante Anis.
Aku juga tidak tinggal diam, sambil penisku keluar masuk di vagina Tante Anis tanganku mulai meraba vagina Dewi sehingga membuatnya makin terangsang. Kemudian Dewi membuka kedua pahanya lebih lebar agar jari-jari tanganku lebih leluasa masuk ke dalam vaginanya. Sementara itu pinggul Tante Anis mulai bergerak tak teratur dan desahannya makin keras.
“Aaah… mmhh… mmhh…. mmhh….” Aku tahu sebentar lagi Tante Anis akan mencapai orgasmenya yang keempat. Kupercepat gerakanku dan Tante Anispun makin tak terkontrol.
“Novan…. aahh…. tusuk yang kuat sayaang…. iya… yang kuat sayang… teruss… teruss… tusuk yang dalam…. tusuk sampai ujung sayang… aahh… tantee keluar lagii……… aaghh…” Tante Anis mengejang keras dan menyentakkan pantatnya ke arahku sehingga penisku masuk makin dalam. Kutarik paha Tante Anis ke arahku dengan maksud supaya dia makin merasakan kenikmatan orgasmenya. Setelah beberapa saat akhirnya Tante Anis terkulai lemas dan peniskupun terlepas dari vaginanya. Melihat penisku masih berdiri tegang, Dewi langsung mengerti apa yang harus dilakukannya. Dia mengambil alih posisi Tante Anis dengan menungging di depanku. Dengan perlahan kubuka belahan vagina Dewi dan kumasukkan penisku ke dalamnya. Dewipun mendesah menahan nikmat saat penisku meluncur ke dalam vaginanya yang hangat dan basah.
Sementara penisku di dalam vaginanya, kedua tanganku mulai meraba-raba buah dadanya yang indah. Dewi tampak sangat menikmatinya sehingga pinggulnya mulai bergerak-gerak. Setelah beberapa menit berlalu, Dewi tampak mulai kelelahan dengan posisi “doggy-style”. Dewi memintaku untuk melepaskan penis dan diapun kembali menelentangkan dirinya pasrah dengan kedua pahanya terbuka lebar-lebar seolah mengundangku untuk segera membenamkan penisku kembali. Dan akupun menanggapi undangannya dengan senang hati. Tanpa banyak basa-basi langsung kumasukkan penisku ke dalam liang vagina Dewi yang belum sempat dibersihkan dari lendir sisa-sisa persetubuhan kami sebelumnya. Dewi sendiri sekarang sudah mulai berani mengungkapkan gejolak nafsunya terang-terangan, dia mulai berani menggerakkan pinggulnya dengan ganas dan mendesah-desah dengan kuat. Rasanya Dewi yang sekarang tidak kalah ganas dengan Tante Anis.
Ini sungguh kejutan bagiku, aku tidak siap menghadapi keganasan Dewi yang nyaris tiba-tiba. Hal itu membuat aku nyaris kehilangan kontrol dan hampir mencapai orgasme. Tapi aku tidak ingin mengalaminya sendiri, aku ingin Dewi juga bisa merasakannya padahal saat itu kurasakan kondisi Dewi masih stabil dan belum mendekati orgasme. Sekuat tenaga aku berusaha mengontrol nafasku untuk menghambat datangnya orgasme. Tapi rasanya tidak banyak membantu, goyangan Dewi yang ganas membuat orgasmeku terasa makin mendekat. Akhirnya kuputuskan untuk meremas buah dada dan mempermainkan klitorisnya supaya Dewi juga cepat terangsang. Ternyata cara ini efektif, dalam waktu singkat gerakan pinggul Dewi menjadi makin kuat dan mulai tidak beraturan, desahan dan lenguhannya juga semakin keras. Aku tahu Dewi juga sudah kehilangan kontrol dan mulai mendekati puncak orgasme…. “Dewi sudah mau keluar ya…….?” tanyaku.
“Hhmm… iya sayang… adduhh… sebentar lagi Dewi keluar…. barengan ya sayang….sepertinya penis Novan juga udah makin besar… mmhh… enak banget….. vagina Dewi terasa penuh…. mmhh…. aahh….. fuck me honey….fuck me hard… aahh…. aahh….” Begitu kurasakan Dewi hampir mencapai orgasme langsung kupercepat gerakanku, kulepaskan tanganku dari klitoris dan buah dadanya sambil mencari posisi yang nyaman untuk melakukan tusukan akhir yang dalam dan nikmat. Dan akhirnya…
“Dewi…. aku nggak tahan lagi… keluarin bareng sekarang yukk……”
“Iya sayang…. Dewi juga…. aahh… adduhh…. tusuk yang kuat sayang… fuck me…… yess… aahh…uuhh… Dewi keluar lagi….aahh…… aagh…!!”
“Oohh…. Dewi…. mmhh Novan juga keluaarr…… aagh…!” Akhirnya kami kembali orgasme bersamaan.
Orgasme kali ini sungguh-sungguh menguras energiku, aku tidak tahu apakah aku masih sanggup kalau Tante Anis minta lagi. Tapi kulihat Tante Anis juga sudah kelelahan setelah empat kali orgasme hebat yang dialaminya sehingga kami akhirnya memutuskan untuk beristirahat saja. Kami bertiga tidur saling bepelukan tanpa busana dan hanya ditutupi selimut. Pagi itu aku terbangun, sayup-sayup kudengar suara adzan subuh. Tapi aku merasakan ada sesuatu yang aneh. Ah… ternyata Tante Anis sudah bangun lebih dulu dan dia sedang asyik mengulum penisku. “Aduh… tante… pagi-pagi udah sarapan pisang…” kataku sambil tertawa.
“Hmm.. sorry ya Van,… tante tadi bangun duluan terus tante nggak tahan liat penis kamu. Tante langsung ngebayangin kayaknya enak banget kalau subuh-subuh gini ML lagi dengan Novan… nggak apa-apa khan…?” Kulihat penisku sudah berdiri tegak akibat ulah Tante Anis. Tampaknya Tante Anis sudah sangat bernafsu, nafasnya memburu tak teratur dan pandangan matanya menunjukkan dirinya sedang berada pada puncak birahinya.
Sementara itu Dewi tampak masih tergeletak pulas disampingku.
“Novan sayang… tante pengen ngerasain penis kamu lagi yaa…. soalnya sebentar lagi khan kita pisah… jadi sekarang tante pengen ML lagi dengan Novan… mau khan…?”
“Masukin aja tante… Novan juga suka ML dengan tante….pokoknya hari ini Novan mau ML sampai kita bener-bener udah nggak kuat lagi…. tante mau khan?”
“Hm…. dengan senang hati sayang….. ssttt… jangan keras-keras nanti si Dewi bangun. Kasihan dia masih kecapaian semalam gara-gara ML dengan kamu.” Ah… kali ini aku akan memberikan sesuatu yang lain untuk Tante Anis. Aku akan membuatnya mengalami orgasme berkali-kali tanpa sempat istirahat. Aku rasa ini tidak terlau sulit karena tampaknya Tante Anis tipe wanita yang sangat sensitif dan mudah mengalami orgasme. Lagi pula karena semalam aku sudah tiga kali orgasme, aku yakin bisa bertahan lebih lama lagi sekarang. Kubiarkan Tante Anis menaiki diriku dan memasukkan penisku ke dalam vaginanya.
Seperti biasa dia mulai menaik-turunkan pinggulnya sehingga penisku meluncur keluar-masuk vaginanya. Dengan sengaja kusentakkan pinggulku untuk menandingi gerakannya sehingga membuatnya makin terangsang. Benar saja tidak sampai lima menit Tante Anis mulai kehilangan kontrol dan melenguh kuat, ia mengalami orgasmenya yang kelima. “Aahh… Novan…. tante keluar…. mmhh… adduuhh… aahh… aahh.. aaghh…!!”
Aku tidak memberi Tante Anis kesempatan beristirahat. Setelah tubuhnya melemas aku langsung membaringkan Tante Anis dan membuka pahanya, tanpa basa-basi aku langsung menancapkan penisku ke dalam vaginanya. Dan kali ini aku menusukkan penisku dengan kuat dan cepat. Benar saja, Tante Anis tampak kaget dan tidak siap dengan serangan tiba-tiba ini. Tidak sampai tiga menit kemudian tubuhnya mulai bergetar hebat.
“Adduhh… Novan… tante jadi pengen keluar lagi…. aahh… aahh… aahh…” Kurasakan badan Tante Anis mengejang dan kemudian lemas, ini orgasmenya yang keenam. Sementara itu penisku masih keras dan besar di dalam vaginanya. Tanpa memberinya kesempatan istirahat aku kembali menggerak-gerakkan penisku dengan kuat dan ganas.
Tante Anis yang belum sempat istirahat untuk memulihkan tenaganya, kembali tergetar oleh rangsangan orgasme yang ketujuh.
“Novaan….. kamu nakal…. nanti tante bisa keluar lagi… aduuhh… mhh… aahh… mmhh…. Novan….. tante mau keluar lagii….. aduuhh… aahh….. dorong yang keras sayang… iya… tusuk yang dalam sayang… iya gitu… terus… terus…. jangan berhenti… aahh… aahh… enak sekali sayang… mmhh… tante keluar lagiii… aahh” Kembali aku tidak memberinya kesempatan istirahat, kali ini kuangkat kedua kakinya dan pantatnya kuganjal dengan bantal sehingga penisku masuk semakin dalam hingga menyentuh ujung vaginanya.
Kutusukkan penisku ke dalam vagina Tante Anis berulang-ulang dengan cepat dan kuat. Hanya berselang satu atau dua menit dari orgasme sebelumnya kembali tubuh Tante Anis bergetar hebat untuk mengalami orgasmenya yang ke delapan.
“Aahh… Novaan…. uughh…. masukin yang dalam sayang…. masukin sampai ujung…. aahh…. enak banget….. aaahh… gimana nih…. tante bisa keluar lagi…. mmhh…. aahh… aduuhh… tante keluar lagi sayang… aahh.. aahh…..” kali ini tubuhnya menggelinjang cukup lama, pinggulnya berkedut-kedut tidak beraturan, matanya terpejam rapat-rapat dan giginya terkatup menahan kenikmatan yang luar biasa…. Begitu selesai orgasme yang ke delapan, kembali aku meneruskan tusukan penisku.
Kali ini tante Anis sudah mulai merasa tidak kuat lagi, matanya memelas memintaku untuk berhenti.
“Udah dong sayang… tante capek banget…. vagina tante mulai perih sayang jangan cepet-cepet dong… sakit… udah sayang… tante istirahat dulu… sebentar aja… nanti kita lanjutin lagi… kasih kesempatan tante istirahat dulu sayang…” katanya sambil mencoba menahanku. Tapi aku tidak peduli, memang gerakanku kuperlambat supaya Tante Anis tidak merasa sakit tapi aku tetap menusukkan penisku ke dalam vaginanya. Aku sendiri sekarang mulai terangsang berat melihat pandangan sayu tanpa daya seorang wanita yang haus kenikmatan seperti Tante Anis. Setelah beberapa saat tampaknya Tante Anis mulai kehilangan rasa sakitnya dan berubah menjadi rasa nikmat kembali, dia mulai menggerak-gerakkan pinggulnya mengikuti gerakanku. Sekarang aku ubah sedikit posisiku, hanya kaki kiri Tante Anis yang kuangkat sementara kaki kanannya tergeletak di kasur dan kaki kiriku kuletakkan diatas paha kanannya. Kelihatan Tante Anis menikmati sekali posisi ini, dia mulai bergairah lagi dan gerakan pinggulnya mengganas kembali.
Tak lama kemudian iapun mengalami orgasmenya yang kesembilan… “Ahh…oohh…Novan….kamu pinter banget sih… aahh… anak nakal…. tusuk tante yang kuat sayang… aahh … aahh… tante keluar lagi…. aahh….. aahh aahh..!,” teriakannya kali begitu keras dan panjang sehingga Dewi yang tertidur kelelahan akhirnya terbangun juga. Aku menekan penisku dalam-dalam di vagina Tante Anis sambil menunggunya kembali siap.
“Udah sayang… tante udah capek… tante nggak kuat lagi sayang…. udah ya sayang… vagina tante udah kebas…… please… tante udah nggak sanggup lagi……”
“Hmm… Novan masih pengen terus tante… soalnya sebentar lagi kita pisah… Novan mau menikmati tubuh Tante Anis hari ini sampai sepuas-puasnya…” kataku sambil memulai lagi tusukan penisku.
“Ayo dong sayang….. udah dulu… kapan-kapan kita khan bisa ketemu lagi…. tante janji deh…. tapi sekarang udah dulu tante capek banget… tenaga tante udah abis….”
“Yang ini terakhir tante… Novan juga udah mau keluar kok… boleh yaa…” kataku sambil mengecup bibirnya.
Tante Anis terdiam dan berusaha menikmati permainan penisku yang terus mengganas nyaris tanpa henti. Sementara itu aku sudah merasakan diriku mulai mendekati orgasme juga, penisku terasa membesar dan memenuhi vagina Tante Anis. Tampaknya Tante Anis juga merasakan hal yang sama, iapun segera terangsang berat serta mulai mendesah-desah untuk orgasmenya yang kesepuluh.
“Ahh… Novan…. keluarin punya kamu sekarang sayaang… tusuk tante yang kuat… tante juga udah mau keluar sekarang……. aaaahhh..!!” “Ayo tante kita barengan… ini yang terakhir…. aahh Novan keluarr… aaggh…!”
“Aahh…… mmhh… tante juga keluar lagii….. adduhh maakk…enak bangeett…… aaghh…!” Akhirnya kali itu persetubuhan kami benar-benar terhenti dan kamipun berpelukan lemas. Kukecup bibir Tante Anis dan perlahan-lahan kulepaskan penisku dari dalam vaginanya. Kulihat vagina tante Anis sudah sangat merah dan Tante Anis sendiri masih memejamkan matanya kehabisan energi. Hanya sedikit saja sisa lelehan spermaku yang keluar dari vagina Tante Anis, rupanya aku sudah mulai kehabisan cadangan sperma.
Tiba-tiba keheningan kami dipecahkan oleh suara Dewi,
“Hey… kalian ML kok nggak ngajak-ngajak Dewi sih… emangnya kalian kira aku nggak pengen yaa….”
“Sudah berapa lama sih kalian main… kok kayaknya seru banget… Anis sampai basah penuh keringat gitu…,” lanjut Dewi lagi. Tante Anis hanya menoleh sejenak lalu memberi kode dengan jarinya bahwa ia mengalami 6 kali orgasme pagi itu.
“Enam kali…?? Ah gila juga… bener-bener teteh maniak ML….. Dewi baru tau….” kata Dewi melotot memandangi Tante Anis seolah tidak percaya.
“Swear… enggak juga Wi…. aku baru kali ini kok ML segila ini, gak tau nih siapa yang gila, si Novan apa gue….” kata Tante Anis membela diri sambil masih terengah-engah kelelahan.
“Dewi juga pengen dong sayang…. nggak usah enam kali kayak Teh Anis tapi Dewi pengen ML lagi pagi ini sebelum kita pisah… ya sayang….. please… aku pengen dapet kenang-kenangan yang spesial dari kamu. Ok, honey…..” Tapi tampaknya Dewi menyadari kondisiku yang masih lelah kehabisan tenaga.
“Kalau Novan masih cape, pakai tangan atau lidah juga gak masalah kok….. dari tadi aku liat Teh Anis ML dengan kamu kok kayaknya seru banget, Dewi jadi konak kepengen ngerasain juga. Please honey… jilatin punyaku seperti kemarin malam…. Dewi suka kok… jilatin terus sampai Dewi puas… pokoknya jangan berhenti sebelum aku puas yaaa…… please honey… eat my pussy…. please…” Dewi yang beberapa jam sebelumnya masih malu-malu dan pura-pura tidak mau ikutan kini terlihat mulai berani merayuku dengan genit, di bukanya pahanya dan kedua tangannya menarik bibir vaginanya ke samping sehingga lubang vaginanya yang mungil tampak jelas.
Mau tidak mau akupun kembali terangsang dan mulai melupakan kelelahanku. Aku ingin membuat Dewi mengalami orgasme berkali-kali tanpa istirahat seperti Tante Anis. Karena penisku masih lemas, kali ini aku memulainya dengan lidahku dulu. Kubaringkan Dewi di atas ranjang dan pantatnya kualasi dengan dua buah bantal supaya lidahku bisa menjangkau vaginanya dengan mudah.
“Nah… gitu sayang… jilatin vagina Dewi… hmmh… enak banget…. Dewi belum pernah orgasme pakai oral… sekarang Dewi pengen ngerasain… ayoo sayang… bikin aku terbang melayang ke bulan…. c’mon honey… lick my pussy…. mmhh… yesss… I like it… yess… make me cum honey…” Kujilati bibir dan liang vaginanya lalu kupermainkan klitoris Dewi dengan bibir dan lidahku sementara itu jari-jari tanganku masuk ke dalam liang vaginanya.
Tampaknya Dewi sangat menikmati ini, pinggulnya bergoyang-goyang perlahan serta suaranya mendesah-desah sexy sekali. Setelah beberapa menit akhirnya kuputuskan untuk meningkatkan rangsangan dengan jalan menghisap klitorisnya dengan kuat dan menjilatinya dengan cepat sehingga tubuh Dewi mulai bergetar tak beraturan. Sementara itu jari-jariku terus masuk semakin dalam sampai menyentuh g-spotnya. Ini membuat Dewi menjadi makin tak mampu mengontrol dirinya lagi, pinggulnya bergetar keras hingga akhirnya dia mengalami orgasmenya yang ketiga.
“Mmhh Novan… adduhh… Dewi nggak tahan lagi adduuhh… terus isep yang kuat… c’mon honey…. mmhh… yess…. I’m cumming…. I’m cumming…… aduh enak bangeett…. aahh… oohh…. oohh…!!” tubuh Dewi mengejang keras, giginya terkatup rapat, matanya terpejam dan tangannya mencengkeram kasur dengan kuat. Tapi aku tidak menghentikan permainanku, klitoris dan g-spotnya terus aku rangsang sampai akhirnya setelah hampir semenit berlalu tubuh Dewi yang menggelinjang mulai terkulai lemas kehabisan tenaga. Aku ingin Dewi merasakan orgasme yang terus-menerus tanpa henti seperti Tante Anis. Dewi masih tergolek lemas di tengah tempat tidur, sementara itu penisku sudah mulai menegang kembali setelah mendapatkan cukup waktu beristirahat.
Dewi yang belum sadar akan apa yang terjadi tiba-tiba kaget karena aku memasukkan penis ke dalam vaginanya yang masih berdenyut-denyut akibat orgasmenya yang terakhir.
“Aduhh… Novan sayang… kamu ganas banget sih…. Dewi masih capek nih…. istirahat dulu yaa…. please honey…” Aku tersenyum dan menggelengkan kepala perlahan sambil terus menancapkan penisku ke dalam vaginanya. Akhirnya tidak berapa lama kemudian Dewi mulai terangsang juga, dia mulai menikmati sodokan penisku dan mulai menggerak-gerakkan pinggulnya dengan ganas. Setelah beberapa menit berlalu akhirnya pertahanan Dewi mulai bobol. Ia mulai kehilangan kendali dan tubuhnya bergetar-getar merasakan orgasmenya yang ke-empat.
“Novaan….. mmhh… gimana nih… Dewi bisa keluar lagi sayang……. aduhh… aahh… keluar lagi deh… aahh….. mmhh…. aahh…!” kedua tangan Dewi mencengkeram punggungku sementara itu kakinya menjepit kuat pinggulku. Aku membiarkan penisku tertancap dalam-dalam di vagina Dewi dan membiarkan dia menikmati orgasmenya. Begitu cengkeraman Dewi mulai melunak aku mulai lagi melanjutkan goyangan penisku di dalam vaginanya. Dewi tampaknya kaget setengah mati dan benar-benar tidak siap mendapat serangan beruntun ini.
“Novan… udah dulu dong sayaang… Dewi masih capek….. Dewi lemes banget sayang…. please…. gimme a break, honey….” Tapi sama seperti dengan Tante Anis sebelumnya, aku tidak ambil peduli. Aku terus menusukkan penisku ke dalam vaginanya, makin lama makin cepat… sampai akhirnya Dewi mulai terangsang lagi untuk yang kesekian kalinya dan kembali ikut bergerak aktif.
“Novan… gantian ya… Dewi pengen di atas….” Aku lalu merebahkan diriku dan membiarikan Dewi menaiki tubuhku sambil membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Kali ini Dewi benar-benar sudah belajar banyak dari Tante Anis, gerakannya mulai ganas dan liar. Desahan-desahan kenikmatannya benar-benar membangkitkan nafsu. Akhirnya Dewi mulai mengalami puncak kenikmatan orgasmenya yang kelima, gerakannya makin liar terutama saat membenamkan penisku ke dalam vaginanya dan desahannya berubah menjadi jerit kenikmatan.
“Novan…. aahh… Dewi udah nggak tahan…uuhh… mmhh …..Dewi keluar lagi…. mmhh… yess…. I’m cumming… aahh… aahh……!!” Akhirnya pinggul Dewi menghujam keras ke bawah membuat penisku terbenam sampai ke ujung vaginanya berbarengan dengan rasa nikmat luar biasa yang menjalari tubuhnya. Dan Dewipun terkulai lemas di atas tubuhku.
Kelihatan Dewi sudah begitu lemas setelah orgasmenya yang kelima, tapi sudah kepalang tanggung. Aku sudah terangsang berat dan belum orgasme. Kubaringkan Dewi yang masih memejamkan mata, lalu perlahan-lahan kubuka pahanya dan kuarahkan penisku ke liang kenikmatannya. “Aduh… jangan sayang… uuh… sakit sayang… vagina Dewi udah mulai ngilu…. berhenti dulu yaaa… istirahat sebentar aja… nanti boleh lagi….” Dewi mencoba menolakku, tapi tubuhnya yang sudah lemah tidak kuasa menahan masuknya penisku ke dalam vaginanya. Akhirnya ia tergolek pasrah di bawah berat tubuhku yang menindihnya. Aku tidak ingin menyakiti Dewi, sebaliknya aku ingin memberinya kenikmatan. Maka aku menggerak-gerakkan pinggulku dengan hati-hati supaya penisku bergerak dengan lembut di dalam vaginanya yang sudah over-sensitif. Kalau Dewi terlihat kesakitan aku berhenti sebentar, setelah itu aku lanjutkan lagi dengan gerakan yang lembut. Sesekali kucumbu bibirnya, lalu kujilati leher dan telinganya agar nafsunya bangkit kembali sehingga akhirnya perlahan tapi pasti libido Dewi mulai naik kembali.
Ia mulai bisa merasakan kenikmatan yang diberikan penisku. Matanya mulai terpejam merasakan nikmat dan dari mulutnya yang mungil kembali keluar desahan-desahannya yang khas dan sexy. Beberapa saat kemudian tampaknya Dewi benar-benar sudah pulih, rasa sakitnya sudah tergantikan sepenuhnya dengan rasa nikmat. Ia mulai menggerakkan pinggulnya dengan ganas sehingga akupun harus mempercepat tusukan penisku untuk mengimbanginya. Aku merasakan Dewi sebentar lagi akan mencapai orgasme, dan begitu juga aku.
“Novan sayang… Dewi mau keluar lagi….. adduhh… adduhh… enak banget… mmhh… c’mon honey… fuck me harder…. yess…. aahh… masukin yang dalam sayang… adduuh… mmhh…. adduhh… Dewi keluar lagii…. mhh… aahh… I’m cumming…. aahh!”
“Ayo Dewi…. kita barengan yaa sayang……. mmhh… aahh…!!” Akhirnya aku menumpahkan sisa persediaan spermaku yang terakhir ke dalam vagina Dewi, sementara tubuh Dewi menggelinjang hebat menahan nikmat orgasmenya yang keenam.
Kali ini aku benar-benar sudah kehabisan tenaga, seandainya Tante Anis masih mau ML rasanya aku akan menyerah saja. Untunglah kami bertiga sudah benar-benar kelelahan sehingga tidak ada satupun dari kami yang berani meminta lagi. Tanpa sadar hari sudah terang dan waktu menunjukkan jam 7 pagi, setelah beristirahat sejenak kamipun akhirnya mandi bersama dan bersiap-siap meninggalkan hotel. Di perjalanan pulang masing-masing kami mulai berkomentar tentang perasaan nikmat yang kami alami…
“Novan… kamu keterlaluan, tante sampai lemes dan kaki tante sampai sekarang masih gemeteran. Veggie tante juga rasanya masih kebas… belum pernah tante orgasme sampai sepuluh kali seperti kemarin… kayaknya jatah ML sebulan habis dalam semalem deh….”
“Iya nih… Dewi juga sampai teler banget, tega banget sih kamu sayang… kayak besok kita nggak bisa ketemu lagi aja….! But anyway thanks ya… Dewi belum pernah ML senikmat ini… I feel great…. kapan-kapan Dewi mau ikutan lagi yaa…”
“Aduh… Tante Anis dan Dewi juga nggak kira-kira ganasnya, Novan sendiri juga sudah kehabisan tenaga. Untung aja tante nggak minta nambah lagi, ML yang terakhir dengan Dewi tadi bikin Novan bener-bener udah nggak kuat lagi. Tapi ngomong-ngomong kapan kita bisa ketemu lagi tante… Terus terang ini pengalaman Novan yang pertama ML dengan dua cewek cantik sekaligus dan Novan kayaknya ketagihan pengen lagi… Novan nggak bisa lupain pengalaman ini.”
“Itu gampang diatur… ini kartu nama tante, Dewi juga kerja di kantor yang sama. Nanti kapan-kapan kalau Novan pengen ketemu tinggal telpon aja, bisa kita atur waktunya. Yang jelas tante nggak mau ketemu sendirian dengan Novan, paling tidak tante akan ajak Dewi atau tambah cewek lain biar gantian Novan yang kita habisin sampe nggak bisa bangun…ha…ha…ha…”
“Atau kalau tante mau ketemu tante bisa dateng ke kolam renang hari Jumat, Novan rutin berenang di sana setiap hari Jumat….” kataku memberi alternatif. Setelah mengantarkan aku ke kolam renang untuk mengambil motor kamipun berpisah.
Tante Anis sempat berusaha menyelipkan beberapa lembar uang seratus-ribuan ke kantongku tapi aku menolaknya dengan halus. Aku tidak ingin mengganti petualangan yang bebas dan menyenangkan ini menjadi suatu profesi yang bisa mengganggu kuliah dan masa depanku. Setelah kejadian itu kami sempat beberapa kali mengadakan pertemuan dan mengulangi pesta seks, kadang di Ciater, kadang di Puncak, atau di Lembang lagi. Sekali waktu Tante Anis pernah mengajak seorang temannya lagi dan itu benar-benar membuatku kehabisan tenaga karena harus mengalami orgasme sampai delapan kali dalam semalam untuk melayani tiga orang wanita yang haus akan kenikmatan syahwat. Sayang sekali petualangan gila ini terpaksa harus berakhir setelah Tante Anis dan Dewi terlibat perselisihan akibat urusan kantor. Meskipun demikian pengalamanku bersama mereka masih terus kuingat sampai sekarang. Tunggu cerita seks dan cerita bugil lainya.

Cerita Sex Pelajaran Pertama dari Tanteku

$
0
0

Cerita Sex Pelajaran Pertama dari Tanteku – Selama aku masih menganggur, aku sering ke rumah Tante Kis. Selama di sana aku membantu membersihkan halaman dan mengatur perkakas rumah. Maklum tanteku itu hidup sendirian. Untuk urusan angkat-mengangkat (mengangkat barang red) ia tidak sanggup. Suatu sore setelah aku menggeser pot di halaman agar kelihatan rapi, aku mau ke kamar mandi, mau cuci tangan dan buang air. Toilet Tante Kis ada di dalam kamarnya, sehingga kalau mau ke kamar mandi harus ke kamarnya dulu. Tanpa ragu-ragu kubuka kamar yang tidak terkunci itu untuk menuju kamar mandi. Begitu kubuka pintu kamarnya aku kaget, kulihat Tante Kis baru saja selesai mengeringkan badannya dengan handuk sehabis mandi. Saat kubuka pintu tadi, Tante Kis sedang dalam keadaan telanjang membelakangiku. Tante Kis rupanya tidak menyadari kalau aku sedang memperhatikan pinggul dan bokongnya dengan gemetar. Beberapa menit kemudian kututup kembali pintunya, dengan perasaan yang galau dan takut karena memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.

 

Malamnya aku tidak bisa tidur, kemaluanku berdiri terus. Aku keluar dari kamar, rupanya Tante Kis sedang nonton TV sendirian. Aku mau menegurnya tapi tunggu dulu, Tante Kis sedang memakai pakaian yang merangsang, pahanya yang putih tersingkap, sementara tangan kanannya rupanya sedang mengelus kemaluannya sendiri. Aku diam-diam duduk agak di belakang posisi duduknya sambil memperhatikan tingkahnya tersebut dengan sedikit was-was. Akhirnya dengan perasaan yang makin kacau aku kembali ke kamar. Kemaluanku yang makin tegang akhirnya kukeluarkan juga, sambil kuelus-elus.

Beberapa menit kemudian kejantananku sudah sedemikian kencang dan terasa ingin keluar.
Tiba-tiba terdengar suara Tante Kis, “Kenapa Tok, kepanasan ya?”
“Eh.. iya Tante,” jawabku terbata-bata.
“Kamu kenapa?” tanyanya tanpa melihat ke arah kemaluanku.
Aku penasaran dan dengan memberanikan diri, kubiarkan terus kemaluanku tergerai di luar celana dalamku.
“Nggak tahu nih Tante, ini tegang terus,” sambil kutunjukkan kemaluanku.
Tante Kis melihatnya sekilas dengan tenang. Tante Kis terus masuk ke kamarku tanpa mempedulikan lagi kejantananku yang menantang.
“Tok, tolongin Tente dong, kelilipan nih..” sambil mengucek-ngucek matanya.

Aku berdiri dan kuhampiri, instingku mengatakan bahwa ini adalah isyarat saja agar aku mendekatinya.
Pikiranku sudah sangat jorok. Kuhampir Tante Kis, senjataku yang sudah siap tempur mengarah lurus ke depan menuju perutnya. Lalu kupeluk Tante Kis, batang kemaluanku terjepit di perutnya, tanganku meremas ke arah payudaranya. Rupanya Tante Kis tidak memakai BH. Aku semakin berani, kusingkapkan dasternya, kugapai payudaranya dengan penuh nafsu. Tante Kis diam saja. Tenang saja dia. Kuciumi lehernya dari belakang, payudaranya masih kencang. Beberapa saat kemudian payudaranya makin keras dan putingnya makin menantang. Nafas Tante Kis sudah mulai mendesah-desah tanda dia mulai terangsang.

Kubuka dasternya, kulihat tubuhnya yang putih mulus. Kulepas celana dalamnya, bulu kemaluannya lebat di atas kulitnya yang putih. Tanpa kusadari kami sudah saling berpelukan tanpa dibatasi selembar benangpun. Tante Kis sudah membalas ciumanku dengan buasnya. Tubuhku semuanya diciumi, sampai ke bawah, terus ke perut, terus ke bawah lagi dan sampailah ke arah kemaluanku yang sudah ia genggam sejak tadi, barangkali takut kusembunyikan. Aku mengambil posisi duduk di pinggir tempat tidur, sementara dengan gerakan yang berpengalaman ia mulai mengulum dan menjilati kejantananku sambil tangannya mengocok dengan lembut.

Aku merasa nikmat yang luar biasa, bersamaan dengan itu keluarlah maniku, sebagian menyemprot ke hidungnya yang mungil. Tante Kis masih mengocok-ngocok sambil meremas-remas kemaluanku, sehingga tuntas sudah sperma yang kukeluarkan tadi. Tante Kis kelihatan puas. Apalagi aku, seribu kali puas. Tante Kis masih terus mempermainkan kemaluanku yang sudah tidak sekeras tadi meskipun belum juga menyusut. Tante Kis terus mempermainkan kemaluanku. “jalan tol kamu bagus To, besar lagi.” Aku tidak menjawab, hanya tersenyum manja. Oleh kelihaian tangannya, segera kurasakan kembali rasa nikmat seperti saat ngaceng tadi. “To, jalan tolmu sudah ngaceng lagi. Masukin ke gawukku yuk.” Lalu Tante Kis mengambil posisi terlentang di sebelahku, mani yang menempel di wajahnya sudah dibersihkan dengan bantal.

Tanpa diperintah lagi, aku mengambil posisi sebaliknya. Kuarahkan kemaluanku ke liang senggamanya yang merah merekah, dibimbingnya batang kejantananku dengan tangannya, digosok-gosokkan kepala kemaluanku di atas liang senggamanya yang sudah basah ke arah atas dan bawah kemaluannya. Kemudian diarahkan tepat di depan gerbang kemaluannya. Sekali lagi tanpa diperintah dan hanya berdasarkan naluri saja kutusukkan seluruh batang kemaluanku ke dalam liang sorganya. Liang senggamanya terasa sempit, dan dindingnya terus memijit-mijit kemaluanku yang semakin mengeras di dalam goa nikmatnya. Kudengar ia menjerit-jerit kecil menikmati gesekan kemaluanku dengan sempurna. Tanpa kusadari bokongku sudah naik turun yang mengakibatkan batang kemaluanku keluar masuk liang senggamanya. (Barangkali pembaca belum kuceritakan bahwa sakalipun aku belum pernah main perempuan, dengan Tante Kis ini, baru pertama kalinya aku melakukan sendiri apa yang dinamakan senggama, seperti yang pernah kulihat di film biru)

Tidak lama kemudian nafas Tante Kis semakin cepat, bersamaan dengan itu ia semakin kencang menaikkan pinggulnya sehingga liang kenikmatannya meremas-remas mesra batang kejantananku. Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Dan kudengar Tante Kis berteriak, “Keluarkan sama-sama To..” Ia mendekap kuat-kuat punggungku, diciuminya bibirku dengan buasnya. Tubuhnya mengejang dan, “Ooohh.. Iihh.. Oohh..” suaranya kali ini keras sekali, di malam yang sunyi.

Cerita Dewasa | Arisan Ibu Ibu Kaya

Cerita Dewasa | Arisan Ibu Ibu Kaya

Kami tidur bersama malam itu. Ia pulas sekali tertidur. Sedangkan aku tidak. Mataku terus melotot. Kejantananku tidak mau kompromi, tetap tegak sempurna. Sekali-kali kuremas payudaranya, ia tetap tidur lelap, kuelus goa kenikmatannya, ia juga diam saja. Kudekatkan lampu duduk di depan selangkangannya. Kupermainkan liang kewanitaannya, kuelus, kusibakkan kedua bibirnya dan kuperhatikan semuanya. Kuraba-raba klitorisnya yang tersembunyi di atas bibir kemaluannya. Oh, baru pertama aku melihat pemandangan ini. Sekali-kali Tante Kis bangun untuk kemudian tertidur lagi. “Aku ngantuk Tok,” katanya pelan. Melihat kemaluannya yang bebas tersebut, kumanfaatkan dengan sepuas-puasnya. Akhirnya kukecup juga bibir Tante Kis lalu kujilati, Tante Kis kulihat bergelinjang kegelian sebentar. Lama kuhisap-hisap, kujilati klitorisnya sampai basah. Basah oleh ludahku bercampur dengan lendir yang keluar dari liang senggamanya. Diangkat-angkatnya pinggul Tante Kis, menandakan ia keenakan, seakan ingin lidahku terus menjilatinya.

Melihat Tante Kis sudah memberikan tanggapan, segera kutiduri lagi Tante Kis untuk kedua kalinya. Tante Kis kali ini bersikap pasif mungkin masih kelelahan, kumasukkan kejantananku, kali ini terasa agak seret. Tante Kis merintih, “Pelan-pelan Tok, sakit..” Aku menurutinya. Pelan-pelan kumasukkan batang kejantananku ke dalam liang senggamanya yang seret itu, sampai semuanya habis tertelan oleh kemaluan Tante Kis. Kugoyang sebentar, keluarlah maniku dengan deras.

Begitulah, berkali-kali kusetubuhi Tante Kis, baik dalam keadaan sadar maupun tidak. Aku tidak bisa menghitung berapa kali air maniku muncrat. Sampai akhirnya aku benar-benar kelelahan dan tertidur.
Sejak saat itu aku jadi sering ke rumah Tante Kis. Sampai akhirnya aku diterima kerja di kota lain. Saat ini usianya mungkin sudah 55 tahun. Kadang-kadang aku masih suka mengunjunginya, dan tidak lupa memberikan siraman air kenikmatan ke dalam kemaluannya.

Cerita Mesum Vagina Titin Yang Sempit

$
0
0

Cerita Mesum Vagina Titin Yang Sempit – Pertengahan bulan April yang lalu, kami mendapatkan seorang pembantu baru bernama Titin, seorang gadis Sunda berumur 15 tahun, berwajah bulat dan manis dan sangat kekanak-kanakan, rambut sebahu dan berkulit putih, bertubuh mungil, sangat seksi dengan kedua buah dada yang ranum untuk gadis seusianya. Ia bercerita kalau dia terdampar ke Jakarta karena melarikan diri dari rumahnya di kampung saat hendak dikawinkan oleh orang tuanya dengan seorang lelaki tua yang telah beristeri, sedangkan saat itu ia sudah menjalin hubungan serius dengan pacarnya. Oleh salah satu kenalannya dari kampung, yang empunya yayasan penyalur tenaga kerja ia ditampung sebagai tenaga kerja pembantu.

Dalam minggu pertama kehadirannya di rumah kami, Titin bekerja dengan rajin, tetapi karena umurnya yang masih muda, ia masih sangat bersifat kekanakan dan manja. Titin senang berpakaian baju kaos terusan model daster, sehingga tubuhnya yang mungil dan padat tercetak dengan jelas pada pakaiannya itu. Aku sangat bernafsu sekali melihat Titin dalam keadaan seperti itu, terutama bila ia mencuci pakaian, dan kaos yang dipakainya tersiram air sehingga basah. Penisku langsung menegang dengan keras, ingin rasanya langsung memeluk dan meremas-remas tubuhnya yang bagus itu. Sesekali aku dengan halus berusaha menyenggol pinggulnya atau payudaranya bila berpapasan seakan-akan tidak sengaja, Titin biasanya diam dan senyum-senyum saja. Aku terus berusaha mencari akal untuk bagaimana caranya bisa menikmati dan menggeluti tubuh Titin yang ranum itu. Sampai satu hari, aku menemukan persediaan obat-obatan di lemari dan di situ terdapat sejumlah obat tidur.

Aku melirik ke arah jam dinding, sudah tengah malam. Aku melirik lagi ke arah istriku, yang terbaring dengan nyenyak di sisiku. Ia telah tertidur sekitar setengah jam yang lalu, dan aku memang menunggu saat ini untuk meyakinkan bahwa tidurnya benar-benar nyenyak.

Saat aku telah yakin benar bahwa isteriku telah tidur nyenyak, karena aku tahu persis kalau ia sudah tidur, akan sangat susah sekali untuk membangunkannya, apalagi ditambah minum susu kocok yang dibubuhi obat tidur. Aku cepat-cepat bangun dari tempat tidur dan langsung berjalan ke arah kamar mandi. Aku mengambil sehelai handuk kecil serta membasahinya dengan air hangat serta kemudian keluar dari situ dengan tidak lupa mengambil handuk, tidak lupa sayapun membuka semua pakaianku sehingga aku telanjang bulat.

Aku berjalan langsung ke kamar Titin, tempat di mana ia tidur dan saat ini ia tidur dengan pulas sekali, aku tahu demikian karena iapun meminum segelas susu kocok bercampur obat tidur sebagaimana isteriku. Pelan-pelan aku membuka pintu kamarnya dan setelah mataku terbiasa dengan cahaya kamar Titin, aku dapat melihat badannya yang terbaring di dipan. Titin tidur tanpa mengenakan pakaiannya, mungkin karena kamar yang agak panas, ia hanya mengenakan celana dalamnya saja. Payudaranya yang montok tampak menyembul dengan indahnya, dengan puting yang mencuat kecil kemerah-merahan. Rambutnya tergerai dan dibalik celana dalamnya yang tipis terbayang rambut-rambut vaginanya yang tipis. Aku berdiri memperhatikannya, bibirnya yang manis mengeluarkan napas dalam tidurnya yang nyenyak. Benar-benar gadis 15 tahun yang menggairahkan. Aku menaruh handuk kecil dan handuk besar di kaki tempat tidur, kemudian aku menyentuh pipinya, Titin tidak bereaksi sedikitpun terhadap sentuhan itu, aku mengulum bibirnya serta meremas dengan pelan kedua buah payudaranya bergantian. Ooh, kulitnya halus sekali, sungguh nikmat meremas payudara Titin ini. Aku mengangkat badannya dan mendekatkan kepada pinggiran tempat tidur, sehingga kakinya tergantung pada pinggir tempat tidur tersebut. Celana dalamnya kulepaskan perlahan.

Titin bergerak untuk berbalik, tetapi aku menahannya pada pinggulnya yang bulat. Kemudian aku membuka kedua belah pahanya yang mulus dan mencium vaginanya yang kecil, ooh.., nikmat sekali. Sesekali kusapukan lidahku pada clitorisnya, kemudian clitorisnya kukulum-kulum dengan bibir dan memainkan lidahku untuk menjilat-jilatnya, pinggul Titin bergelinjang dan kakinya secara refleks menjepit kepalaku. Pelan-pelan aku mengangkat kedua belah kakinya sehingga kedua kaki Titin terlipat dan kedua lututnya menempel pada payudaranya yang ranum dan kedua telapaknya bertumpu pada pantatnya yang bulat. Dengan perlahan aku mulai menindih Titin dan menahan agar ia jangan bergerak sehingga posisinya berubah. Penisku yang sudah sangat tegang langsung kuarahkan ke vagina kecilnya yang sudah menanti. Benar-benar gerakan yang susah sekali mengingat Titin tetap tertidur dan tidak memberikan gerakan bantuan kepadaku.

Aku menekan ujung penis yang sudah benar-benar keras ke arah kedua belah bibir vagina Titin dan menggosok-gosokan terus berulang-ulang sehingga cairan mulai membasahi vaginanya. Aku mengisap-isap payudaranya yang ranum dan tetap menggosok-gosokan ujung penisku ke vaginanya untuk mempersiapkan vagina Titin menyambut penisku yang besar ini. Aku menekan penisku pelan-pelan sehingga sepertiga dari penisku mulai amblas ke dalam vagina Titin yang sempit. Aku berhenti sebentar untuk merasakan kehangatan, licinnya cairan dan cengkeraman liang vagina Titin pada penisku nikmat sekali. Aku menekan terus ke dalam liang vaginanya.., aduuh.., hangatnya.., nikmat.

Setelah penisku masuk setengahnya ke dalam vagina Titin, baru kusadari bahwa vagina Titin ini sangat sempit sekali. sungguh ketat otot-otot vaginanya mencengkeram penisku, aku menekan lagi dengan keras sampai penisku terbenam seluruhnya ke dalam liang vagina Titin sambil menahan nikmat yang dihasilkan oleh vaginanya yang mulai berdenyut-denyut meremas penisku. Aku benar-benar tidak dapat menahan kenikmatan yang begitu nikmat akibat denyutan dan remasan vagina Titin ini, aku langsung menarik penisku dengan cepat sehingga tinggal kepala penisku saja di dalam vaginanya kemudian secara cepat dan keras kubenamkan lagi, begitu berulang-ulang secara perlahan-lahan, aku merasakan bahwa otot-otot vagina Titin mengejang dan memberi cengkreaman yang keras kepada penisku yang besar. Setelah beberapa saat aku diam untuk menikmati kenikmatan vagina ini, aku mulai lagi untuk menarik dan menggenjot masuk penisku, kuulangi lagi gerakan ini berulang-ulang, masuk.., keluar.., tarik.., tekan.., tarik.., tekan dalam-dalam. Aku benar-benar bernafsu sekali kepada Titin, apalagi saat aku menekan dan menarik, kedua payudaranya berayun-ayun bagai mengikuti irama gerakanku.

Aku merasa bahwa aku sudah mau sampai puncak orgasme, biarpun aku mau keadaan ini tetap berlangsung terus, tetapi aku harus cepat-cepat mengakhiri ini kalau tidak mau tertangkap basah, biarpun Titin dan isteriku sudah terkena pengaruh obat tidur. Bahaya ketahuan tetaplah bahaya yang besar bagiku.

Akhirnya, aku merangkul badannya yang mungil melewati kedua belah kakinya yang terlipat, aku pertemukan kedua tanganku di belakang punggung Titin dan memeluknya erat sekali ke badanku, kemudian aku memutar pinggulku sambil tetap menekan ke arah vaginanya sehingga aku bisa menanamkan penisku sedalam-dalamnya di liang vagina Titin sampai penisku terasa menyentuh liang peranakannya. Aku benar-benar tidak pernah merasakan hal seperti ini, mungkin hal ini terjadi karena perbedaan ukuran tubuh dan penisku yang besar dibanding tubuh Titin yang begitu mungil. Aku menekan terus, kemudian menarik penisku lagi dan menekan lagi dengan keras dan cepat, sehingga terasa tubuhnya bagaikan orang yang menggigil dan cengkeraman vaginanya terasa semakin memuntir batang penisku, benar-benar nikmat dan nikmat sekali, Tanpa terasa aku menggigit payudaranya yang kanan dengan gigiku. Saat aku menekan batang penisku dalam-dalam ke liang vaginanya, sampailah aku kepuncak kenikmatan bersetubuh, penisku mengeluarkan cairan mani yang menyemprot masuk ke dalam liang vagina Titin dalam-dalam. Aku tetap menekan terus dan tidak melepaskan batang penisku dari dalam vaginanya sampai aku tidak merasakan lagi denyutan-denyutan yang mencengkram. Begitu aku mencabut batang penisku, aku langsung menggosok-gosokan ke bibir vaginanya yang kecil itu sebelum aku mengambil handuk basah untuk mengelapnya.

Aku langsung membersihkan badan Titin dengan handuk lembab untuk menghapus segala tanda-tanda persetubuhan yang terjadi dan memakaikan celana dalamnya lagi serta mengatur tubuhnya dengan rapi di tempat tidur. Tanpa membersihkan diri lagi langsung saja aku menaruh handuk-handuk tersebut ke tempat cucian dan kemudian kembali ke kamarku.

Esok pagi, aku bangun agak terlambat, isteriku sudah pergi ke kantor duluan, saat aku ke belakang menuju kamar mandi, tampak Titin sedang duduk termanggu-manggu melamun di atas sebuah bangku kecil di tempat cucian.
“Ada apa, Tin.., kok pagi-pagi ngelamun siih”, sapaku.
“Aakh.., nggak.., anu Pak..”, jawabnya.
“Anu.., apanya”, kataku lagi.
“Itu.., tadi malem Titin mimpi.., kok.., aneeh bener”, jawabnya senyum-senyum.
Waktu melewati Titin, aku menengok ke arah belahan payudaranya yang terlihat dari sela-sela daster kaosnya, tampak sekilas di atas payudaranya yang sebelah kanan bekas gigitan yang memerah.., Waahh.

Cerita Mesum Cewek Berjilbab Penjaga Counter

Cerita Mesum Cewek Berjilbab Penjaga Counter


Cerita Ngentot Kenikmatan Jepitan Susu Lidya

$
0
0

Cerita Ngentot Kenikmatan Jepitan Susu Lidya – Lega rasanya aku melihat pagar rumah kosku setelah terjebak dalam kemacetan jalan dari kampusku. Kulirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 21.05 yang berarti aku telah menghabiskan waktu satu jam terjebak dalam arus lalu-lintas Jakarta yang begitu mengerikan. Setelah memarkir mobilku, bergegas aku menuju ke kamarku dan kemudian langsung menghempaskan tubuh penatku ke ranjang tanpa sempat lagi menutup pintu kamar.

Baru saja mataku tertutup, tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh ketukan pada pintu kamarku yang disertai dengan teriakan nyaring dari suara yang sudah sangat aku kenal.

“Ko, loe baru pulang yah?” gelegar suara Voni memaksa mataku untuk menatap asal suara itu.
“iya, memangnya ada apa sih teriak-teriak?” jawabku sewot sambil mengucek mataku.

“Ini gue mau kenalin sepupu gue yang baru tiba dari Bandung” jawabnya sambil tangan kirinya menarik tangan seorang cewek masuk ke kamarku.

Kuperhatikan cewek yang disebut Voni sebagai sepupunya itu, sambil tersenyum aku menyodorkan tangan kananku kearahnya “Hai, namaku Riko”

“Lydia” jawabnya singkat sambil tersenyum kepadaku.

Sambil membalas senyumannya yang manis itu, mataku mendapati sesosok tubuh setinggi kira-kira 165 cm, walaupun dengan perawakan sedikit montok namun kulitnya yang putih bersih seakan menutupi bagian tersebut.

“Riko ini teman baik gue yang sering gue ceritain ke kamu” celetuk Voni kepada Lydia.

“Oh..”

“Nah, sekarang kan loe berdua udah tau nama masing-masing, lain kali kalo ketemu kan bisa saling memanggil, gue mau mandi dulu yah, daag..” kata Voni sambil berjalan keluar dari kamarku.

Aku menanggapi perkataan Voni barusan dengan kembali tersenyum ke Lydia.

“Cantik juga sepupu Voni ini” pikirku dalam hati.

“Lydia ke Jakarta buat liburan yah?” tanyaku kepadanya.

“Iya, soalnya bosen di Bandung melulu” jawabnya.

“Loh, memangnya kamu nggak kuliah?”

“Nggak, sehabis SMA aku cuma bantu-bantu Papa aja, males sih kuliah.”

“Rencananya berapa lama di Jakarta?”

“Yah.. sekitar 2 minggu deh”

“Riko aku ke kamar Voni dulu yah, mau mandi juga ”

“Oke deh”

Sambil tersenyum lagi dia berjalan keluar dari kamarku. Aku memandang punggung Lydia yang berjalan pelan ke arah kamar Voni. Kutatap BH hitamnya yang terlihat jelas dari balik kaos putih ketat yang membaluti tubuhnya yang agak bongsor itu sambil membayangkan dadanya yang juga montok itu. Setelah menutup pintu kamarku, kembali kurebahkan tubuhku ke ranjang dan hanya dalam sekejab saja aku sudah terlelap.

“Ko, bangun dong”

Aku membuka kembali mataku dan mendapatkan Voni yang sedang duduk di tepi ranjangku sambil menggoyangkan lututku.

“Ada apa sih?” tanyaku dengan nada sewot setelah untuk kedua kalinya dibangunkan.

“Kok marah-marah sih, udah bagus gue bangunin. Liat udah jam berapa masih belom mandi!”

Aku menoleh ke arah jam dindingku sejenak.

“Jam 11, emang kenapa kalo gue belum mandi?”

“Kan loe janji mau ngetikin tugas gue kemaren”

“Aduh Voni.. kan bisa besok..”

“Nggak bisa, kan kumpulnya besok pagi-pagi”

Aku bergegas bangun dan mengambil peralatan mandiku tanpa menghiraukan ocehan yang terus keluar dari mulut Voni.

“Ya udah, gue mandi dulu, loe nyalain tuh komputer!”

*****

Tulisan di layar komputerku sepertinya mulai kabur di mataku.

“Gila, udah jam 1, tugas sialan ini belum selesai juga” gerutuku dalam hati.

“Tok.. Tok.. Tok..” bunyi pintu kamarku diketok dari luar.

“Masuk!” teriakku tanpa menoleh ke arah sumber suara.

Terdengar suara pintu yang dibuka dan kemudian ditutup lagi dengan keras sehingga membuatku akhirnya menoleh juga. Kaget juga waktu kudapati ternyata yang masuk adalah Lydia.

“Eh maaf, tutupnya terlalu keras” sambil tersenyum malu dia membuka percakapan.

“Loh, kok belum tidur?” dengan heran aku memandangnya lagi.

“Iya nih, nggak tau kenapa nggak bisa tidur”

“Voni mana?” tanyaku lagi.

“Dari tadi udah tidur kok”

“Gue dengar dari dia katanya elo lagi buatin tugasnya yah?”

“Iya nih, tapi belum selesai, sedikit lagi sih”

“Emang ngetikin apaan sih?” sambil bertanya dia mendekatiku dan berdiri tepat disamping kursiku.

Aku tak menjawabnya karena menyadari tubuhnya yang dekat sekali dengan mukaku dan posisiku yang duduk di kursi membuat kepalaku berada tepat di samping dadanya. Dengan menolehkan kepalaku sedikit ke kiri, aku dapat melihat lengannya yang mulus karena dia hanya memakai baju tidur model tanpa lengan. Sewaktu dia mengangkat tangannya untuk merapikan rambutnya, aku dapat melihat pula sedikit bagian dari BHnya yang sekarang berwarna krem muda.

“Busyet.. loe harum amat, pake parfum apa nih?”

“Bukan parfum, lotion gue kali”

“Lotion apaan, bikin terangsang nih” candaku.

“Body Shop White Musk, kok bikin terangsang sih?” tanyanya sambil tersenyum kecil.

“Iya nih beneran, terangsang gue nih jadinya”

“Masa sih? berarti sekarang udah terangsang dong”

Agak terkejut juga aku mendengar pertanyaan itu.

“Jangan-jangan dia lagi memancing gue nih..” pikirku dalam hati.

“Emangnya loe nggak takut kalo gue terangsang sama elo?” tanyaku iseng.

“Nggak, memangnya loe kalo terangsang sama gue juga berani ngapain?”

“Gue cium loe ntar” kataku memberanikan diri.

Tanpa kusangka dia melangkah dari sebelah kiri ke arah depanku sehingga berada di tengah-tengah kursi tempat aku duduk dengan meja komputerku.

“Beneran berani cium gue?” tanyanya dengan senyum nakal di bibirnya yang mungil.

“Wah kesempatan nih” pikirku lagi.

Aku bangkit berdiri dari dudukku sambil mendorong kursiku sedikit ke belakang sehingga kini aku berdiri persis di hadapannya.

Sambil mendekatkan mukaku ke wajahnya aku bertanya ” Bener nih nggak marah kalo gue cium?”

Dia hanya tersenyum saja tanpa menjawab pertanyaanku.

Tanpa pikir panjang lagi aku segera mencium lembut bibirnya. Lydia memejamkan matanya ketika menerima ciumanku. Kumainkan ujung lidahku pelan kedalam mulutnya untuk mencari lidahnya yang segera bertaut dan saling memutar ketika bertemu. Sentuhan erotis yang kudapat membuat aku semakin bergairah dan langsung menghujani bibir lembut itu dengan lidahku.

Sambil terus menjajah bibirnya aku menuntun pelan Lydia ke ranjang. Dengan mata masih terpejam dia menurut ketika kubaringkan di ranjangku. Erangan halus yang didesahkan olehnya membuatku semakin bernafsu dan segera saja lidahku berpindah tempat ke bagian leher dan turun ke area dadanya.

Setelah menanggalkan bajunya, kedua tanganku yang kususupkan ke punggungnya sibuk mencari kaitan BH-nya dan segera saja kulepas begitu aku temukan. Dengan satu tarikan saja terlepaslah penutup dadanya dan dua bukit putih mulus dengan pentil pink yang kecil segera terpampang indah didepanku. Kuremas pelan dua susunya yang besar namun sayang tidak begitu kenyal sehingga terkesan sedikit lembek.

Puting susunya yang mungil tak luput dari serangan lidahku. Setiap aku jilati puting mungil tersebut, Lydia mendesah pelan dan itu membuatku semakin terangsang saja. Entah bagaimana kabar penisku yang sedari tadi telah tegak berdiri namun terjepit diantara celanaku dan selangkangannya.

Putingnya yang kecil memang sedikit menyusahkan buatku sewaktu menyedot bergantian dari toket kiri ke toket kanannya, namun desahan serta gerakan-gerakan tubuhnya yang menandakan dia juga terangsang membuatku tak tahan untuk segera bergerilya ke perutnya yang sedikit berlemak.

Namun ketika aku hendak melepas celananya, tiba-tiba saja dia menahan tanganku.

“Jangan Riko!”

“Kenapa?”

“Jangan terlalu jauh..”

“Wah, masa berhenti setengah-setengah, nanggung nih..”

“Pokoknya nggak boleh” setengah berteriak Lydia bangkit dan duduk di ranjang.

Kulihat dua susunya bergantung dengan anggunnya di hadapanku.

“Kasihan ama ini nih, udah berdiri dari tadi, masa disuruh bobo lagi?” tanyaku sambil menunjuk ke arah penisku yang membusung menonjol dari balik celana pendekku.

Tanpa kusangka lagi, tiba-tiba saja Lydia meloroti celanaku plus celana dalamku sekalian.

Aku hanya diam ketika dia melakukan hal itu, pikirku mungkin saja dia berubah pikiran.

Tetapi ternyata dia kemudian menggenggam penisku dan dengan pelan mengocok penisku naik turun dengan irama yang teratur.

Aku menyandarkan tubuhku pada dinding kamar dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku Lydia tersenyum sambil terus mengocok batang penisku tetapi semakin lama semakin cepat.

Nafasku memburu kencang dan jantungku berdegub semakin tak beraturan dibuatnya, walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagiku, apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang menocok penisku bergantian dengan tangan kiri dan kanannya.

“Lyd.. mau keluar nih..” lirih kataku sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan ini.

“Bentar, tahan dulu Ko..”jawabnya sambil melepaskan kocokannya.

“Loh kok dilepas?” tanyaku kaget.

Tanpa menjawab pertanyaanku, Lydia mendekatkan dadanya ke arah penisku dan tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit penisku dengan dua susunya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan dari penisku yang dijepit oleh dua gunung kembar itu membuatku terkesiap menahan napas. Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok penisku yang terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan menggunakan kedua tangannya.

Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan dengan tangannya tadi.

“Enak nggak Ko?” tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku.

“Gila.. enak banget Sayang.. terus kocok yang kencang..”

Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah pahanya yang mulus. Sesekali memutar arah ke bagian belakang untuk merasakan pantatnya yang lembut.

“Ahh.. ohh..” desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya.

Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa daratan.

“Lyd.. aku keluar..”

Tanpa bisa kutahan lagi semprotan lahar panasku yang kental segera menyembur keluar dan membasahi lehernya dan sebagian area dadanya. Seluruh tubuhku lemas seketika dan hanya bisa bersandar di dinding kamar. Aku memandang nanar ke Lydia yang saat itu bangkit berdiri dan mencari tissue untuk membersihkan bekas spermaku. Ketika menemukan apa yang dicari, sambil tersenyum lagi dia bertanya

“Kamu seneng nggak”

Aku mengangguk sambil membalas senyumannya.

“Jangan bilang siapa-siapa yah, apalagi sama Voni” katanya memperingatkanku sambil memakai kembali BH dan bajunya yang tadi kulempar entah kemana.

“Iyalah.. masa gue bilang-bilang, nanti kamu nggak mau lagi ngocokin gue”

Lydia kembali hanya tersenyum padaku dan setelah menyisir rambut panjangnya dia pun beranjak menuju pintu.

“Gue bersih-bersih dulu yah, abis itu mau bobo” ujarnya sebelum membuka pintu.

“Thanks yah Lyd.. besok kesini lagi yah” balasku sambil menatap pintu yang kemudian ditutup kembali oleh Lydia.

Aku memejamkan mata sejenak untuk mengingat kejadian yang barusan berlalu, mimpi apa aku semalam bisa mendapat keberuntungan seperti ini. Tak sabar aku menunggu besok tiba, siapa tahu ternyata bisa mendapatkan lebih dari ini. Mungkin saja suatu saat aku bisa merasakan kenikmatan dari lubang surga Lydia, yang pasti aku harus ingat untuk menyediakan kondom di kamarku dulu.

TAMAT

Cerita Ngentot | Antara Aku Mama dan Tanteku

Cerita Ngentot | Antara Aku Mama dan Tanteku

 

 

 

Cerita Dewasa Nikmatnya Diperkosa Perampok

$
0
0

Cerita Dewasa Nikmatnya Diperkosa Perampok – Namaku Winie, umurku sudah 35 tahun dengan dua orang anak yang sudah beranjak dewasa. Waktu menikah umurku masih 19 tahun dan sekarang anakku yang paling tua sudah berumur 15 tahun sedang yang bungsu berumur 13 tahun. Kedua anakku disekolahkan di luar negeri semua sehingga di rumah hanya aku dan suami serta dua orang pembantu yang hanya bekerja untuk membersihkan perabot rumah serta kebun, sementara menjelang senja mereka pulang.

Suamiku sebagai seorang usahawan memiliki beberapa usaha di dalam dan luar negri. Kesibukannya membuat suamiku selalu jarang berada di rumah. Bila suamiku berada di rumah hanya untuk istirahat dan tidur sedang pagi-pagi sekali dia sudah kembali leyap dalam pandangan mataku. Hari-hariku sebelum anakku yang bungsu menyusul kakaknya yang sudah lebih dulu menuntut ilmu di luar negeri terasa menyenangkan karena ada saja yang dapat kukerjakan, entah itu untuk mengantarkannya ke sekolah ataupun membantunya dalam pelajaran. Namun semenjak tiga bulan setelah anakku berada di luar negeri hari-hariku terasa sepi dan membosankan.

Terlebih lagi bila suamiku sedang pergi dengan urusan bisnisnya yang berada di luar negeri, bisa meninggalkan aku sampai 2 mingguan lamanya. Aku tidak pernah ikut campur urusan bisnisnya itu sehingga hari-hariku kuisi dengan jalan-jalan ke mall ataupun pergi ke salon dan terkadang melakukan senam. Sampai suatu hari kesepianku berubah total karena supirku. Suatu hari setibanya di rumah dari tempatku senam supirku tanpa kuduga memperkosaku. Seperti biasanya begitu aku tiba di dalam rumah, aku langsung membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam rumah dan melangkahkan kakiku menaiki anak tangga yang melingkar menuju lantai dua dimana kamar utama berada.

Begitu kubuka pintu kamar, aku langsung melemparkan tasku ke bangku yang ada di dekat pintu masuk dan aku langsung melepas pakaian senamku yang berwarna hitam hingga tinggal BH dan celana dalam saja yang masih melekat pada tubuhku. Saat aku berjalan hendak memasuki ruang kamar mandi aku melewati tempat rias kaca milikku. Sesaat aku melihat tubuhku ke cermin dan melihat tubuhku sendiri, kulihat betisku yang masih kencang dan berbentuk mirip perut padi, lalu mataku mulai beralih melihat pinggulku yang besar seperti bentuk gitar dengan pinggang yang kecil kemudian aku menyampingkan tubuhku hingga pantatku terlihat masih menonjol dengan kencangnya.

Kemudian kuperhatikan bagian atas tubuhku, buah dadaku yang masih diselimuti BH terlihat jelas lipatan bagian tengah, terlihat cukup padat berisi serta, “Ouh.. ngapain kamu di sini!” sedikit terkejut ketika aku sedang asyik-asyiknya memandangi kemolekan tubuhku sendiri tiba-tiba saja kulihat dari cermin ada kepalanya supirku yang rupanya sedang berdiri di bibir pintu kamarku yang tadi lupa kututup. “Jangan ngeliatin.. sana cepet keluar!” bentakku dengan marah sambil menutupi bagian tubuhku yang terbuka.

Tetapi supirku bukannya mematuhi perintahku malah kakinya melangkah maju satu demi satu masuk kedalam kamar tidurku.
“Aris.. Saya sudah bilang cepat keluar!” bentakku lagi dengan mata melotot.
“silakan ibu teriak sekuatnya, hujan di luar akan melenyapkan suara ibu!” ucapnya dengan matanya menatap tajam padaku.

Sepintas kulihat celah jendela yang berada di sampingku dan ternyata memang hujan sedang turun dengan lebat, memang ruang kamar tidurku cukup rapat jendela-jendelanya hingga hujan turun pun takkan terdengar hanya saja di luar sana kulihat dedaunan dan ranting pohon bergoyang tertiup angin kesana kemari. Detik demi detik tubuh supirku semakin dekat dan terus melangkah menghampiriku. Terasa jantungku semakin berdetak kencang dan tubuhku semakin menggigil karenanya. Aku pun mulai mundur teratur selangkah demi selangkah, aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu sampai akhirnya kakiku terpojok oleh bibir ranjang tidurku.

“Mas.. jangan!” kataku dengan suara gemetar.
“Hua.. ha.. ha.. ha..!” suara tawa supirku saat melihatku mulai kepepet.
“Jangan..!” jeritku, begitu supirku yang sudah berjarak satu meteran dariku menerjang tubuhku hingga tubuhku langsung terpental jatuh di atas ranjang dan dalam beberapa detik kemudian tubuh supirku langsung menyusul jatuh menindih tubuhku yang telentang. Aku terus berusaha meronta saat supirku mulai menggerayangi tubuhku dalam himpitannya. Perlawananku yang terus-menerus dengan menggunakan kedua tangan dan kedua kakiku untuk menendang-nendangnya terus membuat supirku juga kewalahan hingga sulit untuk berusaha menciumi aku sampai aku berhasil lepas dari himpitan tubuhnya yang besar dan kekar itu.

Begitu aku mendapat kesempatan untuk mundur dan menjauh dengan membalikkan tubuhku dan berusaha merangkak namun aku masih kalah cepat dengannya, supirku berhasil menangkap celana dalamku sambil menariknya hingga tubuhku pun jatuh terseret ke pinggir ranjang kembali dan celana dalam putihku tertarik hingga bongkahan pantatku terbuka. Namun aku terus berusaha kembali merangkak ke tengah ranjang untuk menjauhinya. Lagi-lagi aku kalah cepat dengan supirku, dia berhasil menangkap tubuhku kembali namun belum sempat aku bangkit dan berusaha merangkak lagi, tiba-tiba saja pinggulku terasa kejatuhan benda berat hingga tidak dapat bergerak lagi. “Aris.. Jangan.. jangan.. mas..” kataku berulang-ulang sambil terisak nangis.

Rupanya supirku sudah kesurupan dan lupa siapa yang sedang ditindihnya. Setelah melihat tubuhku yang sudah mulai kecapaian dan kehabisan tenaga lalu supirku dengan sigapnya menggenggam lengan kananku dan menelikungnya kebelakan tubuhku begitu pula lengan kiriku yang kemudian dia mengikat kedua tanganku kuat-kuat, entah dengan apa dia mengikatnya. Setelah itu tubuhnya yang masih berada di atas tubuhku berputar menghadap kakiku. Kurasakan betis kananku digenggamnya kuat-kuat lalu ditariknya hingga menekuk. Lalu kurasakan pergelangan kaki kananku dililitnya dengan tali. Setelah itu kaki kiriku yang mendapat giliran diikatkannya bersama dengan kaki kananku. “Saya ingin mencicipi ibu..” bisiknya dekat telingaku.
“Sejak pertama kali saya melamar jadi supir ibu, saya sudah menginginkan mendapatkan kesempatan seperti sekarang ini.” katanya lagi dengan suara nafas yang sudah memburu.

“Tapi saya majikan kamu Ris..” kataku mencoba mengingatkan.
“Memang betul bu.. tapi itu waktu jam kerja, sekarang sudah pukul 7 malam berarti saya sudah bebas tugas..” balasnya sambil melepas ikatan tali BH yang kukenakan.
“Hhh mm uuhh,” desah nafasnya memenuhi telingaku.
“Tapi malam ini Bu Winie harus mau melayani saya,” katanya sambil terus mendengus-denguskan hidungnya di seputar telingaku hingga tubuhku merinding dan geli. Setelah supirku melepas pakaiannya sendiri lalu tubuhku dibaliknya hingga telentang.

Aku dapat melihat tubuh polosnya itu. Tidak lama kemudian supirku menarik kakiku sampai pahaku melekat pada perutku lalu mengikatkan tali lagi pada perutku. Tubuhku kemudian digendongnya dan dibawanya ke pojok bagian kepala ranjang lalu dipangkunya di atas kedua kaki yang diselonjorkan, mirip anak perempuan yang tubuhnya sedang dipeluk ayahnya. Tangan kirinya menahan pundakku sehingga kepalaku bersandar pada dadanya yang bidang dan terlihat otot dadanya berbentuk dan kencang sedangkan tangan kanannya meremasi kulit pinggul, pahaku dan pantatku yang kencang dan putih bersih itu. “Aris.. jangan Ris.. jangan!” ucapku berulang-ulang dengan nada terbata-bata mencoba mengingatkan pikirannya.

Namun Aris, supirku tidak memperdulikan perkataanku sebaliknya dengan senyum penuh nafsu terus saja meraba-raba pahaku.
“Ouh.. zzt.. Euh..” desisku panjang dengan tubuh menegang menahan geli serta seperti terkena setrum saat kurasakan tangannya melintasi belahan kedua pahaku.
Apalagi telapak dan jemari tangannya berhenti tepat di tengah-tengah lipatan pahaku.
“Mass.. Eee” rintihku lebih panjang lagi dengan bergetar sambil memejapkan mata ketika kurasakan jemarinya mulai mengusap-usap belahan bibir vaginaku. Tangan Mas Aris terus menyentuh dan bergerak dari bawah ke atas lalu kembali turun lagi dan kembali ke atas lagi dengan perlahan sampai beberapa kali.

Lalu mulai sedikit menekan hingga ujung telunjuknya tenggelam dalam lipatan bibir vaginaku yang mulai terasa berdenyut-denyut, gatal dan geli. Tangannya yang terus meraba dan menggelitik-gelitik bagian dalam bibir vaginaku membuat birahiku jadi naik dengan cepatnya, apalagi sudah cukup lama tubuhku tidak pernah mendapatkan kehangatan lagi dari suamiku yang selalu sibuk dan sibuk. Entah siapa yang memulai duluan saat pikiranku sedang melayang kurasakan bibirku sudah beradu dengan bibirnya saling berpagut mesra, menjilat, mengecup, menghisap liur yang keluar dari dalam mulut masing-masing. “Ouh.. Winie.. wajahmu cukup merangsang sekali Winie..!” ucapnya dengan nafasnya yang semakin memburu itu.

Setelah berkata begitu tubuhku ditarik hingga buah dadaku yang menantang itu tepat pada mukanya dan kemudian, “Ouh.. mas..” rintihku panjang dengan kepala menengadah kebelakan menahan geli bercampur nikmat yang tiada henti setelah mulutnya dengan langsung memagut buah dadaku yang ranum itu. Kurasakan mulutnya menyedot, memagut, bahkan menggigit-gigit kecil punting susuku sambil sekali-kali menarik-narik dengan giginya. Entah mengapa perasaanku saat itu seperti takut, ngeri bahkan sebal bercampur aduk di dalam hati, namun ada perasaan nikmat yang luar biasa sekali seakan-akan ada sesuatu yang pernah lama hilang kini kembali datang merasuki tubuhku yang sedang dalam keadaan tidak berdaya dan pasrah.

“Bruk..” tiba-tiba tangan Mas Aris melepaskan tubuhku yang sedang asyik-asyiknya aku menikmati sedalam-dalamnya tubuhku yang sedang melambung dan melayang-layang itu hingga tubuhku terjatuh di atas ranjang tidurku. Tidak berapa lama kemudian kurasakan bagian bibir vaginaku dilumat dengan buas seperti orang yang kelaparan. Mendapat serangan seperti itu tubuhku langsung menggelinjang-gelinjang dan rintihan serta erangan suaraku semakin meninggi menahan geli bercampur nikmat sampai-sampai kepalaku bergerak menggeleng ke kanan dan ke kiri berulang-ulang. Cukup lama mulutnya mencumbu dan melumati bibir vaginaku terlebih-lebih pada bagian atas lubang vaginaku yang paling sensitif itu. “Aris.. sudah.. sudah.. ouh.. ampun Aar.. riss..” rintihku panjang dengan tubuh yang mengejang-ngejang menahan geli yang menggelitik bercampur nikmat yang luar biasa rasanya saat itu. Lalu kurasakan tangannya pun mulai rebutan dengan bibirnya. Kurasakan jarinya dicelup ke dalam lorong kecil kemaluanku dan mengorek-ngorek isi dalamnya.

“Ouh.. Ris..” desisku menikmati alur permainannya yang terus terang belum pernah kudapatkan bahkan dengan suamiku sendiri.
“Sabar Win.., saya suka sekali dengan lendirmu sayang!” suara supirku yang setengah bergumam sambil terus menjilat dan menghisap-hisap tanpa hentinya sampai beberapa menit lagi lamanya.
Setelah puas mulutnya bermain dan berkenalan dengan bibir kemaluanku yang montok itu si Aris lalu mendekati wajahku sambil meremas-remas buah dadaku yang ranum dan kenyal itu. “Bu Winie.., saya entot sekarang ya.. sayang..” bisiknya lebih pelan lagi dengan nafas yang sudah mendesah-desah. “Eee..” pekikku begitu kurasakan di belahan pangkal pahaku ada benda yang cukup keras dan besar mendesak-desak setengah memaksa masuk belahan bibir vaginaku.

“Tenang sayang.. tenang.. dikit lagi.. dikit lagi..”
“Aah.. sak.. kiit..!” jeritku keras-keras menahan ngilu yang amat sangat sampai-sampai terasa duburku berdenyut-denyut menahan ngilunya. Akhirnya batang penis supirku tenggelam hingga dalam dibalut oleh lorong kemaluanku dan terhimpit oleh bibir vaginaku. Beberapa saat lamanya, supirku dengan sengaja, penisnya hanya didiamkan saja tidak bergerak lalu beberapa saat lagi mulai terasa di dalam liang vaginaku penisnya ditarik keluar perlahan-lahan dan setelah itu didorong masuk lagi, juga dengan perlahan-lahan sekali seakan-akan ingin menikmati gesekan-gesekan pada dinding-dinding lorong yang rapat dan terasa bergerenjal-gerenjal itu. Makin lama gerakannya semakin cepat dan cepat sehingga tubuhku semakin berguncang dengan hebatnya sampai, “Ouhh..”

Tiba-tiba suara supirku dan suaraku sama-sama beradu nyaring sekali dan panjang lengkingannya dengan diikuti tubuhku yang kaku dan langsung lemas bagaikan tanpa tulang rasanya. Begitu pula dengan tubuh supirku yang langsung terhempas kesamping tubuhku. “Sialan kamu Ris!” ucapku memecah kesunyian dengan nada geram.

Setelah beberapa lama aku melepas lelah dan nafasku sudah mulai tenang dan teratur kembali.
“Kamu gila Ris, kamu telah memperkosa istri majikanmu sendiri, tau!” ucapku lagi sambil memandang tubuhnya yang masih terkulai di samping sisiku.
“Bagaimana kalau aku hamil nanti?” ucapku lagi dengan nada kesal.
“Tenang Bu Winie.., saya masih punya pil anti hamil, Bu Winie.” ucapnya dengan tenang.
“Iya.. tapi kan udah telat!” balasku dengan sinis dan ketus.
“Tenang bu.. tenang.. setiap pagi ibu kan selalu minum air putih dan selama dua hari sebelumnya saya selalu mencampurkan dengan obatnya jadi Bu Winie enggak usah khawatir bakalan hamil bu,” ucapnya malah lebih tenang lagi.
“Ouh.. jadi kamu sudah merencanakannya, sialan kamu Ris..” ucapku dengan terkejut, ternyata diam-diam supirku sudah lama merencanakannya.
“Bagaimana Bu Winie..?”
“Bagaimana apanya? Sekarang kamu lepasin saya Ris..” kataku masih dengan nada kesal dan gemas.
“Maksudnya, tadi waktu di Entotin enak kan?” tanyanya lagi sambil membelai rambutku.

Wajahku langsung merah padam mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh supirku, namun dalam hati kecilku tidak dapat kupungkiri walaupun tadi dia sudah memperkosa dan menjatuhkan derajatku sebagai majikannya, namun aku sendiri turut menikmatinya bahkan aku sendiri merasakan organsime dua kali. “Kok ngak dijawab sich!” tanya supirku lagi.
“Iya..iya, tapi sekarang lepasin talinya dong Aris!” kataku dengan menggerutu karena tanganku sudah pegal dan kaku.
“Nanti saja yach! Sekarang kita mandi dulu!” ucapnya sambil langsung menggendong tubuhku dan membawa ke kamar mandi yang berada di samping tempat ranjangku. Tubuhku yang masih lemah lunglai dengan kedua tangan dan kakiku yang masih terikat itu diletakkan di atas lantai keramik berwarna krem muda yang dingin tepat di bawah pancuran shower yang tergantung di dinding.

Setelah itu supirku menyalakan lampu kamar mandiku dan menyalakan kran air hingga tubuhku basah oleh guyuran air dingin yang turun dari atas pancuran shower itu. Melihat tubuhku yang sudah basah dan terlihat mengkilat oleh pantulan lampu kamar mandi lalu Aris supirku berjongkok dekatku dan kemudian duduk di sampingku hingga tubuhnya pun turut basah oleh air yang turun dari atas. Mata supirku yang memandangiku seperti terlihat lain dari biasanya, dia mulai mengusap rambutku yang basah ke belakang dengan penuh sayang seperti sedang menyayang seorang anak kecil.

Lalu diambilnya sabun Lux cair yang ada di dalam botol dan menumpahkan pada tubuhku lalu dia mulai menggosok-gosok tubuhku dengan telapak tangannya. Pinggulku, perutku lalu naik ke atas lagi ke buah dadaku kiri dan kemudian ke buah dadaku yang kanan. Tangannya yang terasa kasar itu terus menggosok dan menggosok sambil bergerak berputar seperti sedang memoles mobil dengan cairan kits. Sesekali dia meremas dengan lembut buah dada dan punting susuku hingga aku merasa geli dibuatnya, lalu naik lagi di atas buah dadaku, pundakku, leherku lalu ke bahuku, kemudian turun lagi ke lenganku.

“Ah.. mas..” pekikku ketika tangannya kembali turun dan turun lagi hingga telapak tangannya menutup bibir vaginaku.
Kurasakan telapak tangannya menggosok-gosok bibir vaginaku naik turun dan kemudian membelah bibir vaginaku dengan jemari tangannya yang lincah dan cekatan dan kembali menggosok-gosokkannya hingga sabun Lux cair itu menjadi semakin berbusa.
Setelah memandikan tubuhku lalu dia pun membasuh tubuhnya sendiri sambil membiarkan tubuhku tetap bersandar di bawah pancuran shower. Usai membersihkan badan, supirku lalu menggendongku keluar kamar mandi dan menghempaskan tubuhku yang masih basah itu ke atas kasur tanpa melap tubuhku terlebih dahulu.

“Saya akan bawakan makanan ke sini yach!” ucapnya sambil supirku melilit handuk yang biasa kupakai kepinggangnya lalu ngeloyor ke luar kamarku tanpa sempat untuk aku berbicara. Sudah tiga tahun lebih aku tidak pernah merasakan kehangatan yang demikian memuncak, karena keegoisan suamiku yang selalu sibuk dengan pekerjaan. Memang dalam hal keuangan aku tidak pernah kekurangan. Apapun yang aku mau pasti kudapatkan, namun untuk urusan kewajiban suami terhadap istrinya sudah lama tidak kudapatkan lagi. Entah mengapa perasaanku saat ini seperti ada rasa sedang, gembira atau.. entah apalah namanya. Yang pasti hatiku yang selama ini terasa berat dan bosan hilang begitu saja walaupun dalam hati kecilku juga merasa malu, benci, sebal dan kesal. Supirku cukup lama meninggalkan diriku sendirian, namun waktu kembali rupanya dia membawakan masakan nasi goreng dengan telor yang masih hangat serta segelas minuman kesukaanku. Lalu tubuhku disandarkan pada teralis ranjang.

Cerita Dewasa Jadi Gigolo Anak SMA

Cerita Dewasa Jadi Gigolo Anak SMA

 

 

 

“Biar saya yang suapin Bu Winie yach!” ucapnya sambil menyodorkan sesendok nasi goreng yang dibuatnya.
“Kamu yang masak Ris!” tanyaku ingin tahu.
“Iya, lalu siapa lagi yang masak kalau bukan saya, kan di rumah cuma tinggal kita berdua, si Wati kan udah saya suruh pulang duluan sebelum hujan tadi turun!” kata supirku.
“Ayo dicicipi!” katanya lagi. Mulanya aku ragu untuk mencicipi nasi goreng buatannya, namun perutku yang memang sudah terasa lapar, akhirnya kumakan juga sesendok demi sesendok. Tidak kusangka nasi goreng buatannya cukup lumanyan juga rupanya. Tanpa terasa nasi goreng di piring dapat kuhabisi juga.
“Bolehkan saya memanggil Bu Winie dengan sebutan mbak?” tanyanya sambil membasuh mulutku dengan tissue.
“Boleh saja, memang kenapa?” tanyaku.
“Engga apa-apa, biar enak aja kedengaran di kupingnya.” Kalau saya boleh manggil Mbak Winie, berarti Bu Winie eh.. salah maksudnya Mbak Winie, panggil saya Bang aja yach!” celetuknya meminta.
“Terserah kamu saja ” kataku.
“Sudah nggak capai lagi kan Mbak Winie!” sahut supirku.
“Memang kenapa!?” tanyaku.
“Masih kuatkan?” tanyanya lagi dengan senyum binal sambil mulai meraba-raba tubuhku kembali.
Aku tidak memberi jawaban lagi, hanya menunduk malu, tadi saja aku diperkosanya malah membuatku puas disetubuhinya apalagi untuk babak yang kedua kataku dalam hati. Sejujurnya aku tidak rela tubuhku diperkosanya namun aku tidak mampu untuk menolak permintaannya yang membuat tubuhku dapat melayang-layang di udara seperti dulu saat aku pertama kali menikah dengan suamiku.
Tamat

Cerita Sex Teman Chating Jadi Kawan ML

$
0
0

Cerita Sex Teman Chating Jadi Kawan ML – Dunia internet adalah dunia yang mengasyikkan sekaligus dunia yang maya. Kita bisa mengetahui semua situs dengan bebas. Terutama dunia porno, berbagai jenis ras manusia dapat kita ketahui seluk beluk dan lekuk tubuhnya. Dunia chatting tidak kalah hebatnya dengan itu semua, kita bisa ngobrol dengan orang-orang sesama pengguna MIRC di seluruh dunia.

Suatu sore, saya iseng2 chat karena memang sudah lama saya tidak masuk di arena itu. “Malampanjang” adalah nick yang sering saya gunakan dan biasa memasuki line DALnet.
Sambil santai menghisap rokok, saya mulai iseng berkenalan dengan orang-orang sesama MIRC-is. Sebut saja nicknya “Mahon_f”, salah satu teman baru MIRC saya. Setelah ngobrol ke sana kemari, dia menyebut diri anak Semarang dan baru setahun tinggal di sana, jadi bahasa Indonesianya agak kaku.
Tetapi anehnya, bicaranya rada2 berani dibanding cewek lainnya, setelah ditelusuri, dia adalah anak bule dari USA. Bapaknya hijrah kerja di Semarang. Aku minta juga pic-nya dan langsung dikirim lewat DCC. Lumayan juga orangnya, agak montok, rambut pirang, ikal dan cantik. Hanya kulitnya merah karena kebanyakan kena sengat matahari.Nggobrol lama dan akhirnya aku mulai iseng untuk mengetahui kehidupan seksualnya. Ternyata dia termasuk orang yang menganut free sex.
Aku minta nomor telponnya dan membuat janji dengannya untuk bertemu. Aku adalah anak Yogyakarta yang kuliah di Politeknik Negeri di Bandung, jadi harus jauh-jauh kesana dulu untuk bisa bertemu dengannya. Sedangkan dia masih kuliah di sebuah universitas swasta di Semarang. Akhir bulan aku pulang dan mampir ke Semarang untuk bertemu dengan Mahony (nama dia). Aku naik bus dan sampai disana kira-kira pukul 4 sore, lalu aku telpon dia supaya menjemputku.
Suzuki Vitara metalik datang menghapiriku yang isinya 2 orang bule muda yang cantik-cantik.
“Kamu malampanjang yaa..?” sapa dia sambil melempar senyum, membuat otakku tidak karuan menjawabnya.
“Benar dan Kamu Mahony ya..?” balasku.
“Iya, apa khabar malam panjang..?” sapa dia.
Dada ini bergetar juga melihat gaya pakaiannya yang bersinglet ketat dan celama jeans rombeng sobek di lututnya.
“Ayo masuk..! Dan *****., kenalkan kakakku, Garrel..” kata dia.
Kami bersalaman, sambil melapas kaca mata hitamnya dia memperkenalkan namanya.
“Hallo.. Aku Garrel, nama Kamu siapa..?” tanya dia.
“Aku Harris (samaran).” balasku sambil bersalaman.
Aku masuk ke dalam mobil dan berangkat karena sudah mengundang banyak mata memadang ke arah kami. Si Mahony pindah ke belakang menemani aku di belakang, sedangkan kakaknya gantian mengemudi mobil.
Berjalan melintasi tugu muda dan simpang lima, lalu entah ke mana aku tidak tahu arah karena asyik ngobrol dengan si Mahony. Dia banyak menceritakan tentang situasi kota Semarang yang terlalu panas dan tentang teman-temannya dis***** Mahony orang yang supel dan cuek, jadi tidak terlalu kaku bicara dengan dia walaupun kadang bicaranya dicampur dengan bahasa Inggris.
Setelah lama berkeliling Semarang, akhirnya sampai di sebuah rumah besar di perumahan elite Semarang. Kami disambut oleh seorang wanita bule setengah baya yang berbahasa Indonesia dengan fasih. Itu adalah Ibunya Mahony. Dimana di rumah itu hanya tinggal orang tua Mahony, dua orang anaknya dan tiga orang pembantu. Kami bertiga ngobrol seperti sudah kenal lama saja, padahal kami beru bertemu.
Malam hari tiba dan aku dipaksa untuk menginap dan tinggal disana, aku sih baik-baik saja, lagian disuguhi dengan kulit-kulit mulus setiap saat. Aku tidak kuat, kemaluannku terus menegang melihat itu semua, serta nafas yang tidak beraturan karena otak kotorku sudah dipenuhi bisikan-bisikan nafsu dari sang iblis.
Aku pamit mandi, kesempatan itu tidak aku sia-siakan dengan melepaskan hasrat dengan beronani. Kamar mandi yang besar, lengkap dengan bak mandi tidur dan sebuah kaca besar di seberang. Tanpa komando, aku langsung melepas baju dan celana. Membasahi tubuhku dengan air hangat sambil mengocok batang kemaluanku perlahan. Berinspirasi membayangkan si Mahony dengan payudara yang menggantung indah dan Garrel tanpa selembar benang pun. Perlahan kukocok sambil memejamkan mataku.
Tanpa sadar, sebuah tangan yang halus memegang pinggulku, terbelalak aku buka mata, terpana dan tidak bisa bergerak, Mahony sudah di depan mataku sambil tersenyum memegang handuk.
“Waduh ketahuan nich..!” bisikku dalam hati.
“Kamu lupa mengunci pintu, Haris..” katanya tersenyum.
Suara yang lembut membuat jantungku berdegup kencang. Rupanya Mahony datang membawakan handuk buatku, dan sekarang dia mulai melepaskan baju singlet ketatnya. Seribu sumpah serapah keluar dalam batinku mengagumi keindahan tubuh moleknya. Tanpa berkedip dan nafas tidak beraturan, aku melihat pemandangan indah itu. Si Mahony secara perlahan membuka singletnya dan celana jeansnya. Hanya tinggal bra (36) dan celana dalamnya saja yang tersisa. Begitu mulus nan indah.
Perlahan dia merangkulku, sejuta maki ketidakpercayaan berkecamuk di dalam dada. Mencium lembut bibirku, aku hanya terdiam sebab belum pernah aku melihat bule berbugil ria di depanku, kecuali di dalam film BF yang sering aku toton.
“Kenapa Kamu, Haris..?” tanya dia membuyarkan lamunanku.
“Ehh.. ee.. tidak apa-apa kok.., ntar kalo ketahuan Ibu kamu gimana..?” tanyaku.
“Tidak apa-apa, dia baru tidur di kamarnya..” jawabnya.
Inilah kesempatanku, batinku mendukungku terhadap semua ***** Aku balas kecupan bibirnya dengan lembut, berpanggut dan terus berpanggut. Tanpa sadar, ritme kecupan kami menjadi cepat, mungkin karena nafsu kami yang sudah mulai berkobar. Bunuh aku dengan api nafsumu, hancurkan, lepaskan dalam semua kegirangan ***** Lama kami berpanggut di bawah siraman air dan uap hangat. Sampai aku beranikan diri membuka tali BH-nya, kini tampaklah sebuah gunung kembar menjulang dengan penuh gairah. Segera kusambut dengan usapan terlembutku.
Cerita Panas – Kuremas dan kuresapi apa yang ada di dalam payudaranya. Aku kecup leher, dadanya dengan perlahan sambil tanganku meremas pantatnya. Putting yang tampak menantang dengan warna merah tua tampak menggoda dengan jemari lentiknya. Aku permainkan lidahku di seputar putingnya, melingkar, gigitan kecil menghiasi kulit mulusnya.
“Aahh.. sshh.. aahh..” rintihnya ketika lidahku mengenai ujung putingnya.
Aku hisap putingnya dan aku putar-putar dengan lidahku, sambil sesekali bergerak ke samping tubuhnya, rusuk, dan punggung. Aku memang suka menjilati tubuh lawan mainku sampai benar-benar basah seluruh tubuhnya dengan lidahku.
Perlahan aku turun ke arah perut, pantat, paha, betis lalu naik lagi ke arah selangkangannya. Aku tidurkan dia di lantai kamar mandi, sambil aku angkat kedua kakinya hingga terkuak kini selangkangannya. Benar-benar indah vaginanya yang tanpa sebatang bulu pun menumbuhinnya, berwarna merah dengan klitoris yang sedikit menyembul. Aku urut dengan lidahku sepanjang pahanya menuju ke atas, berhenti di pinggir selangkangannya. Sambil aku remas-remas payudaranya, kuputar-putar lidahku di sekitar bibir kemaluannya, wangi dan sangat basah. Rupanya dia sudah terbakar nafsu emosi akibat cumbuanku. Dia terus meremas payudaranya sambil mendesah tidak karuan.
Perlahan aku jilat ujung klitorisnya yang berwarna merah merekah, jilat dan jilat.
“Aahh.. shh.. ooh.., Haris.. shh..” desahnya mengencang.
Kujilati terus klitorisnya dan sesekali kukorek isi vaginanya dengan lidahku. Kubuka pinggir vaginanya dengan kedua tanganku, lalu kujilati bagian dalam vaginanya, kutusuk dengan lidahku sampai benar-benar basah dengan cairan hangat vaginanya. Aku lihat dia memejamkan mata sabil mendesis keras disertai dengan kata-kata berbahasa Inggris yang aku tidak mengerti artinya. Kadang menjambak rambutku disertai dengan lolongan panjang dan menekan kepalaku ke arah liang senggamanya dan mengangkat pinggulnya, aku tidak tahu apakah dia sudah ejakulasi atau belum, aku tidak perduli, aku terlalu sibuk dengan vagina indahnya.
Tiba-tiba dia bangun dan membalikkanku dengan posisi telentang. Dengan liar dia kecupi dada dan putingku, hal itu tentu saja membuatku terbang dan meratap, sebab memang putingku adalah daerah “rawanku”, sambil aku sendiri mengocok batang kemaluanku yang terus menegang. Di kangkanginya tubuhku sambil dituntunnya kemaluanku ke arah vaginanya.
“Bllueess.. ss..” terasa nikmat sekali setelah beberapa bulan aku menahan gejolak nafsuku.
Terasa menggigit dan hangat di dalam vaginanya. Dia mulai menggoyangkan pinggulnya naik turun, aku sungguh menikmatinya.
Buah dadanya yang naik turun menciptakan sebuah pemandangan yang erotis bagi mataku. Tubuhku bergoncang hebat oleh karena goyangannya. Bagai kerasukan iblis seks, dia bergerak dengan tidak karuan, mendongak ke atas ke kiri dan ke kanan. Oohh.. aku sungguh terpuaskan. Aku coba melihat ke arah kaca kamar mandi, oohh.. pamandangan yang mampu mambuatku terangsang sendiri oleh karena tingkah liarnya.
“Clep.. clep.. clepp..” suara bibir vagina bertemu dengan pangkal batang kejantananku di sertai dengan air hangat.
Kulepaskan dia dan gantian aku yang berada di atas. Dengan posisi batang kejantananku yang masih menancap erat di vaginanya, aku mulai menggoyangnya dengan irama teratur, buah dadanya bergerak-gerak naik turun.
“Ahh.. ahh.. nikmat Hariss.. oh yes..!” desahnya yang membuat nafsuku terbakar hebat.
Kukangkangi dia di atas dengan posisi duduk, dengan batang kemaluanku yang masih tercepit, kurapatkan kedua kakinya, lalu aku mulai menggoyang. Dia mulai bergelinjang lagi sebab posisi itu begitu menekan vaginanya untuk bergesekan dengan batang kemaluanku.
“Clepp.. clep.. clep.. cleepp..” disertai erangan kenikmatan keluar dari bibir kami.
Posisi tersebut tentulah sangat kuat menggesek klitorisnya, sambil tanganku meremas buah dadanya. Ooh.. betapa nikmat dosa *****
“Aaahh.. ahh.. ooh.. ooh.. I am coming.. I am coming.. oohh.. oohh.. aahh.. aahh..” desahnya liar.
Sesaat berikutnya, dia mulai berkelojotan dengan jari yang meremas kuat pundakku, hingga menimbulkan luka gores yang pedih, hal itu justru menambah nilai kenikmatan tersendiri setelah nanti berhubungan intim dengannya.
Aku berganti posisi dengan menggangkat satu kakinya ke atas, sehingga dia berposisi miring, sedangkan aku dengan leluasa melihat batang kemaluanku keluar masuk ke vaginanya yang sudah sangat bajir, berkilat-kilat oleh cairan vaginanya yang memerah dan merekah. Kugoyang terus sampai keringatku pun berjatuhan di pahanya. Bayangan yang tercipta di kaca kamar mandi sungguh terlihat indah, bagai dua mahluk yang terlibat pertempuran sengit. Saling menindih dan saling mengerang kenikmatan.
“Clep.. clep.. cllepp.. ahh.. ahh.. sshh..” suara yang bergema di kamar mandi tersebut.
Cerita Seks – Beradu dengan gemuruh nafsu di dalam dada ini, keringat pun berjatuhan di perut dan dada Mahony yang berkilat karena mulus kulitnya. Hingga pada akhirnya, sesuatu yang akan meledak bergerak turun dari dalam perut bawahku. Kugoyangkan dengan keras dan irama tempo yang sangat cepat agar kenikmatana itu dapat kuraih bersamaan dengannya.

Cerita Ngentot Bercinta Dengan Tante Girang

Cerita Ngentot Bercinta Dengan Tante Girang

“Aahh.. ah.. ahh.. oohh.. oohh.. aahh..” desah panjangnya.
Dia keluar untuk yang kedua kalinya dan aku pun dengan mata terpejam berusaha menghancurkan lubang vaginanya dengan sperma yang akan keluar menyembur ke vaginanya.
“Aaahh.. aahh..” desahku mengimbangi semburan spermaku.
“Crroott.. ccrroott.. ccrroott.. sseerr.. serr..” banyak sekali sperma yang keluar menyembur di daerah perut dia.
Tiba-tiba Mahony memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya sambil di kocok.
“Aahh..” membuatku melayang, ditelannya sperma yang keluar dari batang kemaluannku, dijilati sampai terasa linu batang kejantananku.
“Eemm.. srruupp.. srrupp.. ahh.. sshh.. shh..” desisnya.
Aku bersandar pada dinding kamar mandi dengan nafas tidak baraturan seakan mau pacah rongga dada ***** Turut pula dia bersandar di perutku sambil terus menjilati kemaluanku.
Dikecupnya bibirku sambil berucap, “Thanks..!”
Aku hanya terdiam tanpa bisa berkata-kata oleh karena nafasku yang memburu.
Beberapa saat kemudian, aku mandi dengannya di shower sambil bercanda dan tertawa, dan malam harinya, babak kedua terus berlanjut karena dia menyusul ke kamar tidurku. Hingga larut, kami masih bercengkrama dengan nafsu kami sampai tertidur dengan tanpa memakai selembar benang pun.
Pagi yang indah menyambutku dengan sebuah kecupan hangat di kening. Sambil beranjak dari tempat tidurku, dia menenteng celana dalamnya yang belum terpakai semalam. Siang itu, aku pulang ke Bandung, dengan diantarkannya sampai terminal Semarang. Kami berpisah dengan lambaian tangan dan sebuah kecupan panjang bibir di dalam mobil. Sebelumnya, dia memberikan alamat e-mailnya dan berharap aku tidak melupakan kenangan yang kami lakukan berdua.
Beberapa hari kemudian, aku membuka e-mailku. Sebuah e-mail manis dari Mahoney disertai dengan kartu ucapan selamat pagi yang indah, membuat hatiku bersorak gembira. Isi tulisan terakhirnya, “Kapan Kamu maen ke Semarang lagi..?”
“Ha.. ha.. ha..” dalam hati aku tertawa, apakah ini nyata..?

Cerita Bokep Pijitan Plus Obat Perangsang

$
0
0

Cerita Bokep Pijitan Plus Obat Perangsang – Aku kuliah di suatu perguruan tinggi di medan, di fakultas ekonomi. Aku baru masuk kemaren stambuk ’98 (jadi sekarang semester 5. Dan aku memiliki seorang senioren (stb ’97), namanya Revi. Aku biasanya memanggilnya mbak Revi. Dia satu kelompok diskusi denganku dan teman- teman lain sekitar 10 orang.

Bandar Togel – Suatu kali, waktu ujian mid semester, seperti biasa, aku mencari temen diskusi buat belajar bareng. Dan aku pun, kira-kira pukul 07.15 malam pergi ke tempat mbak Revi yang kos tak jauh dari kampus. Di sana tanpa kesulitan aku bertemu dengannya.

“mbak Revi mana mbak ?” aku membuka percakapan dengan menanyakan temen sekosnya.
“dia pergi belajar sama ke rumah temennya” jawabnya dengan suara yang lembut.
Kami belum mulai belajar sampai pukul 08.00 malam, soalnya temen-temen kami yang lain belum dateng.
Kami hanya mengobrol entah ke mana-mana. Lalu mbak Revi berkata,
“Ris, mbak keluar dulu ya, beli makanan ”
“Iya mbak, saya juga lapar nih” jawabku tanpa basa-basi.
Kupandangi dia keluar kamar, pantatnya kelihatan sangat padat, rok panjang yang dikenakannya agak sempit rupanya hingga menonjolkan buah pantatnya. Aku jadi bernafsu.

Mbak Revi memang cantik, tapi aku tak pernah seperti ini, soalnya dia selalu memakai pakaian longgar kalo’Ške kampus. Ketika dia mencari makanan, iseng aku keliling-keliling memandangi kamarnya. Rapi sekali …, lalu iseng kuangkat kasur di tempat tidurnya. ooops, ada sesuatu. Tumpukan kertas-kertas yang terlipat-lipat, dan ketika kubuka, asataga ! Gambar-gambar lelaki telanjang rupanya. Aku sih tidak bernafsu (soalnya laki-laki), tapi tiba-tiba aku berpikiran aneh …

Wah gue jadi kepingin ngerasain badan mbak Revi. Tapi bagaimana ? Ah harus mulai gue rencanakan. Lalu kusimpan kembali kertas- itu, tidak berapa lama, mbak Revi pulang, kami belajar sama sambil makan. Lalu sekitar jam 1/2 sebelas, aku pulang ke rumah. Keesokan harinya, otakku mulai ngeres. Aku beli obat perangsang. Kubeli agak banyak, biar khasiatnya tinggi. Lalu malamnya, akupun datang ke rumahnya, alasannya mau belajar sama, walaupun ujian besok tidak begitu susah. LAlu dia pun mempersilahkan aku masuk. Aku masuk, lalu kami ngobrol sejenak.

“Mbak, beli snack, ya ?”
Bandar Togel Bonafit – “Iya, tapi pake’ uang Aris” balasnya sambil tersenyum
“iya iya” aku jadi deg-degan melihat senyumnya dan ketika membayangkan kalo’ aku menyetubuhinya.
Lalu dia keluar, kali ini dia memakai baju kaos dan rok selutut, tapi pantatnya tetap saja menonjol seperti kemaren (mungkin bukan roknya yang salah, tapi memang pantatnya besar), aku jadi nggak sabar. Ketika dia keluar, kuambil minum di teko yang tidak begitu banyak, paling 1 1/2 gelas.

Lalu cepat-cepat kuambil obat yang kubeli, dan kutuang semuanya, kuaduk, dan kuletakkan kemabli teko itu. Ketika mbak Revi pulang, aku pura-pura tidak ada kejadian apa-apa. Lalu kami makan gorengan bareng. Saat dia mau minum, aku kegirangan, kuperhatikan dia lamat-lamat meminum ramuan itu … dan … tidak berapa lama, sambil mengobrol, kelihatan dia mulai gelisah, badannya mulai berkeringat. Hatiku girang, juga deg-degan.

“Mbak kepanasan?” tanyaku pura-pura tak tahu
“Iya, kok panas kali ya ?”
“Udaranya memang panas kok mbak” Dan akupun mulai merapatkan dudukku dengannya, di tepi tempat tidurnya, lalu …
“Mbak mau dipijitin ?” Dia diam saja, lalu kupegang tengkuknya.
Dia melihatku sejenak, lalu diam kembali. Mulai ku remas-remas tengkuk dan lehernya. Dia seperti keenakan. Lalu kuremas-remas lengannya. Dia hanya mendesah keenakaan.
“wah, udah nafsu nih” pikirku. lalu kutanya
“Mbak mau dipijitin kakinya?” Dia diam saja, aku tahu, lalu kubimbing dia agar tidur tengkurap di tempat tidurnya.
Aku mulai memijit betisnya, alamak … putih, bulunya halus, dan agak besar. Sementara kupijit betisnya, dia mendesah sambil meremas-remas bantal.

Aku tahu dia lagi hot. Lalu kunaikkan pijitan ke lutut, lutut, lalu ke pahanya, dia tidak marah, hanya mendesah. Membuatku semakin bernafsu. Lalu dengan pijitan yang agak kuat, kupijit pahanya, sambil sedikit demi sedikit mengangkat roknya, sekarang roknya hanya menutupi pantatnya yang bulat. CD nya yang putih juga sudah kelihatan. Kuberanikan diriŠmemijit pantatnya, dia malah semakin mendesah … Ah, cocok. Aku semakin bernafsu, dan tambah deg-degan.

“Mbak, punggungnya juga ya mbak ?”
“Iya” jawabnya hampir setengah sadar.
Bandar Togel Online – Dengan cepat akku naik, dan duduk di atas pantatnya yang besar dan bulat, oooohhh … enaknya.

Kupijit punggungnya yang masih dibungkus baju kaos, sambil memijit, kutekan-tekan pinggulku ke pantatnya. Dia hanya mendesah, sementara si junior sudah tegang. Lalu kuangkat sedikit baju kaosnya sambil dipijit, sedikit,sedikit, hingga hampir seluruh punggungnya kelihatan, sementara tali BH nya masih kubiarkan. Aku terus menggenjot penisku yang sudah tegang ke pantatnya yang oooohhh …

“Mbak, depannya juga ya mbak” “Hah ?Apanya”
Dia masih setengah sadar, tapi agak kaget.
“Nggak mbak, maksud saya kaki yang depan.
“iya” Lalu ia membalikkan posisinya, roknya dibiarkan saja, masih sebatas CDnya, lalu kupijit kaki depannya, naik ke pahanya, kusingkap sedikit lagi roknya, oh rupanya dia sudah basah. Lalu kupijit perutnya, dan aku naik ke atas badannya.
penisku tepat di atas memeknya, tapi aku masih menggunkan baju lengkap. Kupijit perutnya, sambil kutekan-tekan bagian memeknya dengan pinggulku.
“Oooh….” suara desahannya mulai kedengaran.

Sambil kupijit perutnya, kusingkap baju kaosnya sedikit demi sedikit, hingga lewat dadanya. Kuperhatikan gunung kembar yang ditutupi BH itu, besar juga, kira kira ukuran 35. Dengan memberanikan diri, kusingkap BHnya ke atas tanpa melepas talinya. Oh, betul kataku, sungguh menggairahkan, gunung kembar menonjol, putingnya masih merah jambu, dan mulai mengeras. Aku semakin garang, lalu kucium bibirnya, dia balas mangkulum lalu terus kukulum bibirnya sambil meremas dua buah dadanya dengan kedua tanganku, sementara pinggulku terus menekan-nekan.

Lalu ciumanku turun *// Ke arah payudaranya, dia langsung “black-out”, memejamkan matanya, hanya menyisakan bagian putih matanya yang tampak samar-samar di antara bulu matanya. Pijatan yang bermula dari jari berubah menjadi pijatan dengan lidah. Ku runcingkan ujung lidahku, kujilat antara kena dan tidak. Mulai dari payudara aku turun ke arah bawah, di rongga perut, setiap kali aku lakukan jilatan, ada getaran-kejutan, sementara tangannya menjambak rambutku sesuai dengan irama kejutan-kejutan yang terjadi di badannya.

“Ohh, hhhhhmmph” hanya dengusan-dengusan nafas yang kudengar, selanjutnya perang gerilya terus kulakukan, ke arah bagian bawah tubuhnya, kubiarkan cd-nya tetap ditempatnya, wanita akan indah kalau hanya sedikit telanjang, lamunku.
Ku jelajahi, paha bagian dalamnya, ke arah lutut, semakin sulit tangannya mengapai rambutku untuk di jambak, kuberikan tanganku sebagai gantinya. Tanganku ganti diremas, jari-jemari kami saling menyatu, kubiarkan remasannya.Š Tampak cd yang dia kenakan ada sedikit yang berlubang, kutarik sedikit, untuk sekedar memperbesar lubang di cd, kuciumin cd-nya, kuarahkan lubang cdnya, ke arah clit-nya yang membengkak, hingga keluar dari sarangnya (CD), tampak indah sekali clit yang keluar dari lubang cd.

Ku jilat, “ohh” erangnya Ku emut, ku hisap, kuhisap bersamaan dengan ku jilat, ku lakukan gerakan berulang. Hingga dia menggelapar, seperti ayam yang habis dipotong, kubiarkan dia menjepit kepalaku dengan kedua belah pahanya. Aku sudah mengantisipasinya, sebelum dia menjepit segera kuhirup sebanyak mungkin udara. Aliran udara yang kuhisap melalui, mulut, menyebabkan gesekan udara dengan clit yang basah, menjadi kering dan dingin, hembusan udara dingin yang akan masuk ke mulutku, membuat rangsangan clinya menjadi- jadi.

Saat dia menjepit, kubiarkan jepitan itu, pekerjaan gerilya kulakukan dengan menahan nafas dalam kegelapan (aku sambil memejamkan mata – malu sama pembaca, agar nggak malu aku merem aja). Benar-benar nikmat rasanya, dalam jepitan dan kegelapan serta kesunyian, merasakan lembutnya clit, hanya tekanan jepitan yang menjadi pedomanku, semakin kumainkan clitnya, semakin sering terjadi kejutan.

Saat nafasku akan meledak keluar, kulepaskan hisapan pada clit, kuturunkan hidungku hingga lubang hidungku mencapai clitnya, aku hembuskan sedikit demi sedikit melalui hidungku, keluarlah udara hangat. Menyebabkan longgarnya jepitan pahanya. Tampak bagian cdnya ada yang basah, campuran air liurku dengan lendirnya.
“Udah masukin” katanya, ini yang aku tunggu, aku selalu melakukan penetrasi bila ada konfirmasi, artinya sudah ada lendir yang akan melindungi gesekan antara bazoka dengan laras-pelontar-bazoka.

Ini juga sebagai indikator bahwa dia sudah mencapai tahap 80%, aku hanya butuh 20% lagi untuk mencapai “O”. Aku angkat cdnya ke arah samping, jadi kita “main” dengan masih ber- cd. Aku pun mengeluarkan rudalku lewat samping cd-ku, agak sempit juga sih rongganya, tetapi berkat cairan pelicin yang keluar, jadi tidaklah sulit untuk memasukkan. Dengan sempitnya rongga kewanitaannya, aku takut mempercepat ejakulasiku, hingga aku gunakan cara lain, agar dia cepat mencapai “O” sementara aku bisa bertahan.

Ku tekan sedalam-dalamnya, hingga clitnya bersinggungan dengan bulu kemaluanku, selanjutnya aku tidak menarik keluar-masuk, tetapi melakukan penekanan dan tidak menekan clitnya, kulakukan berulang- ulang, dan berusaha agar rudalku tidak mengalami gesekan dengan rongga wanitanya, tak lama, tangannya menarik kepalaku, dan mencium bibirku dengan buas sekali. Dijulurkan lidahnya, bergesekan dengan lidahku, ohhhps, aku paling nggak kuat kalau di cium seperti ini, bagian bawah di tahan, bagian atas mana tahannnn (aku jadi inget tips Kak Ray, aku cari kain pelŠatau tisue nggak ada, ya udah deh, yang terjadi, terjadilah, apalagi semen atau nitrogen juga nggak ada). Takut aku ejakulasi, segera aku hisap sekuat-kuatnya bibirnya, hingga dia sulit bernafas.

Sambil tetap menekan clitnya. Dengan sedikit menyingkap cd bagian bawahnya, tanganku bergerilya meraba daging antara memek dan anus, dan kadang meraba anusnya yang juga ditumbuhi rambut kasar, bekas dicukur.
“eh eh eh eh” nafasnya keluar masuk dengan tempo cepat
“uh uh uh uh” akupun demikian Seperti orang yang menyelam dan mencapai permukaan air, dan secepat kilat menghirup udara segar.

Togel Online Terpercaya – Tak perlu kutanyakan, apakah dia orgasme atau tidak, aku dapat merasakan getaran memek serta denyutan di anusnya, juga rongga memeknya yang mekar hingga ada jarak antara rudalku dan dinding memeknya, soal lendir jangan ditanya deh! Udah bukan bening lagi, berbusa! Nah sekarang giliran aku nih, tetapi bagaimana mungkin? (membaca saja aku tidak bisa, salah yah – habis yang baca nafsu banget sih – cool man)

Selain terlalu banyak lendir, rongganya juga sudah membesar. Hmmm, ya udah pake cara lain. Aku angkat kakinya, hingga lututnya ada dipundakku, dengan demikian terjadi penjepitan di rongga memek, saat aku lakukan penetrasi, ouhhh licin dan sempit. Selanjutnya aku lakukan gerakan keluar masuk, saat aku masuk, “telur”ku tertinggal di belakang, saat aku cabut keluar, “telur”ku memukul lubang anusnya, hemmm, rasanya “telur”ku seperti tertusuk duri yang melingkari lubang anusnya, membuat gerakanku semakin cepat, dan akhirnya keluarlah cairan kenikmatanku.

Ahhh, nikmat sekali. Pas aku cabut rudalku, diikuti keluarnya suara ” brett brett” dari rongga memeknya. Eh aku ketawa dia juga ikut ketawa, yah udah keluarnya ketut-memek, menjadi seirama dengan gelak tawanya, sambil menyemburkan spermaku yang masih menggumpal seperti jelly. Kami pun tertawa bersama-sama, senang, puas, nikmat.

Cerita Bokep "Ngentot Mama Di Hotel"

Cerita Bokep “Ngentot Mama Di Hotel”

Foto dan Cerita Mesum Menikmati Tubuh Kakak Ipar

$
0
0

Foto dan Cerita Mesum Menikmati Tubuh Kakak Ipar

 

Cerita kali ini berawal ketika aku dan istriku belum menikah, istriku adalah anak pertama dari 4 bersaudara yang tinggal di sebuah kota kecil di daerah Jawa Barat. Adalah Ayu adik kedua istriku yang telah membangkitkan birahi terlarangku, padahal dulu ketika aku sama sekali tidak tertarik melihat Ayu, aku hanya menganggap Ayu sebagai adik sendiri, hingga berkali-kali aku selalu mengusahakan kemampuanku untuk membantu kesusahannya ketika dia sedang berada di Jakarta untuk bersekolah. Namun Ayu kini sudah berubah menjadi seorang gadis yang cukup cantik.

Hari itu adalah hari segalanya dimulai, Dilla (waktu itu kami belum menikah) memberikanku pekerjaan untuk membeli peralatan pendukung computer untuk kantornya (kantor Dilla mempercayakan urusan IT-nya kepadaku) karena kukira akan banyak barang bawaan yang akan aku bawa setelah belanja maka ku ajak Ayu untuk membantuku, dengan memberikan upah tentunya. Seharian aku dan Ayu mengelilingi salah satu komplek pertokoan computer yang ada di Jakarta membuat aku mulai memperhatikannya, baru kusadari Ayu memiliki tubuh yang cukup indah, walaupun ukuran payudaranya tidak terlalu besar namun ukuran pantatnya bisa dibilang cukup bahenol.
Sambil bawa belanjaan, aku lihat hari sudah mulai sore dan kuputuskan untuk segera jalan pulang, dengan badan letih dan capek kami berdua naik kendaraan umum menuju stasiun Senen untuk nantinya kami lanjutkan dengan naik kereta dan syukurlah kami tidak tertinggal kereta seperti yang kutakutkan sebelumnya, didalam kereta yang lumayan penuh kutemukan 1 tempat duduk yang masih kosong, ku suruh Ayu untuk duduk dan aku berdiri sementara barang-barang bawaan kami aku taruh diatas Ramp.
Perjalanan panjang yang kami tempuh membuat aku memikirkan sebuah ide nakal, Ayu yang terlihat lelah menyenderkan badannya ke senderan kursi kereta yang membuat kausnya menjadi longgar sehingga membuat ku bisa melihat sekaligus menikmati indah payudaranya dari atas, lama kunikmati keindahan payudara yang belum terjamah membuat penisku mengeras, ingin rasanya memegang dan meremas-remas payudara Ayu, namun aku terkaget ketika seseorang disebelah aku menawarkan kursinya dan segera berdiri. Kusuruh Ayu bergeser dan aku duduk disebelahnya,
“Ayu ngantuk yah?” tanyaku kepada Ayu,
“agak sih mas, lemes banget badan Ayu” lalu ku jawab
“ya udah kamu senderan di bahu mas aja sini” tanpa menjawab Ayu langsung bersandar di bahu ku, hal tersebut justru membuat ku makin terangsang karena selain bisa melihat payudaranya aku juga bisa merasakan kenyalnya payudara Ayu yang menempel dilenganku yang selama hampir dua jam kunikmati.
Sesampainya di Stasiun aku langsung menelepon Dilla memberitahukan kedatangan kami, namun karena pekerjaan Dilla yang sangat menguras waktu, dia tidak bisa menjemput kami dan memberitahukan untuk menyimpan barang belanjaan kami dirumah saja. Melihat Ayu yang kelelahan aku putuskan untuk naik becak. Sesampainya dirumah aku istirahat sebentar sebari merokok tapi Ayu memutuskan untuk langsung mandi,
“jangan lama-lama yah” pintaku kepada Ayu,
“iya…” Ayu menjawab, sembari merokok kubayangkan bentuk tubuh Ayu yang kunikmati tadi sembari sedikit-sedikit mengelus-elus kontol ku, tapi sial aku dikagetkan oleh kedua adik Ayu, Danti dan Agus.
Mereka bermaksud ingin meminjam hape ku untuk menelpon ayahnya yang entah dimana, setelah mereka selesai meminjam telepon Danti mengatakan jika mereka harus menyusul ayah dan ibunya di rumah sakit karena ada teman ayahnya yang mengalami kecelakaan, “mas aku sama Agus mau jalan dulu yah, kalo mau makan di dapur ada makanan tuh” kata danti,
“ok deh Danti ntar aja mas makannya” kujawab, mereka segera berpamitan dan berangkat.
Sembari menghabiskan rokokku terlintas pikiran gila yang mengarahkan ku ke pintu kamar mandi, supaya aman aku agak menjauh dan dengan sedikit berteriak aku berkata,
“Ayu udah apa belom?” lalu Ayu menjawab
“belum mas, Ayu sakit perut nih”, seperti mendapat lotre pikiranku langsung kegirangan dan segera kuhampiri pintu kamar mandi.
“asik…” kataku dalam hati ketika aku menemukan celah kecil diantara gagang pintu, namun sial pemandangan yang kulihat sempat membuatku agak lemas, karena kulihat Ayu sedang jongkok buang air besar, namun kucoba untuk sabar dan tak lama setelah itu kudengar suara gemerecik air yang tandanya Ayu telah selesai buang hajat.
Secepat kilat kuhampiri pintu kamar mandi dan kuintip.
“ya tuhan” kataku dalam hati saat melihat indah tubuh Ayu yang tak terbalut apapun, payudaranya yang agak lancip (untuk usia dua puluh tahunan harusnya sudah tidak lancip lagi), memeknya yang ditutupi bulu-bulu halus membuat biarahi ku melonjak tinggi, kuraih kontol ku dan ku usap-usap.
Ah nikmatnya jika bisa kunikmati tubuhnya tanpa harus sembunyi-sembunyi. Kembali lagi aku mendapat kesialan, hape ku bergetar, kulihat Dilla menelepon ku dan memintaku untuk menjemputnya, dengan agak menjauh kuangkat hape ku,
“ok aku jalan sekarang” kujawab sembari kututup telepon.
“Ayu, mas jalan dulu sebentar, mau jemput kakak kamu” dengan agak kersa kuberitahu Ayu
“iya mas, tapi jangan lama-lama…gak ada orang soalnya nih mas, Ayu takut sendirian”,
“iya Cuma sebentar kok”. Sesampainya dirumah setelah menjemput Dilla turun hujan lebat, dalam benakku berfikir hujan ini kesialan atau keberuntungan? dengan agak ragu-ragu aku bilang ke Dilla keinginanku untuk menginap saja dan tanpa diduga Dilla berkata
“ya udah nginep aja, lagian hujan terus besok juga bos aku minta alat-alatnya dipasang besok” dengan sedikit acting kujawab,
“lho kok besok? Bukannya harus malam ini juga pasangnya?” kembali Dilla menjawab
“besok aja, khan hari ini malam minggu, emang kamu gak mau malam mingguan sama aku?” lalu kujawab
“iya sayang…gitu aja ngambek, emang kamu mau kemana sih? Lagian juga hujan kok” Dilla menjawab
“gak usah kemana-mana, tadi aku beli DVD temenin aku nonton aja sampe aku tidur” “siap bos ku sayang” kujawab sembari tersenyum lebar dan membuat Dilla tertawa.
Hape ku kembali bergetar, kulihat ayah Dilla yang menelepon
“halo ayah…” kujawab
“Fan, kamu besok ada acara gak? Kalo enggak ada acara tolongin ayah bisa gak?”
“tolong apa nih yah?” kujawab dengan antusias
“kamu mala mini nginep aja, besok agak siangan kita jalan ambil mobil”
“ok, ya udah yah saya bisa” aku jawab
“ya udah ayah masih dirumah sakit pulangnya kayaknya pagi deh, kamu jagain rumah yah”
“ok ayah”, setelah percakapan itu Dilla bertanya dan kujelaskan sembari berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan badan.
Jam dinding menunjukan pukul tujuh malam, Dilla menagih janji untuk menemaninya nonotn DVD, kutemani Dilla nonton DVD dan Ayu pun ikut serta menonton DVD. Sembari menonton ku sempatkan melihat kemolekan tubuh ayu yang hanya mengenakan daster tipis berwarna putih tanpa bra (terlihat ketika cahaya TV menembus dasternya), posisi duduk ku yang berada di belakang Dilla dan Ayu menguntungkan aku.
Setelah film selesai Dilla tanpa banyak bicara langsung nyelonong ke kamar tidur begitu juga Ayu, entah mengapa walaupun tubuhku terasa letih tapi aku tidak bisa tidur, kulihat jam sudah pukul dua dini hari, entah setan dari mana aku langsung berfikir untuk melihat kamar Ayu yang letaknya dibelakang, pelan-pelan kulangkahkan kaki keluar kamar tamu, lalu kulihat pintu kamar Ayu agak terbuka dan terlihat lampu yang masih menyala, kupikir Ayu masih terjaga tetapi setelah kulihat ternyata Ayu sudah terlelap. Kuberanikan diri untuk masuk kedalam kamar.
Kulihat Ayu tidur menyamping kearah pintu dengan bagian bawah daster agak terangkat membuat celana dalamnya sedikit terlihat. Jantungku berdetak sangat keras ketika kucoba mendekatinya dan bertambah keras ketika Ayu mengubah posisinya menjadi terlentang. Kucoba untuk menenangkan diri ku dan kulanjutkan misiku.
Setelah kudekati kubuka kancing daster sempai yang terakhir (Ayu memakai daster yang menggunakan kacing tapi tidak sampai bawah, hanya setengah dari daster yang bisa dibuka) hingga terlihat jelas payudaranya, astaga ternyata bentuk gunning kembarnya begitu menggairahkan walaupun tidak terlalu besar, kumainkan putingnya pelan-pelan supaya Ayu tidak terbangun, sembari ku usap-usap putting Ayu, kumainkan juga kontol ku, awalnya hanya ku gesek-gesek dengan tangan tapi lama kelamaan ku buka retseleting ku dan ku keluarkan senjata kebanggaan ku yang ukurannya lumayan besar, sembari memaikna pentil ku kocok kontol ku.
Tidak puas hanya melihat payudara Ayu, ku coba untuk sedikit ngeintip bagian bawahnya, dengan sedikit gugup ku angkat bagian bawah daster sehingga terungkap semua dan kulihat gundukan empuk yang tertutup celana dalam warna pink dengan model menyempit yang membuat jembut Ayu seperti tertarik keluar. Dengan pelan-pelan ku angkat karet pinggang celana dalam Ayu dan menurunkannya sedikit demi sedikit,
“astaga sungguh indah memek perawan”
“seperti mimpi akhirnya bisa kulihat secara langsung memek Ayu”, pelan tapi pasti ku turunkan celana dalam Ayu sembari sesekali melihat wajahnya, karena aku takut dia terbangun.
Kegigihanku membuahkan hasil, celana dalam Ayu telah turun sampai batas dengkul, dengan perasaan agak khawatir kudekatkan wajahku ke memeknya, kucium dan kubuka memeknya sampai itilnya pun terlihat,
“memek perawan memang wangi” kuberkata dalam hati sembari kuteruskan tingkahku, kujulurkan lidahku untuk menjilat klitorisnya,
“ough…” suara itu keluar dari mulut Ayu dan membuatku sangat ketakutan, tetapi setelah kulihat lagi ternyata dia hanya mengigau.
Kulanjutkan aksiku tapi dengan lebih ekstrim, ku ubah posisi ku menjadi diatas Ayu, dengan setengah jongkok kuarahkan kontol ku kea rah memek ayu, tanpa berniat untuk menjebol ku kocok kontol ku dan dengan dua jari tangan kiri ku buka memek ayu, ku kocok kontol ku sampai klimaks dan crot… crot… crot… kutumpahkan spermaku diatas memek Ayu, puas rasanya mala mini dan sepertinya bisa tidur nyenyak, sembari membereskan sperma diatas memek ayu aku melihat jam dan ternyata sudah pukul tiga.
“Mas… Mas… bangun Mas….” Samar-samar kudengar suara perempuan membangunkan ku dan ternyata setelah kulihat ternyata Ayu, dengan agak panik ku bangun dan ku bertanya
“Kok Ayu yang banguinin, kak Dilla mana?”
“kak Dilla tadi pagi-pagi banget berangkat, katanya ada event di kantor pusat di Jakarta” katanya,
“terus yang lain pada kemana” kujawab berharap Ayu tidak menyadari perbuatanku semalam
“ayah, ibu, Danti dan Agus juga udah berangkat ke subang, soalnya temennya itu meninggal”
“ough, terus ada pesen gak?dari aya atau dari kak Dilla?” kemudian Ayu menjawab sembari berjalan menuju pintu kamar “ada, katanya mas pasang alatnya minggu depan aja, terus kata ayah mas disuruh nunggu ayah pulang” ku jawab “oh gitu yah, ok deh”.
Jujur aku agak malu ketika melihat Ayu, takutnya dia mengetahui apa yang aku lakukan tadi malam, hingga akhirnya hari telah sore dan ayah belum dating juga, ku telpon dan kuberitahu kalau aku harus kembali ke Jakarta, karena besok aku harus kerja. Seminggu berlalu dan bayangan tubuh Ayu selalu melekat di ingatanku, terkadang kugunakan imajenasiku untuk masturbasi.
Sesuai janji ku kepada Dilla setiap hari Jumat sore aku berangkat dari Jakarta ke kotanya untuk menghabiskan waktuku dengannya, kugunakan waktu-waktu itu untuk sesekali menikmati keindahan tubuh Ayu yang makin lama semakin menjadi-jadi hingga akhirnya terjadilah sesuatu yang menurut aku sangat gila. Malam itu situasi sesuai dengan keinginan ku, Dilla lembur, ayah, ibu, Danti sedang menghadiri acara tahunan kenaikan sabuk Karate Agus. Ayu seperti biasa tidak menyukai jalan-jalan yang memakan waktu hingga dua hari. Kuawali aksi ku dengan membeli minuman soda (alih-alih traktiran karena aku baru saja gajian) dan martabak.
Minuman yang kubeli sebelumnya telah kucampur dengan minuman beralkohol, kucampur saat Ayu berada didapur. Setelah beberapa lama menikmati minuman yang kucampur tersebut Ayu merasa agak pusing dan mulai berbicara ngaco, kuanggap hal tersebut sebagai kesempatan, dengan kondisi Ayu yang mulai lemah kudekati dan kuraba-raba payudaranya (karena aku ikut minum jadi aku juga agak setengah sadar), mulai ada perlawanan dari Ayu, namun perlawanannya tidak sepadan dengan tenaga ku yang besar, kukulum bibirnya sembari kuremas-remas payudaranya.
“mas jangan mas, nanti ketahuan kak Dilla” katanya,
“kalo Ayu gk ngmong khan kak Dilla gak tahu” kujawab sembari kulanjutkan mengulum bibirnya
“hhmphhh…maaaaassss jangaaaannnnnn….aaaaahhhhh ough” hanya itu yang terucap dari bibir Ayu ketika aku mulai menhisap putting payudaranya dan tanganku pun mulai menyelinap kedalam celana pendek yang digunakannya, kurasakan agak lembab dan semakin basah pada celana dalamnya.
“maaaaaasssss aaaahhhhhh….jangaaaaaannnnnn” semakin menggeliat ketika tangan ku memasuki celana dalamnya, kurasakan cairan memeknya mulain terasa, ku tekan-tekan klitorisnya sembari masih menghisap payudaranya.
Perlawanan Ayu mulai berkurang ketika jari ku mulai menggosok-gosok klitorisnya dengan cepat, pantatnya pulai bergoyang mengikuti gosokan-gosokan jariku dan kata-kata yang keluar dari mulutnya sekarang hanya
“ough ah uh ah maaaaaasssss ah oh ah”. Pelan-pelan perlawanan Ayu mulain menghilang dan saat itulah ku gendong Ayu kekamar sembari kukulum bibirnya, sesampainya dikamar kurebahkan dia di atas tempat tidur, kulepaskan semua bajunnya, dan ketika aku ingin melepaskan celana dia berkata
“mas jangan donk, aku masih perawan…aku takut” ku jawab
“gak usah takut gak sakit kok” dengan agak memaksa kujawab.
Akhirnya Ayu terlentang tanpa sehelai baju pun, hanya telapak tangan menutupin memeknya dan lengan kirinya menutupi payudaranya, sembari kunikmati keindahan tubuhnya kubuka semua baju ku dan kulihat wajah Ayu agak kemerahan ketika melihat kontol ku yang sudah tegak.
Aku langsung berbaring disampingnya, kurai tangan kirinya ku arahkan ke kontol ku, pertama Ayu agak takut, namun setelah kupaksa akhirnya dia mau, sembari kukulum pentil payudaranya kurasakan kontol ku ditarik kearah depan dan Ayu mengubah posisinya menjadi miring, dengan posisi itu Ayu mulai mengosok-gosok kepala kontol ku yang besar ke liang memeknya, pelan-pelan kurebahkan badan Ayu dan posisi ku sekarang ada diatas Ayu, kubuka kakinya dan kuliha memeknya yang mulai merekah dan basah semakin membuatku terasngsang, tanpa pemanansan dan oral kulanjutkan dengan mengarahkan kontol ku ke arah liang memeknya,
“mas jangan dimasukun, Ayu takut hamil mas” Ayu berkata
“gak apa-apa, jangan takut” kujawab dengan lembut, sebelum Ayu berkata-kata kepala kontol ku sudah berada didepan lubangnya,
sembari berusaha mendorong tubuhku ayu berkata
“mas please jangan…aaaahhhhh” kepala kontol ku sudah masuk dan kubiarkan memeknya agar terbiasa menerima kepala kontol ku yang cukup besar di memeknya.
“mas sakit mas…aduh aaaahhh” dengan sedikit meracu Ayu berkata,
“gak apa-apa nanti juga enak kok” kujawab, pelan-pelan tapi pasti ku goyang agar bisa masuk semua dan ketika mulai bertambah licin langsung kutekan, akhirnya kontolku masuk semua
“maaaaaasssss sakitttttt aaaaahhhhh” kata-katanya tidak kuhiraukan, kutahan sebentar sembari menikmati sempitnya memek perawan, pelan-pelan kugoyang dan lama-kelamaan Ayu pun mulai mengikuti irama goyangan ku, merasa kenikmatan Ayu pun mulai meleguh kenikmatan,
“oh mas, ah agak kenceng sedikit mas” lalu kujawab
“iya sayang…” setelah agak lama ku genjot tubuh Ayu terlihat agak menegang dan dia berkata
“maaasssss aku gak tahan…aaaaaaaaahhhhhh” tandanya Ayu klimaks dan mulai bisa menikmati, kucabut dan kusuruh Ayu untuk membalik badannya dan menungging, Ayu pun mengikuti.
Ku sodok kontol ku dari belakang dan Ayu pun sudah tidak merasa kesakitan lagi, sembari kugoyang kulihat ada bercak darah di seprei dan disekita memeknya, ku goyang terus sampai akhirnya kusuruh Ayu untuk kembali ke posisi semula, ku kocok agak keras dan Ayu pun mulai meracu tak karuan, ku pompa dengan kencang dan akhirnya crot… crot… crot… kutumpahkan semua spermaku didalam memeknya, tubuhku langsung ambruk disamping Ayu dan kulihat Ayu menutup mukanya dan terdengar menangis, dengan sedikit rayuan dan pelukan kutenangkan ayu, dan Ayu berjanji tidak akan mengatakan apapun.
Melihat jam sudah menunjukan pukul enam sore kuputuskan untuk mandi dan kuajak serta Ayu, namun didalam kamar mandi birahi ku menjadi naik, dibawah siraman pancuran air Ayu kusuruh jongkok dan ku minta dia untuk menghisap kontol ku, dengan agak kebingungan Ayu memasukan kontol ku kedalam mulutnya, suara erotis yang keluar dari mulutnya dan tetesan sperma yang keluar dari memeknya membuat aku semakin bernafsu, kuangkat dan ku gendong Ayu, kumasukan kontol ku kedalam memeknya dalam keadaan berdiri, ku goyang-goyang dengan keras, kuubah posisi doggy style, kurasakan himpitan dinding memek Ayu semakin mengeras dan tubuh Ayu menegang, kembali Ayu akhirnya orgasme, seiring orgasme yang dialami Ayu kontol ku pun mulai menegang dan siap menyemburkan cairan kenikmatan, kuputuskan untuk kembali mengeluarkan didalam crot… crot… crot…
“ah yes” ku berteriak, setelah puas kami selesaikan mandi dan segera berpaiakian karena sebentar lagi Dilla akan kembali.
Semenjak itu aku dan Ayu semakin sering ngentot sampai akhirnya aku menikah dengan Dilla dan Ayu mempunyai pacar kami masih sering melakukan tanpa sepengetahuan pasangan kami.

Cerita Mesum Vagina Titin Yang Sempit

Cerita Mesum Vagina Titin Yang Sempit

Viewing all 212 articles
Browse latest View live